semangat belajar dan sebaliknya kurang adanya motivasi akan melemahkan semangat belajar.
Motivasi merupakan syarat mutlak dalam belajar; seorang siswa yang belajar tanpa motivasi
(atau kurang motivasi) tidak akan berhasil dengan maksimal.
Menurut model ini, motivasi seorang individu sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor,
baik yang bersifat internal maupun eksternal. Termasuk pada faktor internal adalah : (a)
persepsi seseorang mengenai diri sendiri; (b) harga diri; (c) harapan pribadi; (d) kebutuhaan;
(e) keinginan; (f) kepuasan kerja; (g) prestasi kerja yang dihasilkan.
Sedangkan faktor eksternal mempengaruhi motivasi seseorang, antara lain ialah : (a) jenis
dan sifat pekerjaan; (b) kelompok kerja dimana seseorang bergabung; (c) organisasi tempat
bekerja; (d) situasi lingkungan pada umumnya; (e) sistem imbalan yang berlaku dan cara
penerapannya.
Motivasi ekstrinsik adalah mmotivasi yang ikut atau terbawa kegiatan untuk mencapai
tujuan akhir.
Motivasi intrinsik adalah motivasi dari dalam diri yakni motivasi yang menyangkut
kegiatan (Pintrich dan Schunt).
Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar
siswa, sebagai berikut:
1. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik. Pada permulaan belajar mengajar hendaknya
seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus (TIK) yang akan dicapai
siswa. Tidak cukup sampai di situ saja, tapi guru juga bisa memberikan penjelasan tentang
pentingnya ilmu yang akan sangat berguna bagi masa depan seseorang, baik dengan norma
agama maupun sosial. Makin jelas tujuan, maka makin besar pula motivasi dalam belajar.
2. Hadiah. Berikan hadian untuk siswa-siwa yang berprestasi. Hal ini akan sangat memacu siswa
untuk lebih giat dalam berprestasi, dan bagi siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk
mengejar atau bahkan mengungguli siswa yang telah berprestasi. Hadiah di sini tidak perlu harus
yang besar dan mahal, tapi bisa menimbulkan rasa senag pada murid, sebab merasa dihargai
karena prestasinya. Kecuali pada setiap akhir semester, guru bisa memberikan hadiah yang lebih
istimewa (seperti buku bacaan) bagi siswa ranking 1-3.
4. Pujian. Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian.
Tentunya pujian yang bersifat membangun. Bisa dimulai dari hal yang paling kecil seperti, “beri
tepuk tangan bagi si Budi…”, “kerja yang bagus…”, “wah itu kamu bisa…”.
5. Hukuman. Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar
mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan
berusaha memacu motivasi belajarnya. Hukuman di sini hendaknya yang mendidik, seperti
menghafal, mengerjakan soal, ataupun membuat rangkuaman. Hendaknya jangan yang bersifat
fisik, seperti menyapu kelas, berdiri di depan kelas, atau lari memutari halaman sekolah. Karena
ini jelas akan menganggu psikis siswa.
6. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar. Strateginya adalah dengan
memberikan perhatian maksimal ke peserta didik, khususnya bagi mereka yang secara prestasi
tertinggal oleh siswa lainnya. Di sini guru dituntut untuk bisa lebih jeli terhadap kondisi anak
didiknya. Ingat ini bukan hanya tugas guru bimbingan konseling (BK) saja, tapi merupakan
kewajiban setiap guru, sebagai orang yang telah dipercaya orang tua siswa untuk mendidik anak
mereka.
7. Membentuk kebiasaan belajar yang baik. Ajarkan kepada siswa cara belajar yang baik,
entah itu ketika siswa belajar sendiri maupun secara kelompok. Dengan cara ini siswa
diharapkan untuk lebih termotivasi dalam mengulan-ulang pelajaran ataupun menambah
pemahaman dengan buku-buku yang mendukung.
8. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok. Ini bisa
dilakukan seperti pada nomor 6.
9. Menggunakan metode yang bervariasi. Guru hendaknya memilih metode belajar yang tepat
dan berfariasi, yang bisa membangkitkan semangat siswa, yang tidak membuat siswa merasa
jenuh, dan yang tak kalah penting adalah bisa menampung semua kepentingan siswa. Sperti
Cooperative Learning, Contectual Teaching & Learning (CTL), Quantum Teaching, PAKEM,
mapun yang lainnya. Karena siswa memiliki tingkat intelegensi yang berbeda-beda satu sama
lainnya. Ada siswa yang hanya butuh 5 menit untuk memahami suatu materi, tapi ada siswa yang
membutuhkan 25 menit baru ia bisa mencerna materi. Itu contoh mudahnya. Semakin banyak
metode mengajar yang dikuasai oleh seorang guru, maka ia akan semakin berhasil meningkatkan
motivasi belajar siswa.
10. Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Baik itu media
visual maupun audio visual.
Pandangan teori behavioristik telah cukup lama dianut
oleh para pendidik. Namun dari semua teori yang ada,
teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap
perkembangan teori belajar behavioristik. Program-
program pembelajaran seperti Teaching Machine,
Pembelajaran berprogram, modul dan program-program
pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan
stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor
penguat (reinforcement), merupakan program
pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang
dikemukakan Skiner.
1.3 Hipotesa
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Teori-teori Belajar Behaviorisme,
Kognitif, Kontruktivisme, dan Humanisme
Jenis Pengetahuan
Konstruktivistik
Behavioristik
Konstruktivistik
Behavioristik
Ketidakteraturan, ketidakpastian, kesemrawutan,
Konstruktivistik
Behavioristik
Behavioristik
Konstruktivistik
Behavioristik
Evaluasi menekankan pada penyusunan makna secara
aktif yang melibatkan keterampilan terintegrasi, dengan
menggunakan masalah dalam konsteks nyata.
KELAS : BULUKUMBA
Program mipa bersama
Pasca sarjana
universitas negeri Makassar
2012/2013
Madrasah Ibtidaiyah atau Sekolah Dasar yang bermamfaat bagi siswa untuk
pendidikan nasional.
konsep dan prinsip IPA yang bermamfaat dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
SUDARMIN,S.Ag.M.Pd PENATA/III/c
HARTATIAH, S.Ag -
SYAMSIAH, S.Pd -
SYAHIRUDDIN, S.Ag -
SISRAWATI,S.PdI -
SURIANTI, S.PdI -
NURLAELA, S.Pd -
RATNAH SARI -
RAHMIATI -
MENGETAHUI
DRS.H.AWALUDDIN, M.Si
Motivasi ekstrinsik adalah mmotivasi yang ikut atau terbawa kegiatan untuk mencapai
tujuan akhir.
Motivasi intrinsik adalah motivasi dari dalam diri yakni motivasi yang menyangkut
kegiatan (Pintrich dan Schunt).
1. Perencanaan Pembelajaran (Plan)
Peneliti sebagai dosen pendamping kegiatan lesson study mata pelajaran
biologi yang telah kurang lebih selama 2 tahun mendampingi kegiatan lesson
study di homebase VIII wilayah Pleret dan Sewon, banyak mendapatkan berbagai
permasalahan yang berkaitan dengan proses dan hasil pembelajaran IPA Biologi
di SMP. Kegiatan utama pada tahap plan ini adalah mengidentifikasi masalah
yang ada di kelas yang akan digunakan untuk kegiatan open class dan
perencanaan alternatif pemecahannya. Identifikasi masalah dalam rangka
perencanaan pemecahan masalah tersebut berkaitan dengan pokok bahasan
(materi pelajaran) yang relevan dengan kelas dan jadwal pelajaran, karakteristik
siswa dan suasana kelas, metode/pendekatan pembelajaran, media, alat peraga,
dan evaluasi proses dan hasil belajar.
1) Hasil pengamatan awal kinerja guru yang diperoleh dari hasil observasi
menggunakan instrumen pengamatan, dapat diidentifikasi beberapa masalah
konkret yang berkaitan dengan proses dan hasil pembelajaran biologi di SMP
5
antara lain: (1) proses pembelajaran dalam pelaksanaannya lebih didominasi
dengan metode ceramah, (2) berpusat pada guru (teacher centered learning),
(3) berorientasi pada target penyelesaian materi yang harus dikejar oleh guru
sehingga perhatiannya cenderung pada bagaimana menyelesaikan materi
tersebut sesuai waktu yang disediakan (tepat waktu), (4) berorientasi pada
aspek kognitif saja, kurang mengembangkan kompetensi afektif dan
psikomotorik siswa.
2) Hasil pengamatan awal kinerja siswa yang diperoleh dari hasil observasi
menggunakan instrumen pengamatan, catatan-catatan dan data-data hasil
belajar siswa, dapat diidentifikasi beberapa masalah konkret yang berkaitan
dengan proses dan hasil pembelajaran biologi di SMP antara lain: (1) siswa
tampak bosan dan kurang berminat dalam mengikuti pelajaran biologi, (2)
siswa tidak mengerjakan tugas dan/atau pekerjaan rumah, (3) keingintahuan
siswa belum tersalurkan karena kurangnya pelibatan aktif siswa dalam
pembelajaran, (4) siswa kurang berani mengemukakan pendapat, dan (5)
siswa kurang menguasai materi yang seharusnya menjadi kompetensinya.
Berdasarkan hasil pengamatan awal di atas, kemudian didiskusikan dengan
guru pengampu mata pelajaran biologi untuk merancang open class dalam rangka
mengatasi permasalahan tersebut di atas. Selanjutnya, pembelajaran biologi di
SMP dirancang dengan cermat dan tepat yang meliputi seluruh komponen
pembelajaran seperti; strategi, metode, media, sumber belajar, dan karakter siswa.
Karakter siswa dengan rasa ingin tahunya, menuntut untuk dilakukan
pengembangan pembelajaran yang dapat mewadahi potensi positif siswa tersebut,
sehingga pembelajaran biologi dapat menumbuhkan dan mengembangkan
kecakapan siswa dalam hidup bermasyarakat, bukan hanya menguasai materi
hafalan pengetahuan yang berupa konsep dan prinsip belaka. Usaha perbaikan
strategi pembelajaran biologi yang dimaksud adalah menerapkan strategi
pembelajaran “kooperatif” yang sesuai dengan kondisi fisik maupun mental
siswa. Dengan strategi pembelajaran kooperatif, diharapkan akan menimbulkan
minat belajar yang nantinya dapat meningkatkan pencapaian tujuan pembelajaran
biologi yang kaya dan penuh arti (meaningful learning) yang diimpikan oleh
banyak kalangan pendidik.
2. Pelaksanaan Pembelajaran (Do)
Pada tahap pelaksanaan open class, guru model yang telah ditunjuk oleh
kelompoknya, melakukan proses mengajar belajar di kelas dengan berpedoman
pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang kemudian dijabarkan lebih
rinci dalam skenario pembelajaran (SP). Walaupun demikian, karena kegiatan
open class ini menggunakan pendekatan kualitatif, maka dalam pelaksanaannya
masih memungkinkan untuk dapat berubah menyesuaikan kondisi dan situasi
yang terjadi di kelas. Ketika guru model mengajar, maka dosen pendamping
(peneliti) dan guru-guru lainnya melakukan observasi dengan menggunakan
lembar observasi yang telah dipersiapkan dan perangkat lain yang diperlukan.
Para observer ini mencatat hal-hal positif dan negatif dalam proses pembelajaran,
terutama dilihat dari segi tingkah laku siswa. Selain itu, ketika kegiatan ini sedang
dilaksanakan baik pada awal, tengah, dan akhir seluruh kegiatan direkam dengan
menggunakan alat rekam audio visual dan kamera yang memfokuskan pada
6
kejadian-kejadian khusus terutama interaksi antara guru dan siswa selama
pelaksanaan pembelajaran.
Sesuai dengan RPP dan SP, pelaksanaan pembelajaran untuk pokok
bahasan “Fotosintesis”, dilaksanakan dengan menerapkan strategi pembelajaran
kooperatif, dengan menggunakan metode praktik dan diskusi, dengan alokasi
waktu 2x50 menit. Adapun urutan kegiatan pelaksanaan pembelajaran sebagai
berikut:
(1) Penjelasan dari guru dalam rangka menyampaikan tujuan pembelajaran yang
meliputi: Menyamakan persepsi dan sosialisasi kepada siswa tentang strategi
pembelajaran kooperatif dan bagaimana siswa seharusnya belajar
menggunakan strategi pembelajaran tersebut. Pengertian fotosintesis, dan
jaringan penyusun organ tumbuhan yang berperan dalam fotosintesis.
(2) Membagi siswa ke dalam kelompok kecil, tiap kelompok terdiri dari 5 siswa.
(3) Siswa melakukan kerja kelompok untuk membuktikan bahwa tumbuhan hijau
melakukan fotosintesis dengan mengerjakan tugas seperti yang terdapat dalam
LKS.
(4) Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok dalam diskusi kelas, dan
merangkum hasil diskusi serta membuat kesimpulan hasil pembelajaran.
(5) Guru mengamati dan mencatat pelaksanaan diskusi kelas, memfasilitasi
kesulitan siswa dalam melaksanakan diskusi kelas, mengklarifikasi dan
merangkum hasil diskusi kelas, memberi evaluasi pelaksanaan pembelajaran,
dan memberi tugas terstruktur untuk pertemuan yang akan datang mengenai
integrasi sosial.
3. Refleksi dan Evaluasi Pembelajaran (See)
Setelah pelaksanaan open class selesai, maka guru dan kolaborator
mengevaluasi dan mendiskusikan hasil pembelajaran yang telah dilakukan.
Evaluasi pertama kali dilakukan oleh guru model sebagai bentuk evaluasi kinerja
sendiri (self evaluation) dan menyatakan kesan-kesannya selama melaksanakan
pembelajaran, baik terhadap dirinya maupun terhadap siswa yang dihadapi.
Berikutnya dilakukan evaluasi oleh dosen pendamping dan guru-guru lain teman
sejawat sebagai pengamat (observer), terutama yang menyangkut kegiatan siswa
◄ Gambar 1: Susana kelas ketika
sedang pelaksanaan pembelajaran
(Do),tampak siswa penuh
perhatian dan aktif belajar
7
selama berlangsung pembelajaran yang disertai dengan pemutaran video hasil
rekaman pembelajaran. Selanjutnya, guru yang melakukan implementasi tersebut
akan memberikan tanggapan balik atas komentar para observer. Hal yang penting
pula dalam tahap refleksi ini adalah mempertimbangkan kembali rencana
pembelajaran yang telah disusun sebagai dasar untuk perbaikan rencana
pembelajaran berikutnya. Apakah rencana pembelajaran tersebut telah sesuai dan
dapat meningkatkan performance keaktifan belajar siswa. Jika belum ada
kesesuaian, hal-hal apa saja yang belum sesuai, metode pembelajarannya, materi
dalam LKS, media atau alat peraga, atau lainnya. Pertimbangan-pertimbangan ini
digunakan untuk perbaikan rencana pembelajaran selanjutnya.
5. Dampak Lesson study terhadap Ko
6.