Anda di halaman 1dari 16

KEDUDUKAN FATWA MAJELIS ULAMA TERHADAP

SOSIAL MASYARAKAT DAN SISTEM HUKUM INDONESIA

Maulana Egi Saputra (182221420)


Sekolah Tinggi Agama Islam Negri Bengkalis
(Stain Bengkalis)
E-MAIL: maulanaegisptra187@gmail.com

A. PENDAHULUAN
Dalam perjalanan sejarahnya, Indonesia telah menghadapi berbagai
perubahan sosial dan perkembangan sistem hukum yang kompleks. Sebagai
lembaga keagamaan yang memiliki pengaruh besar, Majelis Ulama Indonesia
(MUI) memegang peran krusial dalam membentuk pandangan keagamaan
terhadap transformasi ini. Melalui fatwa-fatwanya, MUI menjadi penentu arah
normatif terhadap perubahan sosial masyarakat dan sistem hukum di Indonesia.
Dalam konteks karya ilmiah ini, kita akan menjelajahi kedudukan fatwa MUI dan
dampaknya terhadap dinamika perubahan sosial serta evolusi sistem hukum,
dengan fokus pada prinsip-prinsip keberagaman dan keadilan yang menjadi
pijakan bagi kemajuan masyarakat Indonesia.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) memiliki peran yang signifikan dalam
menentukan arah pandangan keagamaan di Indonesia. Dalam konteks perubahan
sosial masyarakat dan sistem hukum, fatwa yang dikeluarkan oleh MUI menjadi
titik sentral pembahasan. Fatwa tersebut mencerminkan pandangan keagamaan
terhadap perkembangan sosial dan hukum di Indonesia. Dalam tulisan ini, akan
dieksplorasi kedudukan serta dampak fatwa MUI terhadap dinamika perubahan
sosial dan sistem hukum dalam konteks keberagaman dan keadilan di Indonesia.
Dalam konteks perubahan sosial dan sistem hukum, penting untuk
memahami bagaimana pandangan keagamaan yang diwakili oleh MUI diterima
dan diimplementasikan oleh masyarakat. Faktor-faktor seperti keragaman budaya
dan pluralisme hukum akan menjadi fokus utama untuk memahami interaksi
kompleks antara fatwa MUI, tuntutan sosial, dan kebijakan pemerintah.
Penelitian ini akan memberikan pemahaman lebih lanjut tentang dinamika
sosial yang terbentuk melalui interaksi antara kebijakan keagamaan dan respons
masyarakat. Dengan demikian, melalui langkah-langkah ini, diharapkan dapat
terungkap bagaimana fatwa MUI memainkan peran kunci dalam membentuk dan
memengaruhi perubahan sosial serta sistem hukum di Indonesia.
Kita akan mengeksplorasi dampak konkret dari fatwa MUI terhadap
implementasi kebijakan dan perubahan dalam sistem hukum Indonesia. Fokus
akan diberikan pada studi kasus dan perbandingan dengan kebijakan pemerintah
untuk mengidentifikasi sejauh mana fatwa MUI memengaruhi bentuk dan arah
kebijakan publik. Selain itu, perhatian khusus akan diberikan pada dialog antara
MUI, lembaga keagamaan lainnya, dan pemerintah. Hal ini bertujuan untuk
melihat apakah ada konvergensi atau ketegangan dalam pandangan keagamaan
terhadap perubahan sosial dan sistem hukum di Indonesia.
Melalui langkah-langkah ini, diharapkan dapat tergambar secara jelas peran
serta dan dampak nyata dari fatwa MUI dalam mengarahkan dan membentuk
perubahan sosial dan hukum di Indonesia.

B. PEMBAHASAN
1. Fatwa Majelis Ulama Indonesia
Sifat dan cara pembuatan fatwa berdasarkan pada garis-garis agama
dalam arti kata bahwa fatwa dibuat berdasarkan sumber Agama Islam.
Fatwa Majelis Ulama Indonesia dikeluarkan untuk Muslim di Indonesia.
MUI Memerlukan sekali sidang dan bahkan beberapa kali sidang dalam
mengeluarkan Fatwa sebagai jawaban atas permasalahan-permasalahan
yang dihadapi oleh Kaum Muslim di Indonesia (Atho Mudzhar, 1993:79).
Fatwa adalah mengenai jawaban terhadap suatu persoalan yang
Berkaitan dengan hukum Islam, yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama
Indonesia. Menurut bahasa Arab Fatwa merupakan “Nasihat“, “Petuah“,
“jawaban” atau “pendapat”. Yang dimaksud merupakan suatu ketetapan atau
nasihat yang Secara resmi diputuskan dari suatu badan atau seseorang
dengan kewenangannya, Diutarakan oleh mufti ataupun ulama, sebagai
pemberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan
persoalan agama Islam. Dengan demikian Peminta Fatwa tidak kewajiban
menaati atas Fatwa yang telah dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia.
Majelis Ulama Indonesia sebagai lembaga yang mempunyai otoritas
diberikan oleh negara dalam hal mengeluarkan fatwa sebagai suatu
keputusan atau jawaban atas pertanyaan persoalan hidup Muslim di
Indonesia. Kata Fatwa ini tetap berkaitan erat dengan kata petuah dalam
bahasa Indonesia (Wikipedia, Racmat Taufik Hidayat dkk.,Almanak Alam
Islami, 2000, Pustaka Jaya: Jakarta).1
Dalam perkembangannya fatwa telah menjadi penengah dalam
kehidupan Masyarakat itu sendiri, bahkan masyarakat cenderung lebih dekat
dengan fatwa Ketimbang dengan agama itu sendiri. Fatwa telah
mempermudah masyarakat Dalam memahami agama sehingga memperkuat
doktrin terhadap agama Islam. Meskipun fatwa dikeluarkan satu persatu,
namun dalam historisnya beberapa Fatwa telah dikodifikasi menjadi hukum
yang mengikat secara umum.
Merujuk di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dikatakan bahwa
Fatwa merupakan jawaban (keputusan, pendapat) yang diberikan oleh ulama
Tentang suatu masalah.
Berdasarkan Perpres 151/2014, yang dimaksud dengan Majelis Ulama
Indonesia atau MUI adalah wadah musyawarah para ulama, pemimpin dan
cendekiawan muslim dalam mengayomi umat dan mengembangkan
kehidupan yang Islami serta meningkatkan partisipasi umat Islam dalam
pembangunan nasional.
Dikutip dari Sejarah MUI Indonesia, dijelaskan bahwa MUI adalah
wadah atau majelis yang menghimpun para ulama, zuama dan cendekiawan
muslim Indonesia untuk menyatukan gerak dan langkah-langkah umat Islam
Indonesia dalam mewujudkan cita-cita bersama.

1
Najib, Ainun. "Fatwa Majelis Ulama Indonesia dalam Perspektif Pembangunan Hukum Responsi
f." Lisan al-Hal: Jurnal Pengembangan Pemikiran dan Kebudayaan 6.2 (2012): 373-384.
Sajari, Dimyati. "fatwa mui."
MUI (Majelis Ulama Indonesia) merupakan wadah musyawarah para
ulama, zuama, dan cendekiawan muslim yang berusaha untuk:
• Menyampaikan Pemikiran Keagamaan: MUI berperan sebagai forum untuk
menyampaikan dan mendiskusikan pemikiran keagamaan guna
menghasilkan pandangan yang bersifat otoritatif dalam konteks Islam.
• Memberikan Pandangan Terhadap Isu Kontemporer: MUI berusaha
memberikan pandangan dan fatwa terkait isu-isu kontemporer yang
dihadapi oleh masyarakat muslim, termasuk perubahan sosial dan sistem
hukum.
• Mengedepankan Keadilan dan Kesejahteraan: MUI bertujuan untuk
mempromosikan nilai-nilai keadilan, kesejahteraan, dan kebaikan umum
sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.
• Menyuarakan Persatuan Umat: MUI berupaya menjadi wadah yang
menyuarakan persatuan umat Islam, meminimalisir perpecahan, dan
meningkatkan solidaritas di antara komunitas muslim.
• Memberikan Pedoman Kehidupan: MUI berperan dalam memberikan
pedoman dan arahan kehidupan beragama, mencakup aspek-aspek moral,
sosial, dan hukum dalam pandangan Islam.

Majelis Ulama Indonesia memiliki peranan yang sangat penting.


Adapun fungsi dan peranan dari fatwa MUI adalah sebagai berikut:
• Pandangan Keagamaan: Fatwa MUI berfungsi sebagai pandangan
keagamaan resmi yang memberikan pedoman dan penafsiran hukum Islam
terkait dengan berbagai masalah dan isu kontemporer.
• Pedoman Hidup: Fatwa MUI berperan sebagai pedoman bagi umat Islam
dalam menjalani kehidupan sehari-hari, mencakup aspek-aspek seperti
ibadah, muamalah, dan etika sosial.
2

2
Ali, Mohammad Daud. "Hukum Islam: Pengantar ilmu hukum dan tata hukum Islam di Indonesi
a." (2007).
Utama, Andrew Shandy. "Sejarah dan Perkembangan Regulasi Mengenai Perbankan Syariah Dala
m Sistem Hukum Nasional Di Indonesia." Jurnal Wawasan Yuridika 2.2 (2018): 187-200.
• Penyelesaian Kontroversi: Fatwa MUI dapat digunakan sebagai sarana
untuk menyelesaikan kontroversi atau perbedaan pendapat di kalangan umat
Islam terkait dengan isu-isu tertentu.
• Ketentuan Hukum Islam: Fatwa MUI memiliki fungsi dalam menetapkan
dan menjelaskan ketentuan hukum Islam yang relevan dengan
perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat.
• Pembinaan Moral dan Etika: Melalui fatwa, MUI berperan dalam membina
moral dan etika umat Islam, serta memberikan orientasi dalam menghadapi
perubahan sosial dan budaya.
• Rekomendasi Kebijakan: Fatwa MUI dapat memberikan rekomendasi
kepada pemerintah atau lembaga terkait dengan implementasi kebijakan
yang sesuai dengan prinsip-prinsip keagamaan.
• Pengayoman Hukum: Fatwa MUI dapat menjadi acuan hukum yang
dihormati dalam sistem peradilan Indonesia, terutama dalam kasus-kasus
yang berkaitan dengan hukum keluarga atau perdata.
• Pertahankan Identitas Keagamaan: MUI melalui fatwa berperan dalam
mempertahankan identitas keagamaan dan nilai-nilai Islam di tengah arus
globalisasi dan modernisasi.
• Rekomendasi Kesehatan dan Halal: Fatwa MUI sering kali memberikan
panduan terkait dengan kesehatan dan kehalalan produk konsumsi,
memberikan jaminan bagi umat Islam dalam memilih dan mengonsumsi
barang dan makanan.

2. Kedudukan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Terhadap Perubahan


Sosial Masyarakat
Islam mampu menyesuaikan diri pada segala zaman dan tempat.
Allah menjadikan kemampuan manusia itu beragam. Yang ahli di bidang
fiqh, hadits, ilmu sosial, psikologi dan bidang ilmu lainnya. Dalam
keragaman inilah manusia saling melengkapi dengan kelebihan dan
kekurangannya masing-masing, manusia saling menerima dan memberi.
Dalam keragaman itu pula, kemampuan manusia dalam memahami hukum
Allah SWT pun bertingkat. Di sinilah mereka saling membutuhkan untuk
memecahkan masalah masing-masing kepada yang lebih ahli.
Pada titik puncaknya respons dari para ulama dianggap sangat
penting dalam menemukan jalan keluar atas masalah-masalah kontraversial
yang terjadi. Dimana masalah-masalah tersebut tidak ada dasar yang
jelas di dalam al-Qur’an maupun di dalam sunah Nabi, sehingga menuntut
para ulama untuk menemukan dalil yang selaras dengan syari’at Islam
untuk menciptakan sebuah kemaslahatan.
Berawal dari hal di atas, para cendekiawan muslim di Indonesia
secara kolektif semakin termotivasi, dan berkeinginan untuk menyatukan
gerak dan langkah umat Islam di dalam mewujudkan cita-cita bersama
dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdaulat, maka
para cendekiawan muslim tersebut membentuk lembaga besar yang
berwenang untuk memberikan respons atau menentukan sikap terhadap
permasalahan kontroversial. Lembaga besar ini dikenal dengan nama
Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan mengenai sikap atau respons yang
dikeluarkannya dinamakan fatwa.
Pada umumnya fatwa merupakan respon atau jawaban dari para ahli
agama untuk menyesaikan permasalahan dalam hukum Islam. Fatwa berasal
dari kata bahasa arab al-ifta, al- fatwa yang berarti pemberian sebuah
keputusan. Pemberian fatwa dari kalangan cendekiawan muslim ini,
bukanlah sebuah keputusan yang terbilang gampang atau tidak memiliki
landasan hukum yang jelas. Akan tetapi hukum fatwa ini, dibuat dengan
konstruksi ilmu pengetahuan agama yang jelas. Allah SWT berfirman dalam
QS. An-Nahl ayat 43.
Artinya: “Dan Kami tidak mengutus sebelum engkau (Muhammad),
melainkan orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka
bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak
mengetahui.”
Dalam ayat di atas menjelaskan anjuran bagi seseorang yang kurang
berpengetahuan agama, untuk menanyakan sekaligus meminta solusi dalam
permasalahan yang dihadapinya. Sehingga kedudukan hukum fatwa disini
sangatlah penting. Hukum fatwa akan digunakan, ketika muncul
sebuah masalah baru yang belum ada ketentuannya secara tegas, baik Al-
Qur’an, As- Sunnah dan Ijma’ maupun pendapat-pendapat para fuqaha
terdahulu. Maka disini fatwa merupakan sasaran masyarakat untuk
memberikan arahan normatifnya terhadap gejala permasalahan hukum
3
Islam.
Kemajemukan masyarakat Indonesia tumbuh beriringan dengan
berkembangnya kemajuan teknologi yang sangat pesat. Pola penyampaian
dan penerimaan informasi yang sangat cepat serta munculnya berbagai
macam persoalan baru yang bersifat kompleks, baik itu
menyangkut masalah keagamaan maupun non-keagamaan, seperti sosial
kemasyarakatan menciptakan berbagai persoalan baru yang muncul
terkadang belum ada peraturan perundang-undangan yang mengaturnya.
Bahkan, tidak jarang timbul keraguan di kalangan masyarakat terkait
jawaban-jawaban yang dilontarkan oleh segelintir orang. Apalagi jika
pemberi jawaban tersebut dinilai kurang kompeten akan bidang persoalan
tersebut. Segala sesuatu yang ada di muka bumi ini sesuai dengan kehendak
Sang Maha Pencipta.
Allah SWT menurunkan Al-Quran sebagai petunjuk hidup umat
manusia, dan semua sudah diatur di dalamnya baik berkenaan dengan
kehidupan dunia maupun akhirat. Al-Quran merupakan sumber dari segala
sumber hukum. Oleh karena itu, di dalam proses penggalian hukum atau
proses berijtihad akan mengacu pada Al-Quran. Selain itu, juga akan
mengacu kepada Sunnah. Kedua sumber hukum tersebut mempunyai
keterkaitan yang sangat erat. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW. Yang
artinya: Al-Quran itu dalil, dalil yang bersifat umum. Sedangkan hadits
adalah penjelasannya atau perinciannya” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

3
Zuhdi, Aprizon (2020) Kedudukan dan Peranan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Dalam Pembentuk
an Hukum Nasional. Other thesis, Universitas Islam Riau.
Perlu diketahui bahwa ada tiga indikasi mendasar yang terkadung
di dalam hukum Allah SWT yaitu indikasi menemukan hukum Allah dengan
cara tersurat, tersirat dan tersembunyi. Pertama secara tersurat, cara
ini bisa dilakukan dengan menemukan hukum Allah yang terdapat di
dalam lafaz Al- Quran dengan cara melihat makna harfiah yang ada
pada lafaz Al-Quran tersebut. Kedua secara tersirat. Cara yang kedua ini
bisa dikatakan lebih susah daripada cara yang pertama, dikarenakan untuk
menemukan hukum Allah yang tersirat seseorang harus jeli melihat
petunjuk/isyarat yang ada pada suatu lafaz di dalam Al-Quran. Ketiga,
secara tersembunyi, cara inilah yang paling sulit dan tidak bisa dilakukan
oleh orang awam. Hal ini dilakukan ketika seseorang sudah melakukan cara
pertama dan kedua namun belum bisa menemukan hukum Allah. Untuk
cara ketiga ini bisa dilakukan dengan melihat isi kandungan suatu lafaz
sehingga bisa diketahui maksud Allah ketika menetapkan suatu hukum.
Serangkain proses yang dilaluipun cukup menyita banyak waktu, tenaga
serta pikiran. Dimulai dari proses pengkajian, penelitian kemudian
penggalian secara mendalam yang melibatkan berbagai metode yang
sistematis disertai dengan penerapan ilmu beberapa ilmu bantu yang terkait,
seperti ilmu tafsir, balaghah, nahwu, sharaf, ushul fiqh, dan lain sebagainya.
Masyarakat memerlukan adanya sebuah wadah yang terorganisir yang
didalamnya terdapat para pakar/para ulama/para cendekiawan yang
mempunyai strata ilmu pengetahuan yang tinggi, berwawasan luas serta
peka terhadap realitas yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat. Dengan
penduduk yang mayoritas beragama Islam terbentuknya suatu lembaga yang
bertugas membimbing, membina serta mengayomi kaum muslimin di
Indonesia menjadi sebuah kebutuhan.

3. Kedudukan Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI)


a) Fatwa pada hukum Islam
Sebagaimana yg kami sarikan asal Mohammad Daud Ali dalam
hukum Islam: Pengantar Ilmu aturan serta tata hukum Islam di
Indonesia sumber-asal aturan Islam merupakan:
 al-Qur’an.
 Alaihi Salam-Sunnah (al-Hadits).
 nalar pikiran (ra’yu) manusia yang memenuhi syarat buat berijtihad
karena pengetahuan dan pengalamannya, dengan mempergunakan
aneka macam metode atau cara, antara lain ialah ijma’, qiyas, istidlal,
al-masalih al-mursalah, istihsan, istishab, dan urf.
Kemudian, Sulaiman Abdullah pada hukum Islam konflik dan
Fleksibilitas berkata bahwa fatwa teman diterbitkan sesuai pemikiran
dan ijtihad melalui riwayat yg masyhur dan tidak diingkari seseorang
pun, termasuk dalam kategori ijma’ sukuty.
Fatwa adalah ketentuan hukum Islam yang diterbitkan sesuai
pemikiran dan ijtihad menggunakan cara ijma’, yaitu persetujuan atau
kesesuaian pendapat para pakar tentang persoalan pada suatu kawasan
di suatu masa.4
b) Kedudukan Fatwa MUI dalam Peraturan Perundang-Undangan
Ketentuan Pasal 1 nomor 2 UU 15/2019 menyebutkan bahwa
peraturan perundang-undangan artinya peraturan tertulis yang memuat
adat hukum yang mengikat secara awam serta dibuat atau ditetapkan
oleh lembaga negara atau pejabat yg berwenang melalui mekanisme
yg ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.

Adapun, jenis serta hierarki peraturan perundang-undangan terdiri


atas:
a. Undang – undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945

4
Pelu, Ibnu Elmi AS. "Kedudukan fatwa dalam konstruksi hukum islam." El-Mashlahah Journal 9.
2 (2019): 167-181.
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
d. Peraturan Pemerintah
e. Peraturan Presiden
f. Peraturan Daerah Provinsi serta
g. perda Kabupaten/Kota
Jenis peraturan perundang-undangan selain yang disebutkan di atas,
meliputi peraturan yg ditetapkan oleh:
 MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat)
 dpr (dewan perwakilan rakyat)
 Dewan Perwakilan wilayah (DPD)
 Mahkamah Agung (MA)
 Mahkamah Konstitusi (MK)
 Badan Pemeriksa Keuangan(BPK)
 Komisi Yudisial (KY)
 Bank Indonesia (BI)
 Menteri
 badan, forum, atau komisi yang setingkat yg dibuat menggunakan
Undang-Undang atau Pemerintah atas perintah Undang-Undang
 dewan perwakilan rakyat wilayah Provinsi
 Gubernur
 dpr wilayah Kabupaten/Kota
 Bupati/Walikota
 kepala Desa atau yang setingkat
Bila merujuk di jenis serta hierarki tersebut, dapat disimpulkan
bahwa kedudukan Fatwa MUI bukan artinya suatu jenis peraturan
perundang-undangan yg memiliki kekuatan hukum mengikat.5
c) Kedudukan MUI dan Fatwa MUI pada Perspektif
Ketatanegaraan
5
Sidqi, Imaro, and Doli Witro. "Kedudukan Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam Perspek
tif Hukum Islam dan Nasional: Studi Implikasi Fatwa Terhadap Masyarakat." Nizham: Jurnal Stud
i Keislaman 8.01 (2020): 20-31.
Berdasarkan Ainun Najib dalam jurnal Fatwa Majelis Ulama
Indonesia pada Perspektif Pembangunan aturan Responsif, kedudukan
MUI dalam ketatanegaraan Indonesia sebenarnya adalah berada pada
elemen infrastruktur ketatanegaraan, karena MUI adalah organisasi
Alim Ulama Umat Islam yg memiliki tugas dan fungsi buat
pemberdayaan warga /umat Islam, ialah MUI ialah organisasi yg
terdapat dalam warga , bukan ialah institusi milik negara atau
merepresentasikan negara.
Fatwa MUI bukanlah hukum negara yg memiliki kedaulatan
yang bisa dipaksakan bagi seluruh masyarakat, fatwa MUI jua tidak
mempunyai sanksi dan tidak harus ditaati oleh seluruh warga negara.
sebagai sebuah kekuatan sosial politik yg ada dalam infrastruktur
ketatanegaraan, fatwa MUI hanya mengikat serta ditaati sang
komunitas umat Islam yg merasa memiliki ikatan terhadap MUI itu
sendiri. Legalitas fatwa MUI pun tidak mampu dan bisa memaksa
harus ditaati oleh semua umat Islam.
fatwa sendiri di hakikatnya tidak lebih asal sebuah pendapat dan
pemikiran belaka, asal individu ulama atau institusi keulamaan, yg
boleh diikuti atau justru diabaikan sama sekali.6
a) Perkembangan Fatwa MUI
Tetapi, meski fatwa MUI bukan ialah galat satu suatu jenis
peraturan perundang-undangan yang diakui di Indonesia, berdasarkan
Yeni Salma Barlinti dalam disertasinya sebagaimana dikutip
Kedudukan Fatwa DSN dalam Sistem aturan Nasional menunjukan
bahwa pada perkembangannya, beberapa fatwa DSN MUI (fatwa
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia) adalah aturan
positif yang mengikat. karena, keberadaannya seringkali dilegitimasi

6
Najib, Ainun. "Fatwa Majelis Ulama Indonesia dalam Perspektif Pembangunan Hukum Responsi
f." Lisan al-Hal: Jurnal Pengembangan Pemikiran dan Kebudayaan 6.2 (2012): 373-384.
lewat peraturan perundang-undangan oleh lembaga pemerintah,
sebagai akibatnya wajib dipatuhi pelaku ekonomi syariah.7
Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa sebenarnya
fatwa MUI itu tidak mengikat bagi rakyat negara, namun mampu saja
bersifat mengikat selama diserap ke dalam peraturan perundang-
undangan.

4. Urgensi Fatwa Majelis Ulama Idonesia (MUI) Bagi Masyarakat


Muslim Indonesia
Meskipun fatwa hukum Islam yang dikeluarkan MUI tidak termasuk
dalam kategori hukum positif Indonesia, namun bukan berarti fatwa MUI tid
ak penting bagi umat Islam. Artinya fatwa mempunyai peran yang unik dan
penting dalam memberikan jawaban atas permasalahan modern seperti saat i
ni. Sebab, sejak zaman Nabi Muhammad SAW, fatwa mempunyai keduduka
n yang unik bagi umat Islam. Dengan semakin meluasnya wilayah Islam di s
eluruh dunia, permasalahan mengenai Islam pun menjadi semakin kompleks
dan permasalahan tersebut perlu diselesaikan, dan jawabannya bukan melal
ui metode ijtihad atau fatwa hukum Islam. Menurutnya, ummat Islam juga t
elah menganut syariat agama para ulama sejak zaman Nabi hingga saat ini. J
ika suatu hukum tidak ditemukan dalam Al-Quran, maka ulama akan menuli
s fatwa. Jawaban Nabi kemudian menjadi landasan hukum yang mengikat se
luruh umat Islam. Namun setelah Nabi wafat, permasalahan hukum tersebut
diserahkan kepada Khalifah. Jika para khalifah tidak dapat menemukan jawa
ban dalam al-Quran dan hadits, mereka melakukan ijtihad. Ijtihad ini sekara
ng dikenal dengan fatwa.
Perkembangan berikutnya, fatwa tidak lagi diberikan kepada perseora
ngan atau dikeluarkan secara tersendiri, melainkan lebih bersifat formal dan
melembaga di lembaga-lembaga publik, bahkan di Indonesia sendiri perlu di
lakukan ijtihad dan pelaksanaan fatwa. MUI didirikan sebagai organisasi ya

7
Mujib, Fatkul. "Perkembangan Fatwa di Indonesia." Nizham: Jurnal Studi Keislaman 3.1 (2017):
94-121.
ng berwenang untuk melaksanakan fatwa. masalah. Dan MUI merupakan sa
tu-satunya organisasi Islam di Indonesia yang mempunyai kapasitas dan kap
asitas yang cukup untuk menyelesaikan berbagai persoalan terkait khazanah
hukum Islam.
Di sisi lain, pemerintah mempunyai harapan yang tinggi kepada MUI
untuk dapat menjalankan perannya dengan sebaik-baiknya dan secara
proaktif menyikapi dan memberikan jawaban terhadap persoalan-persoalan
keagamaan yang sering muncul di Indonesia. Meski demikian, tidak dapat
dipungkiri fakta hukum yang dikeluarkan MUI belum sepenuhnya diterima
dan dilaksanakan. Namun beberapa produk fatwa telah diadopsi dan
dimasukkan ke dalam berbagai produk hukum aktif. Masra mengatakan,
sejumlah fatwa MUI dari Dewan Nasional Suriah (DSN) tentang produk,
layanan, dan kegiatan usaha bank syariah telah dituangkan dalam peraturan
perundang-undangan. Dan tidak dapat dipungkiri bahwa MUI penting dan
vital di negeri ini melalui fatwa-fatwanya. Dan di masa depan, pemerintah
idealnya perlu mempertimbangkan apakah fatwa-fatwa penting ini harus
diimplementasikan menjadi undang-undang.Meskipun fatwa hukum islam y
ang dikeluarkan oleh MUI tidak termasuk pada kategori hukum positif Indo
nesia, bukan berati fatwa MUI tidak penting bagi ummat islam. Apalagi saat
ini perkembangan semakin dinamis dan modern.
Akibat perkembangan tersebut terdapat berbagai macam persoaln-pers
oalan yang erat kaitannya dengan hukum islam. Itu artinya fatwa memiliki p
eran dan kepentingan tersendiri untuk memberikan jawaban atas permasalah
an modern seprti dewasa saat ini. Oleh karena itu urgensi fatwa bagi ummat
islam tidak bisa difungkiri lagi. Karena semenjak dari masa Nabi Muhamma
d Saw, fatwa telah punya kedudukan tersendiri bagi ummat islam. Sebab aga
ma islam memerlukan praktikal jawaban permasalahan sesuai dengan konte
ks zaman dan masanya. Dengan perluasan wilayuah islam di seantero dunia,
maka persoalan-persoalan tentang agama islma juga semakin kompleks dan
permasalahan itu harus dijawab, dan jawabannya tidak lain kecuali melalui
metode ijtihad atau fatwa-fatwa hukum islam. Pendpat itu dikuatkan oleh un
gkapan Seyikh Mahmud Saltut di dalam kitabnya yang berjudul “al-fatawa”.
Menurutnya, ummat islam semenjak masa Nabi sampai dengan hari ini, tela
h pun mengambil hukum-hukum agama dari ulama-ulama mereka, jika huk
um itu tidak di dapati pada Al-Qur’an, maka para ulama tersebut membuat f
atwa. 8
Di masa Nabi Muhammad Saw, fatwa diberikan pada perseorangan. D
imana ketika sahabat bertanya perihal hukum kepada Nabi, maka nabi mem
berikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Jawaban-jawaban yang diberikan
oleh Nabi tersebut kemudian menjadi landasan hukum yang bersifat mengik
at kepada seluruh ummat islam. Namun setelah Nabi wafat, pertenyaan-pert
anyaan hukum itu kemudian ditanyakan kepada Khalifah, apabila Khalifah t
idak menemukan jawbannya di dalam AlQur’an dan hadits, maka mereka pu
n melakukan ijtihad, ijtihad tersebut saat ini dikenal dengan fatwa. Perkemb
angan berikutnya,

C. PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari uraian diatas peran Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI)
terhadap perubahan sosial masyarakat dan sistem hukum Indonesia tidak
hanya mencerminkan dimensi keagamaan, tetapi juga menunjukkan
keterlibatan yang signifikan dalam membentuk norma, nilai, dan hukum di
tengah dinamika kehidupan modern. Sebagai otoritas keagamaan yang
8
Zulfaqar Bin Mamat, ‘Penulisan Fatwa Dan Sumbangannya Dalam Perkembangan Ilmu Fiqh’, ju
rnal penyelidikan islam, no. 24 Penulisan Fatwa Dan Sumbangannya Dalam Perkembangan Ilmu F
iqh (2011). Hal. 140
dihormati, MUI memiliki tanggung jawab dalam merespons tantangan dan
perubahan yang terjadi dalam masyarakat.

2. Saran
Disini penulis pada hari ini tanggal 17 Desember 2023, penulis
menyelesaikan tugas karya ilmiah dari mata kuliah filsafat hukum Islam dan
penulis sedang menjalani perkuliahan di kampus Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri Bengkalis(STAIN), tepatnya sekarang berada di semester 5.
Dalam mengerjakan tugas ini pasti banyak kekurangan dari tulisan dan isi
dari penulis, dan jika pembaca atau sekaligus dosen pengampu menemukan
kekurangan maka penulis meminta maaf yang sebesar-besarnya karna saya
masih banyak kurangnya dalam hal ini, dan mohon untuk pembaca
mengirimkan komentar ke e-Mail penulis yang tertera di halaman pertama.
Sekian terima kasih Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

REFERENSI
Najib, Ainun. "Fatwa Majelis Ulama Indonesia dalam Perspektif Pembangunan H
ukum Responsif." Lisan al-Hal: Jurnal Pengembangan Pemikiran dan Keb
udayaan 6.2 (2012): 373-384.
Sajari, Dimyati. "fatwa mui
Ali, Mohammad Daud. "Hukum Islam: Pengantar ilmu hukum dan tata hukum Isl
am di Indonesia." (2007).
Utama, Andrew Shandy. "Sejarah dan Perkembangan Regulasi Mengenai Perban
kan Syariah Dalam Sistem Hukum Nasional Di Indonesia." Jurnal Wawasan
Yuridika 2.2 (2018): 187-200.
Zuhdi, Aprizon (2020) Kedudukan dan Peranan Fatwa Majelis Ulama Indonesia
Dalam Pembentukan Hukum Nasional. Other thesis, Universitas Islam Riau.
Pelu, Ibnu Elmi AS. "Kedudukan fatwa dalam konstruksi hukum islam." El-
Mashlahah Journal 9.2 (2019): 167-181
Sidqi, Imaro, and Doli Witro. "Kedudukan Fatwa Majelis Ulama Indonesia
(MUI) dalam Perspektif Hukum Islam dan Nasional: Studi Implikasi Fatwa
Terhadap Masyarakat." Nizham: Jurnal Studi Keislaman 8.01 (2020): 20-31
Najib, Ainun. "Fatwa Majelis Ulama Indonesia dalam Perspektif Pembangunan H
ukum Responsif." Lisan al-Hal: Jurnal Pengembangan Pemikiran dan Keb
udayaan 6.2 (2012): 373-384.
Mujib, Fatkul. "Perkembangan Fatwa di Indonesia." Nizham: Jurnal Studi
Keislaman 3.1 (2017): 94-121
Zulfaqar Bin Mamat, ‘Penulisan Fatwa Dan Sumbangannya Dalam Perkembanga
n Ilmu Fiqh’, jurnal penyelidikan islam, no. 24 Penulisan Fatwa Dan Sumba
ngannya Dalam Perkembangan Ilmu Fiqh (2011). Hal. 140
Zulfaqar Bin Mamat, ‘Penulisan Fatwa Dan Sumbangannya Dalam Perkembanga
n Ilmu Fiqh’, jurnal penyelidikan islam, no. 24 Penulisan Fatwa Dan Sumba
ngannya Dalam Perkembangan Ilmu Fiqh (2011). Hal. 140

Anda mungkin juga menyukai