Anda di halaman 1dari 32

SERTIFIKASI

DEWAN PENGAWAS SYARIAH

Tim DSN-MUI
21 Oktober 2021
POKOK BAHASAN I

1. Pendahuluan

2. Kedudukan MUI/DSN-MUI

3. Prinsip Syariah

4. Kedudukan DPS

5. Sertifikasi DPS
Pendahuluan

Keterangan
1. Pranata kelembagaan sistem keuangan Indonesia, secara de jure dan de facto telah diakui konsep dual financial system (sistem
keuangan ganda) yaitu sistem keuangan konvensional dan sistem keuangan syariah. (Cfm. UU No.10/1998 jo. UU No.7 tahun
1992 tentang Perbankan; UU No.21/2008 tentang Perbankan Syariah, UU No.40/2014 tentang Perasuransian, dan UU No. 7
Tahun 1989 tentang Peradilan Agama jo.UU No. 3 Tahun 2006 dan UU No. 50 Tahun 2009).
2. Sistem keuangan konvensional telah berjalan sejak lama, sedangkan sistem keuangan syariah baru muncul awal tahun 1990-an.
Pengakuan terhadap sistem keuangan syariah diawali dengan didirikannya bank syariah pada tahun 1992 di samping bank
konvensional, sehingga diterimanya dua sistem perbankan (dual banking system), yaitu bank syariah dan bank konvensional.
(cfm PP 72/1992 ttg Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil; UU No.10/1998 jo UU No.7/1992 tentang Perbankan).
3. Dalam menumbuhkan dan menjalankan sistem keuangan syariah, MUI memiliki peran sangat penting. Hal ini dapat dilihat dari 3
aspek: historis, sosiologis, dan yuridis.
Kedudukan MUI/DSN-MUI

a. Seminar tentang bunga di akhir tahun 1980-an;


b. Rrekomendasi MUI untuk persiapan pendirian bank bagi hasil (bank syariah);
c. Pembentukan tim pendirian bank syariah dan pendirian bank syariah pertama
th 1992; dan Takaful 1994
Aspek Historis d. Lokakarya Reksadana Syariah 1998
e. Kerjasama dengan para stakeholders menumbuhkembangkan ekonomi dan
keuangan syariah (BI, Kementrian, Pelaku Industri, Lembaga, dll).

a. MUI merupakan wadah besar umat Islam Indonesia.


MUI/ Aspek b. Rrepresentasi berbagai ormas-ormas Islam di Indonesia;
c. Terhimpunnya para ulama, ahli dan zu’ama (pemerintah dan regulator).
DSN-MUI Sosiologis d. Pelayan umat (khadimul ummah) dan Mitra pemerintah dan regulator (shadiq
alhukumah)

a. UU No.40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (Pasal 109)


b. UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah (Pasal 32)
Aspek Yuridis c. UU No. 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (Pasal 25)
d. UU No. 1 Tahun 2013 Tentang Lembaga Keuangan Mikro (Pasal 12)
e. UU BI dan PBI; POJK dan SEOJK.
KEDUDUKAN DSN-MUI-1
NO UU PASAL
1 UU No 40 Tahun 1. Perusahaan yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah selain memiliki
2007 Tentang Dewan Komisaris, wajib memiliki Dewan Pengawas Syariah.
Perseroan Terbatas 2. Dewan Pengawas Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari seorang ahli
(Pasal 109) syariah atau lebih yang diangkat oleh RUPS atas rekomendasi Majelis Ulama Indonesia.
3. Dewan Pengawas Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Bertugas memberikan saran
dan nasehat pada direksi serta mengawasi kegiatan perseroan agar sesuai dengan prinsip
syariah

2 UU No 21/2008 ttg 1. Dewan Pengawas Syariah wajib dibentuk di Bank Syariah dan Bank Umum Konvensional
Perbankan Syariah yang memiliki UUS.
(Pasal 32) 2. Dewan Pengawas Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat diangkat oleh Rapat Umum
Pemegang Saham atas rekomendasi Majelis Ulama Indonesia.
3. Dewan Pengawas Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas memberikan
nasihat dan saran kepada direksi serta mengawasi kegiatan Bank agar sesuai dengan Prinsip
Syariah.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan Dewan Pengawas Syariah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bank Indonesia.
KEDUDUKAN DSN-MUI-2
NO UU PASAL
3 UU RI NO.19 Pasal 25
TAHUN 2008 Dalam rangka penerbitan SBSN, Menteri meminta fatwa atau pernyataan
Tentang Surat kesesuaian SBSN terhadap prinsipprinsip syariah dari lembaga yang memiliki
Berharga Syariah kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah.
Negara Penjelasan Pasal 25
Yang dimaksud dengan "lembaga yang memiliki kewenangan dalam
menetapkan fatwa di bidang syariah" adalah Majelis Ulama Indonesia atau
lembaga lain yang ditunjuk Pemerintah
4 UU No. 1/2013 Pasal 12
Tentang 1) Penyaluran Pinjaman atau Pembiayaan dan pengelolaan Simpanan oleh LKM
Lembaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat dilaksanakan secara
Keuangan Mikro, konvensional atau berdasarkan prinsip syariah.
2) Kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) wajib dilaksanakan sesuai dengan fatwa syariah yang dikeluarkan
oleh Dewan Syariah Nasional, Majelis Ulama Indonesia.
KEDUDUKAN DSN-MUI-3
NO UU PASAL
5 POJK No. 15/POJK.04/ 2015 Prinsip Syariah di Pasar Modal adalah prinsip hukum Islam dalam
Tentang Penerapan Prinsip Kegiatan Syariah di Pasar Modal berdasarkan fatwa Dewan Syariah
Syariah Di Pasar Modal Nasional - Majelis Ulama Indonesia, sepanjang fatwa dimaksud tidak
bertentangan dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini dan/atau
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan lainnya yang didasarkan pada
fatwa Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia. (Pasal 1,
angka 2)

6 POJK No.10/POJK. 05/2019 Prinsip Syariah adalah ketentuan hukum Islam berdasarkan fatwa
Tentang Penyelenggaraan dan/atau pernyataan kesesuaian syariah dari Dewan Syariah Nasional
Usaha Perusahaan Majelis Ulama Indonesia
Pembiayaan Syariah Dan Unit
Usaha Syariah Perusahaan
Pembiayaan
(Psl 1 angka 6)
KEDUDUKAN DSN-MUI-4
NO UU PASAL
7 Peraturan Otoritas Jasa 1. Perusahaan Pembiayaan Syariah dan Unit Usaha Syariah wajib memiliki
Keuangan Nomor DPS.
30/POJK.05/ 2014 Tentang 2. DPS terdiri atas 1 (satu) orang ahli syariah atau lebih yang diangkat oleh
Tata kelola Perusahaan Yang RUPS atas rekomendasi Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Baik Bagi Perusahaan Indonesia.
Pembiayaan (Bab VII Pasal 32 3. DPS diangkat dalam RUPS dan dituangkan dalam akta notaris.
s/d 42)

8 POJK No. 5/POJK.05/2014 1. Prinsip Syariah adalah ketentuan hukum Islam berdasarkan fatwa atau
Tentang Perizinan Usaha Dan pernyataan kesesuaian syariah dari Dewan Syariah Nasional Majelis
Kelembagaan Lembaga Ulama Indonesia. (Psl 1 angka 10)
Penjaminan Jo. 6/POJK.05/2014
2. Perusahaan Penjaminan Syariah, Perusahaan Penjaminan Ulang Syariah
Tentang Penyelenggaraan usaha
lembaga penjaminan dan Unit Usaha Syariah wajib memiliki paling sedikit 1 (satu) orang Dewan
Pengawas Syariah.
3. Dewan Pengawas Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat
dalam rapat umum pemegang saham atau rapat anggota atas
rekomendasi Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia. (Pasal 15
POJK
PRINSIP SYARIAH DALAM PERUNDANG-UNDANGAN-1
NO UU PASAL
1 UU No 21/2008 ttg Perbankan Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan
Syariah (Pasal 1 angka 12) fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan
fatwa di bidang syariah
2 UU No 40/2014 ttg Perasuransian Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perasuransian
(Pasal 1 angka 3) berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan
dalam penetapan fatwa di bidang syariah
3 UU No. 1/2013 Tentang Lembaga Pasal 12
Keuangan Mikro, 1) Penyaluran Pinjaman atau Pembiayaan dan pengelolaan Simpanan oleh LKM
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat dilaksanakan secara konvensional
atau berdasarkan prinsip syariah.
2) Kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) wajib dilaksanakan sesuai dengan fatwa syariah yang dikeluarkan oleh Dewan
Syariah Nasional, Majelis Ulama Indonesia.
4 UU No. 1/2016 Tentang Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan penjaminan berdasarkan
Penjaminan (Pasal angka 3) fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan
fatwa di bidang syariah
PRINSIP SYARIAH -2
NO UU PASAL
5 UU RI NO.19 TAHUN 2008 Pasal 25
Tentang Surat Berharga Syariah Dalam rangka penerbitan SBSN, Menteri meminta fatwa atau pernyataan kesesuaian SBSN terhadap
Negara prinsip prinsip syariah dari lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang
syariah.

Penjelasan Pasal 25
Yang dimaksud dengan "lembaga yang memiliki kewenangan dalam menetapkan fatwa di bidang syariah"
adalah Majelis Ulama Indonesia atau lembaga lain yang ditunjuk Pemerintah

6 POJK No.10 /POJK.05/2019 tentang Prinsip Syariah adalah ketentuan hukum Islam berdasarkan fatwa dan/atau pernyataan kesesuaian
Penyelenggaraan usaha perusahaan syariah dari Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
pembiayaan syariah dan unit usaha
syariah perusahaan pembiayaan

7 POJK No. 15/POJK.04/ 2015 Tentang Prinsip Syariah di Pasar Modal adalah prinsip hukum Islam dalam Kegiatan Syariah di Pasar Modal
Penerapan Prinsip Syariah Di Pasar berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia, sepanjang fatwa dimaksud tidak
Modal bertentangan dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini dan/atau Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
lainnya yang didasarkan pada fatwa Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia. (Pasal 1, angka 2)
PRINSIP SYARIAH
PRINSIP SYARIAH

Dua maksud penting yang perlu ditegaskan tentang apa yang disebut dengan prinsip syariah, yaitu (1)
prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam, dan (2) penetapan pihak/lembaga yang berwenang
mengeluarkan fatwa yang menjadi dasar prinsip syariah.

PRINSIP SYARIAH

Hukum Islam Lembaga Fatwa

FATWA MUI/DSN-MUI
KEDUDUKAN DPS-1
NO UU PASAL
1 UU No 40 Tahun 2007 1. Perusahaan yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah selain memiliki
Tentang Perseroan Dewan Komisaris, wajib memiliki Dewan Pengawas Syariah.
Terbatas (Pasal 109) 2. Dewan Pengawas Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari seorang ahli syariah
atau lebih yang diangkat oleh RUPS atas rekomendasi Majelis Ulama Indonesia.
3. Dewan Pengawas Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Bertugas memberikan saran dan
nasehat pada direksi serta mengawasi kegiatan perseroan agar sesuai dengan prinsip syariah

2 UU No 21/2008 ttg 1. Dewan Pengawas Syariah wajib dibentuk di Bank Syariah dan Bank Umum Konvensional yang
Perbankan Syariah memiliki UUS.
(Pasal 32) 2. Dewan Pengawas Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat diangkat oleh Rapat Umum
Pemegang Saham atas rekomendasi Majelis Ulama Indonesia.
3. Dewan Pengawas Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas memberikan nasihat
dan saran kepada direksi serta mengawasi kegiatan Bank agar sesuai dengan Prinsip Syariah.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan Dewan Pengawas Syariah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bank Indonesia.
KEDUDUKAN DPS-2
NO UU PASAL
3 UU No. 1/2013 Tentang Pasal 13
Lembaga Keuangan Mikro, 1) Untuk melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2), LKM wajib membentuk Dewan Pengawas Syariah.
2) Dewan pengawas syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas
memberikan nasihat dan saran kepada direksi atau pengurus serta mengawasi
kegiatan LKM agar sesuai dengan prinsip syariah.

4 Peraturan Otoritas Jasa 1. Perusahaan Pembiayaan Syariah dan Unit Usaha Syariah wajib memiliki Dewan
Keuangan Nomor Pengawas Syariah
30/POJK.05/ 2014 Tentang 2. Dewan Pengawas Syariah terdiri atas 1 (satu) orang ahli syariah atau lebih yang
Tata kelola Perusahaan diangkat oleh RUPS atas rekomendasi Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Yang Baik Bagi Perusahaan Indonesia.
Pembiayaan (Bab VII Pasal 3. Dewan Pengawas Syariah diangkat dalam RUPS dan dituangkan dalam akta notaris.
32 s/d 42)
Kedudukan dan Peran MUI/DSN-MUI

 MUI/DSN-MUI adalah pihak otoritas yang memiliki kewenangan aspek


kesyariahan dari keuangan syariah di wilayah NKRI, antara lain dalam
bentuk menerbitkan fatwa, pernyataan kesyariahan, dan lainnya;
 DSN-MUI adalah pihak yang diberikan kewenangan untuk memberikan
rekomendasi pengawas syariah di semua lembaga keuangan syariah (LKS)
(termasuk Lembaga Bisnis Syariah (LBS), dan Lembaga Perekonomian
Syariah (LPS)) di wilayah NKRI; dan
 DSN-MUI sebagai pemberi rekomendasi memiliki kewenangan untuk
melakukan pembinaan dan pengawasan kepada para DPS yang
direkomendasikannya.
Ketentuan DPS Dalam Peraturan Organisasi DSN-MUI
Fatwa-fatwa DSN-MUI
FATWA-FAWA DSN-MUI
Fatwa General dan
kelembagaan Keuangan Fatwa terkait Asuransi ,
Fatwa Bisinis Syariah (PLBS,
Syariah Dana Pensiun/Anuitas
Rumah Sakit, Pariwisata)
Syariah

Fatwa DSN-MUI
Jumlah : 138
(2020)

Fatwa terkait Perbankan


Fatwa terkait Akuntansi Fatwa terkait Pasar Modal Syariah
Syariah
Tugas DSN-MUI
TUGAS DSN-MUI
Menetapkan Fatwa

Menyelenggarakan Program Mengawasi penerapan


Sertifikasi Keahlian, dll fatwa melalui DPS

Menerbitkan Sertifikat Tugas Membuat Pedoman


Kesesuaian Syariah DSN-MUI Implementasi Fatwa

Menerbitkan Pernyataan
Mengeluarkan Surat
Kesesuaian Syariah atau
Keselarasan Syariah Edaran (Ta’limat)

Memberikan/ mencabut
rekomendasi
DPS/ASPM
Dewan Pengawas Syariah

1. Perangkat eksternal DSN-MUI yang bertugas mengawasi pelaksanaan


Fatwa dan keputusan DSN-MUI pada LKS, LBS, dan LPS lainnya.
2. Pihak terafiliasi dengan LKS, LBS, dan/atau LPS lainnya yang diawasinya.
3. Menjalankan fungsinya berdasarkan Peraturan Organisasi DSN-MUI dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku setelah mendaptakan
rekomendasi dari DSN-MUI.
4. Bertanggung jawab kepada DSN-MUI dalam melaksanakan tugasnya.
Tugas Dewan Pengawas Syariah

a. mengawasi produk dan kegiatan usaha LKS, LBS, dan LPS lainnya agar
sesuai dengan ketentuan dan prinsip syariah yang telah difatwakan oleh
DSN-MUI;
b. membuat opini syariah atas permintaan/pertanyaan dan/atau temuan di
lembaga yang diawasinya; dan
c. melaporkan hasil pengawasan kepada DSN-MUI dua kali dalam satu
tahun.
Wewenang Dewan Pengawas Syariah

a. memberikan nasihat dan saran kepada komisaris, direksi, pimpinan unit usaha
syariah dan pimpinan kantor cabang LKS, LBS, dan LPS lainnya mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan aspek syariah;
b. sebagai mediator antara LKS, LBS, dan LPS lainnya dengan DSN-MUI dalam
mengkomunikasikan usul dan saran pengembangan kegiatan usaha yang berupa
produk dan/atau jasa yang memerlukan kajian dan fatwa dari DSN-MUI;
c. memberikan peringatan kepada direksi LKS, LBS, dan LPS lainnya untuk melakukan
upaya penghentian penyimpangan syariah; dan berhak melaporkannya kepada
otoritas.

Dalam menjalankan tugas dan wewenang, DPS berhak memiliki alat kelengkapan kerja
berupa unit kerja yang bersifat koordinatif dengan unit-unit kerja LKS, LBS, dan LPS
lainnya yang diawasinya.
Mekanisme Rekomendasi Calon DPS

1. LKS, LBS, dan LPS lainnya mengajukan permohonan Rekomendasi calon DPS kepada DSN-MUI.
Permohonan tersebut dapat disertai usulan calon DPS.
2. Pengajuan calon DPS oleh LKS, LBS, dan LPS lainnya harus disertai surat pengantar dari MUI
setempat dengan ketentuan:
a. Surat Pengantar bagi calon DPS LKS, LBS, dan LPS lainnya yang kantor pusatnya di Jakarta,
harus diperoleh dari MUI Pusat.
b. Surat Pengantar bagi calon DPS LKS, LBS, dan LPS lainnya yang kantor pusatnya di luar
Jakarta, harus diperoleh dari MUI Propinsi.
c. Surat Pengantar bagi calon DPS Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS), Baitul Mal wat
Tamwil (BMT), harus diperoleh dari MUI Kabupaten/Kota.
3. Surat Pengantar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, b, dan c diberikan atas dasar hasil
penilaian mengenai kepantasan atau kelayakan calon DPS yang diajukan.
Mekanisme Rekomendasi Calon DPS (Lanjutan)

4. Permohonan LKS, LBS, dan LPS lainnya tersebut, dibahas dalam rapat Pimpinan BPH DSN-MUI, dan menetapkan
Tim yang bertugas melakukan muqabalah (silaturahmi) dengan calon DPS guna memastikan kelayakan dan
kepantasan calon DPS yang diajukan serta memastikan komitmennya untuk mendorong dan mengembangkan
usaha dan bisnis berdasarkan syariah, dalam rangka memberikan atau tidak memberikan rekomendasi kepada
yang bersangkutan.
5. Tim yang melakukan muqabalah (silaturahmi) dengan calon DPS tersebut melaporkan hasilnya kepada BPH
DSN-MUI atau kepada pimpinan BPH DSN-MUI serta memberikan penilaian mengenai layak/pantas atau tidaknya
calon DPS yang bersangkutan untuk diberikan rekomendasi.
6. Hasil rapat BPH DSN-MUI tersebut dilaporkan kepada pimpinan DSN-MUI.
7. Calon-calon DPS yang diusulkan oleh LKS, LBS, dan LPS lainnya yang dinilai layak dan pantas, direkomendasikan
dan ditetapkan sebagai DPS pada LKS, LBS, atau LPS lainnya yang bersangkutan, oleh pimpinan DSN-MUI melalui
proses dan mekanisme yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
8. Peraturan terkait ASPM sebagai DPS atau Tim Ahli Syariah di Pasar Modal Syariah akan diatur dalam peraturan
DSN-MUI.
9. Petunjuk Teknis Rekomendasi Calon DPS akan diatur lebih lanjut dalam peraturan DSN-MUI.
KETENTUAN PRINSIP
SYARIAH DAN DPS DI
BIDANG KOPERASI
Dasar Hukum

UU No. 11 TAHUN 2020 PP NO. 07 TAHUN 2021

 Koperasi dapat menjalankan kegiatan usaha Koperasi dapat menjalankan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah sesuai dengan fatwa
berdasarkan prinsip syariah sesuai dengan
syariah yang dikeluarkan oleh MUI.
 (1) Perangkat organisasi Koperasi terdiri atas: a. Rapat fatwa syariah yang dikeluarkan oleh MUI.
Anggota; b. Pengurus; c. Pengawas.

 (2) Selain memiliki perangkat organisasi Koperasi


sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Koperasi yang
menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah wajib memiliki dewan pengawas syariah (Pasal
12)
Pasal 44 A UU No.11 tahun 2020

1) Koperasi dapat menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.


2) Koperasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mempunyai dewan
pengawas syariah.
3) Dewan pengawas syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri
atas 1 (satu) orang atau lebih yang memahami syariah dan diangkat oleh
Rapat Anggota
4) Dewan pengawas syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bertugas
memberikan nasihat dan saran kepada Pengurus serta mengawasi
kegiatan Koperasi agar sesuai dengan prinsip syariah.
5) Dewan pengawas syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
selanjutnya mendapatkan pembinaan atau pengembangan kapasitas oleh
Pemerintah Pusat dan/atau Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia.
6) Ketentuan lebih lanjut mengenai Koperasi yang menjalankan kegiatan
usaha berdasarkan prinsip syariah diatur dengan Peraturan Pemerintah
Koperasi Syariah

Pasal 13 (Umum) Pasal 14 (Kegiatan Usaha)


 Koperasi bisa menjalankan kegiatan usaha
berdasarkan Prinsip Syariah  Koperasi Syariah melaksanakan
 Koperasi yang menjalankan kegiatan usaha kegiatan Usaha Syariah berdasarkan
berdasarkan Prinsip Syariah wajib mencantumkan
kata “Syariah” dalam penamaan Koperasi paling sedikit: a) kesamaan usaha; b)
 Usaha Koperasi berdasarkan Prinsip Syariah potensi; dan/atau c) kebutuhan anggota
hanya dapat dilaksanakan Koperasi Syariah
 Usaha Koperasi berdasarkan Prinsip Syariah wajib  Usaha Syariah dilaksanakan dengan
dituangkan dalam anggaran dasar Koperasi akad pinjam-meminjam, bagi hasil,
 Koperasi Syariah didirikan, dikelola dan sewa-menyewa, jual beli, dan/atau
menjalankan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip
Syariah sesuai fatwa syariah Majelis Ulama berbentuk lainnya sesuai Prinsip Syariah
Indonesia
 Koperasi Syariah harus menjalankan kegiatan  Koperasi Syariah dapat menjalankan
usaha yang tidak bertentangan dengan Prinsip fungsi social dalam bentuk Baitul maal.
Syariah
Dewan Pengawas Syariah

Pasal 18 (Pembinaan dan Pengambangan Kapasitas)


Pasal 17 (Umum)  Kementerian dan/atau Kementerian yang
 Koperasi Syariah wajib mempunyai menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
agama melakukan pembinaan dan pengembangan
Dewan Pengawas Syariah kapasitas Dewan Pengawas Syariah kepada
Koperasi Syariah
 Dewan Pengawas Syariah bertugas  Pembinaan dan pengembangan dilakukan paling
paling sedikit memberikan nasihat dan sedikit melalui pelatihan dan/atau bimbingan teknis
 Dalam melaksanakan pembinaan dan
saran kepada pengurus serta pengembangan, Kementerian dan/atau
mengawasi kegiatan Koperasi agar Kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintah di bidang agama berkoordinasi
sesuai dengan Prinsip Syariah dengan Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama
Indonesia
 Dewan Pengawas Syariah harus
 Kementerian dan/atau Kementerian yang
memiliki pengetahuan mengenai menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang
Prinsip Syariah agama mendelegasikan pelaksanaan pembinaan
dan atau pengembangan kapasitas Dewan
Pengawas Syariah Koperasi Syariah kepada
Gubernur dan/atau Bupati/Wali Kota berdasarkan
wilayah keanggotaan Koperasi
Prinsip Syariah di Koperasi

Koperasi Syariah didirikan, dikelola dan menjalankan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah
sesuai fatwa syariah Majelis Ulama Indonesi (Pasal 13 UU No.11/2020)

PRINSIP SYARIAH

Hukum Islam Lembaga Fatwa

FATWA MUI/DSN-MUI
SERTIFIKASI PENGAWAS SYARIAH
PROSES SERTIFIKASI DPS OLEH LSP MUI
DSN MUI SERTIFIKAT
INSTITUE Pengawas Syariah
LSP MUI

Lulus
B. Pelatihan Dasar PERSYARATAN DASAR PEMOHON
DPS SERTIFIKASI:
A. Pelatihan dasar 1. Pengantar & Memiliki salah satu persyaratan
Muamalah Maliyah Regulasi LKS/LBS sebagai berikut:
1. Ushul Fiqh, (dibuka kelas 1. Pengalaman bekerja sebagai
berdasar masing- pengawas syariah minimal 3
2. Qawaid masing LKS) tahun.
Fiqhiyah, 2. Akuntansi Syariah 2. a. Minimal pendidikan S1
3. Pengantar 3. Konsep dan Praktik Bidang Ilmu Kesyariaahan. b.
Muamalah, Pemasaran Syariah Lulus pelatihan sebagai
4. Akad-Akad 4. Opini Syariah pengawas syariah.
Syariah-Fatwa 5. Akta Perjanjian 3. a. Miminal pendidikan S1
Syariah bidang lain dengan pengalaman
DSN MUI, 6. Standart bidang kesyariahaan minimal 3
5. Pengantar Operational tahun. b. Lulus pelatihan
LKS/LBS Procedure (SOP) sebagai pengawas syariah.
7. Simulasi Produk 4. a. Memiliki ilmu pengetahuan
Baru dan Evaluasi kesyariahan berdasarkan
Uji Petik rekomendasi MUI. b. Lulus
pelatihan sebagai pengawas
Syariah.
PEMBINAAN DPS DAN PEMELIHARAAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Bentuk Pembinaan yang dilakukan DSN MUI, antara lain DPS Wajib:

1. MENGIKUTI PRA IJTIMA’ SANAWI (sosialisasi fatwa baru & isu-isu penerapan fatwa) (sudah 6 x)
2. MENGIKUTI IJTIMA’ SANAWI (berbagai kebijakan regulator terbaru dan ekosistem serta
pendalaman pemahaman fatwa). (sudah 17x)
TERIMA KASIH
Sekretariat :
Jl. Dempo No.19 Pegangsaan - Jakarta Pusat 10320
Telp. (021) 390 4146
Hotline (+62) 812 5000 4146

32

Anda mungkin juga menyukai