Sifat Dasar Kitab Surat Perjanjian Baru (The New Testament Epistle)
1. Berasal dari abad I.
2. Occasional Document, yaitu dokumen yang muncul karena adanya suatu peristiwa atau problem khusus. Ini
berarti bahwa surat-surat itu disebabkan oleh suatu keadaan istimewa yang dialami pembaca atau penulis.
Biasanya keadaan itu adalah kelakuan tertentu yang perlu dikoreksi, atau kesalahan doktrinal yang harus
dibetulkan, atau kesalahpahaman yang perlu diluruskan.
Sifat Occasional inilah yang menjadi masalah utama bagi kita dalam menafsirkan surat-surat Perjanjian Baru.
Dari surat yang kita baca, kita hanya mengetahui jawaban atau solusi dari pertanyaan atau problem yang
dihadapi jemaat, tetapi kita tidak selalu mengetahui pertanyaan atau problem sesungguhnya.
Kedua sifat dasar inilah yang membuat penafsiran surat-surat Perjanjian Baru menjadi sulit. Dan karena itu harus
benar-benar diperhatikan saat mem-PA-kannya.
1. Awal Surat: (1) nama dan panggilan/jabatan penulis surat; (2) nama dan panggilan/jabatan penerima surat; (3)
salam; dan (4) ucapan syukur dan doa.
2. Isi Surat: (1) pembukaan; (2) isi pokok; dan (3) penutup atau menceritakan perjalanan atau sejenisnya.
3. Akhir Surat: (1) pesan akhir; (2) salam; dan (3) pujian dan berkat.
Pendekatan Kitab
Melakukan rekonstruksi apa yang sedang terjadi (Penyelidikan Konteks Sejarah).
Bila kita mem-PA-kan suatu perikop dari I Korintus, maka kita harus menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti
berikut :
1
PA Kitab Surat
oleh Febyan Mirag Molle
Apa yang sedang terjadi di jemaat Korintus sehingga Paulus menulis surat I Korintus? Bagaimana kontak
pertamanya dengan jemaat Korintus? Bagaimana hubungan Paulus dengan jemaat? Bagaimana sikap Paulus
terhadap apa yang sedang terjadi pada jemaat Korintus?, dll.
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti itu, maka yang harus kita lakukan pada tahap ini adalah :
1. Membaca seluruh isi surat secara berulang-ulang, sambil membuat catatan tentang :
Apa yang dinyatakan tentang penerima surat, misalnya orang Yahudi atau Yunani, kaya atau
miskin, masalah-masalah mereka, tingkah laku, dsb.
Sikap penulis, misalnya marah, senang, bangga, menasehati, dll.
Peristiwa atau problem khusus yang berhubungan dengan tujuan penulisan surat.
Pembagian surat secara logis (membuat outline). Ini perlu untuk membuat batasan bagi setiap
topik-topik pembicaraan.
2. Mencari keterangan-keterangan tentang jemaat Penerima, tempat mereka berada dan segala sesuatu
yang berkaitan dengan mereka dari literatur-literatur pembantu seperti : Kamus Alkitab, Ensiklopedi
Alkitab, bagian pendahuluan The NIV Study Bible atau Commentary (Tafsiran).
Mem-PA-kan Perikop
1. Melakukan OBSERVASI
A. Observasi dengan menggunakan 3 pertanyaan :
APA ?
Apa yang dinyatakan penulis?
Apa yang dinasehatkan penulis?
Apa yang dijanjikan penulis?
Apa yang dilarang oleh penulis?, dll.
MENGAPA?
Mengapa penulis menyatakan …?
Mengapa penulis menasehatkan …?
Mengapa penulis melarang …?, dll.
BAGAIMANA?
Bagaimanakah penerima surat harus melaksanakan apa yang dinasehatkan penulis?
Bagaimanakah penulis menjabarkan apa yang ia nyatakan?
Bagaimanakah penulis akan melaksanakan apa yang ia janjikan?, dll.
2
PA Kitab Surat
oleh Febyan Mirag Molle
Sebab itu kita harus memperhatikan isi perikop dengan cermat dan kemudian mengajukan pertanyaan yang
tepat.
c. Dalam satu perkop yang kita PA-kan tidak selalu terdapat jawaban atas pertanyaan MENGAPA? dan
BAGAIMANA? sekaligus.
Terkadang hanya terdapat jawaban atas pertanyaan MENGAPA? saja, dan jawaban atas pertanyaan
BAGAIMANA? hanya bisa kita dapatkan di luar perikop. Ataupun sebaliknya, hanya jawaban atas pertanyaan
BAGAIMANA? saja yang ada, sedangkan MENGAPA? harus dicari diluar perikop.
d. Observasi dengan 3 pertanyaan ini hanyalah untuk mendapatkan pesan utama dari perikop.
Untuk mendapatkan hasil yang lebih detail/lebih dalam harus dilakukan observasi lebih lanjut.
Sebab itu, ketika mencari jawaban dari 3 pertanyaan ini, jangan masuk ke detail-detail dari perikop atau
ayat. Perhatikan point-point utamanya saja. Tinggalkan detail-detail atau bagian yang masih perlu didalami
untuk observasi lebih lanjut.
Contoh :
Filipi 2:19-24
Apa yang Paulus nyatakan kepada jemaat Filipi?
Harapannya dalam Tuhan Yesus untuk segera mengirimkan Timotius ke Filipi (ayat 19)
Yakobus 2:1-13
Apa yang Yakobus larang?
Mengamalkan iman kepada Yesus Kristus dengan memandang muka (ayat 1).
3
PA Kitab Surat
oleh Febyan Mirag Molle
2. Melakukan INTERPRETASI
Interpretasi kita lakukan dengan menggabungkan dan menghubung-hubungkan hasil observasi kita.
3. Membuat APLIKASI
Dalam tahap ini kita mencari apa arti teks tersebut bagi kita? Apa yang bisa kita terapkan sekarang?
4
PA Kitab Surat
oleh Febyan Mirag Molle
Hal-Hal yang Perlu Dilakukan dan Diperhatikan dalam Melakukan Analisis Kata/Kalimat/Paragraf :
1. Membuat Sintaks (Diagram Menurut Tata Bahasa) :
Banyak bagian Alkitab, terutama yang berbentuk surat, memakai kalimat-kalimat yang panjang dan sukar
dimengerti. Contohnya Efesus 1:3-14, dalam bahasa aslinya merupakan satu kalimat yang terdiri dari 202 kata;
Roma 1:1-7 juga merupakan satu kalimat panjang yang terdiri dari 93 kata.
Oleh sebab itu kita menggunakan satu metode untuk menganalisa kalimat panjang, yaitu membuat Diagram
Menurut Tata Bahasa atau Sintaks dari kalimat tersebut.
Dengan membuat sintaks kita mudah mengerti mana kalimat inti dan mana kalimat penjelas. Dan dengan
demikian bisa terhindar dari kesalahan penafsiran yang disebabkan oleh kesalahan dalam melihat hubungan
antar kata/kalimat.
Untuk membuat sintaks, kita harus mengerti mana pokok utama dari kalimat panjang itu (Induk kalimat)
dan mana yang menjadi hal-hal sekunder (Anak Kalimat, Ungkapan, dll.).
Langkah kedua, anak kalimat, ungkapan dan hal-hal lain ditulis di bawah baris utama dengan posisi menjorok
masuk ke dalam, seperti berikut :
Berbahagialah orang
yang bertahan dalam pencobaan,
Ungkapan “yang bertahan” memberi keterangan tentang orang. Kata “yang” adalah penghubung dan kata
“bertahan” adalah kata keterangan.
Sedangkan “dalam pencobaan” merupakan ungkapan yang menerangkan “bertahan” karena ungkapan ini
menjelaskan situasi/kondisi di mana orang harus “bertahan”. Kata “pencobaan” adalah kata keterangan dan
kata “dalam” adalah kata penghubung.
Diagram di atas adalah diagram sistem kasar. Kita bisa membuat diagram sistem murni untuk bisa
melakukan analisis yang lebih detail, seperti di bawah ini :
Berbahagialah orang
yang
bertahan
dalam
pencobaan,
5
PA Kitab Surat
oleh Febyan Mirag Molle
sebab
is Godbreathed
and is usefull
in righteousness,
so that
Untuk mendapatkan hasil yang baik, sebaiknya pembagian kalimat dibuat tidak lebih dari 6 kata.
6
PA Kitab Surat
oleh Febyan Mirag Molle
3. Ingatlah : Tidak semua kata atau ungkapan merupakan kata kunci yang harus diselidiki dengan intensif!
Pikirkanlah dengan cermat, kata/ungkapan mana yang akan diselidiki lebih dalam.
Sebagai patokan, yang perlu dianalisa secara mendalam adalah :
(1) Kata/ungkapan yang tidak/kurang kita mengerti.
(2) Kata/ungkapan yang mengandung makna teologis.
(3) Kata/ungkapan yang diberi penekanan khusus oleh penulis (biasanya dengan cara pengulangan,
membandingkan, mempertentangkan, memberikan proporsi ruang yang lebih besar atau mempergunakan
kata-kata khusus).
Contoh :
Dalam I Korintus 1-3, ada 26 kata “hikmat”, maka perlu diselidiki “hikmat” apa yang dimaksudkan
penulis, mengapa itu menjadi sorotannya, dll.
Dalam I Korintus 3:10, Paulus menyebutkan dirinya sebagai “seorang ahli bangunan yang cakap”.
Dalam RSV diterjemahkan sebagai “an expert master builder”, dan di NIV “an expert builder”. Jelas
bahwa penulis mempergunakan kata khusus, jadi perlu dianalisis secara mendalam.
Berdoalah senantiasa; minta Tuhan menunjukkan kata/kalimat mana yang perlu kita selidiki secara mendalam.
Dalam menginterpretasikan “rahasia Allah” dalam I Korintus 4:1, harus dilakukan dengan memperhatikan
2:7 karena di sana terdapat keterangan tentang hal tersebut. Demikian pula dalam menyelidiki kata atau
kalimat lainnya di pasal 4 tersebut, harus memperhatikan 1:10-3:23, karena pasal 1-4 membahas satu
pokok yang sama.
Ibrani 1:1 tidak dapat dianalisis secara terpisah dari ayat ke 2. Sebab menurut LAI, kalimat di ayat itu baru
selesai pada ayat 2. Bahkan jika melihat bahasa Yunaninya, kalimat itu baru akan selesai pada ayat ke 4,
sehingga harus dilakukan analisis hingga sampai ayat 4.
7
PA Kitab Surat
oleh Febyan Mirag Molle
5. Sebuah kata harus ditafsirkan berdasarkan konotasi zamannya. Demikian pula suatu ungkapan.
Contoh :
I Timotius 4:12 : “Janganlah seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda.”
Dari kata “muda” tersebut tidak bisa serta merta ditafsirkan bahwa Timotius adalah seorang pemuda yang
berumur belasan atau duapuluhan seperti pengertian zaman ini.
Itu karena kata yunaninya, “neotes”, dapat mengindikasikan usia hingga sampai 40 tahun, dan umumnya
digunakan untuk menunjukkan usia dimana seseorang sedang berada pada puncak kekuatan dan
kematangannya, serta merupakan usia untuk mengikuti wajib militer.
Berdasarkan itu, beberapa ahli berpendapat bahwa usia Timotius adalah sekitar 30 tahun. Pada zaman itu,
posisi sebagai gembala jemaat tidak biasa dipegang oleh orang semuda itu, sehingga tampaknya ada orang-
orang yang mempertanyakan usia Timotius.
Ungkapan “membagi segala sesuatu yang ada padanya” (NIV: share all good things) dalam Galatia 6:6
merupakan suatu ungkapan yang berarti memberikan bantuan keuangan. Dalam ayat tersebut, Paulus
menggunakannya untuk menasehatkan jemaat Galatia agar memberikan bantuan keuangan bagi guru-guru
rohani mereka, yang kemungkinan adalah beberapa orang dari jemaat Yerusalem yang saat itu sedang
mengalami kemiskinan.
6. Perhatikan surat lain yang berhubungan erat, yaitu surat-surat yang ditulis oleh penulis yang sama atau ditulis
pada masa yang dekat.
7. Perhatikan kronologi surat-surat Perjanjian Baru dan peristiwa yang dicantumkan di dalamnya.
8. Untuk membantu memahami dengan lebih baik lagi argumen-argumen yang disajikan penulis, adalah perlu
bagi kita untuk juga mempelajari latar belakang penulis dan ajaran-ajarannya, khususnya menyangkut topik
yang dibahas.
9. Lakukanlah integrasi :
Setelah selesai melakukan analisis kata, kalimat dan parafgraf, kita harus mengintegrasikan data-data hasil
analisis menjadi suatu tafsiran yang utuh, jelas, tepat dan mudah dimengerti. Jangan biarkan hasil penyelidikan
kita hanya sekedar menjadi tumpukan data yang tidak jelas apa hubungan dan maknanya.
Melakukan integrasi bukan berarti membuat suatu laporan yang mencantumkan semua data hasil
penyelidikan. Kita harus memilih, menyusun, menguraikan dan menuliskannya menjadi suatu tafsiran yang
utuh, jelas, tepat dan mudah dimengerti.
Untuk membantu, bandingkan dengan beberapa commentary (tafsiran) yang baik. Tetapi ingatlah bahwa
buku tafsiran adalah buku penolong bukan buku pedoman. Jangan jadikan tafsiran anda hanya sekedar
kumpulan kutipan-kutipan dari buku-buku tafsiran.
8
PA Kitab Surat
oleh Febyan Mirag Molle
2. Bila kita mendapatkan suatu perkara atau situasi kehidupan yang spesifik pada penerima surat, dan
perkara atau situasi itu sebanding dengan perkara atau situasi kita, maka arti firman Tuhan kepada kita
adalah sama dengan arti firman tersebut bagi mereka.
Contoh Kolose 3: 5, 12 :
“…matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat
dan juga keserakahan…”
“Kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemah-lembutan dan kesabaran.”
3. Bila kita mendapatkan suatu perkara atau situasi dalam surat yang tidak sebanding dengan perkara atau
situasi yang kita hadapi, maka ada 2 hal yang harus dilakukan :
(1) Melakukan eksegesis dengan teliti, sehingga kita mendapatkan suatu prinsip yang dinyatakan dalam teks,
yang akan mengatasi kekhususan sejarah di mana prinsip itu diterapkan.
Dan prinsip tersebut juga dinyatakan/didukung oleh bagian-bagian lain Alkitab.
(2) Kemudian terapkan prinsip tersebut pada situasi-situasi yang benar-benar sebanding.
Contoh :
Bila menyelidiki I Korintus 9:1-27, akan kita dapati bahwa para rasul berhak menerima upah dalam
pelayanan pemberitaan Injil. Memang saat ini kita tidak lagi mempunyai rasul yang hidup di antara kita.
Tetapi prinsip bahwa mereka yang memberitakan Injil harus hidup dari pemberitaan itu (ayat 14), bisa
diterapkan pada pemberita Injil atau pelayan firman masa kini. Bagian-bagian lain Alkitabpun mendukung
hal ini (misalnya I Tim 5:17-18).
Bila membaca I Timotius 2:11-12, akan kita dapati bahwa Paulus melarang perempuan mengajar dan
memerintah laki-laki. Apakah makna ayat-ayat ini bagi kita adalah kita harus melarang perempuan
mengajar dan memerintah laki-laki?
Pembahasan kedudukan dan partisipasi perempuan dalam kehidupan dan pelayanan di jemaat Efesus
sangat mungkin ditujukan kepada para perempuan yang terlibat dalam pengajaran sesat, dan yang telah
menyalahgunakan kekuasaan dalam jemaat dengan merampas kekuasaan serta mendominasi jemaat dan
guru laki-laki di Efesus. Dan perintah ini hanya khusus diberikan bagi mereka; Paulus tidak
memerintahkan hal ini kepada perempuan-perempuan di jemaat lain. Bagi kita, prinsip yang dapat
9
PA Kitab Surat
oleh Febyan Mirag Molle
diambil dan diterapkan adalah kita haruis tunduk kepada para pemimpin rohani yang Tuhan tempatkan di
atas kita.
Daftar Pustaka :
1. Sudharma, Erick, Makalah TRAINING FOR TRAINERS PA, Bandung, 2003.
2. Fee, Gordon D., and Douglas Stuart, HOW TO READ THE BIBLE FOR ALL ITS WORTH : A Guide to
Understanding the Bible, Scripture Union, London, 1989.
3. Sutanto, Hasan, HERMENEUTIK : Prinsip dan Metode Penafsiran Alkitab, Seminari Alkitab Asia
Tenggara, Malang, 1998.
4. Christa, Marliya, PA KITAB SURAT, makalah, disampaikan dalam lokakarya PA Kitab Surat POSA
FMIPA UI, 21 Maret 1996.
5. Fisher, Don L., PRA HERMENEUTIK, Gandum Mas, Malang, 2001.
10