Anda di halaman 1dari 11

BAB II

FATWA DSN-MUI DAN AKAD QARDHUL HASAN

1. Fatwa DSN-MUI

1. Pengertian Fatwa

Fatwa adalah menuruti Kamusi Besari Bahasai Indonesiai, Fatwai

adalahi jawab (keputusan, pendapat) yang di berikan kepada mufti tentang

sesuatu masalah.13 Ali-iFatwa dan Istifta secara etimologi (bahasa) ialah

menyelesaikan setiap problemi. Sedangkan secara terminologii (istilah)

ialah menyampaikani hukum-hukum Allah berdasarkan dalil-dalil syariah

yang mencakupi segala ipersoalan.14 Kata fatwai secara linguistik berarti

memberikan penjelasan terkait permasalah yang rumit. Makna linguistik

bersifat umum, substansinya adalah menjelaskan suatu hal yang

ditanyakan dan diminta penjelasanya.15

Jika dipahami secara mendalam urgensi fatwa dalam kehidupan

dapat dilihat kedudukan dan peranannya sebagai berikut.16 :

1. Memberikan penjelasan terkait hukum dan ketentuan syariah dalam berbagai persoalan

umat yang terbaru, sehingga legalitas syariah terkait hal-hal baru dapat dipahami

masyarakat.

13 https://kbbi.web.id/fatwa
14
1515
Adami, P. (2022). Fatwa-Fatwai Ekonomii Syariahi: Konsep, Metodologi &
ImplementasinyaipadaiLembaga Keuangan Syariah. Amzah.
Lihat Ar-Raisuni, Shina’atu Al-Fatwa Fi Al-Qadhaya iAl-Mu’ashirah, hal 21-22, dan iAl-Muzaini, iAl-Futya iAl-’Mu’ashirah, hal 14-
16
dalam Saputra,
KomisiRFatwa
(2022) Aktualisasi Maqashid Dalam Kontruksi Fatwa EkonomiAkademisi.
iBukuiPeraniFatwaidalamiPerubahaniSosial:iFatwaiMUIidalamiPandangan
15.
Sekretariat MUI Syariah DSN-MUI.
Jakarta :

15
16

2. Membangun serta meningkatkan kesadaran hukum masyarakat serta memberikan payung

hukum dan legalitas formal

3. Memberikan solusi hukum dan jalan keluar bagi personal, masyarakat, lembaga, bahkan

negara dalam menghadapi berbagai persoalan

4. Menjadi guidance bagi berbagai lembaga yang beroperasi dengan landasan iprinsip-

prinsipisyariah

2. Sejarah Berdirinya DSN-MUI

Setelah penyelenggaraan kegiatan MUIi Pusat ipada tanggal 29-30

Juli i1997 di Jakarta terkait iLokakarya Ulama tentang iReksadana

iSyariah. Muncul rekomendasi-rekomendasi baru terkait perkembangan

aktivitas Lembaga-Keuangan-Syariah di bidang ekonomi syariah

iIndonesia. MUI Membutuhkan sebuah lembaga baru yang berfokus dalam

membantu Majelis-Ulama-Indonesia menghasilkan fatwa tentang produki

dan jasa keuanganiSyariah. Sehingga pada-tanggal 14-Oktober 1997 MUI

membuat timirapatiPembentukaniDewaniSyariahiNasional (DSN). 17

Kemudian tanggal 10 Februari 1999 Dewan Pimpinan MUI

membentuk DSN dengan menerbitkan SK MUI No. Kep-754/MUI/II/99

tentang pembentukan DSN. Pada tanggal 1 April Pengurus DSN-MU pertama

kalinya mengadakan Rapat Pleno I di Jakarta untuk mengesahkan Pedoman

Dasar dan Pedoman Rumah Tangga DSN-MUI. Sehingga MUI memiliki tiga

perangkat, yaitu satu komis fatwa MUI dan dua lembaga yang terkait dengan

pembuatan dan penetapan fatwa yakni Lembaga Pengkajian

17Keputusan DSNi MUIi no 01 Tahun 2000


17

Pangan, Obat-obatan, Minuman dan Kosmetika (LP-POM) dan Dewan

Syariah Nasional (DSN).

Koordinasi ulama dalam menanggapi permasalah terkait ekonomi

keuangan dengan mengambil langkah efisien membentuk/membuat Dewan

Syariah Nasional MUI.18 Berbagai isu ekonomi yang akan diterima,

didiskusikan dan dimusyawarahkan bersama agar diperoleh paradigma yang

sama dalam menghasilkan fatwa dari DewaniPengawasiSyariah (DPS)

yangiadaidiilembagaikeuanganisyariah. Selain itu DSN-MUI juga untuk

mensosialisasikan penerapaniajaraniIslam dalam kehidupan ekonomi dan

keuangan,iDSN-MUIiakan selalu terlibat aktif dalam merespon dinamika

perkembanganimasyarakatiIndonesiaidi bidangikeuangan.

Pihak yang meminta fatwa (mustafti) adalah LKS dan pemerintah.

Lembaga keuangan syariah mengajukan atau mengirimkan fatwa kepada

DSN untuk menjalankan operasionalnya, sedangkan pemerintahan

mengajukan fatwa terkait pelaksanaaniperaturaniperundang-undangan yang

akan diberlakukan. Pada prinsipnya, penerbitan fatwa DSN atas

permintaan atau pertanyaan mustafti meskipun tidak semua identitas

mustafti dicantumkan dalam fatwa DSN. Ada Pula fatwa DSN yang tidak

diminta oleh mustafti, mengingat perlu adanya fatwa tersebut terkait

dengan fatwa DSN.19

18 https:i//dsnmui.or.id/ikami/isekilas/
19 Muayyad,iU., &iSubqi, T. (2021).iPenerapaniAkadiQardhuliHasaniBerdasarkaniFatwaiDSN-
MUI Nomor 19/Dsn-Mui/Iv/2001 di BMT NU
JatimiCabangiPasongsonganiSumenep.iJurnaliPemikiran daniIlmu Keislaman,i4(1),i188-204
18

3. Peran dan Kewenangan DSN-MUI

Berdasarkan Keputusan DSN-MUI No. 01 Tahun 2000, dinyatakan

bahwa tugas dari DSN adalah sebagai berikut.20:

1. Menumbuhkan kembangkan penerapan nilai-nilai syariah dalam kegiatan perekonomian pada

umumnya dan keuangan pada khususnya.

2. Mengeluarkan fatwa atas jenis-jenis kegiatan keuangan

3. Mengeluarkan fatwa atas produk dan jasa keuangan syariah

4. Mengawasi penerapa fatwa yang telah dikeluarkan

Keberadaan DPS mendahului DSN, tidak ditinggalkan oleh

mekanisme pelaksanaan tugas DSN. Dewan Syariah Nasional tetap

memerlukan DPS untuk terus menghimbau pengawasan dalam melakukan

pemantauan pelaksanaan syari’ah pada masing- masing LKS.

Oleh karena itu,iDSN memiliki kewenangan melaksanakanitugas

yangitelahidiberikanikepadanyaisebagaimana berikut, yaitu:

1. Mengeluarkan Fatwa yang mengikat DPS di masing-masing LKS dan menjadi dasar

tindakan hukum pihak terkait

2. Mengeluarkan fatwa yang menjadi landasan bagi ketentuan./ peraturan yang dikeluarkan

oleh instansi yang berwenang, seperti Departemen keuangan dan Bank Indonesia

3. Memberikan rekomendasi atau mencabut rekomendasi nama-nama yang akan duduk

sebagai DPS pada suatu LKS

4. Mengundang para ahli untuk menjelaskan suatu masalah yang dipelukan dalam

pembahasan.

20 SKiMUIiNo.iKep-754/MUI/II/
99itentangiPembentukaniDewaniSyariahiNasional
19

e. Memberikan peringatana kepada LKS untuk menghentikan

penyimpangan dari fatwa yang dikeluarkan oleh DSN

f. Mengusulkan kepada instansi yang berwenang untuk mengambil

tindakan apabila peringatan tidak diindahkan

Mekanisme kerja Dewan Syariah Nasional yaitu sebagai berikut :

1. Mengesahkan rancangan Fatwa yang diusulkan oleh BPH-DSN

2. DSN Melakukan rapat pleno paling tidak satu kali dalam tiga bulan atau bilamana

diperlukan.

3. Setiapitahunnya menyampaikanipernyataaniyang disertakanidalam laporan tahunani(annual

report) bahwa lembaga keuangan syariah yang

bersangkutan telah/ tidakimemenuhi semua syarat dan

ketentuanisyariahisesuaiidenganifatwaiyangidikeluarkanioleh iDewan

SyariahiiNasional

2. Akad Qardhul Hasan

1. Interpretasi Akad

Akad secara etimologi adalah menggabungkan antara ujung sesuatu dan


mengikatnya. Sedangkan secara terminologi, akad ialah kesepakatan dua
belah pihak atau lebih yang menimbulkan adanya suatu kewajiban dan harus
21
berjalan sesuai syariat. Menurut Az-Zuhaili, akad ialah segala sesuatu yang
diniatkan oleh seseorang untuk dikerjakan, baik timbul karena suatu
Sedangkan menurut Basyir,akad ialah suatu perikatan ijab dan
22
kehendak. Juz IV. Damaskus: Dar Al-Fikr

21Jakarta : Suhendi, HendiHal


Raja Grafindo. (2008)
50 Fiqh Muamalah.

22Az-Zuhaili, Wahbah. 1986. Al-Fiqh Islamy wa Adillatuh


20

qabul dengan cara yang dibenarkan syara yang menetapkan adanya akibat-

23
akibat hukum pada objeknya.

Adapun dalam menjalankan suatu perikatan atau perjanjian

24
diperlukan adanya rukun-rukun akad. , sebagai berikut :

1. Aqid (Orang yang berakad/ Subjek Akad) baik itu dua orang atau lebih.

2. Maqud Alaih (benda-benda yang akan diakadkan/ objek akad)

3. Maudhu Al-Aqid (tujuan dan maksud mengadakan akad )

4. Shighat Al-Aqid (Pernyataan ijab qabul dalam berakad)

Selain itu dalam kaidah bermuamalah terdapat tujuh prinsip dan asas

dalam berakad yaitu Asas Ilahi (ketauhidan), Asas kebebasan (al-hurriyah),

Asas persamaan dan kesetaraan (al-musawarah), Asas keadilan (al-adalah),

Asas kerelaan (ridha), Asas kejujuran dan kebenaran (As-Shiddiq) dan Asas

25
tertulis (Al-Khitbah) hendaknya akad dibuat secara tertulis.

2. Interpretasi Qardhul Hasan

QardhuliHasaniadalahisuatuiinterestifreeifinancing (Pembiayaan tanpa

bunga). Katai“hasan”iberasal dari bahasa arabi”ihsan” yangiberartiikebaikan

kepadaiorangilain.iQardhuliHasan iadalah ijenis ipinjaman iyang idiberikan

kepadaipihakiyang benar-benar membutuhkannya untukijangkaiwaktuitertentu

tanpaiharusimembayaribungaiatauikeuntungan apapun.

Qardhulihasan berasal idari ikonsep iqardh iyang iada di masa Nabi

Muhammad saw. Secarailiteral berartii“memotong suatu bagian”.iSedangkan

secarai terminologis iberartii pertukarani suatuihartai atauibendai dengan

23
Basyir, Ahmad Azhar. 2004. Asas-Asas Hukum Muamalat (Hukum Perdata Islam). Yogyakarta:
24 UII Pres. Hal
Ali,Hasan, M. 46Pengantar
2003.
25Djuwaini, Dimyauddin.
Yogayakarta: 2010.
Pustaka Kencana. HalBerbagai
78 FiqhMacam Transaksi dalam Islam. Jakarta: Raja GrafIndo Persada
Muamalah.
21

kewajiban bagi penerima untuk menanggung porsi yang sama atas yang

diterimanya dari pemberi pinjaman, untuk dapat dimanfaatkan oleh penerima

barang tersebut. 26

Qardhuli HasanI atau benevolent loan adalah suatu pinjaman biaya

rendah/lunak yang diberikan semata-mata atas dasar kewajiban sosial, dalam

hal ini peminjam tidak perlu mengembalikan apapun kecuali pokok pinjaman.

Pada hakekatnya Qardhul Hasan adalah pinjaman sosial yang diberikan

secara sukarela (benevolent) tanpa pembayaran lain selain pelunasan pokok

pinjaman.27

Qardhul Hasan termasuk dalam akad tabarru’ yang bertujuan untuk

saling membantu dalam kebaikan (tabarru berasal dari kata birr dalam bahasa

Arab, yang artinya kebaikan). Dalam akad tabarru’, pihak yang berbuat

kebaikan tersebut tidak berhak menuntut ganti rugi dari pihak lain Pada

dasarnya pinjaman Qardhul Hasan diberikan kepada:

1. Mitra yang membutuhkan pinjaman produktif untuk keperluan mendesak.

2. Pengusaha mikro tanpa modal/ kurang modal tetapi peluang bisnisnya sangat baik.

Berdasarkan pengertian idiatas,ipenulisimenyimpulkanibahwaiqardhul

hasaniadalah suatu iproduk idimana produk tersebut merupakan produk

ta’awun (tolong menolong) yaitu zakat, infaq dan sedekah yang bersifat

sosialistik dan semata-mata tidak hanya untuk kebutuhan konsumtif, tetapi

26 Mardani, Fiqih Ekonomi Syariah Fiqih Muamalah, Jakarta: Prenada Media Group, 2012. Hal. 331
27
Setiawan, F., Purwaningrum, T.,
Ayuningtyas, E. D. P., & Futaki, F. A.
(2022). Analysis of operational risk
management on BankZiska financing
institution of Ponorogo branch.
International Journal of Advances in
Social and Economics, 4(2), 57-60.
22

untuk kebutuhan mendesak seperti biaya pengobatan, pendidikan dan lain-

lain..

3. Syarat Ketentuan dan Prinsip Pembiayaan Qardhul Hasan

Himpunan Putusan Ulama Komisi Fatwa Se-Indonesia VII tahun 2021

tentang Masalah Fikih Kontemporer atau Masail Fiqhiyah Mu’asirah dalam

hokum penyaluran dana zakat dalam bentuk Qardhul Hasan menyebutkan

28
bahwa :

Zakat memiliki dua fungsi penting dalam ajaran Islam. yang pertama

adalah mensucikan harta benda dan jiwa manusia agar selalu dalam keadaan

fitrah. Kedua, zakat juga berfungsi sebagai dana publik yang digunakan untuk

tujuan sosial dalam mengentaskan kemiskinan. Perkembangan zaman

menuntut inovasi dalam segala hal termasuk dalam penyaluran zakat. Jika

sebelumnya zakat disalurkan dan dampaknya dirasakan langsung oleh

mustahik, maka kini banyak lembaga zakat yang membuat terobosan baru

untuk meningkatkan kualitas dampak zakat. Misalnya, secara historis zakat

didistribusikan dalam bentuk yang lebih konsumtif untuk memenuhi

kebutuhanidasarimanusia seperti sandang, papan, dan pangan. Kini

mekanismenyaidengan adanya zakatiproduktif.29

Padaidasarnyaidanaizakatimaliharusididistribusikanikepadaimustahik

sesegera imungkin i(‘ala al faur) iuntuk dimiliki dan dimanfaatkan. Penyaluran

28 Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia tahun 1976-2021

29 Febianto,iI., &iAshany,iA.iM. (2012).iTheiimpactiofiQardhuliHasanifinancingiusingiZakah


fundsionieconomiciempowermenti(Caseistudy iof Dompet Dhuafa, iWest Java, iIndonesia). iAsian Businessi
Review,i 1(1), 15-20.
23

dana zakat dalam bentuk Al Qardh Al Hasan hukumnya boleh atas dasar

kemaslahatan yang lebih luas, dengan syarat ketentuan sebagai berikut30:

1. Penerima dana pembiayaan termasuk mustahik zakat

2. Dana yang diterima digunakan untuk modal usaha

3. Pihak amil harus selektif dalam memilih atau menyeleksi mustahik yang menerima dana

penyaluran ZIS

4. Penerima zakat atau peminjam modal usaha harus mengembalikan dana sesuai dengan

yang diterima

5. Apabila mustahik belum mampu mengembalikan dana pembiayaan hingga jatuh tempo

maka ditangguhkan waktunya.

Kemudian syarat yang harus dimiliki setiap rukun akad qardhul

hasan yaitu sebagai berikut :

1. Muqridh dan Muqtaridh adalah orang yang mampu mengelola hartanya sendiri secara

mutlak dan bertanggung jawab dengan meminjam kan dana pembiayaan tanpa ada

paksaan. Bukan orang gila ataupun anak kecil.

2. Muqtaradh objek atau dana yang digunakan bermanfaat, bernilai, halal dan dapat

dipergunakan

3. Sighat harus menunjukan kesepakatan kedua belah pihak dan tidak boleh memberikan

keuntungan bagi pemberi pinjaman (muqridh) seperti bunga atau riba. Kemudian dalam

proses ijab qabul hanya berfokus pada akad Qardhul Hasan saja. Tidak ada yang lainnya.

30 Mustofa, iM. B., & Khoir, M. K. (2019). QardhuliHasan DalamiPerspektifiHukumiIslamiPada


Baitul MaaliWaiTamwil (BMT)iDaniImplementasinya.iAtiTaajir:iJurnaliEkonomi, Bisnis dan Keuangan
Syariah, 1(1), 44-58.
24

Adapun rekomendasi yang disampaikan dalam keputusan fatwa

untuk lembaga zakat yang menggunakan dana ZIS-DSKL sebagai dana

bantuan program pembedayaan mustahik melalui pinjaman Qardhul

31
Hasan , tersebut sebagai berikut :

1. LAZ harus membatasi persentase pentasarufan dana ZIS dalam bentuk Qardhul Hasan

agar dana ZIS dapat terdistribusikan dan tersalur dengan adil dan proposional.

2. ZIS yang ditasyarufkan dalam bentuk akad Qardhul Hasan lebih diprioritaskan kepada

mustahik yang berusia produktif atau memiliki waktu satu bulan atau dua bulan

pengalaman berjualan yang kemudian membutuhkan tambahan dana.

3. Untuk mengeleminir kegagalan program bantuan dana berbasis ZIS-DSKL (Zakat Infaq,

Shadaqah dan Dana Sosial Keagamaan lainnya) Lembaga Amil Zakat dan pihak terkait

perlu melakukan pendampingan dan pengawasan

31 Himpunan P Himpunan Fatwa Zakat Majelis Ulama Indonesia tahun 1976-2021

Anda mungkin juga menyukai