Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN BEHAVIORISTIK DALAM

RANGKA MENIGKATKAN BELAJAR SISWA


MARTONI IRA MALIK
NIM: E1S019054
S1 Pendidikan Sosiologi
martoniiramalik@gmail.com
A. Latar Belakang
Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk menghasilkan
suatu perubahan diri. Dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari bersikap buruk menjadi bersikap
baik, dan tidak terampil menjadi terampil. Sedangkan pembelajaran adalah suatu sistem yang
membantu individu belajar dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Teori belajar adalah suatu teori yang didalamnya terdapat tata cara pengaplikasian tata cara
kegiatan belajar mengajar antara guru dengan siswa. Teori belajar sangat penting karena menjadi
pendoman dalam proses pengaplikasian proses pembelajaran yang lebih efektif.
Pada zaman sekarang ini, telah kita ketahui bahwa para pelajar khususnya mereka yang
menginjak usia remaja ataupun anak usia sering kali melakukan hal-hal yang tidak seharusnya dia
lakukan diusianya atau yang sering disebut dengan devian.
Belajar merupakan salah satu elemen yang dapat digunakan untuk memeperbaiki pola pikir
dan perilaku setiap mahluk yang dalam hal ini adalah manusia. Karena pada dasarnya manusia
yang dikatakan belajar adalah manusia yang mempunyai perubahan diranah perilakunya bukan
pada kognisi semata.Salah satu teori pembelajaran yang dapat kita terapkan kepada siswa adalah
teori behavioristik.
B. ISI
1.1 Teori Behavioristik
Teori behavioristik adalah teori yang mempelajari tentang perilaku manusia. Teori
behavioristik fokus dalam menjelaskan tingkah laku manusia melalui rangsangan berdasarkan
(stimulus) yang menimbulkan respons dari setiap rangsangan . Seseorang menghentikan suatu
tingkah laku, mungkin karena tingkah laku tersebut belum diberi hadiah atau telah mendapat
hukuman. Karena semua tingkah laku yang baik bermanfaat ataupun yang merusak, merupakan
tingkah laku yang dipelajari.
Pendekatan psikologi ini mengutamakan pengamatan tingkah laku dalam
mempelajari individu dan bukan mengamati bagian dalam tubuh atau mencermati penilaian orang
tentang penasarannya.
Behaviorisme menginginkan psikologi sebagai pengetahuan yang ilmiah, yang dapat diamati
secara obyektif. Data yang diperoleh dari observasi diri dan intropeksi diri dianggap tidak
obyektif. Jika ingin menelaah kejiwaan manusia, amatilah perilaku yang muncul, maka akan
memperoleh data yang dapat dipertanggung jawabkan keilmiahannya. Jadi,behaviorisme
sebenarnya adalah sebuah kelompok teori yang memiliki kesamaan dalam mencermati dan
menelaah perilaku manusia yang menyebar di berbagai wilayah.
1.2. Teori Motivasi
Terdapat banyak pengertian tentang motivasi. Diantaranya adalah Stephen P. Robbins
(2003:156) menyatakan motivasi merupakan proses yang menyebabkan intentitas (intensity), arah
(direction), dan usaha terus menerus (persistence) individu menuju pencapaian tujuan. Tetapi
intentitas tinggi tidak mungkin mengarah pada hasil kinerja yang baik, kecuali usaha dilakukan
dalam arah yang menguntungkan organisasi. Karenanya harus dipertimbangkan kualitas usaha
maupun intentitasnya. Motivasi mempunyai dimensi usaha terus menerus.

Sementara itu Jerald Greenberg dan Robert A. Baron (2003:190) berpendapat bahwa
motivasi merupakan serangkaian proses yang membangkitkan (arouse), mengarahkan (direct), dan
menjaga (maintan) perilaku manusia menuju pada pencapaian tujuan. Membangkitkan berkaitan
dengan dorongan atau energi dibelakang tindakan.

1.3 Teori Kebutuhan


Teori kebutuhan McClelland (Wibowo, 2014:332) menunjukkan adanya tiga kebutuhan
yaitu the need for achievement (kebutuhan untuk berprestasi), need for affiliation (kebutuhan akan
afiliasi) dan need for power (kebutuhan akan kekuasaan). Implikasi yang perlu diperhatikan guru
adalah memberikan pemahaman yang dapat meningkatkan motivasi berprestasi mereka. .

1.4 Teori A.B.C

Teori ABC Husni Muadz ( 2014:97), menyatakan bahwa unsur pembentuk manusia pada
umumnya adalah A: Berkaitan aspek fisik, AB : kehidupan bilologis, ABC : Ruh atau kesadaran
manusia. Yang diatur dalam hirarki level yaitu, level 1: physiosphere( materi/fisik, level 2:
biosphere(jiwa/kehidupan), level 3 : noosphere( ruh/kesadaran). Dengan unsur tiga level ini
manusia mengada dalam dua dunia, dunia materi dan non- materi , atau dunia luar (eksterior) dan
dunia dalam ( interior). Nasibnya juga ditentukan oleh kemampuan menari diantara dua dunia ini,
yaitu antara dunia luar dan dunia dalam,dunia lahir dan dunia batin, dunia kognitif dan dunia
trans-kognitif, dunia materil dan dunia spiritual. Dalam proses kesadaran otonom manusia proses
belajar dilaksanakan untuk meningkatkan proses belajar setiap insan dalam fakultas
conscioniouness, yang dimana harus digerakan dengan kesadaran kolektif agar bisa tercapai
konsep normalitas manusia yang sebenarnya.

B. Analisis Teori
Pada analisis saya kali ini tentang teori pemebelajaran behavioristik, yang dimana teori ini
menitik beratkan pembelajaran pada hubungan stimulus dan respon. Stimulus merupakan apa saja
yang diberikan guru terhadapa siswa sedangkan, respon adalah adalah reaksi atau tanggapan
siswa. Dalam teori ini hasil merupakan suatu hal yang paling penting dalam konsep dan setiap
literartur yang ada perlu digaris bawahi bahwa dalam rangka mengaplikasikan teori Behavioristik
ini harus sesuai dengan tingkatan peserta didik yang akan dibidik agar tidak terjadi miss
komuniikasi pada proses penyampaiannya dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).Dalam
proses kegiatan belajar mengajar disekolah ataupun institusi pendidikan banyak guru yang tidak
mengetahui konsep ataupun teori tentang pembelajaran yang seharusnya mempunyai relavansi
dengan siswa dalam rangka menunjang kemampuan siswa dalam berpikir maupun bertindak.
Dalam hal ini teori belajar behavioristik menekankan pemberian rangsangan kepada siswa yang
bisa dikatakan bahwa guru adalah pusat pemebelajaran atau “Teacher Center”, jadi dalam
pengaplikasian teori ini harus digunakan pada anak SD yang masih membutuhkan rangsangan
tentnag ilmu pengetahuan dalam rangka meningkatkan pola pikir setiap peserta didik . Yang
menurut saya hal ini jauh berbanding terbalik dengan tujuan manusia yang harus sesuai dengan
normalitasnya sebagai mahluk yang paling sempurna. Manusia adalah mahluk yang mempunyai
“ The Consiness Otonom” atau kesadaran diri asli yang berada pada setiap diri manusia.
Kesadaran yang dimaksud adalah kesadaran yang dapat memberikan perubahan terhadap
diri siswa ataupun peserta didik baik dalam ranah perilaku maupun ranah pengetahuan. Yang perlu
dipahami dalam teori behavioristik hasil lebih diutamakan daripada proses namun, setiap teori
pasti mempunyai perbedaan yang dimana perbedaan tersebut dilengkapi oleh teori yang lain. Yang
dalam hal ini teori behavioristik akan selalu membutuhkan teori yang lain. Salah satunya adalah
teori motivasi yang dapat berperan untuk meningkatkan kompetensi belajar dan kemampuan setiap
siswa.
Teori motivasi juga harus diseimbangkan dengan teori kebutuhan agar dapat mengatur
setiap kebutuhan siswa secara teorganisir. Dan dalam proses pelaksanaan kebutuhan pasti
membutuhkan yang namanya suatu kesadaran dan dalam hal ini teori ABC berperan untuk dapat
mengaktifkan fakultas kesadaran setiap insan ataupun peserta didik yang dimaksud. Jadi, semua
teori ini dapat diaplikasikan dengan memberikan kolaborasi pada tahap praksisnya.Intinya dalam
proses penerapan teori belajar behavioristik harus selalu berdampingan dengan setiap teori baik itu
kontrutivistik yang dalam hal ini konsep pembelajaran berpusat pada siswa atau “ Student Center”.
C. Simpulan
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan
perilakunya. Menurut teori behaviorisme dalam belajar yang penting adalah input yang berupa
stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada
pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang
diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk
diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah
stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang
diterima oleh pebelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan
pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya
perubahan tingkah laku tersebut.
Teori behavioristik cenderung mengarah peserta didik untuk berfikir linier, konvergen,
tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini belajar merupakan proses pembentukan
(shaping), yaitu membawa peserta didik menuju atau mencapai target tertentu sehingga
menjadikan peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi padahal banyak faktor yang
mempengaruhi proses belajar dan dalam hal ini teori ini harus didukung dengan konsep teori lain
yang sudah dijelaskan di atas agar dapat menghasilkan hasil belajar yang efektif baik dalam
ranah kognisi maupun perilaku.
DAFTAR PUSTAKA

Budi Haryanto, Psikologi Pendidikan dan Pengenalan Teori-teori Belajar, Sidoarjo.


UniversitasMuhammadiyah Sidoarjo. 2004. hlm:63-65 dan 67-70
Asri Budinigsih C. 2015. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rhineka Cipta.
Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung. Remaja Rosdakarya. 2011.
hlm:44-45
Eni Fariyatul Fahyuni, Istikomah. Psikologi Belajar & Mengajar. Sidoarjo. Nizamia
LearningCenter. 2016. hlm:26- 27
Jamridafrizal, 2015. Teori Belajar Behaviorisme dan Implikasinya Dalam Praktek Pendidikan
di https://www.researchgate.net/publication/289193100. (diakses pada 24 oktober
2019).
Weegar, Mary Anne.Teori motivasi dan kebutuhan. 2012. USA: National University.
102
Muadz Husni M. 2014. Anatomi sistem sosial.Mataram: Instiusi Pembelajaran Gelar
hidup(IPGH).halaman 97.

Anda mungkin juga menyukai