Anda di halaman 1dari 11

Nama : Mohamad Tauhid Kune

Nim : 111423061
Jurusan : Bimbingan dan Konseling

Resume Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling Belajar

MATERI I – Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling Belajar

A. Ruang Lingkup dan Sasaran Bimbingan dan Konseling Belajar


Bimbingan dan konseling belajar memiliki empat ruang lingkup dan sasaran yang
memiliki pembahasan yang mendalam. Ke-4 ruang lingkup tersebut, yaitu:
 Perkembangan pribadi dan penyesuaian diri dalam belajar, yakni berkaitan
dengan pemahaman tentang kemampuan diri, aktualisasi terhadap kemampuan dan
potensi minat diri sendiri, menghilangkan sikap yang kurang baik dalam belajar,
mengarahkan diri secara efektif dan efisien dalam belajar.
 Kemampuan dalam pendidikan dan penjurusan, yakni memilih studi lanjut
sesuai dengan kemampuan, memilih studi lanjut sesuai dengan minat, memilih
studi lanjut sesuai dengan kondisi.
 Perkembangan dalam belajar, yakni informasi mengenai konsekuensi belajar,
informasi mengenai faktor pendukung dan penghambat dalam belajar, informasi
mengenai hambatan-hambatan dalam belajar.
 Penelitian yang berkaitan dengan belajar siswa, yakni melakukan penelitian
terhadap siswa di sekolah yang berkaitan dengan banyak variable (prestasi,
motivasi, minat, masalah dan cara penyelesaiannya), peningkatan pembelajaran
dengan berbagai metode.

Jadi apabila ruang lingkup dan sasaran bimbingan dan konseling belajar tidak sesuai
dengan yang terjadi, maka proses belajar mengajar tidak akan kondusif, begitupun
demikian, maka tugas dari konselor atau guru BK harus mengukur kompetensi dari peserta
didik terlebih dahulu.

B. Fungsi Bimbingan dan Konseling Belajar


Adapun beberapa fungsi dari bimbingan dan konseling belajar yaitu, Fungsi Kognitif,
Fungsi Konatif-dinamik, Fungsi Afektif, dan Fungsi Sensorik-Motorik.
 Fungsi Kognitif, melalui fungsi kognitif manusia menghadapi objek-objek dalam
suatu bentuk representative yang menghadirkan semua objek itu dalam kesadaran.
Hal ini paling jelas nampaak dalam aktivitas mental berfikir. Fungsi kognitif itu
berkaitaan dengan Taraf intelegensi-daya kreatifitas, bakat khusus, Organisasi
kognitif, kemampuan berbahasa, daya fantasi dan gaya belajar.
 Fungsi Konatif-Dinamik, fungsi psikis ini berkisar pada penentuan suatu tujuan
dan pemenuhan suatu kebutuhan yang disadari dan dihayati. Semakin tinggi
tahapan perkembangan anak, semakin boleh diharapkan bahwa siswa mampu
berpartisipasi dalam proses belajar mengajar secara aktif dengan suatu tujuan,
terdiri dari karakter-hasrat-berkehendak, dan motivasi belajar.
 Fungsi Afektif, Di dalam perasaan manusia mengadakan penilaian terhadap semua
objek yang dihadapi, dihayatinya apakah suatu benda, suatu peristiwa atau
seseorang, baginya berharga, bernilai atau tidak. alam perasaan seolah-olah terdiri
dari beberapa lapisan yang berbeda-beda peranannya terhadap semangat belajar,
yakni tempramen, perasaan, sikap dan minat.
 Fungsi Sensorik-Motorik, kemampuan yang dimiliki siswa dibidang
psikomotorik, juga merupakan bagian dari keadaan awal dipihak siswa, yang dapat
menghambat atau membantu disemua proses belajar mengajar atau paling sedikit,
dalam proses belajar yang harus menghasilkan keterampilan motoric. Perolehan
kemampuan yang dimaksud antara lain, kecepatan menulis, kecepatan berbicara
dan artikulasi kata-kata, menggunakan aalat-alat menggunting, memotong dan lain-
lain.
C. Prinsip Bimbingan dan Konseling Belajar
Didalam kegiatan belajar terdapat pula prinsip-prinsip dalam belajar. Seorang guru akan
dapat melaksanakan tugasnya dengan baik apabila ia dapat menerapkan cara mengajar
yang sesuai dengan prinsip-prinsip orang belajar. Prinsip Bimbingan dan Konseling belajar
diantaranya yaitu:
 Prinsip kesiapan, proses belajar dipengaruhi kesiapan murid, yang dimaksud
dengan kesiapan ialah kondisi individu yang memungkinkan ia dapat belajar.
 Prinsip motivasi, motivasi adalah suatu kondisi dari pelajar untuk memprakarsai
kegiatan, mengatur arah kegiatan itu dan memelihara kesungguhan.
 Prinsip tujuan, tujuan yang harus tergambar jelas dalam pikiran dan diterima oleh
pelajar pada saat proses belajar terjadi.
 Proses belajar afektif, belajar efektif mencakup nilai emosi, dorongan, minat dan
sikap.
 Proses belajar psikomotor, dalam proses ini individu menentukan bagaiamana ia
mampu mengendalikan aktivitas ragawinya.
 Prinsip evaluasi, pelaksanaan latihan evaluasi memungkinkan bagi individu untuk
menguji kamajuan dalam pencapaian tujuan.
 Prinsip Persepsi, seseorang cenderung untuk percaya sesuai dengan bagaimana ia
memahami situasi.
 Prinsip transfer dan retensi, belajar dianggap bermanfaat bila seseorang dapat
menyimpan dan menerapkan hasil belajar dalam situasi baru.
D. Implikasi Bimbingan dan Konseling Belajar di Satuan Pendidikan
Implikasi yang ditimbulkan dari bimbingan dan konseling belajar yang dijalankan disatuan
pendidikan adalah :
 Bagi siswa sangat membantu dalam kegiatan belajar terutama mengatur waktu
luang, mengetahui cara belajar yang tepat, meningkatkan disiplin belajar dan
meningkatkan prestasi serta motivasi untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi.
 Bagi guru pembingbing dapat mengidentifikasi kesulitan belajar yang dihadapi oleh
siswa sehingga dapat segera dicarikan solusi pemecahannya.
 Bagi guru bidang studi lebih mudah dalam mengajar karena melalui bimbingan
belajar yang diberikan siswa sudah memiliki bakal cara belajar yang baik.
 Bagi pihak sekolah sangat bermanfaat untuk meningkatkan mutu dan kualitas
sekolah dalam pembelajaran, karena dengan meningkatnya prestasi melalui layanan
bimbingan belajar siswa maka meningkat pula prestasi atau mutu sekolah.
 Bagi orang tua siswa, mereka jadi mengetahui persoalan beljar yang dihadapi
anaknya. Sehingga diharapkan orang tua siswa memberi dukungan dan fasilitas
yang memadai dalam belajar.
MATERI II – Tugas-tugas Perkembangan Belajar

A. Teori Perkembangan belajar Kognitif Piaget


Piaget adalah seorang tokoh psikologi kognitif yang besar pengaruhnya terhadap
perkembangan pemikiran para pakar kognitif lainnya. Menurut Piaget, perkembangan
kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu proses yang didasarkan atas
mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf. Dengan makin bertambahnya umur
seseorang, maka makin komplekslah susunan sel syarafnya dan makin meningkat pula
kemampuannya.
Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif ini menjadi empat, yaitu:
 Tahap Sensorimotor, Tahap Sensorimotor menurut Piaget dimulai sejak umur 0-2
tahun. Pertumbuhan kemampuan anak tampak dari kegiatan motorik dan
persepsinya yang sederhana.
 Tahap Preoperasional, Piaget mengatakan tahap ini antara usia 2 - 7/8 tahun. Ciri
pokok perkembangan pada tahap ini adalah pada penggunaan symbol atau bahasa
tanda, dan mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif.
 Tahap Operasional Konkret, Tahap ini berlangsung pada usia 7 atau 8-11 atau 12
tahun. Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mulai
menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis, dan ditandai adanya reversible
dan kekekalan.
 Tahap Operasional Formal, Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak
sudah mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola berpikir
"kemungkinan". Pada tahap ini kondisi berpikir anak sudah dapat bekerja secara
efektif dan sistematis
B. Teori Perkembangan Belajar Sosial Bandura
Teori belajar sosial dikembangkan oleh bandura, yang menyatakan bahwa orang belajar
dari satu sama lain, melalui pengamatan, peniruan, dan modeling. Kemudian akan
diterapkan/ditiru. Penerapan akan diulangi jika mendapat penghargaan. Dan tidak akan
diulangi jika mendapat hukuman. Teori pembelajaran sosial menekankan pada beberapa
aspek yaitu:
 Observational Learning (belajar dari hasil pengamatan) atau modeling. Yaitu
belajar dengan menggunakan model atau secara langsung.
 Self-regulation (regulasi diri). Yaitu pengaturan diri, dengan cara mengontrol
tingkah laku kita sendiri.
 Self-efficacy (Efikasi diri) Efikasi diri adalah sejauh mana kita mampu mencapai
sesuatu. Efikasi diri tumbuh dari keberhasilan-keberhasilan yang pernah dilakukan.
 Reciprocal Determinism (Faktor-faktor Hubungan Timbal Balik) Kepribadian
dianggap sebagai interaksi antara tiga komponen, yaitu: lingkungan, perilaku, dan
proses psikologis seseorang.
 Vicarious Reinforcement Vicarious reinforcement yaitu menandai ketika pengamat
meningkatkan perilaku terhadap sesuatu yang pernah ia lihat dari orang lain. Akibat
positif pengamatan yaitu bisa membantu memperbaiki perilaku yang kurang baik.
C. Teori Perkembangan Belajar Perseptual Vygotsky
Teori Vygotsky menentang gagasan-gagasan Piaget tentang bahasa dan pemikiran.
Vygotsky menyatakan bahwa bahasa, bahkan dalam bentuknya yang paling awal, adalah
berbasis sosial, sementara Piaget menekankan pada percakapan anak-anak yang bersifar
egosentris dan berorientasi nonsosial.
Vygotsky menjabarkan implikasi utama teori pembelajarannya yaitu:
 Menghendaki setting kelas kooperaif, sehingga siswa dapat saling berinteraksi dan
saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efekif dalam
masng-masing zone of proximal development mereka.
 Pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran dalam menekankan scaffolding. Jadi
teori belajar vigotsky adalah salah satu teori belajar sosial sehingga sangat sesuai
dengan model pembelajaran kooperatif karena dalam model pembelajaran
kooperatif terjadi interaktif social yaitu interaksi antara siswa dengan siswa dan
antara siswa dengan guru dalam usaha menemukan konsep-konsep danpemecahan
masalah.
D. Toeri Perkembangan Belajar Psikoanalitik Freud
Teori Freud mengenai kepribadian dapat diiktisarkan dalam rangka struktur,
dinamika dan perkembangan kepribadian.
Menurut Freud kepribadian terdiri atas tiga sistem atau aspek, yaitu:
 Id yaitu aspek biologis,
 Ego yaitu aspek psikologis,
 Super ego yaitu aspek sosiologis.
Ketiga aspek itu masing-masing mempunyai fungsi, komponen, sifat, prinsip kerja,
dinamika sendiri-sendiri, mamun ketiganya berhubungan ddengan rapatnya sehingga tidak
mungkin memisahkan pengaruhnya terhadap tingkah laku manusia, tingkah laku selalu
merupahan hasil kerjasama dari ketiga aspek itu.
E. Teori Perkembangan Belajar Psikoanalitik Erikson
Eric Erikson mengembangkan teori psikososial sebagai pengembangan teori
psikoanalisis dari Freud. Di dalam teori psikososial disebutkan bahwa tahap perkembangan
individu selama siklus hidupnya, dibentuk oleh pengaruh sosial yang berinteraksi dengan
individu yang menjadi matang secara fisik dan psikologis.
Secara umum inti dari teorinya adalah :
 Perkembangan emosional sejajar dengan pertumbuhan fisik.
 Adanya interaksi antara pertumbuhan fisik dan perkembangan psikologis.
 Adanya keteraturan yang sama antara pertumbuhan fisik dan perkembangan
psikologis.
 Dalam menuju kedewasaan, perkembangan psikologis, biologis, dan sosial akan
menyatu.
 Pada setiap saat anak adalah gabungan dari organisme, ego, dan makhluk sosial.
 Perkembangan manusia dari sejak lahir hingga akhir hayat dibagi dalam 8 fase,
dengan tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan pada setiap fase.

MATERI III – Tugas-tugas Perkembangan Belajar II


A. Ciri-ciri Belajar
Belajar adalah sebuah proses yang didalamnya terdapat sistem yang saling berkaitan.
Belajar mengubah seseorang tidak tahu menjadi tahu, selalu terjadi perubahan dalam diri
seseorang setelah melakukan proses pembelajaran.
ada beberapa ciri belajar, sebagai berikut :
 Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change behavior). Ini
berarti, bahwa hasil dari belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku, yaitu adanya
perubahan tingkah laku, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi
terampil. Tanpa mengamati tingkah laku hasil belajar, kita tidak akan dapat
mengetahui ada tidaknya hasil belajar;
 Perubahan perilaku relative permanent. Ini berarti, bahwa perubahan tingkah laku
yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak berubah-
rubah. Tetapi, perubahan tingkah laku tersebut tidak akan terpancang seumur
hidup;
 Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses belajar
sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial;
 Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman;
 Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan. Sesuatu yang memperkuat
itu akan memberikan semangat atau dorongan untuk mengubah tingkah laku
B. Jenis-Jenis Belajar
Manusia memiliki beragam potensi, karakter dan kebutuhan dalam melaksanakan proses
belajar. Karena itu banyak jenis-jenis belajar yang dapat dilakukan oleh manusia. Jenis-
jenis belajar dilihat dari prosesnya dibagi menjadi 8 jenis, yaitu :
 Belajar signal yaitu memberikan reaksi terhadap perangsang;
 Belajar mereaksi perangsang melalui penguatan yaitu memberikan reaksi yang
berulang-ulang manakala terjadi reinforcement atau penguatan;
 Belajar membentuk rangkaian yaitu belajar menghubung-hubungkan
gejala/faktor/yang satu dengan yang lain, sehingga manjadi satu kesatuan
(rangkaian) yang berarti;
 Belajar asosiasi verbal yaitu memberikan reaksi dalam bentuk kata-kata, bahasa,
terhadap perangsang yang diterimanya;
 Belajar memberikan hal yang majemuk yaitu memberikan reaksi yang berbeda
terhadap perangsang yang hampir sama sifatnya;
 Belajar konsep yaitu menempatkan obyek menjadi satu klasifikasi tertentu;
 Belajar kaidah atau belajar prinsip yaitu menghubung-hubungkan beberapa konsep;
 Belajar memecahkan masalah yaitu menggabungkan beberapa kaidah atau prinsip,
untuk memecahkan persoalan.
C. Aktivitas-Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar merupakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa yang
berhubungan dengan materi pembelajaran. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas,
tanpa aktivitas proses bejar tidak mungkin berlangsung dengan baik. Aktivitas belajar yang
dimaksud adalah aktivitas menurut jenisnya yaitu aktivitas lisan, aktivitas menulis yaitu
menulis laporan dan gagasan dan aktivitas motorik.
Paul D Dledrich membagi aktivitas belajar dalam delapan kelompok yaitu:
 Visual activities seperti membaca, memperhatikan, menggambarkan, mengamati
eksperimen, mengamati eksperimen, mengamati demonstrasi.
 Oral activities seperti bertanya, mengemukakan pendapat, member salam,
wawancara, diskusi dan lain-lain.
 Listening activities seperti mendengarkan uraian, percakapan atau diskusi
kelompok.
 Writing activities seperti menulis cerita, laporan, karangan dan lain-lain.
 Drawing activies seperti menggambarkan, membuat gravik, membuat peta,
membuat diagram dan lain-lain.
 Motor activites seperti melakukan percobaan membuat kontraksi, membuat model
dan lain lain.
 Mental activities seperti mengingatkan, memecahkan masah, menganalisis
factorfaktor, membuat keputusan dan lain-lain
 Emotional activities seperti menaruh minat, merasa bosan, berani, tenang, gugup
dan lain-lain
D. Aspek-Aspek Perkembangan dalam Layanan Bimbingan dan Konseling Belajar di
Satuan Pendidikan (SD,SMP dan SMA)
Layanan Bimbingan dan Konseling Belajar di satuan pendidikan (SD, SMP dan SMA)
mencakup sepuluh aspek perkembangan untuk tingkat SD dan SMP dan sebelas aspek
perkembangan untuk SLTA dan PT, Kesebelas aspek perkembangan tersebut adalah:
 Landasan Hidup Religius;
 Landasan Perilaku Etis;
 Kamatangan Emosi;
 Kematangan Intelektual;
 Kesadaran Tanggung Jawab Sosial;
 Kesadaran Gender;
 Pengembangan Diri;
 Perilaku Kewirausahaan (Kemandirian Perilaku Ekonomis);
 Wawasan dan Kesiapan Karier;
 Kematangan Hubungan dengan teman sebaya;
 Kesiapan diri untuk menikah dan berkeluarga (Hanya untuk SLTA dan PT)
Masing-masing aspek perkembangan memiliki tiga dimensi tujuan, yaitu:
 Pengenalan/penyadaran (memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang aspek
dan tugas perkembangan yang harus dikuasai);
 Akomodasi (memperoleh pemaknaan dan internalisasi atas aspek dan tugas
perkembangan yang harus dikuasai) dan
 Tindakan (perilaku nyata dalam kehidupan sehari-hari dari aspek dan tugas
perkembangan yang harus dikuasai).

MATERI IV – Permasalahan dalam Belajar

A. Masalah Belajar Bagi Siswa Berkebutuhan Khusus


Anak yang mempunyai kebutuhan khusus baik yang bersifat temporer maupun
permanen akan berdampak langsung kepada proses belajar, dalam bentuk hambatan untuk
melakukan kegiatan belajar (barrier to learning and development).
Misalnya, kesulitan atau gangguan belajar ABK yang disebabkan akibat gangguan
penglihatan (tunanetra), gangguan pendengaran dan bicara (tunarungu/wicara), kelainan
kecerdasan (tunagrahita giffted dan genius), gangguan anggota gerak (tunadaksa),
gangguan perilaku dan emosi (tunalaras), lamban belajar (slow learner), autis, atau
ADHD akan berdampak terhadap proses pembelajaran sesuai dengan tingkat kesulitannya.
Anak yang mengalami learning disabilities (LD) atau Specific Learning
Diificulties (SLD) secara umum dapat diartikan suatu kesulitan belajar pada anak yang
ditandai oleh ketidakmampuan dalam mengikuti pelajaran sebagaimana mestinya dan
berdampak pada hasil akademiknya.
Anak LD atau SLD adalah masalah belajar primer yang disebabkan karena adanya
defisit atau kekurangan fungsi dalam satu atau lebih area inteligensi. Penyebabnya
gangguan neurologis dan genetik. Istilah LD atau SLD hanya dikenakan pada anak-anak
yang mempunyai inteligensia normal hingga tinggi. Gangguan ini merupakan gangguan
yang kasat mata, berupa kesalahan dalam hal membaca (disleksia), menulis (disgrafia),
dan berhitung (diskalkulia). Kesalahan yang terjadi akan selalu dalam kesalahan sama
secara terus menerus, dan dibawa seumur hidup (long live disabilities).
B. Cara Mengenali Karakteristik Individu yang Mengalami Kesulitan Belajar
Secara umum menurut Torey Hayden (2000) karakteristik siswa berkebutuhan khusus
yang mengalami kesulitan belajar dapat dilihat dari hal-hal berikut.
 Banyak murid berkebutuhan khusus mengalami masalah diruang kelas;
 Murid berkebutuhan khusus sulit mengikuti instruksi;
 Beberapa murid memiliki kesulitan untuk berusaha menyelesaikan tugas secara
konsisten;
 Tugas yang rumit memunculkan masalah beberapa murid berkebutuhan khusus;
 Murid-murid berkebutuhan khusus kesulitan menyimpan materi-materi pelajaran di
kelas;
 Banyak murid berkebutuhan khusus yang tak bisa membaca sebaik teman-
temannya;
 Seorang murid berkebutuhan khusus mungkin kesulitan mempelajari konsep dan
proses matematis.

Secara khusus menurut Direktorat PLB (2000) karakteristik siswa yang mengalami
disleksia dapat dilihat dari hal-hal berikut:

 Perkembangan kemampuan membaca terlambat;


 Kemampuan memahami isi bacaan rendah; dan
 Kalau membaca sering banyak kesalahan.

REFERENSI

Jurnal
May Yulia dkk, Konsep Dasar BK Belajar, 2018, Universitas Sriwijaya, Indralaya
Abdur Rohim, Teori Belajar,
http://durrohiem.blogs.uny.ac.id/wpcontent/uploads/sites/1973/2015/11/TEORI-BELAJAR.pdf,
diakses Pukul 00.30, Tanggal 21 Maret 2024

Anda mungkin juga menyukai