1
Perbankan Syariah di Indonesia &
Aspek Hukumnya
2
PENGERTIAN BANK SYARIAH
BANK SYARIAH adalah Bank yang menjalankan kegiatan
usahanya berdasar kan Prinsip Syariah dan menurut
jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah.
3
UNIT USAHA SYARIAH
Unit Usaha Syariah, yang selanjutnya disebut UUS,
adalah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum
Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk
dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan
usaha berdasarkan Prinsip Syariah, atau unit kerja di
kantor cabang dari suatu Bank yang berkedudukan
di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor
induk dari kantor cabang pembantu syariah
dan/atau unit syariah.
4
SEJARAH PERBANKAN SYARIAH
Sejarah singkat Lembaga Keuangan Islam Internasional :
5
PERBANKAN SYARIAH DI BERBAGAI
NEGARA
Pendirian Lembaga Keuangan/Bank Syariah di berbagai Negara :
6
PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
Latar belakang Pendirian Perbankan Syariah di Indonesia
Ummat islam memandang perlunya layanan perbankan yang lebih baik dan adil (Bank
Islam = bebas riba)
19-22 Agustus 1990 Lokakarya tentang Bank Islam di Cisarua, Bogor oleh MUI
22-25 Agustus 1990 dalam Munas IV MUI disepakati untuk mendirikan Bank Islam
Dengan UU No. 10 th 1998, maka pada tahun 1999 mulai beroperasi Bank Syariah baik
berbentuk Unit Usaha Syariah (Bank IFI cabang Syariah) maupun Bank Umum (Bank
Syariah Mandiri)
7
Perbankan Syariah di Indonesia
• Tahun 1999 dibentuk Dewan Syariah Nasional (DSN)
oleh MUI
8
Peraturan Perundang-Undangan terkait usaha Perbankan
Syariah:
1. Undang-undang tentang Perbankan (UU No. 7/1992 jo UU No.
10/1998) berikut peraturan pelaksanaannya ;
2. Undang-undang tentang Perbankan Syariah (UU No. 21/2008) ;
3. Al-Qur’anul Kariim, Sunnah Rasululllah SAW, Ijma, Qiyas, Masalih
Mursalah, Fiqih Muamalah
4. Undang-undang tentang Bank Indonesia (UU No. 23/1999 jo UU No.
3/2004) berikut peraturan pelaksanaannya;
5. Undang-undang tentang Lalu Lintas Devisa dan Sistim Nilai Tukar (UU
No. 24/1999) berikut peraturan pelaksanaannya;
6. Undang-undang tentang Pencucian Uang (UU No. 8/2010) berikut
peraturan pelaksanaannya;
7. Undang-undang tentang Lembaga Penjamin Simpanan (UU No. 24/2004)
berikut peraturan pelaksanaannya;
8. Undang-undang tentang Perseroan Terbatas (UU No. 40/2007) berikut
peraturan pelaksanaannya;
9. Undang-undang tentang Pasar Modal (UU No. 8/1995) berikut peraturan
pelaksanaannya;
10. Undang-undang tentang Sukuk (surat berharga syariah negara)
9
PBI PERBANKAN SYARIAH
1. PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/ 3
/PBI/2009 TENTANG BANK UMUM SYARIAH
2. PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/ 15
/PBI/2009 TENTANG PERUBAHAN KEGIATAN USAHA
BANK KONVENSIONAL MENJADI BANK SYARIAH
3. PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR
11/10/PBI/2009 TENTANG UNIT USAHA SYARIAH
10
PENDIRIAN
BANK UMUM SYARIAH
Proses pendirian BUS kurang lebih = BUK
Modal Rp. 1 T
Bentuk Hukum harus PT
Harus ada DPS
11
DEWAN PENGAWAS SYARIAH
• Dewan Pengawas Syariah wajib dibentuk di Bank
Syariah dan Bank Umum Konvensional yang
memiliki UUS.
• Dewan Pengawas Syariah diangkat oleh Rapat
Umum Pemegang Saham atas rekomendasi
Majelis Ulama Indonesia.
• Dewan Pengawas Syariah bertugas memberikan
nasihat dan saran Kepada direksi serta
mengawasi kegiatan Bank agar sesuai dengan
Prinsip Syariah.
12
Konversi BUK menjadi BUS
• Bank Konvensional dapat melakukan perubahan kegiatan
usaha menjadi Bank Syariah.
• Perubahan kegiatan usaha Bank Konvensional menjadi Bank
Syariah dapat dilakukan:
• a. Bank Umum Konvensional menjadi Bank Umum Syariah;
• b. BPR menjadi BPRS.
• BPR atau BPRS yang ingin menjadi Bank Umum Syariah harus
mendirikan Bank Umum Syariah terlebih dahulu. Selanjutnya,
seluruh hak dan kewajiban (asset and liabilities) BPR atau
BPRS dialihkan kepada Bank Umum Syariah baru, kemudian
izin usaha BPR atau BPRS dicabut atas permintaan bank (self
liquidation).
13
KONVERSI BUK - BUS
Bank Konvensional yang akan melakukan perubahan
kegiatan usaha menjadi Bank Syariah harus:
a. menyesuaikan anggaran dasar;
b. memenuhi persyaratan permodalan;
c. menyesuaikan persyaratan Direksi dan Dewan
Komisaris;
d. membentuk DPS; dan
e. menyajikan laporan keuangan awal sebagai sebuah
Bank Syariah.
14
KONVERSI BUK - BUS
• memiliki rasio Kewajiban Penyediaan Modal
Minimum (KPMM) paling kurang sebesar 8 %
(delapan persen); dan
• besarnya rasio KPMM didasarkan pada hasil
penilaian Bank Indonesia.
• memiliki modal inti paling kurang sebesar
Rp100.000.000.000,00 (seratus milyar rupiah).
15
Pendirian Unit Usaha Syariah
• Unit Usaha Syariah yang selanjutnya disebut UUS adalah unit
kerja dari BUK yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor
yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu bank yang
berkedudukan di luar negeri yang berfungsi sebagai kantor
induk dari kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit
syariah;
• BUK yang akan melakukan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip
Syariah wajib membuka UUS.
• Rencana pembukaan UUS harus dicantumkan dalam rencana
bisnis BUK.
16
Pendirian Unit Usaha Syariah
1. Pembukaan UUS hanya dapat dilakukan dengan izin Bank
Indonesia.
2. Pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dalam bentuk izin usaha.
3. Permohonan izin usaha UUS diajukan oleh Bank Umum
Konvensional (BUK) dengan menggunakan format surat
sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 40 dan didukung
dengan dokumen sebagai berikut:
a. rancangan perubahan anggaran dasar, yang paling kurang
memuat kegiatan usaha UUS sebagaimana dimaksud dalam
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. identitas dan dokumen pendukung calon Direktur UUS
c. Dst = izin BUS atau BUK
17
Pendirian Unit Usaha Syariah
• Modal kerja UUS ditetapkan dan dipelihara paling kurang
sebesar Rp100.000.000.000,00 (seratus milyar rupiah).
• Yang dimaksud dengan “modal kerja” adalah dana bersih yang
ditempatkan BUK pada UUS setelah dikurangi dengan
penempatan UUS pada BUK, yang diperlakukan sebagai
komponen modal untuk UUS.
• (2) Modal kerja UUS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus disisihkan dalam bentuk tunai.
• Yang dimaksud dengan “tunai” adalah setoran dalam bentuk
kas, bukan dalam bentuk tanah, gedung atau bentuk sejenis
lainnya.
18
Perbankan Syariah
Peraturan Perundang-Undangan terkait usaha perbankan
syariah:
19
Perbankan Syariah di Indonesia
Kegiatan usaha perbankan syariah secara garis besar dapat
dikelompokkan kedalam beberapa kegiatan :
20
Statistik Perbankan Indonesia
Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan
fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan
fatwa di bidang syariah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
Akad adalah kesepakatan tertulis antara Bank Syariah atau UUS dan pihak lain yang
memuat adanya hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak sesuai dengan Prinsip
Syariah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah.
21
Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berupa:
a. transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan
musyarakah;
b. transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli
dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik;
c. transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam,
dan istishna’;
d. transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan
e. transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk
transaksi multijasa berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
antara Bank Syariah dan/atau UUS dan pihak lain yang
mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana
untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu
tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. 22
ASPEK HUKUM PERBANKAN SYARIAH
DI INDONESIA
23
I. Umum
24
25
II Subjek Hukum
26
II. Subjek Hukum
Subyek Hukum
Subjek Hukum
27
II. Subjek Hukum
2. Dasar hukum
– KUH Perdata
– UU Perkawinan dan peraturan pelaksanaannya
28
II. Subjek Hukum
• Kecakapan Bertindak
• Kekuasaan Orang Tua
• Perwalian
• Pengampuan
• Orang Yang Hilang
• Perkawinan
29
II. Subjek Hukum
Kecakapan Bertindak:
1. Dewasa*)
2. Tidak berada dibawah pengampuan
3. Tidak dilarang oleh UU untuk membuat perjanjian tertentu
*)Catatan:
Dewasa:
⚫ Menurut Pasal 330 BW -> 21 thn
⚫ Menurut Pasal 6 jo. Pasal 47 UU Perkawinan -> 18 thn, dengan catatan untuk melangsungkan
perkawinan bagi yang belum berumur 21 thn harus ijin orang tua
⚫ Menurut Pasal 39 ayat 1.a UU Jabatan Notaris -> 18 thn dan cakap melakukan perbuatan hukum
30
II. Subjek Hukum
Kekuasaan Orang Tua
Menurut KUHPerdata:
• Meliputi diri si anak dan benda atau kekayaan si anak.
• Khusus benda-benda tertentu antara lain benda tidak bergerak dan
surat saham terdapat pembatasan yaitu tidak boleh dijual sebelum
mendapatkan izin (penetapan) dari hakim.
31
II. Subjek Hukum
Kekuasaan Orang Tua
Berakhirnya kekuasaan orang tua:
• Menjadi dewasa/kawin/perkawinan orang tua berakhir atau dibatalkan.
• Dicabut oleh hakim/tidak cakap/tidak mampu melakukan kewajibannya orang tua
dibebaskan dari kekuasaan karena suatu alasan.
Permintaan pencabutan:
• Dimintakan pada hakim beradasar alasan yang ditentukan UU al. :
32
II. Subjek Hukum
Menurut KUHPerdata
Perwalian meliputi:
• Pengawasan terhadap anak yang belum dewasa/belum kawin
• Pengurusan terhadap benda atau kekayaan anak tersebut
Anak-anak yang dapat diletakkan di bawah perwalian, antara
lain :
• Anak sah yang kedua orang tuanya telah dicabut kekuasaannya
sebagai orang tua;
• Anak sah yang orang tuanya telah bercerai;
• Anak yang lahir di luar perkawinan (naturlijk kind).
33
II. Subjek Hukum
Perwalian
Setiap Orang dapat menjadi Wali, dengan Syarat:
• Sudah dewasa
• Berpikiran sehat
• Jujur, adil dan berkelakuan baik
34
II. Subjek Hukum
Perwalian
Golongan orang yang tidak dapat diangkat menjadi wali
• Sakit ingatan
• Belum dewasa
• Di bawah pengampuan
• Telah dicabut kekuasaannya sebagai orang tua
• Kepala dan anggota-anggota balai harta peninggalan juga tidak dapat diangkat
menjadi wali, kecuali untuk anak-anaknya sendiri.
Kewajiban seorang wali :
• Mengurus kekayaan anak yang berada di bawah pengawasannya dan bertanggung
jawab atas kerugian-kerugian yang ditimbulkan
• Jika anak telah dewasa, wali wajib memberikan pertanggung jawab kepada anak
tersebut, atau kepada ahli warisnya jika anak tsb. Meninggal dunia.
Larangan bagi seorang wali :
• Meminjam uang untuk kepentingan si anak, menjual, menggadaikan benda-benda
yang tidak bergerak, surat-surat sero dan surat-surat penagihan dengan tanpa
mendapat izin (penetapan) pengadilan.
35
II. Subjek Hukum
PENGAMPUAN
Menurut KUHPerdata
Orang yang sudah dewasa harus ditaruh di bawah pengampuan atau curatele
apabila:
• Orang tersebut menderita sakit ingatan (dungu, sakit otak, atau mata
(gelap);
• Mengobralkan kekayaannya (boros)
36
II. Subjek Hukum
37
II. Subjek Hukum
◼ Setelah dikeluarkan penetapan oleh hakim itu, para ahli waris berhak
mengoper kekuasaan atas segala harta kekayaan, dengan memberikan
jaminan bahwa mereka tidak akan menjual benda-benda itu.
◼ Para ahli waris berhak menguasai benda itu sebagai orang-orang yang
mempunyai hak pemakaian atas benda-benda tersebut dan mereka
berhak untuk menyuruh membuka surat-surat wasiat yang ada dan
belum terbuka.
◼ Setelah lewat 30 tahun, terhitung mulai dikeluarkannya surat
penetapan yang dikeluarkan hakim atau apabila orang yang dianggap
telah meninggal itu, seandainya ia masih hidup sudah mencapai umur
100 tahun, maka para ahli waris dapat mengadakan suatu pembagian
warisan yang tetap.
38
II. Subjek Hukum
Perkawinan
UU PERKAWINAN:
• Ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami
istri.
• Tujuannya membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan keTuhanan yang maha esa. Perkawinan adalah sah, apabila
dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya.
HARTA BERSAMA:
Harta yang diperoleh selama perkawinan, karena pekerjaan suami atau isteri.
HARTA BAWAAN:
Harta yang diperoleh suami atau isteri (i) sebelum perkawinan dilangsungkan, (ii)
karena warisan atau (iii) hadiah dan lain-lainnya yang diperoleh masing-masing
baik sebelum atau sesudah perkawinan.
39
II. Subjek Hukum
Perkawinan
➢ PENGURUS HARTA BERSAMA
Suami atau isteri dapat bertindak atas persetujuan kedua belah pihak, misalnya
menjual atau menjaminkan.
➢ PERJANJIAN PERKAWINAN
Perkawinan dapat dilakukan pada saat atau sebelum perkawinan dilangsungkan dan
harus dibuat dengan syarat:
– Atas persetujuan bersama
– Secara tertulis
– Disahkan oleh pegawai pencatat nikah
– Tidak boleh bertentangan dengan hukum, agama dan kesusilaan
– Berlaku sejak perkawinan dilangsungkan
•
40
II. Subjek Hukum
Perkawinan
▪ Isi Perjanjian Perkawinan
▪ Tidak boleh membatasi hak dan kewajiban suami isteri karena hal tersebut
merupakan hak asasi perkawinan itu sendiri.
▪ Tidak boleh melanggar batas-batas hukum, agama dan kesusilaan
41
II. Subjek Hukum
Perkawinan Campur
UU PERKAWINAN:
42
II. Subjek Hukum
43
II. Subjek Hukum
◼ Perkawinan yang dilangsungkan di luar Indonesia antara dua orang WNI atau seorang
WNI dengan WNA sah jika dilakukan menurut hukum yang berlaku di negara dimana
perkawinan itu dilangsungkan dan bagi WNI tidak melanggar UU Perkawinan.
◼ Jika perkawinan menurut negeri asing tidak sah karena tidak dilangsungkan menurut
cara-cara yang lazim di negeri asing itu maka perkawinan itu menurut hukum
Indonesia juga tidak sah.
◼ Jika perkawinan telah dilangsungkan menurut cara yang lazim di Indonesia, yang
menurut hukum asing tidak sah, harus dianggap bahwa menurut hukum perkawinan
Indonesia adalah sah.
◼ Dalam waktu satu tahun setelah suami isteri kembali ke wilayah Indonesia, surat
bukti perkawinan mereka harus dicatatkan di kantor pendaftaran pencatatan
perkawinan ditempat tinggal mereka.
44
II. Subjek Hukum
BADAN USAHA NON BERBADAN HUKUM
Firma
◼ UNSUR :
Menjalankan usaha ;
Nama bersama ;
Pertanggungjawaban sekutu
secara pribadi untuk
keseluruhan.
◼ DASAR HUKUM :
Pasal 16 – 35 KUH Dagang
◼ ORGAN :
Sekutu firma
45
II. Subjek Hukum
46
II. Subjek Hukum
◼ KARAKTERISTIK : ◼ ORGAN :
Sekutu komanditer (modal)
Merupakan bentuk firma; Sekutu kerja (pengurus)
◼ DASAR HUKUM :
19 – 21 KUH Dagang.
47
II. Subjek Hukum
BADAN USAHA NON BERBADAN HUKUM
Perusahaan Perorangan
◼ KARAKTERISTIK :
Dijalankan oleh seorang
pengusaha;
Pihak lain adalah pendukung
/kuasa dari pengusaha.
◼ ORGAN :
Seluruh kewenangan berada
pada penguasaan pemiliknya.
48
II. Subjek Hukum
BADAN USAHA BERBADAN HUKUM
49
SESEORANG DPT DIKATAKAN MENJALANKAN
PERUSAHAAN JIKA TELAH MEMENUHI
UNSUR-UNSUR :
A. TERANG-TERANGAN
B. TERATUR BERTINDAK KELUAR
C. BERTUJUAN UTK MEMPEROLEH
KEUNTUNGAN MATERI
50
BENTUK2 PERUSAHAAN DILIHAT DARI
JUMLAH PEMILIKNYA :
• PERUSAHAAN PERSEORANGAN ADALAH
SUATU PERUSAHAAN YG DIMILIKI OLEH
PERSEORANGAN ATAU SEORANG
PENGUSAHA.
• PERUSAHAAN PERSEKUTUAN ADALAH SUATU
PERUSAHAAN YG DIMILIKI OLEH BEBERAPA
ORANG PENGUSAHA YG BEKERJA SAMA
DALAM SATU PERSEKUTUAN.
51
BENTUK2 PERUSAHAAN DILIHAT DARI STATUS
HUKUMNYA :
• PERUSAHAAN BERBADAN HUKUM ADALAH SEBUAH SUBYEK
HUKUM YG MEMPUNYAI KEPENTINGAN SENDIRI TERPISAH
DARI KEPENTINGAN PRIBADI ANGGOTANYA, MEMPUNYAI
HARTA SENDIRI YG TERPISAH DARI HARTA ANGGOTANYA,
PUNYA TUJUAN YG TERPISAH DARI TUJUAN PRIBADI PARA
ANGGOTANYA DAN TANGGUNG JAWAB PEMEGANG SAHAM
TERBATAS KEPADA NILAI SAHAM YG DIAMBILNYA.
52
DLM MASYARAKAT DIKENAL 2 MACAM
PERUSAHAAN :
PERUSAHAAN SWASTA ADALAH PERUSAHAAN YG SELURUH MODALNYA DIMILIKI
OLEH SWASTA DAN TIDAK ADA CAMPUR TANGAN PEMERINTAH, TERBAGI DALAM 3
PERUSAHAAN SWASTA, YAITU :
1. PERUSAHAAN SWASTA NASIONAL,
2. PERUSAHAAN SWASTA ASING,
3. PERUSAHAAN PATUNGAN/CAMPURAN (JOINT
VENTURE)
53
BERBAGAI BENTUK PERUSAHAAN :
❖ PERSEROAN TERBATAS (PT)
❖ FIRMA (Fa)
❖COMMANDITAIRE VENNOCCTSCHAP (Cv)
❖USAHA DAGANG (UD)
❖BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN)
❖KOPERASI
❖YAYASAN
54
PERSEROAN TERBATAS (PT) (LIMITED LIABILITY
COMPANY, NAAMLOZE VENNOOTSCHAP)
55
PENGATURAN TENTANG
PERSEROAN TERBATAS
• UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007
TENTANG PERSEROAN TERBATAS
• BERLAKU SEJAK DIUNDANGKAN TANGGAL 16
AGUSTUS 2007
• UU NO. 40 TH 2007 MENGGANTIKAN
BERLAKUNYA UU NO 1 TAHUN 1995 TENTANG
PERSEROAN TERBATAS
56
HAL BARU DALAM
UU NO. 40 TH 2007
1. PROSES PENDIRIAN PT DILAKSANAKAN SATU ATAP OLEH DEPHUM DAN
HAM DGN SISTEM PENDAFTARAN & PENGUMUMAN YG
DISELENGGARAKAN LANGSUNG
57
PROSES PENDIRIAN PT
58
2. TAHAP PENGESAHAN
59
3. TAHAP PENDAFTARAN DALAM DAFTAR
PERUSAHAAN.
60
4. TAHAP PENGUMUMAN DALAM
BERITA NEGARA
61
TANGGUNG JAWAB PT
➢ PERSYARATAN PT SBG BADAN HUKUM BELUM ATAU TDK TERPENUHI.
➢ PEMEGANG SAHAM YBS BAIK LANGSUNG ATAU TDK LANGSUNG DGN ITIKAD
BURUK MEMANFAATKAN PT SEMATA-MATA UTK KEPENTINGAN PRIBADI.
➢ DIREKSI AKAN BERTANGGUNG JAWAB SECARA PRIBADI JIKA DIA BERSALAH ATAU
LALAI DLM MENJALANKAN TUGASNYA SELAKU DIREKSI.
63
ORGAN-ORGAN PERSEROAN TERBATAS
64
PEMBUBARAN PERSEROAN TERBATAS
65
FIRMA (PARTNERSHIP)
66
PROSES PENDIRIAN FIRMA
67
SISTEM TANGGUNG JAWAB PARA PARTNER
DALAM FIRMA :
• SETIAP TINDAKAN YG DILAKUKAN UNTUK DAN
ATAS NAMA FIRMA, MAKA YG BERTANGGUNG
JAWAB SECARA HUKUM ADALAH PARA
PERSERO ITU SECARA RENTENG UTK SELURUH
HUTANG (JOINTLY AND SEVERALLY) DARI
FIRMA TSB, TANPA MELIHAT SIAP DIANTARA
PERSERO YG SECARA RIIL MELAKUKAN
TINDAKAN TSB.
68
COMMANDITAIRE VENNOOTSCHAP (“CV”)
• MERUPAKAN SUATU BENTUK BADAN USAHA YG
DIDIRIKAN OLEH 2 (DUA) ORANG ATAU LEBIH, DI
MANA 1 (SATU) ORANG ATAU LEBIH DAN
PENDIRINYA ADALAH PERSERO AKTIF, YI YG AKTIF
MENJALANKAN PERUSAHAAN DAN AKAN
BERTANGGUNG JAWAB SECARA PENUH ATAS
KEKAYAAN PRIBADINYA, SEMENTARA 1 (SATU)
ORANG LAIN ATAU LEBIH MERUPAKAN PERSERO
PASIF (PERSERO KOMANDITER), DIMANA DIA HANYA
BERTANGGUNG JAWAB SEBATAS UANG YG DIA SETOR
SAJA.
69
USAHA DAGANG (“UD”)/ SOLE PROPRIETORSHIP
• MERUPAKAN SUATU CARA BERBISNIS SECARA
PRIBADI DAN SENDIRI (TANPA PARTNER) TANPA
MENDIRIKAN SUATU BADAN HUKUM, DAN
KARENANYA TIDAK ADA HARTA KHUSUS YG
DISISIHKAN SEBAGAIMANA HALNYA DGN SUATU
BADAN HUKUM.
• NAMA USAHA DAGANG SESUAI DGN YG DIINGINKAN
OLEH PEMILIKNYA, MISAL : “UD BINA SEJAHTERA”.
70
Sekian
Terima Kasih
71