NIM : 181130001607 Makul : Pengawasan Keuangan Syariah Prodi : Ekonomi Islam
1. Jelaskan kegiatan usaha bank syariah berdasar PBI No. 7/35/PBI/2005
Pengawasan pada LKS pada bank syariah tertuang pada peraturan Bank Indonesia, yaitu (PBI No. 7/35/PBI/2005 perubhan atas No. 6/24/PBI/2004 tentang Bank Umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah) setiap bank pada dasarnya wajib menerpakan prinsip syariah dan prinsip kehati – hatan dalam melakukan kegiatan usahanya yang meliputi : 1) Melakukan penghimpunana dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan investasi, antara lain : (1) giro berdasrkan prinsip wadi’ah (2) tabungan berdasrkan prinsip wadi’ah dan/atau mudharabah (3) deposito berjangka berdasarkan prinsip mudharabah. 2) Melakukan penyaluran dana melalui : (1) prinsip jual beli berdasrkan akad antara lain : murabahah, istishna, salam (2) prinsip bagi hasil berdasarkan akad antara lain : mudharabah dan musyarakah (3) prinsip sewa menyewa berdasrkan akad antara lain : ijarah dan ijarah mutahiya bittamlik (4) prinsip pinjam meminjam berdasarkan akad qardh. 3) Melakukan pemberian jasa pelaynana perbankan berdasrkan akad anatara lain : (1) wakalah (2) hawalah (3) kafalah (4) rahn 4) Membeli, menjual dan/atau menjamin atas resiko sendiri surat berharga pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar transsaksi nyata (underlying transaction) berdasrkan prinsip syariah. 5) Membeli surat berharga berdasarkan prinsip syariah yang diterbitkan oleh pemerintah dan/atau Bank Indonesia. 2. Jelaskan fungsi dan peran DPS menurut UU Perseroan Terbatas dan UU Perbankan Syariah Undang – undang perseroan terbatas pasal 109 ayat (1), (2), dan (3) (Undang – undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroan terbatas), disebutkan bahwa : 1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usaha berdasrkan prinsip syariah selain mempunyai Dewan Komisaris wajib mempunyai Dewan Pengawas Syariah. 2) Dewan Pengawas Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas seorang ahli syariah atau lebih yag diangakat oleh RUPS atau rekomendasi Majelis Ulama Indonesia. 3) Dewan Pengawas Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas memberikan nasihat dan saran kepada Direksi serta mengawasi kegiatan perseroan agar sesuai dengan prinsip syariah. Undang – undang Perbankan Syariah mengatur keberadaan dan mewajibkan bagi Bank Syariah maupun Bank Konvensional yang memiliki Unit Usaha Syariah pada pasal 32 (undang –undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah), sebagai berikut : 1) Dewan Pengawas Syariah wajib dibentuk di Bnak Syariah dan Bank Umum Konvensional yang memiliki UUS. 2) Dewan Pengawas Syariah sebgaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat oleh Rapat Umum Pemegang Saham atas rekomendasi Majelis Ulama Indonesia. 3) Dewan Pengawas Syariah sebgaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas memberikan nasihat dan saran kepada direksi serta mengawasi kegiatan Bank agar sesuai dengan Prinsip Syariah. 4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan Dewan Pengawas Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bank Indonesia. 3. Jelaskan jenis-jenis laporan yang harus dibuat oleh DPS Laporan hasil pengawasan Syariah beserta kertas kerja pengawasan yang telah disusun oleh DPS, setidakanya memuat beberapa hal : 1) Hasil pengawasan atas keseuaian kegiatan oprasional bank terhadap fatwa yang dikeluarkan oleh DSN-MUi 2) Opini syariah atas pedoman oprasional dan produk yangdikeluarkan oleh bank 3) Hasil kajian atas produk dan jasa yang belum ada fatwa untuk dimintakan fatwa kepada DSN-MUI dan 4) Opini Syariah atas pelaksanaan oprasional bank secara keseluruhan dalam laporan publikasi bank. 4. Jelaskan kelengkapan penunjang pengawasan yang harus dikuasai oleh seorang anggota DPS pada sebuah LKS (DSN-MUI, 2015) memberikan petunjuk kelengkapan penunjang yang dapat dijadikan pedoman oleh DPS dalam melakukan pengawasan syariah di LKS sebagai berikut : A. Rujukan pengawasan 1) Fatwa DSN DPS tidak perlu mengambil pedoman fiqih yang rumit dari berbagai pendapat ulama terdahulu atau kitab kuning, cukup berpedoman kepada fatwa – fatwa DSN-MUI dalam melakukan pengawasan syariah di LKS. Fatwa tersebut telah mengikat secara yurdis formal hukum positif di Indonesia, karena undang – undang telah mengamanahkannya. 2) Ketentuan dari regulator Namun secara lengkapnya, DPS dapat melengkapi instrumen pengawasan berdasarkan ketentuan yyang dikeluarka oleh regulator, secara lengkapnya instrument regulasi pengawasan dalam pegawasan adalah seperti yang dilakukan oleh Satuan Kerja Audit Internal di Perbankan Syariah berikut ini : a. Undang – undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan b. Undang – undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan terbatas c. Undang – undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah d. Undang – undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pecucian Uang e. Undang – undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan Konsumen f. Undang – undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2004 sebagaimana telah diubah dengan Undang – Undang No. 7 Tahun 2009 tentang Lembaga Pinjaman Simpanan g. Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 9/19/PBI/2007 Tanggal 17 Desember 2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa Bank Syariah h. Surat Edaran Bank Indonesia No. 8/19/DPbS tanggal 24 Aguatus 2006 tentang pedoman Pengawasan Syariah dan Tata Cara Pelaporan Hasil Pengawasan bagi Dewan Pengawas Syariah i. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/14/DPbs tanggal 17 Maret 2008 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah Dalam Kegiatan Penghimpuanan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa Bank Syariah j. Perturan Bank Indonesia No. 15/13/PBI/2013 tentang perubahan atas Peraturan Bank Indonesia No. 11/3/PBI/2009 tentang Bank Umum Syariah k. Surat edaran (SE) Bi No. 12/13/DPbS tanggal 30 April 2010 tentang Pelakasanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) l. Peraturan Bank Indonesia N. 14/27/PBI/2012 tentang penerapan program antri pnecucian uang dan pencegahan pendanaan teorisme bagi bank umum m. Peraturan Bank Indonesia No. 13/2/PBI/2011 tentang Pelaksanaan Fungsi Kepatuhan Bank Umum n. Peraturan Bank Indonesia No.13/23/PBI/2011 tentang Penerapan manajemen Risiko Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah o. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 1/POJK.07/2013 tentang perlindungan konsumen sector jasa keuangan p. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No. 18/POJK.03/2014 tanggal 18 November 2014 tentang penerapan tata kelola teritegrasi bagi konglomerasi keuangan q. Fatwa dewan pengawas syariah-Majelis ulama Indonesia r. Anggran dasar s. Bord manual t. Pedoman Umum Good Governance Bisnis Syariah u. Pedoman dan Prosedur Pelaksanaan Kepatuhan Bank v. Pedoman dan Prosedur Pelaksanaan Good Corporate Governance w. Pedoman dan Prosedur Pelaksanaan Penerapan Anti Pencucian Uang & Pencegahan Pendanaan Teorisme x. Pedoman dan Prosedur Pelaksanaan Penanganan Pelaporan Pengaduan Nasabah B. Bahan Pengawasan 1) Perjanjian (notariel dan tanpa notariat) Akad yang telah dibuat oleh notaris maupun akad bawah tangan yang telah ditandatangani oleh LKS perlu dicermati oleh DPS, karena tidak jarang notaris yang membuat akad belum tentu menguasai fiqih muamalah yang mengatur produk yang diakadkannya. DPS dapat meluruskannya bila notaris melakukan kesalahan dalam membuat akad perjanjian pembiayaan anatara nasabah dengan bank syariah 2) Formulir – formulir Formulir – formulir yang telah dibuat oleh LKS, seringkali menyalahi ketentuan syariah. Contohnya beban biaya yang masih mengacu pada bunga konvensional. DPS dapat meluruskan kesalahan ini agar LKS tidak terjebak pada bunga yang riba. 3) Bukti transaksi Bukti transaksi yang telah dilakuakan tidak lepas dari kesalahan karena LKS sering memakai standar bunga dan presentase dari pokok yang dihitung seperti halnya bunga bank konvensional. 4) Laporan – laporan (neraca, laporan laba rugi) apabila diperlukan Loran keuangan yang dibuat oleh LKS perlu dicermati kesyariahannya, baik dari aspek sistematika maupun koten laporan harus menyesuaikan ketentuan PSAK Syariah. C. Pelaku (Subjek) Pengawasan DPS adalah subjek atau pelaku pengawasan di LKS yang mempunyai wewenang dan mewakili DPS-MUI dalam menjamin kesesuaian syarih LKS yang disahkan oleh DSN-MUI melalui fit and proper test dari BI/OJK. DPS menjadi penjamin kesyariahan LKS seperti halnya BPPOM MUI yang mengeluarkan sertifikat halal pada produk maknan dan obat. D. Pihak lain yang terkait Pengawasan DPS 1) Internal LKS (Audit interen) Internal LKS mulai dari komisaris sampai karyawan terbawa adalah pihak yang terkait dengan pengawasan syariah dan bisa menjadi objek pengawasan. Internal LKS harus memberikan semua informasi yang dibutuhkan oleh DPS agar hasil pengawasan dapt objektif dan berkualitas. 2) Akuntan Publik Laporan Keuangan LKS harus diauit oleh akuntan public sebelum dipublikasikan dan dilaporkan kepada BI/OJK. Laporan audited menjamin kualitas dan objektifitas laporan keuangan. Pernyertaan hasil audit (audit revew) menunjukkan kualitas laporan keuangan yang disajikan oleh LKS. 3) BI/OJ Regulator mewajibkan LKS melaporkan perkembangan bisnisnya dengan melaporkannya setiap minimal 3 bulan sekali. Laporan Keuangan yang telah diaudit dilengkapi dengan semua laporan – laporan yang diwajibkan seperti laporan data nasabah, laporan PPATK, laporan anti tindakan pidanan terorisme, dan lainnya. E. Hasil Pengawasan Pengawasan oleh DPS menghasilkan laporan hasil pengawasan yang disampaikan kepada pengurus bank (direksi dan komisaris) dan lembaga terkait (BI/OJK dan DSn- MUI). Pengawasan yang dilakukan DPS dapat bebrbentuk : 1) Pengawasan pasif Pengawasan pasif menghasilkan komentar – komentar yang harus di catat dalam arsip, baik oleh LKS maupun DPS sendiri. Komentar – komentar ini menjadi salah satu pertimbangan untuk menyusun laporan tahunan. 2) Pengawasan aktif Pengawasan aktif menghasilkan laporan hasil pemeriksaan yang terdiri dari Komentar terhadap pedoman produk dan transaksi Komentar terhadap pelaksanaan produk dan transaksi Hasil pemeriksaan dilaporkan kepada Bank Indonesia/OJK dengan menggunakan format yang lazim dan telah ditentukan oleh BI/OJK. (DSN-MUI, 2015) 5. Buatlah LAPORAN RINGKASAN PENGAWASAN DEWAN PENGAWAS SYARIAH, pada sebuah LKS di sekitar tempat tinggal Saudara saat ini (bisa BMT). Laporan dibuat dalam bentuk file, dan diupload di LMS. LAPORAN RINGKASAN PENGAWASAN DEWAN PENGAWAS SYARIAH REVIEW SYARIAH UNTUK PERIODE : SEMESTER II TAHUN 2020 BMT UMMAT SEJAHTERA ABADI JEPARA Tanggal Pelaporan :
NO URAIAN PENDAPAT DPS
TIDAK CATATAN SESUAI SESUAI SYARIAH SYARIAH I kesesuaian produk dan jasa Bank dengan Fatwa DSN-MUI a Si SELA (Simpanan Sejahtera Lancar) Si RAKA (Simpanan Sejahtera Berjangka) Si RADIK (Simpanan Sejahtera Pendidikan) Si WAKA (Simpanan Siswa Sekolah) Si HARYA (Simpanan Hari Raya) Si SENA (Simpanan Sejahtera Rencana) b Penyaluran Dana 1. Pembiayaan Musyarakah 2. Pembiayaan Mudharabah 3. Pembiayaan Murabahah 4. Pembiayaan bai’ bitsaman ajil 5. Pembiayaan Qardul hasan c jasa -jasa penyaluran infaq, shodaqoh zakat Pembayaran listrik pra dan pasca bayar Pembelian pulsa All operator Pembayaran telpon dan internet Pembayaran BPJS dan PDAM II Apakah Terdapat produk dan jasa bank yang tidak/belum diatur dalam fatwa DSN-MUI III Pedoman Oprasional dan produk bank telah sesuai dengan prinsip syariah dalam fatwa DSN-MUI Pedoman Oprasional Penghimpunan Dana Pedoman Oprasional Penyaluran Dana Pedoman Oprasional Jasa - Jasa Pedoman Perhitungan Bagi Hasil IV Informasi temuan syariah lainnya dari DPS V Usulan dan Rekomendasi Dewan Pengawas Syariah BMT Ummat Sejahtera Abadi Jepara 1 2
Pendekatan sederhana untuk investasi ekuitas: Panduan pengantar investasi ekuitas untuk memahami apa itu investasi ekuitas, bagaimana cara kerjanya, dan apa strategi utamanya