Anda di halaman 1dari 17

1

MAKALAH
AKAD MUDHARABAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Akuntansi syariah

Dosen Pembimbing :
Solikhul Hidayat, S.E. ,M.Si

Di susun Oleh :

1. Karina zulaikha (181130001607)


2. Zulyanthi R.Z (181130001591)
3. Pratiwi Puspaningsih (181130001617)
4. Muhammad Chairul Fattah (181130001624)

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA JEPARA

2019

1
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini kami susun berdasarkan pengalaman dan data-data yang kami peroleh
dari sebagai sumber.Makalah ini disusun sedemikian rupa dengan tujuan dapat
diterima dan dipahami oleh dosen serta mahasiswa atau mahasiswi.
Kami menyadari bahwa hal tersebut terlaksana berkat bantuan berbagai pihak,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu izinkan kami
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak. Aan Zainul Anwar,S.H.I.,M.E,Sy. Selaku Kaprodi. Ekonomi
Islam.
2. Bapak Solikhul Hidayat, S.E. ,M.Si Selaku Dosen Pengampu Akuntansi
Syariah Universitas Islam Nahdhlatul Ulama.
3. Ayah dan ibu selaku orang tua yang mendukung kami.
4. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami juga menyadari bahwa laporan masih jauh dari sempurna walaupun kami
telah berusaha dengan semaksimal mungkin dan daya upaya yang ada pada kami.
Semoga Makalah ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak penyusun pada
khususnya dan pembaca pada umumnya.

Jepara, 19 Oktober 2019

Karina zulaikha
Zulyanthi R.Z
Pratiwi Puspaningsih
Muhammad Choirul Fattah
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................4
1.1. Latar Belakang..........................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................4
1.3. Tujuan Makalah.........................................................................................4
1.4. Manfaat......................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................6
2.1. Pengertian akad mudharabah.....................................................................6
2.2. Jenis Akad Mudharabah............................................................................8
2.3. Dasar Syariah............................................................................................8
2.4. Prinsip Pembagian Hasil Usaha (Psak 105 Par 11).................................11
2.5. Manfaat Mudharabah..............................................................................13
BAB III PENUTUP...............................................................................................15
3.1. Simpulan..................................................................................................15
5.2 Saran........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17

3
4

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam ekonomi segala bentuk transaksi atau pembiayaan


diperlukan suatu kegiatan pencatatan dan pelaporan atau disebut dengan
akuntansi. Akuntansi dalam transaksi mudharabah akan dibahas secara
khusus dalam makalah ini, dengan bahasan detail tentang ketentuan
syariah, alur taransaksi dan yang berkaitan dengan sifat dasar transaksi
mudharabah.

Relevansi makalah ini adalah sebagai dasar pengetahuan dalam


menguasi praktik akuntansi terkait pengetahuan dan pengukuran berbagai
transaksi yang terjadi dalam aktivitas penyaluran dana bank syariah
dengan penggunaan sekema mudharabah. Penguasaan teori dan praktik
terkait pengakuan dan pengukuran tarnsaksi ini penting dikuasai,
mengingat transaksi ini merupakan sekema penyaluran yang besar oleh
bank syariah.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa definisi mudharabah?


2. Apa Saja Jenis-jenis akad mudharabah?
3. Apakah dasar hukum syariah akad mudharabah?
4. Bagaimana prinsip pembagian hasil akad mudharabah?
5. Apa Manfaat akad mudharabah?

1.3. Tujuan Makalah

1. Dapat mengetahui pengertian mudharabah.


2. Mengetahui jenis - jenis akad mudharabah.
3. Mampu mengetahui dasar hukum syariah akad mudharabah.
4. Mengetahui prinsip pembagian hasil akad mudharabah.

4
5

5. Dapat mengerti manfaat akad mudharabah.

1.4. Manfaat

1. Bagi penulis makalah, makalah ini dapat dijadikan kajian awal untuk
melakukan penulisan selanjutnya
2. Bagi pihak fakultas, penulisan makalah ini dapat dijadikan dasar untuk
membantu meningkatkan pengetahuan mahasiswa dalam penulisan surat.
3. Bagi seluruh pembaca, dengan adanya penulisan makalah ini diharapkan
dapat mengetahui mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
penulisan surat.
6

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian akad mudharabah

Mudharabah berasal dari kata adhdharby fl ardhi yaitu berpergian


untuk urusan dagang. Disebut juga qiradh yang berasal dari kata
alqardhu yang berarti potongan, karena pemilik memotong sebagian
hartanya untuk diperdagangkan dan memperoleh sebagian keuntungan.

PSAK 105 mendefinisikan mudharabah sebagai akad kerjasama usaha


antara dua pihak dimana pihak pertama (pemilik dana atau shahibul
maal) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua ( pengelola
dana atau mudharib) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan dibagi
diantara mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugian finansial
ditanggung oleh pemilik dana.

Akad mudharabah menurut syahdeini adalah suatu transaksi investasi


yang berdasarkan kepercayaan. Kepercayaan merupakan unsur terpenting
dalam akad mudharabah, yaitu kepercayaan dari pemilik dana kepada
pengelola dana.

Akad kerjasama menurut (Antonio 2001) usaha antara pemilik dana


(shohibul maal ) dan pengelola dana (mudharib) dengan nisbah bagi hasil
menurut kesepakatan dalam kontrak.

Dari penjelasan di atas, dalam transaksi mudharabah antara pemilik dana


dan pengelola dana ada pembagian risiko, dimana berbagai risiko
merupakan salah satu prinsip sistem keuangan syariah.

6
7

Dalam mudharabah, pemilik dana tidak boleh mensyaratkan


keuntungan/imbalan tanpa ada faktor penyeimbang yang diperbolehhkan
syariah. Keuntungan yang dibagikan tidak boleh menggunakan nilai
proyeksi akan tetapi harus menggunakan nilai relasi keuntungan, yang
mengacu pada laporan hasil usaha yang secara periodik disusun oleh
pengelola dana dan diserahkan pada pemilik dana.

Hikmah dari sistem mudharabah adalah dapat memberi keringanan


kepada manusia. Terkadang ada sebagian orang yang memiliki harta,
tetapi tidak mampu untuk membuatnya menjadi produktif. Namun ada
orang yang tidak memiliki harta tetapi mampu untuk
memproduktifkannya sehingga dengan akad mudharabah kedua belah
pihak dapat mengambil manfaat dari kerjasama yang terbentuk.

Nasabah
(Mudharib)

Skema Alur Akad Mudharabah

4b. Menerima
porsi laba

3. Membagi hasil usaha


• Keuntungan dibagi sesuai nisbah
• Kerugian tanpa kelalaian nasabah ditanggung oleh
bank syariah4b. Menerima porsi
4. Menerima porsi Nasabah (Mudharib)
laba
laba
5. Menerima
8

2.2. Jenis Akad Mudharabah

Dalam PSAK, mudharabah diklasifikasikan kedalam tiga jenis


yaitu mudharabah muthalaqah, mudharabah muqayyadah, mudharabah
musytarakah.

Berikut adalah pengertian masing-masing jenis mudharabah

1. Mudharabah Muthlaqah adalah mudharabah dimana pemilik dana


memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelolaan
investasinya. Mudharabah ini disebut juga investasi tidak terikat.

2. Mudharabah Muqayyadah adalah mudharabah dimana pemilik dana


memberikan batasan kepada pengelola antara lain mengenai dana, lokasi,
cara, dan atau objek investasi atau sektor usaha. Mudharabah jenis ini
disebut juga investasi terikat.

3. Mudharab musytarakah adalah mudharabah dimana pengelola


menyertakan modal atau dananya dalam kerja sama investasi.

2.3. Dasar Syariah

A. Sumber Hukum Akad Mudharabah

Menurut ijmak ulama, mudharabah hukumnya jaiz (boleh). Hal ini


dapat diambil dari kisah Rasulullah yang pernah melakukan mudharabah
dengan Siti Khadijah. Siti Khadijah bertindak sebagai pemilik dana dan
rasulullah sebagai pengelola dana. Lalu rasulullah membawa barang
dagangannya ke negeri Syam. Dari kisah ini kita lihat akad mudharabah
tekah terjadi pada masa Rasulullah sebelum diangkat menjadi Rasul.
Mudharabah telah di praktikkan secara luas oleh orang-orang sebelum
masa islam dan bebrapa sahabat Nabu Muhammad SAW. Jenis bisnis ini
sangat bermanfaat dan sangat bermanfaat dan sangat bermanfaat dan
sangat selaras dengan prinsip dasar ajaran syariah, oleh karena itu akad ini
diperbolehkan secara syariah.
9

1. Al-Quran
“Apabila telah ditunaikan shalat naka bertebaranlah kamu di muka bumi
dan carilah karunia Allah SWT.”(QS 62:10)
2. As-Sunah
Dari shahih bin Suaib r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda, “tiga hal yang
didalamnya terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh, muqaradhah
(mudharabah), dan mencampuradukkan gandum dengan jewawut untuk
keperluan rumah tangga bukan untuk dijual.”(HR Ibnu Majah)

B. Rukun dan Ketentuan Syariah Akad Mudharabah

Rukum mudharabah ada empat, yaitu:

1. Pelaku, terdiri atas: pemilik dana dan pengelola dana

2. Objek Mudharabah, berupa: modal dan kerja

3. Ijab Kabul/Serah Terima

4. Nisbah keuntungan

Ketentuan syariah, adalah sebagai berikut:

1. Pelaku

a. Pelaku harus cakap hukum dan baligh

b. Pelaku akad mudharabah dapat dilakukan sesame muslim atau


dengan non muslim

c. Pemilik dana tidak boleh ikut campur dalam pengelolaan usaha


tetapi ia boleh mengawasi.

2. Objek mudharabah (modal dan kerja)

Objek mudharabah merupakan konsekuensi logis dengan


dilakukannya akad mudharabah.
10

a. Modal
1. Modal yang diserahkan dapat berbentuk uang atau asset lainnya
(dinilai sebesar nilai wajar), harus jelas jumlah dan jenisnya
2. Modal harus tunai dan tidak utang
3. Modal harus diketahui dengan jelas jumlahnya sehingga dapat
dibedakan dari keuntungan.
4. Pengelola dana tidak diperkenankan untuk memudharabahkan
kembali modal mudharabah, dan apabila terjadi maka dianggap
terjadi pelanggaran kecuali atas seizin pemilik dana.
5. Pengelola dana tidak diperbolehkan untuk meminjamkan modal
kepada orang lain dan apabila terjadi maka dianggap terjadi
pelanggaran kecuali atas seizing pemilik dana.
6. Pengelola dana memiliki kebebasa umtuk mengaturmodal menurut
kebijaksanaan dan pemikirannya sendiri, selama tidak dilarang
secara syariah.
b. Kerja
1. Kontribusi pengelola dana dapat berbentuk keahlian, keterampilan,
selling skill, management skill, dan lain-lain
2. Kerja adalah hak pengelola dana dan tidak boleh diintervensi oleh
pemilik dana
3. Pengelola dana harus menjalankan usaha sesuai dengan syariah
4. Pengelola dana harus mematuhi semua ketetapan yang ada dalam
kontrak
5. Dalam hal pemilikdana tidak melakukan kewajiban atau
melakukan pelanggaran terhadap kesepakatan, pengelola dana
sudah menerima modal dan sudah bekerja maka pengelola dana
berhak mendapatkan imbalan/ganti rugi/upah.
3. Ijab Kabul
Adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela di antara pihak-
pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui
korespodensi atau menggunakan cara-cara komunikasi modern.
11

4. Nisbah Keuntungan
a. Nisbah adalah besaran yang digunakan untuk pembagian
keuntungan, mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh
kedua pihak yang bermudharabah atas keuntungan yang diperoleh.
b. Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan kedua belah
oihak
c. Pemilik dana tidak boleh meminta pembagian keuntungan dengan
menyatakan nilai nominal tertentu karena dapat menimbulkan riba
C. Berakhirnya Akad Mudharabah
1. Dalam hal mudharabah tersebut dibatasi waktunya, maka
mudharabha berkhir pada waktu yang telah ditentukan
2. Salah satu pihak memutuskan mengundurkan diri
3. Salah satu pihak meninggal dunia atau hilang akal
4. Pengelola dana tidak menjalankan amanahnya sebagai pengelola
usaha mencapai tujuan sebagaimana dituangkan dalam akad
5. Modal sudah tidak ada

2.4. Prinsip Pembagian Hasil Usaha (Psak 105 Par 11)

Dalam mudharabah istilah profit and loss sharing tidak tepat


digunakan karena yang dibagi hanya keuntungannya saja (profit), tidak
termasuk kerugiannya (loss). Sehingga untuk pembahasan selanjutnya, akan
digunakan istilah prinsip bagi hasil seperti yang digunakan dalam Undang-
Undang No. 10 Tahun 1998, karena apabila usaha tersebut gagal kerugian
tidak dibagi di antara pemilik dana dan pengelola dana, tetapi harus
ditanggung sendiri oleh pemilik dana.

Untuk menghindari perselisiahan dalam hal biaya yang dikeluarkan


oleh pengelola dana, dalam akad harus disepakati biaya-biaya apa saja yang
dapat dikurangkan dari pendapatan.

Contoh perhitungan pembagian hasil usaha:


12

Data:

Penjualan Rp 1.000.000

HPP (Rp 650.000

Laba kotor Rp 350.000

Biaya-biaya (Rp 250.000

Laba (rugi) bersih Rp 100.000

1. Berdasarkan prinsip bagi laba (profit sharing), maka nisah pemilik dana :
pengelola dana = 30:70
Pemilik dana : 30% x Rp 100.000 = Rp 30.000
Pengelola dana : 70% x Rp 100.000 = Rp 70.000
Dasar pembagian hasil usaha adalah laba neto/laba bersih yaitu laba kotor
dikurangibeban yang berkaitan dengan pengelolaan modal mudharabah.
2. Berdasarkan prinsip bagi hasil, maka dasar pembagian hasil usaha adalah
laba bruto/ laba kotor bukan pendapatan usaha dengan nisbah pemilik dana
: pengelola dana = 10:90
Bank syariah : 10% x Rp 350.000 = Rp 35.000
Pengelola : 90% x Rp 350.000 = Rp 315.000
Jika akad mudharabah melebihi satu periode pelaporan, penghasilan usaha
diakui dalam periode terjadinya hak bagi hasil sesuai nisbah yang
disepakati (PSAK 105 par 20).

 Bagi Hasil Untuk Akad Mudharabah Musytarakah (Psak 105 Par


34)
Ketentuan bagi hasil untuk akad jenis ini dapat dilakukan dengan 2
pendekatan yaitu:

1. Hasil investasi dibagi antara pengelola dana dan pemilik dana sesuai
nisbah yang disepakati, selanjutnya bagian hasil investasi setelah
dikurangi untuk pengelola dana tersebut dibagi antara pengelola dana
13

(sebagai musytarik) dengan pemilik dana sesuai dengan porsi modal


masing-masing
2. Hasil investasi dibagi antara pengelola dana (sebagai musytarik) dan
pemilik dana sesuai dengan porsi modal masing-masing, selanjutnya
bagian hasil investasi setelah dikurangu untuk pengelola dana (sebagai
musytarik) tersebut dibagi antara pengelola dana dengan pemilik dana
sesuai dengan nisbah yang disepakati. Contoh : jika terjadi kerugian
atas investasi, maka kerugian dibagi sesuai dengan porsi modal para
musytarik.

2.5. Manfaat Mudharabah

Transaksi pembiayaan dengan skema mudharabah, sangat strategis


dalam upaya mengembangkan ekonomi Nasional. Manfaat dan kerjasama
mudharabah dapat dirasakan oleh kedua belah pihak secara adil.
Kemanfaatan mudharabah meliputi (Ridwan, 2004: 47-49):

1. Bagi mudharib

a. Mudharib tidak harus memiliki modal dalam bentuk uang atau


barang, mudharib cukup memiliki keahlian dan kepiawaian dalam
berusaha dan dapat menguasai peluang pasar saja sudah dapat
berusaha. Ia tidak harus menyediakan modal.

b. Mudharib dapat menikmati harga jual yang lebih rendah. Biaya


bagi hasil hanya akan diperhitungkan setelah mudharib
membukukan usahanya. Sehingga mudharib tidak menanggung
beban tetap diawal. Biaya bagi hasil tidak dapat diperhitungkan
sebagian dari biaya produksi, karena beban bagi hasil sangat
tergantung dengan penjualan. Berbeda dengan bunga, yang
jumlahnya sudah pasti, peminjam akan menghitung beban bunga
sebagai bagian dari harga pokok produk, sehingga harga jual
ditingkat konsumen lebih tinggi.
14

c. Mudharib lebih terpacu untuk berusaha. BMT akan memberikan


kepercayaan penuh kepada mudharib untuk mengembangkan
usahanya. BMT hanya akan menerima laporan secara periodik
terhadap perkembangan usaha.

d. Mudharib tidak akan membayar bagi hasil jika usahanya


mengalami kerugian. Bahkan dengan bunga, yang tidak
memandang usaha anggota yang dibiayai. Bagi hasil hanya akan
dibayarkan jika metode perhitungan yang digunakan menggunakan
pendekatan untung-rugi, maka jika usahanya merugi, mudharib
tidak akan membayar bagi hasil.

2. Bagi shahib al-mal (BMT)

a. BMT akan menikmati pendapatan bagi hasil seiring dengan


meningkatnya pendapatan mudharaib.

b. BMT tidak akan membayar biaya bagi hasil kepada anggota


penabungnya, jika usaha yang dibiayai dengan akad mudharabah
muqayyadah dalam kondisi merugi.

c. BMT akan lebih selektif dalam memberikan pembiayaan.

d. BMT akan mendapatkan anggota yang lebih loyal.


BAB III
PENUTUP

3.1. Simpulan

Mudharabah adalah kerjasama antara pemilik dana atau penanam


modal (shahib al-mal/ rabb al-mal/ investor) dengan pengelola modal
(mudharib) untuk melakukan usaha tertentu dengan pembagian
keuntungan berdasarkan nisbah. Dalam Islam, bentuk kerjasama ini
dibolehkan berdasarkan dalil hukum dalam Al Quran dan Sunnah. Fuqaha
Madinah, menyebut mudharabah dengan istilah muqaradhah atau qiradh.

Kontrak mudharabah tidak memiliki landasan di dalam al-Qur’an


maupun Sunnah, kontrak ini telah digunakan untuk menjalankan
perdagangan oleh generasi Muslim awal. Kontrak mudharabah
dikembangkan oleh para fuqaha berdasarkan realitas dagang pada zaman
mereka dan prinsip-prinsip umum syari’ah tentang keadilan. Syarat-syarat
klausal yang terkait dengan beragam aspek mudharabah dimaksudkan
untuk melindungi kepentingan mudharib maupun investor.

Kontrak mudharabah bank syari’ah sangat berbeda dengan kontrak


mudharabah seperti yang umumnya digambarkan oleh maszhab-mazhab
fiqih, ataupun seperti yang dibayangkan oleh para teoritis bank syari’ah
sebagai suatu model pembiayaan modal kongsi, atau pendanaan industrial
bagi pembangunan.

15
16

5.2 Saran

Apapun makalah ini adalah makalah hasil pemikiran sendiri, yang


didasari dari refrensi-refrensi yang kami dapatkan baik berupa buku
diperpustakaan maupun dari pengetahuan online. Jika terjadi kesalahan
dan kekurangan dari makalah kami, kami berharap kritik dan saran untuk
mewujudkan kelebihan dikemudian harinya.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M. A. (2013). MUDHARABAH DALAM FIQIH DAN PERBANKAN


SYARI’AH. Volume 1, No.2,, 323.

Mahmudatus Sa'diyah, M. (2019). FIQIH MUAMALAH 2. Tahunan Jepara:


UNISNU PRESS.

Sri Nurhayati, W. (2016). Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba


Empat.

17

Anda mungkin juga menyukai