BAB II
A. Sejarah MUI
pemecahan, karena tidak terdapat hukumnya dalam al-Quran dan Hadist. Begitu
persoalan baru tersebut sehingga banyak masyarakat yang haus akan jawaban
tersebut. Hal ini membuat Ulama Indonesia bersepakat untuk membuat lembaga
masyarakat dengan nama Majelis Ulama Indonesia atau yang disingkat dengan
MUI. MUI berdiri pada tanggal 17 Rajab 1395 H, bertepatan dengan 26 Juli 1975
yang didahului dengan musyawarah pertama Majelis Ulama Indonesia pada tahun
yang sama9.
yang ditandatangani oleh 53 orang ulama yang terdiri dari ketua-ketua Majelis
9
“Muqadimah Pedoman Dasar Majelis Ulama Indonesia”, www.majelisulama.com, akses
tanggal 15 November 2016.
10
Musyawarah pertama ini dikeahui oleh letjen. Purn. H. Soedirman dan Tim Penasehat
yang terdiri dari Prof. Dr. Hamka, K.H. Abdullah Syafe‟I dan K.H. M. Syukri Ghazali. Lihat
“MUI Berdiri, Tumbang dan Berkembang”, http//www.majelisulama.com/mui_in/article, akses 15
November 2016.
10
organisasi Islam tingkat pusat11, 4 orang ulama Dinas Rohaniyah Islam yang
terdiri dari Angkatan Darat, Angkatan Udara, Angkatan Laut dan POLRI, dan 13
kemerdekaan yaitu ketika Indonesia berada pada fase kebangkitan, dimana pada
saat itu bangsa Indonesia sibuk dengan politik kelompok masing-masing sehingga
dan kemajuan umat Islam dalam Keagamaan, organisasi sosial dan kecendrungan
aliran politik sering membuat lemah dan dapat dijadikan pertentangan diantara
dan tujuan. Adapun tujuan dari Majelis Ulama Indonesia sebagaimana tercantum
dalam pedoman Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (ADART) MUI
Islam yang dinamis dan efektif sehingga mampu mengarahkan dan mendorong
masyarakat yang aman, damai, adil, dan makmur rohaniyah dan jasmaniyah yang
diridhoi Allah SWT. Sedangkan fungsi dari Majelis Ulama Indonesia (MUI)
adalah :
11
Majelis Ulama unsur organisasi Islam Tingkat Pusat terdiri dari NU, Muhammadiyah,
Syarikat Islam, PERTI, Al-Washiyah, Mutla‟ul Anwar, GUPPI, PDTI, Dewan Masjid Indonesia
dan Al-Itthadiyah. Ibid.
11
1. Diniyah.
semua langkah dan kegiatanya pada nilai dan ajaran Islam. Karena
2. Irsyadiyah.
serta melaksanakan amar makruf dan nahi mungkar dalam arti yang
dakwah.
3. Ijabiyah.
4. Hururiyah
5. Ta’awuniyah
masyarakat dunia.
13
6. Syuriyah
masyarakat.
7. Tasamuh
Islam
8. Qudwah
9. Addualiyah
ajaran Islam. Sesuai dengan hal itu, Majelis Ulama Indonesia menjalin
14
Majelis Ulama Indonesia pada Bab V pasal 17 mengenai susunan dan hubungan
12
“Orientasi dan Peran MUI” http//majelisulama.com, akses tanggal 16 Novembar 2016
13
“Muqodimah Pedoman Dasar: Majelis Ulama Indonesia”, www.majelisulama .com,
akses tanggal 16 November 2016.
14
Ibid.
15
Indonesia Pusat dan Majelis Ulama Indonesia Daerah adalah dewan penasehat,
pembentukan fatwa-fatwa MUI. Pada masa awal pembentukan MUI pada tahun
1975 komisi fatwa berjumlah 7 orang dari wakil ulama dan ormas Islam, jumlah
ini terus berubah setiap pergantian kurun waktu kepengurusan komisi fatwa 5
persidangan komisi fatwa diadakan menurut keperluan atau bila MUI telah
diperlukan sekali sidang, dan bisa saja dalam sekali persidangan bisa dan bisa saja
Selain itu, tugas komisi fatwa juga mengagendakan sidang komisi untuk
Sidang Komisi Fatwa harus dihadiri anggota komisi fatwa yang telah
diangkat pimpinan pusat MUI dan pimpinan MUI Provinsi dan memanggil para
ahli apabila diperlukan. Sidang komisi fatwa harus diselenggarakan apabila ada
permintaan atau adanya kebutuhan yang oleh MUI dianggap dan perlu
dikeluarkan Fatwa. Kebutuhan yang dianggap perlu dikeluarkan fatwa dapat saja
datang dari masyarakat, pemerintah, lembaga sosial, atau respon MUI terhadap
suatu masalah tertentu. Dalam proses mengeluarkan fatwa dapat dilakukan satu
baik oleh komisi fatwa sendiri atau oleh MUI. Bantuk lahiriyah fatwa selalu sama,
dimulai dengan katerangan bahwa komisi telah mengadakan sidang pada waktu
tertentu berkenaan dengan adanya pertanyaan yang telah diajukan oleh orang-
konferensi tahunan ulama yang diselenggarakan oleh MUI dan biasanya banyak
17
Mukhsin Jamil, Membendung Despotisme Wacana Agama (Semarang: Walisongo
Press, 2010), h.148.
17
C. Eksistensi Fatwa
1. Pengertian Fatwa
penjelasan hukum syari‟at dalam menjawab suatu perkara yang diajukan oleh
seseorang yang bertanya, baik penjelasan itu ragu-ragu dan penjelasan itu
masyarakat.18
Fatwa merupakan hasil ijtihad para ahli (mujtahid dan mufti) yang
dapat dilahirkan dalam bentuk lisan ataupun tulisan. Adapaun metode yang
digunakan untuk menjelaskan suatu hukum tersebut melalui dua cara dan dua
sumber yang autentik yaitu Al-Quran dan Hadits. Hukum Islam yang
berdasarkan hasil ijtihad para mujtahid yang dituangkan dalam bentuk fatwa
keagamaan oleh para mufti, hal ini dikarenakan dalam al-Quran sendiri
18
Rohadi Abdul Fatah, Analisis Fatwa Keagamaan dalam fikih Islam ( Jakarta : Bumi
Aksara, 2006), h. 7
18
timbul tidak terbatas. Atau karena sesungguhnya nash itu telah berhenti
berhenti”.20
jalan keluar mengurai permasalahan dan peristiwa yang muncul tersebut. Oleh
tetap memakai manhaj yang telah disepakati para ulama, sebagai upaya untuk
hukum yang jelas. Tapi di sisi lain juga harus memperhatikan unsur
hukum Islam.
Islam dan ilmu pengetahuan umum yang berkaitan dengan keagamaan dalam
yang meliputi:21
sedang diperselisihkan.
umatan wahidah.
metodologi, yaitu:
meyakinkan.
21
Rohadi Abdul Fatah, Op. Cit., h. 27.
20
taqlid buta).
d. Fatwa tidak boleh keluar dari sikap hak asasi manusia yang diusung
dalam Islam sejak awal. Hak tersebut yaitu antara lain hak untuk
penting, karena mufti merupakan ulama dan merupakan penerus para nabi,
jika dilihat dari sisi ini seorang mufti juga sebagai pencetus hukum yang
istinbath.
2011 adalah (1) Undang-Undang Dasar 1945; (2) Undang-Undang/ Perpu; (3)
dilihat secara hirarki, maka posisi Fatwa tidak ada. Akan tetapi dalam sumber
Reformasi dan dalam waktu bersamaan dalam kondisi yang krisis seperti
sekarang ini, hukum Islam atau fiqh mempunyai peran besar sebagai sumber
sangat signifikan, bukan saja dalam sistem peradilan yang sudah tegas dalam
lingkungan peradilan agama, akan tetapi juga dalam sistem peradilan (meliputi
materi hukum dan sistem kerja peradilan dalam rangka supremasi hukum)
yang lebih luas. Termasuk dalam konteks menempatkan fiqh sebagai salah
satu bentuk ilmu hukum dalam dunia hukum, yang dapat memberi arti bahwa
fiqh atau hukum Islam menjadi sumber kajian sekaligus sumber hukum matriil
di indonesia.
sarana yang diberi nama Majelis Ulama Indonesia. Tugas MUI adalah
berhubungan dengan agama Islam yang mana hal ini kita kenal dengan fatwa.
23
Dan fatwa MUI inilah yang nantinya akan menjadi tolak ukur, pola pikir dan
secara nasional dan masalah agama Islam di daerah yang diduga dapat meluas
kedaerah lain.24
menempatkan fiqh atau hukum Islam dalam jajaran sumber ilmu hukum
secara umum, maka dalam takaran oprasional/ hukum materil, fiqh dapat
merupakan salah satu dari bahan pertimbangan hukum bagi para legislator
24
Abdul Manan, Reformasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Raja grafindo Persada,
2006), h. 195-196.
24
Maka Metode yang dipergunakan oleh Komisi Fatwa MUI dalam proses
Quran atau hadist untuk sesuatu masalah apabila masalah yang ditetapkan
terdapat dalam nash al-Quran ataupun hadis secara jelas. Sedangkan apabila tidak
terdapat dalam nash al-Quran maupun hadis maka penjawaban dilakukan dengan
jawaban dapat dicukupi oleh pendapat dalam kitab-kitab fiqih terkemuka (al-
kutub al-mu’tabarah) dan hanya terdapat satu pendapat (qaul), kecuali jika
pendapat (qaul) yang ada dianggap tidak cocok lagi untuk dipegangi karena
sangat sulit untuk dilaksanakan (ta’assur atau ta’adzdzur al-‘amal atau shu’ubah
al-‘amal), atau karena alasan hukumnya („illah) berubah. Dalam kondisi seperti
ini perlu dilakukan telaah ulang (I’adatun nazhar), sebagaimana yang dilakukan
oleh ulama terdahulu.Karena itu mereka tidak terpaku terhadap pendapat ulama
terdahulu yang telah ada bila pendapat tersebut sudah tidak memadai lagi untuk
didijadikan pedoman.
25
http://www.mui/publik/tanya-jawab/metode-ijtihad-mui//. Diakses pada tanggal 09
Maret 2017.
25
pendapat yang berbeda (al-Jam’u wat taufiq), memilih pendapat yang lebih akurat
permasalahan yang telah ditetapkan hukumnya dalam kitab-kitab fiqh (ilhaqi) dan
istinbathi.
penetapan fatwa didasarkan pada hasil usaha penemuan titik temu di antara
dilakukan melalui metode tarjihi (memilih pendapat ulama yang dinilai paling
fiqh perbandingan27. Ketika satu masalah atau satu kasus belum ada pendapat
(qaul) yang menjelaskan secara persis dalam kitab fiqh terdahulu (al-kutub al-
26
Dewan Syari‟ah Nasional MUI dan Bank Indonesia (2001), Himpunan Fatwa Dewan
Syari‟ah Nasional untuk Lembaga Keuangan Syari‟ah,
27
Lukman Hakim, Al-Qur‟an Menuju Sistem Moneter yang Adil, (Yogyakarta: PT. Dana
Bhakti Prima Yasa, 1997), h. 20.
26
metode ilhaqi karena tidak ada padanan pendapat (mulhaq bih) dalam al-kutub al-
kemaslahatan umum (mashalih ‘ammah) dan intisari ajaran agama (maqashid al-
syari’ah). Sehingga fatwa yang dikeluarkan oleh MUI benar-benar bisa menjawab
28
Komisi fatwa MUI, Himpunan Fatwa Nasional.