Anda di halaman 1dari 5

MANFAAT Fatwa DSN MUI

Santer menjelaskan bahwa Fatwa DSN MUI dapat disejajarkan dengan


hukum positif di Indonesia. Hal ini dipicu dengan munculnya Gerakan Nasional
Pembela Fatwa-Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) pada kasus penistaan
Agama terpidana Basuki Tjahaya Purnama (alias Ahok). Pihak-pihak yang
berkompeten ini membahas perihal hubungan fatwa Majelis Ulama Indonesia
(MUI) dengan hukum positif. Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK)
Mohammad Mahfud MD menegaskan bahwa fatwa adalah pendapat keagamaan,
bukan hukum positif. Menurut Mahfud, hukum positif adalah semua yang ada
dalam undang-undang dan diatur oleh lembaga negara, sedangkan MUI bukanlah
lembaga negara. Mahfud menambahkan, mereka yang melanggar fatwa tidak
boleh diberi sanksi atau sanksi. Fatwa itu mengikat pada diri sendiri dan tidak
diatur dalam undang-undang. Kecuali jika fatwa tersebut telah dipositifkan ke
dalam undang-undang. yakni contohnya membayar halal atau tidaknya suatu
produk, undang- undang menyebutkan bahwa MUI satu-satunya lembaga yang
mengeluarkan fatwa1.

MUI berdiri pada tanggal 26 Juli 1975, sebagai hasil pertemuan atau
musyawarah para ulama, cendikiawan dan zu'ama yang datang dari penjuru tanah
air, antara lain meliputi 26 provinsi di Indonesia pada masa itu. 10 orang ulama
yang merupakan unsur dari ormas-ormas Islam tingkat pusat, yaitu, NU,
Muhammadiyah, Syarikat Islam, Perti. Al Washliyah, Mathlaul Anwar, GUPPI,
PTDI, DMI, dan Al Ittihadiyah, 4 orang dari Dinas Rohani Islam, Angkatan
Darat, Angkatan Udara, Angkatan Laut, dan POLRI serta 13 orang
tokoh/cendikiawan yang merupakan tokoh pribadi. Dari musyawarah tersebut
dihasilkan sebuah kesepakatan untuk membentuk wadah tempat
bermusyawarahnya para ulama, zu’ama dan cendikiawan muslim, yang tertuang

1
Misbach, I. (2015). Kedudukan Dan Fungsi Dewan Pengawas Syariah Dalam Mengawasi
Transaksi Lembaga Keuangan Syariah Di Indonesia. Jurnal Minds: Manajemen Ide dan Inspirasi,
2(1), 79-93.
dalam sebuah “piagam Berdirinya MUI”, piagam tersebut ditandatangani oleh
seluruh peserta musyawarah yang dikenal dengan Musyawarah Nasional Ulama2.

Lahirnya Fatwa DSN-MUI memiliki peran yang cukup penting bagi


masyarakat muslim Indonesia, peran tersebut berupa:

1. Memberikan bimbingan dan tuntunan kepada umat Islam Indonesia dalam


mewujudkan kehidupan beragama dan bermasyarakat yang di ridhoi Allah
SWT.
2. Memberikan nasehat dan fatwa mengenai masalah keagamaan dan
kemasyarakatan kepada Pemerintah dan masyarakat
3. Meningkatkan kegiatan untuk mewujudkannya ukhuwah islamiyah dan
kerukunan antar umat beragama dalam memantapkan persatuan dan
kesatuan bangsa
4. Menjadi penghubung antara ulama dan umaro (pemerintah) dalam
penerjemah timbal balik antara umat dan pemerintah untuk mensukseskan
pembangunan nasional
5. Meningkatkan hubungan dan kerjasama antar organisasi, lembaga islam
dan cendikiawan muslimin dalam memberikan bimbingan dan tuntunan
kepda masyarakat khususnya umat islam dengan mengadakan konsultasi
dan informasi secara timbal balik3.

Pada dasarnya, fungsi Fatwa DSN-MUI adalah memberikan fatwa dan


nasehat mengenai masalah keagamaan dan kemasyarakatan kepada Pemerintah
dan umat Islam pada umumnya, sebagai amar ma’ruf nahi munkar. Dalam
pengertian yang luas Fatwa DSN-MUI dapat pula mencakup nasehat, anjuran, dan
seruan. Fatwa dikeluarkan oleh MUI karena ada permintaan atau pertanyaan baik
dari perorangan, pemerintah, lembaga sosial kemasyarakatan atau MUI sendiri
yang oleh MUI dipandang perlu untuk difatwakan. Nasihat merupakan suatu
keputusan MUI mengenai suatu masalah kemasyarakatan yang sebaiknya
2
Wahid, S. H. (2016). Pola Transformasi Fatwa Ekonomi Syariah DSN-MUI Dalam Peraturan
Perundang-Undangan Di Indonesia. Ahkam: Jurnal Hukum Islam, 4(2), 2-171.
3
Suhartono, S. (2017). Eksistensi Fatwa Majelis Ulama Indonesia dalam Perspektif Negara Hukum
Pancasila. Al-Ihkam: Jurnal Hukum & Pranata Sosial, 12(2), 448-465.
dilaksanakan oleh Pemerintah atau masyarakat4. Anjuran merupakan suatu
masalah kemasyarakatn di mana MUI berpendapat perlu melakukan dorongan
untuk pelaksanaan lebih intensif karena dianggap banyak maslahatnya. Seruan
pada fatwa MUI merupakan keputusan MUI mengenai suatu masalah yang tidak
dapat dilaksanakan atau dilaksanakan oleh Pemerintah maupun masyarakat.

Di satu sisi, Fatwa DSN-MUI merupakan perangkat aturan kehidupan


masyarakat yang bersifat tidak mengikat dan tidak ada paksaan secara hukum bagi
masyarakat untuk mematuhi ketentuan fatwa tersebut. Namun di sisi lain, melalui
pola-pola tertentu, materi muatan yang dimuat dalam fatwa MUI dapat diserap
dan diubah menjadi materi muatan peraturan perundang-undangan yang memiliki
kekuatan hukum dan mengikat umum pada satu masyarakat. Fatwa dapat diminta
secara pribadi maupun dilakukan secara berekelompok.

Fatwa merupakan anjuran yang dapat ditaati maupun tidak ditaati. Karena
posisinya sebagai anjuran, maka ketidakpatuhan terhadap suatu fatwa tidak
mendapat sanksi hukum. Sanksi yang dapat terjadi di masyarakat seringkali yang
terjadi adalah sanksi sosial. Namun demikian, ada beberapa fatwa yang telah
diadopsi menjadi undang-undang di Indonesia, seperti Undang-Undang Peradilan
Agama, Undang-Undang tentang makanan halal, dan Undang-Undang tentang
Perekonomian Syariah. Pengadopsian tersebut telah menjadikan MUI
memberikan peranan yang besar terhadap perkembangan syariah di Indonesia.

Fatwa DSN-MUI biasanya muncul sebagai respon pertanyaan yang


bersumber dari masyarakat maupun kebijakan pemerintah. Fatwa MUI dianggap
mewakili pandangan Umat Islam Indonesia karena di dalam MUI terdapat banyak
perwakilan dari berbagai ormas Islam di Indonesia, walaupun tidak sedikit fatwa
MUI yang menuai kritik dan kontroversi. Jika merujuk pada Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan,
maka Fatwa MUI bukan merupakan suatu jenis peraturan perundang-undangan

4
Afrelian, M. I., & Furqon, I. K. (2019). Legalitas Dan Otoritas Fatwa Dewan Syariah Nasional
Majelis Ulama Indonesia Dalam Operasional Lembaga Keuangan Syariah. JURNAL ILMIAH MIZANI:
Wacana Hukum, Ekonomi, Dan Keagamaan, 6(1), 1-12.
yang mempunyai kekuatan hukum mengikat. Fatwa MUI hanya mengikat dan
ditaati oleh umat Islam yang merasa mempunyai ikatan terhadap MUI itu sendiri.
Fatwa MUI tidak punya legalitas untuk memaksa harus ditaati oleh seluruh umat
Islam.

Pembentukan fatwa bidang ekonomi syariah oleh DSN merupakan respon


terhadap transaksi ekonomi syariah yang mulai berkembang sejak tahun 1990-an
karena pada saat itu belum ada aturan terkait ekonomi syariah yang dijalankan
lembaga keuangan syariah (LKS). Fatwa DSN sangat diperlukan untuk
menghindari perbedaan ketentuan kegiatan tertentu yang dibuat Dewan Pengawas
Syariah (DPS) di masing-masing LKS. Dikarenakan belum ada peraturan
ekonomi syariah, keberadaan fatwa DSN menjadi kebutuhan dan pedoman
kegiatan ekonomi syariah. Fatwa DSN selain menjadi kebutuhan masyarakat juga
untuk keseragaman aturan bagi pelaku ekonomi syariah5.

Pemerintah, Bank Indonesia, Kementerian Keuangan dan Badan Pengawas


Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) seringkali melibatkan DSN-
MUI dalam menyusun peraturan. Misalnya, Keputusan Menkeu, Peraturan Bank
Indonesia (PBI), Peraturan Ketua Bapepam-LK. DSN kerap diminta membuat
fatwa terlebih dahulu ketika pemerintah akan membuat aturan. Fatwa DSN-MUI
menjadi pedoman atau dasar keberlakuan kegiatan ekonomi syariah tertentu bagi
pemerintah dan LKS. Jadi fatwa DSN itu bersifat mengikat karena diserap ke
dalam peraturan perundang-undangan. Terlebih, adanya keterikatan antara DPS
dan DSN karena anggota DPS direkomendasikan oleh DSN6.

Jumlah Fatwa DSN-MUI hingga Oktober 2021 terdapat sebanyak 143


fatwa yang terdiri dari fatwa bidang perbankan, bidang IKNB, bidang pasar
modal, bidang bisnis dan Fatwa yang bersifat general. Fatwa DSN akan terus
bertambah seiring dengan perkembangan transaksi ekonomi syariah.
5
Gayo, A. A., & Taufik, A. I. (2012). Kedudukan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia Dalam Mendorong Perkembangan Bisnis Perbankan Syariah (Perspektif Hukum
Perbankan Syariah). Jurnal Rechts Vinding: Media Pembinaan Hukum Nasional, 1(2), 257-275.
6
Kristianti, D. S. (2020). Integrasi Prinsip Syariah dalam Fungsi Intermediasi Lembaga Keuangan
Syariah. Undang: Jurnal Hukum, 3(2), 315-339.
DAFTAR PUSTAKA

1. Afrelian, M. I., & Furqon, I. K. (2019). Legalitas Dan Otoritas Fatwa


Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Dalam Operasional
Lembaga Keuangan Syariah. JURNAL ILMIAH MIZANI: Wacana Hukum,
Ekonomi, Dan Keagamaan, 6(1), 1-12.
http://dx.doi.org/10.29300/mzn.v6i1.2195
2. Gayo, A. A., & Taufik, A. I. (2012). Kedudukan Fatwa Dewan Syariah
Nasional Majelis Ulama Indonesia Dalam Mendorong Perkembangan
Bisnis Perbankan Syariah (Perspektif Hukum Perbankan Syariah). Jurnal
Rechts Vinding: Media Pembinaan Hukum Nasional, 1(2), 257-275.
http://dx.doi.org/10.33331/rechtsvinding.v1i2.100
3. Kristianti, D. S. (2020). Integrasi Prinsip Syariah dalam Fungsi
Intermediasi Lembaga Keuangan Syariah. Undang: Jurnal Hukum, 3(2),
315-339. https://doi.org/10.22437/ujh.3.2.315-339
4. Misbach, I. (2015). Kedudukan Dan Fungsi Dewan Pengawas Syariah
Dalam Mengawasi Transaksi Lembaga Keuangan Syariah Di Indonesia.
Jurnal Minds: Manajemen Ide dan Inspirasi, 2(1), 79-93.
https://doi.org/10.24252/minds.v2i1.4634
5. Suhartono, S. (2017). Eksistensi Fatwa Majelis Ulama Indonesia dalam
Perspektif Negara Hukum Pancasila. Al-Ihkam: Jurnal Hukum & Pranata
Sosial, 12(2), 448-465. https://doi.org/10.19105/al-lhkam.v12i2.1255
6. Wahid, S. H. (2016). Pola Transformasi Fatwa Ekonomi Syariah DSN-
MUI Dalam Peraturan Perundang-Undangan Di Indonesia. Ahkam: Jurnal
Hukum Islam, 4(2), 2-171. https://doi.org/10.21274/ahkam.2016.4.2.171-
198

Anda mungkin juga menyukai