Anda di halaman 1dari 52

PAJAK PENGHASILAN

Dasar Hukum

• UU No 7 Tahun 1983 stdtd UU


No. 38 Tahun 2008
• PP 94 Tahun 2010
SUBJEK PAJAK

• orang pribadi dan warisan


Bukan Subjek Pajak
• unit tertentu dari badan
pemerintah yang memenuhi
yang belum terbagi sebagai kriteria:
– pembentukannya berdasarkan
satu kesatuan menggantikan ketentuan peraturan perundang-
undangan;

yang berhak
– pembiayaannya bersumber dari
APBN/APBD;
– penerimaannya dimasukkan dalam

• Badan anggaran Pemerintah Pusat atau


Pemerintah Daerah; dan
– pembukuannya diperiksa oleh aparat

• bentuk usaha tetap pengawasan fungsional negara


• kantor perwakilan negara asing
• pejabat-pejabat perwakilan
diplomatik dan konsulat
• organisasi-organisasi internasional
• pejabat-pejabat perwakilan
organisasi internasional

Pasal 2 UU PPh
SUBJEK PAJAK (2)

• Subjek pajak dalam negeri :


– orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang • SP Dalam
berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam
jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu
tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat
Negeri
tinggal di Indonesia;
– badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, • SP Luar
– warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang
berhak
• Subjek pajak luar negeri :
Negeri
– orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi
yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga)
hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak
didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang menjalankan
usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia;
– orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi
yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga)
hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak
didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang dapat
menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak dari
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di
Indonesia
Perbedaan

WP Dalam Negeri WP Luar Negeri


dikenai pajak atas dikenai pajak hanya atas
penghasilan baik yang penghasilan yang berasal
diterima atau diperoleh dari sumber penghasilan di
dari Indonesia maupun dari Indonesia
luar Indonesia
dikenai pajak berdasarkan dikenai pajak berdasarkan
penghasilan neto dengan penghasilan bruto
tarif umum dengan tarif pajak sepadan
wajib menyampaikan Surat tidak wajib menyampaikan
Pemberitahuan Tahunan Surat Pemberitahuan
Pajak Penghasilan Tahunan Pajak Penghasilan
termasuk BUT
Penghasilan : Objek Pajak

• a. Penggantian atau imbalan


berkenaan dengan pekerjaan atau jasa
yang diterima atau diperoleh termasuk
gaji, upah, tunjangan, honorarium,
komisi, bonus, gratifikasi, uang
pensiun, atau imbalan dalam bentuk
lainnya, kecuali ditentukan lain
dalamUndang-undang ini;
• b. hadiah dari undian atau pekerjaan
atau kegiatan, dan penghargaan;
• c. laba usaha;

Pasal 4 ayat 1 UU PPh


Penghasilan : Objek Pajak

• d. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta


termasuk:
–1. keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan,
dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;
–2. keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu,
atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya;
–3. keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,
pemecahan, pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan
dalam bentuk apa pun;
–4. keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau
sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan, badan pendidikan,
badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang
menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan
dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-
pihak yang bersangkutan; dan
–5. keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak
penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan
dalam perusahaan pertambangan;
Penghasilan : Objek Pajak

• e. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah • Deviden yang diterima


dibebankan sebagai biaya dan pembayaran tambahan Orang Pribadi dikenai
pengembalian pajak; PPh final 10%
• f. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan
karena jaminan pengembalian utang; • Pembebasan utang yang
• g. dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, bukan objek pajak :
termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada – Utang Debitur Kecil
pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha yaitu utang usaha
koperasi; yang jumlahnya
• h. royalti atau imbalan atas penggunaan hak; tidak lebih dari Rp
• i. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan 350.000.000,00,
penggunaan harta; termasuk : Kukesra,
• j. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala; KUT, KPRSS, KUK
• k. keuntungan karena pembebasan utang, kecuali
sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah;
PP 130/2000
Penghasilan : Objek Pajak

• l. keuntungan selisih kurs mata uang asing; • Selisih lebih karena


penilaian kembali aktiva
• m. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva; tetap dikenai PPh final 10%
• n. premi asuransi; (PMK 79/2008)
• o. iuran yang diterima atau diperoleh
perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari
Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau
pekerjaan bebas;
• p. tambahan kekayaan neto yang berasal dari
penghasilan yang belum dikenakan pajak;
• q. penghasilan dari usaha berbasis syariah;
• r. imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang yang mengatur mengenai
ketentuan umum dan tata cara perpajakan; dan
• s. surplus Bank Indonesia.
Penghasilan : Objek Pajak Final

• penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan


lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara, dan
bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi
kepada anggota koperasi orang pribadi;
• penghasilan berupa hadiah undian;
• penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas
lainnya, transaksi derivatif yang diperdagangkan di
bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan
penyertaan modal pada perusahaan pasangannya
yang diterima oleh perusahaan modal ventura;
• penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa
tanah dan/atau bangunan, usaha jasa konstruksi,
usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau
bangunan; dan
• penghasilan tertentu lainnya

Pasal 4 ayat 2 UU PPh


Penghasilan : Bukan Objek Pajak

• a. 1. bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima


oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk
atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh
penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan
yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di
Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang
dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima
oleh penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya Orang pribadi usaha mikro dan
diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah; dan kecil :
• 2. harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam • Menjalankan usaha produktif
garis keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan dan memiliki :
pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau – kekayaan bersih max 500 juta
orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang tdk termasuk tanah/bangunan,
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan atau
Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan – Hasil penjualan tahunan max Rp
usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara 2,5 M
Pmk 245/2008
pihak-pihak yang bersangkutan;
• b. warisan;

Pasal 4 ayat 3 UU PPhv


Penghasilan : Bukan Objek Pajak

• c. harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti saham atau
sebagai pengganti penyertaan modal;
• d. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa
yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan
dari Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan
Wajib Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara final atau Wajib
Pajak yang menggunakan norma penghitungan khusus (deemed profit)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15;
• e. pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi
jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa;
• f. dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan
terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik
negara, atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada
badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia
dengan syarat:
– deviden berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
– bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah
yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen
paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor;
Penghasilan : Bukan Objek Pajak

• g. iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang


pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan, baik yang dibayar
oleh pemberi kerja maupun pegawai;
• h. penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun
sebagaimana dimaksud pada huruf g, dalam bidang-bidang
tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;
• i. bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari
perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-
saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk
pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif;
• j. dihapus;
• k. penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal
ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang
didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia,
dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:
– 1. merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang
menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan
– 2. sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia;
Penghasilan : Bukan Objek Pajak

• l. beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang


ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan;
• m. sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau
lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan
dan/atau bidang penelitian dan pengembangan, yang
telah terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang
ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana
kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan
pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4
(empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan; dan
• n. bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak
tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
Pengurang Penghasilan Bruto

• a. biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan


kegiatan usaha, antara lain:
– 1. biaya pembelian bahan;
– 2. biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium,
bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang;
– 3. bunga, sewa, dan royalti;
– 4. biaya perjalanan;
– 5. biaya pengolahan limbah;
– 6. premi asuransi;
– 7. biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan;
– 8. biaya administrasi; dan
– 9. pajak kecuali Pajak Penghasilan;
• b. penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan
amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain
yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 11A;
• c. iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan;
• d. kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan
digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan;

Pasal 6 ayat 1UU PPh


Pengurang Penghasilan Bruto

• e. kerugian selisih kurs mata uang asing;


• f. biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang
dilakukan di Indonesia;
• g. biaya beasiswa, magang, dan pelatihan;
• h. piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat:
–1. telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;
–2. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat • Debitur kecil : Debitur dengan
ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak; dan jumlah piutang tdk lebih dari Rp
–3. telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri 100 juta terkait Kukesra, KUT,
atau instansi pemerintah yang menangani piutang negara; atau KPRSS, KUKU, KUR
adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan • Debitur kecil lainnya : debitur
piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang dengan piutang tdk lebih dari Rp
bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum 5 juta
atau khusus; atau adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya • PMK 57/2010
telah dihapuskan untuk jumlah utang tertentu;
–4. syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk
penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf k; yang pelaksanaannya diatur
lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
Pengurang Penghasilan Bruto

• i. sumbangan dalam rangka penanggulangan • Syarat :


bencana nasional yang ketentuannya diatur dengan –Wajib Pajak mempunyai
penghasilan neto fiskal
Peraturan Pemerintah; berdasarkan Surat Pemberitahuan
• j. sumbangan dalam rangka penelitian dan Tahunan Pajak Penghasilan Tahun
Pajak sebelumnya;
pengembangan yang dilakukan di Indonesia yang –pemberian sumbangan dan/atau
ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah; biaya tidak menyebabkan rugi
• k. biaya pembangunan infrastruktur sosial yang pada Tahun Pajak sumbangan
diberikan; didukung oleh bukti
ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah; yang sah; dan
• l. sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya –lembaga yang menerima
sumbangan dan/atau biaya
diatur dengan Peraturan Pemerintah; dan memiliki Nomor Pokok Wajib
• m. sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga Pajak
yang ketentuannya diatur dengan Peraturan –Nilai sumbangan tidak melebihi
5% (lima persen) dari penghasilan
Pemerintah neto fiskal Tahun Pajak
sebelumnya.
• PP 93/2010
Pengurang Penghasilan Bruto

• Kompensasi kerugian :
– Apabila penghasilan bruto setelah
pengurangan didapat kerugian,
kerugian tersebut dikompensasikan
dengan penghasilan mulai tahun pajak
berikutnya berturut-turut sampai
dengan 5 (lima) tahun.
• PTKP :
– Kepada orang pribadi sebagai Wajib
Pajak dalam negeri diberikan
pengurangan berupa Penghasilan
Tidak Kena Pajak
Penghasilan Tidak Kena Pajak

2013--2014 2016 -
sekarang
Diri Wajib Pajak orang pribadi 15.840.000 54.000.000
tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin 1.320.000 4.500.000
Tambahan untuk seorang isteri yang penghasilannya 15.840.000 54.000.000
digabung dengan penghasilan suami
tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan 1.320.000 4.500.000
keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta
anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya,
paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga

Pasal 7 UU PPh
Bukan Pengurang Penghasilan Bruto

• a. pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun • Dalam hal jumlah cadangan
seperti dividen, termasuk dividen yang dibayarkan oleh seluruhnya atau sebagian
perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian tidak dipakai untuk
sisa hasil usaha koperasi; menutup kerugian
• b. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan kelebihan cadangan
pribadi pemegang saham, sekutu, atau anggota; tersebut diperhitungkan
• c. pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali: sebagai penghasilan.
– 1. cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha • Dalam hal jumlah cadangan
lain yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, tidak mencukupi, jumlah
perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang; kekurangan cadangan
– 2. cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial tersebut diperhitungkan
yang dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;
sebagai kerugian
– 3. cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan;
– 4. cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
– 5. cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan
– 6. cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan
limbah industri untuk usaha pengolahan limbah industri, yang
ketentuan dan syarat-syaratnya diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan;

Pasal 9 ayat 1UU PPh


Bukan Pengurang Penghasilan Bruto

• d. premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan
asuransi bea siswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar
oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak
yang bersangkutan;
• e. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan
dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi
seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan
di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
• f. jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau
kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan
dengan pekerjaan yang dilakukan;
• g. harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, kecuali sumbangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf i sampai dengan huruf m serta zakat yang
diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan
oleh pemerintah atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama
yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau
disahkan oleh pemerintah, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Pemerintah;
Bukan Pengurang Penghasilan Bruto

• h. Pajak Penghasilan;
• i. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan
untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak atau
orang yang menjadi tanggungannya;
• j. gaji yang dibayarkan kepada anggota
persekutuan, firma, atau perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi
atas saham;
• k. sanksi administrasi berupa bunga, denda,
dan kenaikan serta sanksi pidana berupa
denda yang berkenaan dengan pelaksanaan
perundang-undangan di bidang perpajakan
Penghasilan WP Orang Pribadi

• Penghasilan isteri • Penghasilan suami-


isteri dikenai pajak
– digabung dengan penghasilan suami,
secara terpisah apabila:
kecuali : – suami-isteri telah hidup
• penghasilan tersebut semata-mata berpisah berdasarkan
diterima atau diperoleh dari 1 (satu) putusan hakim;
pemberi kerja yang telah dipotong pajak – dikehendaki secara
berdasarkan ketentuan Pasal 21, dan tertulis oleh suami-isteri
• pekerjaan tersebut tidak ada hubungannya berdasarkan perjanjian
pemisahan harta dan
dengan usaha atau pekerjaan bebas suami
penghasilan; atau
atau anggota keluarga lainnya
– dikehendaki oleh isteri
• Penghasilan anak yang belum dewasa yang memilih untuk
menjalankan hak dan
– digabung dengan penghasilan orang kewajiban
tuanya perpajakannya sendir

Pasal 8 UU PPh
Penilaian Harga Perolehan/Harga Penjualan

• Jual Beli harta


– Tidak dipengaruhi hubungan istimewa : jumlah yang • Penilaian
sesungguhnya dikeluarkan atau diterima, Persediaan :
– Terdapat hubungan istimewa : jumlah yang seharusnya
dikeluarkan atau diterima – Rata-rata
• tukar‐menukar harta : jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau
diterima berdasarkan harga pasar
– FIFO
• Pengalihan harta dalam rangka likuidasi, penggabungan, peleburan,
pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan   usaha : jumlah yang
seharusnya dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga pasar
• Pengalihan harta :
– memenuhi syarat Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, dasar
penilaian bagi yang menerima pengalihan = nilai sisa buku dari
pihak yang melakukan pengalihan atau nilai yang ditetapkan
oleh Direktur Jenderal Pajak
– tidak memenuhi syarat Pasal 4 ayat (3) huruf a, maka dasar
penilaian bagi yang menerima pengalihan =nilai pasar
• pengalihan harta Pasal 4 ayat (3) huruf c, maka dasar penilaian harta
bagi badan yang menerima pengalihan = nilai pasar
Hubungan Istimewa

• Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung


atau tidak langsung paling rendah
25% (dua puluh lima persen) pada Wajib Pajak lain;
hubungan antara Wajib Pajak dengan penyertaan
paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada dua
Wajib Pajak atau lebih; atau hubungan di antara dua A
Wajib Pajak atau lebih yang disebut terakhir;
• Wajib Pajak menguasai Wajib Pajak lainnya atau dua
atau lebih Wajib Pajak berada di bawah penguasaan B C
yang sama baik langsung maupun tidak langsung;
atau D E F
• terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun
semenda dalam garis keturunan lurus dan/atau ke
samping satu derajat
Penyusutan Aktiva Tetap

• Penyusutan dimulai pada bulan dilakukannya


pengeluaran,
• Apabila Wajib Pajak melakukan penilaian kembali
aktiva, maka dasar penyusutan atas harta adalah nilai
setelah dilakukan
penilaian kembali aktiva tersebut
• Apabila terjadi pengalihan atau penarikan harta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf d
atau penarikan harta karena sebab lainnya, maka
jumlah nilai sisa buku harta tersebut dibebankan
sebagai kerugian dan jumlah harga jual atau
penggantian asuransinya yang diterima atau diperoleh
dibukukan sebagai penghasilan pada tahun terjadinya
penarikan harta tersebut
• Apabila terjadi pengalihan harta yang memenuhi
syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3)
huruf a dan huruf b, yang berupa harta berwujud,
maka jumlah nilai sisa buku harta tersebut tidak boleh
dibebankan sebagai kerugian bagi pihak yang
mengalihkan
Amortisasi Harta Tak Berwujud

• Amortisasi dimulai
pada bulan
dilakukannya
pengeluaran,
Tarif Pajak

WP Orang Pribadi
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif
• WP Badan
sampai dengan Rp 50 juta 5%
– 28% (2009)
Di atas Rp 50 Juta s.d. Rp 250 15% – 25% (sejak th
juta 2010)
Di atas Rp 250 Juta s.d. Rp 500 25%
juta – pengurangan tarif
Di atas Rp 500 30% • Ps 31 E : WP
dengan omzet
<4,8M = 50%
• PT Tbk = 5% lebih
rendah

Pasal 17 UU PPh
CARA MENGHITUNG PAJAK

• Penghasilan Kena Pajak WP Dalam Negeri


– penghasilan (Pasal 4 (1)
– dikurangi :
• pengurangan (Pasal 6(1) dan (2), Pasal 7 (1), Pasal 9
(1) huruf c, d, e, dan g
• Penghasilan Kena Pajak WP OP Non
Pembukuan
– Menggunakan norma penghitungan
penghasilan neto
• Penghasilan Kena Pajak BUT
– penghasilan (Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 4 (1)
– Dikurangi
• pengurangan Pasal 5 (2) dan (3), Pasal 6 (1) dan (2),
serta Pasal 9 (1) huruf c, d, e, dan g
Rekonsiliasi fiskal

• Penyebab : • Jenis
– Perbedaan Prinsip Akuntansi Perbedaan
– Perbedaan metode dan – Beda Tetap
prosedur akuntansi – Beda Waktu
– Perbedaan Perlakuan dan
Pengakuan Penghasilan dan
Biaya
Rekonsiliasi fiskal

• Laba menurut Laporan Keuangan komersial ……………..                     Rp xxx


• Koreksi Positif (Ditambah)
• Pengeluaran yg tdk dpt dikurangkan………………..            Rp xxx
• Pengeluaran berkaitan penghasilan yang bukan objek pajak   Rp xxx
• Pengel. berkaitan pengh. yg telah dikenakan pjk brsfat final  Rp xxx.
• Beda penghitungan antara PSAK dan PPh ………….             Rp xxx.
• Total koreksi positif                                                                                  Rp xxx
•  
• Koreksi Negatif (Dikurangi)
• Penghasilan yang bukan objek pajak ……………………      Rp xxx
• Penghasilan yang telah dikenakan pajak bersifat final….       Rp xxx
• Beda penghitungan antara PSAK dan PPh………………     Rp xxx
• Total koreksi negatif                                                                                 Rp. xxx
•  
• Penghasilan Kena Pajak menurut fiskal……………………….              Rp xxx
• PPh terutang……………………………………………………             Rp xxx
• Laba setelah PPh……………………………………….…….               Rp. xxx
CARA PELUNASAN PAJAK TAHUN BERJALAN

• Setor sendiri • Sebagai Kredit


– PPh pasal 25 Pajak, kecuali
• Pemotongan/Pemungutan yg bersifat
oleh pihak lain : final
– PPh pasal 21
– PPh pasal 22
– PPh pasal 23
– PPh pasal 26
PERHITUNGAN PAJAK PADA AKHIR TAHUN

• Bagi Wajib Pajak dalam negeri dan


bentuk usaha tetap, pajak yang
terutang dikurangi dengan kredit
pajak :
– Pemotongan PPh Pasal 21;
– Pemungutan PPh Pasal 22;
– Pemotongan PPh Pasal 23;
– Pajak yang dibayar atau terutang atas
penghasilan dari luar negeri (PPh Pasal
24);
– Pembayaran PPh Pasal 25;
– Pemotongan PPh Pasal 26 ayat (5).
PPh PASAL 21

• Pemotongan pajak atas • Penerima


penghasilan :
penghasilan sehubungan
– Pegawai
dengan pekerjaan, jasa, atau – Penerima uang
kegiatan dengan nama dan pesangon,
dalam bentuk apa pun yang pensiun
– Bukan pegawai
diterima atau diperoleh Wajib – Peserta kegiatan
Pajak orang pribadi dalam – Mantan Pegawai
negeri – Dewan
Pengawas/Komis
aris
PPh PASAL 21

Bukan Objek PPh pasal 21


• Pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa,
asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa;
• Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dalam bentuk
apapun diberikan oleh Wajib Pajak atau Pemerintah;
• Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya
telah disahkan oleh Menteri Keuangan, iuran tunjangan hari tua atau iuran
jaminan hari tua kepada badan penyelenggara tunjangan hari tua atau
badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang dibayar oleh pemberi
kerja;
• Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau lembaga
amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah, atau sumbangan
keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia
yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari lembaga keagamaan yang
dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah sepanjang tidak ada hubungan
dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-
pihak yang bersangkutan;
• Beasiswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf l Undang-
Undang Pajak Penghasilan
PPh pasal 22

• Pajak yang dipungut


Impor Barang tertentu 10% oleh
Dengan API 7,5% – bendahara
Tanpa API 2,5% pemerintah
sehubungan dengan
ekspor komoditas 1,5% pembayaran atas
tambang batubara penyerahan barang;
Pembelian barang oleh 1,5% – badan-badan tertentu
Bendahara/BUMN dari Wajib Pajak yang
BBM Penjualan ke SPBU 0,25% melakukan kegiatan di
Pertamina bidang impor atau
kegiatan usaha di
Penjualan ke SPBU 0,3% bidang lain; dan
Non Pertamina
– Wajib Pajak badan
Gas / Pelumas 0,3% tertentu atas
penjualan barang
yang tergolong sangat
mewah
PMK 107/2015
PMK 90/2015
PPh pasal 22

Idustri Semen Penjualan ke distributor 0,25%


Industri Kertas Penjualan ke distributor 0,1%
Industri Baja Penjualan ke distributor 0,3%
Industri KBM Penjualan ke distributor 0,45%
Industri Obat Penjualan ke distributor 0,3%
Industri/ Pembelian bahan dari 0,25%
eksportirperkebunan,kehutanan, pengepul
pertanian
Industri/Badan Usaha pembelian batubara, 1,5%
mineral logam, dan
mineral bukan logam

produsen emas batangan Penjualan emas batangan 0,45%


Penjualan barang tergolong sangat 5%
mewah
PPh pasal 23

• 15% dari bruto •   Pengecualian :


–penghasilan yang dibayar atau terutang kepada
– Dividen
bank;
– Bunga –sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan
– Royalti dengan sewa guna usaha dengan hak opsi;
–dividen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat
– hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya
(3) huruf f dan dividen yang diterima oleh orang
selain yang telah dipotong PPh pasal 21 pribadi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat
• 2% dari bruto (2c);
–bagian laba sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
– sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan ayat (3) huruf I;
penggunaan harta –sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan oleh
– imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa koperasi kepada anggotanya
manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan –p e n g h as ila n yang dibayar atau terutang kepada
badan usaha atas jasa keuangan yang
jasa lain selain jasa yang telah dipotong PPh Pasal
berfungsi sebagai penyalur pinjaman an/atau
21. pembiayaan yang diatur dengan Peraturan Menteri
Keuangan
PPh pasal 24

• Pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri


atas penghasilan dari luar negeri boleh
dikreditkan terhadap pajak yang terutang
berdasarkan Undangundang ini dalam tahun
pajak yang sama
• Besarnya kredit pajak sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) adalah sebesar pajak
penghasilan yang dibayar atau terutang di luar
negeri tetapi tidak boleh melebihi
penghitungan pajak yang terutang
berdasarkan Undang‐undang ini
PPh pasal 25

• Pajak yang dibayar sendiri • PP 46 Tahun


oleh Wajib Pajak setiap bulan 2013
– 1/12 dari PPh terutang – PPh yang dibayar
berdasarkan SPT tahun lalu, sendiri tiap
seterlah dikurangi kredit PPh bulan adalah 1%
pasal 21/22/23/24 dari Omzet
untuk WP
dengan omzet
tidak lebih dari
Rp 4,8 M

Anda mungkin juga menyukai