Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH TARIKH

MENGANALISIS PERAN MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) DALAM


DAKWAH

Oleh
KELOMPOK 5 KELAS XI MIPA 8

Devano Pringgo Kusumo


Dina Kinanti Dewi
Rosyid Zahran Afifi
Shifan Windraya Prassasti
Syifa Hanacendekia
Vigoasa Kalina Zaida Artha
Virgiana Agista Mahadewi

TAHUN AJARAN 2022/2023


SMA MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Majelis Ulama Indonesia adalah wadah atau majelis yang menghimpun para ulama,
zuama dan cendekiawan muslim Indonesia untuk menyatukan gerak dan langkah-
langkah umat Islam Indonesia dalam mewujudkan cita-cita bersama. Majelis Ulama
Indonesia berdiri pada tanggal, 7 Rajab 1395 H, bertepatan dengan tanggal 26 Juli
1975 di Jakarta, sebagai hasil dari pertemuan atau musyawarah para ulama,
cendekiawan dan zu’ama yang datang dari berbagai penjuru tanah air. Antara lain
meliputi dua puluh enam orang ulama yang mewakili 26 Provinsi di Indonesia, 10
orang ulama yang merupakan unsur dari ormas-ormas Islam tingkat pusat, yaitu, NU,
Muhammadiyah, Syarikat Islam, Perti. Al Washliyah, Math’laul Anwar, GUPPI,
PTDI, DMI dan al Ittihadiyyah, 4 orang ulama dari Dinas Rohani Islam, AD, AU, AL
dan POLRI serta 13 orang tokoh/cendekiawan yang merupakan tokoh perorangan.

Dari musyawarah tersebut, dihasilkan adalah sebuah kesepakatan untuk


membentuk wadah tempat bermusyawarahnya para ulama. zuama dan cendekiawan
muslim, yang tertuang dalam sebuah “PIAGAM BERDIRINYA MUI”, yang
ditandatangani oleh seluruh peserta musyawarah yang kemudian disebut Musyawarah
Nasional Ulama I.

Momentum berdirinya MUI bertepatan ketika bangsa Indonesia tengah berada


pada fase kebangkitan kembali, setelah 30 tahun merdeka, di mana energi bangsa
telah banyak terserap dalam perjuangan politik kelompok dan kurang peduli terhadap
masalah kesejahteraan rohani umat. Ulama Indonesia menyadari sepenuhnya bahwa
mereka adalah pewaris tugas-tugas para Nabi (Warasatul Anbiya). Maka mereka
terpanggil untuk berperan aktif dalam membangun masyarakat melalui wadah MUI,
seperti yang pernah dilakukan oleh para ulama pada zaman penajajahan dan
perjuangan kemerdekaan. Di sisi lain umat Islam Indonesia menghadapi tantangan
global yang sangat berat. Kemajuan sains dan teknologi yang dapat menggoyahkan
batas etika dan moral, serta budaya global yang didominasi Barat, serta pendewaan
kebendaan dan pendewaan hawa nafsu yang dapat melunturkan aspek religiusitas
masyarakat serta meremehkan peran agama dalam kehidupan umat manusia.

Dalam perjalanannya, selama dua puluh lima tahun, Majelis Ulama Indonesia sebagai
wadah musyawarah para ulama, zu’ama dan cendekiawan muslim berusaha untuk:

1. Memberikan bimbingan dan tuntunan kepada umat Islam Indonesia dalam


mewujudkan kehidupan beragama dan bermasyarakat yang diridhoi Allah
Subhanahu wa Ta’ala;
2. Memberikan nasihat dan fatwa mengenai masalah keagamaan dan
kemasyarakatan kepada Pemerintah dan masyarakat, meningkatkan kegiatan
bagi terwujudnya ukhuwah Islamiyah dan kerukunan antar-umat beragama
dalam memantapkan persatuan dan kesatuan bangsa serta;
3. Menjadi penghubung antara ulama dan umaro (pemerintah) dan penerjemah
timbal balik antara umat dan pemerintah guna mensukseskan pembangunan
nasional;
4. Meningkatkan hubungan serta kerjasama antar organisasi, lembaga Islam dan
cendekiawan muslimin dalam memberikan bimbingan dan tuntunan kepada
masyarakat khususnya umat Islam dengan mengadakan konsultasi dan
informasi secara timbal balik.
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN

Lembaga Islam Majelis Ulama Indonesia (MUI) berperan dalam pengembangan


dakwah. Kehadiran MUI diharapkan dapat mewujudkan kondisi kehidupan kemasyarakatan,
kebangsaan dan kenegaraan yang baik, terwujudnya kejayaan Islam dan kaum muslimin
(izzul Islam wal-muslimin) dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai
manifestasi dari rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil ‘alamin).

A. Fungsi dan Kedudukan MUI


Fungsi MUI: Membantu pemerintahan desa dalam melakukan hal-hal yang
menyangkut kemaslahatan umat Islam, seperti mengeluarkan fatwa dalam kehalalan
sebuah makanan, penentuan kebenaran sebuah aliran dalam agama Islam, dan hal-hal
yang berkaitan dengan hubungan seorang muslim dengan lingkungannya.

Kedudukan MUI: Bertindak sebagai antarmuka antara pemerintah Indonesia dan


masyarakat Islam. Perubahan dalam masyarakat sipil setelah jatuhnya Suharto telah
memperluas peran MUI dan membuatnya semakin kompleks. MUI memberikan fatwa
kepada masyarakat Islam; melalui ini mereka menentukan arah umum kehidupan
umat Islam di Indonesia.

B. Peran dan Kontribusi MUI


Peran MUI adalah memberikan panduan keagamaan dan mengawasi pelaksanaan
ajaran Islam di masyarakat. Kontribusi MUI dapat dilihat dari pengaruh dan dampak yang
dihasilkan oleh panduan dan pengawasan tersebut dalam menciptakan masyarakat yang lebih
berakhlak dan berkeadilan sosial, diantaranya, yaitu :
1. Pemberian fatwa: MUI memiliki peran penting dalam memberikan fatwa atau pandangan
hukum Islam terhadap berbagai persoalan yang muncul di masyarakat. Fatwa yang
dikeluarkan oleh MUI menjadi acuan bagi umat Islam di Indonesia.
2. Pembinaan dan pengawasan: MUI memiliki tugas untuk membina dan mengawasi kegiatan
keagamaan di masyarakat, khususnya dalam hal yang berkaitan dengan ajaran Islam. MUI
juga memiliki tugas untuk mengawasi produk halal di Indonesia.
3. Pendidikan dan dakwah: MUI juga turut serta dalam mengembangkan pendidikan dan
dakwah Islam di Indonesia. MUI memberikan bimbingan dan arahan kepada masyarakat
tentang ajaran Islam yang sejalan dengan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.
4. Kerja sama dengan pemerintah: MUI seringkali bekerja sama dengan pemerintah dalam
berbagai bidang, termasuk dalam hal pembuatan kebijakan terkait keagamaan, penegakan
hukum, dan perlindungan konsumen.
5. Mengembangkan dialog antar umat beragama: MUI juga memiliki peran dalam
mengembangkan dialog antar umat beragama. MUI mendorong terciptanya kerukunan antar
umat beragama dan mempromosikan nilai-nilai toleransi dan kerjasama antarumat beragama
di Indonesia.

C. MUI dalam Kegiatan Dakwah


Wakil Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI), Habib Nabiel Al-Musawa,
menjelaskan bahwa standadisasi dakwah yang dilakukan oleh MUI untuk menyamakan persepsi di
antara seluruh ormas Islam.

Habib Nabiel menuturkan, MUI merupakan representasi ulama dari seluruh ormas Islam di
Indonesia. Ia menegaskan bahwa MUI bukan hanya milik beberapa ormas Islam saja. ‘’Di
samping itu, tuntutan zaman saat ini berdakwah perlu ada keterangan dari pemerintah asal tentang
siapa orang ini,’’ tambahnya.

Dia menambahkan, bahwa hal tersebut juga sudah berlaku di beberapa negara yang
mewajibkan untuk memberikan surat keterangan dari lembaga berkompeten dari negara asal.
Untuk itu, kata dia, MUI sebagai lembaga non pemerintah mengambil inisiatif untuk melakukanya.

Hal ini lantaran juga sesuai dengan kewajiban MUI untuk mempersatukan semua ormas di
bawahnya untuk berdakwah sesuai kompetensi dan standarisasi bagi para dai. ‘’Hingga para Dai
tidak salah menyampaikan dakwah atau membawa fikroh-fikroh yang tidak sesuai dengan manhaj
Islam itu sendiri,’’ pungkasnya.
BAB III

PENUTUP DAN KESIMPULAN

Majelis Ulama Indonesia berdiri pada tanggal, 7 Rajab 1395 H, bertepatan


dengan tanggal 26 Juli 1975 di Jakarta, sebagai hasil dari pertemuan atau musyawarah
para ulama, cendekiawan dan zu’ama yang datang dari berbagai penjuru tanah air,
didirikan sebagai wadah bermusyawarah para ulama, zuama , dan cendekiawan
muslim Ketika saat itu bangsa sedang kurang peduli masalah rohani umat.
DAFTAR PUSTAKA

Nurmin, 2023. Peran MUI dalam Pengembangan Dakwah di Kecamatan Hanau Desa
Pembuang Hulu 1 dan II Kabupaten Seruyan. http://senayan.iain-
palangkaraya.ac.id/index.php?p=show_detail&id=8230&keywords=
(diakses pada 19 Januari pukul 19.30)

Anda mungkin juga menyukai