PENDAHULUAN
1 LATAR BELAKANG
berhubungan dengan minat dan sikap yang dapat membentuk tanggung jawab,
kerja sama, disiplin, komitmen, percaya diri. Semua kemampuan ini harus
menjadi bagian dari tujuan pembelajaran di sekolah, yang akan dicapai melalui
afektif perlu dinilai. Oleh karena itu perlu dikembangkan acuan pengembangan
Pasal 25 (4) Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional
Pada umumnya penilaian yang dilakukan oleh pendidik lebih menekankan pada
penilaian ranah kognitif. Hal ini kemungkinan besar disebabkan karena pendidik
2. RUMUSAN MASALAH
3.Tujuan penulisan
menutup pelajaran
4 manfaat penulisan
PEMBAHASAN
Hingga dewasa ini ranah afektif merupakan kawasan pendidikan yang masih sulit
digarap secara operasional. Kawasan afektif sering kali tumpang tindih dengan
Ranah afektif adalah rana yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Rana afektif
mencakup watak prilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi dan nilai. Beberapa
Rana afektif menjadi lebih rinci lagi kedalam lima jenjang, yaitu :
kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Termasuk
dalam jenjang ini misalnya adalah : kesadaran dan keinginan untuk menerima
mengikut sertakan drinya secara aktif dalam fenomena tertentu dalam membuat
reaksi terhadapnya salah satu cara. Jenjang ini lebih tinggi dari pada jenjang
receiving. Contoh hasil balajar ranah afektif responding adalah peserta didik
tumbuh hasratnya untuk mempelajarinya lebih jauh atau mengenali lebih dalam
atau penyesalan. Valuing adalah merupakan tingkat afektif yang lebih tinggi lagi
dri pada receiving atau responding. Dalam kaitan dalam proses belajar mengajar,
peserta didik disini tidak hanya mampu menerima nilai yang diajarkan tetapi
mereka telah berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena, yaitu baik atau
buruk. Bila suatu ajaran yang telah mampu mereka nilai dan mampu untuk
mengatakan “itu adalah baik”, maka ini berarti bahwa peserta didik telah
menjalani proses penilaian. Nilai itu mulai dicamkan (internalized) dalam dirinya.
Dengan demikian nilai tersebut telah stabil dalam peserta didik. Contoh hasil
belajar afektif jenjang valuing adalah tumbuhnya kemampuan yang kuat pada diri
peserta didik untuk berlaku disiplin, baik disekolah, dirumah maupun ditengah-
perbedaan nilai sehingga membentuk nilai baru yang universal, yang membawa
hubungan satu nilai dengan nilai yang lain. Pemantapan dan perioritas nilai yang
telah dimilikinya. Contoh nilai afektif jenjang organization adalah peserta didik
atau komplek nilai), yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh
nilai . nilai itu telah tertaman secara konsisten pada sistemnya dan telah
mempengaruhi emosinya.
Pengukuran ranah afktif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena
1) Untuk mendapatkan umpan balik (feedback) baik bagi guru maupun siswa
2) Untuk mengetahui tingkat perubahan tingkah laku anak didik yang dicapai
antara lain diperlukan sebagai bahan bagi : perbaikan tingkah laku anak didik,
pemberian laporan kepada orang tua, dan penentuan lulus tidaknya anak didik.
3) Untuk menempatkan anak didik dalam situasi belajar mengajar yang tepat,
sesuai dengan tingkat pencapaian dan kemampuan serta karakteristik anak didik.
4) Untuk mengenal latar belakang kegiatan belajar dan kelainan tingkah laku
anak didik.
Skala yang digunakan untuk mengukur ranah afektif seseorang terhadap kegiatan
suatu objek diantaranya skala sikap. Hasilnya berupa kategori sikap, yakni
mendukung (positif), menolak (negatif), dan netral. sikap pada hakekatnya adalah
dihadapi.
Pemikiran atau prilaku harus memiliki dua kriteria untuk diklasifikasikan sebagai
emosi seseorang. Kedua : prilaku harus tipikal prilaku seseorang. Kriteria lain
yang termasuk ranah afektif adalah intensitas, ranah dan target. Intensitas
menyatakan derajat atau kekuatan dari perasaan. Beberapa perasaan lebih kuat
dari pada yang lain, misalnya cinta lebih kuat dari senang dari suka atau senang.
Ada lima karakteristik afektif berdasarkan tujuannya, yaitu sikap, minat, konsep
1) Sikap
Sikap merupakan kecendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka
terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan
tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terfadap sesuatu. Penilaian
sikap adalah penilaian untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata
Menurut fishbein dan ajzen (1975) sikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari
untuk merespon secara positif atau negatif terhadap suatu objek, situasi, konsep
atau orang. Sikap peserta didik terhadap objek misalnya sikap terhadap sekolah
2) Minat
Menurut getzel (1966), minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui
Secara umum minat termasuk karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi.
pembelajaran,
3) Konsep Diri
Menurut smith, konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap
kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Target, arah dan intesitas konsep diri
pada dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Target konsep diri biasanya orang
tetapi bisa juga institusi seperti sekolah. Arah konsep diri bisa positif atau negatif,
dan intensitasnya bisa dinyatakan dalam suatu daerahkontinum, mulai dari rendah
sampai tinggi.
Penilaian konsep diri dapat dilakukan dengan penilaian diri. Kelebihan dari
4) Nilai
tindakan atau prilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk. Selanjutnya
dijelaskan bahwa sikap mengacu pada suatu organisasi sejumlah keyakinan sekitar
Target nilai cenderung menjadi ide, target nilai dapat juga berupa sesuatu seperti
sikap dan prilaku. Arah nilai dapat positif dan dapat negatif. Selanjutnya intensitas
nilai dapat dikatakan tinggi atau rendah tergantung pada situasi dan nilai yang
diacu.
5) Moral
tindakan moral. Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap
kebahagiaan orng lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri
sendiri. Misalnya menipu orang lain, membohongi orang lain, atau mukai orang
lain baik fisik maupun psikis. Moral juga sering dikaitkan dengan keyakinan
agama seseorang, yaitu keyakinan akan perbuatan yang berdosa dan berpahala.
semua orang.
Kompetensi siswa dalam ranah afektif yang perlu dinilai utamanya menyangkut
sikap dan minat siswa dalam belajar. Secara teknis penilaian ranah afektif
anonim,
Pengamatan sistematis oleh guru tethadap afektif siswa dan perlu lembar
pengamatan.
Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah
perceptual- motor. Ranah psikomotor erat kaitannya dengan kerja otot yang
menjadi penggerak tubuh dan bagian-bagiannya, mulai dari gerak yang sederhana
penampilan. Namun biasanya pengukuran ranah ini disatukan atau dimulai dengan
tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat
diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan.
Dengan kata lain, observasi dapat mengtukur atau menilai hasil dan proses belajar
atau psikomotorik. Misalnya tingkah laku peserta didik ketika praktik, kegiatan
diskusi peserta didik, partisipasi peserta didik dalam simulasi, dan penggunaan
terlebih dahulu harus menetapkan kisi-kisi tingkah laku apa yang hendak di
sebenarnya bisa diisi secara bebas dalam bentuk uraian mengenai tingkah laku
yang tampak untuk observasi, bisa pula dalam bentuk member tanda cek pada
Tes untuk mengukur ranah psikomotorik adalah tes untuk mengukur penampilan
atau kinerja (performance) yang telah di kuasai oleh peserta didik. Tes tersebut
dapat nerupa tes paper and pencil, tes identifikasi, tes simulasi, dan tes untuk
kerja.
1) Tes simulasi
Kegiatan psikomotorik yang di lakukan melalui tes ini, jika tidak ada alat yang
Tes simulasi dan tes untuk kerja, semuanya dapat diperoleh dengan observasi
(rating scale). Psikomotorik yang di ukur dapat menggunakan alat ukur berupa
skala penilaian terentang dari sangat baik, baik, kerang, dan tidak baik.
Dengan kata lain, kegiatan belajar yang banyak berhubungan dengan ranah
kegiatan-kegiatan praktik itu juga ada ranah kognitif dan afektifnya, namun hanya
datar, bangun ruang, garis, sudut, dll) ata tanpa alat. Contoh lainnya, siswa di bina
psikomotor dapat dilihat dari gerak tangan siswa dalam menggunakan peralatan
(jangka dan penggaris) saat melukis. secara teknis penilaian ranah psikomotor
perbuatan.
Dalam ranah psikomotorik yang di ukur meliputi (1) gerak reflex, (2) gerak dasar
terampil, (6) komunikasi non diskusi (tanpa bahasa melalui gerakan) meliputi:
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah
afektif mencakup watak perilaku seperti persaan, minat, sikap, emosi, dan
nilai. Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu:
3. Ciri ranah penilaian afektif yaitu pemikiran atau perilaku harus memiliki
kuat dari yaqng lain, misalnya cinta lebih kuat dari senang atau suka.
banding yang lain. Arah perasaan berkaitan dengan orientasi positif atau
negatif dari perasaan yang menunjukkan apakah perasaan itu baik atau
kontinum. Target mengacu pada objek, aktifitas, atau ide sebagai arah dari
perasaan.
4. Cakupan yang diukur dalam ranah afektif adalah adalah: menerima (A1),
Dalam ranah psikomotorik yang di ukur meliputi (1) gerak reflex, (2)
(5) gerakan terampil, (6) komunikasi non diskusi (tanpa bahasa melalui
Hasil belajar peserta didik dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah, yaitu
kognitif, afektif, psikomotor. ketiga ranah ini tidak dapat dipisahkan satu sama
lain secara aksplisit. Apapun mata pelajarannya selalu mengandung tiga ranah