Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MANDI JANABAH (BESAR)

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Pratikum Peribadatan
Dosen Pengampu :
Mahmudatus Sa’diyah, M.E.Sy

Oleh

No Nama NIM
.

1. Karina Zulaikha 181130001607

2. Della Awaliya 181130001594

EKONOMI ISLAM

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA

2020

1
2
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat-Nya
maka saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Mandi Janabah (Besar)”.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Pratikum
Peribadatan. Makalah ini berisi tentang Mandi Janabah (Besar), makalah ini saya
lengkapi dengan pendahuluan sebagai pembuka yang menjelaskan latar belakang
dan tujuan pembuatan makalah. Pembahasan yang menjelaskan Mandi Janabah
(Besar), penutup yang berisi tentang kesimpulan yang menjelaskan isi dari
makalah saya. Makalah ini juga saya lengkapi dengan daftar pustaka yang
menjelaskan sumber dan referensi bahan dalam penyusunan. Saya menyadari
bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
pembaca demi perbaikan makalah ini akan saya terima. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak baik yang menyusun maupun yang membaca.

Jepara, 31 Oktober 2020

Karina Zulaikha

Della Awaliya

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4

1.1. Latar Belakang.............................................................................................................4

1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................................4

1.3. Tujuan Masalah...........................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................5

2.1. Pengertian Mandi Janabah...........................................................................................5

2.2. Dalil Mandi Janabah (Besar).......................................................................................5

2.3. Perkara-Perkara Yang Mewajibkan Mandi.................................................................6

2.4. Tata Cara Mandi..........................................................................................................7

2.4.1. Tata Cara Mandi Besar bagi Wanita....................................................................8

2.5. Rukun Mandi Janabah (Besar)....................................................................................9

2.6. Sunah mandi Janabah (Besar).....................................................................................9

2.7. Hikmah Mandi Janabah (Besar)..................................................................................9

BAB III PENUTUP.................................................................................................................11

3.1. Simpulan....................................................................................................................11

3.2. Saran..........................................................................................................................11

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Mandi besar, mandi Janabah atau mandi wajib adalah mandi dengan
menggunakan air suci dan bersih (air mutlak) yang mensucikan dengan
mengalirkan air tersebut ke seluruh tubuh mulai dari ujung rambut sampai
ujung kaki. Tujuan mandi wajib adalah untuk menghilangkan hadas besar
yang harus dihilangkan sebelum melakukan ibadah sholat. Maka dari itu kita
sebagai ummat muslim sangat penting untuk mengetahui bagaimana tata cara
Mandi besar, mandi Janabah atau mandi wajib sesuai dengan tuntunan
Rosulullah SAW. Agar ibadah-ibadah yang kita lakukan bisa diterima dan
mendapatkan pahala

1.2. Rumusan Masalah

1. Pengertian Mandi Janabah (besar).


2. Bagaimana Dalil mandi Janabah (besar).
3. Apa saja Perkara perkara yang mewajibkan mandi Janabah (besar).
4. Bagaimana Tata cara mandi Janabah (besar).
5. Apa saja rukun dan sunnah mandi Janabah.
6. Apa hikmah dari mandi Janabah.

1.3. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui Pengertian Mandi Janabah (besar).


2. Untuk mengetahui dalil mandi Janabah (besar)
3. Untuk mengetahui perkara perkara yang mewajibkan mandi Janabah
(besar)
4. Untuk mengetahui tata cara mandi Janabah (besar).
5. Untuk mengetahui rukun dan sunnah mandi Janabah.
6. Untuk mengetahui hikmah mandi Janabah.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Mandi Janabah

Mandi dalam bahasa Arab disebut dengan istilah al-ghusl ( ‫) الغسل‬. Kata
ini memiliki makna yaitu menuangkan air ke seluruh tubuh. Sedangkan secara
istilah, para ulama menyebutkan definisinya yaitu :

Memakai air yang suci pada seluruh badan dengan tata cara tertentu dengan
syarat-syarat dan rukun-rukunnya. Adapun kata Janabah dalam bahasa Arab
bermakna jauh ( ‫د‬Eُ ‫ ) البُ ْع‬dan lawan dari dekat ( ‫ض ُّد الق َرابَة‬
ِ ), Sedangkan secara
istilah fiqih, kata janabah ini menurut Al-Imam An-Nawawi rahimahullah
berarti Janabah secara syar'i dikaitkan dengan seseorang yang keluar mani
atau melakukan hubungan suami istri, disebut bahwa seseorang itu junub
karena dia menjauhi shalat, masjid dan membaca Al-Quran serta dijauhkan
atas hal-hal tersebut. Mandi Janabah sering juga disebut dengan istilah 'mandi
wajib'. Mandi ini merupakan tatacara ritual yang bersifat ta`abbudi dan
bertujuan menghilangkan hadats besar.

2.2. Dalil Mandi Janabah (Besar)

Artinya “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak


mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan
siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua

6
mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau
dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau
menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka
bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan
tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi
Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya
bagimu, supaya kamu bersyukur. (QS.Al-Maidah (5):6)

Niat mandi Janabah (Wajib)

Artinya “Aku niat mandi untuk menghilangkan hadats besar dari


janabah,fardhu karena Allah ta’ala.

2.3. Perkara-Perkara Yang Mewajibkan Mandi

Mandi menjadi wajib karena hal-hal sebagai berikut.

1. Keluarnya Sperma

Yakni keluarnya sperma dari penis (bagi laki-laki) atau vagina (bagi
perempuan), baik disertai kenikmatan yang nyata maupun yang tidak nyata,
misalnya orang mimpi basah yang mendapatkan kemaluannya basah namun
tidak merasakan syahwat.

2. Persetubuhan ( Coitus )

Persetubuhan ( coitus ) yang di maksud adalah penetrasi alat vital ke


dalam alat vital lawan seks, dan bukan sekedar bercumbu.

Hal ini didasarkan pada firman Allah “ Dan jika kamu junub maka mandilah
(QS. Al-Maidah (5):6). Imam Asy-syafi’i mengatakan kata jinabat (junub)

7
dalam bahasa Arab ditujukan untuk menyebut makna hakiki bersetubuh
(senggama), meskipun tidak keluar sperma.

3. Berhentinya Pendarahan Haid dan Nifas

Para sahabat dan generasi setelah mereka telah menyepakati secara bulat
kewajiban mandi. Karena berhentinya aliran darah haid dan nifas berdasarkan
keterangan yang dikemukakan oleh Aisyah,bahwasanya Fatimah binti Abi
Hubaisy mengalami pendarahan istihadhah (di luar waktu haid).

4. Persalinan Tanpa Pendarahan

Kalangan ulama mazhab Hanafi, mazhab Maliki, dan ulama mazhab


Syafi’i menyatakan kewajiban mandi atas perempuan yang melahirkan,
meskipun ia tidak melihat adanya bercak darah. Hal ini demi sikap kehati-
hatian, karena tidak mungkin perempuan melahirkan tanpa disertai bercak
darah.

Sedangkan Imam Abu Yusuf, Muhammad Asy-Syaibani (keduanya dari


mazhab Hanafi), dan ulama-ulama mazhab Hanbali berpendapat bahwa jika
tidak dijumpai bercak darah maka tidak wajib mandi, sebab dalam hal ini tidak
ada nash maupun yang semakna dengan nash yang menyatakan kewajiban
demikian.

5. Meninggal Dunia

Para ulama bersepakat bahwa hukumnya fardhu kifayah bagi orang-orang


yang hidup untuk memandikan mayat muslim yang tidak dilarang untuk,
dimandikan, misalnya orang yang mati syahid di jalan Allah.

Diriwayatkan dari ibnu Abbas ia bercerita mengenai seorang laki-laki yang


wukuf di Arafah bersama Nabi bersabda.

“Mandikanlah ia dengan air bercampur teratai dan kafanilah ia dalam dua


lembar kain kafan”

8
6. Masuk Islam

Termasuk perkara yang mewajibkan mandi menurut sebagian ulama


adalah masuk islamnya seorang kafir. Jika seorang kafir masuk islam, maka
dia wajib mandi. Karena Nabi saw memerintahkan sebagian orang yang
masuk islam untuk mandi. Akan tetapi banya ulama yang berpendapat bahwa
mandi bagi orang yang baru masuk islam adalah sunah, bukan wajib. Karena
tidak terdapat riwayat dari Nabi saw memerintahkan mandi bagi setiap yang
masuk islam. Maka perintah tersebut dipahami sebagai sunah, untuk
mengkompromikan berbagai dalil.

2.4. Rukun Mandi Janabah (Besar)

Rukun mandi wajib dalam mazhab Syafi’i ada tiga yaitu :

1. Niat.
2. Membersihkan badan dari najis.
3. Mengalirkan air ke seluruh rambut dan permukaan kulit.

2.5. Tata Cara Mandi

Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa hakikat mandi adalah membasuh


seluruh anggota badan. Mandi dapat dikatakan cukup apabila mencakup hal-
hal yang diwajibkan saja, dan mandi dikatakan sempurna apabila mencakup
hal-hal yang diwajibkan, disunnahkan, dan mencakup hal yang dianjurkan
(mandubat).

Adapun mekanismenya adalah sebagai berikut.

1) Berniat dalam hati untuk menghilangkan hadats besar atau untuk


memperoleh kebolehan menjalankan shalat atau semisalnya.
2) Kemudian mengucapkan niat
3) Setelah itu membasuh kedua telapak tangan tiga kali sebelum
memasukkan ke dalam bak mandi.

9
4) Kemudian membasuh segala sesuatu kotoran dan najis yang ada di
kemaluan dan tubuhnya.
5) Kemudian berwudhu sebagaimana wudhu melaksanakan shalat.
6) Kemudian menciduk satu cidukan air lalu memasukan jari-jari ke
pangkal-pangkal rambut kepala dan jenggot.
7) Kemudian siramkan air ke atas kepala tiga kali.
8) Setelah itu siramkan air ke seluruh tubuh, dimulai dari bagian yang
kanan, kemudian yang kiri sambil membersihkan lekukan-lekukan
tubuh, seperti bagian ketiak, bagian dalam telinga, tali pusat, bagian
belakang bokong, jari-jari kaki, lipatan-liptan perut, dan lain
sebagainya.
9) Aliran air keseluruh bagiam tersebut, dan gosok-gosok tangan ke seluruh
tubuh.

Jika mandi di sungai atau sejenisnya, maka langsung dengan menyelam agar
air bisa sampai ke semua kulit dan rambutnya, baik yang tampak maupun
tidak dan sampai ke pangkal tumbuhnya rambut. Namun, sebelumnya
disunnahkan mengucapkan niat sejak pertama kali masuk ke dalam aktivitas
mandi dan terus menetapkan niat sampai selesai mandi. Untuk memastikan
apakah air sudah merata ke seluruh tubuh, cukup dengan perkiraan saja,
kemudian setelah itu pindah dari tempat mandinya, dan membasuh kedua
telapak kakinya jika sebelumnya tidak dibasuh.

2.5.1. Tata Cara Mandi Besar bagi Wanita

Pada dasarnya mandi wanita sama dengan mandi laki-laki. Bedanya


wanita tidak diwajibkan melepaskan jalinan rambutnya (kepang) jika ingin
menyampaikan air ke pangkal tumbuh rambut, berdasarkan hadis Ummu
Salamah : Ada seorang perempuan bertanya kepada Nabi wahai Rasulullah,
aku adalah wanita yang berambut kepang, haruskah aku mengurainya jika
hendak mandi jinabat? Beliau menjawab, “sesungguhnya cukup bagimu
mengguyurnya sebanyak tiga guyur air, baru kemudian guyurlah seluruh
badanmu. Jika sudah demikian halnya, maka kau sudah suci.

10
2.6. Sunah Mandi Janabah (Besar)

Adapun sunnah dalam mandi wajib menurut mazhab Syafi’i ada lima yaitu :

1. Tasmiyah (membaca bismillah).


2. Berwudhu sebelum mandi.
3. Gosokkan tangan di atas badan.
4. Muwalah (berkesinambungan dalam berwudhu).
5. Mendahulukan anggota tubuh yang kanan atas kemudian yang kiri.

2.7. Hikmah Mandi Janabah (Besar)

Di dalam kitab Alfiqh Almanhaji Ala Al Madzhab Al Imam Al Syafii


disebutkan ada tiga hikmah syariat mandi.

1. Mendapatkan pahala. Mandi secara syariat adalah terhitung ibadah.


Oleh karena itu, bagi yang mau menjalankan perintah agama akan
mendapat pahala yang besar. Selain itu, Abu Malik Al Asy’ari
meriwayatkan hadis: Rasulullah saw. bersabda: “Kesucian
(kebersihan) adalah bagian dari iman.” (HR. Muslim). Dalam hadis
tersebut sangat jelas dikatakan bahwa bersuci adalah setengah atau
bagian dari tanda iman seseorang yang mau menjalankan perintah
agama. Sebagian lainnya adalah wudhu.
2. Mendapatkan kebersihan. Seorang muslim yang mandi, maka
badannya akan bersih dari kotoran atau keringat yang menempel atau
mengenainya. Dan kebersihan ini akan menjaganya dari hal-hal yang
dapat menyebabkan penyakit dan mendatangkan aroma yang
wangi/sedap. Sehingga hal ini pun dapat mengundang rasa cinta dan
kasih di antara manusia lainnya. Artinya jika badan seseorang itu
bersih, maka orang-orang yang dekat dengannya pun senang, tidak
merasa jijik. Aisyah r.a. pernah berkata: “Dulu orang-orang
merupakan pekerja keras, yang tidak memiliki pelayan. Sehingga
tubuh mereka mengeluarkan bau yang tidak sedap. Maka dikatakan

11
kepada mereka “Seandainya kalian mandi pada hari Jumat.” (HR.
Muslim)
3. Mendapatkan rasa semangat. Karena tubuh yang diguyur air ketika
mandi itu menumbuhkan rasa semangat. Serta hilang rasa lesu, letih
dan malas. Terlebih jika ia telah menjalani hal-hal yang mewajibkan
mandi seperti berhubungan badan yang membuat badan lemas. Maka,
syariat mewajibkan mandi untuk membangkitkan semangat umat
muslim lagi.

Demikianlah tiga hikmah disyariatkannya mandi wajib dan sunnah


dalam Islam. Yakni, mendapatkan pahala, kebersihan badan.

12
BAB III
PENUTUP

3.1. Simpulan

Mandi adalah mengalirkan air ke seluruh tubuh dengan cara tertentu dan
disertai denga niat. Di dalamnya juga terdapat rukun-rukunnya, diantaranya
niat dan meratakan air ke seluruh tubuh. Kita dituntut untuk mengetahui dan
menerapkannya dalam kehidupan. Selain itu kita juga dapat mempelajari dan
mengetahui sunah-sunah mandi maupun hal-hal yang mengharuskan mandi,
diantaranya Janabah, keluar mani, terhentinya haid, wiladah, orang Kafir
masuk Islam, dan memandikan jenazah. Dengan demikian kita dapat
mengambil manfaat dari apa yang kita yang pelajari agar menambah
keyakinan kita dalam beribadah dan senantiasa membiasakan hidup bersih,
baik jasmani maupun rohani.

Dengan adanya pemahaman serta kesadaran dalam diri, kita juga harus
memberikan pemahaman kepada yang lain untuk mengajak membiasakan
hidup bersih, agar umat Islam selalu dalam ketentrraman, itu semua akan
terwujud dan terlaksana apabila semua khalayak ikut serta dalam menciptakan
hidup bersih dan indah.

3.2. Saran

Apapun makalah ini adalah makalah hasil pemikiran sendiri, yang didasari
dari refrensi-refrensi yang kami dapatkan baik berupa buku diperpustakaan
maupun dari pengetahuan online. Jika terjadi kesalahan dan kekurangan dari
makalah kami, kami berharap kritik dan saran untuk mewujudkan kelebihan
dikemudian harinya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Azzam, A. A. (2013). Fiqih Ibadah. Jakarta: Amzah.

Bagir, M. (2008). Fiqih Praktis 1. Bandung: Karisma.

Rusyd, I. (2002). Bidayatu Mujtahid. Jakarta: Amani.

Sunarto, A. (2010). Fiqih Islam Lengkap. Bandung: Husaini.

14

Anda mungkin juga menyukai