Belajar adalah suatu proses atau upaya yang dilakukan setiap individu untuk mendapatkan
perubahan tingkah laku, baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai positif
sebagai suatu pengalaman dari berbagai materi yang telah dipelajari. Definisi belajar dapat juga
diartikan sebagai segala aktivitas psikis yang dilakukan oleh setiap individu sehingga tingkah
lakunya berbeda antara sebelum dan sesudah belajar. Perubahan tingkah laku atau tanggapan
karena adanya pengalaman baru, memiliki kepandaian/ ilmu setelah belajar, dan aktivitas
berlatih.
2. Bagaimana belajar dilihat dari beberapa sudut pandang teori belajar (Behaviorisme,
sosial-cognitivism, constructivisme)?
Teori belajar Behaviorism Belajar dalam pendekatan behaviorisme tidak terlepas dari
stimulus yang sudah dibuat oleh guru agar siswa mampu mengulangi atau berperilaku sesuai
dengan yang diharapkan oleh guru. Pemberian stimulus berulang sehingga terjadi pembiasaan,
dilakukan kepada peserta didik tentu saja harus sesuai dengan tujuan pembelajaran. Adanya
stimulus sesungguhnya menjadi sebuah perangkat keras agar proses dan hasil belajar bisa
dikembangkan sedemikian rupa namun tetap berada dalam konteks tujuan pembelajaran. Berikut
ini merupakan contoh penerapan teori belajar behavioristik dalam proses pembelajaran di kelas
antara lain: 1. Guru harus menyusun materi atau bahan ajar secara lengkap. Dimulai dari materi
sederhana sampai kompleks. 2. Guru lebih banyak memberikan contoh berupa instruksi selama
mengajar. 3. Saat guru melihat ada kesalahan, baik pada materi maupun pada siswa maka guru
akan segera diperbaiki. 4. Guru memberikan banyak drilling dan latihan agar terbentuk perilaku
atau pembiasaan seperti yang diinginkan. 5. Evaluasi berdasarkan perilaku yang terlihat. 6. Guru
dituntut memiliki kemampuan memberikan penguatan (reinforcement), baik dari sisi positif dan
negatif.
Menurut Schunk (dalam Susanto 2006), Regulasi adalah kemampuan untuk mengontrol diri
sendiri. Regulasi diri merupakan penggunaan suatu proses yang mengaktivitasi pemikiran,
perilaku, dan perasaan yang terus menerus dalam upaya untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Individu melakukan regulasi diri dengan mengamati, mempertimbangkan, memberi,
ganjaran atau hukuman terhadap dirinya sendiri (Hendri, 2008). Sistem pengaturan diri ini
berupa standar-standar bagi tingkah laku seseorang dan mengamati kemampuan diri sendiri,
menilai diri sendiri dan memberikan respon terhadap diri sendiri (Mahmud, 1990).
4. Paradigma personal peserta didik (growth mindset dan fixed mindset)
Fixed dan growth mindset adalah pola pikir yang sebenarnya sangat berbeda atau dapat
dikatakan berseberangan. Jadi keduanya memang tidak bisa disamakan dan memang banyak
orang dengan pola pikir berbeda.Fixed Mindset dan Ciri-Cirinya
Fixed Mindset merupakan pola pikir tetap, statis, stagnan dan ajeg sebagai sesuatu yang konstan
dalam diri seseorang dan dianggap sebagai sesuatu yang tidak bisa dikembangkan atau dirubah
sama sekali. Jadi apapun yang ada dalam dirinya baik kecerdasan atau bakat lainnya sangat
mustahil untuk dikembangkan dan merasa cukup. Sehingga mencapai kesuksesan juga tidak
mungkin dan perjuangannya berhenti sampai disitu saja. Orang-orang dengan pola pikir yang
berkembang (growth mindset) akan senantiasa menjaga disiplin dan fokus pada upaya
mengembangkan kebiasaan baik, belajar secara terus menerus dan mencapai kemajuan lebih baik