Anda di halaman 1dari 51

ُ ‫ض‬

‫اد َها‬ َ ‫لص ِح ْي َح ُة َو َما ُي‬


َ ‫ا‬ ُ ‫ة‬‫د‬َ ‫ي‬
ْ ‫ق‬
ِ ‫لع‬
َ ‫ا‬
‫اإل ْس َل ِم‬
ِ ‫ض‬
ُ ‫ق‬
ِ ‫َو َن َوا‬

Buah pena:
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ‫الل‬
ُ ‫َر ِح َم ُه‬

Diterjemahkan oleh:
Amirul Mu’minin al-Kadiry

Materi Kajian Masjid Nurul Iman, Gesikan-Bayanan Gantiwarno Klaten


PENGANTAR PENERJEMAH

Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah Rabb semesta alam,


shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi
Muhammad beserta keluarga, para sahabat, dan orang-orang yang
mengkutinya dengan baik dan benar.
Amma ba’du …
Aqidah Tauhid merupakan asas agama islam sehingga wajib bagi
setiap muslim dan muslimah untuk mempelajarinya. Amal ibadah
seseorang diterima jika didasari aqidah yang benar. Kebahagiaan
dunia dan akhirat juga diperuntukkan bagi orang-orang yang
berpegang dengan aqidah yang shahih serta menjauhi aqidah bathil
yang menyimpang dari aqidah shahih tersebut.
Buku yang berada di hadapan pembaca ini adalah terjemahan dari
risalah (kitab kecil) berjudul al-Aqidah ash-Shahihah wa maa
yudzaadduha wa Nawaqidhul Islam, karya al-‘Allamah Syaikh Abdul
Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullah. Di dalam buku ini beliau
menjelaskan:
1. Dasar-dasar aqidah yang benar beserta dalilnya dari Kitabullah
dan Petunjuk Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
2. Aqidah yang menyimpang dari petunjuk al-Qur’an dan as-Sunnah,
serta kelompok-kelompok sesat yang mengusung aqidah bathil
tersebut.
3. Sepuluh Pembatal Keislaman
Buku ini sangat penting untuk dibaca karena penjelasannya yang
mencakup dasar-dasar aqidah shahih yang wajib diketahui setiap
muslim, terlebih penulis menyajikannya dengan penjelasan yang
i
ringkas dan mudah dipahami. Buku ini menjadi sangat istimewa
karena disusun oleh Ulama Besar dan Imam Ahlussunnah wal
Jama’ah di abad ini, sehingga pembaca merasa tenang dengan
penjelasannya yang sarat dengan ilmu dan dalil shahih yang
melandasinya.
Alhamdulillah, kami telah selesai menerjemahkan buku ini di
pertengahan bulan Muharram 1442 H dengan segala kekurangan
dalam menerjemahkannya, terlebih kami dikejar waktu saat akan
mengajarkan buku ini di Masjid Nurul Iman Bayanan-Gantiwarno
Klaten pada hari jumat malam sabtu 17 Muharram mendatang
(insyaallah akan disiarkan live delay pada hari ahad malam senin 19
Muharram). Maka dari itu kami mengharap pembaca memaklumi
kekurangan di beberapa tempat dalam buku terjemahan ini. Dan
mudah-mudahan buku ini bermanfaat bagi kami dan kaum muslimib,
serta amal ini diterima Allah subhanahu wa ta’ala.
Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Muhammad beserta keluarga, para sahabat, dan orang-orang yang
mengkuti petunjuknya hingga hari kiamat. Walhamdulillahi alladzi
bini’matihi tatimmu ash-shalihaat.

Selesai diterjemahkan di Klaten


pada Bulan Muharram 1442 H / September 2020

Penerjemah,

Amirul Mu’minin al-Kadiry


َ‫فاَللاَعَنَ هَهَوََأحَسَنََخَاتَمَت هه‬
َ‫عَ ه‬

ii
DAFTAR ISI

Pengantar Penerjemah .................................................................... i


Daftar Isi ........................................................................................ iii
Muqaddimah (pendahuluan) penulis ............................................... 1
Penjelasan tentang 6 landasan keimanan ........................................ 5
1. Iman kepada Allah ..................................................................... 5
Mengimani Uluhiyyah Allah ..................................................... 5
Mengimani Syari’at Allah .......................................................... 9
Mengimani Rububiyyah Allah ................................................... 10
Mengimani Nama-nama dan Sifat-sifat Allah ............................ 11
2. Iman kepada para Malaikat ........................................................ 17
3. Iman kepada Kitab-kitab ............................................................ 19
4. Iman kepada para Rasul ............................................................. 21
5. Iman kepada Hari Akhir ............................................................ 23
6. Iman kepada qadar (takdir) ........................................................ 24
Prinsip Ahlussunnah wal Jama’ah dalam masalah iman ................. 27
Kewajiban cinta dan benci (wala’ & bara’) karena Allah ............... 28
Kewajiban terhadap para Shahabat ................................................. 28
Sebagian kelompok yang menyimpang dalam aqidah .................... 30
Syubhat pengusung aqidah batil dan bantahannya .......................... 32
Perbedaan praktek syirik di masa lampau dan zaman sekarang ...... 38
Sepuluh Pembatal Keislaman ......................................................... 41

iii
MUQADIMAH

Sega puji hanya bagi Allah, semoga shalawat dan salam senantiasa
tercurah kepada Rasulullah, beserta keluarga dan sahabatnya. Amma
ba’du …

Karena Aqidah yang benar merupakan pondasi Agama Islam maka


saya memilihnya sebagai tema untuk buku kecil ini. Sebagaimana
diketahui berdasar sumber dalil-dalil syariat dari al-Qur’an dan as-
Sunnah, setiap amal perbuatan dan ucapan dinilai benar dan bisa
diterima bila didasari aqidah yang benar. Maka, jika aqidah itu tidak
benar akan menyebabkan batalnya seluruh ucapan dan amal
perbuatan. Allah ta’ala berfirman:

َ ۡ َ َ
َ‫خَِٰسين‬ َ ُ َ ُ ُ َ َ َ َ ۡ َ َ َٰ َ ۡ ۡ ُ ۡ َ َ َ
‫ ومن يكفر بٱۡليمن فقد حبط عملهۥ وهو ِف ٱٓأۡلخرة من ٱل‬....

٥
“…barangsiapa yang mengingkari keimanan, maka terhapuslah
amalnya, dan ia termasuk orang-orang yang merugi di akhirat
kelak”. (QS. Al-Maidah: 5 ).

َ ُ َ َ ‫َۡ َ َ ۡ َ ۡ َ ۡ َ ََ ۡ َ َ ذ‬ َ ‫َ ذ‬ َ َۡ َ ُ ۡ ََ َ
‫ولقد أوِح إَلك ِإَوَل ٱَّلين من قبلك لئن أۡشكت َلحبطن عملك‬
َ َٰ َ ۡ َ ‫َ ََ ُ َ ذ‬
٦٥ ‫وَلكونن من ٱلخِسين‬

1
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada Nabi-
nabi sebelummu bahwa jika kamu mempersekutukan Allah, niscaya
akan terhapus seluruh amal kebaikanmu dan tentulah engkau
termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Az-Zumar: 65).

Al-Qur’an dan as-Sunnah telah memberi penjelasan bahwa aqidah


yang benar itu meliputi : Iman kepada Allah, iman kepada para
malaikat, iman kepada kitab-kitab, iman kepada para rasul, dan iman
kepada qadar yang baik dan buruk. Keenam prinsip keimanan tersebut
merupakan pondasi dasar aqidah yang benar. Dan Allah telah
menurunkan al-Qur’an serta mengutus Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam untuk menjelaskannya.

Cabang dari prinsip-prinsip dasar aqidah tersebut diantaranya adalah


keimanan pada hal-hal yang ghaib.

Dalil yang menjadi dasar prinsip-prinsip aqidah ini banyak dijumpai


di dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. Diantaranya adalah firman Allah
subhanahu wa ta’ala :

ُ َ ُ ُ ْ ُّ َ ُ َ ‫ذ ۡ َ ۡ ذ‬
‫ك ۡم ق َب َل ٱل ۡ َم ۡۡشق َوٱل ۡ َم ۡغرب َو َلَٰك ذن ٱ ۡل ذ‬
ۡ‫ب َمن‬ ‫۞ليس ٱلب أن تولوا وجوه‬
َ ‫ذ‬ َ َ ۡ َ َ َٰٓ َ َ ۡ َ ۡ َ ۡ َ ‫َ َ َ ذ‬
َٰ
... ‫ءامن بٱّلل وٱَلوم ٱٓأۡلخر وٱلملئكة وٱلكتب وٱنلبيۧن‬
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu
kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman

2
kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi...”
(QS. Al-Baqarah: 177).

َ َٰٓ َ َ َ ‫َ ۡ ُ ۡ ُ َ ُ ٌّ َ َ َ ذ‬ ‫ذ‬ ۡ َ َ ُ َٓ ُ ُ‫َ َ َ ذ‬


‫ءامن ٱلرسول بما أنزل إَله من ربهۦ وٱلمؤمنون ُك ءامن بٱّلل وملئكتهۦ‬
ُ ُّ َ َ ََۡ ُ َُ َ ُ ُ َ ُ َُ
٢٨٥ ... ‫وكتبهۦ ورسلهۦ َل نفرق بۡي أح ٖد من رسلهۦ‬
“Rasul telah beriman kepada Al-Qur'an yang diturunkan kepadanya
dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya
beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitabNya dan
rasul-rasulNya. Mereka mengatakan: "Kami tidak membeda-bedakan
antara seseorang pun dari rasul rasul-Nya",... (QS. Al-Baqarah: 285)

ََ َ‫َذ‬ ‫ذ‬ ََٰ ۡ َ ‫َ َٰٓ َ ُّ َ ذ َ َ َ ُ ٓ ْ َ ُ ْ ذ‬


‫َر ُسولۦ‬ َٰ‫لَع‬ ُ َ َ
‫يأيها ٱَّلين ءامنوا ءامنوا بٱّلل ورسولۦ وٱلكتب ٱَّلي نزل‬
ُ ُ َ ُ َُ َ َٰٓ َ َ َ ‫َ ۡ ُ َ َ َ ۡ ُ ۡ ذ‬ ََ َ ٓ ‫ذ‬ َ ۡ َ
‫وٱلكتب ٱَّلي أنزل من قبل ومن يكفر بٱّلل وملئكتهۦ وكتبهۦ ورسلهۦ‬ َٰ
ً َ ‫َ َ ۡ َ ذ َ َ َٰ َ ا‬ ۡ َ ۡ َ
١٣٦ ‫وٱَلوم ٱٓأۡلخر فقد ضل ضلَل بعيدا‬
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah
dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-
Nya, serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barang siapa yang
kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-
rasul-Nya dan hari akhir, maka sesungguhnya orang itu telah sesat
sejauh-jauhnya.” (QS. An Nisaa : 136).

3
ََ َ َ ‫ذ‬ َ َ َ ‫ذ‬ َۡ َ َٓ ‫ذ‬ َ َ ۡ َ َ ‫ذ‬ ‫ذ‬ َ َۡ َۡ ََۡ
ُ
‫ألم تعلم أن ٱّلل يعلم ما ِف ٱلسماء وٱۡلۡرض إن ذَٰلك ِف كتَٰب إن ذَٰلك لَع‬
‫ذ‬
٧٠ ٞ‫ٱّلل يَسري‬
“Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah
mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi?; bahwasanya
yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauhul mahfuz)
Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah.” (QS. Al
Hajj: 70).

Sedangkan hadits-hadits shahih yang menjelaskan dasar pondasi


aqidah juga teramat banyak, diantaranya adalah hadits shahih yang
masyhur, diriwayatkan oleh Imam Muslim, dari hadits Amirul
Mu’minin Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu yang menyatakan
bahwa malaikat Jibril pernah bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam tentang iman, maka beliau menjawab:

َِ ِ‫ِومِالئِكِتِهِِ ِوكِتِبِهِِ ِورِسِلِِ ِواليِ ِومِِالآخِرِِ ِوتِؤمِنِِبِلَِ ِدرِِخِ ِيهِِو‬،


ِِ‫شه‬ ِ ِِ‫ِاليِمِانِِأنِِتِ ِؤمِنِِبِلل‬
‫إ‬
“Iman itu adalah kamu beriman kepada Allah, malaikat, kitab-kitab,
dan rasul-rasulNya, dan hari akhir serta beriman kepada qadar yang
baik dan buruk”. (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).

Keenam prinsip keimanan tersebut mencakup cabang-cabang


keimanan, diantaranya adalah kewajiban seorang muslim untuk
meyakini hak Allah dan mengimani negri keabadian di akhirat, serta
perkara-perkara ghaib lainnya.

4
PRINSIP-PRINSIP DASAR AQIDAH SHAHIHAH

1. Iman Kepada Allah


Di antara pengertian iman kepada Allah, adalah meyakini bahwa
Allah adalah Sesembahan yang benar. Hanya Allah yang berhak
diibadahi tanpa menyembah kepada yang lain, karena Dialah
pencipta hamba-hambaNya, Dialah yang memberi rizki kepada
manusia, yang mengetahui segala perbuatan manusia, baik yang
dilakukan secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi.
Dialah Yang Maha Kuasa, yang memberikan pahala bagi yang
mentaati-Nya, dan menyiksa siapapun yang bermaksiat kepada-Nya.
Allah menciptakan jin dan manusia untuk beribadah hanya kepada-
Nya, sebagaimana firman Allah ta’ala:

ََٓ ۡ ُ ۡ ُ ُ َٓ ُ ُ ۡ َ ‫ََ َ َۡ ُ ۡ ذ َ ۡ َ ذ‬
‫ ما أريد منهم من رز ٖق وما‬٥٦ ‫وما خلقت ٱۡلن وٱۡلنس إَل َلعبدون‬
ُ ۡ ُ َ ُ ُ
٥٧ ‫أريد أن يطعمون‬
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikit pun
dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberiKu
makan.(QS. Adz Dzariat: 56-57).

5
ۡ‫كم‬ ُ ‫َۡ ُ ۡ ََذ‬ َ ‫َ ََ ُ ۡ َ ذ‬ ‫َ َ ُّ َ ذ ُ ۡ ُ ُ ْ َ ذ ُ ُ ذ‬
‫يأيها ٱنلاس ٱعبدوا ربكم ٱَّلي خلقكم وٱَّلين من قبلكم لعل‬ َٰٓ
ٓ َ ‫َ َ َ َ ُ ُ ۡ َ َ َ ٗ َ ذ َ َٓ َٓٗ ََ َ َ َ ذ‬ ‫ذ‬ َ ُ َ
‫ ٱَّلي جعل لكم ٱۡلۡرض فرَٰشا وٱلسماء بناء وأنزل من ٱلسماء‬٢١ ‫ت ذتقون‬
ُ َ‫ند ٗادا َوأ‬
ۡ‫نتم‬ َ َ‫َت َعلُوا ْ ذّلل أ‬
َۡ ََ ۡ ُ ‫ۡٗ ذ‬ َ َ ‫ذ‬ َ َ َ
‫ماء فأخرج بهۦ من ٱثلمرَٰت رزقا لكمۖۡ فَل‬
ۡ ََ ٗٓ َ

َ ََُۡ
٢٢ ‫تعلمون‬
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan
orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa. Dialah Yang
menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai
atap, dan Dia menurunkan air hujan dari langit, lalu Dia
mengeluarkan buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu
janganlah kamu menjadikan selain Allah sebagai tandingan bagi-
Nya padahal kamu mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 21-22).

Allah telah mengutus para rasul dan menurunkan kitab-kitab untuk


menjelaskan hak Allah dan mendakwahkannya, serta adar
memperingatkan mereka dari kesyirikan. Allah subhanahu wa ta’ala
berfirman:

َ ُ َٰ ‫ُ ُ ذ ذ ُ ً َ ۡ ُ ُ ْ ذ َ َ ۡ َ ُ ْ ذ‬ َ ََۡ ۡ َََ
٣٦ ... ۡۖ‫ولقد بعثنا ِف ُك أمةٖ رسوَل أن ٱعبدوا ٱّلل وٱجتنبوا ٱلطغوت‬
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat
untuk menyerukan: "Sembahlah Allah saja, dan jauhilah
Thaghut…” (QS. An-Nahl: 36).

6
ُ ُ ۡ َ ۠ َ َ ٓ ‫ذ ُ ٓ َ ۡ َ ذ ُ َ ٓ َ َٰ َ ذ‬ ُ ‫ذ‬ َ َۡ َ ۡ َ َۡ ٓ ََ
‫وما أرسلنا من قبلك من رسول إَل نوِح إَله أنهۥ َل إله إَل أنا فٱعبدون‬

٢٥
“Dan tidaklah Kami mengutus seorang rasul sebelum kamu wahai
Muhammad melainkan kami telah wahyukan kepadanya, bahwa
tidak ada Tuhan yang patut disembah selain Aku, oleh karen itu
sembahlah Aku.” (QS. Al-Anbiya : 25).

‫َذ‬ َ َ ۡ ُ‫ذ‬ ۡ َ ُ ‫َ ٌ ُ ۡ َ ۡ َ َ ُُ ُذ‬


‫ أَل‬١ ‫ كتَٰب أحكمت ءايَٰتهۥ ثم فصلت من َّلن حكيم خبري‬... ۚ
ٞ َ َ ٞ َ ُۡ ُ َ ‫َُۡ ُ ْٓ ذ ذَ ذ‬
٢ ‫تعبدوا إَل ٱّلل إنِن لكم منه نذير وبشري‬
“Inilah kitab yang ayat-ayatnya tersusun dengan rapi dan
penjelasannya terperinci, yang diturunkan dari sisi Allah Yang
Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui. Agar kamu tidak
menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku (Muhammad) adalah
pemberi peringatan dan pembawa kabar gembira kepadamu.” (QS.
Hud: 1-2).

Hakikat ibadah adalah mengesakan Allah dengan segala bentuk


penghambaan seperti: doa, shalat, puasa, menyembelih, nadzar, serta
berbagai macam ibadah lainnya yang dilakukan dengan penuh
ketundukan kepada Allah diserta rasa takut dan harap, dan dengan
rasa cinta kepada-Nya serta merendahkan diri karena keagungan-
Nya.

7
Mayoritas ayat-ayat al-Qur’an menjelaskan pokok yang agung ini,
diantaranya Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

ُ َ ۡ ُ ‫ََ ذ‬ َ ُ ‫َ ُۡ ذَ ُۡ ٗ ذ‬
٣ ... ‫ أَل ّلل ٱَّلين ٱۡلالص‬٢ ‫ فٱعبد ٱّلل ُملصا ل ٱَّلين‬...
“… Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-
nya. Ingatlah hanya kepunyaan Allah agama yang bersih dari
syirik...” (QS. Az Zumar: 2-3).

ُ ‫ذ‬ ٓ ‫َ َ َ َ ُّ َ َ ذ َ ۡ ُ ُ ٓ ْ ذ‬
٢٣ ... ‫َض ربك أَل تعبدوا إَل إياه‬ َٰ ‫۞وق‬
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu beribadah hanya
kepada-Nya...” (QS. Al-Isra: 23).

َ ُ َٰ َ ۡ َ َ ۡ َ َ َ ُ َ َ ُۡ َ‫َ ۡ ُ ْ ذ‬
١٤ ‫فٱدعوا ٱّلل ُملصۡي ل ٱَّلين ولو كره ٱلكفرون‬
“Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ibadah kepada-Nya,
meskipun orang-orang kafir tidak menyukainya.” (QS. Al-Mu’min:
14).

Sebuah hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari sahabat


Mu’adz menyatakan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
pernah bersabda :

ِ ‫حِقِِللاِِعِلِِ ِالعبِادِِأِنِِِي ِعبِدِ ِوهِِوِلِِِي‬


‫شكِ ِواِبِهِِ ِشيِئِا‬
“Hak Allah atas hamba-hambaNya adalah agar mereka beribadah
kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya.” (HR. Bukhari,
Muslim).

8
Iman kepada Allah juga mencakup keyakinan terhadap semua yang
telah Allah wajibkan kepada manusia, diantaranya adalah lima
Rukun Islam, yaitu: syahadat (persaksian) bahwa tidak ada Tuhan
yang berhak disembah kecuali hanya Allah dan bahwa Muhammad
shallallahu alaihi wasallam adalah utusan Allah; mendirikan shalat;
mengeluarkan zakat; puasa di bulan Ramadhan; dan haji ke
Baitullah al-Haram bagi yang mampu melakukannya, dan selainnya
dari kewajiban yang diperintahkan dalam syariat.

Dari lima rukun islam di atas, yang paling penting adalah syahadat
Laa Ilaha Illallah Muhammadur Rasululah.

Syahadat Laa Ilaha Illallah mengharuskan pemurnian ibadah hanya


kepada Allah dan penolakan terhadap sesembahan lain. Tidak ada
yang patut disembah selain Allah. Oleh karena itu, setiap yang
disembah selain Allah, baik berwujud manusia, malaikat, jin atau
yang lainnya, kesemuanya itu bathil atau tertolak. Allah ta’ala
berfirman:

ُ َٰ َ ۡ َ ُ ُ َ ُ ۡ َ َ ‫َ َٰ َ َ ذ ذ َ ُ َ ۡ َ ُّ َ َ ذ‬
٦٢ ... ‫ذلك بأن ٱّلل هو ٱۡلق وأن ما يدعون من دونهۦ هو ٱلبطل‬
“Demikianlah sesungguhnya hanya Allah Tuhan yang Hak dan
sesungguhnya sesembahan selain Allah adalah batil…” (QS. Al-
Hajj: 62).

Dan telah dijelaskan sebelumnya bahwa Allah menciptakan jin dan


manusia, dan mengutus para rasul-Nya, serta menurunkan kitab-
9
kitabNya, adalah untuk mewujudkan pokok yang penting ini. Maka
perhatikanlah hal tersebut dengan baik agar jelas bagimu bahwa
realita kebanyakan kaum muslimin tidak mengetahui prinsip pokok
yang penting ini sehingga mereka beribadah kepada selain Allah dan
mempersembahkan hak Allah untuk selain-Nya. Hanya kepada
Allah kita memohon pertolongan.

Termasuk diantara prinsip iman kepada Allah, adalah keyakinan


bahwa Allah pencipta dan pengatur alam semesta dengan ilmu dan
kekuasaan-Nya. Dialah Raja di dunia dan di akhirat. Dialah Rabb
semesta alam, tidak ada Rabb selain-Nya. Allah Ta’ala berfirman:

ٞ َ ۡ َ ُ َٰ َ َ َ ُ َ ۡ َ ُ ُ َٰ َ ُ ‫ذ‬
٦٢ ‫ٱّلل خلق ُك َشءٖٖۖ وهو لَع ُك َشءٖ وكيل‬
“Allah adalah pencipta segala sesuatu, dan Dia sebagai
pemeliharanya.” (QS. Az Zumar: 62).

َ َ َٰ َ َ ۡ ‫ذ َ ذ ُ ذ‬ َ َ ۡ َ َٰ َ َٰ َ ‫َ َ َ ذ‬ ‫ذ َذ ُ ُ ذُ ذ‬
‫إن ربكم ٱّلل ٱَّلي خلق ٱلسموت وٱۡلۡرض ِف ستة أيا ٖم ثم ٱستوى لَع‬
َ‫جوم‬ ُ ُّ‫لش ۡم َس َوٱ ۡل َق َم َر َوٱنل‬ ‫ذَۡ ذَ َ َ ۡ ُُُ َ ٗ َ ذ‬ ُۡ ۡ َ ۡ
‫ٱلعرشٖۖ يغِش ٱَلل ٱنلهار يطلبهۥ حثيثا وٱ‬
َ َ َٰ َ ۡ ُّ َ ُ ‫َ ۡ ٓ َ َ َ ُ ۡ َ ۡ ُ َ ۡ َ ۡ ُ َ َ َ َ ذ‬ َ ‫ُم َس ذخ‬
٥٤ ‫ت بأمرهۦ أَل ل ٱۡللق وٱۡلمر تبارك ٱّلل رب ٱلعلمۡي‬ ِۢ َٰ ‫ر‬
“Sesungguhnya Rabb kamu ialah Allah yang telah menciptakan
langit dan bumi dalam enam harei, lalu Dia bersemayam di atas
Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya
dengan cepat, dan diciptakan pula matahari, bulan, dan bintang-

10
bintang; masing-masing tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah,
menciptakan dan memerinthkan hanyalah hak Allah Mahasuci
Allah, Rabb semesta alam.” (QS. Al-A’raf: 54).

Termasuk bagian dari keimanan kepada Allah adalah mengimani


Nama-namaNya yang maha indah dan sifat-sifatNya yang terpuji,
sebagaimana yang disebutkan di dalam Al-Qur’an dan telah
ditetapkan pula oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, tanpa
mengubah, mengingkari, membagaimanakan, dan tanpa
menyerupakan dengan makhluk. Setiap muslim wajib meyakininya
tanpa mempersoalkannya, disertai meyakini kandungan makna
berupa sifat-sifat Allah yang sempurna sesuai dengan keagungan-
Nya dan tidak menyerupakannya dengan sifat makhluk-Nya.
Sebagaimana firman Allah Ta’ala:

ُ َ ۡ ُ ‫ ََُ ذ‬ٞ ۡ َ ۡ َ َ َۡ
١١ ‫ۚ ليس كمثلهۦ َشء ۖۡ وهو ٱلسميع ٱۡلصري‬...
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya, dan Dia-lah Yang
Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Asy Syura: 11).

َ ُ َ ۡ َ َ ۡ ُ ََ ُ َ ۡ َ َ‫ََ َ ۡ ُ ْ ذ ۡ َۡ َ َ ذ ذ‬
٧٤ ‫فَل تۡضبوا ّلل ٱۡلمثال إن ٱّلل يعلم وأنتم َل تعلمون‬
“Maka, janganlah kamu membuat permisalan bagi Allah.
Sesungguhnya Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”
(QS. An-Nahl: 74).

11
Inilah aqidahnya Ahlusunnah wal Jama ah, mereka adalah para
Sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan para
pengikutnya yang setia. Dan aqidah ini telah dinukil oleh al-Imam
Abul Hasan al-Asy’ari dalam kitabnya al-Maqolat ‘an Ashabil
Hadits wa Ahlissunnah, dan juga dinukil oleh selainnya dari
kalangan ahli ilmu dan iman.

Imam al-Auza’i menceritakan bahwa az-Zuhri dan Makhul pernah


ditanya tentang ayat-ayat yang berkaitan dengan sifat Allah; mereka
berdua menjawab:

ِ‫أمروهاِمَكِجاءت‬
“Perlakukan itu seperti apa adanya”.
al-Walid bin Muslim pernah bercerita bahwa Imam Malik, al-
Auza’i, al-Laits bin Sa’ad, dan Sufyan ats-Tsauri pernah ditanya
tentang hadits mengenai sifat-sifat Allah; mereka semua menjawab:

ِ ِ‫أِمروهاِمَكِجاءتِبالِكيف‬
“Perlakukan seperti apa yang sudah datang, dan janganlah kamu
persoalkan”.
al-Imam al-Auza’i pernah berkata:

ِ ِ‫اِوالتِابِعِوِنِ ِمِتِ ِوافِ ِروِنِ نَِِ ِولِ ِِانِ ِللاِ ِسِبِحِانِهِ ِعِلِ ِعِِرشِهِ ِونِ ِؤمِنِ ِبِم‬
ِ‫اِورِدِ ِ ِف‬ ِ ِ‫كِن‬
‫إ‬
ِ ِ‫الصفِات‬ َِ ِِ‫السِنِةِِمِن‬

12
“Kami beserta para tabi’in sepakat bahwa Allah di atas Arsy, dan
kami meyakini sebagaimana yang disebutkan dalam Sunnah Rasul -
shallallahu alai wasallam- tentang sifat-sifatNya.”

Dan ketika Rabi’ah bin Abi Abdurrahman (gurunya Imam Malik)


ditanya tentang ‫اإل ْستِ َواء‬
ِ ia menjawab:

َ ‫الس تواء ِغي ِمجهو ٍل ِوالكيف ِغي ِمعَو ٍل ِومن ِللا‬


ِ‫ِالرساَل ِوعل ِالرسول‬
ِ ِ‫البالغِاملبْيِوعليناِالتصديق‬
“al-Istiwa’ itu tidak samar, sedang mempersoalkannya adalah
diluar kemampuan akal. Dari Allah datanglah risalah ini, tanggung
jawab Rasulullah untuk menyampaikannya, dan kewajiban kita
hanyalah membenarkannya.”

Demikian pula ketika Imam Malik rahimahullah ditanya tentang hal


itu, beliau menjawab:

ِ ِ‫الِسِتِ ِواءِِمِعِلِ ِومِِ ِوالكِيِفِمِجِه ِولِِ ِو ِاليِمِانِِبِهِِ ِواجِبِِ ِوالسِ ِؤالِِعِنِهِِبِدِعِة‬


‫إ‬
“Istiwa’ itu sudah jelas artinya tapi bagaimana hakikatnya tidak
diketahui, sedangkan beriman kepadanya adalah kewajiban dan
menanyakannya adalah bid’ah.” Kemudian ia berkata kepada si
penanya: “Saya tidak melihat kamu kecuali sebagai orang yang
buruk”. Imam Malik lalu memerintahkannya keluar.

Telah diriwayatkan ucapan seperti ini dari Ummul Mu’minin Ummu


Salamah radhiyallahu ‘anha.

13
al-Imam Abu Abdirrahman Abdullah Ibnul Mubarak pernah
berkata:

ِ‫نِعِ ِرفِِِربِنِاِسِبِحِانِهِِبِأنِهِِفِ ِوقِِسِ ِاواتِهِِعِلِعِِرشِهِِبِئِنِِمِنِِخِلَِه‬


“Kami mengerti bahwa Rabb kami berada di atas langit,
bersemayam di atas Arsy, tidak bersatu dengan makhluknya.”

Pernyataan para imam yang senada dengan kutipan-kutipan di atas


sangatlah banyak, namun tentu saja tidak dapat dimuat dalam buku
kecil ini. Para pembaca disarankan untuk merujuk langsung kepada
kitab-kitab yang disusun para ulama Ahlussunnah yang berkaitan
dengan masalah ini, misalnya Kitab as-Sunnah karya Abdullah bin
al-Imam Ahmad, Kitab at-Tauhid karya Imam Besar Muhammad
bin Huzaimah, Kitab As-Sunnah karya Abul Qasim Al-Laalikai
ath-Thobari, Kitab As-Sunnah karya Abu Bakar bin Abi Ashim,
dan risalah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, yang merupakan jawaban
untuk penduduk Hamaa’. Di dalam risalah Ibnu Taimiyah tersebut,
beliau menjelaskan aqidah Ahlussunnah dengan sangat terperinci,
dengan mengutip ucapan ulama ahlussunnah serta berbagai dalil
syar’i maupun akal sehat yang kesemuanya menunjukkan benarnya
aqidah ahlussunnah dan batilnya aqidah musuh-musuh mereka.
Demikian pula dalam bukunya yang berjudul Risalah
Tadmuriyyah, di dalamnya beliau menjelaskan Aqidah
Ahlussunnah disertai dalil-dalil syariat dan akal sehat serta bantahan
bagi para penentang yang dengannya kebenaran menjadi unggul dan
14
kebatilan tumbang bagi siapapun yang memperhatikannya dari
keterangan ahli ilmu dengan niat yang baik dan mencari kebenaran.
Siapapun yang menyelisihi aqidah ahlussunnah dalam permasalahan
Nama-nama Allah dan Sifat-sifatNya, maka bisa dipastikan bahwa
ia telah menyelisihi dalil-dalil wahyu dan akal sehat disertai
kontradiksi yang nyata dalam menetapkan dan menafikan sesuatu
untuk Allah.

Ahlussunnah wal jama’ah menetapkan untuk Allah segala yang


telah ditetapkan-Nya sendiri dalam Al-Qur’an serta sebagaimana
yang telah dijelaskan oleh Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi
wasallam dalam hadits yang shahih, tanpa tamtsil (menyerupakan
dengan makhluk) dan mereka mensucikan Allah dari segala bentuk
tamtsil dan hal tersebut tanpa disertai ta’thil (menolak asma dan
sifat-Nya), sehingga mereka terhindar dari sikap kontradiksi dan
telah mengamalkan semua dalil yang ada. Dan Allah akan memberi
pertolongan untuk terus berada di atas kebenaran dan dimenangkan
argumennya, bagi siapapun yang berpegang teguh kepada kebenaran
yang dibawa oleh Para Rasul-Nya dan mengerahkan usahanya untuk
mewujudkannya disertai keikhlasan. Allah ta’ala berfirman :

ٞ َ َ ُ َ َ ُُ َ ََۡ َ ۡ َ َ َۡ ُ َۡ َۡ
َٰ
١٨... ‫بل نقذف بٱۡلق لَع ٱلبطل فيدمغهۥ فإذا هو زاهق‬

15
“Bahkan Kami melontarkan yang hak kepada yang batil lalu yang
hak itu menghancurkannya, maka dengan serta merta yang batil itu
lenyap” (QS. Al-Anbiya: 18)

ً ۡ َ َ َ ۡ َ َ َ ۡ َ َٰ َ ۡ ‫َ َ َۡ ُ َ َ َ َ ذ‬
٣٣ ‫وَل يأتونك بمثل إَل جئنك بٱۡلق وأحسن تفسريا‬
“Tidaklah orang kafir itu datang kepadamu membawa sesuatu yang
ganjil, melainkan kami datangkan kepadamu sesuatu yang benar
dan paling baik penjelasannya.” (QS. Al-Furqan: 33).

al-Hafidz Ibnu Katsir memberi penjelasan yang sangan baik dan


patut dinukil faidahnya, beliau menyebutkan dalam kitab tafsirnya
yang terkenal ketika menafsirkan Firman Allah:

َ َ َٰ َ َ ۡ ‫ذ َ ذ ُ ذ‬ َ َ ۡ َ َٰ َ َٰ َ ‫َ َ َ ذ‬ ‫ذ َذ ُ ُ ذُ ذ‬
‫إن ربكم ٱّلل ٱَّلي خلق ٱلسموت وٱۡلۡرض ِف ستة أيا ٖم ثم ٱستوى لَع‬
ۡ َ ۡ
٥٤ ... ‫ش‬
ٖۖ ‫ٱلعر‬
“Sesungguhnya Rabbmu adalah Allah yang telah menciptakan
langit dan bumi dalam enam hari, kemudian Dia bersemayam di
atas Arsy.” (QS. Al-A’raf: 54).

Beliau mengatakan: “Banyak pendapat manusia tentang


permasalahan ini, tetapi tidak dapat dijadikan sandaran. Kita
mengikuti madzab kaum salaf ash-shalih (para pendahulu yang
shalih) seperti Imam Malik, al-Auza’i, ats-Tsauri, al-Laits bin
Sa’ad, Imam Syafi’i, Imam Ahmad, Ishaq bin Rahawaih, serta
ulama-ulama lainnya, baik yang dahulu maupun yang sekarang.
16
Yaitu: “Perlakukanlah ayat itu sebagaimana adanya, tanpa
dipersoalkan, diserupakan, atau diubah. Sedangkan anggapan
yang tergesa-gesa oleh madzab yang menyerupakan Allah dengan
makhluk lain, semuanya tertolak, karena sesungguhnya Allah
tidak boleh disamakan dengan makhluk-Nya dan tidak ada
sesuatu pun yang serupa dengan-Nya; Dia Maha Mendengar dan
Maha Melihat”. Dan para imam yang lainnya, diantaranya oleh
Nuaim biun Hammad al-Khuzaiy (guru Imam al-Bukhari) Ia pernah
mengatakan: “Barangsiapa menyamakan Allah dengan makhluk
maka dia kafir. Dan barangsiapa mengingkari sifat Allah maka
dia juga telah kafir. Tidak ada unsur kesamaan dengan makhluk
pada sifat yang Allah sebutkan untuk Diri-Nya dan juga yang
disebutkan oleh Rasul-Nya”. Barangsiapa yang menetapkan sifat
Allah, sebagaimana yang tertera dalam Al-Qur’ an dan hadits-
hadits yang shahih, maka dia telah mensucikan Allah dari
kekurangan dan telah berjalan di atas jalan kebenaran.”

2. Iman Kepada Para Malaikat


Iman kepada para malaikat mencakup keimanan secara global dan
terperinci. Setiap muslim wajib meyakini bahwa Allah mempunyai
malaikat-malaikat yang diciptakan untuk mentaati perintah-
perintahNya. Allah menyebutkan sifat malaikat sebagai hamba-
hamba yang dimuliakan karena tidak pernah mendahului Allah dan
senantiasa melaksanakan perintah-Nya. Allah ta’ala berfirman:
17
ۡ‫َض َو ُهم من‬ َ َ ۡ َ ‫َ ۡ َُ َ ََۡ َۡ ۡ ََ َ َۡ ُ ۡ ََ َۡ َ ُ َ ذ‬
َٰ ‫يعلم ما بۡي أيديهم وما خلفهم وَل يشفعون إَل لمن ٱرت‬
َ ُ ۡ ُ َ ۡ َ
٢٨ ‫خشيتهۦ مشفقون‬
“Allah mengetahui apa yang ada dihadapan mereka (malaikat) dan
yang dibelakang mereka, dan mereka tiada memberi syafaat
melainkan kepada orang yang diridhai Allah, dan mereka itu selalu
berhati-hati karena takut kepadanya.” (QS. Al-Anbiya: 28).

Para malaikat terdiri dari banyak kelompok, diantaranya ada yang


diperintahkan untuk memikul Arsy, menjaga surga, menjaga neraka,
dan mencatat amal perbuatan manusia.

Kita wajib mengimani secara rinci sebagian malaikat yang namanya


disebut oleh Allah dan Rasul-nya, diantaranya adalah: Jibril, Mikail,
Malik yang menjaga neraka, dan Israfil yang bertugas meniup
sangkakala. Terdapat hadits-hadits shahih yang menyebutkan
tentang malaikat, diantaranya adalah hadits dari Aisyah
radhiyallahu ‘anha yang menyatakan bahwa Nabi shallallahu alaihi
wasallam pernah bersabda:

ِ‫ف‬ ِ ِ‫ان ِمِنِ ِمِ ِار ٍِج ِمِنِ ِنِ ٍِر ِ ِوخِلِقِ ِأآدِمِمِم‬
ِ ِ‫اِوص‬ َِ ِ‫خِلَِِتِ ِاملِالئِكِةِ ِمِنِ نِ ِو ٍِر ِ ِوخِلِقِ ِال‬
ِِ‫لك‬
“Malaikat itu diciptakan dari cahaya, dan jin diciptakan dari api
yang menyala, sementara Adam diciptakan dari apa yang sudah
disebutkan kepada kalian.” (HR. Muslim: 2996).

18
3. Iman Kepada Kitab-Kitab
Secara umum, kita wajib mengimani bahwa Allah telah menurunkan
kitab-kitab kepada para nabi dan rasul-Nya dengan tujuan untuk
menjelaskan hak Allah dan mendakwahkannya kepada manusia.
Allah Ta’ala berfirman:

َ َ ۡ َ َ َٰ َ ۡ ُ ُ َ َ َ ۡ َ َ َ َٰ َ َ ۡ َ َ ُ ُ َ ۡ َ ۡ َ ۡ َ َ
َ ‫ان َلَ ُق‬
ُ‫وم ٱنلذاس‬ ‫لقد أرسلنا رسلنا بٱۡلينت وأنزنلا معهم ٱلكتب وٱلمزي‬
ۡ ۡ
٢٥... ‫ط‬ٖۖ ‫بٱلقس‬
“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan
membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama
mereka al-Kitab dan neraca keadilan supaya manusia dapat
menegakkan keadilan…”. (QS. Al-Hadid: 25).
َ ‫َ َ ذ ُ ُ ذ ٗ َ َٰ َ ٗ َ َ َ َ ذ‬
ُ‫نز َل َم َع ُهم‬
َ ‫ين َوأ‬ َ ‫ي َن ُمبَۡش‬
َ ‫ين َو ُمنذر‬ ‫ذ‬ ُ
ۧ ‫َكن ٱنلاس أمة وحدة فبعث ٱّلل ٱنلب‬
ْ ََُۡ َ ‫ذ‬ َ ۡ َ َ ُ ۡ َ َۡ َ َٰ َ ۡ
٢١٣ ... ‫ٱلكتب بٱۡلق َلحكم بۡي ٱنلاس فيما ٱختلفوا فيه‬
“Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan),
maka Allah mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira
dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka
Kitab dengan benar, untuk memberi keputusan di antara manusia
tentang perkara yang mereka perselisihkan…” (QS. Al-Baqarah:
213).

19
Dan secara khusus kita harus mengimani nama kitab-kitab telah
Allah sebutkan seperti Taurat, Injil, Zabur dan al-Qur’an.

Kitab al-Qur’an adalah kitab yang paling utama diantara kitab-kitab


lainnya. al-Qur an merupakan kitab penutup yang memelihara dan
membenarkan kitab-kitab sebelumnya. Semua ummat manusia
wajib mengikuti dan berhukum kepada al-Qur’an dan petunjuk
Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wasallam yang terdapat di
dalam hadits nabi yang shahih, karena Allah mengutus beliau untuk
manusia dan jin, dan Allah menurunkan al-Qur’an kepada beliau
sebagai sumber hukum bagi seluruh manusia, disamping sebagai
penyejuk hati dan obatnya, yang menjelaskan berbagai
permasalahan, serta sebagai petunjuk dan rahmat untuk semesta
alam. Allah ta’ala berfirman:

َ ُ َ ۡ ُ ۡ ُ ‫ َ ذ ُ ُ َ ذ ُ ْ َ َ ذ‬ٞ َ َ ُ ُ َٰ َ ۡ َ َ ٌ َٰ َ َ َٰ َ َ
١٥٥ ‫وهذا كتب أنزلنه مبارك فٱتبعوه وٱتقوا لعلكم ترَحون‬
“Dan al-Qur’an ini adalah kitab yang telah Kami turunkan, yang
diberkahi; maka ikutilah dia, dan bertakwalah agar kalian
mendapat rahmat dari Allah.” (QS. Al-An’am: 155).

َ ۡ ُ ‫َح ٗة َوب‬
َٰ‫ۡشى‬ َ ۡ ‫َشء َو ُه ٗدى َو َر‬
ۡ َ ُ ٗ َۡ َ َ ۡ َ َۡ َ َۡ‫ََذ‬
ٖ ‫ۚ ونزنلا عليك ٱلكتَٰب تبيَٰنا لك‬...
َ ۡ ُ ۡ
٨٩ ‫للمسلمۡي‬

20
“… dan Kami turunkan al-Qur’an kepadamu sebagai penjelas
segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi
orang-orang yang berserah diri.” (QS. An-Nahl: 89).

َ َ ‫ذ‬ ُ ۡ ُ َُ ‫َ ُ ُ ذ َۡ ُ ۡ َ ً ذ‬ ُ َ ُّ َ َ ُۡ
‫يأيها ٱنلاس إّن رسول ٱّلل إَلكم َجيعا ٱَّلي لۥ ملك ٱلسمَٰوَٰت‬ ‫ذ‬ َٰٓ ‫قل‬
ُۡ ُ َ َ ‫َُ ُ ََ ُ ْ ذ‬ ۡ ُ َ ُ ‫َ ٓ َ َٰ َ ذ‬ َۡ َ
‫ذ‬
‫ۡرض َل إله إَل هو يحۦ ويميتۖۡ فامنوا بٱّلل ورسول ٱنلب ٱۡلم‬ ٖۖ ‫وٱۡل‬
َ ُ َ ۡ َ ۡ ُ ‫ذ ُ ۡ ُ ذ َ َ َ َٰ َ ذ ُ ُ َ َ ذ‬
١٥٨ ‫ٱَّلي يؤمن بٱّلل وَكمتهۦ وٱتبعوه لعلكم تهتدون‬
“Katakanlah: "Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah
kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan
bumi; tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia, Yang
menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kepada Allah dan
Rasul Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada
kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya
kamu mendapat petunjuk". (QS. Al-A‘raf: 158).

Dan ayat-ayat yang semakna dengan ini sangatlah banyak.

4. Iman Kepada Rasul


Keimanan kepada para rasul mencakup keimanan secara global dan
terperinci. Secara umum (global), kita harus mengimani bahwa
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengutus para rasul dari jenis
manusia untuk menyampaikan kabar gembira dan memberi
peringatan kepada hamba-hambaNya, serta mendakwahkan

21
kebenaran. Siapa pun yang menerima ajarannya maka dia akan
meraih keberuntungan dan kebahagiaan. Dan barangsiapa yang
menentang seruannya akan terjerumus dalam kesengsaraan dan
penyesalan. Allah ta’ala berfirman:

َ ُ َٰ ‫ُ ُ ذ ذ ُ ً َ ۡ ُ ُ ْ ذ َ َ ۡ َ ُ ْ ذ‬ َ ََۡ ۡ َََ
٣٦ ... ‫ولقد بعثنا ِف ُك أم ٖة رسوَل أن ٱعبدوا ٱّلل وٱجتنبوا ٱلطغوت‬
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat
(untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah
Thaghut", (QS. An-Nahl: 36).

ُ ُّ َ ۡ َ ‫ذ‬ ُ ‫ََ ذ‬ ‫ذ‬ َ ُ َ ‫َ َذ‬ ُ َ َ َ ُّ ٗ ُ ُّ


... ‫رسَل مبۡشين ومنذرين ِلَل يكون للناس لَع ٱّلل حجُۢة بعد ٱلرسل‬

١٦٥
“Kami utus mereka sebagai rasul-rasul pembawa berita gembira
dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia
membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu…” (QS. An-
Nisa: 165).

َ َ َ ‫ذُ َ ذ‬ ََٰ َ ۡ ُ َ َ َ ََٓ ٌ ‫ذ َ َ َُذ‬


َ
... ‫ين‬ ‫ذ‬ َ
ۧ ‫ما َكن ُممد أبا أح ٖد من رجالكم ولكن رسول ٱّلل وخاتم ٱنلب‬

٤٠
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki
di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-
nabi…” (QS. Al-Ahzab: 40)

22
Secara khusus (terperinci), kita wajib mengimani para rasul yang
namanya telah diberitakan dalam al-Qur’an dan yang disebutkan
oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, diantaranya adalah:
Nuh, Hud, Shalih, Ibrahim, dan Nabi Muhammad sebagai nabi
terakhir, dan nabi-nabi yang lainnya. Semoga shalawat dan salam
tercurah kepada mereka dan terutama kepada Nabi kita.

5. Iman Kepada Hari Akhir


Iman kepada hari akhir mencakup keimanan terhadap segala yang
telah diberitakan oleh Allah dan Rasul-Nya berupa segala peristiwa
yang akan terjadi setelah datangnya kematian, seperti fitnah kubur,
adzab kubur dan nikmat kubur. Iman kepada hari akhir juga meliputi
keimanan kepada segala peristiwa yang terjadi setelah hari kiamat,
seperti: kejadian-kejadian yang dahsyat, dan ash-shirath, mizan,
hisab, hari pembalasan, dan dibagikannya catatan amal perbuatan
manusia dengan tangan kanannya, tangan kirinya, atau dari balik
punggungnya. Keimanan pada hari akhir juga meliputi keyakinan
terhadap adanya telaga Rasulullah shallallahu alaihi wasallam,
keimanan terhadap surga dan neraka, dan keyakinan bahwa orang
beriman akan melihat Allah secara langsung dan Allah berbicara
dengan mereka, dan selainnya dari segala sesuatu yang telah
dijelaskan dalam al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam. Kesemuanya itu wajib kita imani dan kita terima
sebagaimana adanya.
23
6. Iman Kepada Qadar (Takdir)
Iman kepada qadar mencakup empat perkara :
1) Mengimani bahwa Allah maha mengetahui segala sesuatu yang
telah dan akan terjadi, Dia mengetahui segala keadaan hamba-
hambaNya, Dia juga mengetahui rizki, ajal, dan amal perbuatan
mereka. Segala urusan dan gerak mereka tidak pernah luput dari
pengawasan Allah subhanahu wa ta’ala. Allah berfirman:

ٞ َ ۡ َ ُ َ‫ذ ذ‬
٦٢ ‫ إن ٱّلل بكل َشء عليم‬...
“… sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
(QS. Al-Ankabut: 62).

َ ُ َ َ َ ۡ َ َ‫ ََ ذ ذ‬ٞ َ َ ُ َٰ َ َ َ ‫َ ۡ َ ُ ٓ ْ َ ذ ذ‬
ۡ ۡ
‫ َلعلموا أن ٱّلل لَع ُك َشءٖ قدير وأن ٱّلل قد أحاط بكل َشء‬...
‫ا‬ َ ۡ
١٢ ‫علما‬
“… agar kalian mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu, dan sesungguhnya pengetahuan Allah meliputi
segala sesuatu.” (QS. At-Thalaq: 12).

2) Keimanan terhadap adanya catatan Allah terhadap segala yang


telah ditakdirkan-Nya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

َ ٌ ََٰ َ َ َ ۡ ُ ۡ ُ َ ۡ ُ ُ َ َ َ ۡ َ ۡ َ
٤ ‫قد علمنا ما تنقص ٱۡلۡرض منهمۖۡ وعندنا كتب حفيُۢظ‬

24
“Sesungguhnya Kami telah mengetahui apa yang dihancurkan
oleh bumi dan tubuh-tubuh mereka dan pada sisi Kami ada kitab
yang terpelihara.” (QS. Qaaf: 4).

ُّ َ ُ َ ۡ َ ۡ َ َ ‫َُذ‬
ٓ ۡ
ٖ ‫ۚ وُك َشء أحصينَٰه ِف إما ٖم مب‬...
١٢ ‫ۡي‬
“...dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam kitab induk yang
nyata (Lauhul Mahfuzh)”. (QS, Yaasin: 12).

‫ذ‬ ََٰ َ َٰ َ ‫ذ‬ َۡ َ َٓ ‫ذ‬ َ َ ۡ َ َ‫ََۡ َۡ َۡ َ ذ ذ‬


ُ
‫ألم تعلم أن ٱّلل يعلم ما ِف ٱلسماء وٱۡلۡرض إن ذلك ِف كتب إن‬
ٞ َ ‫َ َٰ َ َ َ ذ‬
٧٠ ‫ذلك لَع ٱّلل يسري‬
“Apakah kamu tidak tahu bahwa sesungguhnya Allah
mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi. Bahwasanya
yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauhul
Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi
Allah.” (QS. Al Hajj: 70).

3) Mengimani kehendakNya yang sempurna, segala yang Allah


kehendaki pasti terjadi, dan segala tidak berkehendaki-Nya tidak
akan terjadi. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

ُ ٓ ََ َ َُ َۡ َ‫ذ ذ‬
١٨ ۩‫ۚ إن ٱّلل يفعل ما يشاء‬...
“... Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS.
Al-Hajj: 18).

25
ُ ُ َ َ ُ َُ َ ُ َ َ ً ۡ َ َ ََ َٓ ُُٓ َۡ ٓ َ ‫ذ‬
٨٢ ‫إنما أمرهۥ إذا أراد شيا أن يقول لۥ كن فيكون‬
“Sesungguhnya perintah-nya, apabila Dia menghendaki sesuatu
hanyalah berkata kepadanya: Jadilah. Maka jadilah dia.” (QS.
Yaasin: 82).

َ َ َٰ َ ۡ ُّ َ ُ ‫َ َ َ َ ٓ ُ َ ذ ٓ َ َ َ ٓ َ ذ‬
٢٩ ‫وما تشاءون إَل أن يشاء ٱّلل رب ٱلعلمۡي‬
“Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu)
kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.” (QS.
At-Takwir: 29)

4) Keyakinan bahwa Allah adalah pencipta segala sesuatu; tidak ada


pencipta selain Dia, dan tidak ada Rabb selain-Nya. Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman:

ٞ َ ۡ َ ُ َٰ َ َ َ ُ َ ۡ َ ُ ُ َٰ َ ُ ‫ذ‬
٦٢ ‫ٱّلل خلق ُك َش ٖءٖۖ وهو لَع ُك َش ٖء وكيل‬
“Allah menciptakan dan memelihara segala sesuatu.” (QS. Az-
Zumar: 62).

‫َ ُۡ ذ‬ ََٰ ۡ ۡ َ ۡ ُ ۡ َ َ ‫َ َٰٓ َ ُّ َ ذ ُ ۡ ُ ُ ْ ۡ َ َ ذ‬
‫يأيها ٱنلاس ٱذكروا نعمت ٱّلل عليكم هل من خلق غري ٱّلل‬
َ ُ َ ۡ ُ َٰ ‫َ ٓ َ َٰ َ ذ ُ َ َ َ ذ‬ َۡ َ َٓ ‫ذ‬ ُ ُ
٣ ‫يَ ۡر ُزقكم م َن ٱلسماء وٱۡلۡرض َل إله إَل هوۖۡ فأّن تؤفكون‬
“Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah
pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepada
kamu dari langit dan bumi? Tidak ada Tuhan yang berhak

26
disembah selain Dia; maka mengapakah kamu berpaling?“ (QS.
Faathir: 3).

Menurut Ahlussunnah wal Jama’ah, bahwa iman kepada takdir


meliputi keempat hal di atas, berbeda dengan ahlu bid’ah yang
mengingkari sebagian darinya.

Termasuk Iman kepada Allah adalah keyakinan bahwa iman


mencakup ucapan dan perbuatan, bisa bertambah dengan ketaatan dan
berkurang dengan kemaksiatan. Dan tidak boleh mengkafirkan
seorang muslim dengan sebab perbuatan dosanya selain dosa syirik
dan kekufuran, seperti: berzina, mencuri, memakan harta riba,
meminum minuman yang memabukkan, durhak kepada kedua orang
tua, serta dosa-dosa besar lainnya yang tidak menyebabkan seseorang
jatuh kepada kekafiran selama tidak disertai penghalalan. Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman:

ُ ٓ َ َ َ َ َٰ َ َ ُ َ ُ ۡ َ َ َ َ ُۡ َ ُ َۡ َ َ‫ذ ذ‬
١١٦ ... ‫إن ٱّلل َل يغفر أن يۡشك بهۦ ويغفر ما دون ذلك لمن يشاء‬
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan
(sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari
syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya...” (QS. An-Nisa’: 116).

Telah ada hadits-hadits yang mutawatir dari Rasulullah shallallahu


alaihi wasallam yang mengabarkan bahwa Allah akan mengeluarkan
dari neraka siapa saja yang di hatinya masih didapati keimanan
walaupun hanya seberat biji sawi.
27
Termasuk Iman kepada Allah adalah cinta dan benci karena Allah dan
membangun loyalitas dan permusuhan karena Allah. Setiap mukmin
wajib mencintai mukmin lainnya, dan membenci serta memusuhi
orang-orang kafir.

Orang beriman yang paling utama di kalangan ummat ini adalah para
sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Maka Ahlussunnah
wal Jama’ah mencintai dan menyatakan loyalitasnya kepada mereka,
serta meyakini bahwa para sahabat adalah sebaik-baik manusia setelah
para nabi. Hal tersebut berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi
wasallam :

ِِ‫خِيِِالَِ ِروِنِِقِرِنِِثِِالِيِنِِيِلِ ِونِمِِثِِالِيِنِِيِلِ ِونِم‬


“Sebaik-baik generasi adalah generasiku, kemudian orang-orang
yang datang setelahnya, lalu menyusul orang-orang yang datang
berikutnya.” (Hadits Shahih, Muttafaq ‘alaih).

Ahlussunnah wal jama’ah juga meyakini bahwa sahabat yang paling


utama adalah Abu Bakar ash-Shiddiq, kemudian Umar al-Faruq,
setelah itu Utsman Dzun Nurain, dan Ali bin Abi Thalib -semoga
Allah meridhai mereka semua-. Kemudian, sahabat yang paling utama
setelah empat sahabat tadi adalah yang tersisa dari sepuluh orang
sahabat yang mendapat kabar gembira dengan jaminan surga. Setelah
itu adalah para sahabat lainnya yang kesemuanya telah diridhai oleh
Allah. Ahlussunnah wal Jama’ah menahan diri dari turut campur

28
terhadap perselisihan di antara para sahabat, dengan keyakinan bahwa
para sahabat yang berselisih adalah para ahli ijtihad (mujtahid), bila
mereka benar dalam ijtihadnya maka akan mendapat dua pahala,
adapun yang salah diantara mereka dalam berjtihad maka akan
mendapatkan satu pahala. Ahlussunnah wal jama’ah mencintai dan
berwala’ kepada ahlu bait Rasululullah shallallahu alaihi wasallam
yang beriman kepada beliau, dan juga menghormati serta ridha kepada
seluruh istri Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang kesemuanya
adalah ibu bagi orang-orang beriman.

Ahlussunnah wal Jama’ah berlepas diri dari sikap kelompok syi’ah


rafidhah, yaitu orang-orang yang membenci dan mencela para sahabat
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, dan mereka juga berlebih-
lebihan terhadap ahlu bait. Ahlussunnah wal jama’ah juga berlepas
diri dari sikap kelompok nashibah, yaitu orang-orang yang membenci
ahlu bait dengan ucapan dan perbuatannya.

Semua penjelasan yang kami sebutkan dalam buku ini berupa aqidah
yang benar yang Allah wahyukan kepada Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam adalah aqidahnya firqatun najiyah (kelompok yang
selamat) ahlussunnah wal jama’ah, yang telah disebutkan oleh
Rasulullah shallahu alaihi wasallam dalam sabdanya:

ِِ‫لِ ِتِ ِزالِ ِطِائِفِةِ ِمِنِ ِأِمِتِ ِعِلِالِ َِق ِمِنِصِ ِورِةِلِيِضِهِ ِمِنِ ِخِذِلِهِمِ ِحِّتِ ِيِأتِ ِأِمِر‬
ِِ‫للاِِسِبِحِانِه‬
29
“Akan tetap ada segolongan dari umatku yang tegak di atas
kebenaran dan mendapat pertolongan Allah, orang-orang yang tidak
menghiraukan mereka tidak akan membahayakannya hingga datang
keputasan Allah” (HR. Muslim: 1920)

Rasulullah shallahu alaihi wasallam juga bersabda tentang mereka:

ِِ‫ِوافِ ِتقِتِِالنِصِ ِارىِعِلِِاِثنِتِْيِِ ِوسِبِعِْي‬،


ِ ِ‫ىِوسِبِعِْيِِفِِرقِة‬
ِ ِ‫اِفِ ِتقِتِِاليِ ِودِِعِلِِِاحِد‬
‫إ‬
ِ‫ةِكَهاِفِ ِالنِارِ ِالِ ِِواحِدِة‬ ِ ٍ ِ‫ِوسِتِفِ ِتقِ ِهذِهِ ِالِمِةِ ِعِلِ ِث‬،
ِ ِ‫الث ِ ِوسِبِعِْيِ ِفِِرق‬ ِ ِ‫فِِرقِة‬
ِ‫ِمِنِ ِكِنِ ِعِلِ ِمِثلِ ِمِاِأِنِ ِعِليِهِ ِو‬:ِِ‫ِمِنِ ِهِ ِيِ ِِرسِ ِولِ ِللاِِ؟ِقِال‬:ِِ‫فَِِالِ ِالصِحِابِة‬
ِِ‫أْصاب‬
“Yahudi telah berpecah belah menjadi 71 golongan, dan Nashrani
terpecah menjadi 72 golongan. Adapun umat islam akan terpecah
menjadi 73 golongan, kesemuanya masuk neraka kecuali satu
golongan saja yang selamat. Para sahabat bertanya, Siapa golongan
itu, wahai Rasulullah?, Beliau menjawab: Siapa saja yang beragama
seperti aku dan para sahabatku.” (HR. at-Tirmidzi: 2641)

Kesemuanya ini adalah aqidah yang wajib diikuti dan dijaga, dan
hendaknya dihindari sikap menyelisihinya.

Orang-orang yang menyelisihi aqidah yang benar ini ada beberapa


kelompok, diantaranya :
 Orang-orang yang menyembah patung, berhala, malaikat, para
wali, jin, pohon dan batu serta yang lainnya. Mereka inilah

30
kelompok manusia yang menolak dakwah Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam di masa lampau, bahkan mereka menentang dan
melawannya, seperti yang diperbuat oleh kaum kafir quraisy dan
berbagai kelompok kafir arab lainnya kepada Nabi Muhammad
shallallahu alaihi wasallam. Mereka dahulu berdoa kepada
sesembahan-sesembahannya untuk memenuhi kebutuhannya,
menyembuhkan orang yang sakit, dan memenangkan atas musuh-
musuh mereka. Mereka mempersembahkan sesembelihan dan
nadzarnya untuk sesembahan-sesembahan tersebut. Maka, ketika
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengingkari perbuatan
mereka dan mengajak mereka untuk mempersembahkan ibadah
hanya kepada Allah, mereka pun terkejut dan terheran-heran, serta
mengingkari sikap dan ajakan beliau seraya berkata:

ٞ َ ُ َ َ َ َ ‫ذ‬ ً َ ٗ َ َ َ َ َ َ َ
ٌ
٥ ‫ِشء عجاب‬ۡ ‫أجعل ٱٓأۡللهة إلَٰها وَٰحداۖۡ إن هَٰذا ل‬
“Apakah ia menjadikan tuhan-tuhan itu hanya tersisa satu Tuhan
saja? Sungguh ini sangat mengherankan.” (QS. Shaad: 5).

Namun, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tetap mendakwahi


mereka untuk menunaikan hak Allah, dan memperingatkan mereka
dari perbuatan syirik, serta menjelaskan kepada mereka akan
hakikat dakwahnya, hingga Allah memberi petunjuk kepada
sebagian dari mereka untuk masuk ke dalam agama islam dengan
berbondong-bondong. Maka, agama islam menjadi tegak dan

31
unggul melalui dakwah Rasululah shallallahu alaihi wasallam
yang tak pernah henti, serta perjuangan panjang dari beliau dan
para sahabatnya serta generasi setelahnya yang mengikuti mereka
dengan baik. Kemudian kondisi umat mengalami perubahan ketika
kebodohan meliputi mayoritas manusia, hingga banyak ummat
Islam yang kembali kepada cara hidup jahiliyah, seperti ghuluw
dan berlebihan terhadap para nabi dan wali dengan berdoa dan
beristighatsah kepadanya serta berbagai kesyirikan lainnya. Bahkan
mereka tidak memahami makna kalimat “Laa Ilaha Illallah”,
padahal orang-orang kafir quraisy di masa lampau memahami
kalimat ini. Maka, hanya kepada Allah kita memohon pertolongan.

Hingga saat ini kesyirikan masih ada dan tersebar di tengah


manusia, hal itu disebabkan kejahilan dan semakin jauhnya dari
masa kenabian.

Orang-orang di saat sekarang berbuat kesyirikan dengan alasan


yang sama yaitu dengan syubhat pelaku kesyirikan di masa lalu,
berupa ucapan mereka:

‫َ ذ‬ َ ُ َٰٓ َ َ ُ ٓ َ ُ َٰٓ َ
١٨ ... ‫ هؤَلء شفعؤنا عند ٱّلل‬...
"Mereka itu adalah pemberi syafaat kami di sisi Allah" (QS.
Yunus: 18)

Dan juga perkataan mereka:

32
ََٰٓ ۡ ُ ‫َ َ ۡ ُ ُ ُ ۡ ذ ُ َ ُ َ ٓ َ ذ‬
٣ ... ‫ ما نعبدهم إَل َلقربونا إَل ٱّلل زلَف‬...
"…Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka
mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya…". (QS.
Az-Zumar: 3).

Sungguh, Allah telah menampakkan kebatilan syubhat ini dengan


menjelaskan bahwa barangsiapa yang beribadah kepada selain
Allah –siapaun dan apapun- wujudnya , maka dia telah terjatuh
pada kesyirikan dan kekufuran. Allah Ta’ala bercerita tentang
mereka :

ٓ َ ُ َٰٓ َ َ ُ ُ َ َ ۡ ُ ُ َ َ َ َ ۡ ُ ُّ ُ َ َ َ ‫ذ‬ ُ َ
‫َويَ ۡع ُب ُدون من دون ٱّلل ما َل يۡضهم وَل ينفعهم ويقولون هؤَلء‬
‫َ ذ‬ َ ُ َٰٓ َ َ ُ
١٨... ‫شفعؤنا عند ٱّلل‬
“Dan mereka menyembah selain Allah apa yang tidak dapat
mendatangkan kemudaratan kepada mereka dan tidak pula
kemanfaatan, dan mereka berkata: "Mereka itu adalah pemberi
syafaat kepada kami di sisi Allah" ...

Kemudian, perkataan mereka dibantah dengan firman-Nya:

َ ‫لس َم َٰ َوَٰت َو ََل ِف ٱ ۡۡلَۡرض ُس ۡب‬


ُ‫حَٰ َنهۥ‬ ‫ّلل ب َما ََل َي ۡعلَ ُم ِف ٱ ذ‬ َ ُ ََُ ُۡ
َ ‫ون ٱ ذ‬‫قل أتنب‬...
َ ُ ۡ ُ ‫َ َ َ َٰ َ َٰ َ ذ‬
١٨ ‫وتعَل عما يۡشكون‬
“... Katakanlah: "Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa
yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) di bumi?"
33
Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka
persekutukan.” (QS. Yunus: 18).

Pada ayat-ayat di atas Allah subhanahu wa ta’ala menjelaskan


bahwa mempersembahkan ibadah kepada selain Allah berupa para
nabi dan para wali serta yang lainnya adalah termasuk perbuatan
syirik besar, meskipun mereka tidak menggapnya sebagai
kesyirikan. Allah Ta’ala berfirman ternang mereka:

ََٰٓ ۡ ُ ‫ُ ٓ َ ۡ َ ٓ َ َ َ ۡ ُ ُ ُ ۡ ذ ُ َ ُ َ ٓ َ ذ‬ ْ ُ َ‫َ ذ َ ذ‬
‫ وٱَّلين ٱَّتذوا من دونهۦ أوَلاء ما نعبدهم إَل َلقربونا إَل ٱّلل زلَف‬...
ۚ

٣ ...
‘Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah
(berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya
mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-
dekatnya".

kemudian Allah membantah pernyataan mereka dengan Firman-


Nya:

َ‫ّلل ََل َي ۡهدي َم ۡن ُهو‬ َ ُ ََۡ


َ ‫ون إ ذن ٱ ذ‬ ُ ُ َۡ َ‫ذ ذ‬
‫ّلل َيك ُم بَ ۡي َن ُه ۡم ِف َما ه ۡم فيه َيتلف‬ ‫ إن ٱ‬...
ٞ ‫ َ ذ‬ٞ َٰ َ
٣ ‫كذب كفار‬
“…Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka
tentang apa yang mereka berselisih. Sesungguhnya Allah tidak

34
akan member petunjuk kepada orang-orang yang pendusta dan
sangat ingkar.” (QS. Az-Zumar: 3).

Maka, Allah telah menjelaskan bahwa segala bentuk peribadatan


kepada selain Allah berupa doa, rasa takut dan harap serta
selainnya adalah sebuah kekufuran kepada Allah, dan Allah juga
mengingkari pernyataan mereka bahwa sesembahan mereka bisa
mendekatkannya kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.

 Termasuk diantara keyakinan kufur yang bertentangan dengan


aqidah yang shahih sebagaimana yang diturunkan kepada para rasul
‘alaihimussholatu was salam adalah keyakinan atheisme di masa
kini yang mengikuti pemikiran Marxisme, Leninisme, Sosialisme,
Ba’tsiyyah dan yang semacamnya dari kalangan para dai penyeru
kesesatan dan kekafiran, sama saja dinamai dengan istilah
liberalisme atau komunisme atau selainya. Diantara pokok
pemikiran mereka adalah anggapan akan tidak adanya tuhan dan
konsep hidup materialisme, mereka juga mengingkari hari
kebangkitan, surga dan neraka serta mengingkari seluruh agama.
Siapapun yang melihat tulisan-tulisan mereka dan mengamati
pemikiran mereka dengan bermodalkan ilmu dan keyakinan, maka
tidak diragukan lagi bahwa ajaran ini bertentangan dengan agama
yang Allah turunkan, dan pemikiran mereka akan berujung pada
kesudahan yang sangat buruk di dunia maupun di akhirat.

35
 Dan diantara keyakinan yang bertentangan dengan aqidah yang
benar adalah keyakinan kelompok kebatinan dan sebagian ajaran
kaum sufi yang beranggapan bahwa sebagian dari orang yang
dianggap wali-wali turut berserikat dengan Allah dalam mengatur
urusan alam semesta, yang mereka sebut sebagai wali quthub, wali
autad, wali ghauts dan yang selainnya dari penamaan yang mereka
buat untuk sesembahan mereka. Keyakinan ini merupakan
kesyirikan yang paling buruk dalam rububiyyah bahkan lebih parah
dari kesyirikan kaum jahiliyyah dari kalangan kafir arab terdahulu,
karena kaum kafir Arab tidak terjatuh pada syirik rububiyyah,
namun mereka terjatuh pada syirik ibadah. Dan mereka berbuat
syirik hanya di waktu lapang, adapun di kondisi sempit maka
mereka memurnikan ibadah hanya kepada Allah. Sebagaimana
Firman Allah Ta’ala:

َ َ ۡ َ ۡ ُ َٰ ‫َ َ َ ذ َ ذ‬ ُ َ َ ُۡ َ‫ُۡ ۡ َ َ ُْ ذ‬ ْ ُ َ َ َ
‫فإذا ركبوا ِف ٱلفلك دعوا ٱّلل ُملصۡي ل ٱَّلين فلما َنىهم إَل ٱلب إذا‬
َ ُ ُۡ ۡ ُ
٦٥ ‫هم يۡشكون‬
“Maka apabila mereka naik kapal, mereka mendoa kepada Allah
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya; maka tatkala Allah
menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka kembali
berbuat syirik”. (QS. Al-Ankabut: 65)

36
Orang-orang kafir arab dahulu masih mengakui keesaan Allah
dalam Rububiyah-Nya, sebagaimana firman Allah subhanahu
wata’ala:

ُ ‫َ َ َ ََُۡ ذ ۡ َ ََ ُ ۡ ََُ ُ ذ ذ‬
٨٧ ... ۡۖ‫ولئن سأَلهم من خلقهم َلقولن ٱّلل‬
“Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang
menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: "Allah" (QS. Az-
Zukhruf: 87).

ََٰ ۡ َ ۡ َ َ ۡ ‫َ ذ َ ۡ ُ ذ‬ َۡ َ َٓ ‫ذ‬ ُ ُ ُۡ
‫قل َمن يَ ۡر ُزقكم م َن ٱلسماء وٱۡلۡرض أمن يملك ٱلسمع وٱۡلبصر ومن‬
َ َ َ
َ
َ‫ت م َن ٱ ۡل َح َو َمن يُ َدب ُر ٱ ۡۡل ۡمر‬
َ ‫ح م َن ٱل ۡ َميت َويُ ۡخر ُج ٱل ۡ َمي‬ ‫َير ُج ٱ ۡل َ ذ‬
ُۡ

َ ُ‫َ َ َُ ُ َ ذُ َُ ۡ َََ َذ‬


٣١ ‫فسيقولون ٱّلل فقل أفَل تتقون‬
“Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari
langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan)
pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan
yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang
hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?" Maka mereka
akan menjawab: "Allah". Maka katakanlah: "Mengapa kamu tidak
bertakwa (kepada-Nya)?" (QS. Yunus: 31).

Dan masih banyak lagi ayat-ayat yang semakna dengannya.

37
 Praktek kesyirikan orang-orang belakangan lebih parah
dibandingkan orang-orang musyrik terdahulu, hal tersebut bisa
dilihat dari dua sisi;
1. Sebagian orang sekarang terjatuh pada syirik dalam rububiyyah
2. Orang sekarang berbuat syirik di segala kondisi, lapang
maupun sempit

Hal tersebut bisa diketahui ketika berinteraksi dengan mereka dan


mencermati kondisi mereka, serta melihat perbuatan mereka di sisi
kuburan al-Husain, al-Badawi, dan kuburan lainnya di Mesir.
Demikian pula apa yang mereka perbuat terhadap al-‘Idrus di
Aden, al-Hadi di Yaman, Ibnu ‘Arobi di Syam, Syaikh Abdul
Qodir Jailani di Iraq, dan kuburan-kuburan lainnya yang terkenal
sebagai tempat yang dikultuskan oleh orang-orang awam dengan
dipersembahkan hak Allah kepadanya. Namun, orang-orang yang
mengingkari perbuatan tersebut dan menjelaskan hakikat tauhid
yang telah didakwahkan oleh Nabi Muhammad shallallahu alaihi
wasallam dan para rasul sebelumnya -shalawat dan salam semoga
terlimpah kepada mereka semua-.

ِ‫اِنِِِِِوِِاِنِِاِِليِهِِِراجِعِوِن‬
Sesungguhnya kita semua milik Allah, dan akan kembali kepada-
Nya.
Kita memohon kepada Allah subhanahu wa ta’ala untuk
mengembalikan mereka kepada kebenaran, dan agar
38
memperbanyak para dai yang mengajak kepada jalan hidayah, serta
memberi taufiq kepada para penguasa kaum muslimin dan para
ulama untuk memerangi kesyirikan, sesungguhnya Allah maha
mendengar dan mengabulkan doa.

 Termasuk diantara aqidah yang bertentangan dengan aqidah yang


benar dalam bab Nama-nama Allah dan Sifat-sifatNya adalah
aqidah ahlu bid’ah dari golongan Jahmiyyah dan Mu’tazilah serta
siapapun yang sejalan dengan mereka dalam menolak sifat-sifat
Allah dan meniadakan sifat kesempurnaan bagi Allah subhanahu
wa ta’ala. Namun justru mereka mensifati Allah dengan sifat-sifat
yang tidak ada hakikatnya dan sifat-sifat yang mustahil bagi-Nya.
Maha tinggi Allah dari semua ucapan mereka.

Termasuk prinsip menyimpang dalam bab ini juga adalah sikap


menolak sebagian sifat Allah dan menetapkan sebagia sifat lainnya,
seperti keyakinan kelompok Asy’ariyah. Prinsip mereka tersebut
mengkonsekuensikan untuk memperlakukan sama antara sifat yang
ditetapkan dengan yang ditiadakan dan dita’wil, maka akan
didapati bahwa mereka telah menyelisihi dalil wahyu dan akal
sehat serta sikap kontradiksi yang nyata.

Adapun Ahlussunnah wal Jama’ah, maka mereka menetapkan bagi


Allah segala yang Allah dan Rasul-Nya Muhammad shallallahu
alaihi wasallam telah tetapkan untuk-Nya berupa nama-nama dan

39
sifat-sifat yang sempurna, dengan tanpa menyerupakan dengan
makhluk-Nya dan tanpa sikap penolakan. Ahlussunnah wal
jama’ah menerima semua dalil tanpa menyelewengkan maknanya
atau menolaknya, sehingga mereka selamat dari sikap kontradiksi
yang ada pada kelompok selain mereka sebagaimana yang telah
disebutkan sebelumnya. Inilah jalan keselamatan dan kebahagiaan
di dunia dan akhirat, dan inilah jalan lurus yang telah ditempuh
kaum salaf (pendahulu ummat ini) serta para imam-imam panutan.
Sesungguhnya keadaan umat ini tidak akan menjadi baik tanpa
mengikuti kebaikan pendahulunya berupa mengikuti al-Qur’an dan
as-Sunnah serta tidak menyelisihi keduanya.

40
PEMBATAL-PEMBATAL KEISLAMAN

Ketahuilah wahai saudaraku muslim, bahwa Allah telah mewajibkan


kepada seluruh hamba-Nya untuk masuk ke dalam Agama Islam dan
berpegang teguh dengannya, serta mewaspadai dari segala sesuatu
yang menyelisihinya. Dan Allah telah mengutus Nabi-Nya
Muhammad shallallahu alaihi wasallam untuk mendakwahkan islam.
Allah juga telah mengabarkan bahwa siapapun yang mengikuti ajaran
beliau pasti akan mendapatkan hidayah; dan siapa saja yang berpaling
dari seruannya pasti akan tersesat. Allah juga telah memperingatkan
manusia -di berbagai ayat- tentang perkara-perkara yang
menyebabkan seseorang keluar dari keislaman berupa kesyirikan dan
kekufuran. Para Ulama -semoga Allah merahmati mereka- juga telah
menjelaskan di pembahasan hukum orang yang murtad, bahwa
seorang muslim bisa keluar dari status keislamannya dengan sebab
pembatal-pembatal keislaman yang bisa menjadikan darah dan
hartanya halal karena dia bukan lagi seorang muslim. Ada sepuluh
pembatal yang paling berbahaya dan paling banyak dijumpai di tengah
manusia, kami akan menyebutkannya secara ringkas disertai sedikit
penjelasan tentangnya, agar engkau berhati-hati dengannya dan
memperingatkan orang lain agar selamat darinya. Sepuluh pembatal
tersebut adalah:

41
1. Syirik dalam beribadah kepada Allah.
Allah Ta’ala berfirman:

ُ ٓ َ َ َ َ َٰ َ َ ُ َ ُ ۡ َ َ َ َ ُۡ َ ُ َۡ َ َ‫ذ ذ‬
١١٦ ... ‫إن ٱّلل َل يغفر أن يۡشك بهۦ ويغفر ما دون ذلك لمن يشاء‬
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan
(sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari
syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya…” (QS. An-Nisa:
116).
ۡ
َ‫ار َوما‬ َ ۡ ‫ّلل َعلَ ۡيه ٱ‬
ُۡۖ ‫ۡل ذن َة َو َمأ َوى َٰ ُه ٱنلذ‬ ُ ‫ۚۖۡ إنذ ُهۥ َمن ي ُ ۡۡش ۡك بٱ ذّلل َف َق ۡد َح ذر َم ٱ ذ‬...
َ َ ۡ َ ‫ذ‬
٧٢ ٖ‫للظَٰلمۡي من أنصار‬
“… Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu
dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya
surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-
orang lalim itu seorang penolong pun.” (QS. Al-Maidah: 72).

Diantara praktek syirik adalah: Berdoa dan beristighatsah kepada


orang yang telah mati serta bernadzar dan menyembelih kurban
untuknya.

2. Menjadikan makhluk sebagai perantara antara dirinya dengan


Allah dengan berdoa kepadanya, dan memohon syafa’at, serta
bertawwakal kepadanya. Kesemuanya ini membatalkan keislaman
menurut ijma’ ulama.

42
3. Tidak mengkafirkan orang-orang musyrik, atau ragu terhadap
kekafiran mereka, bahkan membenarkan madzab kufur mereka.

4. Berkeyakinan bahwa selain petunjuk Nabi Muhammad


shallallahu alaihi wasallam lebih sempurna dan lebih baik. Atau
menganggap suatu hukum atau undang-undang lainnya lebih baik
dibandingkan syariat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam,
seperti orang-orang yang mengutamakan hukum thaghut
dibandingkan hukum Allah.

5. Membenci sebagian petunjuk Rasulullah shallallahu alaihi


wasallam, meskipun diamalkannya. Allah ta’ala berfirman:

ۡ ُ َ َٰ َ ۡ َ َ َ ۡ َ َ ُ ‫َ َٰ َ َ ذ ُ ۡ َ ُ ْ َ ٓ َ َ َ ذ‬
٩ ‫ذلك بأنهم كرهوا ما أنزل ٱّلل فأحبط أعملهم‬
“Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci
kepada apa yang diturunkan Allah (Al Qur'an) lalu Allah
menghapuskan amal-amal mereka.” (QS. Muhammad: 9).

6. Bersendagurau dengan sebagian dari ajaran agama yang dibawa


Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, misalnya tentang pahala
atau batasan yang akan diterima. Allah ta’ala berfirman:

ۡ‫ ََل َت ۡع َتذ ُروا ْ قَد‬٦٥ ‫ون‬


َ ُ َۡ َۡ ُۡ ُ ُ َ َ ََٰ َ َ ‫ُ ۡ َ ذ‬
‫ۚ قل أبٱّلل وءايتهۦ ورسولۦ كنتم تستهزء‬...
ۡ ُ َٰ َ َ ۡ َ ُ ۡ َ َ
٦٦ ... ‫كفرتم بعد إيمنكم‬

43
“… Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayatNya dan Rasul-
Nya kamu selalu berolok-olok?" Tidak usah kamu minta maaf,
karena kamu kafir sesudah beriman…” (QS. At-Taubah: 65-66).

7. Sihir, diantara bentuk sihir adalah ash-sharf (memisahkan) dan al-


athaf (menyatukan). Barangsiapa yang berbuat sihir atau ridha
terhadapnya maka dia terlah kafir. Allah ta’ala berfirman :

ُ ۡ َ َ َ ٞ َ ۡ ُ ۡ َ َ ‫ۡ َ َ َ ذ َٰ َ ُ َ ٓ ذ‬
١٠٢ ... ۡۖ ‫ۚ َو َما ُي َعل َمان من أحد حَّت يقوَل إنما َنن فتنة فَل تكفر‬...
ۡ
“… sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada
seorang pun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya kami hanya
cobaan bagimu, sebab itu janganlah kamu kafir". (QS. Al-
Baqarah: 102).

8. Menolong orang kafir dan membantu orang musyrik untuk


melemahkan umat islam. Allah ta’ala berfirman:

َ ‫ََۡۡ ذ‬ ۡ َ َ َ‫ُ ۡ َ ذُ ُۡ ۡ ذ ذ‬ ُ ‫ََ َََذ‬


َٰ
٥١ ‫ۚ ومن يتولهم منكم فإنهۥ منهم إن ٱّلل َل يهدي ٱلقوم ٱلظلمۡي‬...
“… Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi
pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan
mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang lalim.” (QS. Al-Maidah: 51).

9. Keyakinan bahwa sebagian manusia boleh keluar dari syariat


Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Allah ta’ala berfirman:

44
َ ۡ َ َ
َ‫خَِٰسين‬ َ ُ َ ُ ۡ َ َ ۡ ُ َ َ ٗ َٰ َ ۡ ۡ َ ۡ َ َ ۡ َ َ َ
‫ومن يبتغ غري ٱۡلسلم دينا فلن يقبل منه وهو ِف ٱٓأۡلخرة من ٱل‬

٨٥
“Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-
kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di
akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali Imran: 85).

10. Berpaling dari Agama Allah, dengan tidak mempelajarinya serta


tidak mengamalkannya. Allah ta’ala berfirman:

َ‫َو َم ۡن أَ ۡظلَ ُم م ذمن ُذك َر أَ‍ِب َيَٰت َربهۦ ُث ذم أَ ۡع َر َض َع ۡن َها ٓ إنذا م َن ٱل ۡ ُم ۡجرمۡي‬
َ َ ‫ُم‬
٢٢ ‫نتق ُمون‬
“Dan siapakah yang lebih dzalim dari orang yang telah
diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling
darinya? Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan
kepada orang-orang yang berdosa.” (QS. As-Sajadah: 22).

Tidak ada bedanya antara pelaku pembatal keislaman antara bermain-


main, sungguhan atau karena takut, kecuali orang yang dipaksa.
Kesepuluh pembatal ini adalah yang paling berbahaya dan yang paling
banyak terjadi, maka selayaknya setiap muslim waspada darinya dan
khawatir jika dirinya terjatuh ke dalamnya.

45
Termasuk dalam pembatal keempat adalah: Meyakini bahwa undang-
undang buatan yang dijalankan manusia lebih utama dibandingkan
syariat islam, atau anggapan bahwa hukum-hukum islam tidak cocok
untuk diterapkan di masa kini, atau anggapan bahwa penerapan syariat
islam menjadi penyebab keterbelakangan bagi umat islam.

Atau anggapan bahwa syariat islam hanya mengatur hubungan


manusia dengan Robbnya, tidak mengatur selain dari hal tersebut.
Termasuk juga: Anggapan bahwa penerapan hukum Allah seperti
potong tangan bagi pencuri atau hukum rajam bagi pezina muhson
tidak lagi cocok untuk diterapkan di masa kini.

Termasuk juga: keyakinan akan bolehnya berhukum dengan selain


syariat islam dalam masalah mu'amalah, hudud dan selainnya.
Walaupun tidak disertai anggapan bahwa selain hukum Allah lebih
utama dari Syariat Allah. Karena hal itu sama dengan meyakini
bolehnya sesuatu yang diharamkan Allah menurut Ijma'.

Kita berlindung kepada Allah dari segala perkara yang mendatangkan


kemurkaan-Nya dan adzab-Nya yang pedih, semoga shalawat dan
salam senantiasa tercurah kepada sebaik-baiknya makhluk-Nya yaitu
Muhammad Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, beserta keluarga
dan seluruh sahabatnya.

46

Anda mungkin juga menyukai