Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDAHULUAN

1 LATAR BELAKANG

Kemampuan berfikir merupakan ranah kognitif yang meliputi kemampuan

menghapal, memahami, menerapkan, menganalisis, mensistensis dan

mengefaluasi. Kemampuan psikomotor, yaitu keterampilan yang berkaitan dengan

gerak, menggunakan otot seperti lari, melompat, menari, melukis, berbicara,

membongkar dan memasang peralatan, dan sebagainya. Kemampuan afektif

berhubungan dengan minat dan sikap yang dapat membentuk tanggung jawab,

kerja sama, disiplin, komitmen, percaya diri. Semua kemampuan ini harus

menjadi bagian dari tujuan pembelajaran di sekolah, yang akan dicapai melalui

pembelajaran yang tepat.

Masalah afektif dirasakan penting oleh semua orang, namun implementasinya

masih kurang. Hal ini di sebabkan merancang pencapaian tujuan pembelajaran

afektif tidak semudah seperti pembelajaran kognitif dan psikomotor. Satuan

pendidikan harus merancang kegiatan pembelajaran yang tepat agar tujuan

pembelajaran afektif dapat dicapai. Keberhasilan pendidik melaksanakan

pembelajaran ranah afektifdan keberhasilan peserta didik mencapai kompetensi

afektif perlu dinilai. Oleh karena itu perlu dikembangkan acuan pengembangan

perangkat penilaian ranah afektif serta penafsiran hasil pengukurannya.

Pasal 25 (4) Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional

pendidikan menjelaskan bahwa kompetensi lulusan mencakup sikap, pengetahuan


dan keterampilan. Ini berarti bahwa pembelajaran dan penilaian harus

mengembangkan kompetensi peserta didik yang berhubungan dengan ranah

afektif (sikap), kognitif (pengetahuan), dan psikomotor (keterampilan).

Pada umumnya penilaian yang dilakukan oleh pendidik lebih menekankan pada

penilaian ranah kognitif. Hal ini kemungkinan besar disebabkan karena pendidik

kurang memahami penilaian ranah afektif dan psikomotor.

2. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian pengukuran ranah afektif dan ranah psikomotorik?

2. ciri-ciri ranah penilaianafektif dan psikomotorik?

3.Tujuan penulisan

1. untuk mengetahui kegiatan membuka dan menutup pelajaran ?

2. untuk mengetahui prinsip – prinsip penggunaan keerampilan membuka dan

menutup pelajaran

3. untuk mengetahui komponen – komponen membuka pelajaran

4 manfaat penulisan

1. Sebagai bahan pengetahuan kepada penulis di kemudian hari

2. Sebagai manfaat kepada semua pihak yang membaca sehingga dapat

mengetahui tentang keterampilan dasar belajar mengajar biologi


BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGUKURAN RANAH AFEKTIF

1. Pengertian Pengukuran Ranah Afektif

Hingga dewasa ini ranah afektif merupakan kawasan pendidikan yang masih sulit

digarap secara operasional. Kawasan afektif sering kali tumpang tindih dengan

kawasan kognitif dan psikomotorik. Afek merupakan karakteristik atau unsur


afektif yang diukur, ia bisa berupa minat, sikap, motivasi, konsep diri, nilai,

apresiasi, dan sebagainya.

Ranah afektif adalah rana yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Rana afektif

mencakup watak prilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi dan nilai. Beberapa

pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila

seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi.

Rana afektif menjadi lebih rinci lagi kedalam lima jenjang, yaitu :

1) Receiving atau attending : (menerima atau memeperhatikan), adalah kepekaan

seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang

kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Termasuk

dalam jenjang ini misalnya adalah : kesadaran dan keinginan untuk menerima

stimulus, mengontrol dan menyelesaikan gejala-gejala atau rangsangan yang

datang dari luar.

2) Responding (menanggapi) mengandung arti “adanya parsitipasi aktif”. Jadi

kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk

mengikut sertakan drinya secara aktif dalam fenomena tertentu dalam membuat

reaksi terhadapnya salah satu cara. Jenjang ini lebih tinggi dari pada jenjang

receiving. Contoh hasil balajar ranah afektif responding adalah peserta didik

tumbuh hasratnya untuk mempelajarinya lebih jauh atau mengenali lebih dalam

lagi, ajaran-ajaran islam tentang kedisiplinan.

3) Valuing (menilai=menghargai). Menilai atau menghargai artinya mem-berikan

nilai atau memberikan penghargaan terhadap sesuatu kegiatan atau obyek,


sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian

atau penyesalan. Valuing adalah merupakan tingkat afektif yang lebih tinggi lagi

dri pada receiving atau responding. Dalam kaitan dalam proses belajar mengajar,

peserta didik disini tidak hanya mampu menerima nilai yang diajarkan tetapi

mereka telah berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena, yaitu baik atau

buruk. Bila suatu ajaran yang telah mampu mereka nilai dan mampu untuk

mengatakan “itu adalah baik”, maka ini berarti bahwa peserta didik telah

menjalani proses penilaian. Nilai itu mulai dicamkan (internalized) dalam dirinya.

Dengan demikian nilai tersebut telah stabil dalam peserta didik. Contoh hasil

belajar afektif jenjang valuing adalah tumbuhnya kemampuan yang kuat pada diri

peserta didik untuk berlaku disiplin, baik disekolah, dirumah maupun ditengah-

tengah kehidupan masyarakat.

4) Organization (=mengatur atau mengorganisasikan), artinya mempertemukan

perbedaan nilai sehingga membentuk nilai baru yang universal, yang membawa

pada perbaikan umum. Mengatur atau mengorganisasikan merupakan

pengembangan dari nilai kedalam satu sistem organisasi, termasuk didalamnya

hubungan satu nilai dengan nilai yang lain. Pemantapan dan perioritas nilai yang

telah dimilikinya. Contoh nilai afektif jenjang organization adalah peserta didik

mendukung penegakan disiplin nasional yang telah dicanangkan oleh bapak

presiden Soeharto pada peringatan hari kemerdekaan nasional tahun 1995.

5) Characterization by evalue or calue complex (=karakterisasi dengan suatu nilai

atau komplek nilai), yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh

seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Disini


proses internalisasi nilai telah menempati tempat tertinggi dalam suatu hirarki

nilai . nilai itu telah tertaman secara konsisten pada sistemnya dan telah

mempengaruhi emosinya.

secara skematik kelima jenjang afektif sebagaimana telah dikemukakan diatas,

menurut A.J Nitko (1983) dapat digambarkan sebagai berikut :

Pengukuran ranah afktif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena

dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah, Menerima (memperhatikan),

merespon, menghargai, mengorganisasi, dan karakteristik suatu nilai.

Sedangkan tujuan penilaian afektif adalah :

1) Untuk mendapatkan umpan balik (feedback) baik bagi guru maupun siswa

sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan

program perbaikan (remedial program) bagi anak didiknya.

2) Untuk mengetahui tingkat perubahan tingkah laku anak didik yang dicapai

antara lain diperlukan sebagai bahan bagi : perbaikan tingkah laku anak didik,

pemberian laporan kepada orang tua, dan penentuan lulus tidaknya anak didik.

3) Untuk menempatkan anak didik dalam situasi belajar mengajar yang tepat,

sesuai dengan tingkat pencapaian dan kemampuan serta karakteristik anak didik.

4) Untuk mengenal latar belakang kegiatan belajar dan kelainan tingkah laku

anak didik.
Skala yang digunakan untuk mengukur ranah afektif seseorang terhadap kegiatan

suatu objek diantaranya skala sikap. Hasilnya berupa kategori sikap, yakni

mendukung (positif), menolak (negatif), dan netral. sikap pada hakekatnya adalah

kecendrungan berprilaku kepada seseorang.

Ada tiga komponen sikap :

1) Kognisi, berkenaan dengan pengetahuan seseorang tentang objek yang

dihadapi.

2) Afeksi berkenaan dengan perasaan dalam menanggapi objek tersebut.

3) Konasi berkenaan dengan kecendrungan berbuat terhadap objek tersebut

2. Ciri-ciri Ranah Penilaian Afektif

Pemikiran atau prilaku harus memiliki dua kriteria untuk diklasifikasikan sebagai

ranah afektif (Andersen, 1981:4). Pertama : prilaku melibatkan perasaan dan

emosi seseorang. Kedua : prilaku harus tipikal prilaku seseorang. Kriteria lain

yang termasuk ranah afektif adalah intensitas, ranah dan target. Intensitas

menyatakan derajat atau kekuatan dari perasaan. Beberapa perasaan lebih kuat

dari pada yang lain, misalnya cinta lebih kuat dari senang dari suka atau senang.

Ada lima karakteristik afektif berdasarkan tujuannya, yaitu sikap, minat, konsep

diri, nilai dan moral.

1) Sikap
Sikap merupakan kecendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka

terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan

menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima

informasi verbal. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran,

tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terfadap sesuatu. Penilaian

sikap adalah penilaian untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata

pelajaran, kondisi pelajaran, pendidik dan sebagainya.

Menurut fishbein dan ajzen (1975) sikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari

untuk merespon secara positif atau negatif terhadap suatu objek, situasi, konsep

atau orang. Sikap peserta didik terhadap objek misalnya sikap terhadap sekolah

atau mata pelajaran.

2) Minat

Menurut getzel (1966), minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui

pengalaman yanh mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus,

aktifitas, pamahaman dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian.

Secara umum minat termasuk karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi.

Penilaian minat dapat digunakan untuk :

a. Mengetahui minat peserta didik sehingga mudah untuk mengarahkan dalam

pembelajaran,

b. Mengetahui bakat dan minat peserta didik yang sebenarnya

c. Memepertimbangkan penjurusan dan pelayanan individual peserta didik


d. Menggambarkan keadaan langsung dilapangan/kelas

3) Konsep Diri

Menurut smith, konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap

kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Target, arah dan intesitas konsep diri

pada dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Target konsep diri biasanya orang

tetapi bisa juga institusi seperti sekolah. Arah konsep diri bisa positif atau negatif,

dan intensitasnya bisa dinyatakan dalam suatu daerahkontinum, mulai dari rendah

sampai tinggi.

Penilaian konsep diri dapat dilakukan dengan penilaian diri. Kelebihan dari

penilaian diri adalah sebagai berikut:

a. Pendidik mampu mengenal kelebihan dan kekurangan peserta didik

b. Peserta didik mampu merefleksikan kompetensi yang sudah dicapai

c. Pernyataan yang dibuat sesuai dengan keinginan penanya.

4) Nilai

Nilai menurut Rokeach (1968) merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan,

tindakan atau prilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk. Selanjutnya

dijelaskan bahwa sikap mengacu pada suatu organisasi sejumlah keyakinan sekitar

objek spesifik atau situasi, sedangkan nilai mengacu pada keyakinan.

Target nilai cenderung menjadi ide, target nilai dapat juga berupa sesuatu seperti

sikap dan prilaku. Arah nilai dapat positif dan dapat negatif. Selanjutnya intensitas
nilai dapat dikatakan tinggi atau rendah tergantung pada situasi dan nilai yang

diacu.

5) Moral

Piaget dan kohlberg banyak membahas tenyang perkembangan moral anak.

Namun kohlberg mengabaikan masalah hubungan antara judgement moral dan

tindakan moral. Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap

kebahagiaan orng lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri

sendiri. Misalnya menipu orang lain, membohongi orang lain, atau mukai orang

lain baik fisik maupun psikis. Moral juga sering dikaitkan dengan keyakinan

agama seseorang, yaitu keyakinan akan perbuatan yang berdosa dan berpahala.

Jadi moral berkaitan dengan prinsip, nilai dan keyakinan seseorang.

Rana afektif lain yang penting adalah :

 Kejujuran : peserta didik harus belajar menghargai kejujuran dala

berinteraksi dengan orng lain.

 Integritas : peserta didik harus meningkatkan diri pada kode nilai,

misalnya moral dan artistik.

 Adil : peserta didik harus berpendapat bahwa semua orang mendapat

perlakuan yang sama dalam memperoleh pendidikan

 Kebebasan : peserta didik harus yakin bahwa negara yang demokratis

memberi kebebasan yang bertanggung jawab secara maksimal kepada

semua orang.
Kompetensi siswa dalam ranah afektif yang perlu dinilai utamanya menyangkut

sikap dan minat siswa dalam belajar. Secara teknis penilaian ranah afektif

dilakukan melalui dua hal yaitu :

 Laporan diri oleh siswayang biasanya dilakukan dengan pengisian angket

anonim,

 Pengamatan sistematis oleh guru tethadap afektif siswa dan perlu lembar

pengamatan.

Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah

afektif kemampuan yang diukur adalah :

 Menerima (memperhatikan), meliputi kepekaan terhadap kondisi, gejala,

kesadaran, kerelaan, mengarahkan perhatian

 Merespon, meliputi merespon secara diam-diam, bersedia merespon,

merasa puas dalam merespon, mematuhi peraturan

 Menghargai, meliputi menerima suatu nilai, mengutamakan suatu nilai,

komitmen terhadap nilai.

 Mengorganisasi, meliputi mengkonseptualisasi nilai, mamahami hubungan

abstrak, mangorganisasi sistem suatu nilai.

B. PENGUKURAN RANAH PSIKOMOTORIK

1. Pengertian Pengukuran Ranah Psikomotor


Istilah Psychomotor, psikomotor terkait dengan kata motor, sensory-motor, atau

perceptual- motor. Ranah psikomotor erat kaitannya dengan kerja otot yang

menjadi penggerak tubuh dan bagian-bagiannya, mulai dari gerak yang sederhana

seperti gerakan-gerakan dalam shalat sampai dengan gerakan-gerakan yang

kompleks seperti gerakan-gerakan dalam praktik manasik ibadah haji.

Keterampilan lebih terkait dengan psikomotor.

Pengukuran ranah psikomotor dilakukan terhadap hasil-hasil belajar yang berupa

penampilan. Namun biasanya pengukuran ranah ini disatukan atau dimulai dengan

pengukuran ranah kognitif sekaligus. Misalnya penampilannya dalam

menggunakan termometer diukur mulai dari pengetahuan mereka mengenai alat

tersebut, pemahaman tentang alat dan penggunaannya (aplikasi), kemudian baru

cara menggunakannya dalam bentuk keterampilan. Untuk pengukuran yang

terakhir ini harus diperinci antara lain : cara memegang, cara

melatakkan/menyipkan kedalam ketiak atau mulut, cara membaca angka, cara

mengembalikan ke tempatnya dan senagainya. Ini semua tergantung dari

kehendak kita, asal tujuan pengukuran dapat tercapai.

Instrummen yang digunakan mengukur keterampilan biasanya berupa matriks. Ke

bawah menyatakan perperincian aspek (bagian keterampilan) yang akan diukur,

kekanan menunjukkan skor yang dapat dicapai.

1. Ciri-ciri Pengukuran Ranah Psikomotor

Ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melaluli

keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Ranah


psikomotor adalah ranah yang berhubungan aktivitas fisik, misalnya; menulis,

memukul, melompat dan lain sebagainya.

Penilaian psikomotorik dapat di lakukan dengan menggunakan observasi atau

pengamatan. Observasi sebagai alat penilaian banyak di gunakan untuk mengukur

tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat

diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan.

Dengan kata lain, observasi dapat mengtukur atau menilai hasil dan proses belajar

atau psikomotorik. Misalnya tingkah laku peserta didik ketika praktik, kegiatan

diskusi peserta didik, partisipasi peserta didik dalam simulasi, dan penggunaan

alins ketika belajar.

Observasi di lakukan pada saat prodses kegiatan itu berlangsung. pengamat

terlebih dahulu harus menetapkan kisi-kisi tingkah laku apa yang hendak di

observasinya, lalu di buat pedoman agar memudahkan dalam pengisian observasi.

Pengisian hasil observasi dalam pedoman yang di buat.

sebenarnya bisa diisi secara bebas dalam bentuk uraian mengenai tingkah laku

yang tampak untuk observasi, bisa pula dalam bentuk member tanda cek pada

kolom jawaban hasil observasi.

Tes untuk mengukur ranah psikomotorik adalah tes untuk mengukur penampilan

atau kinerja (performance) yang telah di kuasai oleh peserta didik. Tes tersebut

dapat nerupa tes paper and pencil, tes identifikasi, tes simulasi, dan tes untuk

kerja.

1) Tes simulasi
Kegiatan psikomotorik yang di lakukan melalui tes ini, jika tidak ada alat yang

sesungguhnya yang dapat di pakai untuk memperagakan penampilan peserta

didik, sehingga peserta didik dapat di nilai tentang penguasaan keterampilan

dengan bantuan peralatan tiruan atau berperaga seolah-olah menggunakan suatu

alat yang sebenarnya.

2) Tes untuk kerja (work sample)

Kegiatan psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini, dilakukan dengan

sesungguhnya dan tujuannya untuk mengetahui apakh peserta didik sudah

menguasai/terampil menggunakan alat tersebut. Misalnya dalam melakukan

praktik pengaturan lalu lintas di lapangan yang sebenarnya.

Tes simulasi dan tes untuk kerja, semuanya dapat diperoleh dengan observasi

langsung ketika peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran. Lembar

observasi dapat menggunakan daftar cek (chek-list) ataupun skala penilaian

(rating scale). Psikomotorik yang di ukur dapat menggunakan alat ukur berupa

skala penilaian terentang dari sangat baik, baik, kerang, dan tidak baik.

Dengan kata lain, kegiatan belajar yang banyak berhubungan dengan ranah

psikomotor adalah praktik di aula/lapangan dan praktikum di laboratorium. Dalam

kegiatan-kegiatan praktik itu juga ada ranah kognitif dan afektifnya, namun hanya

sedikit bila di bandingkan dengan ranah psikomotor. Pengukuran hasil belajar

ranah psikomotor menggunakan tes untuk kerja atau lembar tugas.

Contohnya kemampuan psikomotor yang di bina dalam belajar matematika

misalnya berkaitan dengan kemampuan mengukur (dengan satuan tertentu, baik


satuan baku maupun tidak baku), menggambar bentuk-bentuk geometri (bangun

datar, bangun ruang, garis, sudut, dll) ata tanpa alat. Contoh lainnya, siswa di bina

kompetensinya menyangkut kemampuan melukis jaring-jaring kubus secara

psikomotor dapat dilihat dari gerak tangan siswa dalam menggunakan peralatan

(jangka dan penggaris) saat melukis. secara teknis penilaian ranah psikomotor

dapat di lakukan dengan pengamatan (perlu lembar pengamatan) dan tes

perbuatan.

Dalam ranah psikomotorik yang di ukur meliputi (1) gerak reflex, (2) gerak dasar

fundamen, (3) keterampilan perceptual, (4) keterampilan fisik, (5) gerakan

terampil, (6) komunikasi non diskusi (tanpa bahasa melalui gerakan) meliputi:

gerakan ekspresif, gerakan interprestatif.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah

afektif mencakup watak perilaku seperti persaan, minat, sikap, emosi, dan

nilai. Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu:

(1) receiving (2) responding (3) valuing(4) organization (5) characterizati

on by evalue or calue complex.

2. Ranah Psikomotormerupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan

(skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman


belajar tertentu. Ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya

lari8, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya. Hasil belajar

ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson (1959) yang menyatakan

bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan

(skill) dan kemampuan bertindak individu.

3. Ciri ranah penilaian afektif yaitu pemikiran atau perilaku harus memiliki

dua criteria untuk di klasifikasikan sebagai ranah afektif (Andersen,

1981:4). Pertama, perilaku melibatkan perasaan dan emosi seseorang.

kedua, perilaku harus tipikal perilaku seseorang. Kriteria lain yang

termasuk ranah afektif adalah intensitas, arah, dan target. Intensitas

menyatakan derajat atau kekuatan dari perasaan. Beberapa perasaan lebih

kuat dari yaqng lain, misalnya cinta lebih kuat dari senang atau suka.

Sebagian orang kemungkinan memiliki perasaan yang lebih kuat di

banding yang lain. Arah perasaan berkaitan dengan orientasi positif atau

negatif dari perasaan yang menunjukkan apakah perasaan itu baik atau

buruk. Misalnya senang pada pelajaran di maknai porotif, sedang

kecemasan dimaknai negatif. Bila intensitas dan arah perasaan di tinjau

bersama-sama, maka karasteristik afektif berada dalam suatu skala yang

kontinum. Target mengacu pada objek, aktifitas, atau ide sebagai arah dari

perasaan.

4. Cakupan yang diukur dalam ranah afektif adalah adalah: menerima (A1),

menanggapi (A2), Menghargai (A3), Mengatur diri (A4), dan menjadikan

pola hidup (C5).


5. Ranah afektif tidak dapat di ukur seperti halnya ranah kognitif, karena

dalam ranah afektif kemampuan yang di ukur adalah: Menerima

(memperhatikan), Merespon, Menghargai, Mengorganisasi.

6. Hasil belajar keterampilan (psikomotor) dapat di ukur melalui: (1)

pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama

proses pembelajaran praktik berlangsung, (2) sesudah mengikuti

pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik

untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap, (3) beberapa

waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya.

Dalam ranah psikomotorik yang di ukur meliputi (1) gerak reflex, (2)

gerak dasar fundamen, (3) keterampilan perceptual, (4) keterampilan fisik,

(5) gerakan terampil, (6) komunikasi non diskusi (tanpa bahasa melalui

gerakan) meliputi: gerakan ekspresif, gerakan interprestatif.

7. Cakupan yaqng diukur dalam ranah Psikomotorik adalah adalah: Persepsi

(P1), Kesiapan (P2), Gerakan terbimbing (P3), Bertindak secara mekanis

(P4),dan Gerakan yang kompleks (P5).

Hasil belajar peserta didik dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah, yaitu

kognitif, afektif, psikomotor. ketiga ranah ini tidak dapat dipisahkan satu sama

lain secara aksplisit. Apapun mata pelajarannya selalu mengandung tiga ranah

tersebut, namun penekanannya berbeda. mata pelajaran yang menuntut

kemampuan praktik lebih menitik beratkan pada ranah psikomotor sedangkan


mata pelajaran yang menuntut kemampuan teori lebih menitik beratkan pada

ranah kognitif dan keduanya selalu mengandug ranah afektif.

Anda mungkin juga menyukai