Anda di halaman 1dari 10

PA Kitab Surat

oleh Febyan Mirag Molle

Sifat Dasar Kitab Surat Perjanjian Baru (The New Testament Epistle)
1. Berasal dari abad I.
2. Occasional Document, yaitu dokumen yang muncul karena adanya suatu peristiwa atau problem khusus. Ini
berarti bahwa surat-surat itu disebabkan oleh suatu keadaan istimewa yang dialami pembaca atau penulis.
Biasanya keadaan itu adalah kelakuan tertentu yang perlu dikoreksi, atau kesalahan doktrinal yang harus
dibetulkan, atau kesalahpahaman yang perlu diluruskan.
Sifat Occasional inilah yang menjadi masalah utama bagi kita dalam menafsirkan surat-surat Perjanjian Baru.
Dari surat yang kita baca, kita hanya mengetahui jawaban atau solusi dari pertanyaan atau problem yang
dihadapi jemaat, tetapi kita tidak selalu mengetahui pertanyaan atau problem sesungguhnya.

Kedua sifat dasar inilah yang membuat penafsiran surat-surat Perjanjian Baru menjadi sulit. Dan karena itu harus
benar-benar diperhatikan saat mem-PA-kannya.

Bentuk Umum Surat-Surat Abad I


Surat-surat yang biasa kita tulis memiliki suatu bentuk standar (tanggal, salam, isi, penutup dan tanda tangan).
Demikian pula surat-surat abad I juga memiliki bentuk standar yang terdiri dari 3 bagian:

1. Awal Surat: (1) nama dan panggilan/jabatan penulis surat; (2) nama dan panggilan/jabatan penerima surat; (3)
salam; dan (4) ucapan syukur dan doa.

2. Isi Surat: (1) pembukaan; (2) isi pokok; dan (3) penutup atau menceritakan perjalanan atau sejenisnya.

3. Akhir Surat: (1) pesan akhir; (2) salam; dan (3) pujian dan berkat.

Langkah-Langkah Melakukan PA Kitab Surat


1. Pendekatan Kitab
2. Mem-PA-kan Perikop
(a) Lakukan Observasi, untuk menangkap pesan utama (Main Point),
dengan menggunakan 3 pertanyaan : APA, MENGAPA dan BAGAIMANA
(b) Jika diperlukan, lakukan pendalaman Observasi jika dengan melakukan :
(1) Analisa Struktur Kalimat
(2) Analisa Kata
(c) Lakukan Interpretasi
(d) Buat Aplikasi

Pendekatan Kitab
Melakukan rekonstruksi apa yang sedang terjadi (Penyelidikan Konteks Sejarah).
Bila kita mem-PA-kan suatu perikop dari I Korintus, maka kita harus menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti
berikut :

1
PA Kitab Surat
oleh Febyan Mirag Molle

Apa yang sedang terjadi di jemaat Korintus sehingga Paulus menulis surat I Korintus? Bagaimana kontak
pertamanya dengan jemaat Korintus? Bagaimana hubungan Paulus dengan jemaat? Bagaimana sikap Paulus
terhadap apa yang sedang terjadi pada jemaat Korintus?, dll.

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti itu, maka yang harus kita lakukan pada tahap ini adalah :
1. Membaca seluruh isi surat secara berulang-ulang, sambil membuat catatan tentang :
 Apa yang dinyatakan tentang penerima surat, misalnya orang Yahudi atau Yunani, kaya atau
miskin, masalah-masalah mereka, tingkah laku, dsb.
 Sikap penulis, misalnya marah, senang, bangga, menasehati, dll.
 Peristiwa atau problem khusus yang berhubungan dengan tujuan penulisan surat.
 Pembagian surat secara logis (membuat outline). Ini perlu untuk membuat batasan bagi setiap
topik-topik pembicaraan.

2. Mencari keterangan-keterangan tentang jemaat Penerima, tempat mereka berada dan segala sesuatu
yang berkaitan dengan mereka dari literatur-literatur pembantu seperti : Kamus Alkitab, Ensiklopedi
Alkitab, bagian pendahuluan The NIV Study Bible atau Commentary (Tafsiran).

Mem-PA-kan Perikop
1. Melakukan OBSERVASI
A. Observasi dengan menggunakan 3 pertanyaan :
 APA ?
 Apa yang dinyatakan penulis?
 Apa yang dinasehatkan penulis?
 Apa yang dijanjikan penulis?
 Apa yang dilarang oleh penulis?, dll.
 MENGAPA?
 Mengapa penulis menyatakan …?
 Mengapa penulis menasehatkan …?
 Mengapa penulis melarang …?, dll.
 BAGAIMANA?
 Bagaimanakah penerima surat harus melaksanakan apa yang dinasehatkan penulis?
 Bagaimanakah penulis menjabarkan apa yang ia nyatakan?
 Bagaimanakah penulis akan melaksanakan apa yang ia janjikan?, dll.

Hal-hal yang harus diperhatikan:


a. Pertanyaan pertama yang kita ajukan adalah APA?
b. Pertanyaan berikutnya yang kita ajukan :
 Bisa MENGAPA? terlebih dahulu, baru BAGAIMANA?
 Bisa BAGAIMANA? terlebih dahulu, baru MENGAPA?

2
PA Kitab Surat
oleh Febyan Mirag Molle

Sebab itu kita harus memperhatikan isi perikop dengan cermat dan kemudian mengajukan pertanyaan yang
tepat.

c. Dalam satu perkop yang kita PA-kan tidak selalu terdapat jawaban atas pertanyaan MENGAPA? dan
BAGAIMANA? sekaligus.
Terkadang hanya terdapat jawaban atas pertanyaan MENGAPA? saja, dan jawaban atas pertanyaan
BAGAIMANA? hanya bisa kita dapatkan di luar perikop. Ataupun sebaliknya, hanya jawaban atas pertanyaan
BAGAIMANA? saja yang ada, sedangkan MENGAPA? harus dicari diluar perikop.

d. Observasi dengan 3 pertanyaan ini hanyalah untuk mendapatkan pesan utama dari perikop.
Untuk mendapatkan hasil yang lebih detail/lebih dalam harus dilakukan observasi lebih lanjut.
Sebab itu, ketika mencari jawaban dari 3 pertanyaan ini, jangan masuk ke detail-detail dari perikop atau
ayat. Perhatikan point-point utamanya saja. Tinggalkan detail-detail atau bagian yang masih perlu didalami
untuk observasi lebih lanjut.

Contoh :
 Filipi 2:19-24
Apa yang Paulus nyatakan kepada jemaat Filipi?
Harapannya dalam Tuhan Yesus untuk segera mengirimkan Timotius ke Filipi (ayat 19)

Mengapa Paulus berharap segera mengirimkan Timotius ke Filipi?


Supaya hati Paulus menjadi tenang oleh kabar tentang keadaan jemaat Filipi (ayat 19b).

Mengapa Timotius yang dikirimkan ke Filipi?


Kerena tak ada seorangpun yang bersama dengan Paulus yang sehati dan sepikir dengan Timotius yang
begitu sungguh-sungguh memperhatikan kepentingan jemaat Filipi (ayat 20). Hanya Timotius yang
memperhatikan kepentingan Kristus Yesus (ayat 21). Dan karena jemaat Filipi tahu bahwa kesetiaannya
telah teruji dan bahwa ia telah menolong Paulus dalam pelayanan Injil sama seperti seorang anak menolong
bapanya (ayat 22).

Bagaimanakah Paulus hendak mengirimkan Timotius ke Filipi?


Dengan segera, sesudah Paulus tahu bagaimana jalannya perkaranya (ayat 23).

 Yakobus 2:1-13
Apa yang Yakobus larang?
Mengamalkan iman kepada Yesus Kristus dengan memandang muka (ayat 1).

3
PA Kitab Surat
oleh Febyan Mirag Molle

Bagaimanakah jemaat memandang muka?


Ketika ke dalam kumpulan mereka masuk seorang yang memakai cincin emas dan pakaian indah dan datang
juga seorang miskin dengan memakai pakaian buruk, mereka menghormati orang yang berpakaian indah itu
dan berkata kepadanya :”Silahkan tuan duduk di tempat yang baik ini!”, sedangkan kepada yang miskin itu
mereka berkata:”Berdirilah di sana!” atau:”Duduklah di lantai ini dekat tumpuan kakiku!” ; mereka telah
membuat pembedaan di dalam hati mereka dan bertindak sebagai hakim dengan pikiran yang jahat (ayat 2-
4).

Mengapa jemaat tidak boleh memandang muka?


Pertama, karena tindakan tersebut berlawanan dengan tindakan Allah yang memilih orang-orang yang
dianggap miskin oleh dunia ini untuk menjadi kaya dalam iman dan menjadi ahli waris Kerajaan yang telah
dijanjikannya kepada orang-orang yang mengasihi Dia (ayat 5), sebaliknya mereka justru menghormati
orang-orang kaya yang telah menindas dan menyeret mereka ke pengadilan, bahkan menghujat nama Kristus
(ayat 6b-7).
Kedua, karena tindakan tersebut melanggar hukum utama :”Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu
sendiri” (ayat 8-9).

B. Melakukan Pendalaman Observasi (Jika Diperlukan)


Pada tahap ini kita melakukan pendalaman terhadap hasil Observasi yang telah kita dapatkan dengan
mengajukan 3 pertanyaan tadi.
Pada tahap ini, kita berusaha menemukan jawaban yang lebih detail dengan menggunakan pertanyaan-
pertanyaan berikut : Apa maksud kata/kalimat/paragraf ini? Mengapa demikian? Apa hubungannya dengan
kata/kalimat/paragraf sebelumnya?

Pendalaman ini kita lakukan dengan :


(1) Analisa Struktur Kalimat, misalnya dengan membuat Sintaks (Diagram Menurut Tata Bahasa).
(2) Analisa Kata..

2. Melakukan INTERPRETASI
Interpretasi kita lakukan dengan menggabungkan dan menghubung-hubungkan hasil observasi kita.

Contoh : Interpretasi hasil observasi Yakobus 2:1-13 adalah sebagai berikut :


Yakobus melarang jemaat korintus memandang muka, yaitu membeda-bedakan orang berdasarkan
penampilan fisiknya. Sebab sikap dan tindakan mereka itu bertentang dengan sikap dan tindakan Allah,
sebaliknya mereka telah bersikap dan bertindak sama seperti orang-orang kaya yang telah menindas
mereka. Dan itu adalah dosa, melanggar hukum “Kasihilah sesamamu manusia”.

3. Membuat APLIKASI
Dalam tahap ini kita mencari apa arti teks tersebut bagi kita? Apa yang bisa kita terapkan sekarang?

4
PA Kitab Surat
oleh Febyan Mirag Molle

Hal-Hal yang Perlu Dilakukan dan Diperhatikan dalam Melakukan Analisis Kata/Kalimat/Paragraf :
1. Membuat Sintaks (Diagram Menurut Tata Bahasa) :
Banyak bagian Alkitab, terutama yang berbentuk surat, memakai kalimat-kalimat yang panjang dan sukar
dimengerti. Contohnya Efesus 1:3-14, dalam bahasa aslinya merupakan satu kalimat yang terdiri dari 202 kata;
Roma 1:1-7 juga merupakan satu kalimat panjang yang terdiri dari 93 kata.
Oleh sebab itu kita menggunakan satu metode untuk menganalisa kalimat panjang, yaitu membuat Diagram
Menurut Tata Bahasa atau Sintaks dari kalimat tersebut.
Dengan membuat sintaks kita mudah mengerti mana kalimat inti dan mana kalimat penjelas. Dan dengan
demikian bisa terhindar dari kesalahan penafsiran yang disebabkan oleh kesalahan dalam melihat hubungan
antar kata/kalimat.
Untuk membuat sintaks, kita harus mengerti mana pokok utama dari kalimat panjang itu (Induk kalimat)
dan mana yang menjadi hal-hal sekunder (Anak Kalimat, Ungkapan, dll.).

Langkah pertama untuk membuat sintaks adalah mencari pokok kalimat.


Contoh dari Yakobus 1:12. Pokok kalimatnya adalah “Berbahagialah orang”.
Maka sintaksnya dimulai dengan pokok yang ditulis pada awal satu baris utama, seperti di bawah ini :
Berbahagialah orang

Langkah kedua, anak kalimat, ungkapan dan hal-hal lain ditulis di bawah baris utama dengan posisi menjorok
masuk ke dalam, seperti berikut :
Berbahagialah orang
yang bertahan dalam pencobaan,

Ungkapan “yang bertahan” memberi keterangan tentang orang. Kata “yang” adalah penghubung dan kata
“bertahan” adalah kata keterangan.
Sedangkan “dalam pencobaan” merupakan ungkapan yang menerangkan “bertahan” karena ungkapan ini
menjelaskan situasi/kondisi di mana orang harus “bertahan”. Kata “pencobaan” adalah kata keterangan dan
kata “dalam” adalah kata penghubung.

Diagram di atas adalah diagram sistem kasar. Kita bisa membuat diagram sistem murni untuk bisa
melakukan analisis yang lebih detail, seperti di bawah ini :
Berbahagialah orang
yang
bertahan
dalam
pencobaan,

5
PA Kitab Surat
oleh Febyan Mirag Molle

Bila kita lanjutkan, maka diagram lengkapnya adalah :


Berbahagialah orang
yang bertahan dalam pencobaan,

sebab

apabila ia sudah tahan uji

ia akan menerima mahkota kehidupan

yang dijanjikan Allah

kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.


Contoh dari 2 Timotius 3:16-17 (NIV) :
All Scripture

is Godbreathed

and is usefull

for teaching, rebuking, correcting, and training

in righteousness,
so that

the man of God

may be thoroughly equipped

for every good work.

Untuk mendapatkan hasil yang baik, sebaiknya pembagian kalimat dibuat tidak lebih dari 6 kata.

2. Berpikir secara Paragraf :


Mencari point utama dari setiap paragraf (baik yang di dalam perikop maupun yang ada sebelum dan sesudah
perikop), dan hubungan dari setiap paragraf tersebut, sehingga kita bisa memahami alur argumen yang
disampaikan penulis.
Dalam berpikir secara paragraf, ada 3 hal yang harus dilakukan :
(1) Secara singkat dan padat nyatakan isi dari tiap paragraf.
(2) Dalam 1 atau 2 kalimat, coba jelaskan mengapa penulis menyatakan hal tersebut dalam paragraf itu.
(3) Setelah tiap paragraf diketahui point utamanya, cari hubungan antar paragraf.

6
PA Kitab Surat
oleh Febyan Mirag Molle

3. Ingatlah : Tidak semua kata atau ungkapan merupakan kata kunci yang harus diselidiki dengan intensif!
Pikirkanlah dengan cermat, kata/ungkapan mana yang akan diselidiki lebih dalam.
Sebagai patokan, yang perlu dianalisa secara mendalam adalah :
(1) Kata/ungkapan yang tidak/kurang kita mengerti.
(2) Kata/ungkapan yang mengandung makna teologis.
(3) Kata/ungkapan yang diberi penekanan khusus oleh penulis (biasanya dengan cara pengulangan,
membandingkan, mempertentangkan, memberikan proporsi ruang yang lebih besar atau mempergunakan
kata-kata khusus).
Contoh :
 Dalam I Korintus 1-3, ada 26 kata “hikmat”, maka perlu diselidiki “hikmat” apa yang dimaksudkan
penulis, mengapa itu menjadi sorotannya, dll.
 Dalam I Korintus 3:10, Paulus menyebutkan dirinya sebagai “seorang ahli bangunan yang cakap”.
Dalam RSV diterjemahkan sebagai “an expert master builder”, dan di NIV “an expert builder”. Jelas
bahwa penulis mempergunakan kata khusus, jadi perlu dianalisis secara mendalam.

Berdoalah senantiasa; minta Tuhan menunjukkan kata/kalimat mana yang perlu kita selidiki secara mendalam.

4. Analisis harus dilakukan sesuai dengan konteksnya.


Sebab itu perhatikanlah selalu hubungan antar kata, kalimat, paragraf, pasal dan kitabnya berdasarkan
konteksnya. Sebuah kata bisa memiliki makna yang berbeda-beda pada konteks yang berbeda. Dan walaupun
sebuah kata dapat memiliki beberapa pengertian, pada umumnya penulis hanya ingin menyampaikan satu
maksud saja.
Jadi, jangan melakukan analisis secara terpisah dari konteksnya.
Contoh :
 Dalam menafsirkan “kawan sekerja Allah” di I Korintus 3:9, kita harus memperhatikan kalimat “Jadi,
apakah Apolos? Apakah Paulus? Pelayan-pelayan Tuhan yang…” di ayat 5.

 Dalam menginterpretasikan “rahasia Allah” dalam I Korintus 4:1, harus dilakukan dengan memperhatikan
2:7 karena di sana terdapat keterangan tentang hal tersebut. Demikian pula dalam menyelidiki kata atau
kalimat lainnya di pasal 4 tersebut, harus memperhatikan 1:10-3:23, karena pasal 1-4 membahas satu
pokok yang sama.

 Ibrani 1:1 tidak dapat dianalisis secara terpisah dari ayat ke 2. Sebab menurut LAI, kalimat di ayat itu baru
selesai pada ayat 2. Bahkan jika melihat bahasa Yunaninya, kalimat itu baru akan selesai pada ayat ke 4,
sehingga harus dilakukan analisis hingga sampai ayat 4.

7
PA Kitab Surat
oleh Febyan Mirag Molle

5. Sebuah kata harus ditafsirkan berdasarkan konotasi zamannya. Demikian pula suatu ungkapan.
Contoh :
 I Timotius 4:12 : “Janganlah seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda.”
Dari kata “muda” tersebut tidak bisa serta merta ditafsirkan bahwa Timotius adalah seorang pemuda yang
berumur belasan atau duapuluhan seperti pengertian zaman ini.
Itu karena kata yunaninya, “neotes”, dapat mengindikasikan usia hingga sampai 40 tahun, dan umumnya
digunakan untuk menunjukkan usia dimana seseorang sedang berada pada puncak kekuatan dan
kematangannya, serta merupakan usia untuk mengikuti wajib militer.
Berdasarkan itu, beberapa ahli berpendapat bahwa usia Timotius adalah sekitar 30 tahun. Pada zaman itu,
posisi sebagai gembala jemaat tidak biasa dipegang oleh orang semuda itu, sehingga tampaknya ada orang-
orang yang mempertanyakan usia Timotius.

 Ungkapan “membagi segala sesuatu yang ada padanya” (NIV: share all good things) dalam Galatia 6:6
merupakan suatu ungkapan yang berarti memberikan bantuan keuangan. Dalam ayat tersebut, Paulus
menggunakannya untuk menasehatkan jemaat Galatia agar memberikan bantuan keuangan bagi guru-guru
rohani mereka, yang kemungkinan adalah beberapa orang dari jemaat Yerusalem yang saat itu sedang
mengalami kemiskinan.

6. Perhatikan surat lain yang berhubungan erat, yaitu surat-surat yang ditulis oleh penulis yang sama atau ditulis
pada masa yang dekat.

7. Perhatikan kronologi surat-surat Perjanjian Baru dan peristiwa yang dicantumkan di dalamnya.

8. Untuk membantu memahami dengan lebih baik lagi argumen-argumen yang disajikan penulis, adalah perlu
bagi kita untuk juga mempelajari latar belakang penulis dan ajaran-ajarannya, khususnya menyangkut topik
yang dibahas.

9. Lakukanlah integrasi :
Setelah selesai melakukan analisis kata, kalimat dan parafgraf, kita harus mengintegrasikan data-data hasil
analisis menjadi suatu tafsiran yang utuh, jelas, tepat dan mudah dimengerti. Jangan biarkan hasil penyelidikan
kita hanya sekedar menjadi tumpukan data yang tidak jelas apa hubungan dan maknanya.
Melakukan integrasi bukan berarti membuat suatu laporan yang mencantumkan semua data hasil
penyelidikan. Kita harus memilih, menyusun, menguraikan dan menuliskannya menjadi suatu tafsiran yang
utuh, jelas, tepat dan mudah dimengerti.
Untuk membantu, bandingkan dengan beberapa commentary (tafsiran) yang baik. Tetapi ingatlah bahwa
buku tafsiran adalah buku penolong bukan buku pedoman. Jangan jadikan tafsiran anda hanya sekedar
kumpulan kutipan-kutipan dari buku-buku tafsiran.

8
PA Kitab Surat
oleh Febyan Mirag Molle

Aturan Dasar dalam Membuat Aplikasi :


1. Sebuah teks tidak mungkin mengandung arti di luar arti yang sesungguhnya diinginkan penulis bagi
penerimanya.
Contohnya, Filipi 1:27-30 :
Bila kita analisis dengan seksama, maka kita dapati bahwa “hidup berpadanan dengan Injil Kristus” yang
Paulus perintahkan bagi jemaat memiliki arti bahwa mereka harus bersatu dan berani berjuang bagi iman yang
timbul dari berita Injil, dan untuk itu mereka harus berani menderita bagi Injil.
Maka arti teks itu bagi kita tidak mungkin berada di luar arti tersebut; kita harus berani berjuang dan menderita
demi Injil. Sama sekali salah bila kita menafsirkan bahwa “hidup berpadanan dengan Injil Kristus” di luar arti
tersebut, misalnya kita harus berjuang melawan kedagingan kita tanpa ada kaitannya dengan pemberitaan Injil.

2. Bila kita mendapatkan suatu perkara atau situasi kehidupan yang spesifik pada penerima surat, dan
perkara atau situasi itu sebanding dengan perkara atau situasi kita, maka arti firman Tuhan kepada kita
adalah sama dengan arti firman tersebut bagi mereka.
Contoh Kolose 3: 5, 12 :
“…matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat
dan juga keserakahan…”
“Kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemah-lembutan dan kesabaran.”

3. Bila kita mendapatkan suatu perkara atau situasi dalam surat yang tidak sebanding dengan perkara atau
situasi yang kita hadapi, maka ada 2 hal yang harus dilakukan :
(1) Melakukan eksegesis dengan teliti, sehingga kita mendapatkan suatu prinsip yang dinyatakan dalam teks,
yang akan mengatasi kekhususan sejarah di mana prinsip itu diterapkan.
Dan prinsip tersebut juga dinyatakan/didukung oleh bagian-bagian lain Alkitab.
(2) Kemudian terapkan prinsip tersebut pada situasi-situasi yang benar-benar sebanding.
Contoh :
 Bila menyelidiki I Korintus 9:1-27, akan kita dapati bahwa para rasul berhak menerima upah dalam
pelayanan pemberitaan Injil. Memang saat ini kita tidak lagi mempunyai rasul yang hidup di antara kita.
Tetapi prinsip bahwa mereka yang memberitakan Injil harus hidup dari pemberitaan itu (ayat 14), bisa
diterapkan pada pemberita Injil atau pelayan firman masa kini. Bagian-bagian lain Alkitabpun mendukung
hal ini (misalnya I Tim 5:17-18).
 Bila membaca I Timotius 2:11-12, akan kita dapati bahwa Paulus melarang perempuan mengajar dan
memerintah laki-laki. Apakah makna ayat-ayat ini bagi kita adalah kita harus melarang perempuan
mengajar dan memerintah laki-laki?
Pembahasan kedudukan dan partisipasi perempuan dalam kehidupan dan pelayanan di jemaat Efesus
sangat mungkin ditujukan kepada para perempuan yang terlibat dalam pengajaran sesat, dan yang telah
menyalahgunakan kekuasaan dalam jemaat dengan merampas kekuasaan serta mendominasi jemaat dan
guru laki-laki di Efesus. Dan perintah ini hanya khusus diberikan bagi mereka; Paulus tidak
memerintahkan hal ini kepada perempuan-perempuan di jemaat lain. Bagi kita, prinsip yang dapat

9
PA Kitab Surat
oleh Febyan Mirag Molle

diambil dan diterapkan adalah kita haruis tunduk kepada para pemimpin rohani yang Tuhan tempatkan di
atas kita.

Daftar Pustaka :
1. Sudharma, Erick, Makalah TRAINING FOR TRAINERS PA, Bandung, 2003.
2. Fee, Gordon D., and Douglas Stuart, HOW TO READ THE BIBLE FOR ALL ITS WORTH : A Guide to
Understanding the Bible, Scripture Union, London, 1989.
3. Sutanto, Hasan, HERMENEUTIK : Prinsip dan Metode Penafsiran Alkitab, Seminari Alkitab Asia
Tenggara, Malang, 1998.
4. Christa, Marliya, PA KITAB SURAT, makalah, disampaikan dalam lokakarya PA Kitab Surat POSA
FMIPA UI, 21 Maret 1996.
5. Fisher, Don L., PRA HERMENEUTIK, Gandum Mas, Malang, 2001.

10

Anda mungkin juga menyukai