Anda di halaman 1dari 16

PERAN KEBANGSAAN MUHAMMADIYAH DI INDONESIA

MAKALAH

PENDIDIKAN AL – ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN

Oleh :

Khanan Habiburohman Hafizh

2020601021

MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Muhammadiyah merupakan salah satu organisasi masyarakat terbesar di
negara Indonesia. Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad
SAW, sehingga orang – orang dalam organisasi Muhammadiyah ini bisa dikenal
sebagai pengikut Nabi Muhammad SAW. Organisasi Muhammadiyah ini di
dirikan oleh seorang bernama Muhammad Darwis yang akhirnya dikenal dengan
nama K.H. Ahmad Dahlan. Beliau mendirikan organisasi Muhammadiyah di
kota Yogyakarta tempat kampung halamannya pada tanggal 18 November 1912.
Ahmad Dahlan menggunakan nama Muhammadiyah dengan tujuan untuk
menjelaskan bahwa organisasi ini merupakan umat Nabi Muhammad SAW, dan
dasarnya adalah ajaran Islam yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW
kepada para sahabat dan penerusnya.
Sebagai sebuah organisasi yang bergerak dalam syari’at Islam, sudah
sepatutnya Kepemimpinan Muhammadiyah dari generasi awal ke generasi
selanjutnya untuk melahirkan sebuah Khittah. Khittah tersebut dibuat dan
disusun dengan mengikuti perkembangan zaman serta persyarikatan dari masa
ke masa. Isi sebuah Khittah harus sesuai dengan dasar dan tujuan
Muhammadiyah dan menunjukkan situasi masa dalam satu periode. Seperti itu
sasaran yang akan dicapai dalam suatu periode tercatat dalam sebuah khittah.
Umumnya, khittah bersifat untuk membina dan membimbing kepemimpinan
untuk berjuang bagi para anggota Muhammadiyah.
Muhammadiyah juga memiliki peran yang cukup penting pada awal
kemerdekaan Indonesia karena tokoh Muhammadiyah yang bernama Ki Bagus
Hadikusumo dan Kahar Muzakir pernah menjadi anggota dan mengikuti rapat
BPUPKI dan PPKI untuk merumuskan dasar negara beserta tokoh – tokoh Islam
lainnya seperti Wahid Hasyim dari tokoh Nahdhatul ‘Ulama. Samapai sekarang,
Muhammadiyah masih berperan aktif untuk Indonesia seperti contohnya
membuat Amal Usaha Muhammadiyah yang terus berkembang.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa Saja Khittah Muhammadiyah dalam Kehidupan Bangsa dan Negara?
2. Peran Apa yang Dilakukan Muhammadiyah Sebagai Bagian Pendiri NKRI?
3. Apa Saja Tanggung Jawab Muhammadiyah Terhadap NKRI?
4. Apa Saja Bentuk Peran Muhammadiyah Terhadap Kebangsaan NKRI?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa khittah Muhammadiyah dalam kehidupan bangsa dan
negara.
2. Mengetahui peran Muhammadiyah sebagai bagian pendiri dari NKRI.
3. Mengetahui apa saja tanggung jawab Muhammadiyah terhadap NKRI.
4. Mengetahui apa saja peran Muhammadiyah terhadap kebangsaan NKRI.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Khittah Muhammadiyah Dalam Kehidupan Bangsa dan Negara

Sebagai salah satu organisasi masyarakat terbesar yang berbasik Islami


di negara Indonesia, Muhammadiyah pasti memiliki sebuah tujuan dalam
perencanaan setiap kegiatan yang disebut khittah. Setiap organisasi masyarakat
pasti memiliki sebuah khittah, termasuk Muhammadiyah. Namun, apa itu
khittah? Khittah berasal dari kata khaththa, yang artinya menulis dan
merencanakan. Khittah juga dapat berarti garis atau jalan, atau juga bisa
diartikan sebuah garis besar atau jalan perjuangan. Namun, dalam konteks
Muhammadiyah, Khittah memiliki arti istilah sebagai seperangkat rumusan,
teori, metode, sistem, strategi, dan taktik perjuangan Muhammadiyah.
Muhammadiyah pernah melakukan khittah sebanyak 6 kali. Khittah
tersebut juga disesuaikan dengan situasi dan kondisi, serta mengikuti
perkembangan zaman tanpa harus meninggalkan syari’at Islam. Khittah juga
harus sesuai dengan tujuan muhammadiya. Berikut adalah khittah yang pernah
dirumuskan Muhammadiyah dari tahun 1938 – 2002 :
1. Langkah 12 Muhammadiyah tahun 1938 – 1940
a. Memperdalam Masuknya Iman.
Hendaklah Iman itu ditablighkan, disiarkan dengan selebar – lebarnya,
yakni diberi riwayatnya dan diberi dalil buktinya, dipengaruhkan dan
digembirakan, sampai Iman itu mendarah daging ke dalam, masuk di
tulang sumsum serta mendalam di hati sanubari kita, sekutu – sekutu
Muhammadiyah seumumnya.
b. Memperluas Paham Agama.
Hendaklah paham agama itu yang sesungguhnya dibentangkan dengan
arti yang seluas – luasnya, serta boleh diujikan dan diperbandingkan,
sehingga semua sekutu Muhammadiyah mengerti dan paham arti dari

3
perluasan Agama Islam, itulah yang paling benar, ringan dan berguna,
maka, mendahulukanlah pekerjaan keagamaan itu.
c. Memperbuahkan Budi Pekerti.
Hendaklah diterangkan dengan jelas tentang akhlaq terpuji dan akhlaq
tercela serta diperbahaskan tentang memakainya akhlaq mahmudah dan
menjauhkannya dari akhlaq madzmumah, sehingga dapat menjadi sebuah
amalan bagi kita, sekutu Muhammadiyah, serta melakukan kegiatan budi
pekerti yang baik lagi berjasa.
d. Menuntun Amalan Intiqad (self correctie).
Hendaklah selalu senantiasa melakukan perbaikan diri atau introspeksi
terhadap diri sendiri (self correctie), segala usaha dan pekerjaan kita
kecuali diperbesarkan, supaya diperbaiki juga. Hasil penyelidikan dan
perbaikan itu nantinya akan dimusyawarahkan ditempat tertentu, dengan
dasar mendatangkan mashlahat dan menjauhkan madharat, sedang yang
kedua ini di dahulukan dari yang pertama.
e. Menguatkan Persatuan.
Hendaklah menjadikan tujuan kita juga, karena dapat memperkuat
persatuan organisasi dan mengokohkan pergaulan persaudaraan serta
menyamakan hak dan memerdekakan lahirnya pemikiran kita semua.
f. Menegakan Keadilan.
Hendaklah keadilan itu dilakukan dengan semestinya walaupun nantinya
akan mengenai diri sendiri, dan ketetapan yang sudah seadil – adilnya itu
akan dibela serta dipertahankan di manapun juga.
g. Melakukan Kebijaksanaan.
Dalam melakukan pergerakan, kita tidak boleh melupakan hikmah,
hikmah hendaknya disendikan kepada Kitabullah dan Sunnaturrasulillah.
Jika ada kebijaksanaan yang menyalahi kedua hal tersebut, maka akan
kita buang karena itu bukanlah kebijaksanaan yang sesungguhnya.
h. Menguatkan Majlis Tanwir.
Dalam hal ini, Muhammadiyah mengemukakan pekerjaan majlis yang
nyata serta dapat berpengaruh besar dalam kalangan kita sebagai

4
Muhammadiyah dan sudah menjadi tangan kanan yang bertenaga disisi
Hoofdbestuur (PP) Muhammadiyah, maka sudah sewajibnya kita
perteguhkan dengan aturan yang sebaik – baiknya.
i. Mengadakan Konperensi Bagian.
Untuk mengadakan garis tertentu dalam langkah – langkah kita, maka kita
harus berikhtiar dengan mengadakan konperensi bagian, seperti
contohnya “Konperensi Bagian : Penyiaran Sayri’at Islam diseluruh
Indonesia, dsb”.
j. Mempermusyawarahkan Sebuah Putusan.
Agar mampu meringankan serta mempermudah sebuah pekerjaan, maka
setiap ada keputusan harus berhubungan dengan Kepala Majlis (Bagian),
kemudian dimusyawarahkan dengan pihak yang bersangkutan terlebih
dahulu, dan akhirnya akan muncul sebuah keputusan dengan segera.
k. Mengawasi Gerak Jalan.
Pemandangan ini hendaklah kita tajamkan kembali akan gerak kita dalam
Muhammadiyah, baik itu yang sudah berlalu, yang masih berlangsung,
dan yang akan datang dimasa depan.
l. Mempersambungkan Gerakan Luar.
Kiranya berupaya untuk memperhubungkan diri dengan iuran (urusan
ekstern), hal – hal lain dalam persyarikatan dan pergerakan di Indonesia
dengan dasar silaturahmi, tolong – menolong dalam kebaikan, tidak
mengubah asas masing – masing, terutama hubungan antara persyarikatan
dan pemimpin Islam.

2. Khittah Palembang 1956 – 1959


a. Menjiwai pribadi para anggota dan pimpinan Muhammadiyah dengan
memperdalam dan mempertebal tauhid, menyempurnakan ibadah dengan
khusyuk dan tawadhu, mempertinggi akhlaqul karimah, memperluas ilmu
pengetahuan, dan menggerakkan Muhammadiyah dengan penuh
keyakinan dan rasa tanggung jawab.
b. Melaksanakan uswatun khasanah.

5
c. Mengutuhkan organisasi dan merapikan administrasi.
d. Memperbanyak dan mempertinggi mutu serta kualitas anak.
e. Mempertinggi kualitas anggota dan membentuk kader.
f. Memperoleh ukhuwah Islamiyyah dengan sesama muslim dengan
mengadakan ishlah untuk mengantisipasi bila terjadi perselisihan antar
anggota Muhammadiyah.
g. Menuntun penghidupan anggota.

3. Khittah Ponorogo 1969 


Kelahiran Parmusi merupakan sebuah kemajuan dari Khittah Ponorogo tahun
1969. Dalam rumusan Khittah pada tahun 1969 disebutkan bahwa “Dakwah
Islam Amar Ma'ruf Nahi Mungkar” dilakukan dengan menggunakan dua
saluran, yaitu melalui urusan politik kenegaraan dan kemasyarakatan.
Muhammadiyah juga memposisikan diri sebagai “Gerakan Islam yang Amar
Ma’ruf Nahi Mungkar” dalam bidang kemasyarakatan sekaligus untuk
berdakwah Islamiyyah. Sayangnya, partai milik Muhammadiyah ini gagal
sehingga Khittah Ponorogo tersebut kemudian dinasakh serta meminjam
istilah Haedar Nashir melalui khittah yang selanjutnya di ujung pandang. 

4. Khittah Ujung Pandang 1971 


a. Muhammadiyah merupakan Gerakan Dakwah Islam yang beramal dalam
segala urusan kehidupan manusia dan bermasyarakat.
b. Setiap anggota Muhammadiyah hendaknya sesuai dengan hak asasinya
serta dapat memasuki organisasi lain atau tidak selama tidak menyimpang
dari ketentuan yang berlaku dalam Persyarikatan Muhammadiyah.
c. Untuk lebih memantapkan Muhammadiyah sebagai Gerakan Dakwah
Islam setelah pemilu tahun 1971, maka Muhammadiyah melakukan amar
ma’ruf nahi munkar secara konstruktif dan positif terhadap partai
muslimin di seluruh Indonesia.
d. Untuk lebih meningkatkan partisipasi Muhammadiyah dalam pelaksanaan
pembangunan nasional di Indonesia.

6
5. Khittah Surabaya 1978 (Penyempurnaan Khittah Ponorogo tahun 1969)
a. Muhammadiyah merupakan Gerakan Dakwah Islam yang beramal dalam
segala bidang kehidupan manusia dan bermasyarakat, tidak mempunyai
hubungan organisatoris dan tidak merupakan afiliasi dari sesuatu partai
politik atau organisasi apapun.
b. Setiap anggota Muhammadiyah hendaknya sesuai dengan hak asasinya
dapat tidak memasuki atau memasuki organisasi lain, sepanjang tidak
menyimpang dari Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, dan
ketentuan yang berlaku dalam Persyarikatan Muhammadiyah.

6. Khittah Denpasar 2002


Dalam posisi yang demikian, maka sebagaimana Khittah Denpasar,
Muhammadiyah dengan tetap berada dalam kerangka gerakan dakwah dan
tajdid yang menjadi fokus dan orientasi utama gerakannya dapat
mengembangkan fungsi kelompok kepentingan atau sebagai gerakan social
civil – society dalam memainkan peran berbangsa dan bernegara.
B. Muhammadiyah Sebagai Bagian Dari Pendiri NKRI

Peran Muhammadiyah dalam sejarah Bangsa Indonesia memang sangat


besar, ditambah dengan nama – nama yang mempunyai peran sangat besar dan
menjadi tokoh pergerakan seperti Ir. Soekarno dan Jendral Soedirman yang
menjadi Presiden Pertama dan Panglima Besar Republik Indonesia. Dua tokoh
tersebut sampai hari ini tidak akan pernah luput dari ingatan Generasi Muda dan
Bangsa Indonesia. Ir. Soekarno bersama Mas Mansur pada waktu itu merupakan
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah serta menjadi anggota empat
serangkai bersama dengan Moh. Hatta dan Ki Hajar Dewantara yang merintis
prakarsa persiapan kemerdekaan Indonesia dengan pemerintahan tentara Jepang.
Tidak hanya mereka berempat saja, namun masih ada tiga tokoh penting
Muhammadiyah yaitu Ki Bagus Hadikusumo, Prof. Kahar Mudzakir, dan Mr.
Kasman Singodimedjo bersama para tokoh besar bangsa lainnya yang
merumuskan prinsip dan pembangunan dasar Negara Indonesia sebagimana
terlibatnya beliau dalam Badan Persiapan Usaha Kemerdekaan Indonesia

7
(BPUPKI) dan juga Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Jendral
Soedirman merupakan kader Muhammadiyah yang aktif di ortom Hizbul
Wathan, dia membuktikan peran strategisnya dalam perjuangan kemerdekaan
dan mempertahankan keabsahan Indonesia Merdeka.
Jendral Soedirman menjadi tokoh penting dalam perang gerilya yang
kemudian menjadi Panglima Tentara Nasional Indonesia. Insinyur Juanda Tokoh
Muhammadiyah tersebut menjadi pencetus dari Deklarasi Juanda pada tahun
1957, dan menjadi tonggak eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) yang menyatukan laut ke dalam kepulauan Indonesia, sehingga
Indonesia menjadi negara dan bangsa yang utuh. Bahkan Jendral Soedirman
diabadikan dalam film Indonesia berjudul “Nyai Dahlan” pada tahun 2017,
dalam adegan tersebut Jendral Soedirman meminta nasihat sekaligus restu
kepada Nyai Dahlan karena dirinya akan berangkat ke Jakarta menemui
Soekarno yang akan membacakan teks proklamasi kemerdekaan.
Nyai Dahlan yang mempunyai nama asli Siti Walidah merupakan istri
dari K.H. Ahmad Dahlan yang merupakan pendiri dari Muhammadiyah dan
Nyai Dahlan adalah salah satu pendiri organisasi ‘Aisyiyah yang merupakan
gerakan Muhammadiyah khusus beranggotakan perempuan, dan juga menjadi
pelopor pertama di dalam Kongres Perempuan Indonesia pada tahun 1928 yang
menjadi cikal bakal Gerakan dan Kebangkitan Perempuan Indonesia.
C. Tanggung Jawab Muhammadiyah Terhadap NKRI

Selain memiliki peran yang besar di Negara Indonesia, Muhammadiyah


pastinya juga memiliki sebuah tanggung jawab yang besar pula. Muhammadiyah
juga pernah melindungi Bangsa dari pengaruh kaum kapitalis pada zaman
dahulu, bahkan Muhammadiyah sampai membangun konsep baru untuk
Indonesia demi kedaulatan negara, bangsa, dan wilayah serta untuk
membentengi negara dari intervensi negara lain dari sistem ketidakadilan global.
Oleh karena itu, pada saat itu Muhammadiyah bisa memahami isu – isu yang
beredar secara kritis dengan tujuan untuk membangun negara, bangsa, dan
masyarakat untuk melihat masa depan. Muhammadiyah juga membuat beberapa
kebijakan sebagai bentuk tanggung jawabnya kepada NKRI sebagai berikut :

8
1. Muhammadiyah meyakini bahwa politik dalam kehidupan bangsa dan
negara merupakan salah satu aspek dari Syari’at Islam dalam urusan dunia
(al – umur ad – dunyawiyah) yang harus selalui dimotivasi, dijiwai, dan
dibingkai oleh nilai – nilai luhur agama dan moral yang utama. Oleh karena
itu, dibutuhkan sikap dan moral yang positif dari seluruh warga
Muhammadiyah dalam menjalani kehidupan politik untuk tegaknya
kehidupan bangsa dan negara.
2. Muhammadiyah meyakini bahwa negara dan usaha – usaha untuk
membangun kehidupan berbangsa dan bernegara, baik melalui perjuangan
politik maupun melalui pengembangan masyarakat, pada dasarnya
merupakan wahana yang mutlak diperlukan untuk membangun kehidupan
dimana nilai – nilai syari’at Islam melandasi dan tumbuh subur bersamaan
dengan tegaknya nilai – nilai kemanusian, keadilan, perdamaian, ketertiban,
kebersamaan, dan keadaban untuk terwujudnya baldatun thayyibatun wa
rabbun ghafur.
3. Muhammadiyah memilih perjuangan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara melalui usaha – usaha pembinaan atau pemberdayaan masyarakat
guna terwujudnya masyarakat madani (civil society) yang kuat, sebagaimana
tujuan Muhammadiyah untuk mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar –
benarnya. Sedangkan hal – hal yang berkaitan dengan kebijakan – kebijakan
kenegaraan sebagai proses dan hasil dari fungsi politik pemerintahan akan
ditempuh melalui pendekatan – pendekatan secara tepat dan bijaksana sesuai
prinsip – prinsip perjuangan kelompok kepentingan yang efektif dalam
kehidupan negara yang demokratis.
4. Muhammadiyah mendorong secara kritis atas perjuangan politik yang
bersifat praktis atau berorientasi pada kekuasaan (real politics) untuk
dijalankan oleh parpol serta lembaga formal kenegaraan dengan sebaik –
sebaiknya menuju terciptanya sistem politik yang demokratis dan
berkeadaban, sesuai dengan cita – cita luhur bangsa dan negara. Dalam hal
ini, perjuangan politik hendaknya benar – benar mengedepankan
kepentingan rakyat dan tegaknya nilai – nilai utama sebagaimana yang

9
menjadi semangat dasar dan tujuan didirikannya Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945.
5. Muhammadiyah senantiasa memainkan peranan politiknya sebagai wujud
dari dakwah amar ma’ruf nahi mungkar dengan jalan memengaruhi proses
dan kebijakan negara agar tetap berjalan sesuai dengan konstitusi dan cita –
cita luhur bangsa. Muhammadiyah secara aktif menjadi kekuatan perekat
bangsa dan berfungsi sebagai wahana pendidikan politik yang sehat menuju
kehidupan nasional yang damai dan berkeadaban.
6. Muhammadiyah tidak berafilisasi dan tidak mempunyai hubungan
organisatoris dengan kekuatan – kekuatan politik atau organisasi manapun.
Muhammadiyah senantiasa mengembangkan sikap positif dalam
memandang perjuangan politik dan menjalankan fungsi kritik sesuai dengan
prinsip amar ma’ruf nahi mungkar demi tegaknya sistem politik kenegaraan
yang demokratis dan berkeadaban.
7. Muhammadiyah memberikan kebebasan kepada setiap anggota persyarikatan
untuk menggunakan hak pilihnya dalam kehidupan politik sesuai hati nurani
masing – masing. Penggunaan hak pilih tersebut harus merupakan tanggung
jawab sebagai warga negara yang dilaksanakan secara rasional dan kritis,
sejalan dengan misi dan kepentingan Muhammadiyah, demi kemashlahatan
bangsa dan negara.
8. Muhammadiyah meminta kepada segenap anggota yang aktif dalam politik
untuk benar – benar melaksanakan tugas dan kegiatan politik secara sungguh
– sungguh, dengan mengedepankan tanggung jawab, akhlak mulia,
keteladanan, dan perdamaian.
9. Muhammadiyah senantiasa bekerja sama dengan pihak atau golongan
manapun berdasarkan prinsip kebajikan dan kemashlahatan, menjauhi
kemudharatan, dan bertujuan untuk membangun kehidupan berbangsa dan
bernegara ke arah yang lebih baik, maju, demokratis, dan berkeadaban.
D. Bentuk/Model Peran Kebangsaan Muhammadiyah Terhadap NKRI

Sebagai salah satu organisasi terbesar di negara Indonesia yang berumur


lebih dari 100 tahun, pasti kiprah dan peran Muhammadiyah sudah tidak akan

10
diragukan lagi karena mantan Presiden RI ke – 6, yaitu Susilo Bambang
Yudhoyono pernah berkata,”Muhammadiyah ini bagaikan negara di dalam
negara”. Jika seorang mantan presiden RI sampai mengatakan demikian, maka
sudah dapat dipastikan bahwa kiprah yang telah dilakukan oleh Muhammadiyah
selama ini yang berperan aktif dalam melakukan Ta’awun terhadap Bangsa
Indonesia. Perspektif dari Mantan Presiden SBY telah memberi bukti bahwa
kerapian struktur Muhammadiyah beserta jenjang organisasinya.
Kepengurusan Muhammadiyah mulai dari tingkatan atas sampai ke
bawah yang begitu banyak dan juga sangat tertib dengan administrasinya juga
yaitu Amal Usaha yang begitu banyak dan membuat Muhammadiyah bisa tetap
berdiri tegak dan kokoh bahkan bisa bertahan hingga ratusan tahun sampai saat
ini, tentunya dibalik itu semua ada orang – orang hebat yang mengawali dalam
perjuangan yang sangat keras, dan ikhlas dalam membesarkan serta
mempertahankan nama Muhammadiyah. Tetapi, Muhammadiyah tidak merasa
puas dan berbangga diri dengan prestasi yang sudah dicapai untuk Bangsa
Indonesia. Banyak sekali pujian yang datang untuk Muhammadiyah, namun
tidak menjadikan Muhammadiyah menjadi organisasi yang riya’ apalagi sampai
takabur. Karena prinsip Muhammadiyah adalah tidak mudah bangga diri apalagi
sombong sebagai organisasi yang paling banyak berpengaruh di negara ini.
Selain menerima pujian, Muhammadiyah juga pastinya mendapatkan
sebuah cacian yang dirasakan selama 108 tahun berdiri selama ini, bahkan
sampai dikatakan organisasi yang sesat yang berisi anggota yang tidak jelas,
serta menjadi organisasi yang berbeda dari organisasi yang lain terutama dalam
persoalan praktik ibadah, tetapi semua cacian yang diterima oleh
Muhammadiyah sama sekali tidak menggetarkan dan menggoyahkan langkah –
langkah yang ditempuh oleh Muhammadiyah untuk terus menjadi organisasi
yang maju dan lebih baik, serta terus bergerak dan tetap berperan dalam
mencerdaskan Bangsa.
Ketika organisasi yang lain menganggap dirinya ikut berperan dalam
kebangsaan NKRI dan Pancasila, mereka semua sampai membuat sebuah slogan
yang berbunyi “NKRI Harga Mati”. Namun, bagi organisasi Muhammadiyah

11
hal tersebut bukanlah suatu perkara yang menjadi pokok bahasan dalam
organisasi, karena hal yang harus didahulukan dalam Muhammadiyah adalah
bagaimana caranya agar Muhammadiyah bisa menjadi pencerah, pencerdas, dan
kemashlahatan untuk Ummat Islam dan Bangsa. Hal tersebut sudah pernah
dicontohkan sendiri oleh Muhammadiyah melalui jalur Pendidikan, Kesehatan,
Pelayanan Sosial, dan masih banyak lagi.
Jika kita hitung – hitung, jumlah lembaga Pendidikan Muhammadiyah
sampai saat ini jumlahnya sudah sangat banyak, dimulai dari jenjang pendidikan
Taman Kanak – Kanak sampai ke Perguruan Tinggi. Bahkan data yang dilansir
dari media sosial Instagram Muhammadiyah, yaitu @lensamu menunjukan
bahwa jumlah PTM (Perguruan Tinggi Muhammadiyah) di Indonesia adalah
sebanyak 165, jumlah tersebut jelas lebih banyak jika dibandingkan dengan PTN
(Perguruan Tinggi Negeri) dengan jumlah kurang lebih hanya 130 yang dimiliki
oleh pemerintah, belum lagi dengan lembaga pendidikan PAUD/TK yang
berjumlah 30.125, SD/MI yang berjumlah 2.766, SMP/MTs yang berjumlah
1.407, SMA/SMK/MA yang berjumlah 1.407, serta ratusan SLB dan Pondok
Pesantren Modern.
Jumlah tersebut masih belum terhitung dengan Amal Usaha
Muhammadiyah seperti Rumah Sakit, Panti Asuhan yang jumlahnya sampai
ratusan, dan Masjid serta Mushola dengan jumlah yang paling banyak yaitu
hingga 20.000 lebih. Apakah bukti tersebut masih belum bisa dikatakan bahwa
Muhammadiyah itu juga mencintai NKRI dan Pancasilais? Hal ini juga menjadi
teguran bagi mereka yang masih mengukur letak kesetiaan Muhammadiyah
kepada NKRI! Karena Muhammadiyah tidak pernah meminta perhatian dalam
melakukan pekerjaan, namun Negara ini bisa merasakan hasilnya yang selama
ini dilakukan oleh Muhammadiyah dan bermanfaat serta berkhidmat sehingga
menjadi keberkahan bagi Bangsa Indonesia.
Salah satu tokoh Muhamadiyah, Prof. Haedar Nashir pernah mengatakan
bahwa Muhammadiyah akan senantiasa berjuang untuk memberikan yang
terbaik kepada Indonesia dan tidak akan pernah lelah untuk terus bergerak dan
mencerdaskan anak Bangsa. Suatu hari, AR Fachrudin yang dulu pernah

12
menjabat sebagai Pimpinan Tertinggi Muhammadiyah pernah ditanya oleh
seseorang dengan pertanyaan, “Kapan Muhammadiyah akan mati/bubar?”
Beliau pun menjawab, “Muhammadiyah itu akan mati dan menghilang dari
peradaban apabila orang – orang yang berada di dalamnya tidak lagi bekerja
secara ikhlas dan tanpa pamrih, apalagi jika mereka hanya menjadikan uang
sebagai tolak ukur dalam mengurusi dakwah Muhammadiyah”.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Muhammadiyah merupakan organisasi Islam yang bergerak dalam banyak
bidang dengan tujuan untuk berdakwah.
2. Muhammadiyah memiliki sebuah khittah dalam perjuangan Muhammadiyah
untuk berdakwah.
3. Muhammadiyah juga ikut berperan dalam berdirinya NKRI bersama dengan
tokohnya yaitu Ki Bagus Hadikusumo, Prof. Kahar Mudzakir, dan Mr.
Kasman Singodimedjo.
4. Muhammadiyah juga mempunyai tanggung jawab kepada NKRI dalam
banyak bidang, terutama dalam bidang pendidikan.
5. Muhammadiyah selalu menggunakan prinsip amar ma’ruf nahi mungkar
dalam berdakwah.
B. Saran
Sebagai makhluk sosial yang beragama Islam, sudah sepantasnya para
anggota persyarikatan mengenal dan memahami organisasi Muhammadiyah
dengan lebih mendalam, karena Muhammadiyah mengajarkan syari’at Islam
yang murni serta menghilangkan segala bentuk penyimpangan agama.

13
14
DAFTAR PUSTAKA

1. Buku :
Al – Hamdi, Ridho. 2020. PARADIGMA POLITIK MUHAMMADIYAH.
Yogyakarta : IRCiSoD
Faizin Karimi,Ahmad. Efendi, David. 2020. Membaca Indonesia : Esai – Esai
Tentang Negara, Pemerintah, Rakyat, dan Tanah Airnya. Gresik : Caremedia
Communication.
Mulkhan, Abdul Munir. Maarif, Ahmad Syafii. 2010. 1 Abad Muhammadiyah :
Gagasan Pembaharuan Sosial Keagamaan. Jakarta : PT. Kompas Media
Nusantara.

2. Internet :
https://ilmupengatahuanhukum.blogspot.com/2016/01/khittah-perjuangan-
muhammadiyah.html

Anda mungkin juga menyukai