Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap menjadi bersikap benar, dari tidak terampil menjadi terampil melakukan sesuatu. Belajar tidak hanya sekedar memetakan pengetahuan atau informasi yang disampaikan. Namun bagaimana melibatkan individu secara aktif membuat atau pun merevisi hasil belajar yang diterimanya menjadi suatu pengalaman yang bermanfaat bagi pribadinya. Pembelajaran merupakan suatu sistem yang membantu individu belajar dan berinteraksi dengan sumber belajar dan lingkungan.
2. Bagaimana belajar dilihat dari beberapa sudut pandang teori belajar (behaviorism,
social-cognitivism, constructivism) Menurut teori behavioristik, seseorang akan dianggap telah belajar ketika sudah menunjukkan perubahan perilaku setelah mengalami proses pembelajaran. Jadi, belajar dapat diartikan sebagai stimulus dan respon. Input merupakan stimulus dan output adalah respon yang dihasilkan dari stimulus yang diberikan.
Teori kognitif mempercayai bahwa perilaku seseorang dapat ditentukan oleh
persepsi dan pemahamannya dalam melihat situasi yang berhubungan dengan tujuan proses belajar mengajar. Teori ini juga percaya bahwa belajar itu dihasilkan dari proses persepsi kemudian membentuk hubungan antara pengalaman yang baru dan pengalaman yang sudah tersimpan di dalam dirinya. Proses pembelajaran yang berkiblat pada teori kognitif tidak hanya beroperasi secara terpisah-pisah, tetapi melalui proses yang mengalir dan menyeluruh. Hal yang sangat ditekankan dalam teori belajar kognitif adalah proses dari belajar bukan hasil belajar.
Dalam teori belajar Kontruktivisme ditekankan bahwa seseorang yang belajar
memiliki tujuan untuk menemukan bakatnya, menambah pengetahuan atau teknologi, dan lain-lain yang dibutuhkan untuk mengembangkan dirinya. Dari pengalaman-pengalaman yang telah dilewati oleh siswa, maka mereka akan memiliki hidup yang lebih dinamis dan pengetahuan akan bertambah. Dalam konteks belajar mengajar, teori belajar dan pembelajaran konstruktivisme membebaskan siswa untuk membimbing sendiri pengetahuan yang dimiliki berdasarkan pengalaman.
3. Motivasi belajar (berdasarkan kebutuhan, tujuan, emotional-interest,
keterampilan regulasi diri)
A. Motivasi belajar berdasarkan kebutuhan:
Peserta didik yang memiliki keinginan atau kebutuhan untuk mempelajari sesuatu maka mereka motivasi belajarnya akan meningkat.
B. Motivasi belajar berdasarkan tujuan:
Peserta didik yang memiliki tujuan dalam belajar misalnya ingin paham materi maka motivasi belajarnya akan meningkat. C. Motivasi belajar berdasarkan emotional Kecerdasan emosional siswa yang baik tentunya akan menciptakan atau melahirkan suasana lingkungan belajar yang baik pula, dan menjadikan hubungan siswa dengan guru lebih dekat sehingga dapat mendorong siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
D. Motivasi belajar berdasarkan keterampilan regulasi diri:
Regulasi diri sebagai proses dimana peserta didik terbiasa untuk mengaktifkan dan menggunakan pemikiran, perilaku, dan emosi kita untuk mencapai tujuan. Motivasi merupakan salah proses mencapai regulasi diri. Peserta didik yang dapat meregulasi diri sendiri akan termotivasi untuk belajar. Mereka tahu mengapa mereka belajar sehingga tindakan dan pilihan mereka memang mereka tentukan sendiri dan bukannya dikontrol orang lain.
4. Paradigma personal peserta didik (growth mindset dan fixed mindset)
Fixed mindset dan growth mindsetdigunakan untuk membantu seorang individu percaya atas kemampuan, potensi, kapasitas perilaku yang dimiliki, sehingga dapat memprediksi keberhasilan di masa mendatang.
Sedangkan fixed mindset, seseorang tidak percaya bahwa mereka dapat
mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan dan bakat mereka.