PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Syariat Islam sebagai hukum mempunyai dua implikasi dalam kehidupan ummat
manusia. Pertama adalah sebagai hukum negara melalui praktek peradilan atau quasi
peradilan. Kedua adalah sebagai ketentuan halal-haram yang tercermin dalam lima kaedah
hukum Islam (wajib, sunnat, haram, makruh dan mubah) yang
berbentuk ifta’ atau fatwa untuk pedoman masyarakat umum. Segi pertama syariat Islam
sudah mendapat tempat secara terbatas dalam kewenangan Peradilan Agama/Mahkamah
Syariyah di Indonesia sampai ke tingkat banding di Pengadilan Tinggi Agama/Mahkamah
Syariyah Propinsi, dan tingkat kasasi di Mahkamah Agung. Sementara itu segi kedua
menyangkut kewenangan fatwa belum mendapat tempat yang semestinya dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara kita.
1.2 RUMUSAN MASALAH
A. Apa yang dimaksud dengan Fatwa?
B. Bagaimana kedudukan Fatwa dalam hukum Islam di Indonesia?
C. Lembaga Fatwa apa saja yang ada di Indonesia?
2.2 KEDUDUKAN FATWA
Keperluan terhadap fatwa sudah terasa sejak awal perkembangan Islam. Dengan
meningkatnya jumlah pemeluk Islam, maka setiap persoalan yang muncul memerlukan
1
Fatwa menurut seorang mufti atau ulama
2
Hukum berfatwa
3
Syarat-syarat menjadi seoran Mufti
4
Mazhab Hanafi memiliki sejumlah kitab fatwa sepertiaz-Zakhirat al-Burhaniyah, kumpulan fatwa
Burhanuddin bin Maza (wafat 570 H/1174).
Sejak MUI berdiri pada tahun 1975 sampai pada tahun 1990, lembaga ini telah
menghasilkan fatwa sebanyak 49 buah yang mencakup berbagai bidang, Seperti masalah
ibadah, ahwal al-syakhshiyah, keluarga berencana, masalah makanan dan minuman,
kebudayaan, hubungan antar agama, dan lainlain. Fatwa-fatwa yang dihasilkan MUI itu
adakalanya menimbulkan kontroversi di tengah-tengah masyarakat, ada pula yang
memandangnya sebagai corong penguasa, dan ada pula masyarakat yang menilainya sebagai
tidak konsisten. Munculnya respon seperti itu dari masyarakat sangat erat kaitannya dengan
kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap konsep ijtihad MUI serta ciri-ciri hujkum Islam
yang dijadikan acuan oleh MUI dalam menghasilkan suatu fatwa. Oleh sebab itu, studi dalam
bidang ini dirasa amat perlu dilakukan.2 Sejak berdirinya MUI sampai akhir tahun 1990
lembaga ini telah banyak membahas soal-saoal keagamaan dan kemasyarakatan yang dalam
bentuk fatwa mencapai jumlah 49 buah. Kalau diadakan pengelompokan, fatwa yang
dihasilkannya itu dapat diklasifikasikan kepada bidang ibadat, seperti sholat, puasa, zakat dan
haji serta yang berkaitan dengan itu dan bidang non- ibadah, seperti masalah al-ahwal al-
syakhshiyah, keluarga berencana, makanan dan minuman, serta bidang-bidang lainnya. 3
Menurut ajaran Islam, ulama memegang posisi yang kuat, seperti ulama sebagai pewaris Nabi
Saw. Dalam perkembangan sejarah Islam, kaum ulama memegang peranan yang amat besar.
Sejak masa Nabi Muhammad Saw masih hidup, para ulama sudah mulai mengembangkan
daya nalarnya dalam berijtihad. Peranan ulama pada masyarakat Indonesia baik pada masa
penjajahan, masa perjuangan merebut kemerdekaan atau masa-masa sesudah kemerdekaan
sampai sekarang tidak kurang pentingnya bila dibandingkandengan peranan para pemimpin
lainnya bahkan kadang-kadang sangat menentukan.
2 Dalam sebuah lembaga pastilah memiliki kewenangan, dalam hal ini MUI memiliki
kewenangan dan wilayah, yaitu :
a. MUI berwenang menetapkan fatwa mengenai masalah-masalah keagamaan secara umum,
terutama masalah hukum (fiqh) dan masalah aqidah yang menyangkut kebenaran dan
kemurnian keimanan umat Islam Indonesia.
b. MUI berwenang menetapkan fatwa mengenai masalah-masalah keagamaan seperti tersebut
pada nomor 1 yang menyangkut umat Islam Indonesia secara nasional atau masalah-
masalah keagamaan di suatu daerah yang dapat meluas ke daerah lain.
c. Terdapat masalah yang telah ada Fatwa MUI, Majelis Ulama Indonesia Daerah hanya
berhak melaksanakannya.
d. Jika karena faktor-faktor tertentu fatwa MUI sebagaimana dimaksud nomor 3 tidak dapat
dilaksanakan, MUI Daerah boleh menetapkan fatwa yang berbeda setelah berkonsultasi
dengan MUI Pusat.
e. Hal belum ada Fatwa MUI, MUI Daerah berwenang menetapkan fatwa. 6
5
Latar Belakang Berdirinya MUI Pada tanggal 7 Rajab 1395 H, bertepatan dengan tanggal 26 Juli 1975 M di
Jakarta Majelis Ulama Indonesia (MUI)
6
. Kewenangan dan Wilayah Fatwa MUI
3. Dasar Umum dan Sifat Fatwa Dasar umum dan sifat fatwa MUI (Majelis Ulama Indonesia)
adalah sebagai berikut :
a. Penetapan fatwa didasarkan pada al Qur’an, Sunnah (hadits), Ijma’ dan Qiyas serta dalil-
dalil yang mu’tabar.
b. Aktivitas penetapan fatwa dilakukan secara kolektif oleh komisi fatwa.
c. Penetapan fatwa bersifat responsif, proaktif, dan antisipatif.
4. Syarat Keputusan fatwa Dalam memutuskan suatu fatwa, MUI harus memenuhi beberapa
syarat, diantaranya
A. Setiap keputusan fatwa harus di tanfizkan setelah ditanda tangani oleh Dewan pimpinan
dalam bentuk Surat Keputusan Fatwa (SKF).
B. Surat keputusan fatwa harus dirumuskan dengan bahasa yang dapat dipahami dengan
mudah oleh masyarakat.
C. Dalam surat keputusan fatwa harus dicantumkan alasan-alasannya disertai uarian dan
analisis secara ringkas, serta sumber pengembilannya.
D. Setiap surat keputusan fatwa yang keluar harus sedapat mungkin disertai dengan rumusan
tindak lanjut dan rekomendasi atau jalan keluar yang diperlukann sebagai konsekuensi dari
surat keputusan fatwa tersebut.
B. BAHTSUL MASAIL NU
7
Bahtsul Masa’il menjadi wadah yang lebih dinamis, maka pada muktamar ke 18 di Yogyakarta tahun 1989,
komisi I yang membidangi Bahtsul Masa’il merekomendasikan kepada PBNU
8
Dalam ART NU tahun 1999 pasal 16
9
keputusan konggres ke 16 di Pekalongan berdirilah lembaga tersebut yang di sebut Majlis Tarjih
Muhammadiyah
10
dalam Qa’idah Majlis Tarjih 1961 dan diperbaharuhi lewat keputusan Pimpinan Pusat Muhammdiyah No.
08/SKPP/I.A/8.c/2000, Bab II pasal 4,
a. Dewan Hisbah
Dewan Hisbah adalah lembaga khusus PERSIS yang bertugas sebagai pengamat
perkembangan hukum Islam dari berbagai peristiwa yang terjadi di masarakat,
semua itu dikembalikan kepada al-Qur'an dan hadis, kemudian memberi fatwa dari segala
peristiwa yang didapat dalam masyarakatatau dari hasil pertanyaan jama'ah PERSIS
b. Apa yang Anda Ketahui Tentang persis?
Persatuan Islam (disingkat Persis atau PERSIS) adalah sebuah organisasi Islam di
Indonesia. Persis didirikan pada 12 September 1923 di Bandung oleh sekelompok Islam yang
berminat dalam pendidikan dan aktivitas keagamaan yang dipimpin oleh Haji Zamzam dan
Haji Muhammad Yunus.11
11
Persis didirikan pada 12 September 1923 di Bandung
Namun inti dan sasarannya adalah agar umat islam mampu menciptakan pola pikir
yang sistematis dalam mengkaji ajaran islam secara utuh dan murni. Sehingga tercipta suatu
pola pikir dan hasil ijtihad para ahli/ulama untuk menemukan dalil-dalilyang konkret dalam
mengambil keputusan hukum-hukum syariat islam.
Di sisi lain umat Islam Indonesia menghadapi tantangan global yang sangat berat.
Kemajuan sains dan teknologi yang dapat menggoyahkan batas etika dan moral, serta budaya
global yang didominasi Barat, serta pendewaan kebendaan dan pendewaan hawa nafsu yang
dapat melunturkan aspek religiusitas masyarakat serta meremehkan peran agama dalam
kehidupan umat manusia. Selain itu kemajuan dan keragaman umat Islam Indonesia dalam
alam pikiran keagamaan, organisasi sosial dan kecenderungan aliran dan aspirasi politik,
sering mendatangkan kelemahan dan bahkan dapat menjadi sumber pertentangan di kalangan
umat Islam sendiri.Akibatnya umat Islam dapat terjebak dalam egoisme kelompok (ananiyah
hizbiyah) yang berlebihan.
B. SARAN
Penulis sangat terbatas dalam mencari informasi terhadap LEMBAGA FATWA YANG
ADA DI INDONESIA,karenanya diharapkan mahasiswa pada khususnya dan umat Islam pada
umumnya dapat mencari kembali lebih lanjut terhadap LEMBAGA FATWA YANG ADA DI
INDONESIA dan memahaminya apa maksud dari diadakannya lemba fatwa ini, sehingga
umat islam dapat lebih beriman dan meyakini betapa islam dijaga di Indonesia ini Mudah-