Anda di halaman 1dari 5

Final Test Psikologi Belajar PAI

Nama : Ahmad Nor Syifa

NIM : 19.04.06659

Mata Kuliah : Psikologi Belajar PAI

Hari/Tgl :Rabu, 20 Juli 2022

Pukul :14.30-16.00 Wita

Jawablah pertanyaan di bawah ini, diketik secara singkat dan jelas!

1. Psikologi Belajar memiliki ruang lingkup yang secara garis besar dapat dibagi menjadi
tiga pokok bahasan. Jelaskan! (Skor 10)
2. Desain pembelajaran seperti apa yang Saudara rancang dalam menghadapi kelas
berkesenjangan? (Skor 15)
3. Apa yang Saudara lakukan dalam upaya meningkatkan skala kesadaran belajar bagi
peserta didik? (Skor 20)
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan program sekolah berfokus pada pengembangan hasil
belajar siswa secara holistik dalam upaya mewujudkan Profil Pelajar Pancasila yang
mencakup kompetensi (literasi dan numerasi) dan karakter. (Skor 25)
5. Jelaskan alasan Saudara mempelajari psikologi belajar, bila dikaitkan dengan pengaruh
tekanan lingkungan kelas dalam konteks: (pilih salah satu saja)
a. Skala Hawkins,
b. Self awareness,
c. Maqashid Al Syari'ah, dan
d. Enam (6) rahasia besar dalam dunia pendidikan! (Skor 30)
Jawaban:

1.
- Belajar

Ruang lingkup belajar meliputi hakikat belajar itu sendiri, teori belajar, prinsip utama belajar,
macam-macam belajar, kegiatan belajar, faktor yang berpengaruh pada belajar, perubahan
tingkah laku sebagai hasil belajar, teknik belajar secara efektif, dan sebagainya. Pengertian
belajar adalah suatu proses atau upaya yang dilakukan setiap individu untuk mendapatkan
perubahan tingkah laku, baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai positif
sebagai suatu pengalaman dari berbagai materi yang telah dipelajari.
Definisi belajar dapat juga diartikan sebagai segala aktivitas psikologi yang dilakukan oleh setiap
orang sehingga tingkah lakunya berbeda antara sebelum dan sesudah belajar. Perubahan tingkah
laku atau tanggapan karena adanya pengalaman baru, memiliki kepandaian/ ilmu setelah belajar,
dan pelatihan.
- Proses belajar

Ruang lingkup proses belajar meliputi tahapan dalam proses belajar, perubahan psikis
(kejiwaan) selama belajar, perilaku belajar kaitannya dengan pengalaman belajar, motivasi dalam
proses belajar, dan sebagainya. Bukan hanya dari aspek kejiwaan saja tapi peningkatan dari
aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik, yaitu dari segi sikap, kecerdasan, dan keterampilan
yakni perubahan sikap menjadi lebih baik, terus dari segi kecerdasan ilmu pengetahuan nya
mampu bersaing dengan orang luar, dan yang terakhir yaitu segi keterampilan yang mana
menjadikan peserta didik seseorang yang terampil kreatif.

- Kondisi belajar

Ruang lingkup kondisi belajar meliputi keadaan lingkungan fisik, nonfisik, sosial, dan
non sosial. kondisi belajar adalah suatu situasi belajar yang dapat menghasilkan perubahan
perilaku pada seseorang setelah ia ditempatkan pada situasi tersebut.

2. Hal pertama yang perlu dilakukan oleh guru sebelum memulai PJJ adalah
melakukan mapping atas kondisi para peserta didik. Bagaimana kondisi sosial mereka
mulai dari akses terhadap internet dan gadget, bagaimana kondisi orang tua. Mapping ini
akan memudahkan guru dalam mencari metode yang paling efektif dalam PJJ. Metode
yang paling efektif adalah yang sesuai dengan kondisi sosial peserta didiknya.

Akses internet dan gadget masih menjadi kendala terbesar dalam pelaksanaan PJJ.


Oleh karena itu akan sangat bijak bila PJJ tidak harus selalu online. Guru bisa
menggunakan sistem pembelajaran, yang memadukan luring dan daring. Tugas tidak
hanya dikumpulkan secara online tapi bisa juga dalam bentuk lembar kerja yang bisa
dikumpulkan secara berkala.

Agar semua peserta didik bisa mengikuti PJJ dengan sistem online, pastikan guru
menggunakan aplikasi yang mudah diakses oleh semua peserta didik, misalnya Zoom,
WhatssApp ataupun Google Classroom.

PJJ juga menuntut guru untuk lebih kreatif mengemas pembelajaran yang menarik
saat sekolah online. Guru perlu meningkatkan kemampuan di bidang TIK. Mulai dari
kemampuan mengelola pembelajaran online, membuat video belajar hingga
mengoperasikan berbagai aplikasi yang mendukung PJJ.

Saat PJJ, orang tua menjadi patner utama guru. Orang tua yang membantu peserta
didik belajar di rumah. Oleh karena itu perlu ada komunikasi dan kerjasama yang baik
antara guru dan orang tua. Agar keduanya mampu berkolaborasi dengan baik dalam
proses PJJ ini.

3. Mengatur bahan dan materi pelajaran yang akan disajikan sedemikian rupa sehingga
dapat mengundang perhatian siswa. Menyajikan bahan dan materi pelajaran dengan
metode yang disukai oleh siswa karena memang proses belajar untuk siswa.
Menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman, fakta dan kenyataan hidup siswa
sehari-hari. Menyajikan materi pelajaran sesuai dengan taraf berfikir dan pengalaman
batin siswa.
4. Semua transformasi pendidikan ujung-ujungnya adalah kualitas guru dan kualitas
kepemimpinan sekolah, kepala sekolah dan guru-gurunya. Tetapi intervensi harus
dilakukan secara holistik terhadap masing-masing sekolah, program ini sekolah mampu
menghadirkan siswa dengan hasil belajar di atas rata-rata. Utamanya, adanya peningkatan
pada kualitas numerasi dan literasi. Program Sekolah Penggerak ini juga disebut nakal
menjadikan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman dan nyaman. Para pelajar
dapat menikmati sekolah sebagai tempat berkembang.

5. buku yang beliau baca itu berjudul Power vs Force karya David R. Hawkins. Meskipun
nama David R. Hawkins, M.D., Ph.D. sudah pernah saya dengar sebelumnya sebagai
seorang ahli di bidang psikologi–lebih tepatnya lagi beliau adalah seorang psikiater,
dokter, sekaligus peneliti dan dosen, tetapi saya belum pernah mencari referensi secara
langsung terkait bukunya yang populer ini, Power vs Force: An Anatomy of
Consciousness, The Hidden Determinants of Human Behavior. Ternyata, buku best
seller ini merupakan hasil riset Hawkins selama 20 tahun tentang level atau tingkat
kesadaran diri manusia yang berhubungan dengan emosi yang dihasikan.
Yang mana kita ketahui betapa susah nya kita mengerti dengan definisi emosi dan
bagaimana caara mengontrol emosi dan di bawah ini isi dari buku Power vs Force: An
Anatomy of Consciousness, The Hidden Determinants of Human Behavior.
Ada 17 tingkatan alias tabel emosi yang ada pada Skala Hawkins, lengkap dengan
nilainya masing-masing. Semakin besar nilainya, semakin tinggi pula tingkat kesadaran
emosi yang dimiliki individu tersebut.
- Force (Skala 20 sampai 175 pada Tabel Emosi Skala Hawkins)
 Rasa Malu (nilai 1-20) =>  rendah diri, kurangnya penghargaan terhadap diri. 
 Bersalah (nilai 30) =>  suka menyalahkan lingkungan, tidak bisa memaafkan diri
sendiri.
 Apatis (nilai 50) =>  putus asa, tak berdaya.
 Kesedihan (nilai 75) =>  sering menyesali peristiwa yang terjadi, merasa kehilangan.
 Takut (nilai 100) => selalu merasa cemas dan dihantui perasaan tidak tenang.
 Keinginan (nilai 125) =>  memiliki hasrat berlebih dan terobsesi terlalu kuat. Dapat
menimbulkan depresi jika mengalami kekecewaan.
 Marah (nilai 150) =>  emosi ini bisa menimbulkan dendam dan kebencian.
 Bangga (nilai 175) =>  sombong dan terlalu bangga dengan apa yang dimiliki.
 Power (Skala 200 sampai 1000 pada Tabel Emosi Skala Hawkins)

- Pada skala nilai 200 ke atas ini, getaran negatif (force) mulai berangsur membaik ke
tingkat yang positif (power). 
 Berani (nilai 200) =>  memiliki kekuatan untuk melawan ketidakberdayaan.
 Netral (nilai 250) =>  merasa rileks, santai, dan lebih percaya diri . 
 Kemauan (nilai 310) =>  mulai muncul keinginan menjadi lebih baik dan
berkomitmen.
 Penerimaan (nilai 350) =>  menerima kondisi, bersyukur, dan menyadari kebahagiaan
berasal dari diri sendiri. 
 Memiliki Akal/Berpikir (nilai 400) =>  mampu berpikir rasional dan memahami
kondisi.
 Cinta (nilai 500) =>  punya rasa empati, kasih sayang, dan welas asih tanpa batas.
 Suka Cita (nilai 540) =>  dimaknai dengan ketenangan yang luar biasa pada seorang
individu. 
 Kedamaian (nilai 600) =>  memiliki kebahagiaan yang luar biasa.
 Pencerahan (700-1000) =>  tingkat emosi tertinggi yang hanya dimiliki oleh para nabi
dan rasul. Mereka yang berada pada level ini memiliki kemampuan untuk
memengaruhi dan membantu individu di tingkat emosi lebih rendah agar dapat
memperbaiki diri dengan kelebihan (mukjizat) yang mereka terima dari Zat tertinggi.

Anda mungkin juga menyukai