Anda di halaman 1dari 9

KONTEKSTUALISASI KHITTAH PERJUANGAN MUHAMMADIYAH

Latar Belakang
Perjuangan Muhammadiyah adalah perjuangan menegakkan dan menjunjung tinggi
agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Muhammadiyah
juga memiliki identitas sebagai gerakan Dakwah maksudnya adalah Muhammadiyah
meletakkan khittah atau strategi dasar perjuangannya yaitu dakwah Islam, amar makruf nahi
munkar dengan masyarakat sebagai medan atau kancah perjuangannya. Muhamadiyah
berkiprah di tengah-tengah masyarakat bangsa Indonesia dengan membangun berbagai amal
usaha yang benar-benar dapat menyentuh hajat hidup orang banyak seperti berbagai macam
ragam lembaga pendidikan mulai dari tingkat TK sampai Perguruan Tinggi, membangun
Rumah Sakit, Panti Asuhan dan sebagainya. Seluruh amal usaha Muhammadiyah itu
merupakan manifestasi atau perwujudan dakwah islamiyah. Semua amal usaha diadakan
dengan niat dan tujuan yang tunggal, yaitu untuk dijadikan sarana dan wahana dakwah Islam
sebagaimana yang diajarkan al-Quran dan as-Sunnah Shahihah.

Pedoman hidup islami warga Muhammadiyah merupakan pedoman untuk menjalani


kehidupan dalam setiap aspek kehidupan termasuk diantaranya adalah kehidupan pribadi,
keluarga, bermasyarakat, berorganisasi, mengelola amal usaha, berbisnis, mengembangkan
profresi, berbangsa dan bernegara, melestarikan lingkungan, mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta mengembangkan seni dan budaya. Pedoman hidup yang
mengarah pada satu tujuan yaitu tujuan positif dan manfaat. Ditinjau dari stuktur konsepsinya,
pada hakekatnya perjuangan Muhammadiyah merupakan operasionalisasi strategis dari Khittah
perjuangan Muhammadiyah. Karena itu Khittah Perjuangan Muhammadiyah dapat dikatakan
dengan sebagai pola dasar dari strategi perjuangan Muhammadiyah. Sedangkan dilihat dari
substansinya, Khittah Perjuangan Muhammadiyah dapat dikatakan sebagai teori perjuangan,
yakni sebagai kerangka berfikir untuk memahami dan memecahkan persoalan yang dihadapi
Muhammadiyah sesuai dengan gerakannya dalam konteks situasi dan kondisi yang dihadapi.
Jika dikaji secara menyeluruh, Muhammadiyah ternyata memiliki beberapa kittah yang
terekam dalam sejarah rumusan kittah muhammadiyah. Dan tentunya isi yang terdapat dalam
kittah berisi tujuan Muhammadiyah yang dibuat sesuai perkembangan zaman. Kittah
Muhammadiyah antara lain: Kittah Palembang (1956-1959), Kittah Diponegoro (1969), Kittah
Ujung Pandang (1971), Kittah Surabaya (1978) dan Kittah Denpasar (2002).

Kerangka Teori
Pengertian Khittah Muhammadiyah
Secara etimologis, kata khittah berasal dari derivasi bahasa Arab yang berarti rencana,
jalan, atau garis (Kamus Al-Munawwir). Dengan demikian, Khittah dapat diartikan sebagai
pedoman yang dipegang oleh Muhammadiyah yang sangat berguna ketika menghadapi
kenyataan yang sebenarnya di masyarakat. Singkatnya khittah adalah garis-garis garis haluan
perjuangan Muhammadiyah. Khittah itu mengandung konsepsi (pemikiran) perjuangan yang
merupakan tuntunan, pedoman, dan arah perjuangan. Hal tersebut mempunyai arti penting
karena menjadi landasan berpikir dan amal usaha bagi semua pimpinan dan anggota
muhammadiyah. Garis-garis besar perjuangan Muhammadiyah tersebut tidak boleh
bertentangan dengan asas dan program yang telah disusun. Isi khittah harus sesuai dengan
tujuan Muhammadiyah, khittah disusun sesuai dengan bperkembangan zaman.
Sejalan dengan itu, motto Muhammadiyah “FASTABIQUL KHAIRAT” harus kembali
menjadi spirit dan landasan gerak bagi setiap aktivitas dan kreativitas yang dilakukan oleh
kader-kader Muhammadiyah di semua level kepemimpinan. Dengan semangat ini,
Muhammadiyah harus tampil sebagai pelopor dalam mewujudkan pencerahan peradaban dan
pembebasan umat dari kemiskinan, kebodohan, dan ketidakadilan. Semua itu harus menjadi
cita-cita umat yang semestinya diperjuangkan secara kolektif tanpa memandang perbedaan
suku, ras, tingkat pendidikan, bahkan agama.

Sejarah Perumusan Khittah Muhammadiyah


Jika dikaji secara menyeluruh, maka diketahui bahwa Muhammadiyah memiliki
beberapa macam khittah. Ini setidaknya yang terekam dalam sejarah rumusan khittah
Muhammadiyah. Isi khittah harus sesuai dengan tujuan Muhammadiyah, khittah itu disusun
sesuai dengan perkembangan zaman. Di antaranya adalah :

Langkah Muhammadiyah (Langkah Dua Belas Muhammadiyah)

Dirumuskan pada periode kepemimpinan K.H. Mas Mansur pada tahun 1938 –
1940. KH Mas Mansur disamping tokoh Muhammadiyah juga tokoh Nasional.
Dizaman Jepang ikut sebagai 4 serangkai bersama Ir Sukarno, Drs Muhammad
Hatta, dan Ki Hajar Dewantara. Beliau juga diangkat pemerintah menjadi
Pahlawan Nasional.
Isinya antara lain :
a. Memperdalam Masuknya Iman.
b. Memperluas Faham Agama.
c. Memperbuahkan Budi Pekerti.
d. Menuntun Amalan Intiqad (self correctie).
e. Menguatkan Persatuan.
f. Menegakkan Keadilan.
g. Melakukan Kebijaksanaan.
h. Menguatkan Majlis Tanwir.
i. Mengadakan Konperensi Bagian.
j. Mempermusyawaratkan Putusan.
k. Mengawaskan Gerakan Jalan.
l. Mempersambungkan Gerakan Luar

 Kittah Perjuangan Muhammadiyah pada Kittah Palembang (1956-1959):

A. Menjiwai Pribadi Para Anggota Terutama Para Pemimpin Muhammadiyah


Dengan :
1. Memperdalam dan mempertebal Tauhid
2. Menyempurnakan ibadah dengan khusuk dan tawadlu.
3. Mempertinggi ahlak.
4. Memperluas ilmu pengetahuan.
5. Menggerakan muhammadiyah dengan penuh keyakinan dan rasa tanggung jawab,
hanya mengharapkan keridhoan Allah dan kebahaian umat.

B. Melaksanakan Uswatun Hasanah :


1. Muhammadiyah harus selalu dimuka membimbing arah pendapat umum.
2. Menegakan agama islam.
3. Membentuk rumah tangga bahagia.
4. Mengatur hidupdan kehidupan antara rumah tangga dan tetangga.
5. Anggota muhammadiyah harus menyesuaikan hidup dimasyarakat.

C. Mengutuhkan Organisasi Dan Merapikan Administrasi :


1. Memeliharah fitrah terhadap keutuhan organisasi dan administrasi.
2. Memperkuat keahlian para pekerja dan pemimpin agar tetap segar dan giat.
3. Menanamkan kesadaran organisasi.
4. Administrsi dituntun menurut ketentuan yang ada.

D. Memperbanyak Dan mempertinggi Mutu Amal:


1. Mempertinggi Mutu Anggota Dan Membentuk Kader.
2. Memperarat Ukhuwah.
3. Menuntun Penghidupan Anggota.

 Khittah Perjuangan Muhammadiyah Tahun 1969 (Khittah Ponorogo):


Dirumuskan pada periode kepemimpinan K.H. A.R. (Abdul Razaq) Fahruddin pada
tahun 1969. Program dasar perjuangan :

Dengan dakwah amar ma‟ruf nahi munkar dalam arti dan proporsi yang sebenar-
benarnya Muhammadiyah harus dapat membuktikan secara teoritis konsepsionil secara
operasionil dan secara konkrit riil, bahwa ajaran-ajaran Islam mampu mengatur masyarakat
dalam NKRI yang ber-Pancasila dan UUD 1945, menjadi masyarakat yang adil dan makmur
serta sejahtera, bahagia materiil dan spiritual yang diridlai Allah SWT.

 Khittah Perjuangan Muhammadiyah Tahun 1971 (Khittah Ujung


Pandang):
Dirumuskan pada periode kepemimpinan K.H. A.R. (Abdul Razaq) Fahruddin pada
tahun 1971.
Isinya :
A. Muhammadiyah adalah gerakan Dakwah Islam yang beramal dalam bidang kehidupan
manusia dan masyarakat, tidak mempunyai hubungan organisatoris dan tidak
merupakan afiliasi dari sesuatu partai atau organisasi apapun.
B. Setiap anggota Muhammadiyah sesuai dengan hak asasinya dapat tidak memasuki atau
memasuki organisasi lain, sepanjang tidak menyimpang dari Anggaran Dasar,
Anggaran Rumah Tangga, dan ketentuan- ketentuan lain yang berlaku dalam
Muhammadiyah.
C. Untuk lebih memantapkan Muhammadiyah sebagai gerakan Dakwah Islam setelah
Pemilu tahun 1971, Muhammadiyah melakukan amar ma‟ruf nahi munkar secara
konstruktif dan positif terhadap Partai Muslimin Indonesia seperti halnya partai – partai
politik dan organisasi – organisasi lainnya.
D. Untuk lebih meningkatkan partisipasi Muhammadiyah dalam pelaksanaan
pembangunan nasional, mengamanatkan kepada PP Muhammadiyah untuk
menggariskan kebijaksanaan dan mengambil langkah – langkah dalam pembangunan
ekonomi, sosial, dan mental spiritual.

 Khittah Perjuangan Muhammadiyah Tahun 1978 (Khittah Surabaya):


Dirumuskan pada periode kepemimpinan K.H. A.R. (Abdul Razaq) Fahruddin pada
tahun 1978. Program dasar :

A. Memulihkan kembali Muhammadiyah sebagai Persyarikatan yang menghimpun


sebagian anggota masyarakat, terdiri dari muslimin dan muslimat yang beriman teguh,
ta„at beribadah, berakhlaq mulia, dan menjadi teladan yang baik di tengah-tengah
masyarakat.
B. Meningkatkan pengertian dan kematangan anggota Muhammadiyah tentang hak dan
kewajiban sebagai warga negara dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
meningkatkan kepekaan sosialnya terhadap persoalan dan kesulitan hidup masyarakat.
C. Menepatkan Persyarikatan Muhammadiyah sebagai gerakan untuk melaksanakan
da‟wah amar ma‟ruf nahi munkar ke segenap penjuru dan lapisan masyarakat serta di
segala bidang kehidupan di Negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.

 Khittah Perjuangan dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara (Khittah


Denpasar Tahun 2002):
Dirumuskan pada era kepemimpinan Prof. Dr. H. Ahmad Syafi‟i Ma‟arif pada tahun
2002. Program dasarnya yaitu :
Warga atau anggota Muhammadiyah yang aktif dalam kegiatan politik hendaklah bersungguh
– sungguh dalam melaksanakan tugasnya dan mengedepankan empat hal :
A. Rasa tanggung jawab (amanah)
B. Berakhlak mulia (akhlaq al karimah)
C. Menjadi teladan / contoh yang baik (uswatun hasanah)
D. Perdamaian (ishlah)

Khittah Perjuangan dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara (Khittah Denpasar Tahun
2002) Muhammadiyah adalah gerakan dakwah Islam amar ma‟ruf nahi munkar dengan maksud
dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat
Islam yang sebenar-benarnya. Dalam Posisi yang demikian maka sebagaimana khittah
Denpasar, muhammadiyah dengan tetap berada dalam kerangka gerakan dakwah dan tajdid
yang menjadi fokus dan orientasi utama gerakannya dapat mengembangkan fungsi kelompok
kepentingan atau sebagai gerakan social civil-society dalam memainkan peran berbangsa dan
bernegara.
Indonesia memiliki fondasi yang kokoh dan peluang untuk tegak menjadi bangsa dan negara
yang maju, adil, makmur, bermartabat, dan berdaulat. Indonesia sebagai bangsa memiliki spirit
yang kokoh karena lahir dalam pergulatan perjuangan melawan penjajahan hingga akhirnya
merdeka pada 17 Agustus 1945, memiliki falsafah/ideologi negara Pancasila sebagai konsensus
nasional dan mengandung nilai-nilai luhur yang utama untuk acuan kehidupan berbangsa dan
bernegara, memiliki cita-cita nasional yang jelas sebagai visi dan arah untuk membangun
dirinya, yaitu terwujudnya :

1. Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur


2. Perikehidupan kebangsaan yang bebas
3. Pemerintahan Negara Indonesia untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah
darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
4. Indonesia memiliki potensi dan dayadukung yang besar

Banyak potensi bangsa yang belum optimal dan muncul sejumlah masalah antara lain
adalah Ketergantungan Indonesia kepada pihak asing cukup tinggi, karena utang Indonesia
hingga saat ini makin besar, dikatakan pemerintah saat ini sifat “ketagihan utang”. Tingkat
pertumbuhan ekonomi mulai naik tetapi tidak disertai pemerataan/keadilan sehingga angka
kemiskinan dan pengangguran serta masalah-masalah lainnya tetap tinggi dan menjadi beban
nasional yang berat, sehingga perekonomian Indonesia belum memenuhi spirit demokrasi
ekonomi.
Masalah-masalah sosial-budaya seperti lemahnya rasa dan ikatan kebangsaan, memudarnya
kohesi sosial, disorientasi nilai keagamaan, dan lemahnya mentalitas positif. Kini posisi
Indonesia di Asia Tenggara tertinggal dalam banyak hal dari Singapura, Malaysia, dan
Thailand, serta lebih disejajarkan dengan Philipina, Vietnam, Kamboja, dan bahkan Papua
Noegini. Pandangan tersebut bukan berarti merendahkan bangsa dan tidak percaya pada
kemampuan sendiri, tetapi justru sebagai sikap koreksi diri dan pertanggungjawaban objektif
agar ke depan Indonesia harus keluar dari masalah dan bangkit menjadi bangsa yang maju, adil,
makmur, bermartabat, dan berdaulat sebagaimana cita-cita kemerdekaan.
Masalah korupsi disertai gurita mafia hukum, makelar kasus, dan penegak hukum yang
korup plus lembaga-lembaga politik yang despotik dan kini mulai terlibat korupsi, sehingga
upaya pemberantasan korupsi dan penegakkan hukum masih jauh dari harapan dan terkesan
masuk dalam lingkaran-setan (vicious circle). Masalah-masalah yang krusial tersebut
memerlukan mobilisasi seluruh potensi banga dan pembersihan seluruh institusi negara dari
berbagai borok kelembagaan, sekaligus memerlukan daya tahan moral bangsa dan topangan
kepemimpinan nasional yang kuat untuk memecahkannya.

 Peran kader Muhammadiyah dalam politik kebangsaan yang perlu


dikembangkan antara lain sebagai berikut:

1. Membawa dan mengaktualisasikan misi dan usaha Muhammadiyah secara objektif dan
inklusif
2. Memelihara integritas, komitmen, dan akhlak atau moral politik sebagaimana
Kepribadian dan Pedoman Hidup Islami serta nilai-nilai yang berlaku dalam
Muhammadiyah
3. Ketika berkiprah dan berada dalam lingkungan internal Muhammadiyah lebih
menunjukkan ke-Muhammadiyahan-nya daripada kepartaiannya, meski menjadi
politisi tentu saja perlu meraih simpati, dukungan, dan trust dari warga Muhammadiyah
4. Memberikan dukungan dan topangan terhadap kepentingan Muhammadiyah melalui
kiprahnya di dunia politik di ranah perjuangan kekuasaan/pemerintahan
5. Menjadi politisi yang benar-benar sidiq, amanah, tabligh, dan fathanah dengan
mengedepankan kewajiban dan tugas utama sebesar-besarnya memperjuangkan
kepentingan rakyat

KESIMPULAN

Khittah perjuangan Muhammadiyah ini harus dapat mencerminkan pemudah


muhammadiyah dalam menjalankan fungsinya organisasi modern yang berorientasi masa
depan. Selain itu, Khittah perjuangan harus menjadi variabel pengubah kultural dalam
berorganisasi kader-kader pemuda Muhammadiyah ke arah yang lebih baik, agar kultural
hasanah mereka dalam setiap nadi gerakan Pemuda Muhammadiyah, maka diperlukan upaya
pembumian semangat saling menasehati dalam kebaikan dan kesabaran dan saling berlomba-
lomba untuk menuju cinta dan kasih sayang Allah. Pemuda Muhammadiyah melandasi
perjuangan pada cita-cita Muhammadiyah untuk menciptakan masyarakat islam yang sebenar-
benarnya.

Khittah perjuangan harus menjadi variabel pengubah kultural dalam berorganisasi kader-
kader pemuda Muhammadiyah ke arah yang lebih baik.agar kultural hasanah mereka dalam
setiap nadi gerakan Pemuda Muhammadiyah, maka diperlukan upaya pembumian semangat
saling menasehati dalam kebaikan dan kesabaran dan saling berlomba-lomba untuk menuju
cinta dan kasih sayang Allah. Pemuda Muhammadiyah melandasi perjuangan pada citacita
Muhammadiyah untuk menciptakan masyarakat islam yang sebenar-benarnya.

DAFTAR PUSTAKA:
Nashir, Haedar. 2010. Manhaj Gerakan Muhammadiyah: Ideologi, Khittah, dan Langkah.
Jakarta: Suara Muhammadiyah.
Chusnan Yusuf. 2014. 6 Dimensi Kuliah Kemuhammadiyahan. Jakarta: Universitas
Muhammadiyah Jakarta (UMJ)
Zuriati. 2012. Khittah Perjuangan Dalam Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara (Khittah
Denpasar Tahun 2002). Sumber: http://zuriatigm.wordpress.com/, di akses pada tanggal 28
Desember 2014 pada pukul 21.00 Wita.
Drs. H. Hamdan Hambali, 2006, Ideologi Dan Strategi Muhammadiyah, Yogyakarta : Suara
Muhammadiyah

Anda mungkin juga menyukai