Anda di halaman 1dari 18

Akhlak Dalam Berbisnis

AHMAD NADHIM A 10080016289


Bisnis menurut islam

 Bisnis menurut islam adalah suatu yang dihalalkan banhkan sangat dianjurkan oleh islam.
Bisnis bahkan dilakukan oleh Nabi dan Sahabat Rasulullah di zaman dahulu. Sangat
banyak sekali sahabt-sahabat Nabi yang merupakan para pembisnis dan dari hartanya
tersebut dapat memberikan manfaat yang sangat besar bagi perkembangan islam.
 Islam memperbolehkan bisnis asalkan bukan hal hal yang mengarah kepada riba, judi,
penyediaan produk atau layanan yang mengandung barang-barang haram. Untuk itu di
balik bisnis menurut islam yang dihalalkan ini tentu saja ada etika dan manfaat yang dapat
diperoleh.
Orientasi Bisnis Menurut Islam

 Orientasi bisnis menurut islam sejatinya tidak bertentangan dengan Tujuan Penciptaan Manusia, Proses
Penciptaan Manusia , Hakikat Penciptaan Manusia , Konsep Manusia dalam Islam, dan Hakikat Manusia
Menurut Islam sesuai dengan fungsi agama . Tentu saja bisnis islam juga berorientasi pada :

 Keuntungan Penjual dan Pembeli


 Kemasalahatan Masyarakat
 Terperdayakannya sosial
 Hilangnya pengangguran dan bertambahnya lahan pekerjaan
 Mengoptimalkan sumber daya alam yang telah Allah berikan
 Orientasi dari bisis islam bukan hanya sekedar menguntungkan satu orang saja apalagi
pihak yang memiliki bisnis melainkan kepada orang-orang lain yang juga terlbat dalam
bisnis baik secara langsung atau tidak. Tentu saja bisnis islam harus sesuai dengan prinsip
dalam Transaksi Ekonomi dalam Islam, Ekonomi Dalam Islam, dan Hukum Ekonomi
Syariah Menurut Islam.
 Selain itu, untuk dapat menjalankan bisnis sesuai orientasi islam, juga harus mengetahui
tentang Macam-macam Riba, Hak dan Kewajiban dalam Islam, Fiqih Muamalah Jual
Beli, dan Jual Beli Kredit Dalam Islam agar orientasi bisnis halal tetap terjaga.
Etika Bisnis Islam

 Bisnis islam tentu saja mengedapankan kepada keadilan dan kompetisi yang fair. Bisnis
islam bukanlah hal yang sekedar mendapatkan keuntungan namun juga mengedepankan
nilai-nilai yang dimiliki oleh syariah. Tanpa ada etika berbisnis tentu saja
Menjauhi Hal yang Samar

 Dalam berbisnis menurut islam, maka manusia harus menghindari hal-hal yang samar.
Hal samar ini adalah hal yang masih belum jelas kelak ketika di jual. Misalnya saja
membeli buah yang masih dalam pohon. Padahal bisa jadi buah tersebut belum jelas
beratnya, rasanya, dan hasil akhirnya. Untuk itu, hal-hal yang samar dan berdampak
kepada konflik atau kerugian di kemudian hari hendaknya dijauhi.
Menghindari Judi

 Judi adalah hal yang jelas diharamkan oleh Allah. Judi juga dapat berakibat kepada
terkurasnya harta dan kerugian yang besar. Dalam judi juga dipertaruhkan hal-hal yang
tidak jelas dan juga tidak ada usaha untuk mengoptimalkan lahan dan modal alam yang
Allah titipkan. Jika banyak yang berjudi justru tidak akan ada kemajuan ekonomi karena
harta yang digunakan adalah harta yang berputar itu-itu saja.
Menghindari Penindasan

 Penindasan berarti membuat seorang menjadi lemah dan tidak berdaya. Bisnis yang kita
lakukan tentu saja tidak boleh membuat seseorang menjadi tertindas. Bisnis yang kita
lakukan haruslah dapat memberikan manfaat yang besar bukan malah menjadikan orang
semakin miskin dan lemah atau berdampak buruk kepada sekitar kita. Islam mengajarkan
manusia harus dapat memberikan rahmat bagi semesta alam, bukan justru merusaknya
atau membuatnya menjadi lemah.
 Hal ini disampaikan dalam Al-Quran,
“Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan
jalan yang batil, dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya
kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan
berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui” (QS Al Baqarah : 188)
Menjauhi Riba

 “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan tinggalkankan
sisa-sisa (yang belum dipungut) dari riba, jika kamu orang-orang yang beriman”. (QS
AL Baqarah : 278)
 Di dalam ayat di atas dijelaskan bahwa islam melarang umat islam untuk melakukan
bisnis atau memakan harta yang mengandung riba. Riba sendiri juga bisa termasuk
kepada penindasan. Dengan riba, seseorang telah mencekik orang yang berhutang padahal
bisa jadi mereka juga kesulitan untuk membayar dan menafkahi diri dengan harta yang
ada.
Menjauhi Penipuan

 Pelaksanaan bisnis menurut islam adalah dengan etika harus berdasarkan kepada suka
sama suka. Untuk itu membuak diri dan menjelaskan produk atau jasa dalam bisnis
dengan apa adanya adalah hal yang harus dilakukan. Melakukan penipuan tentu saja dapat
merugikan di kemudian hari baik penjual ataupun pembeli. Untuk itu Allah menjelaskan
dalam Al-Quran,

 “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di
antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu” (QS An Nisa : 29)
Menjauhi Barang atau Produk Haram

 Menjauhi barang atau produk haram adalah hal yang harus dilakukan. Produk haram
seperti narkoba, alkohol, daging babi, jasa judi, dan lain sebagainya adalah hal yang
haram untuk dikonsumsikan. Untuk itu, sebelum manusia berbisnis hal tersebut tentu saja
perlu diwaspadai apakah hal tersebut haram atau halalnya. Tentu saja hal ini juga sesuai
dengan Prinsip-prinsip Ekonomi Islam dan Tujuan Ekonomi Islam.

 Barang haram bukan hanya merugikan bagi pembeli, namun juga merugikan masyarakat
secara luas. Barang haram dapat membuat seseorang rusak secara fisik dan mental. Tentu
saja hal ini tidak pernah diharapkan oleh siapapun.
Menghindari Monopoli Bisnis

 Bisnis yang baik hendaknya bisnis yang dapat mengembangkan dan memberikan lahan
pekerjaan bagi manusia yang lain. Islam melarang untuk manusia melakukan monopoli
seperti melakukan penimbunan barang yang membuat orang lain mengalami kelangkaan
atau kekurangan.
 Itulah mengenai bisnis menurut islam. Semoga umat islam dapat melaksanakan bisnisnya
sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, ketentuan islam dan sunnah Rasulullah. Bisnis yang
tidak diorientasikan kepada kemasalahatan tentu saja akan mendapatkan kemudharatan.
Keuntungan adalah hal yang penting diraih manusia untuk dapat menjalankan hidup.
Akan tetapi, menjalankannya untuk mendapatkan barokah dan kemaslahatan adalah hal
yang perlu diprioritaskan.
 Dasar utama Rasulullah SAW berdagang yakni atas niat karena Allah, lillahi Ta’ala.
Bukan untuk memupuk harta, mencari keuntungan sebanyak-banyaknya ataupun untuk
memikat wanita. Tidak sama sekali! Awal Beliau memulai berdagang, saat itu usianya
masih 12 tahun. Rasul berdagang dengan mengikuti pamannya, Abdul Munthalib hingga
ke negeri Syam (Suriah). Ketika usianya menginjak 15-17 tahun, Rasul telah berdagang
secara mandiri. Beliau berhasil memperluas bisnisnya hingga ke 17 negara. Sampai-
sampai Beliau disebut sebagai khalifah (pemimpin) dagang dan hingga pada akhirnya
kecakapannya dalam berdagang mengundang perhatian janda Kaya raya berna Siti
Khadijah. Beliau pun menikahi Khadijah dan usaha dagangannya menjadi semakin
sukses. Ya, itulah buah dari sebuah niat yang tulus. Segala sesuatu yang diniatkan untuk
mencari ridho Allah, pasti akan memudahkannya. Maka itu, awali usaha dengan niat
lillahi Ta’ala.
ETOS KERJA MUSLiM

 Seorang muslim yang memiliki etos kerja adalah mereka yang selalu obsesif atau ingin
berbuat sesuatu yang penuh manfaat yang merupakan bagian amanah dari Allah. Dan cara
pandang untuk melaksanakan sesuatu harus didasarkan kepada tiga dimensi kesadaran,
yaitu : dimensi ma’rifat (aku tahu), dimensi hakikat (aku berharap), dan dimensi syariat
(aku berbuat).
Etos Kerja: Dimensi Ma’rifat (Aku Tahu)

 Tahu siapa aku, apa kekuatan dan kelemahanku,


 Tahu apa pekerjaanku,
 Tahu siapa pesaingku dan kawanku,
 Tahu produk yang akan dihasilkan,
 Tahu apa bidang usahaku dan tujuanku,
 Tahu siapa relasiku,
 Tahu pesan-pesan yang akan kusampaikan
Etos Kerja: Dimensi Hakikat (Aku berharap)

 Sikap diri untuk menetapkan sebuah tujuan kemana arah tindakan dilangkahkan. Setiap
pribadi muslim meyakini bahwa niat atau dorongan untuk menetapkan cita-cita
merupakan ciri bahwa dirinya hidup.
Etos Kerja: Dimensi Syariat (Aku Berbuat)

 Pengetahuan tentang peran dan potensi diri, tujuan serta harapan-harapan hendaklah
mempunyai arti kecuali bila dipraktikkan dalam bentuk tindakan nyata yang telah
diyakini kebenarannya.

 Yang membedakan semangat kerja dalam Islam adalah kaitannya dengan nilai serta cara
meraih tujuannya. Bagi seorang muslim bekerja merupakan kewajiban yang hakiki dalam
rangka menggapai ridha Allah. Sedangkan orang kafir bermujahadah untuk kesenangan
duniawi dan untuk memuaskan hawa nafsu.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai