Anda di halaman 1dari 9

Nashihati Li Nisa

Seorang istri shalihah hendaknya mampu menjaga lisannya


dari perkataan jelek, mengadu domba, mencela, suka berkeluh
kesah, bahkan terlontar ucapan yang mengkufuri nikmat Allah,
dengan tidak bersyukur pada suaminya. Terkadang ia dengan
ringan membuat topik pembicaraan yang mampu menyihir
lawan bicara sehingga menarik dan asyik berbicara yang bisa
menjerumuskan dalam membicarakan aib orang lain termasuk
kekurangan suaminya sendiri tanpa ia sadari.

Berlebih-lebihan dalam berbicara tanpa kendali dan tujuan


yang mulia akan hanya akan mendatangkan dosa dan murka
Allah subhanahu wa ta’ala.

Berkata Imam Muslim rahimahullah: “Rasulullah shalallaahu


‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ قالَ َها َثاَل ًثا‬,،‫طع ُْو َن‬


ِّ ‫ك ْال ُم َت َن‬
َ َ‫َهل‬

“Binasalah orang yang suka berlebih-lebihan/melampaui


batas” beliau mengatakan tiga kali”(Syarh Shahih Muslim oleh
An-Nawawi, 16/220).

Dan sabdanya: َ‫( ْال ُم َت َنطِ ع ُْون‬berlebih-lebihan), berkata An-Nawawi:


“Yang dimaksud ialah orang yang berdalam-dalam, berlebih-
lebihan, dan melampaui batas dalam perkataan dan perbuatan
mereka” (Dikutip dari “Wahai Muslimah Dengarlah
Nasehatku” [terjemah] karya Ummu Abdillah Al-Wadi’iyyah, hal
63).
Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin, telah mengatur
sedemikian rupa berkenaan dengan keutamaan dan batasan-
batasan sesuai syari’at tentang apa yang seharusnya
dikerjakan dan ditinggalkan oleh para wanita.

Adapun Islam telah mengatur mengenai adab-adab keluar bagi


seorang wanita, yaitu:

1. Berhijab (memakai hijab  yang syar’i)


2. Tidak memakai wewangian
3. Pelan-pelan dalam berjalan, agar tidak terdengar suara
sendalnya.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

‫ن‬,َّ ‫ن لِيُعْ لَ َم َما ي ُْخفِينَ مِنْ ِزي َنت ِِه‬,َّ ‫َواَل َيضْ ِرب َْن ِبأَرْ ُجل ِِه‬

“Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui


perhiasan yang mereka sembunyikan”. (QS. An-Nuur: 31)

Dan pada masa sekarang ini, dengan adanya sepatu atau


sandal yang bertumit atau berhak tinggi dan kita dapati para
wanita memakainya, sehingga terdengarlah suara sandal atau
sepatunya tersebut. kadang ia bertingkah genit dalam berjalan
dan bernarlah apa yang disabdakan oleh Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam:

ِ ‫ْال َمرْ أَةُ َع ْو َرةٌ َفإِ َذا َخ َر َج‬


,ُ ‫ت اسْ َت ْش َر َف َها ال َّش ْي َط‬
‫ان‬

“Wanita adalah aurat, maka jika ia keluar syaithan akan


mengikutinya”.

4. Ketika berjalan bersama saudarinya dan di sana ada


para pria, maka janganlah bercakap-cakap dengan
saudarinya tersebut. Bukan berarti bahwa suara wanita
adalah aurat, tetapi bagi sebagian pria mendengar suara
wanita itu terkadang bisa menimbulkan fitnah.
5. Hendaklah meminta izin kepada suaminya, jika ia telah
berkeluarga.
6. Apabila jaraknya sejauh jarak safar, maka janganlah ia
keluar, kecuali bersama mahram
7. Jangan berdesak-desakan dengan pria.
8. Hendaknya ia menundukan pandangannya.
9. Janganlah menanggalkan pakaiannya di selain
rumahnya, jika bermaksud untuk tampil cantik (berhias)
dengan perbuatan itu.

Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ِ‫ت سِ ْت َر َما َب ْي َنها َو َبيْنَ هللا‬


ْ ‫ج َها َف َق ْد َه َت َك‬
ِ ‫ت َز ْو‬ َ ‫ ا ْم َرأَ ٍة َو‬,‫أَ ُّي َما‬
ْ ‫ض َع‬
ِ ‫ َغي ِْر َب ْي‬,‫ت ثِ َيا َب َها فِي‬

“Wanita mana saja yang menanggalkan pakaiannya di selain


rumah suaminya, maka sungguh ia telah membuka
penutupnya antara dia dengan Rabb-nya”. (Hadits Shahih)

————————————–

(Disalin dengan sedikit penambahan dan pengubahan dari


Buku karangan Ummu Abdillah al-Wadi’iyyah, Untukmu
Muslimah Kupersembahkan Nasehatku, hlm. 148-149).
Ummu Abdillah Al-Wadi’iyah dalam kitab
fenomenalnya, Nashihati lin Nisa’, memberi nasihat berharga
berkaitan dengan wanita memandang lelaki asing.
Apakah diperbolehkan bagi seorang wanita memandang kaum
lelaki dari balik kerudung?
Jawab:
Allah Ta’ala berfirman:

‫ لَ ُه ْم إِنَّ هَّللا َ َخ ِبي ٌر ِب َما‬,‫ك أَ ْز َكى‬


َ ِ‫ُوج ُه ْم َذل‬
َ ‫ظوا فُر‬ ُ ‫صار ِه ْم َو َيحْ َف‬ َ ُّ ‫قُ ْل ل ِْلم ُْؤ ِمنِينَ َي ُغ‬
ِ َ ‫ِن أ ْب‬,ْ ‫ضوا م‬
َ‫َيصْ َنعُون‬

“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah


mereka menahan pandanganya, dan memelihara
kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi
mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
mereka perbuat.” (QS. An-Nur : 30)
Al-Imam Al-Bukhari rahimahullah berkata (II/503):
“Telah berkata kepadaku Mahmud bin Ghailan, telah bercerita
kepada kami Abdurazzaq, ia berkata telah mengabarkan
kepada kami Ma’mar dari Ibnu Thawus, ia berkata, “Tidaklah
aku pernah melihat sesuatu yang lebih serupa dengan al-
lamam (dosa kecil) daripada apa yang telah dikatakan oleh
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam, beliau bersabda, “Telah ditentukan atas setiap anak
Adam bagiannya dari perbuatan zina, ia pasti melakukannya.
Zina kedua mata adalah dengan memandang, zina kedua
telinga adalah dengan mendengarkan, zina lisan adalah
dengan berbicara, zina kedua tangan adalah dengan
menggenggam, dan zina kedua kaki adalah dengan
melangkah, sedangkan hati berkeinginan dan berandai-andai,
dan kemaluan mempraktekkan keinginan untuk berzina itu
atau menolaknya.” (HR. Muslim [IV/2046], Ahmad [II/276], dan
Abu Dawud [I/653])

Seorang penyair berkata:


Semua kejadian itu mulanya dari pandangan
Besarnya jilatan api berasal dari kecilnya bunga api
Betapa banyak pandangan yang memperdaya hati pemiliknya
Bak bersitan anak panak tanpa busur dan tanpa talinya
Amat pelan suaranya yang tidak akan membahayakan ruhnya
Tak ada ucapan selamat bagi kesenangan yang membawa
sengsara

Para ulama telah sepakat sebagaimana An-Nawawi telah


menukilkan dari mereka di dalam Syarah Muslim, bahwa
memandang kepada laki-laki apabila dengan syahwat maka
hukumnya haram. Sebagian ulama membolehkan memandang
lelaki secara mutlak. Mereka berdalil dengan kisahnya Aisyah
bahwa ia pernah melihat orang-orang Habsyi yang sedang
bermain sampai jenuh, lalu Nabi bersabda, “Sudah cukup?”
Aku (Aisyah) berkata, “Ya.” Lalu Beliau berkata, “Pergilah.”
An-Nawawi menjawab tentang hadits ini, “Bisa dimungkinkan
hal itu terjadi sebelum balighnya Aisyah.” Al-Hafizh berkata,
“Dan telah dibantah dengan ucapannya ‘Bahwa beliau
menutupiku dengan surabnnya’ yang menunjukkan bahwa hal
itu terjadi setelah turunnya ayat hijab.” Dan An-Nawawi
berkata, “Atau bisa jadi dimungkinkan bahwasanya ia
memandang pada permainan tombak mereka bukan pada
wajah dan badan mereka dan jika terjadi tanpa disengaja amat
dimungkinkan ia akan mengalihkan pandangannya pada
keadaan itu.” (Al-Fath, 2/445).
Mukaddimah
¨ Kata Pengantar Ayahanda Al-Fadhil Asy-Syaikh Muqbil bin
Hadi Al-Wadi’i
¨ Kata Pengantar Penulis
¨ Anjuran Untuk Ikhlas dan Menjaga Waktu
• Menjaga Lisan dan Keutamaannya
• Penyakit-Penyakit Lisan
Mengucapkan kesyirikan dan kekufuran
Mengucapkan perkara bid’ah
Ghibah
– Cara bertaubat dari ghibah
Mengadu domba (An-Namimah)
Dusta
Menyebarkan rahasia
Mencela seorang muslim tanpa alasan yang benar
Berlebih-lebihan dan memperpanjang pembicaraan
Berdebat dalam perkara yang selain kebenaran
Melaknat
Mengeluh
Qila wa qala
Berkurangnya pahala orang yang berpuasa disebabkan
kekeliruan lisannya
Nyanyian
Meratapi orang mati
Lisan terkadang berbuat zina
v Penyebab kesalahan lisan
v Pendidikan Anak
v Barang Siapa yang tidak Menyayangi, Dia tidak akan
Disayangi
Tidak Mengapa Seorang Wanita Keluar ada Hajat
Hijab dan Menundukkan Pandangan
Adab-Adab Wanita Keluar Rumah
• Wanita Terjun di Medan Laga dan Membela Dirinya Bila
Diperlukan
• Hati-Hatilah Kalian Terhadap Para Wanita
v Wanita adalah Orang yang Kurang Akalnya dan Agamanya
• Diantara Makar Para Wanita
Mayoritas Penduduk Neraka adalah Wanita
v Hak-Hak Suami atas Istrinya dan Hak istri atas Suaminya
– Di antara hak suami atas istrinya
– Di antara hak-hak istri atas suaminya
v Kecemburuan Wanita
– Hikmah memiliki istri lebih dari satu (Poligami)
v Wanita Tidak Boleh Meminta Suaminya Mentalak Saudarinya
Wanita Hendaknya Tidak Berlagak Puas dengan Sesuatu yang
Tidak Diberikan Kepadanya
v Seorang Wanita Tidak Boleh Menceritakan Sifat-Sifat Wanita
Lain Kepada Suaminya
Haramnya Mengubah Ciptaan Allah
v Menyambung Rambut termasuk Dosa Besar
v Haramnya Laki-Laki Menyerupai Wanita dan Wanita
Menyerupai Laki-Laki
v Bertepuk Tangan Untuk Wanita
v Tidak Ada Kewajiban Jihad atas Wanita
v Keutamaan Sifat Malu
v Beberapa Perangai yang Jelek
AL-HAJR (meninggalkan/memboikot seseorang)
Tidak Mencintai Kebaikan untuk Saudaranya Sesama Muslim
(Dengki)
– Marah
– Sombong
– Bermuka Dua
¨ Menjalin Hubungan dengan Kerabat Dekat yang Kafir
¨ Menyebarkan Salam
¨ Banyaknya Jumlah Wanita`pada Akhir Zaman
¨ Keutamaan Khadijah Bintu Khuwailid
• Mengutamakan Menikah dengan Wanita yang Shalihah dan
Sebaliknya
¨ Mempelajari Ilmu yang Bermanfaat
• Berpegang dengan Al-Kitab dan As-Sunnah
• Tanya Jawab

Anda mungkin juga menyukai