Anda di halaman 1dari 6

TUGAS TUTORIAL 2

1. Tahap Perkembangan Bahasa dan Kemampuan Berpikir


Matematis
2. Pengenalan Teori danTahapan Perkembangan Sosial dan
Emosional

MKDK4002/Perkembangan Peserta Didik

MONICA APRILINDA SIMANJUNTAK


859877934
PGSD S1
UT Medan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


Universitas Terbuka
2021.2
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena karuniaNya saya
dapat membuat laporan tugas ini. Karena dengan membuat sebuah laporan, kita dapat melihat hasil
dari setiap kegiatan atau proses dari apa yang kita lakukan. Dari sebuah laporan pula dapat diluhat
proses dari kegiatan tersebut. Dan dari sebuah laporan, seseorang dapat dilihat sebuah
pertanggungjawabannya dari apa yang telah dituangkan, dilakukan, dan apa yang dianalisisnya

PEMBAHASAN
1. Menurut pendapat saudara, apakah kemampuan bahasa pertama pada
anak dapat mempengaruhi bahasa keduanya? Jelaskan usia berapakah
anak dapat memperoleh bahasa kedua ?
Jawab :
Menurut Ellis (2004), percaya bahwa bahasa pertama atau bahasa yang
diperoleh sebelumnya, berpengaruh terhadap proses penguasaan
bahasa kedua peserta didik.
Dalam perolehan bahasa kedua dilakukan setelah seseorang sudah
menguasai bahasa pertamanya. Elis dalam (Maharani dan Astuti, 2018)
berpendapat bahwa pembelajaran bahasa kedua akan lebih mudah jika
seseorang telah menguasai bahasa pertamanya dengan baik karena
kemampuan bahasa pertama dapat berguna dalam proses
pembelajaran bahasa kedua. Berbeda dengan proses pemerolehan
bahasa pertama, bahasa kedua pada umumnya diperoleh dari proses
sadar melalui pembelajaran.
Bambang Kaswanti Purwo (1989) meneliti pemerolehan bahasa kedua,
khususnya bahasa inggris oleh anak sekolah dasar (SD), penelitian ini
disimpulkan :
- Masa emas seseorang belajar bahasa kedua adalah saat ia berusia 6
– 12 tahun sehingga pembelajaran bahasa kedua pada masa ini
harus dilakukan dengan maksimal, tetapi pengajar sebaiknya tidak
memforsir keadaan ini karena mengingat usia anak yang masih
muda.
- Pada pembelajaran usia 6 – 8 tahun, kemampuan yang lebih
ditonjolkan adalah penguasaan fonologi (tata bunyi/pelafalan).
- Pada usia 9 – 12 tahun, kemampuan anak ditonjolkan pada
penguasaan morfologi dan sintaksnya karena fonologi sudah dikuasai
saat mereka berada pada usia 6 – 8 tahun, pada usia ini kondisi
psikologi anak lebih siap untuk mengonstruksi kata dan kalimat.
Jadi, dengan mengetahui perkembangan bahasa kedua yang sesuai
dengan umur dan kapasitas yang ditonjolkan, guru diharapkan bisa
menentukan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa.
2. “Kasus = Susi mempunyai kesulitan dalam memecahkan masalah dan
memahami konsep – konsep materi pelajaran, serta sulit untuk belajar
keterampilan akademi”. Bagaimana mengatasi kasus tersebut?(boleh
dibahas dari perkembangan bahasa dan bisa juga kemampuan berpikir
matematis anak). Menurut suadara, Susi termasuk anak yang
mengalami kondisi belajar siswa yang bagaimana?
Jawab :
Baiklah, dari kasus diatas dapat kita ketahui bahwa susi termasuk anak
yang memiliki gangguan belajar. Gangguan belajar adalah masalah
yang memengaruhi kemampuan otak anak untuk menerima, mengolah,
menganalisis, atau menyimpan informasi dan kondisi tersebut yang
dapat menghambat perkembangan akademik anak.
Ada beberapa gelaja dalam gangguan belajar :
1. Kesulitan mengenali pola atau menyortir benda berdasarkan ukuran
atau bentuk
2. Kesulitan memahami dan mengikuti intruksi
3. Kesulitan mengingat apa yang baru saja dikatakan atau yang baru
dibaca.
4. Kesulitan melakukan tugas
5. Kesulitan memahami konsep waktu

Dalam kasus susi mempunyai kesulitan dalam memecahkan masalah,


kesulitan dalam memahami konsep – konsep materi pelajaran, dan sulit
untuk belajar keterampilan akademi. Sedangkan yang kita ketahui
gangguan belajar pada anak biasanya beragam, dimulai dari
keterlambatan menulis, membaca, menghitung dan lainnya.
Dalam kemampuan berpikir sistematis pada anak memiliki kemiripan
dengan perkembangan bahasa yang telah dibahas sebelumnya.
Sebelum anak mampu berpikir matematis, mereka harus mengetahui
apa itu simbol dan makna dari simbol tersebut. Selain itu, anak juga
harus bisa mengkombinasikan kata demi kata yang membentuk sebuah
kalimat yang jelas.
Menurut Fajri (2017), dalam proses berpikir sistematis, pembelajaran
yang dilaksanakan tidak hanya berlangsung dalam komunikasi satu
arah, tetapi harus melalui proses interaksi yang bersifat komunikasi dua
arah, yaitu antar sesama siswa, siswa dengan guru, dan siswa dengan
lingkungan dan sumber belajarnya.
Menurut Slotz (2000: 14) dalam Widyastuti, Usodo, dan Riyadi (2015),
terdapat tiga macam cara manusia dalam memecahkan masalah :
- Climbers = sekelompok orang yang selalu berupaya mencapai
puncak kesuksesan, siap mengahadapi rintangan yang ada, dan
selalu membangkitkan dirinya pada kesuksesan.
- Campres = sekelompok orang yang masih ada keinginan untuk
menanggapi tantangan yang ada, tetapi tidak mencapai puncak
kesuksesan dan mudah puas dengan apa yang dicapai.
- Quitters = sekelompok orang yang lebih memilih menghindar dan
menolak kesempatan yang ada, mudah putus asa, mudah menyerah,
cenderung pasif, dan tidak bergairah untuk mencapai puncak
keberhasilan.
Jadi menurut saya, kasus Susi diatas guru harus mempunyai pengaruh
yang besar terhadap proses belajar siswa, dan guru juga harus
mempunyai beberapa pendekatan kepada siswa yang kasus nya seperti
susi. Dengan begitu siswa yang mempunyai kasus seperti susi akan
berkurang dan tidak lagi memiliki gangguan belajar dan sudah mampu
memecahkan masalah, memahami konsep, dan mempunyai
keterampilan akademik.

3. Jelaskan faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi anak?


Jawab :
1. Faktor kematangan : perilaku emosional yang matang dapat terjadi
jika perkembangan kelenjar endokrin sudah matng. Itulah sebabnya
bayi belum matang secara emosional, karena mereka masih
kekurangan produksi kelenjar endokrin yang penting sebagai
penunjang reaksi fiologis terhadap stress.
2. Faktor Belajar dari Lingkungan Sekitar :
- Trial dan error : anak belajar mengekspresikn emosinya dengan
cara coba – cob. Setelah itu meereka mengeleminasi perilaku
yang tidak memberikannya kepuasan.
- Meniru : anak mengamti lingkungan sekitar, lalu menirukan
lingkungan sekitar yang diamati.
- Mengidentifikasi : sama dengan belajar meniru, hanya saja disini
anak lebih memilih lingkungan yang mempunyai ikatan
dengannya. Sehingga keinginan anak untuk menirukan orang
tersebut lebih kuat.
- Mengkondisikan : anak mulai mengkondisikan diri untuk
mengekspresikan emosi.
- Berlatih : anak mulai berlaltih mengelola emosi dengan bimbingan
orang dewasa, dimana anak akan berlatih untuk mengendalikan
emosi ketika mendapatkan rangsangan.
4. Jelaskan konsep diri dan komponen-komponennya!
Jawab :
Konsep diri adalah pandangan terhadap diri sendiri, termasuk secara
fisik, mental, emosi, dan kebiasaan (Gillibrand dkk, 2016). Brooks juga
mengungkapkan bahwa konsep diri adalah pandangan dan perasaan
tentang diri.
Jadi kesimpulannya, konsep diri adalah cara pandang kita terhadap diri
kita sendiri dan mengenai siapa diri kita, apa, dan bagaimana diri kita.
Pembentukan konsep diri juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan
sekitar kita.
Citra
Tubuh
Identitas Ideal
diri diri
KONSEP
DIRI

Peran Harga
diri diri

Berdasarkan gambar diatas, kita dapat mengetahui beberapa komponen


– komponen konsep diri yaitu :
a. Citra tubuh = sikap individu terhadap dirinya sendiri baik secara
sadar ataupun tidak sadar.
b. Ideal diri = bagaimana ia harus berperilaku berdasarkan standar
pribadi dan terkait dengan cita – cita.
c. Harga diri = menganalisis seberapa banyak kesesuaian tibgkah laku
dengan ideal dirinya.
d. Peran diri = serangkaian pola sikap perilaku, nilai, dan tujuan yang
diharapkan kelompoknya.
e. Identitas diri = kesadaran diri tentang diri sendiri yang dimiliki oleh
seseorang dari hasil observasi dan penilaian dirinya.

5. Tuliskan teori-teori perkembangan kognisi sosial!


Jawab :
Kognisi Sosial adalah cara terjadi pada diri seseorang individu untuk
menganalisis, mengingat, serta menggunakan informasi yang
didapatkan dari kejadian – kejadian sosial.
Menurut Taylor, dkk (dalam Maryam, 2018) kognisi sosial adalah studi
mengenai bagaimana manusia menganalisis, menginterpretasi, dan
menarik kesimpulan dari informasi sosial yang ada dilingkungannya.
Jadi Kognisi Sosial merupakan kemampuan seseorang untuk berpikir
secara kritis mengenai isu – isu dalam hubungan interpersonal yang
berkembang sejalan dengan usia dan pengalaman serta berguna untuk
memahami orang lain dan menentukan bagaimana mereka melakukan
interaksi dengan yang lainnya.
Teori – teori yang berhubungan dengan perkembangan kognisi sosial
adalah :
1. Teori Perkembangan Kognitif (Piaget)
Piaget mengatakan perkembangan kognitif mempunyai empat
aspek, yaitu : kematangan, pengalaman, interaksi sosial, dan
ekuilibrasi. Piaget membagi perkembangan kognitif ini kedalam
empat periode, yaitu :
- Periode sensori motor (0 – 2 Tahun)
Pada periode ini, tingkah laku anak bersifat motorik dan
menggunakan sistem pengindraan mereka untuk mengenal
lingkungan.
- Periode praoperasioanl (2 – 7 Tahun)
Pada periode ini, anak bisa melakukan sesuatu sebagai hasil
meniru atau mengamati.
- Periode konkret (7 – 11 Tahun)
Pada periode ini, anak sudah mampu menggunakan operasi.
Pemikiran tidak lagi didominasikan oleh persepsi sebab anak
mampu memecahkan masalah.
- Periode operasi formal (11 – dewasa)
Pada periode ini merupakan tingkat puncak perkembangan
struktur kognitif, anak remaja mampu berpikir logis untuk semua
jenis masalah.
2. Roberts Selman’s Role-Taking Analysis
Teori ini mengungkapkan bagaimana seorang anak lebih memahami
diri sendiri dan juga oranglain. Teori Selman ini dibagi menjadi lima
tahap, yaitu :
- Egocentric or undifferentiated perspective (3 – 6 Tahun)
Anak belum memiliki kepedulian terhadpa pendapat oranglain.
- Social information role taking (6 – 8 Tahun)
Anak mulai memahamai bahwa setiap orang akan memiliki pendapat
yang berbeda.
- Self-effective role taking (8 – 10 Tahun)
Anak mulai memahami bahwa meski dia dan individu lainnya
mendapatkan informasi yang sama, tetap saja mungkin pendapat
terhadap sesuatu akan tetap berbeda.
- Mutual role taking (10 – 12 Tahun)
Anak sudah mulai dapat memahami sudut pandang individu sendiri
dengan sudut pandang orang lain.
- Societal role taking (12 – 15 Tahun)
Pada masa ini, seseorang sudah dapat memahami berbagai macam
perspektif dan dapat membandingkannya.
Jadi kesimpulannya adalah kita harus benar – benar mengenal
seseorang atau memersepsikan seseorang dengan mengamsumsikan dia
tidak sempurna dan memahami pikiran, perasaan, motif, dan niatnya.
DAFTAR PUSTAKA/REFERENSI

Berisi judul buku, laporan, makalah atau tautan yang menjadi sumber
referensi dalam mengerjakan tugas.
Felicia, Nisa (2022). Perkembangan Peserta Didik. (MKDK4002/Modul 3)
3.14 Tangerang Selatan : Universitas Terbuka
Felicia, Nisa (2022). Perkembangan Peserta Didik. (MKDK4002/Modul 3)
3.20 Tangerang Selatan : Universitas Terbuka
https://www.ciputramedicalcenter.com/gangguan-belajar-pada-anak/
Felicia, Nisa (2022). Perkembangan Peserta Didik. (MKDK4002/Modul 3) 4.8
Tangerang Selatan : Universitas Terbuka
Felicia, Nisa (2022). Perkembangan Peserta Didik. (MKDK4002/Modul 3)
4.27 Tangerang Selatan : Universitas Terbuka
Felicia, Nisa (2022). Perkembangan Peserta Didik. (MKDK4002/Modul 3)
4.54 – 4.55 Tangerang Selatan : Universitas Terbuka

Medan, 17 Mei 2023

MONICA APRILINDA SIMANJUNTAK

Anda mungkin juga menyukai