Anda di halaman 1dari 6

TUGAS INDIVIDU

MATA KULIAH AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN

KELAS N MUBTADIIN 2017

Dosen Pengampu : Nur Afifah Khurin M, S.Pd.I., M.Kes.

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

TAHUN 2018
A. Muhammadiyah Sebagai Gerakan Keagamaan
1) Makna Muhammadiyah sebagai Gerakan Sosial-Keagamaan
Muhammadiyah sebagai gerakan sosial mempunyai arti bukan sebagai
gerakan kolektif dan massif, namun Muhammadiyah sebagai gerakan
sosial keagamaan berarti menggerakkan sekelompok masyarakat dan umat
agar kembali pada Quran dan Hadis, dengan cara yang dibenarkan oleh
agama Islam.
2) Kontribusi / Wujud Muhammadiyah sebagai Gerakan Sosial
Keagamaan
Terdapat beberapa kontribusi atau wujud Muhammadiyah sebagai
Gerakan Sosial Keagamaan, diantaranya :
a) Bergerak secara evolusioner maupun revolusioner. Evolusioner sendiri
memiliki arti perubahan yang bertahap sedikit demi sedikit, dan
revolusioner memiliki arti perubahan yang drastis.
b) Muhammadiyah terorganisir, berkelanjutan, konsisten terhadap
identitas dan jati diri
c) Karakter pelaku organisasi yang kuat untuk terorganisir (organized),
terencana (deliberate), dan jangka panjang (enduring). Terorganisir,
bahwa Muhammadiyah merupakan gerakan sosial yang terorganisasi.
Terencana bahwa Muhammadiyah sebagai gerakan sosial
direncanakan dengan penuh pertimbangan. Dan Muhammadiyah
memiliki jangka waktu yang panjang.
d) Senantiasa melaksanakan Revitalisasi (Revitalization movement) atau
direvitalisasi agar exist dalam tantangan global dan milenial.
e) Muhammadiyah sebagai gerakan sosial kegamaan yang Istiqomah dan
konsisten pada prinsip Al-Quran dan As-Sunnah khususnya Q.S Al-
Imran : 104 tentang kewajiban berdakwah bagi setiap muslim.
3) Model Gerakan Muhammadiyah
a) Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah (GJDJ)
GDJD adalah penguatan kesadaran jamaah dan kepedulian
mereka terhadap lingkungan sosialnya. Mengajak warga secara aktif
merupakan gerakan Muhammadiyah yang menuntut adanya komunitas
yang solid dan terorganisir untuk memperjuangkan kebaikan dan
menentang segala macam keburukan. Orientasi dari gerakan ini adalah
membangun dasar kehidupan dakwah di bidang pendidikan, sosial,
ekonomi dan kesehatan.
b) Pembentukan LPCR (Lembaga Pengembangan Cabang & Ranting)
4) Langkah Penguatan Jamaah
a) Asesmen awal mengenai kehidupan keagamaan di desa,
komunitas, dan ranting;
b) Memantapkan konsep dan konten dakwah sesuai kondisi masa;
c) Sosialisasi dan pelatihan bagi para fasilitator cabang dan ranting;
d) Pendampingan dakwah; dan
e) Memantapkan gerak langkah ranting sebagai akar rumput
Muhammadiyah atau ujung tombak dakwah jamaah.

B. Muhammadiyah sebagai Gerakan Sosial Kemasyarakatan


1) Makna Muhammadiyah sebagai Gerakan Sosial
Dalam konteks sosial, sejak awal Muhammadiyah telah terus secara
konsisten berkontribusi pada pembangunan bidang politik, pendidikan,
kesehatan ekonomi, dan agama. Misi Muhammadiyah diorientasikan pada
terwujudnya manusia Indonesia yang berkualitas dan berdaya sains global.
2) Macam Karakter Muslim di Indonesia
a) Golongan Santri dan Muslim Perkotaan, diantaranya pedagang,
pegawai, para kaum terdidik dan terpelajar, terbuka pada berbagai
bentuk pemikiran, dinamis, progresif dan berkemajuan.
b) Golongan Santri Pedesaan yang Berorientasi pada Tradisi atau Adat,
seperti para petani, nelayan, buruh, Ibu Rumah Tangga (IRT),
mempertahankan tradisi, kental ritual, mengedepankan budaya dan
kepentingan sosial
3) Wujud Gerakan Sosial Muhammadiyah
a) Gerakan Pemurnian Islam
b) Gerakan Kualitatif-Kuantitatif : Longgarnya internalisasi santri-kyai,
hegemoni corak pendidikan semakin memudar akibat banyaknya
lembaga pendidikan baru. Gerakan Kuantitatif menciptakan lembaga
dan tradisi baru yang lebih berkemajuan dan mengedepankan
kemodernan.
4) Dampak Gerakan Sosial Muhammadiyah
a) Mengedepankan ijtihad meskipun masih lemah dalam teknisnya
karena kesenjangan antara problem yang dihadapi, tuntutan yang
harus dipenuhi, dan respon konseptualisasi dasar fraiyah yang belum
memadai.
b) Kaderisasi yang terbuka dari berbagai latar belakang faham agama
dan sosial politik sehingga membutuhkan waktu yang lama
c) Sumber ekonomi sebagai lokomotor organisasi turut mendorong
growing, expanding, dan effending namun kondisinya masih lemah.

C. Muhammadiyah sebagai Gerakan Pendidikan


1) Makna Muhammadiyah sebagai Gerakan Pendidikan
Sejak awal berdiri, Muhammadiyah memiliki komitmen untuk
mencerdaskan umat melalui pembangunan SDM muslim melalui lembaga
pendidikan baik formal maupun non-formal. Lembaga pendidikan disini
sebagai salah satu sarana untuk membentuk peradaban dan eksistensi
umat.
2) Latar Belakang Orientasi Muhammadiyah sebagai Gerakan
Pendidikan
Pada zaman Belanda, pendidikan formal yang ada pada saat itu hanya
sekolah-sekolah yang berlatar belakang Belanda saja, namun tidak ada
sekolah formal yang berlandaskan ilmu agama. Hak dan kebutuhan
pendidikan masyarakat pribumi sangat tidak terpenuhi dengan baik,
sehingga perlu adanya alternatif, serta ketertinggalan dalam ilmu
pengetahuan yang juga tetap memegang teguh agama menjadikan sekolah
Muhammadiyah masih tetap diminati.
3) Bentuk-bentuk Lembaga Pendidikan Milik Muhammadiyah
Terdapat beberapa bentuk lembaga pendidikan milik Muhammadiyah,
diantaranya :
a) Pesantren mualimin, mualimat, dan persis.
b) Madrasah dibawah Kurikulum Kementrian Agama, yakni Aliyah,
Tsanawiyah, dan Ibtidaiyah)
c) Sekolah umum dibawah Diknas dan Dikti, diantaranya Sekolah Dasar
(SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas
(SMA), STM, STKIP, Universitas, Institut, dll. Sekolah-sekolah ini
wajib mengajarkan ISMUBA (Islam, Muhammadiyah, dan Bahasa
Arab), dan AIK (Al-Islam dan Kemuhammadiyahan)
d) Madrasah Diniyah / TPQ / TPA
4) Jumlah Sekolah Milik Muhammadiyah
Berdasarkan bentuk-bentuk lembaga pendidikan milik
Muhammadiyah, jumlah sekolah yang dimiliki oleh Muhammadiyah
adalah sebagai berikut, SD sebanyak 1.132 unit, MI/Madin sebanyak
1.769 unit, SMP sebanyak 1.184 unit, MTS sebanyak 534 unit, SMA 511
unit, MA 172 unit, SMK sebanyak 263 unit, ST 87 unit, Universitas 39
unit, Politeknik 4 unit, dan Akademi sebanyak 54 unit.
5) Standar Lulusan Sekolah Muhammadiyah
Dengan jumlah sekolah yang ada, Muhammadiyah memiliki tujuan yang
menjadi standar para lulusan dari sekolah Muhammadiyah, diantaranya :
a) Tauhid Murni;
b) Senantiasa ibadah kepada Allah swt.;
c) Berbakti pada orang tua dan memiliki hubungan baik dengan kerabat;
d) Memiliki akhlaq yang mulia;
e) Berpengetahuan luas & cakap; dan
f) Berguna bagi Nusa, Bangsa, dan Agama.

D. Muhammadiyah sebagai Gerakan Politik


1) Makna Muhammadiyah sebagai Organisasi Politik
Muhammadiyah tidak anti terhadap perpolitikan dan penyelenggaraan
Negara, tetapi sebaliknya Muhammadiyah sangat mendukung bila ada
anggotanya berminat karir di politik. Selain itu, Muhammadiyah konsisten
dan berkomitmen terhadap gerak langkah perjuangan dalam berbagai
bidang untuk kesejahteraan umat, maka Muhammadiyah tidak ingin
terlibat praktis dan dibawa-bawa dalam arus politik Negara.
2) Kronologi Sejarah Perpolitikan Muhammadiyah
a) 1912 – 1926 : Muhammadiyah menyatakan diri sebagai organisasi
politik.
b) 1927 – 1938 : Muhammadiyah sebagai Ormas Islam untuk amal,
anggota yang aktif dalam politik karena disiplin organisasi tidak boleh
merangkap sebagai anggota Muhammadiyah.
c) 1938 – 1942 : Muhammadiyah membentuk PII sebagai respon
terhadap kondisi kritis Negara, meskipun kemudian Muhammadiyah
tidak mendukung sepenuhnya partai tersebut.
d) 1942 – 1945 : Majelis A’la, tetapi Muhammadiyah tidak duduk
sebagai pendukung dan terlibat secara langsung terhadap kegiatan
majelis tersebut, meski sebagai anggota istimewa
e) 1945 – 1960 : MIAI berubah menjadi Masyumi, meskipun
Muhammadiyah tidak lagi duduk sebagai anggota Istimewa.
f) 1960 – 1971 : Pada saat itu komunis menguat, posisi Islam terjepit, dan
pemerintah mempersilahkan Muhammadiyah mempunyai perwakilan
di parlemen yang bisa menyuarakan aspirasi Islam, namun tetap
independen dan istiqomah dalam amar ma’ruf nahi munkar dan amal
usaha lain.
g) 1971 – sekarang : Muhammadiyah membuktikan diri sebagai ormas
yang konsisten dalam amal usaha dan amar ma’ruf nahi munkar.

3) High Politics dan Low Politics


High Politics bukan berarti politik tinggi, namun politik yang luhur,
adiluhur, dan berdimensi moral etis. Sedangkan Low Politics bukan berarti
memiliki arti politik rendah, namun politik yang terlalu praktis dan
cenderung nista.
Dalam bidang politik Muhammadiyah berusaha sesuai dengan
khittahnya: dengan dakwah amar ma ma’ruf nahi mungkar dalam arti dan
proporsi yang sebenar-benarnya, Muhammadiyah harus dapat
membuktikan secara teoritis konsepsionil, secara operasionil dan secara
kongkrit riil, bahwa ajaran Islam mampu mengatur masyarakat dalam
Negara Republik Indonesia yang berdasar Pancasila dan Undang Undang
Dasar 1945 menjadi masyarakat yang adil dan makmur serta sejahtera,
bahagia, material, dan spiritual yang diridoi Allah SWT. Dalam
melaksanakan usaha itu, Muhammadiyah tetap berpegang teguh pada
kepribadiannya.

DAFTAR PUSTAKA
Widiagdo, Bambang. 2012. AIK 3 KEMUHAMMADIYAHAN. UMM
Press : Malang

Anda mungkin juga menyukai