Anda di halaman 1dari 78

Instrumen Penilaian Kompetensi

Sikap
Oleh :
H. Edi Prio Baskoro
Akhir kuliah mahasiswa diharapkan dapat :

• Menjelaskan pengertian teknik penilaian sikap


• Menjelaskan ruang lingkup penilaian sikap
• Menjelaskan teknik penilaian sikap
• Menilai sikap baik sikap spiritual maupun sikap
sosial peserta didik
Pertanyaan Kasus
• Tes apakah yang dapat digunakan untuk
mengukur kemampuan siswa pada ranah
afektif ?
• Apakah ada alat instrumen untuk mengukur
kemampuan siswa selain tes ?
Pengantar
• Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak
suka) yang terkait dengan kecenderungan
seseorang dalam merespon sesuatu/objek.
• Sikap juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau
pandangan hidup yang dimiliki oleh
seseorang.
• Sikap dapat dibentuk, sehingga terjadi
perilaku atau tindakan yang ingin dinilai.
Komponen Sikap
• Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni: afektif, kognitif, dan konatif,
yang merupakan karakteristik manusia sebagai hasil belajar dalam
bidang pendidikan.
Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau
penilaiannya terhadap sesuatu objek. Berkaitan dengan sikap dan
nilai.
Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang
mengenai objek. Pengetahuan yang dimiliki seseorang bisa
mempengaruhi sikap terhadap sesuatu.
Komponen konatif adalah kecenderungan untuk berperilaku atau
berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek
sikap. Mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, emosi, atau
nilai.
Pengertian penilaian kompetensi sikap

• Adalah penilaian yang dilakukan guru untuk


mengukur tingkat pencapaian kompetensi
sikap dari peserta didik yang meliputi aspek
menerima atau memperhatikan (receiving
atau attending), merespon atau menanggapi
(responding), menilai atau menghargai
(valuing), mengorganisasi atau mengelola
(organization), dan berkarakter
(characterization).
Dalam Kurikulum 2013, sikap dibagi menjadi :

1, Sikap spiritual (Kompetensi Inti 1 = KI 1)


2. Sikap sosial (Kompetensi Inti 2 = KI 2)
Yang keduanya tidak diajarkan dalam proses
pembelajaran. Artinya, kompetensi sikap spititual
dan sosial meskipun memiliki Kompetensi Dasar
(KD), tetapi tidak dijabarkan dalam materi atau
konsep yang harus disampaikan kepada peserta didik
melalui proses pembelajaran yang terdiri dari
kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan
penutup.
• Implementasi kompetensi sikap spiritual dan
sikap sosial dalam proses pembelajaran melalui
pembiasaan dan keteladanan yang ditunjukkan
oleh peserta didik dalam keseharian sebagai
dampak pengiring (nurturant effect) dari
pembelajaran.
• Sikap spiritual dan sikap sosial harus muncul
dalam tindakan nyata peserta didik dalam
kehidupan sehari-hari, sehingga pencapaian
kompetensi sikap tersebut harus dinilai oleh
guru secara berkesinambungan dengan
menggunakan instrumen nontes.
Kompetensi Sikap Spiritual (KI 1) dan Sikap
Sosial (KI 2) SMP/MTs
Kelas VII, Kelas VIII, dan Kelas IX
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama
yang dianutnya
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur,
disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi,
gotong royong), santun, percaya diri, dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan
dan keberadaannya.
Kompetensi Inti Sikap Spiritual (KI 1) dan Sikap Sosial
(KI 2) SMA/Madrasah Aliyah
Kelas X, Kelas XI, dan Kelas XII
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang
dianutnya
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur,
disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong,
kerja sama, toleran, damai), santun, responsif dan
pro aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari
solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
Dari setiap kompetensi inti sikap spiritual
(KI 1) dan sikap sosial (KI 2) untuk masing-
masing jenjang dirinci lebih lanjut dalam
kompetensi dasar (KD).

TUGAS KELOMPOK
Tuliskan KD dari kompetensi inti sikap spiritual
(KI 1) dan sikap sosial (KI 2) untuk jenjang
SMP/MTs dan SMA/MA untuk mata pelajaran
matematika yang diketahui !
Ruang Lingkup
• Dalam ranah sikap itu terdapat lima jenjang
proses berfikir, yakni : (1) menerima atau
memperhatikan (receiving atau attending), (2)
merespon atau menanggapi (responding), (3)
menilai atau menghargai (valuing), (4)
mengorganisasi atau mengelola
(organization), dan (5) berkarakter
(characterization).
1. Kemampuan Menerima
• Adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan
atau stimulus dari luar yang datang kepada dirinya dalam
bentuk masalah, situasi, gejala, dan lain-lain.
• Juga diartikan kemampuan menerima fenomena (gejala
atau sesuatu hal yang dapat disaksikan dengan pancaindra)
dan stimulus (rangsangan) atau kemampuan menunjukkan
perhatian yang terkontrol dan terseleksi.
• Pada tingkat menerima atau memperhatikan (receiving
atau attending), peserta didik memiliki keinginan
memperhatikan suatu fenomena khusus atau stimulus,
misalnya kelas, kegiatan, musik, buku, dan sebagainya.
• Tugas pendidik dalam kegiatan pembelajaran
adalah mengarahkan peserta didik pada
fenomena yang menjadi obyek pembelajaran
afektif. Misalnya : senang membaca buku,
senang bekerja sama, senang mengerjakan soal-
soal, senang menulis, dan sebagainya yang
kesenangan itu akan menjadi kebiasaan yang
positif.
• Hasil belajar afektif jenjang menerima adalah
peserta didik menyadari bahwa disiplin wajib
ditegakkan, sifat malas dan tidak disiplin harus
disingkirkan jauh-jauh.
2. Kemampuan Merespons
• Adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk
mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomena
tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan
salah satu cara.
• Juga diartikan kemampuan menunjukkan perhatian
yang aktif, kemampuan melakukan sesuatu, dan
kemampuan menanggapi, sehingga sebagai bagian dari
perilakunya.
• Pada tingkat ini peserta didik tidak saja memperhatikan
fenomena khusus, tetapi juga bereaksi.
• Kegiatan belajar ditunjukkan antara lain melalui
bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas,
menaati aturan, mengungkapkan perasaan,
menanggapi pendapat, meminta maaf atas
suatu kesalahan, mendamaikan perselisihan
pendapat, menunjukkan empati, melakukan
renungan dan melakukan instrospeksi.
• Hasil belajar ranah afektif jenjang menanggapi
adalah peserta didik tumbuh hasratnya untuk
mempelajari lebih jauh atau menggali lebih
dalam lagi tentang konsep displin.
3. Kemampuan Menilai.
• Adalah kemampuan memberikan nilai atau penghargaan
terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila
kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa
kerugian atau penyesalan.
• Juga dapat diartikan menunjukkan konsistensi perilaku
yang mengandung nilai, mempunyai motivasi untuk
berperilaku sesuai dengan nilai-nilai, menunjukkan
komitmen terhadap suatu nilai.
• Valuing melibatkan penentuan nilai, keyakinan atau sikap
yang menunjukkan derajat internalisasi dan komitmen.
• Kegiatan belajar ditunjukkan melalui : mengapresiasi,
menghargai peran, menunjukkan keprihatinan,
mengoleksi sesuatu, menunjukkan rasa simpatik dan
empati kepada orang lain, menjelaskan alasan sesuatu
yang dilakukannya, bertanggung jawab terhadap perilaku,
menerima kelebihan dan kekurangan diri, membuat
rancangan hidup masa depan, merefleksikan pengalaman
pada suatu hal, membahas cara-cara melakukan sesuatu,
merenungkan nilai-nilai bagi kehidupan.
• Hasil belajar afektif jenjang valuing adalah tumbuhnya
kemauan yang kuat pada diri peserta didik untuk berlaku
disiplin, rajin, mandiri, obyektif dalam melihat dan
memecahkan masalah, serta baik di sekolah, rumah,
maupun masyarakat.
4. Kemampuan Mengatur atau
Mengorganisasikan
• Adalah kemampuan mempertemukan perbedaan nilai
sehingga terbentuk nilai baru yang lebih universal,
yang membawa kepada perbaikan umum.
• Juga merupakan pengembangan dari nilai ke dalam
satu sistem organisasi, termasuk di dalamnya
hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan dan
prioritas nilai yang telah dimilikinya.
• Hasil belajar afektif jenjang kemampuan
mengorganisasikan adalah peserta didik mendukung
penegakan disiplin.
5. Kemampuan Berkarakter
• Adalah kemampuan memadukan semua sistem nilai yang
telah dimiliki seseorang yang memengaruhi pola
kepribadian dan tingkah lakunya.
• Merupakan tingkat afektif tertinggi, karena sikap batin
peserta didik telah benar-benar bijaksana dan memiliki
sistem nilai yang mengontrol tingkah lakunya untuk suatu
waktu yang cukup lama serta membentuk karakter yang
konsisten dalam berperilaku.
• Hasil belajar afektif jenjang kemampuan berkarakter adalah
peserta didik menjadikan nilai disiplin sebagai pola pikir
dalam bertindak di sekolah, rumah, dan masyarakat.
• Kata-kata Kerja Operasional (KKO) Ranah Sikap
atau Afektif
Menerima Menanggapi Menilai Mengelola Menghayati
Memilih Menjawab Mengasumsikan Menganut Mengubah Peri-
Mempertanya- Membantu Meyakini Mengubah laku
kan Mengajukan Meyakinkan Menata Menyikapi
Mengikuti Mengompromi- Melengkapi Mengklasifika- Memengaruhi
Memberi kan Memperjelas sikan Mengkualifikasi
Mensuport Menyenangi Memprakarsai Mengkombinasi kan
Menganut Menyambut Mengimani kan Melayani
Mematuhi Mendukung Menggabung- Mempertahan- Menunjukkan
Meminati Menyetujui kan kan Membuktikan
Menyenangi Menampilkan Mengundang Membangun Memecahkan
Melaporkan Mengusulkan Membentuk O- Menyelesaikan
Memilih Menekankan pini
Menolak/Mener Menyumbang Memadukan
ima Mengelola
menegosiasi
Merembuk
• Ciri-ciri Hasil Belajar Ranah Kompetensi Sikap (Afektif)
No Tingkatan Ciri-ciri
Hasil Belajar
1 Menerima 1. Aktif menerima dan sensitif (tanggap) dalam menghadapi gejala-gejala (fenomen)
(receiving) 2. Siswa sadar tetapi sikapnya pasif terhadap stimulus
3. Siswa sedia menerima, pasif terhadap fenomena tetapi sikapnya mulai aktif
4. Siswa mulai selektif, artinya sudah aktif melihat dan memilih
2 Merespons 1. Bersedia menerima, menanggapi dan aktif menyeleksi reaksi
2. Mengikuti sugesti dan patuh
(responsding 3. Bersedia menanggapi atau merespons
) 4. Merasa puas dalam menanggapi
3 Menilai 1. Sudah mulai menyusun atau memberikan persepsi
2. Menerima nilai (percaya)
(valuing) 3. Memilih nilai atau seleksi nilai
4. Memiliki ikatan batin (memiliki kayakinan terhadap nilai)
4 Mengorganis 1. Pemilikan sistem nilai
2. Aktif mengonsepsikan nilai dalam dirinya
a-sikan 3. Mengorganisasikan
(organization
)
5 Berkarakter 1. Menyusun berbagai macam sistem nilai menjadi nilai yang mapan dalam dirinya
2. Terapan dan pemilikan sistem nilai
(characteri- 3. Karakteristik pribadi atau internalisasi nilai (nilai sudah menjadi bagian yang melekat
zation) dalam pribadinya)
Kata Kerja Operasional “Indikator Pencapaian
Kompetensi Peserta Didik” yang Dapat Diukur dalam
Aspek Sikap (Attutides)
No Kata Operasional
1 Menghargai pendapat orang lain
2 Sopan santun dalam berbicara dan bertindak
3 Beriman dan bertakwa
4 Jujur dan empati
5 Sikap ingin tahu
6 Kerja sama
7 Berpikir kritis
8 Berani mengambil resiko
9 Aktif, kreatif, dan percaya diri
10 Memiliki ide/karya/karsa
11 Disiplin dan loyal
12 Toleransi
12 Bekerja sama dan suka bertanya
Obyek Sikap yang Perlu Dinilai dalam
Proses Pembelajaran
1. Sikap terhadap materi mata pelajaran. Peserta
didik perlu memiliki sikap positif terhadap materi
pelajaran agar tumbuh dan berkembang minat
belajar, akan mudah diberi motivasi, dan akan
mudah menyerap materi pelajaran yang diajarkan.
2. Sikap terhadap guru/pengajar. Peserta didik perlu
memiliki sikap positif terhadap guru agar tidak
cenderung mengabaikan hal-hal yang diajarkan.
Sikap negatif terhadap guru akan menyebabkan
peserta didik sukar menyerap materi pelajaran
yang diajarkan oleh guru tersebut.
3. Sikap terhadap proses pembelajaran. Peserta didik
perlu memiliki sikap positif terhadap proses
pembelajaran yang berlangsung yang mencakup
suasana pembelajaran, strategi, metodologi, dan
teknik pembelajaran yang digunakan. Proses
pembelajaran yang menarik, nyaman, dan
menyenangkan dapat menumbuhkan motivasi belajar
peserta didik, sehingga dapat mencapai hasil belajar
yang maksimal.
4. Sikap berkaitan dengan nilai-nilai atau norma-norma
tertentu berhubungan dengan suatu materi pelajaran.
Hal itu menjadikan peserta didik cenderung memiliki
sikap positif terhadap kegiatan pelestarian lingkungan
hidup dan sikap negatif terhadap perusakan alam.
5. Sikap berhubungan dengan kompetensi afektif lintas
kurikulum yang relevan dengan mata pelajaran.
Kelebihan Penilaian Kompetensi Sikap
1. Dapat dilakukan bersamaan dengan proses
pembelajaran
2. Dapat dilakukan secara langsung atau tidak
langsung melalui hasil kerja peserta didik
3. Dapat mengetahui faktor penyebab berhasil
tidaknya proses pembelajaran peserta didik
4. Mengajak peserta didik bersikap jujur
5. Mengajak peserta didik menjalankan tugasnya
supaya tepat waktu
6. Sikap peserta didik terhadap pelajaran dapat
diketahui
7. Dapat mengetahui faktor-faktor keterbatasan
peserta didik
8. Dapat melihat karakter peserta didik
sehingga kendala yang muncul dapat diatasi
9. Peserta didik akan termotivasi untuk terus
berbenah diri karena kreativitas sangat
dituntut
10.Dapat meredam egoisme individu setelah
diberi tahu sikapnya
11.Peserta didik dapat lebih bertanggung jawab
pada tugasnya
12.Peserta didik bisa bekerja sama dan saling
menghargai antar teman.
Kelemahan dari Penilaian Sikap
1. Sulit dilakukam pengamatan pada jumlah peserta didik yang
terlalu banyak
2. Membutuhkan alat penilaian yang tepat
3. Memerlukan waktu pengamatan yang cukup lama
4. Menuntut profesionalisme guru karena mengamati peserta
didik yang bervariasi
5. Penilaiannya subyektif
6. Kurang dapat dijadikan acuan karena sikap peserta didik
dapat berubah-ubah
7. Terlalu banyak format yang melelahkan guru, perlu persiapan
yang lengkap
8. Sulit mengadopsi sikap peserta didik yang beragam
9. Sulit menyamakan persepsi karena latar belakang
yang berbeda
10.Sikap peserta didik yang kurang terbuka
menyulitkan penilaian
11.Sangat tergantung situasi yang sedang dialami
peserta didik sehingga hasilnya berpeluang berbeda
12.Jawaban peserta didik sulit diuji kejujurannya
13.Guru lebih menanggapi peserta didik yang aktif saja
sedang yang kurang aktif kurang terpantau
14.Kadang tidak sejalan dengan intelegensinya.
Prosedur Penilaian Kompetensi Sikap
Spiritual dan Sikap Sosial
• Dalam melakukan penilaian kompetensi sikap spiritual
dan sikap sosial harus mengacu pada indikator yang
dirinci dari kompetensi dasar (KD) yang diturunkan dari
komptensi inti (KI) spiritual dan sosial yang ada di
kerangka dasar dan struktur kurikulum untuk setiap
jenjang dari dasar sampai menengah. Oleh karena itu,
guru harus merinci setiap KD dari KI menjadi indikator
pencapaian kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial
yang nantinya akan dinilai oleh guru dalam bentuk
perilaku peserta didik sehari-hari.
Format Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD),
dan Indikator Sikap Spiritual/Sikap Sosial

Satuan Pendidikan : SMPN 1/SMAN 1


Kelas/Semester :
Mata Pelajaran : Matematika
Kurikulum Acuan : 2013
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian
Kompetensi
1. Menghayati dan 1.1. .... 1.
mengamalkan ajaran 2.
agama yang dianutnya 1.2. .... 1.
2.
2. Menghayati dan 2.1. .... 1.
mengamalkan perilaku 2.
jujur, disiplin, 2.2. .... 1.
tanggungjawab.... 2.
3.
Teknik Penilaian Kompetensi Sikap
Penilaian kompetensi sikap dilakukan melalui :
1. Observasi dengan instrumen alat lembar pengamatan
berupa daftar cek atau skala penilaian
2. Wawancara dengan instrumen berupa pedoman
wawancara
3. Penilaian diri dengan instrumen daftar cek atau skala
penilaian
4. Penilaian teman sejawat (peer evaluation) oleh peserta
didik dengan instrumen daftar cek atau skala penilaian
5. Jurnal dengan instrumen berupa catatan pendidik
1. Observasi (Pengamatan)
• Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan
keterangan yang dilakukan dengan mengadakan
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap
fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran
pengamatan.
• Hasil observasi dapat dijadikan sebagai umpan balik dalam
pembinaan terhadap peserta didik. Di samping itu, bisa
untuk melihat sikap atau respons peserta didik terhadap
pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
• Alat yang digunakan berupa lembar observasi yang disusun
dalam bentuk check list atau skala penilaian.
Keunggulan Observasi dalam Penilaian
Kompetensi Sikap Spiritual dan Sikap Sosial
1. Data yang diperoleh relatif obyektif, karena diperoleh
melalui pengamatan langsung dari guru
2. Hubungan guru dan peserta didik lebih dekat, karena
dalam pengamatan tentu guru berinteraksi dengan
peserta didik
3. Guru memiliki keleluasan dalam menentukan aspek-
aspek apa saja yang mau diamati dalam
pembelajaran, sehingga guru dapat mengumpulkan
segala informasi yang berkaitan dengan kompetensi
sikap spiritual dan sikap sosial secara komprehensif.
Kelemahan Observasi dalam Penilaian
Kompetensi Sikap Spiritual dan Sikap Sosial
1. Pencatatan data sangat tergantung pada kecermatan guru dalam
pengamatan dan daya ingatan dari guru
2. Kemungkinan bisa terjadi kekeliruan dalam pencatatan data karena
berbagai sebab, antara lain : (a) Pengaruh kesan umum baik kesan
positif maupun negatif tentang peserta didik (hallo effect), (b) Pengaruh
keinginan menolong (generosity effect) pada peserta didik sehingga
mengalami kesesatan dalam menarik kesimpulan hasil observasi, dan
(c) Pengaruh pengamatan sebelumnya (carry over effect) tentang sikap
dan perilaku peserta didik saat pengamatan dilaksanakan.
3. Memerlukan kecermatan dan keterampilan dari guru dalam melakukan
observasi sehingga tidak terjadi manipulasi atau dibuat-buat dari
peserta didik yang berimplikasi terhadap obyektivitas data hasil
pengamatan.
Aspek yang diobservasi
1. Hal-hal yang tampak atau muncul dalam suatu
aktivitas tertentu, seperti : kerja sama dalam diskusi
kelompok, dan sebagainya.
2. Terukur, artinya sesuatu yang diamati dapat diukur
indikatornya sehingga memudahkan guru ketika
menggunakan instrumen observasinya.
3. Mengacu pada indikator pencapaian kompetensi
yang sudah ditetapkan.
4. Menggunakan kata kerja operasional yang memiliki
arti jelas sehingga tidak multi tafsir.
Contoh Aspek-aspek Kompetensi Sikap Spiritual dan
Sikap Sosial yang Dapat Diobservasi
Aspek yang dinilai Teknik Penilaian Waktu Penilaian
1. Sikap spiritual
a. Kebiasaan menghargai ajaran agama Pengamatan Selama pembelajaran
b. Kebiasaan bersyukur terhadap
karunia Tuhan Yang Maha Esa Pengamatan Selama pembelajaran
c. Dan sebagainya. Pengamatan Selama pembelajaran
2. Sikap sosial
a. Kebiasaan menunjukkan perilaku
yang menghargai hak dan kewajiban
di sekolah Pengamatan Selama pembelajaran
b. Menunjukkan perilaku santun,
toleran, dan peduli dalam melakukan
interaksi sosial dengan lingkungan
dan teman sebaya Pengamatan Selama pembelajaran
c. Dan sebagainya. Pengamatan Selama pembelajaran
Langkah-langkah Observasi
1. Menentukan obyek apa yang akan diobservasi
2. Menyusun pedoman observasi
3. Menentukan secara jelas data-data apa yang akan diobservasi
4. Menentukan di mana tempat obyek yang akan diobservasi
5. Menentukan prosedur pelaksanaan observasi yang akan
dilakukan
6. Menggunakan alat bantu pencatatan hasil observasi, seperti :
buku catatan, kamera, video perekam, dan sebagainya
7. Membuat kesimpulan terhadap pencapaian kompetensi sikap
spiritual dan sikap sosial dari peserta didik
8. Melakukan tindak lanjut dari hasil penilaian observasi.
Contoh Lembar Pengamatan Sikap atau Respons
Mata Pelajaran : Matematika Sekolah : MAN 1
Kelas : XI Tahun Ajaran : 2017/2018
Nama Guru : Rajinita, S.Pd
No Aspek yang Diamati Kategori Keterangan
B C K
1 Tingkat kedisiplinan kehadiran V
2 Ketepatan mengerjakan PR V
3 Keaktifn dalam menyelesaiakan tugas diskusi kelompok V
4 Keaktifan dalam menanggapi presentasi kelompok lain V
5 Sikap menyampaikan pendapat di forum diskusi V
6 Sikap menghargai pendapat orang lain V
7 Sikap tanggung jawab dalam kelompok diskusi V
8 Sikap kerjasama dalam menyelesaikan tugas V
9 Sikap menyimak penjelasan guru V
10 Sikap mengikuti pembelajaran matematika V
Keterangan :
Baik (B) = Jika tingkat partisipasi peserta didik terhadap
aspek yang diamati 80-100 atau menunjukkan sikap yang
positif
Cukup (C) = Jika tingkat partisipasi terhadap aspek yang
diamati 60-79 atau menunjukkan sikap yang cukup positif
Kurang (K) = Jika tingkat partisipasi terhadap aspek yang
diamati < 60 atau menunjukkan sikap yang kurang positif
Catatan :
1. Menentukan sikap positif, cukup positif, dan kurang
positif adalah justifikasi guru secara rasional dan
bertanggung jawab
2. Menentukan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) bilai
sikap atau respons peserta didik terhadap pembelajaran
Matematika, misalnya 75.
Langkah-langkah mengolah dan menganalisis data hasil observasi :
1. Menentukan skor untuk masing-masing kategori, yakni B = 3, C =
2, dan K = 1
2. Menjumlahkan skor perolehan untuk 10 aspek yang diamati,
yakni 3+3+2+3+2+3+3+3+2+3 = 27
3. Menghitung nilai sikap atau respons peserta didik terhadap
pembelajaran Matematika dengan rumus :
Nilai = (Skor perolehan : Skor maksimal) x 100 = (27:30)x100 = 90
Konversi skala 4 :
(90:100)x 4 = 3,60 (SB)
4. Menentukan kategori nilai sikap atau respons peserta didik di
mana 90 terletak antara 80-100 yang berarti kategori Positif.
5. Menentukan kesimpulan dengan cara membandingkan nilai
perolehan (90) dengan KKM yang telah ditetapkan sebelumnya
(75). Dengan demikian, nilai sikap atau respons peserta didik
terhadap pembelajaran Matematika berhasil atau tercapai.
2. Wawancara (Interview)
• Adalah teknik penilaian dengan cara guru melakukan
menanyakan langsung kepada peserta didik menggunakan
pedoman wawancara tentang sikapnya baik spiritual maupun
sosial berkaitan pembelajaran yang baru berlangsung atau
setelah selesai pembelajaran.
• Dalam melakukan wawancara hendaknya tidak mengganggu
proses pembelajaran dan kegiatan peserta didik dalam belajar,
misalnya sambil bimbingan atau pengarahan ketika diskusi
kelompok berlangsung. Dilakukan jangan terlalu formal
sehingga dapat memberikan informasi yang diperlukan guru
berkaitan dengan kompetensi sikap tanpa merasa sedang
diinterogasi oleh gurunya.
Keunggulan Penilaian dengan Wawancara :
1. Guru memperoleh informasi yang berkaitan dengan sikap
spiritual dan sosial, dapat langsung digali dari peserta didik.
2. Menunjukkan kedekatan emosional antara guru dengan
peserta didik, sehingga dapat menjalin hubungan yang
akrab untuk kepentingan pembelajaran.

Kelemahan Penilaian dengan Wawancara :


3. Kalau dilakukan secara kaku, maka peserta didik tidak mau
mengungkapkan perasaannya secara terbuka
4. Membutuhkan waktu khusus dan tepat saat menggali data
dari peserta didik
5. Wawancara kurang bisa menjangkau seluruh peserta didik
dalam satu kelas, karena membutuhkan waktu yang lama.
Aspek yang dinilai dalam Penilaian dengan
Wawancara
• Dalam melakukan penilaian dengan wawancara terhadap
kompetensi sikap, baik sikap spiritual maupun sikap sosial harus
mengacu pada indukator pencapaian kompetensi yang sudah
dibuat oleh guru sesuai dengan kompetensi dasar (KD) dari
kompetensi inti (KI) sikap spiritual dan sikap sosial, agar
penilaian yang dilakukan guru melalui wawancara tepat sasaran
dan bermanfaat bagi pembinaan peserta didik.
• Guru harus melalukan pemetaan terhadap kompetensi sikap
spiritual dan sikap sosial, karena tidak semua aspek kompetensi
spiritual dan sosial dapat dinilai dengan wawancara. Oleh karena
itu, guru jangan memaksakan diri untuk melakukan wawancara
terhadap peserta didik untuk semua sikap dan perilaku.
Langkah-langkah Penilaian Menggunakan Wawancara
1. Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang
akan dinilai
2. Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan
3. Merumuskan format penilaian, seperti : pedoman
peskoran atau pedoman wawancara
4. Mengolah data hasil penilaian dengan wawancara
5. Membuat kesimpulan terhadap hasil penilaian dengan
menggunakan wawancara berkaitan dengan pencapaian
kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial peserta didik
6. Melakukan tindak lanjut dengan mengacu pada hasil
penilaian melalui penilaian wawancara.
Contoh : Penilaian kompetensi sikap sosial aspek kebiasaan berlaku jujur dan
bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran Matematika
Siswa yang di wawancarai : Sholehah
Mata pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : X/1
Sekolah : MAN 1
Kompetensi Inti :
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif dan pro aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
Kompetensi Dasar :
2.3. Berlaku jujur dan bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari
pembelajaran Matematika
Kompetensi Sosial yang dinilai :
Sikap sosial berlaku jujur dan bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas-tugas
dari pembelajaran Matematika
Hari/tanggal : Selasa, 20 Maret 2018
Tema penilaian : Jujur dan bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari
pembelajaran Matematika
Pedoman Wawancara :
1. Bagaimana kabarnya hari ini ? Sehat kan ?
2. Bagaimana tugas mata pelajaran Matematikanya, mudah kan ?
3. Kapan tugas mata pelajaran Matematika dikerjakan ?
4. Mengerjakannya berapa lama ? Dari jam berapa sampai jam berapa ?
5. Apakah ada yang membantu dalam pengerjaannya ?
6. Apa hambatan dalam mengerjakan tugasnya ?
7. Bagaimana hasil mengerjakan tugasnya ?
8. Dan seterusnya....
Catatan :
9. Guru bisa mengembangkan pedoman wawancara sesuai dengan kebutuhan di
lapangan
10.Pertanyaan tersebut di atas hanya sebagai contoh yang perlu dimodifikasi ulang
11.Apa yang mau ditanyakan sebaiknya sudah ada dibenak pikiran guru, sehingga
tidak perlu memegang lembar pertanyaan yang telah disusun secara kaku.
Pengolahan data hasil wawancara :
1. Pengolahan hasil wawancara tergantung pada jawaban atau
respons dari peserta didik dalam menjawab wawancara yang
dilakukan oleh guru
2. Berdasarkan data hasil wawancara, guru membuat
kesimpulan dan kategorisasi. Misalnya : (1) sangat jujur dan
sangat bertanggung jawab, (2) jujur dan bertanggung jawab,
(3) cukup jujur dan cukup bertanggung jawab, (4) kurang jujur
dan kurang bertanggung jawab, dan (5) tidak jujur dan tidak
bertanggung jawab
3. Dari lima kategori tersebut, guru membuat justifikasi.
Misalnya : Sangat baik nilainya 90-100, baik nilainya 80-89,
cukup nilainya 70-79, kurang nilainya 60-69, tidak baik
nilainya < 60.
4. Guru membuat kesimpulan dan tindak lanjut.
3. Penilaian Diri (Self Assessment)
• Penilaian diri adalah suatu teknik penilaian di mana
peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri
berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian
kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran
tertentu. Dalam penilaian diri, peserta didik dapat diminta
untuk membuat tulisan yang memuat curahan
perasaannya terhadap suatu objek tertentu. Selanjutnya,
peserta didik diminta untuk melakukan penilaian
berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
• Teknik penilaian diri dapat digunakan untuk mengukur
kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor.
Penggunaan Penilaian Diri
1. Dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik,
karena mereka diberi kepercayaan untuk menilai
dirinya sendiri.
2. Peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan
dirinya, karena ketika mereka melakukan penilaian,
harus melakukan introspeksi terhadap kekuatan dan
kelemahan yang dimilikinya.
3. Dapat mendorong, membiasakan, dan melatih peserta
didik untuk berbuat jujur, karena mereka dituntut
untuk jujur dan objektif dalam melakukan penilaian.
Keunggulan Penilaian Diri
1. Guru mampu mengenal kelebihan dan kekurangan peserta
didik
2. Peserta didik mampu merefleksikan mata pelajaran yang
sudah diberikan
3. Pernyataan yang dibuat sesuai dengan keinginan penanya
4. Memberikan motivasi diri dalam hal penilaian kegiatan
peserta didik
5. Peserta didik lebih aktif dan berpartisipasi dalam proses
pembelajaran
6. Dapat digunakan untuk acuan menyusun bahan ajar
mengetahui standar input peserta didik yang akan diajar
7. Peserta didik dapat mengukur kemampuan dalam
mengikuti pelajaran tentang ketuntasan belajarnya
8. Melatih kemandirian peserta didik
9. Peserta didik mengetahui bagian yang harus
diperbaiki
10.Peserta didik memahami kemampuan dirinya
11.Guru memperoleh masukan obyektif tentang daya
serap peserta didik
12.Peserta didik belajar terbuka dengan orang lain
13.Peserta didik mampu menilai dirinya
14.Peserta didik dapat mencari materi sendiri
15.Peserta didik dapat berkomunikasi dengan temannya.
Kelemahan Penilaian Diri
1. Cenderung subyektif
2. Data mungkin ada yang pengisiannya tidak jujur
3. Dapat terjadi kemungkinan peserta didik menilai dengan skor tinggi
4. Membutuhkan persiapan dan alat ukur yang cermat
5. Pada saat penilaian dapat terjadi peserta didik melaksanakan
kegiatan dengan sebaik-baiknya tetapi tidak konsisten
6. Hasilnya kurang akurat
7. Kurang terbuka
8. Mungkin peserta didik tidak memahami adanya kemampuan yang
dimiliki
9. Peserta didik yang kurang aktif biasanya nilainya kurang.
Aspek yang dinilai dalam Penilaian Diri

• Dalam melakukan penilaian diri terhadap


kompetensi sikap, baik sikap spiritual maupun
sikap sosial harus mengacu pada indikator
pencapaian kompetensi yang sudah dibuat
oleh guru sesuai dengan kompetensi dasar
(KD) dari kompetensi inti (KI) sikap spiritual
dan sikap sosial, agar penilaian yang dilakukan
guru melalui penilaian diri tepat sasaran dan
bermanfaat bagi pembinaan peserta didik.
Contoh aspek-aspek kompetensi sikap spiritual dan
sikap sosial yang dapat dinilai dengan Penilaian Diri
Aspek yang dinilai Teknik penilaian Waktu penilaian
1. Sikap spiritual
a. Kebiasaan berdoa sebelum dan
sesudah belajar Penilaian diri Selama pembelajaran
b. Kebiasaan berbuat terpuji di sekolah
dan di rumah Penilaian diri Selama pembelajaran
c. Kebiasaan berteman tanpa
membedakan suku dan agama Penilaian diri Selama pembelajaran
d. Dan sebagainya Penilaian diri Selama pembelajaran
2. Sikap sosial
a. Kebiasaan santun dalam kehidupan
sehari-hari Penilaian diri Selama pembelajaran
b. Kebiasaan memiliki sikap rasa ingin
tahu pada mata pelajaran Penilaian diri Selama pembelajaran
c. Kebiasaan perilaku bertanggung jawab
dalam aktivitas sehari-hari Penilaian diri Selama pembelajaran
d. Dan sebagainya Penilaian diri Selama pembelajaran
Langkah-langkah Penilaian Diri
1. Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai.
2. Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan.
3. Merumuskan format penilaian, dapat berupa pedoman penskoran, daftar tanda
cek,atau skala penilaian.
4. Meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri.
5. Guru mengkaji sampel hasil penilaian secara acak, untuk mendorong peserta
didik supaya senantiasa melakukan penilaian diri secara cermat dan objektif.
6. Menyampaikan umpan balik kepada peserta didik berdasarkan hasil kajian
terhadap penilaian diri.
7. Membuat kesimpulan terhadap hasil penilaian dengan menggunakan penilaian
diri berkaitan dengan pencapaian kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial
peserta didik.
8. Melakukan tindak lanjut dengan mengacu pada hasil penilaian melalui
penilaian diri.
• Contoh Instrumen Penilaian Diri dan Pengolahan Data Hasil
Penilaian Diri
Sikap Peserta Didik Terhadap Mata Pelajaran Matematika
Nama : Pintar Kelas : VIII
Mata Pelajaran : Matematika Semester :I
No Pernyataan Tanggapan
Ya Tidak
1 Saya senang belajar Matematika V
2 Pelajaran Matematika bermanfaat V
3 Saya berusaha hadir tiap pelajaran Matematika V
4 Saya berusaha memiliki buku mata pelajaran Matematika V
5 Pelajaran Matematika membosankan V
6 Guru Matematika saya menguasai materi yang diajarkan V
7 Pembelajaran Matematika menggunakan media yang menarik V
8 Pembelajaran Matematika menggunakan berbagai sumber belajar V
9 Saya malas mengerjakan tugas-tugas mata pelajaran Matematika V
10 Guru Matematika mengajar dengan penuh semangat V
Catatan :
1. Bila menjawab “ya” pada pernyataan positif maka skornya 1 dan
menjawab “tidak” skornya 0
2. Bila menjawab “ya” pada pernyataan negatif maka skornya 0 dan
menjawab “tidak” skornya 1.
Nilai = (Skor perolehan : Skor Maksimal) x 100%
Nilai sikap Pintar terhadap mata pelajaran Matematika
3. Skor perolehan = 1+1+1+0+1+1+1+1+1+1 = 9
4. Menghitung nilai = (9 : 10)x 100% = 90
Konversi skala 4 :
(90:100)x 4 = 3,60 (SB)
Keterangan :
• Nilai 90-100 berarti amat baik atau Sudah Membudaya (SM)
• Nilai 70-89 berarti baik atau Mulai Berkembang (MB)
• Nilai 60-69 berarti cukup atau Mulai Terlihat (MT)
• Nilai < 60 berarti kurang atau Belum Terlihat (BT)
Kesimpulan : Sikap Pintar terhadap mata pelajaran Matematika adalah
sangat baik atau sudah membudaya (SM).
4. Penilaian Antar Peserta Didik
• Penilaian antar peserta didik atau antar teman
adalah teknik penilaian yang dapat digunakan untuk
mengukur tingkat pencapaian kompetensi sikap
(spiritual dan sosial) dengan cara meminta peserta
didik untuk saling menilai satu sama lain. Penilaian
ini menuntut keobyektifan dan rasa tanggung jawab
dari peserta didik sehingga menghasilkan data yang
akurat.
• Instrumen yang digunakan berupa angket atau
kuesioner.
Kebaikan Penilaian Antar Peserta Didik.
1. Melatih peserta didik untuk berlaku obyektif
2. Melatih peserta didik untuk memiliki keterampilan dan
kecermatan dalam melakukan penilaian terhadap suatu obyek.
3. Melatih peserta didik untuk memiliki rasa tanggung jawab
dengan diberikan kepercayaan untuk menilai sikap temannya
Kelemahan Penilaian Antar Peserta Didik.
4. Datanya perlu diverifikasi oleh guru karena dikhawatirkan
mereka merasa tidak enak ketika diminta menilai temannya
sendiri
5. Diperlukan petunjuk yang jelas dan rinci untuk menghindari
salah tafsir terhadap pernyataan dalam instrumen
6. Peserta didik perlu menyediakan waktu khusus untuk
melakukan penilaian tanpa mengurangi waktu belajarnya.
Aspek yang dinilai dalam penilaian antar
peserta didik
• Dalam melakukan penilaian diri terhadap
kompetensi sikap, baik sikap spiritual maupun
sikap sosial harus mengacu pada indikator
pencapaian kompetensi yang sudah dibuat oleh
guru sesuai dengan kompetensi dasar (KD) dari
kompetensi inti (KI) sikap spiritual dan sikap
sosial. Dengan demikian, apa yang mau dinilai
atau diukur jelas, sehingga akan menghasilkan
data atau informasi yang akurat dan tepat.
Contoh aspek-aspek kompetensi sikap spiritual dan sikap
sosial yang dapat dinilai dengan Penilaian Antar Peserta Didik

Aspek yang dinilai Teknik penilaian Waktu penilaian


1. Sikap spiritual
a. Kebiasaan berdoa sebelum dan Penilaian Antar
sesudah belajar Peserta Didik Selama pembelajaran
b. Kebiasaan berbuat terpuji di sekolah Penilaian Antar
dan di rumah Peserta Didik Selama pembelajaran
c. Kebiasaan berteman tanpa Penilaian Antar
membedakan suku dan agama Peserta Didik Selama pembelajaran
d. Dan sebagainya Sda Sda
2. Sikap sosial
a. Kebiasaan santun dalam kehidupan Penilaian Antar
sehari-hari Peserta Didik Selama pembelajaran
b. Kebiasaan memiliki sikap rasa ingin Penilaian Antar
tahu pada mata pelajaran Peserta Didik Selama pembelajaran
c. Kebiasaan perilaku bertanggung Penilaian Antar
jawab dalam aktivitas sehari-hari Peserta Didik Selama pembelajaran
d. Dan sebagainya sda sda
Langkah-langkah Penilaian Antar Peserta Didik
1. Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan
dinilai.
2. Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan.
3. Merumuskan format penilaian, dapat berupa pedoman penskoran,
daftar tanda cek,atau skala penilaian.
4. Meminta peserta didik untuk melakukan penilaian antar peserta
didik secara obyektif.
5. Guru mengkaji sampel hasil penilaian secara acak, untuk
mendorong peserta didik supaya senantiasa melakukan penilaian
antar peserta didik secara cermat dan objektif.
6. Menyampaikan umpan balik kepada peserta didik berdasarkan
hasil kajian terhadap penilaian antar peserta didik.
7. Membuat kesimpulan terhadap hasil penilaian dengan
menggunakan penilaian antar peserta didik berkaitan dengan
pencapaian kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial peserta didik.
8. Melakukan tindak lanjut dengan mengacu pada hasil penilaian
melalui penilaian antar peserta didik.
• Contoh Penilaian Kompetensi Sikap Sosial Aspek
Kebiasaan memiliki Perilaku Ilmiah dalam
Praktikum Matematika
Siswa yang dinilai : Temanku
Siswa yang menilai : Aku
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : VIII/1
Sekolah : MTs Favorit
Kompetensi Inti Sosial :
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur,
disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong
royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam
dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
Kompetensi Dasar :
2.1. Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa
ingin tahu, obyektif, jujur, teliti, cermat, tekun,
hati-hati, bertanggung jawab, terbuka, kritis,
kreatif, inovatif, dan peduli lingkungan) dalam
aktivitas sehari-hari.
Kompetensi Sosial yang Dinilai : Sikap sosial
dalam perilaku ilmiah dalam praktikum
Matematika
Hari/Tanggal Penilaian : Selasa, 27 Maret 2018
Tema Penilaian : Perilaku ilmiah dalam
praktikum Matematika
No Pernyataan Muncul/dilakukan
Ya Tidak
1 Menggunakan pakaian khusus untuk praktikum V
2 Menggunakan alat praktikum dengan hati-hati V
3 Menunjukkan perilaku serius dalam melakukan praktikum V
4 Menyampaikan data hasil praktikum secara obyektif V
5 Mengembalikan alat-alat praktikum pada tempatnya V
6 Menjaga kebersihan ruang praktikum V
7 Menerima masukan atas kekeliruan hasil praktikum V
8 Bekerja sama dengan teman-teman dalam melakukan V
praktikum
9 Pantang menyerah ketika hasil praktikum gagal V
10 Menyelesaikan praktikum dengan tepat waktu V
11 Tidak bercanda dalam melakukan kegiatan praktikum V
12 Menghargai hasil praktikum teman atau kelompok lain V
yang berbeda
Catatan :
1. Bila menjawab “ya” pada pernyataan positif maka skornya 1 dan menjawab
“tidak” skornya 0
2. Bila menjawab “ya” pada pernyataan negatif maka skornya 0 dan menjawab
“tidak” skornya 1.
3. Guru hendaknya memandu pemahaman peserta didik terhadap instrumen
penilaian antar peserta didik, agar tidak salah tafsir
Nilai = (Skor perolehan : Skor Maksimal) x 100
Langkah pengolahan hasil penilaian antar peserta didik sbb :
4. Skor perolehan = 1+1+1+1+0+1+1+1+0+1+1+0 = 9
5. Menghitung nilai = (9 : 12)x 100 = 75
Konversi skala 4 :
(75:100)x 4 = 3,00 (B)
Keterangan :
• Nilai 90-100 berarti amat baik
• Nilai 80-89 berarti baik
• Nilai 70-79 berarti cukup
• Nilai 60-69 berarti kurang
• Nilai < 60 berarti sangat kurang
Kesimpulan : Nilai sikap sosial Temanku adalah cukup.
5. Jurnal
• Jurnal adalah catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi
hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang
berkaitan dengan sikap atau perilaku spiritual dan sosial.
• Catatan tersebut dibuat tertulis per peserta didik dan dijadikan dokumen bagi
guru untuk melakukan pembinaan dan bimbingan terhadap peserta didik.
• Catatan kelemahan atau kekurangan dari peserta didik selanjutnya ditindak
lanjuti dengan upaya-upaya pembinaan dan bimbingan, sehingga akan terjadi
perubahan sikap dan perilaku dari peserta didik secara bertahap. Sementara
itu, catatan-catatan tentang kekuatan atau keunggulan peserta didik akan
dilakukan pendampingan dan pengembangan, sehingga berkembang lebih
baik lagi seiring dengan peningkatan kematangan dari peserta didik.
• Guru hendaknya mempunyai profil setiap peserta didik yang memuat
catatan-catatan sikap dan perilaku sehari-hari, sehingga guru dapat
memantaunya dari waktu kewaktu secara obyektif.
Keunggulan Penilaian dengan Jurnal :
1. Dapat memantau perkembangan kompetensi sikap spiritual dan
sikap sosial peserta didik secara periodik
2. Membantu guru untuk mengenal lebih detail tetang kondisi peserta
didik
3. Relatif obyektif, karena pemantauannya dilakukan dari waktu ke
waktu secara terus menerus.

Kelemahan Penilaian dengan Jurnal :


4. Menambah beban guru, karena hurus mencatat kekuatan dan
kelemahan peserta didik secara tertulis
5. Membutuhkan kecermatan dari guru, karena kalau kurang teliti
dapat menyebabkan catatan-catatan tersebut menjadi kurang akurat
6. Catatan-catatan tesebut harus ditindaklanjuti oleh guru supaya ada
manfaatnya bagi peserta didik.
Aspek yang dinilai dalam penilaian dengan
jurnal
• Dalam melakukan penilaian dengan jurnal terhadap kompetensi
sikap, baik sikap spiritual maupun sikap sosial harus mengacu pada
indikator pencapaian kompetensi yang sudah dibuat oleh guru sesuai
dengan kompetensi dasar (KD) dari kompetensi inti (KI) sikap spiritual
dan sikap sosial, sehingga akan menghasilkan data atau informasi
yang akurat dan tepat.
• Guru sebelumnya harus melakukan pemetaan terhadap aspek-aspek
yang dapat diukur atau dinilai, karena tidak semua aspek kompetensi
spiritual dan sosial dapat dinilai dengan jurnal. Penilaian ini hanya
cocok dan tepat untuk kompetensi yang dapat didokumentasikan
dengan catatan-catatan harian dari peserta didik yang berkaitan
dengan kekuatan dan kelemahan. Oleh karena itu, guru harus selektif
dalam mendokumentasikan catatan-catatan harian peserta didik.
Langkah-langkah Penilaian Menggunakan Jurnal:

1. Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai.


2. Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan.
3. Merumuskan format penilaian, dapat berupa aspek positif dan negatif apa yang
mau dimasukkan ke jurnal.
4. Mencatat kekuatan dan kelemahan peserta didik dalam buku catatan harian
secara cermat dan teliti.
5. Guru mengkaji hasil penilaian dengan jurnal dan catatan-catatan peserta didik
secara cermat dan obyektif.
6. Menyampaikan umpan balik kepada peserta didik berdasarkan hasil kajian
terhadap penilaian dengan menggunakan jurnal.
7. Membuat kesimpulan terhadap hasil penilaian dengan menggunakan jurnal
berkaitan dengan pencapaian kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial peserta
didik.
8. Melakukan tindak lanjut dengan mengacu pada hasil penilaian dengan
menggunakan jurnal.
CONTOH INSTRUMEN PENILAIAN
MENGGUNAKAN JURNAL DAN PENGOLAHAN
HASIL PENILAIAN MENGGUNAKAN JURNAL.
Contoh Halaman Sampul Buku Catatan Harian :
BUKU CATATAN HARIAN
TENTANG SIKAP DAN PERILAKU PESERTA DIDIK
SMPN 1
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas : VII
Tahun Pelajaran : 2017/2018
Nama Guru : Gurukita, S.Pd.
Contoh isi Buku Catatan Harian melalui Jurnal
yang dibuat oleh Guru :
No Hari/Tanggal Nama Peser- Kejadian (Positif atau Negatif) Tindak Lanjut
ta Didik
1 Selasa, 20/02/18 AA Mengumpulkan tugas Diberikan
membuat PR tepat waktu apresiasi
2 Jum’at, 23/02/18 BB Mengerjakan soal di papan Diberikan
tulis dengan benar apresiasi
3 Rabu, 28/02/18 CC Aktif dalam diskusi dengan Diberikan
memberikan tanggapan dan apresiasi
pertanyaan
4 Senin, 05/03/18 DD Terlambat dua hari Diberikan
mengumpulkan tugas pembinaan
membuat PR
5 Kamis, 08/03/18 EE Mengerjakan PR di sekolah Diberikan
dengan melihat buku PR pembinaan
teman
Keterangan :
• Kolom kejadian diisi dengan kejadian positif maupun negatif
• Catatan dalam jurnal tersebut, selain bermanfaat untuk merekam
dan menilai perilaku peserta didik, sangat bermanfaat pula untuk
menilai sikap peserta didik serta dapat menjadi bahan dalam
penilaian perkembangan peserta didik secara keseluruhan.
Pengolahan data hasil catatan jurnal :
1. Pengolahan hasil catatan jurnal tergantung pada kejadian (positif
maupun negatif) dari peserta didik yang dicatat oleh guru
2. Berdasarkan data hasil catatan jurnal, guru membuat
kesimpulan dan kategorisasi. Misalnya : (1) sangat jujur dan
sangat bertanggung jawab, (2) jujur dan bertanggung jawab, (3)
cukup jujur dan cukup bertanggung jawab, (4) kurang jujur dan
kurang bertanggung jawab, dan (5) tidak jujur dan tidak
bertanggung jawab
3. Dari lima kategori tersebut, guru membuat justifikasi. Misalnya :
Sangat baik nilainya 90-100, baik nilainya 80-89, cukup nilainya
70-79, kurang nilainya 60-69, tidak baik nilainya < 60.
Curah Pendapat
• Tunjukkan teknik dan instrumen penilaian
kompetensi sikap serta keuntungan dan
kerugian masing-masingnya !
Instrumen Penilaian
Jawablah dengan singkat dan jelas !
1. Mengapa dalam Kurikulum 2013 kompetensi sikap baik sikap
spiritual maupun sikap sosial tidak diajarkan dalam proses
pembelajaran ? Jelaskan !
2. Ada lima tipe karakteristik afektif yang penting, yaitu : sikap,
minat, konsep diri, nilai, dan moral. Jelaskan dengan
menggunakan pengertian masing-masingnya !
3. Buatlah contoh-contoh instrumen penilaian sikap dalam
mata pelajaran matematika selain yang sudah diterangkan !
4. Uraikan kelebihan dan kekurangan dari teknik instrumen
penilaian sikap yang Anda ketahui !
Petunjuk Penskoran
No Soal Skor Aspekyang diukur
1 Soal no. 1 10 Pemahaman
2 Soal no. 2 20 Analisis
3 Soal no. 3 20 Sintesis
4 Soal no. 4 30 Evaluasi
Jumlah maksimal 80

Nilai = (Skor perolehan : Skor maksimal) x 100


Nilai

Tingkat Pencapaian Kualifikasi Nilai Huruf


80 – 100 Sangat baik A
65 - 79 Baik B
55 – 64 Cukup C
40 – 54 Kurang D
Kurang 40 Sangat kurang E

Anda mungkin juga menyukai