LANDASAN TEORI
A. BANK SYARIAH
1. Pengertian Bank Syariah
Peran bank sangat penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi
suatu negara. Semua sektor usaha baik sektor industri, perdagangan,
pertanian, perkebunan, jasa, perumahan, dan lainnya sangat membutuhkan
bank sebagai mitra dalam mengembangkan usahanya. Bank merupakan
lembaga keuangan yang fungsi utamanya adalah menghimpun dana dari
masyarakat, menyalurkan dana kepada masyarakat, dan juga memberikan
pelayanan dalam bentuk jasa-jasa perbankan (Ismail, 2010: 12).
BANK
B. PEMBIAYAAN MUSYARAKAH
1. Pengertian Pembiayaan
Pengertian pembiayaan seperti dikutip undang-undang No.10 tahun
1998 pasal 1 angka 12, adalah:
“Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah merupakan penyediaan uang
atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang
dibiayai untuk mengembalikan uang tagihan tersebut setelah jangka waktu
tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.”
Menurut Muhammad (2005) pengertian pembiayaan adalah:
“Pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk
mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri
maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang
dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan” (p. 17)
Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank yaitu pemberian
fasilitas dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan
defisit unit (Antonio, 2011, hal. 160).
Menurut Ilyas (2015, 186) pembiayaan atau financing ialah pendanaan
yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung
investasi yang direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga.
Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk
mendukung investasi yang telah direncanakan.
Istilah pembiayaan pada intinya berarti I believe, I Trust, saya percaya,
saya menaruh kepercayaan. Perkataan pembiayaan yang berarti (trust) berarti
lembaga pembiayaan selaku shahib al-maal menaruh kepercayaan kepada
seseorang untuk melaksanakan amanah yang diberikan. Dana tersebut harus
digunakan dengan benar, adil, dan harus disertai dengan ikatan dan syarat-
syarat yang jelas dan saling menguntungkan bagi kedua belah pihak.
Sebagai lembaga intermediasi keuangan, bank syariah menyalurkan
pendanaan yang dihimpun dalam bentuk pembiayaan ke sektor riil dengan
tujuan produktif dengan menggunakan trade-based financing dan
investment-based financing. Trade-based financing dapat menggunakanpola
jual beli dan pola sewa. Investment-based financing dapat menggunakan
pola bagi hasil. Selain itu, bank syariah dapat memberikan dana talangan
dengan pola pinjaman. Adapun akad yang digunakan dalam pembiayaan
adalah sebagai berikut (Ismail, 2010: ).
Tabel 2.1
Akad yang digunakan dalam pembiayaan
Pembiayaan Jual Beli Sewa Bagi Hasil Pinjaman
Trade-based Murabahah; Ijarah;
Salam; IMBT
Istishna
Investmen- Mudharabah;
based Musyarakah
Talangan Qard
Keterangan:
a. Pembiayaan berpola jual beli merupakan tukar menukar harta antara dua
pihak atas dasar saling ridha (rela) atau memindahkan kepemilikan
dengan imbalan pada sesuatu yang diizinkan, dengan menggunakan
akad murabahah, salam atau istishna.
b. Pembiayaan berpola sewa merupakan transaksi sewa, jasa, atau imbalan
yang dilakukan atas dasar suatu manfaat dengan imbalan jasa, dengan
menggunakan akad ijarah atau ijarah muntanhiyyah bi tamlik.
c. Pembiayaan bagi hasil merupakan kemitraan dua pihak antara pemilik
modal dan pengelola usaha yang dapat menggunakan akad mudharabah
atau musyarakah.
2. Pengertian Musyarakah
Al-Musyarakah merupakan akad kerjasama usaha antara dua pihak
atau lebih dalam menjalankan usaha, dimana masing-masing pihak
menyertakan modalnya sesuai dengan kesepakatan, dan bagi hasil atas
usaha bersama diberikan sesuai dengan kontribusi dana atau sesuai dengan
kesepakatan bersama. Musyarakah disebut juga dengan syirkah, merupakan
aktivitas berserikat dalam melaksanakan usaha bersama antara pihak-pihak
yang terkait.
Musyarakah merupakan akad bagi hasil ketika dua atau lebih
pengusaha pemilik dana atau modal bekerja sama sebagai mitra usaha,
membiayai investasi usaha baru atau yang sudah berjalan (Ascarya, 2007:
49).
Syirkah (ٌ ) ِشرْ َكةdalam arti bahasa adalah:
ض ِه َما ُ أح ِد ا ْل َما لَ ْي ِه بِا ألَ َخ ِر بِ َح ْي
ِ َث الً يَ ْعتَاز
ِ ان عَهْ بَ ْع ْ َا ِإل ْغتِالَ طُ أ
َ ُي َخ ْلظ
Bercampur yakni bercampurnya salah satu dari dua harta dengan yang
lainnya, sehingga tidak dapat dibedakan antara keduanya.
Ibrahim Anis mengemukakan arti syirkah menurut bahasa sebagai
berikut:
ِ َ َكانَ لِ ُك ٍّل ِم ْى ُه َما و: ًش ْر َكة
ص ْي ًب ِم ْىه ِ ْش ِر َكت
َ
Ia bersekutu dalam suatu persekutuan : masing-masing dari kedua peserta
itu memiliki bagian dari padanya (Muslich, 2013: 339).
Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, Maka mereka
bersekutu dalam yang sepertiga itu.
Dalam surah An-nisa (4) ayat 12, pengertian syuraka adalah bersekutu
dalam memiliki harta yang diperoleh dari warisan. Sedangkan dalam Surah
Shad (38) ayat 24, lafal al-khulatha diartikan syuraka, yakni orang-orang
yang mencampurkan harta mereka untuk dikelola bersama (Muslich, 2013:
342).
2) Syirkah wujuh
Syirkah wujuh adalah kerja sama antara dua pihak dimana
masig-masing pihak sama sekali tidak menyertakan modal. Mereka
menjalankan usahanya berdasarkan kepercayaan pihak ketiga.
Masing-masing pihak menyumbangkan nama baik, reputasi, credit
worthiness, tanpa menyetor modal. Contohnya: dua orang atau lebih
membeli sesuatu barang tanpa modal atau dengan kredit, yang ada
hanyalah nama baik mereka dan kepercayaan para pedagang
terhadap mereka, dan keuntungan yang diperoleh adalah untuk
mereka.
3) Syirkah „Inan
Syirkah ‘inan (negosiasi) adalah bentuk kerja sama dimana
posisi dan komposisi pihak-pihak yang terlibat didalamnya adalah
tidak sama, baik dalam hal modal maupun pekerjaan. Tanggung
jawab para mitra dapat berbeda dalam pengelolaan usaha. Setiap
mitra bertindak sebagai kuasa (agen) dari kemitraan itu, tetapi
bukan meruapakan penjamin bagi mitra usaha lainnya. Namun
demikian, kewajiban terhadap pihak ketiga adalah sendiri-sendiri,
tidak ditanggung secara bersama-sama.
4) Syirkah Mufawwadhah
Syirkah mufawwadhah adalah bentuk kerja sama dimana
posisi dan komposisi pihak-pihak yang terlibat di dalamnya harus
sama, baik dalam hal modal, pekerjaan, agama, keuntungan
maupun resiko kerugian. Masing-masing memiliki kewenangan
penuh untuk bertindak bagi dan nama pihak yang lain.
Konsekuensinya, setiap mitra sepenuhnya bertanggung jawab atas
tindakan-tindakan hukum dan komitmen-komitmen dari para mitra
lainnya dalam segala hal yang menyangkut kemitraan ini
(Nurhayati dan Wasilah, 2013: 154).
(2) (2)
Proyek
Usaha
Laba Rugi Laba Rugi
Mitra 1 Mitra 2
(3)
(4) (4)
Hasil usaha:
Apabila untung akan dibagi sesuai
nisbah, apabilaGambar
rugi, akan2.2
ditanggung
sesuai porsiSkema
modal.Musyarakah
Gambar 2.2
Skema Musyarakah
d) Jika nilai wajar aset nonkas yang diserahkan lebih kecil dari
nilai buku, maka selisihnya dicatat sebagai kerugian dan diakui
pada saat penyerahan aset non kas. Jurnal :
2) Selama Akad
a) Apabila modal pembiayaan musyarakah yang diserahkan
berupa kas. Jika tidak ada kerugian maka jurnal :
3) Akhir akad
a) Jika pembiayaan musyarakah mampu dikembalikan oleh mitra
aktif pada saat jatuh tempo. Jurnalnya adalah sebagai berikut.
Jurnal Debit Kredit
Kas / Rekening nasabah Xxx
Pembiayaan Musyarakah Xxx
g. Penyajian
Mitra aktif menyajikan hal-hal sebagai berikut yang terkait dengan
usaha musyarakah dalam laporan keuangan:
1) Kas atau aset nonkas yang disisihkan oleh mitra aktif yang diterima
dari mitra pasif disajikan sebagai investasi musyarakah;
2) Aset musyarakah yang diterima dari mitra pasif disajikan sebagai
unsur dana syirkah temporer untuk;
3) Selisih penilaian aset musyarakah, bila ada, disajikan sebagai unsur
ekuitas.
Mitra pasif menyajikan hal-hal sebagai berikut yang terkait
dengan usaha musyarakah dalam laporan keuangan:
1) Kas atau aset nonkas yang diserahkan kepada mitra aktif disajikan
sebagai investasi musyarakah;
2) Keuntungan tangguhan dari selisih penilaian aset nonkas yang
diserahkan pada nilai wajar disajikan sebagai pos lawan (contra
account) dari investasi musyarakah.
h. Pengungkapan
Mitra mengungkapkan hal-hal yang terkait transaksi musyarakah,
tetapi tidak terbatas, pada:
1) Isi kesepakatan utama usaha musyarakah, seperti porsi dana,
pembagian hasil usaha, aktivitas usaha musyarakah, dan lain-lain;
2) Pengelola usaha, jika tidak ada mitra aktif; dan
3) pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101: Penyajian
Laporan Keuangan Syariah.
NERACA
Per 15 Agustus 2XXX
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Investasi Musyarakah 20.000.000
2.500.000 2.500.000
NERACA
Per 15 Agustus 2XXX
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
2) Jika nilai wajar aktiva yang diserahkan lebih tinggi atas nilai
buku/harga perolehan. Mesin kedua dibeli dengan harga
perolehannya sebesar Rp. 15.000.000,- dan diserahkan dengan
harga jual/wajar Rp.20.000.000,-
Db. Investasi Musyarakah Rp. 20.000.000
Cr. Aktiva non-kas Rp. 15.000.000
Cr. Keuntungan Tangguhan Aset Musy Rp. 5.000.000
70.000.000 70.000.00
2.500.000 2.500.000
5.000.000 5.000.000
NERACA
Per 20 Agustus 2XXX
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah