Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH KEWIRAUSAHAAN DIPANDANG DARI

SUDUT PANDANG ISLAM

Disusun Oleh :
Hanna Marizka (1603329030)
Dwi Rahayu Ambarwati (1603329034)
Anang Suyoto (1603329037)
Deliar Yudhantara Aditya (1603329039)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2017
KEWIRAUSAHAAN DIPANDANG DARI SUDUT PANDANG ISLAM

Kemiskinan merupakan permasalahan mendasar dalam pembangunan ekonomi,


terutama pada negara berkembang seperti Indonesia. Kemiskinan dapat diartikan sebagai
ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan dasarnya karena
ketidakberdayaan dalam mengakses atau menguasai sumber-sumber ekonomi. Salah satu
penyebab terjadinya kemiskinan adalah pembangunan ekonomi yang tidak merata sehingga
terjadi ledakan pengangguran. Pengangguran dan kemiskinan di Indonesia setiap tahun
semakin tinggi. Permasalahan ini selalu menjadi tolak ukur keberhasilan sebuah
pemerintahan. Hal ini dikarenakan naik turunnya tingkat pengangguran dan kemiskinan di
Indonesia akan berdampak besar bagi perekonomian dan kemakmuran masyarakat
Indonesia. Dan salah satu upaya untuk mengurangi pengangguran dan kemiskinan adalah
dengan kegiatan kewirausahaan.
Kewirausahaan atau sering disebut entrepreneurship merupakan suatu kegiatan atau
usaha yang dijalankan perorangan ataupun kelompok dengan suatu prinsip tertentu untuk
memperoleh nilai ekonomis yang lebih tinggi dan bersaing. Sejarah telah meriwayatkan
bahwa hidup Nabi Muhammad SAW tidak terlepas dari kegiatan bisnis. Nabi Muhammad
SAW mendapatkan jiwa entrepreneur sejak berusia 12 tahun. Ketika itu pamannya Abu
Thalib mengajak Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan bisnis di Syam negeri yang
meliputi Syiria, Jordan, Lebanon. Ketika usia 17 tahun Nabi Muhammad SAW telah diserahi
wewenang penuh untuk mengurusi seluruh bisnis pamannya. Maka tak mengherankan
apabila Nabi Muhammad SAW dikenal sebagai pedagang yang sukses. Adapun beberapa
cara berdagang menurut Nabi Muhammad SAW adalah :
1. Menjadikan berdagang sebagai sarana beribadah kepada Allah SAW
2. Jujur dalam timbangan, takaran maupun barang yang dijual
3. Menghindari sumpah berlebihan
4. Lemah lembut terhadap pembeli
5. Tidak menimbun barang dagangan
6. Menghidari jual beli yang dilarang oleh agama Islam

Islam mendorong umatnya untuk menjadi seorang pedagang atau wirausahawan


yang handal dan sukses. Akan tetapi Islam juga melarang untuk berlaku sesuka hati
sehingga merugikan orang lain. Dalam QS. Al-Baqarah : 275 dijelaskan bahwa Allah SWT
telah menghalalkan kegiatan jual beli dan mengharamkan riba. Kegiatan riba ini sangat
merugikan karena membuat kegiatan perdagangan tidak berkembang. Etika bisnis dalam
Islam haruslah dihormati dan dipatuhi apabila pelaku bisnis ingin termasuk dalam golongan
para Nabi, Syuhada, dan Siddiqin. Oleh sebab itu seorang muslim harus menjadikan Islam
sebagai dasar perbuatannya dan rido Allah sebagai tujuan utama dan tertinggi, sehingga
proses untuk mencapai suatu keuntungan tidak diperbolehka untuk menghalalkan segala
cara.
Dalam perspektif Islam, kewirausahaan merupakan salah satu sarana untuk
beribadah kepada Allah SWT, oleh karena itu segala praktek kewirausahaan haruslah sesuai
dengan ajaran Islam, yaitu melarang setiap aktifitas perekonomian mengandung paksaan,
madarat (merugikan) dan penipuan. Akan tetapi pada kenyataannya, banyak pelaku bisnis
hanya mencari keuntungan (laba) sebesar-besarnya dengan mengabaikan nilai-nilai Islam
yang selalu diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Adapun dasar berwirausaha dalam
perdagangan menurut ajaran Islam, yaitu :
1. Berdagang bukan hanya untuk mencari keuntungan saja
Berdagang adalah pekerjaan bisnis yang sebagian besar bertujuan untuk mencari laba /
keuntungan sehingga seringkali menghalalkan segala macam cara untuk mencapai
tujuan tersebut. Padahal perbuatan tersebut sangat dilarang dalam ajaran Islam, seperti
yang diungkapkan dalam hadist Allah mengasihi orang yang bermurah hati waktu
menjual, waktu membeli dan waktu menagih hutang.
2. Berdagang adalah ibadah
Bagi umat Islam, berdagang merupakan bentuk sarana ibadah kita kepada Allah SWT,
karena apapun yang kita lakukan harus memiliki niat untuk beribadah agar mendapat
rezeki dari Allah SWT. Berwirausaha memberi peluang kepada orang lain untuk berbuat
baik dengan cara memberikan pelayanan yang cepat, membantu kemudahan orang lain,
dll.
3. Kerja keras
Kerja keras tidak akan membohongi hasil. Orang yang mau untuk bekerja keras, tahan
menderita dan mampu berjuang untuk memperbaiki nasibnya maka orang tersebut akan
menjadi orang sukses. Untuk mencapai kesuksesan dalam berwirausaha, maka harus
dimulai dengan kerja keras, kemudian diikuti dengan penampilan yang baik dan sopan,
keyakinan diri, kemampuan membuat keputusan, pendidikan, ambisi untuk menuju
kesuksesan, dan pintar berkomunikasi. Allah memerintahkan kita untuk tawakkal dan
bekerja keras agar dapat mengubah nasib. Dalam Al-Quran QS Ar-Rad : 11, Allah
berfirman Sesungguhnya Allah tidak merubah suatu kaum sehingga mereka merubah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri
4. Berwirausaha merupakan pekerjaan mulia dalam Islam
Pekerjaan berdagang mendapat terhormat dalam ajaran Islam, seperti disabdakan oleh
Nabi Muhammad SAW : Mata pencaharian apakah yang paling baik, Ya Rasulullah?
Jawab beliau, Ialah seorang yang beerja dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli
yang bersih.
Sedangkan menurut Imam Ghazali, ada 3 sifat perilaku yang terpuji dalam perdagangan,
yaitu:
1. Tidak mengambil laba lebih banyak
Memurahkan harga dan memberi potongan kepada pembeli yang miskin akan
melipatgandakan pahala.
2. Manajemen Utang Piutang
Hutang sudah melekat pada kehidupan masyarakat kita terutama wirausaha ataupun
Pegawai Negeri Sipil (PNS). Dosa hutang tidak akan hilang apabila tidak dibayarkan
walaupun orang tersebut sudah meninggal dunia. Bahkan orang yang mati syahidpun
dosa utangnya tidak berampun. Apabila seseorang meninggal dengan meninggalkan
utang, maka ahli waris dari orang tersebut harus melunasi utang-utangnya. Akan tetapi
apabila orang tersebut telah berusaha semaksimal mungkin untuk membayar
hutangnya, tetapi memang keluarga yang kurang mampu, maka Nabi Muhammad SAW
menjadi penjaminnya, sesuai dengan hadist Ahhmad, yaitu Barang siapa dari umatku
yang punya hutang, kemudian ia berusaha keras untuk membayarnya, lalu ia meninggal
dunia sebelum lunas hutangnya, maka aku sebagai walinya (HR. Ahmad).
3. Membina tenaga kerja bawahan
Hubungan antara pengusaha dan pekerja harus dilandasi oleh rasa kasih sayang, saling
membutuhkan dan tolong menolong. Pengusaha menyediakan lapangan pekerjaan dan
pekerja menerima rezeki berupa upah dari pengusaha. Pekerja menyediakan tenaga
dan kemampuannya untuk membantu pengusaha dalam menyelesaikan pekerjaan yang
diperintahkan. Pengusaha memiliki kewajiban untuk membayar upah karyawan
sesegera mungkin dan melindungi karyawannya sesuai di dalam hadis Berikanlah
kepada karyawanmu upahnya sebelum kering keringatnya (HR. Ibnu Majah).

Dengan demikian suatu aktivitas wirausaha dalam perspektif Islam adalah memiliki etika
yang dapat memelihara aturan Allah SWT, jauh dari sikap kapitalisme dan egoisme
kekuasaan, sehingga membuat usaha tersebut sebagai sarana dalam membentuk
masyarakat yang saling mengasihi satu sama lain. Selain itu perspektif Islam dalam aktivitas
wirausaha selalu mengedepankan aspek moral dan etika dalam pelaksanaannya

DAFTAR PUSTAKA
Aprijon, M. (2013). Kewirausahaan dan Pandangan Islam.
Burhanuddin Ridlwan Lc. M.Pd.I., M. F. (n.d.). Kewirausahaan (Enterpreneurship) Dalam
Perspektif Qur'an dan Hadits.
Firdaus, N. (2014). Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Vol. 22 No. 1. Pengentasan
Kemiskinan Melalui Pendekatan Kewirausahaan Sosial, 55.

Anda mungkin juga menyukai