Anda di halaman 1dari 6

Nama : Tiur Merliana Ritonga

NIM : 2205037050
Rumpun : Pendidikan MIPA

Nama
MataKulia Pembelajaran Sosial Emosional
h
Review Dalam matakuliah Pembelajaran Sosial Emosional ini saya belajar mengenai beberapa hal
pengalama terkait pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran diantara
n belajar lain;
Topik 1 : Kompetensi Sosial Emosional berdasar Kerangka Collaborative for
Academic, Social, and Emotional Learning (CASEL).
Pada topik ini saya mempelajari tentang kompetensi sosial berdasarkan
kerangka CASEL. Pembelajaran sosial emosional merupakan Pembelajaran berbasis
keterampilan dalam mendidik yang dibutuhkan anak untuk dapat bertahan dalam masalah
dan memiliki kemampuan memecahkan masalah, Guru mendidik hati dan jiwa si anak
untuk menjadi lebih baik dan nyaman dalam menerima pembelajaran serta merasa
terlindungi oleh guru dalam lingkungan pembelajaran maupun lingkungan sekolah.
Dalam CASEL ini terdapat komponen-komponen yang harus guru pahami diantara lain
adalah
 Self-awareness (kesadaran diri)
Kemampuan untuk memahami emosi, pemikiran, dan nilai-nilai yang
mempengaruhi perilaku dalam berbagai situasi.
 Self-management (manajemen diri)
Kemampuan untuk mengatur emosi, pemikiran dan perilaku secara efektif pada situasi
yang berbeda
 Responsible decision making (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab)
Membuat pilihan yang tepat dan konstruktif pada situasi tertentu.
 Social awareness (kesadaran sosial)
Kemampuan memahami perspektif yang berbeda termasuk berempati terhadap
kondisi individu dengan latar belakang yang berbeda.
 Relationship skill (keterampilan sosial)
Kemampuan menjalin dan mempertahankan hubungan/relasi yang sehat dan efektif
dengan individu dari latar belakang yang berbeda.
Tujuan dari pembelajaran sosial emosional adalah supaya dapat mengenalidan mengelola
emosi, menyelesaikan masalah, mengembangkan relasisosial yang baik, dapat
berempati, membuat keputusan yang tepat dandapat bertanggung jawab. Pada
topik ini saya juga mempelajaribagaimana menyusun sebuah modul ajar atau RPP
berdasarkan dengan CASEL
Adapula Teknik yang telah saya pelajari untuk dapat mengatur social emosial
saat proses belajar mengajar adalah dengan STOP. STOP sendiri merupakan singkatan dari
;
 S = Stop (Berhenti Sejenak)
 T = Take A Breath (Ambil Nafas Sejenak)
 O = Observasi
 P = Proceed (Lanjutkan)

Topik 2 : Peran Guru sebagai Teladan Pembelajaran Keterampilan Sosial emosional


(CASEL)
Dalam mempelajari topik 2 ini, saya menyadari bahwa peran guru dalam
pembelajaran sosial emosional sangatlah penting untuk peserta didik. Novick,
Kress, & Elias (2002), menjelaskan bahwa ada tiga hal yang harus guru lakukan sebagai
pendidik dan agen perubahan:
1. Kepedulian (caring relationship) sebagai dasar pembelajaran Selama pembelajaran,
hubungan antara peserta didik dengan guru, mentor, instruktur adalah hal yang
penting. Hubungan ini akan membuat peserta didik bisa mengeksplorasi, berani
bertanya, mengemukakan pendapat bahkan mengekpresikan diri.
2. Emosi mempengaruhi suasana belajar dan bagaimana pembelajaran dapat diterima
peserta didik. Peserta didik yang belajar dengan situasi yang menyenangkan,
merasakan lingkungan kelas yang menyenangkan dan kondusif akan cenderung bisa
menikmati kelasnya,
3. Tujuan yang mau dicapai dan pemecahan masalah mengarahkan individu (guru atau
peserta didik) dan juga memberikan motivasi/energi untuk melakukan
pembelajaran.
Adanya tujuan dan pemecahan masalah yang terjadi di kelas dan lingkungan sekolah akan
membantu guru dan peserta didik untuk mengarahkan dirinya mencapai tujuan dengan
tepat. Misalnya guru mengetahui tujuan pembelajaran dan mengetahui fungsi aktivitas
yang dilakukan, maka guru dapat menikmati proses mengajar. Begitu juga peserta
didik yang mengetahui tujuan pembelajaran dan aktivitas yang ada akan lebih
termotivasi karena mengetahui tujuan aktivitas tersebut.
Pada topik ini saya juga mempelajari tantangan atau hambatan dalam
menerapkan sosial emosional diantara lain;
 Kurangnya pemahaman dan kesadaran tentang pentingnya keterampilan sosial
dan emosional ketika di sekolah, Hal ini dikarenakan masih belum
disebarluaskannya pembelajaran sosial emosional. Sehingga langkah nyata
yang dapat sekolah lakukan adalah menyediakan pelatihan khusus bagi
pendidik dan peserta didik tentang PSE.
 Kurikulum yang padat dan keterbatasan waktu menyebabkan pendidik lebih
fokus terhadap ketuntasan penyampaian materi pembelajaran.. sehingga sedikit
pendidik yang menerapkan pembelajaran sosial emosional di kelas.
 Keterbatasan sumber daya dan kurangnya dukungan orang tua.
Setelah mempelajari Pembelajaran sosial emosional pada topik ini, ada pula program yang
saya persiapkan sebelum mengajar PSE dikelas diantara lain adalah ;
 Melakukan pemetaan kebutuhan belajar peserta didik
 Menyiapkan perangkat pembelajaran yang mengandung unsur social emosional
 Menerapkan pembelajaran sosial emosional di kelas Membangun hubungan
interpersonal yang positif kepada warga sekolah
 Melakukan evaluasi setiap kali selesai mengajar
 Menyusun rencana tindak lanjut untuk perbaikan pembelajaran sosialemosional
 Menerapkan rencana tindak lanjut pada pembelajaran berikutnya

Topik 3 : Experiential Learning.


Pada topik ini saya menyadari bahwa belajar adalah suatu proses dan bukan hanya
dilihat dari pembelajaran didalam kelas saja seperti membaca,menghafal, dan
menulis, namun pembelajaran yang didapatkan melalui pengalaman atau kegiatan
praktik secara langsung itu juga sangatlah penting dalam proses pembelajaran.
Experiential learning juga dikenal dengan learning through action or experience
adalah proses yang melibatkan konstruksi pengetahuan dimana guru sebagai agen harus
kreatif dan juga harus bisa mendorong kreativitas peserta didik. Guru juga harus bisa
memberikan materi sesuai dengan tuntutan zaman. Guru adalah fasilitator. Proses
pembelajaran ini melibatkan siklus dasar yaitu mengalami (experiencing), refleksi
diri (reflecting), berpikir (thinking), melakukan (acting). Pada experiental
learning terdapat 4 tahap yaitu concrete experience (tahap pengalaman nyata),
reflective observation (tahap observasi), abstract conceptualization (tahap
konseptualisasi) dan active experimentation (tahap implementasi).
Berdasarkan keempat tahap experiential learning, agar proses efektif, peserta
didik dituntut untuk memiliki 4 kemampuan, yaitu:
1. Dalam tahap concrete experience, peserta didik perlu memiliki kemampuan
untuk merasakan, yakni peserta didik mampu melibatkan diri secara penuh dalam
pengalaman.
2. Dalam tahap reflection observation,peserta didik perlu memiliki kemampuan
untuk mengamati, karena padatahap ini peserta didik akan melakukan
observasi dan merefleksikan pengalaman dari berbagai segi.
3. Dalam tahap abstract conceptualization,peserta didik perlu memiliki kemampuan
untuk berpikir, karena peserta didik akan menciptakan sejumlah konsep
yang mengintegrasi hasil observasinya menjadi sebuah teori.
4. Dalam tahap active experimentation,peserta didik perlu memiliki kemampuan untuk
melakukan, yakni peserta didik mampu menggunakan konsep atau teori untuk
memecahkan berbagai masalah dan mengambil sebuah keputusan.
Refleksi Fokus pada Topik 3
pengalama a. Mengapa topik ini penting untuk dipelajari?
n belajar Menurut saya topik ini penting untuk dipelajari karena pada topik ini saya menyadari
yang
bahwa belajar adalah suatu proses dan bukan hanya dilihat dari pembelajaran didalam
dipilih
kelas saja seperti membaca,menghafal, dan menulis, namun pembelajaran yang
didapatkan melalui pengalaman atau kegiatan praktik secara langsung itu juga
sangatlah penting dalam proses pembelajaran. Pada topik ini saya juga mempelajari
bagaimana seorang guru dapat menjadi fasilitator peserta didik untuk dapat
mengembangkan ide-ide kreatifnya berdasarkan pengalaman yang telah mereka ketahui
baik pengalaman yang sesudah dilakukan atau sebelum dilakukan.
b. Bagaimana saya mempelajari topik-topik yang ada pada mata kuliah Pembelajaran
Sosial Emosional?
Pada topik ini saya mempelajari dengan cara alur MERDEKA selain itu juga
menyangkut dengan pengalaman belajar saya selama mengikuti proses PPL di sekolah
mitra. Pada proses PPL, saya melaksanakan proses siklus Plan, do, dan see dimana
itu merupakan Experiential learning cycles. Dimana pada tahap concrete experience,
saya sudah memiliki kemampuan untuk melibatkan diri secara penuh saat menjadi guru
model disekolah mitra PPL tersebut. Kedua yakni pada tahap reflection
observation, saya telah mampu dan telah melaksanakan proses observasi
disekolah secara menyeluruh dan merefleksikan apa yang telah saya lalui dari berbagai
segi. Selanjutnya adalah tahap abstract conceptualization, dimana saya telah
menciptakan sejumlah konsep yang mengintegrasi hasil observasi menjadi sebuah teori
atau pemahaman. Keempat active experimentation, pada tahap ini saya telah membuat
keputusan atau action (do) dari hasil yang telah saya dapatkan dari tahap-tahap
sebelumnya seperti saya telah melaksanakan proses siklus do yaitu saya menjadi guru
model untuk mengajar dikelas.

c. Apakah strategi yang diimplementasikan dalam mempelajari topik-topik pada mata


kuliah proyek kepemimpinan II penting bagi saya? Mengapa?
Strategi yang saya implmentasikan dalam mempelajari topik ini adalah memahami
setiap teori yang disajikan. Untuk mempelajari mengenai konsep experiential learning
adalah salah satu topik yang penting untuk dipelajari sebagai seorang guru.
Analisis Berikut saya lampirkan link tautan visual artefak pembelajaran yang mendukung
artefak hasil refleksi pengalaman belajar yang telah saya buat mengenai matakuliah Pembelajaran
pembelajara sosial emosional.
n

https://drive.google.com/drive/folders/1F_lK3zV78YQAI9YzgUW3eDJS7roR66mI?
usp=sharing

Pembelajara Pembelajaran bermakna yang saya dapatkan setelah mempelajari pembelajaran


n bermakna sosial emosional adalah bahwa guru dan peserta didik memahami pentingnya
(good pembelajaran sosial emosional dalam pengembangan keterampilan sosial, emosional,
practices)
dan akademik. Mereka juga memahami bagaimana pembelajaran sosial emosional
dapat membantu mereka mengembangkan empati, hubungan interpersonal yang
positif, dan keterampilan pengambilan keputusan yang baik.
Guru dan peserta didik juga memahami bahwa PSE tidak hanya berfokus pada mengatasi
perilaku negatif, tetapi juga membantu mereka untuk memperkuat kualitas
hubungan interpersonal, membangun rasa percaya diri dan kemandirian, serta
meningkatkan keterampilan komunikasi yang efektif.
Pembelajaran bermakna lainnya adalah bahwa pembelajaran social emosional harus
dimulai dari tahap awal pendidikan yaitu dikeluarga dan terus ditingkatkan pada setiap
tingkat pendidikan, agar peserta didik dapat mengembangkan keterampilan sosial dan
emosional yang diperlukan untuk berhasil dalam kehidupan pribadi dan profesional
mereka.
Selain itu, pembelajaran sosial emosional juga membutuhkan partisipasi aktif dari
semua pihak, termasuk guru, orang tua, dan masyarakat, untuk menciptakan lingkungan
pembelajaran yang mendukung dan positif bagi semua peserta didik.
Daftar Novick, Bernard, Jeffrey S. Kress dan Maurice J. Elias (2002), Building Learning
Pustaka Communities Whith Character, How to Integrate Academic, Social, and Emotional
Learning, Association for Supervision and Curriculum Development, Alexandria,
Virginia USA

Anda mungkin juga menyukai