Anda di halaman 1dari 7

A.

Latar belakang khittah perjuanagn muhammadiyah

B. Pengertian khittah perjuangan muhammadiyah


Secara etimologis, kata khittah berasal dari derivasi bahasa Arab- ‫ َخطﱠ‬ – ‫ط‬
‫ يَ ُخ ﱡ‬- ً‫ِخـطة‬
yang berarti rencana, jalan, langkah atau garis (Kamus Al-Munawwir).
Sedangkan secara terminologis yaitu suatu pikiran untuk melaksanakan perjuangan
ideologi atau keyakinan hidup. (PP Muhammadiyah 1968:8).
C. Dasar / Khittah Perjuangan Muhammadiyah
Isi khittah harus sesuai dengan tujuan muhammadiyah, khittah itu disusun sesuai dengan
perkembangan zaman.

1. Langkah 12 Muhammadiyah 1938-1940


a. Memperdalam Masuknya Iman.
Hendaklah iman itu ditablighkan, disiarkan dengan selebar-lebarnya, yakni diberi
riwayatnya dan diberi dalil buktinya, dipengaruhkan dan digembirakan, sampai iman
itu mendarah daging, masuk di tulang sumsum dan mendalam di hati sanubari kita,
sekutu-sekutu Muham-madiyah seumumnya.
b. Memperluas Faham Agama.
Hendaklah faham agama yagn sesungguhnya itu dibentangkan dengan arti yang
seluas-luasnya, boleh diujikan dan diperbandingkan, sehingga kita sekutu-sekutu
Muhammadiyah mengerti perluasan Agama Islam, itulah yang paling benar, ringan
dan berguna, maka, mendahulukanlah pekerjaan keagamaan itu.
c. Memperbuahkan Budi Pekerti.
Hendaklah diterangkan dengan jelas tentang akhlaq yang terpuji dan akhlaq yang
tercela serta diperbahaskannya tentang memakainya akhlaq yang mahmudah dan
menjauhkannya akhlaq yang madzmumah itu, sehingga menjadi amalan kita, ya
seorang sekutu Muhammadiyah, kita berbudi pekerti yang baik lagi berjasa.
d. Menuntun Amalan Intiqad (self correctie).
Hendaklah senantiasa melakukan perbaikan diri kita sendiri (self correctie), segala
usaha dan pekerjaan kita, kecuali diperbesarkan, supaya diperbaikilah juga. Buah
penyelidikan perbaikan itu dimusyawarahkan di tempat yang tentu, dengan dasar
mendatangkan maslahat dan menjauhkan madlarat, sedang yang kedua ini
didahulukan dari yang pertama.
e. Menguatkan Persatuan.
Hendaklah menjadikan tujuan kita juga, akan menguatkan persatuan organisasi dan
mengokohkan pergaulan persaudaraan kita serta mempersamakan hak-hak dan
memerdekakan lahirnya pikiran-pikiran kita.
f. Menegakkan Keadilan.
Hendaklah keadilan itu dijalankan semestinya, walaupun akan mengenai badan
sendiri, dan ketetapan yang sudah seadil-adilnya itu dibela dan dipertahankan di
mana juga.
g. Melakukan Kebijaksanaan.
Dalam gerak kita tidaklah melupakan hikmah, hikmah hendaklah disendikan kepada
Kitabullah dan Sunnaturrasulillah. Kebijaksanaan yang menyalahi ke-dua pegangan
kita itu, mestilah kita buang, karena itu bukan kebijaksanaan yang sesungguhnya.
Dalam pada itu, dengan tidak mengurangi segala gerakan kemuhammadiyahan, maka
pada tahun 1838-1940 H. Muhammadiyah mengemukakan pekerjaan akan:
h. Menguatkan Majlis Tanwir.
Sebab majlis ini nyata-nyata berpengaruh besar dalam kalangan kita Muhammadiyah
dan sudah menjadi tangan kanan yang bertenaga disisi Hoofdbestuur (PP)
Muhammadiyah, maka sewajibnyalah kita perteguhkan dengan diatur yang sebaik-
baiknya.
i. Mengadakan Konperensi Bagian.
Untuk mengadakan garis yang tentu dalam langkah-langkah bagian kita, maka
hendaklah kita berikhtiar mengadakan Konperensi bagian, umpama: Konperensi
Bagian: Penyiaran Agama seluruh Indonesia dan lain-lain sebagainya.
j. Mempermusyawaratkan Putusan.
Agar dapat keringanan dan dipermudahkan pekerjaan, maka hendaklah setiap ada
keputusan yang mengenai kepala Majlis (Bagian), dimusyawarahkanlah dengan yang
bersangkutan itu lebih dahulu, sehingga dapatlah mentanfidzkan dengan cara
menghasilkannya dengan segera.
k. Mengawaskan Gerakan Jalan.
Pemandangan kita hendaklah kita tajamkan akan mengawasi gerak kita yang ada di
dalam Muhammadiyah, yang sudah lalu, yang masih langsung dan yang bertambah
(yang akan datang/berkembang).
l. Mempersambungkan Gerakan Luar.
Kira berdaya-upaya akan memperhubungkan diri kepada iuran (ekstern), lain-lain
persyarikatan dan pergerakan di Indonesia, dengan dasar Silaturahim, tolong-
menolong dalam segala kebaikan, yang tidak mengubah asasnya masing-masing,
terutama perhubungan kepada persyarikatan dan pemimpin Islam. 

2. Khittah Palembang 1956-1959


a. Menjiwai pribadi anggota dan pimpinan Muhammadiyah dengan memperdalam dan
mempertebal tauhid, menyempurnakan ibadah dengan khusyu’ dan tawadlu’,
mempertinggi akhlak, memperluas ilmu pengetahuan, dan menggerakkan Muham-
madiyah dengan penuh keyakinan dan rasa tanggung jawab.
b. Melaksanakan uswatun hasanah.
c. Mengutuhkan organisasi dan merapikan administrasi.
d. Memperbanyak dan mempertinggi mutu anak.
e. Mempertinggi mutu anggota dan membentuk kader.
f. Memperoleh ukhuwah sesama muslim dengan mengadakan badan ishlah untuk
mengantisipasi bila terjadi keretakan dan perselisihan.
g. Menuntun penghidupan anggota.

3. Khittah Ponorogo 1969 


Kelahiran Parmusi merupakan buah dari Khittah Ponorogo (1969). Dalam rumusan
Khittah tahun 1969 ini disebutkan bahwadakwah Islam amar ma'ruf nahi
munkardilakukan melalui dua saluran: politik kenegaraan dan kemasyarakatan.
Muhammadiyah sendiri memposisikan diri sebagai gerakan Islam amar ma'ruf nahi
munkardalam bidang kemasyarakatan. Sayangnya, partai parmusi ini gagal sehingga
khittah ponorogo kemudian "dinasakh" meminjam istilah Haedar nashir lewat khittah
ujung pandang. 

4. Khittah Ujung Pandang 1971 


a. Muhammadiyah adalah Gerakan Da’wah Islam yang beramal dalam segala bidang
kehidupan manusia dan masyarakat.
b. Setiap anggota Muhammadiyah sesuai dengan hak asasinya dapat tidak memasuki
atau memasuki organisasi lain, sepanjang tidak menyimpang dari ketentuan-
ketentuan yang berlaku dalam Persyarikatan Muhammadiyah.
c. Untuk lebih memantapkan muhammadiyah sebagai gerakan da’wah islam setelah
pemilu tahun 1971, muhammadiyah melakukan amar ma’ruf nahi munkar secara
konstruktif dan positif terhadap partai muslimin Indonesia.
d. Untuk lebih meningkatkan partisipasi muhammadiyah dalam pelaksanaan
pembangunan nasional.

5. Khittah Surabaya 1978 (penyempurnaan dari khittah ponorogo 1969)


a. Muhammadiyah adalah Gerakan Da’wah Islam yang beramal dalam segala bidang
kehidupan manusia dan masyarakat, tidak mempunyai hubungan organisatoris
dengan dan tidak merupakan afiliasi dari sesuatu partai politik atau organisasi
apapun.
b. Setiap anggota Muhammadiyah sesuai dengan hak asasinya dapat tidak memasuki
atau memasuki organisasi lain, sepanjang tidak menyimpang dari Anggaran Dasar,
Anggaran Rumah Tangga, dan ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam
Persyarikatan Muhammadiyah.

6. Khittah Denpasar 2002


Dalam Posisi yang demikian maka sebagaimana khittah Denpasar, muhammadiyah
dengan tetap berada dalam kerangka gerakan dakwah dan tajdid yang menjadi fokus dan
orientasi utama gerakannya dapat mengembangkan fungsi kelompok kepentingan atau
sebagai gerakan social civil-society dalam memainkan peran berbangsa dan bernegara.

D. Sejarah perjuagan Muhammadiyah

E. Persamaan dan perbedaan antar khittah dari masa ke masa

F. Kolerasi antar khittah muhammadiyah

1. Muhammadiyah Dan Masyarakat


Sesuai dengan khittahnya, Muhammadiyah sebagai Persyarikatan memilih dan
menempatkan diri sebagai Gerakan Islam amar-ma'ruf nahi mungkar dalam masyarakat,
dengan maksud yang terutama ialah membentuk keluarga dan masyarakat sejahtera
sesuai dengan Dakwah Jamaah.
Di samping itu Muhammadiyah menyelenggarakan amal-usaha seperti tersebut pada
Anggaran Dasar Pasal 4, dan senantiasa berikhtiar untuk meningkatkan mutunya.
Penyelenggaraan amal-usaha, tersebut merupakan sebagian ikhtiar Muhammadiyah
untuk mencapai Keyakinan dan Cita-Cita Hidup yang bersumberkan ajaran Islam dan
bagi usaha untuk terwujudnya masyarakat utama, adil dan makmur yang diridlai Allah
SWT.
2. Muhammadiyah Dan Politik
Dalam bidang politik Muhammadiyah berusaha sesuai dengan khittahnya: dengan
dakwah amar ma ma'ruf nahi mungkar dalam arti dan proporsi yang sebenar-benarnya,
Muhammadiyah harus dapat membuktikan secara teoritis konsepsionil, secara
operasionil dan secara kongkrit riil, bahwa ajaran Islam mampu mengatur masyarakat
dalam Negara Republik Indonesia yang berdasar Pancasila dan Undang Undang Dasar
1945 menjadi masyarakat yang adil dan makmur serta sejahtera, bahagia, materiil dan
spirituil yang diridlai Allah SWT. Dalam melaksanakan usaha itu, Muhammadiyah tetap
berpegang teguh pada kepribadiannya
Usaha Muhammadiyah dalam bidang politik tersebut merupakan bagian gerakannya
dalam masyarakat, dan dilaksanakan berdasarkan landasan dan peraturan yang berlaku
dalam Muhammadiyah.
Dalam hubungan ini Muktamar Muhammadiyah ke-38 telah menegaskan bahwa:
Muhammadiyah adalah Gerakan Dakwah Islam yang beramal dalam segala bidang
kehidupan manusia dan masyarakat, tidak mempunyai hubungan organisatoris dengan
dan tidak merupakan afiliasi dari sesuatu Partai Politik atau Organisasi apapun.
Setiap anggota Muhammadiyah sesuai dengan hak asasinya dapat tidak memasuki
atau memasuki organisasi lain, sepanjang tidak menyimpang dari Anggaran Dasar,
Anggaran Rumah Tangga dan ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam Persyarikatan
Muhammadiyah.
3. Muhammadiyah Dan Ukhuwah Islamiyah
Sesuai dengan kepribadiannya, Muhammadiyah akan bekerjasama dengan golongan
Islam manapun juga dalam usaha menyiarkan dan mengamalkan Agama Islam serta
membela kepentingannya. Dalam melakukan kerjasama tersebut, Muhammadiyah tidak
bermaksud menggabungkan dan mensubordinasikan organisasinya dengan organisasi
atau institusi lainnya.
G. Fungsi dan Tujuan Khittah
1. Fungsi Khittah Muhammadiyah
Sebelum bicara tentang fungsi Khittah Muhammadiyah berdasarkan penyusunan Khittah
yang berkembang sejak era KH. Mas Mansur dengan “Langkah Dua Belas”nya hingga
Khittah Denpasar tahun 2002 menggambarkan Muhammadiyah sebenarnya lebih antisipatif
dalam menyikapi berbagai persoalan baik internal dan eksternal sehingga menggariskan
Khitah Perjuangannya agar tetap istiqomah dalam mengemban fungsi dakwah dan tajdidnya
sebagai gerakkan Islam yang berkiprah dalam lapangan kemasyarakatan dan tidak dalam
lapangan politik praktis.

Menurut Zuriati (2012) fungsi khittah perjuangan Muhammadiyah adalah sebagai landasan
berpikir bagi semua pimpinan dan anggota juga menjadi landasan setiap amal usaha
Muhammadiyah. Selain itu Khittah Muhamamdiyah berfungsi sebagai landasan operasional
yang berisi garis-garis besar pelaksanaan dari hal-hal yang tercantum di dalam landasan idiil
yaitu Muqoddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah (MADM), Matan Keyakinan dan Cita-
Cita Hidup Muhammadiyah (MKCHM) dan Kepribadian Muhammadiyah. Dengan demikian
Khittah Muhammadiyah merupakan penjelasan dari ketiga landasan idiil Muhammadiyah
tersebut.

Khittah Perjuangan Sebagai Pola Dasar dan Teori Strategi sebagaimana diketahui bahwa
dalam dunia dakwah Islam istilah strategi dikaitkan dengan siasat dakwah berdasar beberapa
prinsip dan pola pelaksanaannya.

Di lingkungan Muhammadiyah istilah “strategi perjuangan” sering dikaitkan dengan “Khittah


Perjuangan” Muhammadiyah yang menyangkut pola dasar dan strategi program
persyarikatan. Bahkan dalam kaitan program, istilah strategi dikaitkan sebagai garis
kebijaksanaan yang menyangkut kristalisasi, konsolidasi, dan kaderisasi.

Istilah “strategi perjuangan Muhammadiyah” menunjuk pada pengertian yang bersifat umum
dan operasional, yaitu rangkaian garis kebijakan dan langkah-langkah gerakan berdasarkan
perhitungan untuk melaksanakan misi dan mewujudkan tujuan persyarikatan.

2. Tujuan Khitthah Muhammadiyah

Berikut beberapa tujuan dari Khitthah Muhammadiyah

1.)Memperdalam masuknya iman.


2) Memperluas paham agama.

3) Memperluas budi pekerti.

4) Menuntun amal intiqad atau mawas diri.

5) Menguatkan persatuan.

6) Menegakkan keadilan.

7) Melakukan kebijaksanaan.

8) Menguatkan Majelis Tanwir.

9) Mengadakan konferensi bagian.

10) Memusyawarahkan putusan.

11) Mengawasi gerakan dalam.

12) Mempersambungkan gerakan luar.

Anda mungkin juga menyukai