Anda di halaman 1dari 4

Materi Evaluasi Afektif dalam K13

Aspek penilaian pada umumnya meliputi ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Secara
eksplisit, ketiga ranah ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam Ranah afektif mencakup penilaian
watak perilaku seperti sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral. Sikap merupakan konsep psikologi yang
kompleks sebagai kumpulan hasil evaluasi seseorang terhadap suatu objek, orang, atau masalah
tertentu. Penilaian skala sikap pada umumnya dipergunakan untuk menilai hasil belajar pada ranah
afektif. Penilaian ranah afektif dalam bentuk penilaian skala sikap peserta didik perlu dikembangkan
untuk mengetahui perubahan sikap peserta didik pada pembelajaran tersebut. Cara mengukur sikap
peserta didik tersebut menggunakan instrumen dalam bentuk non tes yaitu berupa angket skala sikap
berdasarkan skala Likert yang terdiri dari 22 butir pertanyaan dengan jawaban pertanyaan antara lain:
Selalu (SL), Sering (SR), Kadang-kadang (K), Jarang (JR), Tidak Pernah (JTP) yang didasarkan pada kisi-kisi
instrumen skala sikap dalam bentuk checklist. Teknik dan instrumen penilaian yang digunakan dalam
Kurikulum 2013 mencakup penilaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Harapan
penilaian ranah afektif bentuk skala sikap ini dapat menunjang keberhasilan peserta didik serta
mengetahui apakah kegagalan dalam proses belajar mengajar berasal dari faktor akademik atau faktor
afektif.

Adapun cakupan penilaian kompetensi sikap pada kurikulum 2013 yaitu observasi, penilaian diri,
penilaian antar teman, dan jurnal. Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan
penilaian antarteman adalah daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik,
sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik. 1) Observasi merupakan teknik penilaian yang
dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak
langsung dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang
diamati. 2) Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk
mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi. Instrumen
yang digunakan berupa lembar penilaian diri. 3) Penilaian antar peserta didik merupakan teknik
penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian
kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antar peserta didik.

Penilaian sikap pada Kurikulum 2013 meliputi penilaian sikap spiritual dan sikap sosial. Sikap spiritual
adalah sikap kepada Tuhan, yang tentu saja berisikan penilaian dalam hal ibadah. Sikap sosial adalah sika
kepada sesamanya, yang tentu saja berisikan sikap dalam berinteraksi sosial.

Ada 5 (lima) tipe karakteristik afektif yang penting, yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral.

1. Sikap merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu
objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan sesuatu yang positif, kemudian
melalui penguatan serta menerima informasi verbal. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses
pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu. Penilaian sikap
adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi
pembelajaran, pendidik, dan sebagainya.
Menurut Fishbein dan Ajzen (1975) sikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk merespon
secara positif atau negatif terhadap suatu objek, situasi, konsep, atau orang. Sikap peserta didik
terhadap objek misalnya sikap terhadap sekolah atau terhadap mata pelajaran. Sikap peserta didik ini
penting untuk ditingkatkan (Popham, 1999). Sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, misalnya
bahasa Inggris, harus lebih positif setelah peserta didik mengikuti pembelajaran bahasa Inggris
dibanding sebelum mengikuti pembelajaran. Perubahan ini merupakan salah satu indikator keberhasilan
pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran.

2. Minat Menurut Getzel (1966), minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman
yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan
untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia (1990:
583), minat atau keinginan adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Hal penting pada
minat adalah intensitasnya. Secara umum minat termasuk karakteristik afektif yang memiliki intensitas
tinggi.

3. Konsep Diri Menurut Smith, konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan
dan kelemahan yang dimiliki. Target, arah, dan intensitas konsep diri pada dasarnya seperti ranah afektif
yang lain. Target konsep diri biasanya orang tetapi bisa juga institusi seperti sekolah. Arah konsep diri
bisa positif atau negatif, dan intensitasnya bisa dinyatakan dalam suatu daerah kontinum, yaitu mulai
dari rendah sampai tinggi. Konsep diri ini penting untuk menentukan jenjang karir peserta didik, yaitu
dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri, dapat dipilih alternatif karir yang tepat bagi
peserta didik. Selain itu informasi konsep diri penting bagi sekolah untuk memberikan motivasi belajar
peserta didik dengan tepat.

4. Nilai menurut Rokeach (1968) merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku
yang dianggap baik dan yang dianggap buruk. Selanjutnya dijelaskan bahwa sikap mengacu pada suatu
organisasi sejumlah keyakinan sekitar objek spesifik atau situasi, sedangkan nilai mengacu pada
keyakinan. Target nilai cenderung menjadi ide, target nilai dapat juga berupa sesuatu seperti sikap dan
perilaku. Arah nilai dapat positif dan dapat negatif. Selanjutnya intensitas nilai dapat dikatakan tinggi
atau rendah tergantung pada situasi dan nilai yang diacu.

Definisi lain tentang nilai disampaikan oleh Tyler (1973:7), yaitu nilai adalah suatu objek, aktivitas, atau
ide yang dinyatakan oleh individu dalam mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan. Selanjutnya
dijelaskan bahwa manusia belajar menilai suatu objek, aktivitas, dan ide sehingga objek ini menjadi
pengatur penting minat, sikap, dan kepuasan. Oleh karenanya satuan pendidikan harus membantu
peserta didik menemukan dan menguatkan nilai yang bermakna dan signifikan bagi peserta didik untuk
memperoleh kebahagiaan personal dan memberi konstribusi positif terhadap masyarakat.

5. Moral Piaget dan Kohlberg banyak membahas tentang perkembangan moral anak. Namun Kohlberg
mengabaikan masalah hubungan antara judgement moral dan tindakan moral. Ia hanya mempelajari
prinsip moral seseorang melalui penafsiran respon verbal terhadap dilema hipotetikal atau dugaan,
bukan pada bagaimana sesungguhnya seseorang bertindak. Moral berkaitan dengan perasaan salah atau
benar terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri.
Misalnya menipu orang lain, membohongi orang lain, atau melukai orang lain baik fisik maupun psikis.
Moral juga sering dikaitkan dengan keyakinan agama seseorang, yaitu keyakinan akan perbuatan yang
berdosa dan berpahala. Jadi moral berkaitan dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang.

Dalam pengukuran ranah afektif jika kita memakai ranah ini dalam pengukuran dapat mengukur dengan
akurat. Pengukuran yang baik itu dengan nilai yang akurat salah satunya dapat diukur dengan Ranah
afektif. Dalam hal ini pengukuran ranah afektif tidak dapat dilakukan setiap saat (dalam hal ini
pengukuran dilakukan dengan formal) karena perubahan tingkah laku siswa tidak dapat berubah
sewaktu- waktu. Karena perubahan sikap seseorang memerlukan waktu yang relative lama. Ranah
afektif (Pengukuran sikap) perlu diperhatikan dalam penyampaian pembelajaran. Hal yang dapat dinilai
pada ranah ini yaitu seperti menerima, menanggapi , menilai, mengelola dan menghayati. Untuk
mencapai hasil belajar yang optimal, dalam merancang program pembelajaran dan kegiatan
pembelajaran bagi peserta didik, pendidik harus memperhatikan karakteristik afektif peserta didik. Ada
beberapa tingkatan ranah afektif, yaitu:

a. Tingkatan ranah afektif receiving yaitu siswa memiliki keinginan untuk memperhatikan suatu
fenomena khusus, Misalnya pendidik mengarahkan peserta didik agar senang membaca buku, senang
bekerjasama, dan sebagainya. Kesenangan ini akan menjadi kebiasaan, dan hal ini yang diharapkan,
yaitu kebiasaan yang positif.

b. Tingkat responding merupakan partisipasi peserta didik, Misalnya senang membaca buku, senang
bertanya, senang membantu teman, senang dengan kebersihan dan kerapian, dan sebagainya.

c. Tingkat valuing yang melibatkan penentuan nilai, misalnya keinginan untuk meningkatkan
keterampilan, sampai pada tingkat komitmen.

d. Tingkat organization yang menggabungkan antara dua nilai atau nilai yang satu dikaitkan dengan
nilai yang lain, Misalnya pengembangan filsafat hidup.

e. Tingkat karacterization peserta didik memiliki sistem nilai yang mengendalikan perilaku sampai
pada waktu tertentu hingga terbentuk gaya hidup. Hasil pembelajaran pada tingkat ini berkaitan dengan
pribadi, emosi, dan sosial.

Penilaian sikap adalah kegiatan un-tuk mengetahui perilaku peserta didik pada saat pembelajaran dan di
luar pem-belajaran, yang dilakukan untuk pem-binaan perilaku sesuai budi pekerti dalam rangka
pembentukan karakter peserta didik. Upaya untuk meningkatkan dan me-numbuhkan sikap yang
diharapkan sesuai dengan KI-1 dan KI-2 guru harus mem-berikan pembiasaan dan pembinaan secara
terus menerus baik dalam pembela-jaran maupun di luar pembelajaran. Untuk mengetahui
perkembangannya guru harus melakukan penilaian. Pada penilaian sikap diasumsikan bahwa setiap
peserta didik memiliki perilaku yang baik. Jika tidak dijumpai perilaku yang sangat baik ataukurang baik,
maka nilai sikap peserta didik tersebut adalah baik dan sesuai dengan in-dikator yang diharapkan.
Perilaku sangat baik atau kurang baik yang dijumpai selama proses pembelajaran dimasukkan ke dalam
jurnal atau catatan guru. Penilaian sikap bertujuan untuk menge-tahui perilaku spiritual dan sosial
peserta didik dalam kehidupan sehari-hari di da-lam dan di luar kelas sebagai hasil pendidi-kan.
Penilaian sikap memiliki karakteristik yang berbeda dengan penilaian penge-tahuan dan keterampilan,
sehingga teknik penilaian yang digunakan juga berbeda.Penilaian sikap dapat dilakukan pada saat
kegiatan pembelajaran misal-nya, saat berdiskusi dalam kelompok dapat dinilai sikap santun, saat
bekerja ke-lompok dapat dinilai sikap tanggungja-wab, saat presentasi dapat dinilai sikap percaya diri.
Selain itu, penilaian sikap dapat juga dilakukan di luar kegiatan pem-belajaran, misalnya sikap disiplin
dapat dinilai dengan mengamati kehadiran pe-serta didik, sikap jujur, santun dan peduli, dapat diamati
pada saat peserta didik ber-main bersama teman.

Anda mungkin juga menyukai