Anda di halaman 1dari 10

BAB 19

MENGGALANG USAHA DAN KIAT MENJUAL

A. Menggalang Usaha Syariah


Sesungguhnya Allah telah melanpangkan bumi dan menyediakan banyak fasilitas agar
manusia berusaha mencari sebagian rezeki yang disediakan bagi keperluan manusia.
Banyak sekali ayat al qur’an dan hadist terkait ini, diantaranya :
Dalam Q.S Al-Jumu’ah :10 yang artinya
“apabila shalat telah dilaksanakan maka bertebarlah kamu di bumi, carilah
karunia allah dan ingatlah allah banyak-banyak agar kamu beruntung”
Dalam Hadist Riwayat Thabarani sebagai berikut
“Sesungguhnya allah mewajibkan kalian berusaha. Maka oleh sebab itu hendaklah
kalian berusaha”

B. Syariat Berusaha
Setelah berusaha dan berikhtiar bahwa mencari rezeki itu wajib. Agama tidak mewajibkan
memilih suatu bidang usaha dan pekerjaan. Salah satu bidang pekerjaan yang dapat dipilih
adalah berdagang menurut tuntutan syariat Allah dan Rasulnya
Dalam Al-Qur’an Q.S Al-Baqarah :275 yang artinya:
“padahal allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”

C. Akad Jual Beli


Pelaksanaan akad atau ijab Kabul dalam jual beli menurut prinsip-prinsip agama, telah
diperselisihkan oleh para ahli fiqih, yang pada garis besarnya dapat dibagi tiga pendapat :
 Tidak sah akad itu, kecuali dengan saling kerelaan
 Akad itu sah dilakukan dengan perbuatan (af’al) bagi hal yang biasanya dilakukan
dengan perbuatan, seperti jual beli, pembayaran atas kinerja orang lain
 Setiap akad itu sah dilakukan dengan cara apa saja yang menunjukkan maksudnya,
baik perkataan maupun perbuatan.
Dalam pernyataan nomor tiga bahwa dalam hubungannya segala macam pernyataan akad
dan serah terima, dilahirkan jiwa yang saling merelakan untuk menyerahkan barangnya
masing masing kepada siapa dia melakukan transaksi.
 Penjualan yang dipaksakan
 Penjualan terpaksa
 Formalitas
 Akid (pelaku ikatan)
 Barang dagangan
D. Barang Dagangan Menurut 4 Madzhab
a. Syafi’I
- Bendanya suci
- Barang yang bermanfaat menurut syara’
- Barang dapat diserah terimakan
- Barang yang ada dalam kekuasaan (milik) si penjual
- Barang jelas zatnya, ukurannya dan sifatnya
b. Hanafi
- Barang yang berwujud
- Milik si penjual atau mendapat kuasa dari pemilik
- Barang yang berhubungan dengan milik
- Barang yang berguna menurut syara’
c. Maliki
- suci bendanya
- Bermanfaat menurut syara’
- tidak terlarang diperjualbelikan
- barang yang dapat diserahkan
- barang dan harganya jelas bagi kedua belah pihak
d. Hambali
- Berguna dan Halal
- Barang yang menjadi milik mutlak pada waktu diakadkan
- Barang yang dapat diserahkan oleh penjual
- Barang dan harga yang jelas bagi kedua belah pihak yang melakukan transaksi

E. Bakat dan Seni Menjual


Keahlian dalam menjual bisa disebabkan seseorang itu telah mempunyai bakat dari kecil.
Keberhasilan seseorang tersebut tidak ditentukan oleh bakat saja, tetapi juga oleh segala
upaya pikirannya yang mendorong ke arah keberhasilan. Bakat dan seni menjual bisa
didapatkan juga dengan menuntut ilmu dengan membaca teori teori oleh para ahli, sehingga
dapat mempraktikan secara langsung apa yang dipelajari.

F. Cara Cara Menenmui dan Mempengaruhi Calon Pembeli


Yang harus dipikirkan sebelum melakukan penjualan yaitu bagaimana kita mendekati
calon pembelinya. Berikut cara yang dapat ditempuh dalam mengadakan kontak dengan
calon pembeli :
 Perkembangan Diri
 Perantaraan Orang lain
 Dengan Perantaraan Surat
 Dengan Perantaraan Telepon
BAB 20
KONSEP BISNIS

A. Pengertian Bisnis
Banyak definisi tentang bisnis yang telah dikemukakan oleh para ahli, tetapi pada dasarnya,
semua definisi tersebut tidak jauh berbeda. Perbedaan hanya terletak pada waktu, kondisi,
dan pandangan masing-masing.
a. RW. Giffin (2002) memberikan defenisi sebagai berikut :
“ bisnis perusahaan adalah organisasi yang menyediakan barang atau jasa dengan
maksud untuk mendapatkan laba.” Pengertian laba disini adalah perbedaan antara
penerimaan bisnis dan biaya-biayanya.
b. Jeff Madura (2001) menegemukakan bahwa bisnis adalah suatu badan hokum yang
menghasilkan barang atau jasa yang diperlukan pelanggan.
c. Boone & Kurtz (2002) memberikan definisi, yaitu bisnis adalah semua aktifitas yang
bertujuan mencapai laba dan perusahaan yang menghasilkan barang serta jasa yang
dibutuhkan oleh system ekonomi.
1. Pengertian Bisnis Islami
Islam mewajibkan setiap muslim, khusunya yang memiliki tanggungan, untuk
“bekerja”. Bekerja merupakan salah satu sebab pokok yang memungkinkan
manusia memiliki harta kekayaan. Untuk memungkinkan manusia berusaha
mencari nafkah, Allah SWT melapangkan bumi serta menyediakan berbagai
fasilitas yang dapat dimanfaatkan manusia untuk mencari rezeki.
Dari paparan ayat dalam Al-Quran Surat Ibrahim ayat 32-34, Al mulk ayat 15,
Al-Araf ayat 10, dan Al Anam ayat 141 bahwa dapat disimpulkan yaitu bisnis
islami dapat diartikan sebagai serangkaian aktivitas bisnis dalam berbagai
bentuknya yang tidak kuantitas kepemilikkan hartanya (barang/jasa) termasuk
profitnya, tetapi dibatasi dalam cara perolehan dan pendayagunaan hartanya
terdapat aturan halal dan haram.

2. Harta Dalam Bisnis Islam


Dalam istilah Syar’I harta diartikan sebagai sesuatu yang dimanfaatkan dalam
perkara legal menurut hokum syara’ seperti bisnis, pinjaman, konsumsi, dan
hibah. Berdasarkan hal ini, dapat dikatakan bahwa apapun, baik barang maupun
jasa yang digunakan oleh manusia dalam kehidupan dunia merupakan harta.

3. Orientasi Syariah Sebagai Kendali Bisnis Islami


Syariat merupakan nilai yang menjadi paying strategis ataupun taktis organisasi
bisnis. Dengan kendali syariat, bisnis bertujuan mencapai hal utama yaitu :
 Target hasil : profit materi dan benefit nonmateri
 Pertumbuhan, artinya terus meningkat
 Keberkahan atau keridaan Allah
B. Pemegang Kepentingan Dalam Bisnis
Orang Orang merencanakan bisnis, yang melaksanakan, bisnis dan menanggung resiko
akibat bisnis disebut pemegang kepentingan dalam bisnis (stakeholder)
Jeff Madura (2002) mengemukakan bahwa pada prinsipnya ada enam stakeholder dalam
bisnis, yaitu sebagai berikut.
1. Pemilik yaitu orang orang/ individu yang menciptakan atau merencanakan
bisnis dan mengorganisasikan, mengelola, dan menanggung resiko bisnis.
2. Kreditor, yaitu institusi keuangan (bank) atau individu yang memberikan
pinjaman
3. Karyawan yaitu orang orang yang mengelola bisnis tersebut
4. Pemasok, orang atau perusahaan yang menyuplai bahan baku
5. Konsumen, yaitu mereka yang membutuhkan dan menginginkan produk atau
jasa tersebut
6. Masyarakat (umah) yaitu orang orang yang berhak menerima zakat dan
shadaqah dan pemilik bisnis.
C. Kepentingan Bisnis
Semua manusia mempunyai kebutuhan yang serba aneka, dan kebutuhan ini harus
dipenuhi, misalnya berupa kebutuhan akan makanan, pakaian dan perumahan, dalam
istilah populernya, kebutuhan akan sandang, pangan dan papan, mulai dari bentuk
sederhana, sampai bentuk yang mewah, canggih dan sangat malah dengan segala
perlengkapannya.
BAB 21
PRINSIP PRINSIP BISNIS ISLAM

A. Asan Asas Dalam Bisnis


Berikut adalah prinsipi-prinsip etika bisnis islam :
1. Kesatuan
2. Keseimbangan
3. Kehendak bebas
4. Tanggungjawab
5. Kebenaran
B. Cara Berbisnis Islami
1. Bangun motivasi dan Bulatkan Tekad
Untuk menjadi pengusaha, diperlukan tekad yang kuat untuk menghadapi kesulitan
selama mengembangkan usaha dan tenaga ekstra dan persistensi yang tinggi untuk
menembus semak belukar dunia usaha yang gelap dan tajam.
2. Perkuat Tawakl Kepad Allah Ta’ala
Setelah tekad sudah bulat, bertakwalah kepada Allah SWT dengan sebaik baik tawakal.
Dengan bertawakal pikiran menjadi tenang saat bekerja, tidak khawatir akan hal hal
yang belum terjadi, secara penuh memasrahkan nasib dna rezeki kepada Allah.
3. Saat Merintis Usaha, Jangan Memaksakan Diri untuk berbisnis Sesuai Gambaran Ideal
yang Anda Miliki
Ketika ingin mendirikan bisnis janga menunda nunda dalam menjalankan bisninya atau
mungkin berfikir idenya tidak dapat diwujudkan, seperti modal tidak mencukupi, tidak
sesuai dengan bidang keahlihan dll.
4. Pilih Bisnis yang dapat dikuasai dengan cepat
Pilihlah bisnis yang ada hubungannya dengan latar belakang Pendidikan atau yang
sesuai dengan hobi atau yang dapat di backup oleh keluarga, teman dan sebagainya.
Kemudian manfaatkan asset yang anda punya dan yang dapat dioptimalkan baik asset
fisik maupun non fisik
5. Tentukan diferensiasi produk
Pikirkan produk yang kira kira akan dijual tanpa banyak persaingan serta belum ada
produk lain dengan merek yang kuat yang terhubung pada produk tersebut.
6. Pilih focus dan bekerjalah secara focus
Jangan banyak menjalankan usaha secara bersmaan kalau seseorang yang mimpin tidak
bisa focus. Karena tujuan focus sendiri adalah semakin ahli dan menguasai bidang
usaha yang kita geluti, yang pada akhirnya akan terbangun suatu merek yang kuat yang
terkait erat dengan satu jenis produk saja dibenak pelanggan.
7. Carilah teman atau berpartner
Jangan takut untuk mencari partner atau menggaji karyawan. Dan jangan berusaha
mengerjakan semuanya sendiri. Karena kita pasti ada kelebihan dan kekurangan .
carilah teman untuk menutupi kelemahan dan kekurangan kita.
8. Perkuat kesabaran, ketakwaan dan tawakal
Bersabarlah atas segala kesulitan dan kegagalan yang terjadi, maju terus jangan pernah
berputus asa dari rahmat allah SWT.
9. Berbuat baiklah dan tinggalkan maksiat
Banyak jala kebaikan yang dapat melapangkan rezeki dan memudahkan urusan kita.
Dengan berbuat baik dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita.
BAB 22
ETIKA BISNIS DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL

A. Pengertian Etika Bisnis


R.W. Griffin (2004) mengemukakan bahwa etika adalah keyakinan mengenai
tindakan yang benar dan salah atau tindakan yang baik atau buruk yang memengaruhi hal
lainnya. Etika ini sangat erat hubungannya dengan perilaku manusia, khususnya perilaku
para pelaku bisnis, apakah berperilaku etis ataukah tidak etis.
R.W. Griffin (2004) mengemukakan bahwa perilaku etis adalah perilaku yang
sesuai dengan norma-norma social yang diterima secara umum berkaitan dengan tindakan-
tindakan yang bermanfaat dan membahayakan.
R.W. Griffin (2004) mengemukakan bahwa etika bisnis adalah perilaku etis atau
tidak etis yang dilakukan oleh manajer atau majikan suatu organisasi.
Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa etika bisnis merupakan
perilaku seorang pelaku bisnis dalam mengembangkan tugas dan tanggung jawabnya. Oleh
karena itu, seorang manajer harus mempunyai etika manajerial, yaitu standar perilaku yang
memandunya dalam pekerjaan mereka.
Dengan demikian, etika manajerial hubungannya dengan
1. Perilaku manajer terhadap karyawannya
2. Perilaku terhadap organisasi
3. Perilakunya terhadap agen ekonomi lainnya.

B. Tanggung Jawab Sosial


Dari definisi R.W Griffin (2004), Jeff Madura (2001), dan Boove & Kurtz (2002)
disimpulkan bahwa tanggungjawab social merupakan keputusan bisnis seorang manajer
yang memberikan perhatian yang seimbang kepada stakeholdernya, terutama pada
karyawan dan lingkungannya.
Adapun tanggungjawab pemegang kepentingan bisnis berkaitan dengan hal berikut:
1. Pelanggan
a. Pelayanan yang prima
b. Harga yang wajar
c. Komitmen terhadap pengiriman barang
d. Komitmen terhadap garansi
e. Komitmen terhadap kualitas produk
2. Karyawan memiliki
a. Jaminan kesehatan
b. Perbaikan nasib/ peningkatan kesejahteraan karyawan
c. Jaminan keselamatan kerja
d. Bantuan perumahan
e. Menganggap sebagai bagian dari tim atau menjamin kesempatan kerja yang
sama

Model Dasar Tanggung Jawab Sosial


Walton mengemukakan enam model dasar tanggung jawab social, yaitu sebagai
berikut:
a. Model tradisional
b. Model rumah tangga
c. Model penjual
d. Model investasi
e. Model civic
f. Model artistic
Terhadap perkembangan moral dan etis seseorang ditentukan oleh banyak factor,
diantaranya adalah :
a. Pengalaman masa lalu membentuk berbagai respins terhadap situasi yang
berbeda
b. Latar belakang keluarga
c. Pendidikan
d. Budaya
e. Agama
Kejujuran, integritas dan loaylitas seseorang akan mempengaruhi keputusan dan
keberhasilan bisnis.

C. Hubungan Etika Bisnis dengan Good Corporate Governance


1. Pengertian Good Corporate Governance (GCG)
Menurut surat keputusan Menteri BUMN No. 117/M-MBU/2002 tanggal 31 Juli
2002, corporate Governance dan bank dunia juga memberikan defenisinya sendiri, dari
kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa GCG merupakan seperangkat system
yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah bagi
stackeholder.
2. Prinsip GCG
Surat keputusan Menteri BUMN No. 117/M-MBU/2002, mengemukakan beberapa
prinsip GCG yaitu :
a. Transparansi
b. Pengungkapan
c. Kemandiriran
d. Akuntabilitas
e. Pertanggungjawaban
f. Kewajaran
D. Gerakan Bersih, Transparan, dan Profesional (BTP)
Gerakan BTP merupakan salah satu dari penerapan GCG yang dilakukan dengan
penuh kesadaran dan konsisten sehingga diharapkan dapat memajukan perusahaan sesuai
dengan etika bisnis.
Adapun Gerakan moral BTP yaitu :
1. Bersih : mengandung nilai nilai integritas, kredibilitas, jujur dan anti KKN
2. Transparan : mengandung nilai nilai akuntabilitas, bertanggungjawab, dan
auditable
3. Professional : mengandung nilai nilai kepatuhan, kapabilitas dan kemampuan
Dengan BTP merupakan keinginan segenap pimpinan dan karyawan perusahaan
untuk berperilaku bersih transparan dan professional
Tujuan BTP :
1. Terwujudnya GCG secara konsisten dan berkesinambungan di perusahaan
2. Terbentuknya budaya baru perusahaan
3. Membangun citra perusahaan
4. Terhindarnya praktik KKN

E. Tanggung Jawab Perusahaan Terhadap Stakeholder


Pelanggan meliputi :
1. Pelanggan
a. Pelayanan yang prima
b. Harga yang wajar
c. Komitmen terhadap pengiriman barang
d. Komitmen terhadap garansi
e. Komitmen terhadap kualitas produk
2. Karyawan memiliki
a. Jaminan kesehatan
b. Perbaikan nasib/ peningkatan kesejahteraan karyawan
c. Jaminan keselamatan kerja
d. Bantuan perumahan
3. Investor dengan syarat
a. Manajer mengikuti prosedur akuntansi yang pantas
b. Memberikan informasi yang tepat dan benar mengenai laporan keuangan
c. Mengelola organisasi dan perlindungan hak hak pemegang saham
d. Transparan terhadap profitabilitas
e. Menghindari manipulasi bunga
f. Perjanjian yang saling menguntungkan
g. Menjaga hubungan yang harmonis
4. Masyarakat meliputi
a. Kesehatan masyarakat
b. Pengembangan budaya
c. Pengembangan Pendidikan
5. Lingkungan sekitarnya meliputi
a. Penangulangan pencemaran limbah
b. Penanggulangan polusi udara dan tanah
c. Penghijauan
6. Umat
Dalam bisnis islam, tanggungjawab sebagai pengusaha dan pedagang
muslim adalah membayar zakat dan sedekah kepada yang berhak menerimanya,
fakir miskin.
F. Pendekatan Tanggung Jawab Sosial
Untuk mengimplementasikan tanggung jawab social R.W. Griffin (2004)
mengemukakan empat pendekatan tanggung jawab social yaitu sebagai berikut :
1. Sikap Obstruktif
2. Sikap Defensif
3. Sikap Akomodotif
4. Sikap Produktif
G. Etika Bisnis
Kolom Corporate Governance mengulas secara singkat Corporate Code Of
Conduct yang memuat nilai nilai etika berusaha sebagai salah satu pelaksanaan kaidah
kaidah GCG.
Nilai Nilai etika berusaha seperti yang tercermin dari dua kasus tersebut dianjurkan
untuk diinstitusionalkan dalam corporate code of conduct yang di dalamnya diperinci apa
yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh perusahaan di individu-individu dalam
perusahaan

Anda mungkin juga menyukai