Anda di halaman 1dari 13

DSN, OJK DAN BANK INDONESIA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

“KOMPILASI HUKUM EKONOMI SYARIAH (KHES)”

Disusun Oleh:

Dadang Abdul Aziz ( 210216098 )

Gusnanto ( 210216109 )

Kharisma Faizatul Milla ( 210216101 )

Nadia ( 210216097 )

Reni Rahayu ( 210216087 )

Syafiul Umam ( 210216100 )

SM.D

Dosen Pengampu:

NOVI FITIA MALIHA, S.H.I, M.H.I.

JURUSAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMMALAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

(IAIN) PONOROGO

2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

DSN adalah singkatan dari Dewan Syariah Nasional. DSN merupakan


lembaga yang dibentuk oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tahun 1998 yang
kemudian dikukuhkan oleh Surat Keputusan (SK). Dewan Pimpinan MUI Nomor
Kep.754/II/1999 difungsikan untuk mendorong penerapan ajaran Islam dalam
kehidupan ekonomi. DSN MUI bertugas mengeluarkan fatwa atas produk-produk
keuangan syariah agar sesuai dengan nilai-nilai syariah. Kebutuhan pendirian DSN
MUI ini sejalan dengan pertumbuhan lembaga keuangan syariah, mengingat akan
pentingnya peran Dewan Pengawas Syariah (DPS) di lembaga-lembaga tersebut.
Pendirian tersebut merupakan langkah koordinasi para ulama dalam menghadapi
kasus-kasus ekonomi atau keuangan agar lebih efektif dan efisien. Sehingga 109
fatwa yang telah ditetapkan sampai saat ini merupakan substansi pemikiran hukum
Dewan Syariah Nasional MUI. Fatwa berperan sebagai syariah legal opinion terhadap
permasalahan masyarakat. Fatwa DSN MUI pada dasarnya hasil interaksi antara si
pemikir hukum dengan lingkungannya.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK), adalah lembaga yang independen dan bebas
dari campur tangan pihak lain yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang
pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang No. 21 tahun 2011 tentang OJK. Pembentukan lembaga pengawasan
sektor jasa keuangan perbankan dibentuk sesuai dengan amanat Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2004 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999
tentang Bank Indonesia. Dalam undang-undang tersebut dijelaskan bahwa tugas
mengawasi bank akan dilakukan oleh lembaga pengawasan sektor jasa keuangan yang
independen, dan dibentuk dengan undang undang.

Peranan bank sentral disetiap negara menjadi sangat penting sebab dunia
perbankan merupakan urat nadi perekonomian dalam suatu negara. Sektor perbankan
memiliki peran yang berpengaruh terhadap maju atau mundurnya perekonomian
dalam suatu negara. Bank sentral sangat berperan penting untuk meminimalkan
resiko-resiko dalam dunia perbankan serta memberi perlindungan terhadap dana
masyarakat yang ada pada lembaga perbankan. Bank sentral menjaga agar tingkat
inflasi terkendali dengan mengontrol keseimbangan antara jumlah uang dan barang
yang beredar pada masyarakat. Bank sentral yang bertujuan untuk mengontrol
kebijakan dan kestabilan perekonomian dimiliki hampir disetiap negara. Indonesia
adalah salah satu negara yang mempunyai bank sentral dan disebut dengan Bank
Indonesia. Bank Indonesia menghadapi berbagai masalah dan mengalami pasang
surut dalam perkembangannya. Sejarah bank sentral sudah dimulai sebelum
kedatangan bangsa barat di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Dewan Syariah Nasional?
2. Apa Tugas dan Wewenang Dewan Pengawas Syariah?
3. Apa Pengertian Otoritas jasa Keuangan?
4. Apa Tugas dan Fungsi Otoritas Jasa Keuangan?
5. Apa Pengertian Bank Indonesia?
6. Apa Tugas dari Bank Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN)


1. Pengertian DSN
DSN adalah lembaga yang dibentuk oleh Majelis Ulama Indonesia
(MUI) yang mempunyai fungsi melaksanakan tugas MUI dalam menangani
masalah-masalah yang berhubungan dengan aktivitas lembaga keuangan
syariah.1
2. Latar Belakang Pendirian Dewan Syariah Nasional
Keberadaan Ulama dalam struktur kepengurusan perbankan syariah
merupakan keunikan tersendiri bagi perbankan syariah. Para ulam yang
berkompeten di bidang hukum syariah dan aplikasi perbankan memiliki fungsi
d peranan yang amat besar dalam penetapan dan pengawasan pelaksanaan
prinsip-prinsip syariah dalam perbankan. Kewenangan ulama dalam
menetapkan dan mengawasi pelaksanaan hukum perbankan syariah berada
dibawah koordinasi Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-
MUI).
Sejalan dengan perkembangan lembaga keuangan syariah itu, maka di
Indonesia diperlukan adanya suatu lembaga khusus yang menangani masalah-
masalah terkait dengan sistem ekonomi syariah agar tidak menyimpang dari
ketentuan Al-Quran dan sunnah.
Lembaga DSN bertugas mengaasi dan mengarahkan lembaga-lembaga
keuangan syariah untuk mendorong penerapan prinsip-prinsip syariah dalam
kegiatan perekonomian. Karena itu keberadaan DSN diharapan dapat berperan
secara optimal dalam pengembangan ekonomi syariah guna memenuhi
tuntutan kebutuhan umat. Selain itu DSN juga dapat memberikan teguran jika
ada lembaga ekonomi tertentu yang menyimang dari hukum yang telah
ditetapkan. Jika lembaga yang bersangkutan tidak mengindahkan teguran yng
diberikan, maka DSN dapat diaukan rekomendasi kepada lembaga yang
memiliki otoritas untuk memberikan sanki hukum, seperti ke Bank Indonesia
1
Anshori Abdul Ghofur, Pembentukan Bank Syariah Melalui Akuisisi dan Konversi, (Yogyakarta: UII
Press, 2010), 12.
(BI) jika berkaitan dengan perbankan atau Bapepam-LK jika berkitan dengan
pasar modal.2 Dewan syariah Nasional telah mengeluarkan beberapa produk
fatwa tentang ekonomi syariah,diantaranya sebagai berikut:
a. Fatwa No. 01/DSN-MUI/IV/2000 tentang Giro.
b. Fatwa No.02/DSN-MUI/ IV/2000 tentang Tabungan.
c. Fatwa No.03/DSN-MUI/2000 tentang Deposito.
d. Fatwa No.03/DSN-MUI/2000 tentang murabahah.
e. Fatwa No.03/DSN-MUI/2000 tentang jual beli saham.3

3. Kedudukan, status, dan keanggotaan Dewan Syariah Nasional MUI


Dewan Syariah Nasional merupakan bagian dari MUI, salah satu
pokok DSN adalah mengkaji, menggali, dan merumuskan nilai dan prinsip
hukum islam dalam bentuk fatwa untuk dijadikan pedoman dalam kegiatan
transaksi di Lembaga Keuangan Syriah.

a. Tugas Pokok Dewan Syariah Nasional

 menumbuh kembangkan penerapan nilai-nilai syariah dalam


kegiatan perekonomian pada umumnya dan pada sektor keuangan
pada khususnya, termasuk usaha bank, asuransi dan reksa dana

 mengeluarkan fatwa atau jenis kegiatan keuangan

 mengeluarkan fatwa atas produk dan jasa keuangan syariah

 mengawasi penerapan fatwa yang telah diterapkan

b. Wewenang Dewan Syariah Nasional

 mengeluarkan fatwa yang mengikat Dewan Pengawas Syariah di


masing-masing lembaga keuangan syariah dan menjadi dasar
tindakan hukum pihak terkait

 mengeluarkan fatwa yang menjadi landasan bagi


ketentuan/peraturan yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang,
seperti kementerian keuangan dan bank Indonesia

2
Burhanuddin Susanto, Hukum Perbankan Syariah Di Indonesia, (Yogyakarta: UII Press
Yogyakarta,2008) 53, 54.
3
Mardani, Hukum Sistem Ekonomi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2015) 270.
 memberikan rekomendasi dan mencabut rekomendasi nama-nama
yang akan duduk sebagai Dewan Pengawas Syariah pada suatu
lembaga keuangan syariah

 mengundang paraahli untuk menjelaskan suatu masalah yang


diperlukan dalam pembahasan ekonomi syariah, termasuk otoritas
moneter/lembagakeuangan dalam maupun luar negeri

 memberikan peringatan kepada LKS untuk menghentikan


penyimpanan dari fatwa yang telah dikeluarkan oleh DSN

 mengusulkan pada instansi yang berwenang untuk mengambil


tindakan apabila peringatan tidak diindahkan

c. Pembiayaan Dewan Syariah Nasional

 DSN memperoleh dana operasional dari bantuan pemerintah seperti


kementerian keuangan dan bank Indonesia

 DSN menerima dana iuran bulanan dari setiap lembaga keuangan


syariahyang ada

 DSN mempertanggungjawabkan keuangan/sumbangan tersebut


kepada MUI.4

4. Mekanisme Kerja Dewan Syariah Nasional

Berdasarkan SK Dewan Pimpinan MUI tentang pembentukan DSN


No. Kep-754/MUI/II/1999 pada poin E tentang mekanisme kerja DSN, maka
sistem kerja DSN dapat disimpulkan sebagai berikut sesuai dengan Pedoman
Rumah Tangga DSN No.2 tahun 2000, yaitu:

a. DSN mengesahkan rancangan fatwa yang diusulkan oleh badan


pelaksanaan harian DSN

b. DSN melakukan rapat pleno paling tidak 1 kali dalam tiga bulan atau
bilamana diperlukan
4
Dewan Syariah Nasional MUI, Himpunan Fatwa Keuangan Syariah, (Erlangga, 2014), 12.
c. Setiap tahunnya membuat sutu pernyataan yang dimuay dalam laporan
tahunan bahwa lembaga keuangan syariah yang bersangkutan telah/tidak
memenuhi segenap ketentuan syariah sesuai dengan fatwa yang
dikeluarkan oleh DSN. 5

B. OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK)


1. Pengertian OJK
Menurut UU No 21 tahun 2011 Bab 1 pasal 1 ayat 1 yang dimaksud
dengan OJK adalah lembaga yang independen dan bebas campur tangan
pihak lain yang mempunyai fungsi, tugas dan wewenang pengaturan,
pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana dimaksud
6
dalam undang-undang ini.
Dengan kata lain, dapat diartikan bahwa OJK adalah sebuah lembaga
pengawasan jasa keuangan seperti industri perbankan, pasar modal,
7
reksadana, perusa haan pembiayaan, dana pensiun dan asuransi.
2. Dasar hukum OJK
Setelah adanya Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang
Otoritas Jasa Keuann yang diundangkan tanggal 2 November 2011,
pengaturan dan pengawasan sektor perbankan yang semula berada pada
Bank Indonesia sebagai bank sentral dialihkan pada OJK.
Pembentukan Undang-undang OJK ini dimaksudkan untuk
memisahkan fungsi pengawasan perbankan dari bank sentral ke sebuah
badan atau lembaga yang indenvenden di luar bk sentral. Dasar hukum
pemisahan fungsi pengawasan tersebut yaitu Pasal 34 Undang-undang
Nomor 3 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 23
Tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang menyatakan:
a. Tugas lembaga pengawasan Bank akan dilakukan oleh lembaga
pengwasan sektor jasa keuangan yang indenpenden, dan dibentuk
dengan Undang-undang.

5
Indah Yuliana, Investasi Produk Keuangan Syariah, (Malang: UIN Maliki Press, 2010), 29.

6
Khotibul Umam dan Setiawan Budi Utomo, Perbankan Syariah (Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada, 2016), 283.
7
Adrian Sutedi, Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan, (Jakrta: Raih Asa Sukses, 2014), 39.
b. Pembentukan lembaga pengawasan sebagaimana dimaksud pada
ayat(1), akan dilaksanakan selambat-lambatnya 31 Desember 2010.
Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa
Keuangan. Otoritas jasa keuangan dibentuk dengan tujuan agar
keseluruhan kegiatan dalam sektor jasa keuangan:
a. Terselengaranya secara teratur, adil, trandparan dan akuntabel;
b. Mampu mewuudkan sistemkeuangan yang tumbuh secara
berkelanjutan dan stabil; dan
c. Mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.8

3. Peran OJK
Visi OJK adalah menjadi lembaga pengawas industri jasa keuangan
yang terpercaya, melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat,
dan mampu mewujudkan industri jasa keuangan menjadi pilar
perekonomian nasional yang berdaya saing global serta dapat
9
memajukan kesejahteraan umum.
4. Fungsi OJK

OJK mempunyai fungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan


pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan disektor
jasa keuangan. Tugas OJK sesuaj dengan pasal 6 UU OJK, yaitu
melaksanakan tugas pengatur dan pengawasan terhadap:

a. kegiatan jasa keuangan disektor perbankan


b. kegiatan jasa keuangan disektor pasar modal

c. kegiatan jasa keuangan disektorperasuransian, dana pensiun,


lembaga pembiayaan dan lembaga keuangan jasa lainnya.

Untuk melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan dikegiatan


jasa keuangan sektor perbankan, OJK mempunyai wewenang:

8
Khotibul Umam, Setiawan Budi Utomo, Perbankan Syariah..,280.

9
Kasmir, Bank dan..., (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2015), 321.
a. pengaturan dan pengawasan dilembaga perbankan meliputi:

 perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank,


anggran dasar, rencana kerja, kepemilikan, kepengurusan dan
sumber daya manusia, merfer, konsolidasi dan akuisisi bank
serta pencabutan izin usaha bank

 kegiatan usaha bank antara lain sumber dana, penyediaan


dana, produksi hibridasi dan aktivitas dibidang jasa

b. pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank yang


meliputi:

 likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio


kecukupan modal minimum

 laporan bank yang terkait dengan kesehatan dan kinerja bank

 sistem informasi debitur

 pengujian kredit

 standar akuntansi perbankan

c. pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehati-hatian bak,


meliputi:

 manajemen resiko

 tatakelola bank

 prinsil mengenai nasabah dan anti pencucian uang

 pencegahan pembiayaan terorisme dan kejahatan perbankan

d. pemeriksaan bank 10

10
Ibid..,322.
C. BANK INDONESIA (BI)
1. Pengertian
Lembaga negara yang memiliki kewenangan penuh untuk pembuatan
peraturan dan pengawasan terhadap perbankan syariah adalah bank
indonesia. Dalam undang-undang No. 23 Tahun 1999 ditegaskan bahwa
yang di maksud dengan bank Indonesia adalah bank sentral Republik
Indonesia (Pasal 4 ayat 1). Bank indonesia merupakan lembaga negara
yang independen, bebas dari campur tangan pemerintah dan atau pihak-
pihak lainya, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang-
undag (Pasal 4 ayat 2).
2. Badan Hukum

Bank indonesia merupakan bank sentral yang memiliki badan hukum


dan kedudukan sebagai lembaga negara yang indenpenden dalam
melaksanakan fungsi dan kewenanganya. Pengertian badan disini meliputi
badan hukum publik dan badan hukum perdata. Dalam kedudukanya
sebagai badan hukum publik, Bank indonesia berwenang menetapkan
peraturan-peraturan yang mengikat masyarakat lus sesua dengan tugas dan
wewenangnya. Sedangkan sebagai badan hukum perdata, Bank indonesia
dapat bertindak untuk dan atas nama sendiri di dalam dan luar pengadilan.
Ketentuan badan hukum Bank Indonesia diatur dalam Psal 4 ayat (3).11

3. Tujuan Bank Indonesia

Tujuan bank indonesia seperti tertuang dalam Undng-undang RI


Nomor 23 tahun1999 Bab III Pasal 7 adalah untuk mncapai dan
memelihara kestabilan rupiah. Oleh karena itu, yugas Bank Indonesia
untuk mencapai dan memelihara kestabilan sangatlah penting.

4. Tugas-tugas Bank Indonesia

Secara garis besar ada tiga tugas Bank Indonesia dalam rangka
mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah seperti yang telah
diungkapkan di atas.berikut ini akan diuraikan garis-garis besar dari
11
Mardani, Hukum Sistem Ekonomi Islam..,53.
masing-masing tugas Bank Indonesia seperti yang tertuang dalam Undang-
undang Nomor 23 Tahun 1999, yaitu:

a. Menetapkan dan Melaksanakan kebijakan moneter

b. Mengedarkan dan Mengeluarkan uang

c. Menjaga kelancaran sistem pembayaran

d. Mengelola cadangan devisa

e. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran.12

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

12
Kasmir, Bank Dan Lembaga Lainya..,156-158.
DSN adalah lembaga yang dibentuk oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI)
yang mempunyai fungsi melaksanakan tugas MUI dalam menangani masalah-
masalah yang berhubungan dengan aktivitas lembaga keuangan syariah.
Sedangkan Menurut UU No 21 tahun 2011 Bab 1 pasal 1 ayat 1 yang dimaksud
dengan OJK adalah lembaga yang independen dan bebas campur tangan pihak
lain yang mempunyai fungsi, tugas dan wewenang pengaturan, pengawasan,
pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang
ini. Selain itu, Bank indonesia merupakan bank sentral yang memiliki badan
hukum dan kedudukan sebagai lembaga negara yang indenpenden dalam
melaksanakan fungsi dan kewenanganya.
Dari ketiga diatas merupakan sebuah lembaga dimana ketiga-tiganya memiliki
kedudukan dan fungsi yang berbeda-beda tetapi memiliki kesamaan yaitu
lembaga yang mengawasi ataupun menaungi di bidang lembaga keuangan yang
memiliki tujuan untuk mengatur dalam sector perbankan.

DAFTAR PUSTAKA

Dewan Syariah Nasional MUI. 2014. Himpunan Fatwa Keuangan Syariah. Erlangga.
Ghofur, Anshori Abdul. 2010. Pembentukan Bank Syariah Melalui Akuisisi dan
Konversi. Yogyakarta: UII Press.
Mardani. 2015. Hukum Sistem Ekonomi Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Susanto, Burhanuddin. 2008. Hukum Perbankan Syariah Di Indonesia. Yogyakarta:


UII Press Yogyakarta.

Sutedi, Adrian. 2014. Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan. Jakarta: Raih Asa
Sukses.

Umam, Khotibul dan Setiawan Budi Utomo. 2016. Perbankan Syariah. Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada.
Yuliana, Indah. 2010. Investasi Produk Keuangan Syariah. Malang: UIN Maliki
Press.

Anda mungkin juga menyukai