Anda di halaman 1dari 4

1.

Kognitif

Kemampuan kognitif adalah kemampuan yang mencakup kegiatan mental (otak). itu artinya Kemampuan yang
mengandung Segala upaya yang menyangkut aktivitas otak untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal)
Ranah ini memiliki enam aspek, yakni:

1. Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)
2. Pemahaman (comprehension)
3. Penerapan (application)
4. Analisis (analysis)
5. Sintesis (syntesis)
6. Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)

aspek ini berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual dari mengingat, sampai
pada kemampuan memecahkan masalah. Untuk memecahkan masalah, tentu saja siswa dituntut untuk bisa dan
mahir menghubungkan dan menggabungkan beberapa metode, gagasan, ide, atau prosedur yang telahdipelajari
untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian aspek kognitif ini adalah bisa disebut sebagai
subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan
sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi.

Teori Perkembangan Kognitif menurut “Jean piaget “

Teori Jean Piaget tentang perkembangan kognitif memberikan batasan kembali tentang kecerdasan,
pengetahuan dan hubungan anak didik dengan lingkungannya. Kecerdasan merupakan proses yang
berkesinambungan yang membentuk struktur yang diperlukan dalam interaksi terus menerus dengan lingkungan.
Struktur yang dibentuk oleh kecerdasan, pengetahuan sangat subjektif waktu masih bayi dan masa kanak –
kanak awal dan menjadi objektif dalam masa dewasa awal.

Piaget juga memberikan proses pembentukan pengetahuan dari pandangan yang lain, ia menguraikan
pengalaman fisik, yang merupakan abstraksi dari ciri – ciri dari obyek, pengalaman logis matematis atau
pengetahuan endogen disusun melalui proses pemikiran anak didik . Sruktur tindakan, operasi kongkrit dan
operasai formal dibangun dengan jalan logis – matematis.

Dari aspek tenaga pendidik misalnya. Seorang guru diharuskan memiliki kompetensi bidang kognitif. Artinya
seorang guru harus memiliki kemampuan intelektual, seperti penguasaan materi pelajaran, pengetahuan
mengenai cara mengajar, pengetahuan cara menilai siswa dan sebagainya.

Faktor yang Berpengaruh dalam Perkembangan Kognitif, yaitu :

1. Fisik
Interaksi antara individu dan dunia luat merupakan sumber pengetahuan baru, tetapi kontak dengan dunia fisik
itu tidak cukup untuk mengembangkan pengetahuan kecuali jika intelegensi individu dapat memanfaatkan
pengalaman tersebut.

2.Kematangan

Kematangan sistem syaraf menjadi penting karena memungkinkan anak memperoleh manfaat secara maksimum
dari pengalaman fisik. Kematangan membuka kemungkinan untuk perkembangan sedangkan kalau kurang hal
itu akan membatasi secara luas prestasi secara kognitif. Perkembangan berlangsung dengan kecepatan yang
berlainan tergantung pada sifat kontak dengan lingkungan dan kegiatan belajar sendiri.

3.Pengaruh sosial

Lingkungan sosial termasuk peran bahasa dan pendidikan, pengalaman fisik dapat memacu atau menghambat
perkembangan kognitifnya.

adapun cara untuk mengembangkan kemampuan cognitive diantaranya

https://www.psychologytoday.com/blog/the-athletes-way/201403/eight-habits-improve-cognitive-function
http://blogs.scientificamerican.com/guest-blog/you-can-increase-your-intelligence-5-ways-to-maximize-your-
cognitive-potential/

1
2. Afektif

Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku
seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat
diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar
afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku.

Menurut Krathwol (1964) klasifikasi tujuan domain afektif terbagi lima kategori :

a. Penerimaan (recerving)
Mengacu kepada kemampuan anak memperhatikan dan memberikan respon terhadap stimulasi yang tepat.
(menerima atau memeperhatikan), adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar
yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Termasuk dalam jenjang ini
misalnya adalah : kesadaran dan keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol dan menyelesaikan gejala-
gejala atau rangsangan yang datang dari luar.

b. Pemberian respon atau partisipasi/menanggapi (responding)


responding berada pada satu tingkat di atas penerimaan.
Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikut sertakan drinya
secara aktif dalam suatu masalah tertentu dan membuat reaksi terhadapnya permasalahan tersebut. Jenjang ini
lebih tinggi dari pada jenjang receiving. Contoh hasil balajar ranah afektif responding adalah anak tumbuh
hasratnya untuk mempelajari sebuah subjek pembelajaran lebih jauh atau mengenali lebih dalam lagi

c. Penilaian atau penentuan sikap (valuing)


Menilai atau menghargai artinya mem-berikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap sesuatu kegiatan
atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan.
Valuing adalah merupakan tingkat afektif yang lebih tinggi lagi dri pada receiving atau responding.
Diharapkan,anak tidak hanya mampu menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan untuk
menilai konsep atau sebuah fenomena, yaitu baik atau buruk. Bila suatu ajaran yang telah mampu mereka nilai
dan mampu untuk mengatakan “itu adalah baik”, maka ini berarti bahwa peserta didik telah menjalani proses
penilaian. Nilai itu mulai dicamkan (internalized) dalam dirinya. Dengan demikian nilai tersebut telah stabil dalam
peserta didik. Contoh hasil belajar afektif jenjang valuing adalah tumbuhnya kemampuan yang kuat pada diri
peserta didik untuk berlaku disiplin, baik disekolah, dirumah maupun ditengah-tengah kehidupan masyarakat,
bisa menilai hal yang baik/buruk juga bermanfaat atau mudhorot terhadap dirinya.

d. Organisasi (organization)
organization Mengacu kepada penyatuan nilai, sikap-sikap yang berbeda yang membuat lebih anak mempunyai
kemampuan untuk konsistendan membentuk suatu sistem nilai internal, mencakup tingkah laku yang tercermin
dalam suatu filsafat hidup.
prosesnya adalah dengan mempertemukan perbedaan nilai sehingga membentuk nilai baru yang universal, yang
membawa pada perbaikan umum. Mengatur atau mengorganisasikan merupakan pengembangan dari nilai
kedalam satu sistem organisasi, termasuk didalamnya hubungan satu nilai dengan nilai yang lain. Pemantapan
dan perioritas nilai yang telah dimilikinya. Contoh nilai afektif jenjang organization adalah anak mampu
mendukung penegakan disiplin dalam rumah, sekolah maupun organisasi tempat dia belajar.

e. Karakterisasi / pembentukan pola hidup (characterization by a value or value complex)

Mengacu kepada karakter dan daya hidup sesorang. Nilai-nilai sangat berkembang nilai teratur sehingga tingkah
laku menjadi lebih konsisten dan lebih mudah diperkirakan. Tujuan dalam kategori ini ada hubungannya dengan
keteraturan pribadi, sosial dan emosi jiwa.
Variable-variabel di atas juga telah memberikan kejelasan bagi proses pemahaman taksonomi afektif ini,
berlangsungnya proses afektif adalah akibat perjalanan kognitif terlebih dahulu seperti pernah diungkapkan
bahwa:
“Semua sikap bersumber pada organisasi kognitif pada informasi dan pengatahuan yang kita miliki. Sikap selalu
diarahkan pada objek, kelompok atau orang hubungan kita dengan mereka pasti di dasarkan pada informasi
yanag kita peroleh tentang sifat-sifat mereka.”
Bidang afektif dalam psikologi akan memberi peran tersendiri untuk dapat menyimpan menginternalisasikan
sebuah nilai yang diperoleh lewat kognitif dan kemampuan organisasi afektif itu sendiri. Jadi eksistensi afektif
dalam dunia psikologi pengajaran adalah sangat urgen untuk dijadikan pola pengajaran yang lebih baik
tentunya.

2
Sedangkan tujuan penilaian afektif adalah :

1) Untuk mendapatkan umpan balik (feedback) baik bagi pengajar maupun siswa sebagai dasar untuk
memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan program perbaikan (remedial program) bagi anak
didiknya.

2) Untuk mengetahui tingkat perubahan tingkah laku anak didik yang dicapai antara lain diperlukan sebagai
bahan bagi : perbaikan tingkah laku anak didik, pemberian laporan kepada orang tua, dan penentuan lulus
tidaknya anak didik.

3) Untuk menempatkan anak didik dalam situasi belajar mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat pencapaian
dan kemampuan serta karakteristik anak didik.

4) Untuk mengenal latar belakang kegiatan belajar dan kelainan tingkah laku anak didik.
Skala yang digunakan untuk mengukur ranah afektif seseorang terhadap kegiatan suatu objek diantaranya skala
sikap. Hasilnya berupa kategori sikap, yakni mendukung (positif), menolak (negatif), dan netral. sikap pada
hakekatnya adalah kecendrungan berprilaku kepada seseorang.

Ada tiga komponen sikap :

1) Kognisi, berkenaan dengan pengetahuan seseorang tentang objek yang dihadapi.


2) Afeksi berkenaan dengan perasaan dalam menanggapi objek tersebut.
3) Konasi berkenaan dengan kecendrungan berbuat terhadap objek tersebut

Ciri-ciri Ranah Penilaian Afektif

Pemikiran atau prilaku harus memiliki dua kriteria untuk diklasifikasikan sebagai ranah afektif (Andersen,
1981:4). Pertama : prilaku melibatkan perasaan dan emosi seseorang. Kedua : prilaku harus tipikal prilaku
seseorang. Kriteria lain yang termasuk ranah afektif adalah intensitas, ranah dan target. Intensitas menyatakan
derajat atau kekuatan dari perasaan. Beberapa perasaan lebih kuat dari pada yang lain, misalnya cinta lebih kuat
dari senang dari suka atau senang.

Ada lima karakteristik afektif berdasarkan tujuannya, yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai dan
moral.

1) Sikap
Sikap merupakan kecendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap dapat
dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta
menerima informasi verbal. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran, tujuan yang ingin
dicapai, keteguhan, dan konsistensi terfadap sesuatu. Penilaian sikap adalah penilaian untuk mengetahui sikap
peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pelajaran, pendidik dan sebagainya.

Menurut fishbein dan ajzen (1975) sikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara positif
atau negatif terhadap suatu objek, situasi, konsep atau orang. Sikap peserta didik terhadap objek misalnya sikap
terhadap sekolah atau mata pelajaran.

2) Minat
Menurut getzel (1966), minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yanh mendorong
seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktifitas, pamahaman dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau
pencapaian. Secara umum minat termasuk karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi.

Penilaian minat dapat digunakan untuk :


a. Mengetahui minat peserta didik sehingga mudah untuk mengarahkan dalam pembelajaran,
b. Mengetahui bakat dan minat peserta didik yang sebenarnya
c. Memepertimbangkan penjurusan dan pelayanan individual peserta didik
d. Menggambarkan keadaan langsung dilapangan/kelas

3) Konsep Diri
Menurut smith, konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang
dimiliki. Target, arah dan intesitas konsep diri pada dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Target konsep diri
biasanya orang tetapi bisa juga institusi seperti sekolah. Arah konsep diri bisa positif atau negatif, dan
intensitasnya bisa dinyatakan dalam suatu daerahkontinum, mulai dari rendah sampai tinggi.

3
Penilaian konsep diri dapat dilakukan dengan penilaian diri. Kelebihan dari penilaian diri adalah sebagai berikut:
a. Pendidik mampu mengenal kelebihan dan kekurangan peserta didik
b. Peserta didik mampu merefleksikan kompetensi yang sudah dicapai
c. Pernyataan yang dibuat sesuai dengan keinginan penanya.

4) Nilai
Nilai menurut Rokeach (1968) merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan atau prilaku yang
dianggap baik dan yang dianggap buruk. Selanjutnya dijelaskan bahwa sikap mengacu pada suatu organisasi
sejumlah keyakinan sekitar objek spesifik atau situasi, sedangkan nilai mengacu pada keyakinan.

Target nilai cenderung menjadi ide, target nilai dapat juga berupa sesuatu seperti sikap dan prilaku. Arah nilai
dapat positif dan dapat negatif. Selanjutnya intensitas nilai dapat dikatakan tinggi atau rendah tergantung pada
situasi dan nilai yang diacu.

5) Moral
Piaget dan kohlberg banyak membahas tenyang perkembangan moral anak. Namun kohlberg mengabaikan
masalah hubungan antara judgement moral dan tindakan moral. Moral berkaitan dengan perasaan salah atau
benar terhadap kebahagiaan orng lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri. Misalnya
menipu orang lain, membohongi orang lain, atau mukai orang lain baik fisik maupun psikis. Moral juga sering
dikaitkan dengan keyakinan agama seseorang, yaitu keyakinan akan perbuatan yang berdosa dan berpahala.
Jadi moral berkaitan dengan prinsip, nilai dan keyakinan seseorang.

Rana afektif lain yang penting adalah :

Kejujuran : anak harus belajar menghargai kejujuran dala berinteraksi dengan orng lain.
Integritas : anak harus meningkatkan diri pada kode nilai, misalnya moral dan artistik.
Adil : anak  berpendapat bahwa semua orang mendapat perlakuan yang sama dalam memperoleh pendidikan
Kebebasan : anak harus yakin bahwa negara yang demokratis memberi kebebasan yang bertanggung jawab
secara maksimal kepada semua orang.

3. Psikomotorik

Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) tau kemampuan bertindak
setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan
kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam
bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku). Ranah psikomotor adalah berhubungan dengan aktivitas
fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya.

Hasil belajar keterampilan (psikomotor) dapat diukur melalui: (1) pengamatan langsung dan penilaian tingkah
laku peserta didik selama proses pembelajaran praktik berlangsung, (2) sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu
dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap, (3)
beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya.

Anda mungkin juga menyukai