Anda di halaman 1dari 10

RESUME WEBINAR PRAKTIKUM PROFESI MAHASISWA

Dosen Pembimbing : Rusmani, S.Ag., M.H.I

DisusunOleh :

Ihsan Fathurrahman Hizbulloh (1183020049)

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH (MUAMALAH)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

KOTA BANDUNG

2019 M / 1441 H
A. Dalam peraturan Organisasi majelis ulama indonesia nomor : Kep -407/MUI/IV/2016
tentang Anggaran dasar dan Anggaran ruma tangga DSN-MUI tertanggal 22 April, 2016
disebutkan bahwa DSN-MUI perlu melakukan penataan organisasi yang kuat dengan
didasari pada prinsip-prinsip :
1. Transparansi
2. Akuntabilitasi
3. Pertanggungjawaban
4. Kemandirian
5. Kesetaraan
6. Profesionalisme

B. Tugas DSN-MUI
1. Menetapkan fatwa
2. Mengawasi penerapan fatwa melalui DPS
3. Membuat pedoman implementasi fatwa
4. Mengeluarkan surat edaran (Ta’limat)
5. Memberikan atau mencabut rekomendasi DPS/ASPM
6. Menerbitkan pernyataan kesesuaian syariah atau keselarasan syariah
7. Menerbitkan sertifikat kesesuaian syariah
8. Menyelenggarakan akan program sertifikasi keahlian, dll.

C. Susunan Kelembagaan DSN-MUI

DSN-MUI : Pleno

DSN-MUI : BPH

LSP DSN-MUI DSN-MUI Institute

Sekretariat Perwakilan
DSN-MUI
D. Badan Pleno (Plenary Committed)
1. Badan Pleno DSN-MUI merupakan perangkat organisasi yang berfungsi
menetapkan, mengubah atau mencabut berbagai fatwa yang terkait produk atau jasa
LKS, LBS, dan LPS lainnya.
2. Badan Pleno DSN-MUI terdiri atas para ulama, otoritas, praktisi dan para pakar
dalam bidang yang terkait dengan fikih muamalah, keuangan, bisnis dan
perekonomian syariah.
3. Susunan Badan Pleno DSN-MUI terdiri atas :
a. Ketua dan wakil-wakil ketua;
b. Sekretaris dan wakil-wakil Sekretaris; dan
c. Anggota

E. Badan Pelaksana Harian (Executive Committed)


1. Badan pelaksana harian (BPH) DSN-MUI merupakan badan yang sehari-hari
melaksanakan tugas DSN-MUI;
2. Susunan BPH DSN-MUI terdiri atas :
a. Ketua dan wakil-wakil ketua;
b. Sekretaris dan wakil-wakil Sekretaris; dan
c. Bidang-bidang

F. Proses Pembuatan Fatwa DSN-MUI


1. Otoritas keuangan/LKS sebagai Mustafti
a. DSN-MUI, Pendalaman masalah dan perumusan fatwa dilakukan oleh BPH-DSN
2. BPH-DSN
BPH melakukan pengkajian secara intensif dengan melibatkan para
praktisi/pakar di bidang terkait dan melakukan penggalian dalil dari kitab-kitab
fikih baik klasik maupun kitab-kitab fikih kontemporer (kutub mu’tabarah).
3. Draft Fatwa
4. Rapat pleno DSN-MUI, Pleno menyetujui draft fatwa
5. Fatwa

G. Fatwa-fatwa DSN-MUI terdiri dari :


1. Fatwa General keuangan syariah
2. Fatwa terkait asuransi syariah
3. Fatwa terkait perbankan syariah
4. Fatwa terkait pasar modal syariah
5. Fatwa terkait akuntansi
6. Fatwa dana pensiun anuitas, dan BPJS

H. Dasar Hukum
Peraturan Dewan Syariah Nasional-majelis ulama indonesia No.
PER-01/DSN-MUI/IX/2017 tentang Dewan Pengawasan Syariah di Lembaga
Keuangan Syariah, Lembaga Bisnis Syariah, dan Lembaga perekonomian Syariah.
Latar Belakang
Peraturan ini lahir karena :
1. Diperukan pengawasan syariah yang profesional oleh Dewan Pengawasan Syariah
(DPS) untuk memastikan pelaksanaan prinsip syariah secara benar; dan
2. Dibutuhkan pelaksanaan pengawasan syariah oleh DPS yang efektif.

A. Pengertian Umum
1. Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia, yang selanjutnya disingkat
DSN-MUI adalah lembaga yang melaksanakan tugas majelis ulama indonesia
(MUI) dalam menetapkan fatwa dan mengawasi penerapannya dalam rangka
memumbuhkan fatwa dan mengawasi penerapannya dalam rangka
menumbuhkembangkan usaha bidang keuangan, bisnis dan ekonomi syariah di
indonesia.
2. Dewan Pengawasan Syariah, yang selanjutnya disingkat DPS, adalah seseorang
yang direkomendasikan pada lembaga keuangan syariah, lembaga bisnis syariah
dan lembaga perekonomian syariah lainnya, yang memiliki tugas utama
mengawasi pelaksanaan fatwa dan keputusan DSN-MUI di masing-masing
lembaga.
3. Rekomendasi calon DPS addalah rekomendasi yang diterbitkan oleh DSN-MUI
atas permohonan LKS, LBS, dan/atau LPS lainnya untuk menyetujui penempatan
DPS pada lembaga tertentu.
4. Opini DPS adalah pendapat DPS terhadap suatu akad, produk, dan/atau kegiatan
LKS, LBS dan LPS lainnya, baik atas dasar permintaan/pertanyaan dan/atau
temuan dilembaga yang diawasinya sesuai fatwa DSN-MUI.

B. Industri Jasa Keuangan Syariah


1. Lembaga keuangan syariah, yang selanjutnya disingkat LKS, adalah badan usaha
yang menyelenggarakan kegiatan usaha bidang keuangan berdasarkan prinsip
syariah.
2. Lembaga bisnis syariah, yang selanjutnya disingkat LBS, adalah badan usaha yang
menyelenggarakan kegiatan bisnis berdasarkan prinsip syariah
3. Lembaga perekonomian syariah, yang selanjutnya disingkat LPS, adalah badan
usaha yang menyelenggarakan kegiatan perekonomian syariah yang tidak masuk
dalam kategori sebagai LKS dan LBS.

C. Kedudukan DPS
1. DPS merupakan perangkat DSN-MUI yang dibentuk dan berada dalam struktur
LKS, LBS dan LPS lainnya.
2. DPS merupakan pihak terafilitasi dengan LKS, LBS dan/atau LPS lainnya yang
diawasinya.
3. Dalam menjalannkan tugasnya, DPS bertanggung jawab kepada DSN-MUI dan
pihak lain sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

D. Tugas DPS
1. Mengawasi produk dan kegiatan usaha LKS, LBS, dan LPS lainnya agar sesuai
dengan ketentuan dan prinsip syariah yang difatwakan oleh DSN-MUI.
2. Membuat opini syariah atas permintaan/pertanyaan dan temuan di lembaga yang
diawasinya sesuai fatwa DSN-MUI; dan
3. Melaporkan hasil pengawasan kepada DSN-MUI dua dalam satu tahun.

E. Wewenang DPS
1. Memberikan nasihat dan saran kepada komisaris, direksi, pimpinan unit usaha
syariah dan pimpinan kantor cabang LKS, LBS, dan LPS lainnya mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan aspek syariah.
2. Sebagai mediator antara LKS, LBS, dan LPS lainnya dengan DSN-MUI dalam
mengkominikasikan usul dan saran pengembangan kegiatan usaha yang berupa
produk dan/atau jasa yang memerlukan kajian dan fatwa dari DSN-MUI.
3. Memberikan peringatan kepada direksi LKS, LBS,DAN LPS lainnya untuk
melakukan upaya penghentian penyimpanan syariah dan berwenang
melaporkannya kepada pihak otoritas.

F. Keanggotaan DPS
1. Setiap LKS, LBS, dan LPS harus memiliki sedikitnya 3 (tiga) orang anggota DPS,
dan salah satunya ditetapkan sebagai ketua.
2. Dalam hal LKS, LBS, dan LPS masih memiliki kelolaan bisnis yang masih kecil,
dimungkinkan jumlah DPS minimal 2 (dua) orang dan salah satunya ditetapkan
sebagai ketua.
3. Ketentuan tentang besar atau kecilnya kelolaan bisnis LKS, LBS dan LPS
sebagaimana dimaksud ayat dua (2) akan diatur dalam peraturan DSN-MUI
4. Masa tugas anggota DPS sesuai dengan angaran dasar LKS, LBS, dan LPS.
5. Dalam hal terdapat perubahan pada keanggotaan DPS, maka LKS, LBS atau LPS
harus memperoleh rekomendasi DSN-MUI.

G. Rangkap Jabatan DPS


1. Anggota DPS dapat merangkap jabatan di LKS, LBS, dan/atau LPS.
2. Rangkap jabatan sebagaimana dimaksud ayat (1) paling banyak 5 (lima) lembaga
di LKS, LBS, dan/atau LPS.
3. Ketentuan pada ayat (2) dikecualikan untuk DPS koperasi BMT/LKMS yang
dimungkinkan seorang DPS merangkap lebih dari 5 (lima) lembaga
dikoperasi/BMT/LKMS.
4. Menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan tugas dan fungsinya,
terutama dalam hal melakukan rangkap jabatan.

H. Kualifikasi akademik DPS


1. Program sarjana strata satu (S-1) atau yang sederajat di bidang ilmu
kesyariahan;
2. Program sarjana strata satu (S-1) atau yang sederajat bidang lain dengan
didukung oleh pengalaman bidang kesyariahaan minimal 3 tahun; atau
3. Program pendidikan dibawah program sarjana strata satu (S-1) dengan syarat
memiliki ilmu pengetahuan kesyariahan dan mendapattkan rekomendasi MUI.

I. Kompetensi DPS
1. Kompetensi muamalah maliyah
2. Kompetensi keuangan/bisnis syariah; dan
3. Kompetensi profesional pengawas syariah yang diperoleh melalui pendidikan
profesi atau melalui pengakuan kompetensi yang diberikan oleh LSP Pengawas
Syariah.
J. Kewajiban DPS
1. Mengawasi dan memberikan nasehat serta saran kepada pengurus agar kegiatan
usaha LKS, LBS, dan/atau LPS sesuai dengan ketentuan dan prinsip syariah
terutama fatwa DSN-MUI.
2. Melakukan penelaahan secara berskala atas penerapan fatwa DSN-MUI dalam
kegiatan usaha LKS, LBS, dan/atau LPS.
3. Melaporkan kegiatan usaha dan perkembangan LKS, LBS, dan/atau LPS yang
diawasinya secara rutin kepada DSN-MUI, sekurang-kurangnya dua kali dalam
satu tahun anggaran.
4. Menjaga kerahasiaan dokumen, data, dan informasi perusahaan yang diawasi
dan diberi nasehat.
5. Mendampingi perusahaan atau mewakili perusahaan yang diawasi dalam
berdiskusi dengan DSN-MUI.

K. Hak DPS
1. Memperoleh honorarium (ujrah) dan tunjangan-tunjangan lainnya secara layak
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Memiliki alat kelengkapan kerja berupa unit kerja yang bersifat koordinatif
dengan unit-unit kerja LKS, LBS, dan LPS lainnya yang diawasinya.
3. Memperoleh akses dokumen, data, informasi perusahaan yang diawasi dalam
rangka melaksanakan tugas pengawasan.

L. Syarat Mendapatkan Rekomendasi sebagai DPS dari DSN-MUI


1. Beragama islam yang berfaham ahlus-sunnah wal-jamaah.
2. Calon DPS yang diajukan LKS, LBS, dan/atau LPS didaerah wajib
mendapatkan surat pengantar dari MUI setempat.
3. Calon DPS yang diajukan LKS, LBS, dan/atau LPS yang bersifat nasional,
wajib medapat rekomendasi dari MUI Pusat.
4. Takwa kepada Allah SWT, yakni telah tertib menjalankan rukun islam.
5. Memiliki kompetensi dibidang muamalah maliyah dan pengetahuan dibidang
operasional LKS, LBS, dan/atau LPS yang secara umum dibuktikan dengan
sertifikat pelatihan yang diakui DSN-MUI.
6. Memiliki sertifikat kompetensi pengawas syariah dari LSP pengawasan
syariah.
7. Memiliki komitmen untuk mengembangkan keuangan/bisnis/ekonomi syariah.
8. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas secara profesional sebagai
DPS.
9. Tidak memiliki benturan kepentingan (conflict of interest) dengan LKS, LBS,
dan/atau LPS yang diawasinya.
10. Mampu menghindarkan penyalahgunaan kewenangannya untuk mndapatkan
keuntungan pribadi yang tidak semestinya atau menyebabkan kerugian bagi
LKS, LBS dan/atau LPS.
11. Menerima dan mematuhi peraturan-peraturan organisasi yang dikeluarkan oleh
majelis ulama indonesia dan/atau DSN-MUI.
12. Menerima eksitensi NKRI berdasarkan pancasila dan UUD 1945.
13. Tidak sedang menjadi pengurus atau pegawai aktif di LKS, LBS, dan atau LPS.
14. Persyaratan pada huruf g sampai huruf I dibuktikan dengan membuat surat
pernyataan fakta integritas.

M. Unit Kompetensi yang harus dikuasai Dewan Pengawasan Syariah (DPS)


No Kode Unit Judul Unit Kompetensi
1 M.74DPS00.001.1 Menginventariskan Bahan pengawasan Syariah sesuai
Tugasnya
2 M.74DPS00.002.1 Melakukan pengawasan terhadap akta perjanjian
3 M.74DPS00.003.1 Melakukan pengawasan terhadap prosedur produk baru
dan/atau layanan baru
4 M.74DPS00.004.1 Melakukan pengawasan terhadap pemasaran produk
5 M.74DPS00.005.1 Melakukan pengawasan terhadap laporan keuangan
6 M.74DPS00.006.1 Menyusun opini syariah

LAMPIRAN ABSEN
LAMPIRAN MATERI TULIS TANGAN

Anda mungkin juga menyukai