Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PERDAGANGAN MASA RASULULLAH SAW.

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ekonomi dan Bisnis Islam

Dosen Pengampu: Kus Irawan Prabowo, M.Pd

Disusun Oleh :

1. Kharisma Muntadlirotul M. (126405212106)

2. Muhammad Adnanda (126405212121)

3. Rayhan Tsaaqifa (126405212143)

4. Riyo Apriliyanto (126405212144)

5. Salma Khusniati (126405212147)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS SYARIAH

JURUSAN BISNIS DAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSIITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH


TULUNGAGUNG

SEPTEMBER 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami haturkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya serta menganugerahkan kemudahan sehingga
penulisan makalah ini dapat terselesaikan. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW.

Sehubungan dengan menyelesaikan makalah ini kami banyak mendapatkan bantuan


dari beberapa pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu kami
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Maftukhin, M.Ag selaku Rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
2. Dr. H. Dede Nurohman, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ekonomi Bisnis Islam UIN Sayyid
Ali Rahmatullah Tulungagung.
3. Refki Rusyadi, M.Pd.I selaku Koorprodi Manajemen Bisnis Syariah.
4. Kus Irawan Prabowo, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Ekonomi dan Bisnis
Islam.
5. Teman-teman kelas 3C yang selalu mendukung selama kegiatan dan penulisan makalah.

Dengan penuh harap semoga jasa kebaikan mereka diterima Allah SWT dan tercatat
sebagai amal shalih. Akhirnya penyusunan makalah ini dapat disuguhkan kepada para pembaca
dengan harapan adanya kritik dan saran yang bersifat konstruktif. Semoga makalah ini
bermanfaat dan mendapat ridha Allah SWT.

Tulungagung, 21 September 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii


DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar belakang............................................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah ......................................................................................................... 3
1.3 Tujuan penulisan ........................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 4

2.1 Perdagangan Masa Rasulullah SAW ............................................................................ 4


2.2 Nilai Dasar Dalam Perdagangan Rasulullah ................................................................. 5
2.3 Kerja Sama Perdagangan Sebelum Islam ..................................................................... 7
2.4 Kerja Sama Perdagangan Masa Rasulullah SAW ........................................................ 9
2.5 Prinsip-Prinsip Perdagangan Rasulullah SAW ............................................................. 11

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 16


3.1 Kesimpulan .................................................................................................................... 16
3.2 Saran .............................................................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persaingan dagang dunia tak dapat lagi dihindari suka atau tidak suka, siap atau
tidak siap kita akan terlibat langsung dan diharapkan mampu berperan aktif dalam proses
yang begitu cepat dengan segala dampaknya. Melihat persaingan global di bidang ekonomi,
para pakar ekonomi mencoba mencari jawaban atas fenomena kesuksesan berbagai bangsa
di dunia. Para pakar ekonomi mencoba dengan cara menggali berbagai nilai dan norma
yang melekat secara umum pada bangsa itu sendiri. Para pakar ekonomi muslim di dunia,
mencoba menggali dan memahami isi Al-Quran melalui seorang insan yang memiliki
kepribadian yang baik. Dan mampu mendobrak perekonomian bangsa arab menjadi bangsa
yang makmur. 12 Rabiul awal 570 M merupakan hari lahirnya Rasulullah dan juga sebagai
pemimpin seluruh nabi.
Nabi Muhammad adalah sosok tauladan yang baik sekaligus nabi akhir zaman.
Hingga saat ini perilaku Nabi Muhammad tak pernah habis untuk digali dan didiskusikan
oleh umat manusia. Seluruh aspek kehidupan dikaji secara mendalam baik seorang tokoh
sejarah muslim maupun tokoh-tokoh sejarah non muslim di seluruh dunia. Namun dalam
aspek usaha dan bisnis ketokohan dan kepopulerannya sukses melegenda, akan tetapi ada
beberapa hukum-hukum yang terlarang dalam Islam yang dilanggar oleh sebagian umat
islam. Realita itu, mendorong kami untuk mencari tahu bagaimana sejarah karir dagang
Nabi Muhammad SAW dalam merubah peradaban kota Makkah dan Madinah serta
menjadikan daerah ini jalur perdagangan internasional. Perkembangan ekonomi ini
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan bangsa Arab yang telah terkontaminasi dengan
ekonomi Romawi dan Persia. Pada masa itu banyak melahirkan transformasi peradaban
dan sejarah manusia. Maka dari itu banyak pakar ekonom di dunia menyorot perilaku Nabi
Muhammad dalam karir berdagangnya. 1
Sosok Nabi Muhammad SAW merupakan tokoh luar biasa yang telah menarik
perhatian para ilmuwan dunia. Di samping beliau adalah nabi utusan Allah SWT, beliau
merupakan tokoh yang sangat berperan dalam hal transformasi peradaban dan sejarah
manusia. Mampu membuka tirani parsial, merubah kultur perbudakan, mendorong

1
Syarifuddin, Syarifuddin. "Analisis Sejarah Dagang Muhammad PRA Kerasulan." Jurnal Ilmiah Al-
Syir’ah, vol. 5, no. 2, 2007.

1
semangat pembaharuan dan mengeratkan tali persaudaraan yang berlandaskan nilai-nilai
kemanusiaan dan ketuhanan.
Hampir seluruh tokoh sejarawan, baik muslim maupun non muslim mengakui nabi
Muhammad SAW adalah sosok pribadi yang begitu sempurna. Beliau merupakan nabi dan
rasul Allah SWT, yang handal dalam menyusun rencana peperangan, sekaligus sebagai
sosok negarawan, politisi, dan yang menakjubkan mampu menjadikan timur tengah sebagai
jalur perdagangan internasional saat itu.
Kajian tentang kepribadian dan posisi Nabi Muhammad SAW, dalam bidang
politik, negarawan, filsuf, pedagang ataupun sosok seorang nabi, segala kemampuan pada
bidang tersebut tidak terjadi pertentangan dan tidak mengurangi eksistensi sebagai tokoh
spiritual dan peletak dasar ajaran Islam. Sisi kenabian Nabi Muhammad SAW, dari sudut
dibidang ekonomi ajaran dan teladan yang telah diwariskan begitu jauh mendahului
zamannya sehingga berbagai prinsip moral maupun etika dalam berbisnis yang diwariskan
semakin terasa kegunaannya jika disandingkan dengan kondisi dan tujuan masyarakat
sekarang yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.
Saat ini merupakan era transformasi dan globalisasi perekonomian dunia yang
membutuhkan perilaku-perilaku yang efisien, transparan, persaingan yang sehat,
kredibilitas, menjaga relasi melalui pelayanan yang manusiawi, semua perilaku ini dapat
kita temukan dalam etika dan perilaku bisnis Muhammad SAW, maka dari itu kita dapat
meniru perilaku dalam berbisnis Nabi Muhammad dengan mengkaji karir beliau. 2
Pada Makalah ini kami akan mengupas bagaimana perilaku Nabi Muhammad
SAW sebagai seorang yang teladan, bermoral, dan beretika dalam berbisnis. Karir Nabi
Muhammad SAW dimulai dari beliau umur 12 yang telah ikut dalam perjalanan dagang
bersama pamannya ke Syiria. Dan dimulai dengan bimbingan pamannya itu, Nabi
Muhammad dapat menjadi sosok panutan dalam berbisnis. Nabi Muhammad SAW telah
menanamkan nilai-nilai dasar dalam berdagang seperti; diwajibkannya mencari rezeki yang
halal, jujur, adil, unsur-unsur kebebasan dalam transaksi. Nabi Muhammad SAW juga
mengajarkan bagaimana perilaku kerja sama yang tidak hanya menguntungkan salah satu
pihak saja melainkan kerja sama yang menguntungkan kedua pihak. Tak hanya itu pada
makalah ini kami juga akan memaparkan prinsip-prinsip dagang Nabi Muhammad SAW
seperti; melarang perdagangan najasy, perdagangan barang haram, serta perdagangan
secara riba. Pada makalah ini begitu banyak perilaku-perilaku Nabi Muhammad yang harus

2
Ibid., . "Analisis Sejarah Dagang Muhammad PRA Kerasulan.", Hlm. 1-2.

2
kita teladani, dengan faktor-faktor inilah yang menjadikan kami mencoba memaparkan
jejak karir dagang Nabi Muhammad.

1.2 Rusmusan Masalah


Rumusan masalah merupakan suatu pernyataan yang sudah disusun atau diubah
dalam bentuk pertanyaan. Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang dapat
diambil adalah:
1. Apa itu Perdagangan Masa Rasulullah SAW?
2. Bagaimana Nilai Dasar Dalam Perdagangan Rasulullah?
3. Bagaimana Kerja Sama Perdagangan Sebelum Islam?
4. Bagaimana Kerja Sama Perdagangan Masa Rasulullah SAW?
5. Apa itu Prinsip-Prinsip Perdagangan Rasulullah SAW?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan masalah merupakan jawaban singkat atas pertanyaan yang tercantum dalam
rumusan masalah. Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan masalah yang dapat
diperoleh adalah:
1. Mengetahui Perdagangan Masa Rasulullah SAW.
2. Mengetahui Nilai Dasar Dalam Perdagangan Rasulullah.
3. Mengetahui Kerja Sama Perdagangan Sebelum Islam.
4. Mengetahui Kerja Sama Perdagangan Masa Rasulullah SAW.
5. Mengetahui Prinsip-Prinsip Perdagangan Rasulullah SAW.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PERDAGANGAN PADA MASA RASULULLAH SAW.


Nabi Muhammad SAW. diutus Allah SWT. ke dunia untuk menyampaikan risalah
Islam sebagai pegangan hidup dan solusi dalam setiap permasalahan kehidupan manusia
dalam kehidupan sehari-hari (mu'alajah musykilah), Namun demikian, Nabi Muhammad
juga mengajarkan perdagangan dan cara berbisnis halal dan barokah sebagai salah satu
bentuk ajaran dari Islam. Beliau bersabda dalam salah satu hadisnya yang berbunyi:
“Aku diberi wahyu bukan untuk menumpuk kekayaan atau menjadi seorang pedagang.”
Nabi Muhammad sangat menganjurkan kepada umatnya untuk berbisnis
(berdagang) karena dapat menumbuhkan jiwa kemandirian dan kesejahteraan bagi keluarga
dan meringankan beban orang lain. Beliau bersabda bahwa:
"Berdaganglah kamu, sebab dari sepuluh bagian penghidupan, sembilan di antaranya
dihasilkan dari berdagang.”
Dalam Al-Qur'an juga disebutkan bahwa:
Dan kami menjadikan siang untuk mencari penghidupan. (QS An-Naba' [78]: 11).
Ini merupakan petunjuk bagi umat manusia untuk berdagang agar seseorang dapat
memenuhi kebutuhan pokoknya sehari-hari. Pada Al-Qur'an jaga terdapat anjuran untuk
berbisnis, yaitu:
Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan
carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung.
(QS Al-Jumu'ah [62]: 10)

Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS Al-Baqarah [2]: 275)
Para sahabat Nabi Muhammad melakukan perdagangan walaupun diri mereka juga
harus menjadi khalifah atau pemimpin perang. Beberapa contohnya adalah Abu Bakar
merupakan khalifah pertama dari Khulafa Al-Rasyidin. Abu Bakar memiliki usaha dagang
bahan pakaian. Umar Bin Khattab merupakan pedagang jagung serta menjadi pemimpin
kaum beriman dan penakluk kekaisaran Persia dan Byzantium. Utsman bin Affan dikenal
sebagai konglomerat tekstil dan pakaian. Demikian juga dengan Imam Abu Hanifah
dikenal sebagai pedagang pakaian.3

3
Fordebi, Adesi, ”Ekonomi dan Bisnis Islam”, edisi ke-1. (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2016), hlm.
127-128.

4
Perjalanan bisnis Nabi Muhammad dilakukan sejak beliau berumur 12 tahun. Pada
saat itu beliau melakukan perjalanan dagang ke Syria bersama paman beliau. Oleh karena
itu, beliau tumbuh sebagai wirausahawan yang mandiri di bawah bimbingan paman beliau.
Pada saat Nabi Muhammad telah memasuki umur dewasa, paman beliau mengalami
kebangkrutan sehingga Nabi Muhammad melakukan kegiatan perdagangan di kota
Makkah dengan cara berdagang keliling dengan penuh kesungguhan dan dedikasi tinggi.
Kecakapan beliau sebagai pebisnis telah menghasilkan keuntungan dan tidak
mengalami kerugian tidak segala jenis bisnis yang ditanganinya. Beliau telah berkiprah
dalam bisnis selama kurang lebih dua puluh tahun lamanya, sehingga beliau dikenal di
Yaman, Syria, Busra, Iraq, Yordania, dan kota-kota perdagangan di Jazirah Arab. Beliau
adalah seorang pebisnis yang tangguh yang selalu siap mengunjungi pasar-pasar regional
yang seharusnya dikunjungi. Beliau menjemput bola, memperluas jaringan, mencari
produk terbaru, dan mencari mitra strategis di berbagai kawasan dagang dan industri.4

2.2 Nilai Dasar Dalam Perdagangan Rasulullah


Nabi Muhammad SAW. bersabda bahwa sebagian besar rezeki manusia diperoleh
dari aktivitas perdagangan. Sebagaimana tertulis dalam riwayat hadist oleh Ibrahim Al-
Harabi yang berbunyi "tis'ah al-asyari ar-rizqi minat tijjarah" artinya berdaganglah kamu,
sebab lebih dari sepuluh bagian penghidupan, sembilan di antaranya dihasilkan dari
berdagang. Jika dikaji dalam ilmu ekonomi, perdagangan secara konvensional diartikan
sebagai proses saling menukar yang didasarkan atas kehendak sukarela dari masing-masing
pihak. Mereka yang terlibat dalam aktivitas perdagangan dapat menentukan keuntungan
maupun kerugian dari kegiatan tukar-menukar secara bebas.
Ketika Rasulullah SAW. duduk bersama para sahabat dan lewat seorang lelaki
dengan penuh semangat. Salah seorang sahabat berkata, "Alangkah baiknya sekiranya
semangatnya itu dimanfaatkan di jalan Allah SWT." Nabi menjelaskan, "Jika dia keluar
untuk (keperluan) anaknya yang masih kecil, dia telah berada di jalan Allah SWT. Jika dia
keluar untuk (keperluan) kedua orang tuanya yang sudah tua renta, dia telah berada di jalan
Allah SWT. Jika dia keluar bekerja karena ingin menjaga kesucian dirinya (dari meminta-
minta), dia juga telah berada di jalan Allah SWT. Namun jika dia keluar untuk pamer dan
gagah-gagahan, dia juga telah di jalan setan.

4
Fordebi, Adesi, Ibid., hlm. 127-128.

5
Rasulullah mengajarkan kepada umatnya untuk mengoptimalkan potensi jasmani
dan rohani demi meningkatkan kualitas diri, termasuk dalam bekerja atau berbisnis. Begitu
pentingnya mendapatkan rezeki secara halal, sehingga seorang Muslim tidak dibenarkan
bermalas-malasan dalam berusaha. Ia harus berikhtiar sekuat tenaga (jihad) mencari yang
halal karena hal tersebut bernilai ibadah. Bahkan alasan sibuk beribadah dan bertawakal
kepada Allah SWT. tidak pantas dijadikan alasan untuk malas berikhtiar. Tidak pantas pula
bagi setiap Muslim yang memiliki kemampuan berusaha mencari karunia Allah SWT.
namun dia hanya mengharap sedekah atau belas kasihan orang lain.
Mencari rezeki yang halal merupakan perintah Allah SWT. Dan Nabi Muhammad
yang harus disikapi secara serius dan bersungguh-sungguh dalam mengamalkannya. Sama
halnya dengan kesungguhan untuk mengamalkan setiap rukun dalam Islam. Landasan
bersungguh-sungguh dalam bekerja atau berbisnis, adalah keimanan kepada Allah SWT.
dan Rasul-Nya. Dengan demikian, keimanan merupakan prinsip dalam bekerja atau
berbisnis. Islam menganggap aktivitas bisnis yang tidak didasari keimanan adalah
kezaliman.5
Dalam salah satu Hadis Qudsi, Allah SWT. berfirman:
"Sesungguhnya aku mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan mengharamkannya di
antara kalian. Maka janganlah kalian saling menzalimi. Wahai hamba-hamba-Ku, kalian
semua sesat kecuali orang yang Aku beri petunjuk. Maka mintalah petunjuk kepada-Ku,
niscaya Aku akan memberikannya pada kalian. Wahai para hamba-Ku, kalian semua lapar
kecuali orang yang Aku beri makan. Maka mintalah makanan kepada-Ku, niscaya Aku beri
kalian (makanan). Wahai para hamba-Ku, kalian semua telanjang kecuali orang yang Aku
beri pakaian. Maka mintalah pakaian kepada-ku, niscaya Aku beri kalian pakaian. Wahai
para hamba-Ku, sesungguhnya kalian melakukan kesalahan di waktu malam dan di waktu
siang, dan Aku-lah yang mengampuni semua dosa. Karena itu, mintalah ampunan kepada-
Ku, niscaya Aku ampuni kalian. Wahai para hamba Ku, hanya amal perbuatan kalian yang
Aku hitung untuk kalian, kemudian Aku penuhi pahalanya. Maka, siapa yang menemukan
kebaikan, hendaklah dia memuji Allah SWT. Dan siapa yang menemukan selain itu,
janganlah mengeluhkan selain dirinya sendiri."
Dengan demikian, prinsip perdagangan menurut Islam adalah adanya unsur
kebebasan dalam melakukan transaksi tukar-menukar, tetapi kegiatan tersebut tetap disertai

5
Fordebi, Adesi, ”Ekonomi dan Bisnis Islam”, edisi ke-1. (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2016), hlm.
128-130.

6
harapan memperoleh keridhaan Allah SWT. Dan melarang terjadinya pemaksaan (QS An-
Nisa' [4]: 29). Berdasarkan pada hal tersebut, perlunya sebuah keharmonisan dalam sistem
perdagangan diperlukan suatu "perdagangan yang bermoral". Rasulullah SAW. secara jelas
telah memberikan contoh sistem perdagangan yang bermoral ini. Salah satunya adalah
perdagangan yang jujur dan adil serta tidak merugikan kedua belah pihak. Rasulullah SAW.
bersabda yang diriwayatkan oleh Abu Said menegaskan bahwa:
"Saudagar yang jujur dan dapat dipercaya akan dimasukkan dalam golongan para nabi
golongan orang-orang jujur, dan golongan para syuhada."
Hadis tersebut menunjukkan bahwa dalam setiap transaksi perdagangan
diperintahkan untuk lebih mengutamakan kejujuran dan memegang teguh kepercayaan
yang diberikan orang lain. Selain itu, dalam perdagangan juga dituntut harus bersikap
sopan dan bertingkah laku baik. Sebagaimana disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan
oleh Bukhari:
"Rahmat Allah atas orang-orang yang berbaik hati ketika ia menjual dan membeli serta
ketika membuat keputusan."
Berdasarkan hadis di atas tampak jelas bahwa Nabi Muhammad SAW.
mengajarkan untuk bertindak jujur dan adil serta bersikap baik dalam setiap transaksi
perdagangan. Dalam hal ini kunci keberhasilan dan kesuksesan Nabi dalam perdagangan
di antaranya adalah memiliki sikap terpuji beliau yang sangat dikenal di penduduk Makkah
yaitu jujur (shiddiq), menyampaikan (tabligh), dapat dipercaya (amanah), dan bijaksana
(fathonah). Sikap terpuji yang disebutkan tersebut merupakan sikap Nabi dalam berdagang.
Bersikap adil dan bertindak jujur merupakan prasyarat penting seseorang dalam
melakukan perdagangan, selain menjaga hubungan baik dan berlaku ramah tamah kepada
mitra dagang serta para pelanggan. Pedagang yang tidak jujur meskipun mendapatkan
keuntungan yang besar, boleh jadi keuntungan tersebut sifatnya hanya sementara. Ini
dikarenakan ketidak jujuran akan menghilangkan kepercayaan para pelanggan sehingga
lama kelamaan akan memundurkan dan mematikan usahanya. 6

2.3 Kerja Sama Perdagangan Sebelum Islam


Sebelum masuknya agama Islam, beberapa model kerja sama (syirkah) dalam
perdagangan telah lazim digunakan masyarakat di Jazirah Arab. Model kerja sama ini

6
Mustofa, Mustofa. "Enterpreneurship Syariah (Menggali Nilai-Nilai Dasar Manajemen Bisnis
Rasulullah)." Al-Mizan, vol. 9, no. 1, 2013, hlm 37-44.

7
dilakukan sebagai bentuk pengalaman yang luas bagi bangsa Arab, khususnya suku
Quraisy dalam berdagang ke berbagai negeri serta pengetahuan dagangnya yang cukup
baik. Dalam sebuah firman Allah SWT. disebutkan:

(1)Karena kebiasaan orang-orang Quraisy.(2) (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada


musim dingin dan musim panas.(3) Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik
rumah ini (Ka'bah).(4) Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan
lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan. (QS Al-Quraisy [106]: 1-4).

Makkah telah menjadi pusat perhatian kabilah dari negeri di sekitar Sahara sehingga
Makkah dikenal sebagai pusat perdagangan untuk Jazirah Arab. Suku Quraisy yang
berdiam di Makkah dikenal sebagai penjaga Ka'bah, suatu tempat suci bagi bangsa Arab
dan sangat dihormati oleh kabilah-kabilah dari negeri di lain. Melihat kondisi tersebut,
Suku Quraisy mendapatkan keuntungan besar atas status mereka sebagai pemelihara
Ka'bah, terutama dalam perdagangan. Perdagangan bagi suku Quraisy dan bangsa Arab
umumnya merupakan fakta yang terjadi sebagai akibat dari kondisi tanah yang tandus dan
gersang di wilayah tempat tinggal mereka. Kondisi tersebut menyebabkan tidak
berkembangnya sektor pertanian di daerah ini.

Keuntungan dari adanya status suku Quraisy sebagai pemelihara Ka'bah diketahui
dari terjalinnya hubungan politik dan perdagangan dengan negara negara tetangga di sekitar
Jazirah Arab. Status sebagai pemelihara Ka'bah ini menyebabkan diperolehnya izin
perjalanan dan keamanan perdagangan (aylaf) dari penguasa negara-negara tetangga. Di
antaranya adalah negara Syria, Irak, Yaman, Ethiopia. Diperolehnya aylaf memungkinkan
suku Quraisy mengirimkan kafilah-kafilah dagang ke seluruh negara tetangga dengan aman
dan menguntungkan. Pengalaman yang luas dalam perdagangan memberikan banyak
pengetahuan dagang yang baik serta berbagai keuntungan. Pengetahuan dagang yang
diperoleh di antaranya adalah perdagangan dengan sistem upah dan juga sistem syirkah
yaitu sistem kerja sama dagang antara pemilik modal dengan pelaku dagang. Melalui pola
syirkah ini memungkinkan masing-masing pihak akan mendapatkan bagi hasil usahanya
dalam bentuk keuntungan ataupun kerugian (mudharabah).7 Tak heran bila kemudian
mereka menjadi suku yang paling piawai dalam berniaga, baik dalam bentuk syirkah
maupun mudharabah, yang membawa mereka kepada kemakmuran dan kekuasaan.

7
Fordebi, Adesi, ”Ekonomi dan Bisnis Islam”, edisi ke-1. (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2016), hlm.
131-132.

8
Dalam hal ini, komoditas ekspor Arab Selatan dan Yaman adalah dupa, kemenyan,
kayu gaharu, minyak wangi, kulit binatang, buah kismis, anggur, dan barang-barang
lainnya. Sebagai pelaku ekspor impor, Mekkah merupakan jalur persilangan ekonomi
internasional. Hal ini menyebabkan masyarakat Mekkah memiliki peran strategi untuk
berpartisipasi dalam dunia perekonomian tersebut. Mereka digolongkan menjadi tiga, yaitu
para konglomerat yang memiliki modal, kedua, para pedagang yang mengolah modal dan
para konglomerat, dan ketiga, para perampok dan rakyat biasa yang memberikan jaminan
keamanan kepada para kafilah pedagang dari perantauan, mereka mendapatkan keuntungan
sebesar sepuluh persen. Para pedagang tersebut menjual komoditas itu kepada para
konglomerat, pejabat, tentara, dan keluarga penguasa, karena komoditas tersebut mahal,
terutama barang-barang impor yang harus dikenai pajak yang sangat tinggi.

Alat pembayaran yang mereka gunakan adalah koin yang terbuat dari perak, emas
atau logam mula lain yang di tiru dari mata uang Persia dan Romawi. Sampai sekarang
koin tersebut masih tersimpan di sejumlah museum di Timur Tengah. Dari berbagai sumber
sejarah diketahui bahwa mata uang pada masa jahiliyah dan pada masa permulaan Islam,
terdiri dari dua macam: dinar dan dirham. Mata uang dirham terbuat dari perak, terdiri dari
tiga jenis: Bughliyah, Jaraqiyah, dan Thabariyah. Ukurannya beragam. Bughliyah beratnya
4,66 gram, Jaraqiyah beratnya 3,40 gram, dan Thabariyah beratnya 2,83 gram. Sedangkan
mata uang dinar terbuat dari emas. Pada masa jahiliyah dan pada permulaan Islam, Syam
dan Hijaz menggunakan mata uang Dinar yang seluruhnya adalah mata uang Romawi.
Mata uang ini dibuat di negeri Romawi, berukiran gambar raja, bertuliskan huruf Romawi.
Dinar pada masa itu setara dengan 10 dirham.8

2.4 Kerja Sama Perdagangan Masa Rasulullah SAW.


Perdagangan masa Rasulullah SAW. menganut prinsip seperti dalam Al Qur'an dan
yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad yaitu adil dan jujur. Perdagangan yang jujur dan
adil dalam Al-Qur'an adalah perdagangan yang tidak menzalimi dan tidak pula dizalimi
(QS Al-Baqarah [2]: 279). Sistem perdagangan zaman Rasulullah banyak mendapat
sentuhan Islam dengan prinsip tidak saling menzalimi antara lain:
1. Kerja Sama Modal Upah
Konsep Islam menekankan bahwa tenaga kerja merupakan mitra dalam
berproduksi sehingga kedudukan pengusaha dengan pekerjanya adalah seimbang.

8
Miharja, Jaya. 2010. "Sistem Aktivitas Ekonomi (Bisnis) Masyarakat Arab Pra-Islam", Jurnal El Hikam
(online), Vol. 3 No. 1.

9
Islam memperkenalkan konsep kesetaraan kepada sesama manusia sehingga terwujud
keseimbangan antara pengusaha dan pekerja islam menganggap hubungan pengusaha
dan pekerja sebagai mitra sehingga penting adanya kebijakan tentang pengupahan.
Pekerja harus mendapatkan upah yang layak sesuai kontribusinya dan majikan berhak
menerima keuntungan sesuai porsi modalnya. Hadis Rasulullah yang diriwayatkan oleh
Al-Bukhari menyatakan:
"Berilah makanan dan pakaian kepada para pelayan dan budak-budak sesuai dengan
kebiasaan yang lazim dan bebanilah mereka dengan beban pekerjaan yang mampu
mereka pikul".
Hadis tersebut menunjukkan larangan adanya tindakan eksploitasi terhadap tenaga
kerja yang bekerja untuk kepentingan majikan. Jadi upah harus diberikan dengan layak
sesuai dengan taraf hidupnya. Cara penentuan tingkat upah yang layak dalam suatu
negara maka penting diterapkannya tingkat upah minimum. Guna memenuhi prinsip-
prinsip keadilan, harus ada negosiasi antara pekerja, majikan, dan negara. kepentingan
para pekerja dan majikan diperhitungkan secara adil sampai ada kesepakatan upah.
Tugas negara adalah memastikan bahwa upah tidak diterapkan terlalu rendah bagi
pekerja dan tidak terlalu tinggi bagi majikan. Maka dari itu, negara yang menentukan
upah minimum yang disesuaikan dengan perubahan tingkat harga serta biaya hidup.
2. Kerja Sama Model Mudharabah
Para ahli hukum dalam Islam seperti Imam Al-Ghazali, Ibnu Taimiyah, dan Ibnu
Khaldun sepakat bahwa Mudharabah merupakan bentuk organisasi bisnis yang sangat
bermanfaat9. Para ulama fiqih mendefinisikan mudharabah sebagai suatu bentuk
kerjasama antara dua pihak, dimana pemilik modal (shohibul maal) mempercayakan
sejumlah modal kepada pengelola (mudhorib) dengan suatu perjanjian keuntungan.
Dengan ketentuan bahwa kerjasama ini merupakan bentuk perpaduan dari modal usaha
yang seluruhnya merupakan kontribusi dari pemilik modal dan suatu keahlian dari
pengelolanya. Perhitungan labanya akan dibagi untuk kedua belah pihak sesuai
kesepakatan di awal akad, dan kerugiannya ditanggung sepenuhnya oleh pemilik
modal.
Jenis Mudharabah Secara umum ada dua yaitu Mudharabah Muthlaqah adalah
bentuk kerja sama antara shohibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas

9
Fordebi, Adesi, ”Ekonomi dan Bisnis Islam”, edisi ke-1. (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2016), hlm. 132-
133

10
dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis. Mudharabah
Muqayyadah atau di sebut juga dengan istilah restricted mudharabah adalah kebalikan
dari mudharabah muthlaqah si mudharib di batasi dengan batasan jenis usaha, waktu,
atau tempat usaha. Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan kecendrungan
umum si shahibul maal dalam memasuki jenis dunia usaha.10
3. Kerja Sama dengan Modal Bersama
Pada masa Rasulullah, model kerja sama dilakukan dalam kerangka sistem ekonomi
Islam. Kerjasama yang di lakukan biasanya menggunakan syirkah. Definisi syirkah
menurut para ulama adalah kerjasama antara dua orang atau lebih dalam berusaha, yang
keuntungan dan kerugiannya ditanggung bersama. Pada dasarnya hukum syirkah
adalah mubah atau boleh. Hal ini ditunjukkan oleh dibiarkannya praktik syirkah oleh
baginda Rasulullah yang dilakukan masyarakat Islam saat itu. Beberapa dalil hadist
yang menerangkan tentang syirkah antara lain:
“Sesungguhnya Allah SWT telah berfirman, “Aku jadi yang ketiga antara dua orang
yang berserikat selama yang satu tidak khianat kepada yang lainnya, apabila yang satu
berkhianat kepada pihak yang lain, maka keluarlah aku darinya.” (HR Abu Dawud)
Para ahli hukum mengklasifikasikan kerja sama ini dalam empat kategori yaitu
setiap mitra menyerahkan modal dengan jumlah yang sama dan keuntungan dibagi rata
(Syirkah Al-Mufada), kerjasama di mana antara salah satu pihak menyerahkan modal
lebih besar atau lebih kecil dibanding yang lain (Syirkah Al-'Anan), kerja sama dalam
suatu perkongsian untuk memproduksi suatu komoditas, di mana modal yang
diserahkan dalam bentuk keterampilan yang berbeda dan saling melengkapi untuk
dapat menghasilkan suatu produk komoditas tertentu (Syirkah Al-Sanai), dan kerja
sama dari beberapa orang dalam suatu usaha, di mana masing masing pihak tidak
memiliki modal dan keterampilan (Syirkah Al-Wujuh).11

2.5 Prinsip-prinsip Perdagangan Rasulullah SAW.


Pada islam, ekonomi dan perdagangan harus dilandasi nilai dan etika yang
bersumber dari nilai-nilai dasar agama yang menjunjung tinggi kejujuran dan keadilan.
Nabi Muhammad SAW. telah memberikan contoh dan meletakkan prinsip-prinsip jujur dan

10
Fauzan, Arif. 2020. "Kontrak Penyertaan Dalam Bisnis: Mudharabah", Jurnal Atsar UNISA (online), Vol.
1 No.1.
11
Setiawan, Deny. 2013. "Kerja Sama (Syirkah) Dalam Ekonomi Islam" , Jurnal Ekonomi Universitas Riau
(online), Vol. 21 No. 3.

11
adil. Prinsip dasar yang diletakkan pada Nabi Muhammad SAW. adalah berkaitan dengan
mekanisme pasar dalam perdagangan. Transaksi perdagangan kedua pihak harus saling
ikhlas, tidak ada intervensi pihak lain dalam menentukan harga. Sebagai pemimpin pada
masa Pemerintahan di Madinah, Rasulullah pernah menolak melakukan intervensi dalam
penentuan harga barang. Suatu saat pernah terjadi situasi harga yang melambung tinggi
kemudian disikapi para sahabat dengan mengajukan saran kepada Rasulullah untuk
mematok harga tidak terlalu tinggi. Saran sahabat ditolak Rasulullah dan berkata (HR
Anas):
"Sesungguhnya Allah-lah yang menentukan harga, yang menahan dan melapangkan serta
memberi rezeki. Aku sangat mengharapkan bahwa kelak akan menemui Allah dalam
keadaan tidak seorang pun dari kamu menuntutku tentang kezaliman dalam darah dan
harta."
Hadis tersebut menunjukkan bahwa ketentuan harga dalam suatu perdagangan
diserahkan sepenuhnya kepada mekanisme pasar alamiah. Pandangan yang lebih luas dari
Ibnu Taimiyah disebutkan tentang konsep mekanisme pasar bebas yaitu harga dipengaruhi
oleh kekuatan penawaran dan permintaan (supply-demand). Pasar dalam keadaan normal,
harganya akan turun jika jumlah barang yang ada di pasar ketersediaannya melimpah,
sebaliknya harga barang akan naik jika jumlah barang yang tersedia di pasar sedikit. 12
Beberapa prinsip yang melandasi tercipatanya pasar islami:
1. Konsep perdagangan Islam, penentuan harga dilakukan oleh kekuatan pasar, yaitu
kekuatan permintaan dan penawaran. Kesepakatan terjadinya permintaan dan
penawaran tersebut, haruslah terjadi secara sukarela, tidak ada pihak yang merasa
terpaksa dalam melakukan transaksi pada tingkat harga tersebut.
2. Mekanisme pasar dalam konsep Islam melarang adanya sistem kerja sama yang tidak
jujur. Islam tidak menghendaki adanya koalisi antara konsumen dengan produsen,
meskipun tidak mengesampingkan adanya konsentrasi produksi.
3. Dalam Islam duopoli, oligopoli tidak dilarang keberadaanya selama mereka tidak
mengambil untung diatas keuntungan normal. Ini merupakan konsekuensi dari konsep
keseimbangan harga. Produsen yang beroperasi dengan posisi untung akan
mengundang produsen lain untuk masuk kedalam pasar yang sama sehingga jumlah
output yang ditawarkan bertambah, dan harga akan turun. Produsen baru akan terus

12
Fordebi, Adesi, ”Ekonomi dan Bisnis Islam”, edisi ke-1. (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2016), hlm. 133-
134.

12
memasuki bisnis tersebut sampai dengan harga turun sedemikian sehingga keuntungan
habis. Pada keadaan ini produsen yang telah ada di pasar tidak mempunyai insentif
untuk keluar dari pasar, dan produsen yang belum masuk pasar tidak mempunyai
insentif untuk masuk ke pasar.
4. Kondisi pasar yang kompetitif mendorong segala sesuatunya menjadi terbuka. Seperti
firman Allah dalam surat (An-Nisa ayat 29). Suka sama suka semakna dengan sama-
sama merelakan keadaan masing- masing diketahui oleh orang lain, berarti produsen
dan konsumen mengetahui secara langsung kelebihan dan kelemahan barang yang ada
di pasar, maka menjadikan semua pihak mendapatkan kepuasan. Bila produsen menjual
produknya tidak terbuka maka masyarakat akan cenderung merasa kurang puas, maka
ia akan memilih produsen yang lain.13
Praktik kecurangan dengan mengurangi timbangan dan takaran semacam ini
hakikatnya suatu tindakan yang telah merampas hak orang lain dalam bentuk penipuan
atas ketidakakuratan timbangan dan takaran. Oleh karena itu, praktik semacam ini
dilarang dalam Al-Qur'an. Beberapa bentuk dari kecurangannya adalah:
1. Perdagangan najasy, yaitu sebuah rekayasa pasar dalam demand. Pengertiannya
adalah penjual menyuruh orang lain memuji barangnya atau menawar dengan harga
yang tinggi agar orang lain tertarik pula untuk membeli. Pihak ketiga ini sebenarnya
tidak benar-benar ingin membeli tetapi hanya untuk mengecoh orang lain seolah-
olah barang yang dijual laku dan bagus karena banyak yang suka dan membelinya.
Tentunya pihak ketiga tadi melakukan kesepakatan dengan penjual agar membeli
dengan harga yang tinggi agar ada pembeli lain tertarik dengan barang tersebut. Jika
orang lain ikut membeli, maka disini terjadilah permintaan palsu (false demand)
dimana pembeli lain membeli karena tergoda dengan akting suruhan penjual tadi.
Jika seandainya dia mengetahui barang pihak ketiga yang disuruh membeli tersebut
adalah suruhan dari penjual, maka tidak akan terjadi jual beli. Maka di sini terjadi
permintaan palsu, karena bukan permintaan yang terjadi secara alamiyah. 14
2. Memperdagangkan barang haram, yaitu memperjual belikan barang-barang yang
telah dilarang dan diharamkan oleh Al-Qur'an, seperti daging babi, darah, minuman
keras, dan bangkai. Nabi melarang memperdagangkan segala sesuatu yang tidak

13
Cahyono, Heru. 2020. "Konsep Pasar Syariah Dalam Perspektif Islam", Jurnal Perbankan Syariah, Vol. 1
No. 2.
14
Gusniarti. 2015. "Distorsi Pasar Dalam Proses Transaksi Sekuritas Syariah Di Pasar Sekunder", Jurnal
Universitas Muhammadiyah, Vol. 14 No. 2.

13
halal. Jabir menceritakan bahwa ia mendengar Rasulullah SAW. bersabda pada hari
kemenangan kota Makkah: Allah dan Rasul-Nya telah menyatakan haram
penjualan anggur, hewan yang mati tidak disembelih, babi, dan berhala (HR Al-
Bukhari). Selanjutnya, Al-Bukhari meriwayatkan bahwa Nabi melarang harga yang
dibayarkan untuk darah, mengutuk orang yang menerima dan membayar riba, orang
yang memajang tato di kulit, dan para pematung. 15
3. Perdagangan secara riba, yaitu pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual-
beli maupun pinjam meminjam secara bathil atau bertentangan dengan prinsip
muamalah dalam Islam. Secara teknis riba adalah pengambilan atau tambahan dari
sebuah transaksi yang dilakukan secara zalim. Riba dibagi menjadi dua, yaitu riba
fadl dan riba nasi’ah. Riba fadhl adalah riba yang timbul akibat pertukaran barang
sejenis yang tidak memenuhi kriteria sama kualitasnya (mitslan bi mitslin), sama
kuantitasnya (sawâ-an bi sawâ-in) dan sama waktu penyerahannya (yadan bi
yadin). jenis riba yang melebihkan salah satu dari dua barang yang diperjual belikan
(dibarter) pengharamannya masuk dalam kategori menutup jalan (sad al-zarî’ah)
yang menuju ke riba al-Nasî’ah. Riba nasi’ah adalah riba yang mengacu kepada
bunga dalam utang. Riba Nasî’ah disebut juga ba’i duyun, yaitu riba yang timbul
akibat hutang piutang yang tidak memenuhi kriteria “untung muncul bersama
risiko” (al-ghunmu bil ghunmi) dan “hasil usaha muncul bersama biaya” (al-kharaj
bi dhaman). Jenis riba ini yang bisa dilakukan oleh orang-orang jahiliyah, seperti
seseorang yang memberi tenggang pembayaran utang akan tetapi ia menambah
utang tersebut dan setiap kali ia mengakhirkan pembayaran maka bertambah
pulalah yang akan dibayar sehingga utang yang hanya bernilai seratus bisa jadi
mencapai ribuan.16
Al-Qur’an adalah dasar tuntunan dalam menjelaskan hukum riba dengan sangat
jelas dan mengharamkan jual beli atau transaksi yang didalamnya terdapat riba.
Larangan riba dijelaskan pada Al-Qur’an seperti pada Surah Ar-Rum (30):39, Surah
An-Nisa’(4):6, Surah Al-Baqarah (2):275 dan 279, dan Surah Ali-Imran (3):130-132.
Riba sangatlah berbahaya bagi kehidupan sosial, sebab riba akan mengarah pada
permusuhan dan kehancuran. Selain itu, riba juga dapat menciptakan sebuah kehidupan
yang tidak adil, kesenjangan sosial, serta dapat menimbulkan ketimpangan dan

15
Fordebi, Adesi, ”Ekonomi dan Bisnis Islam”, edisi ke-1. (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2016), hlm. 136.
16
Nur, Efa Rodiah. 2015. "Riba dan Gharar: Suatu Tinjauan Hukum dan Etika Dalam Transaksi Bisnis
Modern", Jurnal Al 'Adalah Universitas Diponogoro Semarang, Vol. 12 No. 3.

14
kecemburuan sosial. Maka dari itu kita harus bisa menjaga kehidupan kita dengan
menjauhi sebuah transaksi atau jual beli yang mengandung riba. 17

17
Latif, Hamdiah. 2020. "Bahaya Riba dalam Perspektif Hadits", Jurnal Ilmiah Al Mu'ashirah: Media
Kajian Al-Qur'an dan Al-Hadits Multi Perspektif, Vol. 17 No. 2.

15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Nabi Muhammad yang menyampaikan risalah Islam untuk menjadi pegangan hidup
dan menjadi penyelesai dalam setiap permasalahan kehidupan manusia dalam kehidupan
sehari-hari (mu'alajah musykilah), juga mengajarkan sebagai salah satu aturan Islam
bagaimana berdagang yang halal dan barakah.
Nabi Muhammad sangat menganjurkan umatnya untuk berbisnis orang (berdagang),
karena berbisnis dapat menimbulkan kemandirian dan kesejahteraan bagi keluarga, tanpa
bergantung atau menjadi beban lain. Perjalanan bisnis Rasulullah dilakukannya sejak
beliau berumur 12 tahun. Ketika itu beliau melakukan perjalanan dagang ke Syria bersama
paman beliau. Oleh karena itu, beliau tumbuh sebagai wirausahawan yang mandiri di
bawah bimbingan paman beliau. Bersikap adil dan bertindak jujur merupakan prasyarat
penting seseorang dalam melakukan perdagangan, disamping menjaga hubungan baik dan
berlaku ramah tamah kepada mitra dagang serta para pelanggan.
Sebelum masuknya agama Islam, beberapa model kerja sama (syirkah) dalam
perdagangan telah lazim digunakan masyarakat di Jazirah Arab. Keuntungan dari adanya
status suku Quraisy sebagai pemelihara Ka'bah diketahui dari terjalinnya hubungan politik
dan perdagangan dengan negara negara tetangga di sekitar Jazirah Arab.
Perdagangan masa Rasulullah SAW. menganut prinsip seperti dalam Al-Qur'an dan
yang dicontohkan Nabi Muhammad, yaitu adil dan jujur. Perdagangan yang jujur dan adil
dalam Al-Qur'an adalah perdagangan yang "tidak menzalimi dan tidak pula dizalimi" (QS
Al-Baqarah [2]: 279).
Sistem perdagangan zaman Rasululllah banyak mendapat sentuhan Islam dengan
prinsip tidak saling menzalimi, antara lain: Kerja Sama Modal Mudharabah, Modal
Bersama (Syirkah Al-Mufada, Syirkah Al-'Anan, Syirkah Sanai, dan Syirkah Al-Wujuh).
Prinsip-prinsip perdagangan Rasulullah adalah prinsip keadilan dan kejujuran. Mekanisme
pasar dalam perdagangan (1) Islam melarang adanya sistem kerja sama yang tidak jujur.
(2) Dalam Islam duopoli, oligopoly tidak dilarang keberadaanya selama mereka tidak
mengambil untung diatas keuntungan normal. (3) Perdagangan yang dilandasi oleh nilai-
nilai agama yang menjunjung tinggi kejujuran dan keadilan.

16
3.2 Saran
Dari berbagai permasalahan sampai dengan kesimpulan yang dibuat oleh penulis
Diatas, akan menjadi sia - sia jika tidak ada tindak lanjutan dari pihak - pihak yang terlibat,
karena itu penulis mengusulkan:
1. Bagi masyarakat, umat muslim agar lebih cermat dalam melakukan perdagangan yang
sesuai dengan syariah Islam dengan mengimplementasikan prinsip-prinsip dan cara
dagang yang telah Nabi Muhammad SAW contohkan. Sebagai pedagang harus
mempelajari bagaimana prinsip dan cara dagang yang baik.
2. Bagi mahasiswa, agar bisa memperkuat pemahamannya mengenai suatu materi tentang
perdagangan dalam Islam. Mulai dari sejarah dagang nabi, nilai dasar perdagangan
syariah, kerjasama pada masa nabi hingga prinsip dagang yang telah Nabi Muhammad
contohkan.
3. Bagi pemerintah, agar bisa menjadi pelopor mengenai pola dagang Islam untuk masa
depan sehingga pemerintah dapat memberikan contoh yang baik dalam sistem
perdagangan syariah yang telah nabi sampaikan. Dan dengan diterapkannya sistem
perdagangan syariah dapat digunakan sebagai media dakwah Islam.

17
DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, Heru. 2020. "Konsep Pasar Syariah Dalam Perspektif Islam", Jurnal Perbankan
Syariah, Vol. 1 No. 2.

Fauzan, Arif. 2020. "Kontrak Penyertaan Dalam Bisnis: Mudharabah", Jurnal Atsar
UNISA (online), Vol. 1 No.1.

Fordebi, Adesi, ”Ekonomi dan Bisnis Islam”, edisi ke-1. (Depok: PT RajaGrafindo Persada,
2016), hlm. 127-128.

Gusniarti. 2015. "Distorsi Pasar Dalam Proses Transaksi Sekuritas Syariah Di Pasar
Sekunder", Jurnal Universitas Muhammadiyah, Vol. 14 No. 2.

Latif, Hamdiah. 2020. "Bahaya Riba dalam Perspektif Hadits", Jurnal Ilmiah Al
Mu'ashirah: Media Kajian Al-Qur'an dan Al-Hadits Multi Perspektif, Vol. 17 No.
2.

Miharja, Jaya. 2010. "Sistem Aktivitas Ekonomi (Bisnis) Masyarakat Arab Pra-Islam",
Jurnal El Hikam (online), Vol. 3 No. 1.

Mustofa, Mustofa. "Enterpreneurship Syariah (Menggali Nilai-Nilai Dasar Manajemen


Bisnis Rasulullah)." Al-Mizan, vol. 9, no. 1, 2013, hlm 37-44.

Nur, Efa Rodiah. 2015. "Riba dan Gharar: Suatu Tinjauan Hukum dan Etika Dalam
Transaksi Bisnis Modern", Jurnal Al 'Adalah Universitas Diponogoro Semarang,
Vol. 12 No. 3.

Setiawan, Deny. 2013. "Kerja Sama (Syirkah) Dalam Ekonomi Islam" , Jurnal Ekonomi
Universitas Riau (online), Vol. 21 No. 3.

Syarifuddin, Syarifuddin. "Analisis Sejarah Dagang Muhammad PRA Kerasulan." Jurnal


Ilmiah Al-Syir’ah, vol. 5, no. 2, 2007, hlm 1-2.

18

Anda mungkin juga menyukai