Nama Jamaah Tabligh menghiasi pemberitaan pada awal Juni lalu ketika 16 warga negara
Indonesia dipulangkan dari Marawi, sebuah kota mayoritas muslim di Filipina Selatan, sejak
organisasi teroris global ISIS menguasai kota pada 23 Mei lalu. Ke-16 warga tersebut adalah
anggota Jamaah Tabligh. Penampilan fisik mereka umumnya memelihara jenggot, celana agak
cingkrang, mengenakan serban atau jubah. Mereka sama sekali tidak terkait dengan gerakan
ISIS. Organisasi yang berdiri pada 1927 di kawasan dekat Delhi, India, ini dikembangkan oleh
Muhammad Ilyas, seorang pendakwah yang menekankan siar agama nonpolitis. Mayoritas
pengikutnya tersebar di Asia Selatan. Bagi publik awam di Indonesia, Jamaah Tabligh mungkin
dikenal berkat sebagian pengikutnya dari kalangan selebritas, seperti rocker Gito Rollies, Ilsyah
Ryan Reza dan Loekman Hakim dari grup band Noah, serta Salman Sakti dari Sheila on 7. Di
Jakarta, Anda bisa menemukan pusat kegiatan Jamaah Tabligh di Masjid Jami Kebon Jeruk. Ini
adalah salah satu masjid kuno di kawasan barat Jakarta yang dibangun berkat peran seorang
Tionghoa bernama Chau Tsien Hwu 1786. Sekarang masjid ini menjadi pusat penting dalam
aktivitas dakwah Jamaah Tabligh. Satu petang pekan lalu menjelang waktu berbuka puasa,
suasana masjid dipenuhi ratusan jemaah, yang tengah bersiap menyantap kurma, kue, dan air
mineral. Makanan ini ditempatkan di atas nampan bundar. Ada empat orang yang makan
bersama di satu nampan tersebut. "Ini makanan dari orang. Bentuk pengorbanan di jalan Allah,"
kata Ali Mahsud, anggota Jamaah dari Lampung, yang ikut makan bersama kawannya sesama
asal Lampung bernama Herman dan Ahmad dari Palembang. Mengapa harus makan bersama
di atas satu nampan? Dalam anjuran Jamaah Tabligh, praktik makan bersama macam ini
menjadi "sunah" Rasulullah karena pada zaman Nabi, Rasul sering menyantap hidangan
berbuka puasa bersama para sahabat dalam satu wadah. Dengan cara ini, "Kita merasakan
kebersamaan dan persaudaraan," ujar seorang jemaah. Sesudahnya ratusan jemaah
mengambil wudu untuk menunaikan salat Magrib. Usai salat, mereka mengumandangkan
salawat dan doa selagi panitia yang bergiliran tugas rutin setiap hari mengatur bahwa para
jemaah bisa mengambil makanan di dapur, terletak di belakang masjid. Sama seperti hidangan
berbuka, makanan itu disajikan dalam satu nampan untuk empat orang. Menurut Salman,
pendakwah dari Tulang Bawang, Lampung, ada tiga macam cara kita makan saat berbuka
puasa: makan adil, makan zalim, dan makan ikram. Pada umumnya, masjid berbuka puasa
dengan makan adil. Maksudnya, makan adil adalah makanan yang dibagi satu persatu kepada
para jemaah seperti nasi kotak. Makan zalim, kata Salman, siapa yang duluan datang, dialah
yang lebih banyak makan. Sementara bagi mereka, dengan anjuran yang sudah jadi kebiasaan,
makan ikram lebih diutamakan. "Makan ikram itu saling merasakan kebersamaan satu sama
lain," ujar Salman. Makan ikram juga bisa mengurangi kita buang-buang makanan, menurut
Salman. Orang yang makan nasi sedikit akan menyisakan dan mubazir; sebaliknya, ada orang
yang makan banyak tapi makanannya tidak cukup. "Jadi makan ikram lebih baik karena ada
orang yang makan dikit dan banyak sehingga makanan yang disediakan dalam nampan besar
itu bisa habis. Cara makan ini mengikuti sunah Rasulullah," terang Salman. Khuruj Tak kalah
dengan pusat bisnis di kawasan Hayam Wuruk di kawasan dekat masjid, suasana Masjid
Kebon Jeruk tanpa henti selama 24 jam. Selama bulan Ramadan, para jemaah dari berbagai
daerah di Indonesia berdatangan, bahkan beberapa dari luar negeri seperti Pakistan, Malaysia,
Yordania, Mekkah, dan Bangladesh. Seluruh aktivitas keseharian para jamaah dilakukan di
masjid. Mereka tidur, makan, cuci baju, dan mandi di masjid. Bahkan semua hal menyangkut
kendala, berbagi pengalaman, rencana kegiatan, pengiriman jemaah untuk kegiatan ceramah di
Indonesia maupun luar negeri dibahas dalam musyawarah di masjid. Kegiatan ini rutin setiap
pagi, sekitar jam 6:30 hingga selesai salat Asar. Herman, anggota Jamaah dari Lampung,
mengatakan sesudah salat Asar bahwa ada koleganya baru pulang dari sebuah perjalanan
dakwah dan berbagi pengalaman seta mengajak jemaah lain untuk melakukan hal serupa.
Kegiatan berbagi pengalaman ini biasanya dilangsungkan usai Asar, dibagi ke dalam beberapa
kelompok, baik yang pulang dakwah dari daerah-daerah di Indonesia maupun dari luar negeri.
Sesudahnya, para jemaah mendengarkan ceramah umum dari pendakwah selama setengah
jam. Selama ramadan, aktivitas ini sudah berlangsung selama 10 hari. Ceramah tersebut, ujar
Herman, bukan hanya menunggu berbuka puasa, tetapi juga usai salat Subuh. Saat saya
datang ke sana, mereka tengah mempersiapkan apa yang disebut dalam istilah mereka
sebagai khuruj, yakni bepergian untuk berdakwah. Rencananya mereka akan ke Mekkah pada
16 Juni mendatang. "Jamaah yang sudah berpengalaman memberikan nasihat kepada
pendakwah, bagaimana menjaga akhlak di tempat orang, berhubungan dengan ulama, umara
(penguasa), dan masyarakat setempat," kata Salman, yang sudah berdakwah di Singapura,
India, Bangladesh, dan Amerika Serikat. Pada setiap perjalanan dakwah, Jamaah Tabligh
membentuk sebuah kelompok, minimal terdiri lima orang dan maksimal 12 orang. Tujuannya
adalah mempererat silahturahmi sesama jemaah. Kelompok-kelompok ini ditempatkan di
masing-masing lantai Masjid Kebon Jeruk. Ada kelompok yang akan berdakwah ke luar negeri,
mengisi lantai empat masjid, lantai tiga untuk tamu dakwah dari luar negeri, lantai dua untuk
dakwah domestik, dan lantai satu untuk beribadah. Bagi yang merencanakan dakwah ke luar
negeri, mereka akan menunggu visa dari negara tujuan. Dalam konsep Jamaah Tabligh,
seseorang yang dinilai sebagai pengikut Jamaah sudah melaksanakan khuruj. Sandarannya
adalah Surat Al 'Imran ayat 104 dan 110, yang memerintahkan perbuatan dan seruan kebajikan.
Selama proses khuruj, seorang jemaah harus melewati sejumlah tahapan, termasuk membaca
riwayat nabi dan sahabatnya, mengajak warga sekitar untuk ikut terlibat dalam pengajian
Jamaah, rutin melapor perkembangannya kepada pimpinan, dan mau tidur di masjid. Mereka
juga akan diuji keyakinannya: 3 hari dalam sebulan, 40 hari dalam setahun; dan 4 bulan sekali
seumur hidup. Menurut Salman, proses ini dilakoni untuk mencapai lima sifat bertahap: iman,
ibadah, usaha, relasi, dan akhlak. "Setiap tahapan itu menguji sifat kita," ujarnya. Ali Mahsud
dari Lampung semula menentang ajaran Jamaah Tabligh, tetapi pelan-pelan ia melewati tiga
tahapan khuruj. Mahsud bergabung dengan Jamaah sejak 1993; ia sudah berdakwah ke India
dan Bangladesh, masing-masing selama dua bulan. Dakwah ini, sekalipun ke luar negeri, harus
dari kantong pribadi. “Semua pengorbanan ini untuk tabungan di akhirat,” kata Mahsud, percaya
diri.
Jamaah Tabligh
Jamaah Tabligh didirikan oleh syeikh Muhammad Ilyas bin Syeikh Muhammad Ismail, bermazhab
Hanafi, Dyupandi, al-Jisyti, Kandahlawi (1303-1364 H). Syeikh Ilyas dilahirkan di Kandahlah sebuah
desa di Saharnapur, India. Ilyas sebelumnya seorang pimpinan militer Pakistan yang belajar ilmu
agama, menuntut ilmu di desanya, kemudian pindah ke Delhi sampai berhasil menyelesaikan
pelajarannya di sekolah Dioband, kemudian diterima di Jam’iyah Islamiyah fakultas syari’ah selesai
tahun 1398 H. Sekolah Dioband ini merupakan sekolah terbesar untuk pengikut Imam Hanafi di anak
benua India yang didirikan pada tahun 1283H/1867M.
<>
Di Indonesia, hanya membutuhkan waktu dua dekade, Jamaah Tabligh (JT) sudah menggurita.
Hampir tidak ada kota di Indonesia yang belum tersentuh oleh model dakwah mereka. Tanda
kebesaran dan keluasan pengaruhnya sudah ditunjukkan pada saat mengadakan “pertemuan
nasional” di Pesantren Al-Fatah Desa Temboro, Magetan, Jawa Timur pada tahun 2004. Kenyataan
ini sungguh di luar dugaan untuk sebuah organisasi yang relatif baru dan tidak mempunyai akar di
Indonesia.
Merebaknya JT sebenarnya hanyalah salah satu sekuen dari perkembangan serupa di banyak
negara. Kelompok ini sekarang sedang mewabah di seluruh dunia, dan menjadi ujung tombak
gerakan islamisasi di negara-negara atau daerah-daerah non-muslim. Mereka bisa karena
menawarkan format Islam yang lebih ramah, sederhana, sentuhan personal serta tekanan
pengayaan spritualitas personal. Format semacam ini bagaimanapun mengisi ruang kosong yang
ditinggakan oleh kapitalisme dan modernisme.
Meskipun demikian, JT tetap menimbulkan kontroversi. Sebagian kalangan menuduh kelompok ini
adalah bagian dari jaringan Islam garis keras. Namun, sebagian lainnya, justru berpendapat berbeda.
JT dianggap semata-mata komunitas dakwah yang bersifat apolitis. Adanya perbedaaan
pandangan yang sangat tersebut menunjukkan komunitasnya ini sesungguhnya belum banyak
dieksplorasi sehingga tidak mudah dipahami. Hal ini sebenarnya wajar, mengingat komunitas ini
relatif kurang terbuka kepada publik.
Pemikiran Dasar
Dalam gerakan Islam kontemporer, Jamaah Tabligh adalah gerakan dakwah yang mempunyai
pengikut yang terbesar, pengikutnya hampir ada di setiap negara baik yang dihuni oleh mayoritas
muslim maupun non Muslim. Banyaknya pengikut Jamaah Tabligh di berbagai negara tidak terlepas
dari pemikiran yang ditawarkan Jamaah Tabligh kepada pengikutnya. Ada dua prinsip yang sangat
fundamental bagi Jamaah Tabligh yaitu tidak melibatkan diri dalam politik praktis dan tidak
membahas masalah keagamaan yang bersifat khilafiyah.
Pemikiran Jamaah Tabligh lebih jauh bisa dikatakan bertolak belakang secara diametral dengan
gerakan dakwah Islam lainnya. Sedikitnya ada empat prinsip dalam Jamaah Tabligh yang paradoks
dengan gerakan dakwah Islam lain;
Pertama, menurut Jamaah Tabligh, pada saat ini pintu ijtihad sudah ditutup. Sebab menurut Jamaah
Tabligh, syarat-syarat ijtihad yang dikemukakan ulama salaf sudah tidak ada lagi di kalangan ulama
saat ini. Karena itu, ada keharusan bagi kaum muslimin untuk bertaklid. Pemikiran sangat
bertentangan dengan pemikiran Muhammad Abduh, pemikir muslim dari Mesir, yang membuka pintu
ijtihad seluas-luasnya agar kaum muslimin dapat maju.
Kedua, pendekatan dakwah dan ibadah yang digunakan adalah dengan cara tasawuf, tidak dengan
politik, sosial, budaya ataupun perlawanan bersenjata. Sebab Jamaah Tabligh sangat meyakini
bahwa tasawuf adalah cara untuk mewujudkan hubungan dengan Allah dan memperoleh kelezatan
iman. Mengutamakan ibadah mahdhoh, sebagaimana tasawuf, banyak ditentang oleh gerakan Islam
lainnya terutama oleh gerakan Wahabi, Hizbut Tahrir, Ikhwanul Muslimin dll.
Ketiga, Jamaah Tabligh tidak memandang perlu nahi munkar, dengan alasan bahwa fase sekarang
menurut Jamaah Tabligh adalah fase mewujudkan iklim yang kondusif bagi masuknya kaum
muslimin ke dalam Jamaah mereka. Dengan prinsip ini, kehadiran Jamaah Tabligh di berbagai
tempat nyaris tak mendapat resistensi. Prinsip ini banyak mendapat kritik dari berbagai kalangan
pemikir Islam, sebab dengan demikian (tanpa nahi munkar) Islam seperti agama Hindu, hanya
menyeru kebaikan, tanpa mau mencegah kemunkaran.
Keempat, Jamaah Tabligh memisahkan antara agama dan politik. Setiap anggota tidak berhak
mengkaji politik atau terjun ke dalam urusan yang berhubungan dengan pemerintahan. Sebab
menurut Jamaah Tabligh politik praktis hanya akan membawa kepada perpecahan.
Konsep Khuruj
Salah satu ciri khas gerakan Jamaah Tabligh adalah adanya konsep khuruj (keluar untuk
berdakwah). Dalam konsepsi Jamaah Tabligh, seseorang akan dianggap sebagai pengikut Jamaah
Tabligh, jika sudah turut serta dalam khuruj. Sebab khuruj bagi Jamaah Tabligh merupakan sebuah
kewajiban.
Konsep khuruj yang dibangun Jamaah Tabligh berdasarkan landasan teologis pimpinan Jamaah
Tabligh. Landasan hukum khuruj bagi jamaah tabligh berdasarkan ayat-ayat al-Qur’an (Al-Imran : 104
dan Al-Imran :110).
Begitu juga dengan hadist, khuruj didasarkan pada satu hadits Nabi yang berbunyi "apabila ummatku
di akhir zaman mengorbankan 1/10 waktunya di jalan Allah, akan diselamatkan." Maka setiap hari
mereka juga harus menyisakan 2,5 jam waktu mereka untuk berdakwah. Yang lebih menekankan
kepada aspek pembinaan suluk/akhlak, ibadah-ibadah tertentu seperti dzikir, zuhud, dan sabar.
Penafsiran akan arti khuruj yang dimaksud oleh ayat di atas, berdasarkan mimpi pendiri Jama’ah
Tabligh ini, yakni Maulana Ilyas Al-Kandahlawi, yang bermimpi tentang tafsir Al-Qur’an Surat Ali Imran
110 yang berbunyi : “Kuntum khoiru ummatin ukhrijat linnasi …” menurutnya kata ukhrijat dengan
makna keluar untuk mengadakan perjalanan (siyahah).
Konteks Politik
Apabila mencermati ajaran dan metode dakwahnya, JT memang tetap setia dengan pendekatan
non-politik. Pendekatan ini telah sukses menarik kalangan non-muslim maupun muslim yang kurang
taat untuk menjaid muslim shaleh.
Namun, JT sesungguhnya tidak pernah menarik garis tegas dengan gerakan-gerakan Islam radikal.
Oleh karena itu, politisasi JT selalu terjadi. Hal ini ditunjang oleh metode pembinaan pasca tabligh
yang lemah, menjadikan massa penganut JT mudah dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok Islam
lainnya.
Inilah yang terjadi di Pakistan. Konstituen JT yang meluas pada akhirnya dimanfaatkan oleh
beragam kekuatan. Presiden Pakistan, Mohammad Rafique Tarar dan Perdana Menteri Pakistan,
Nawaz Sharif, adalah tokoh penting yang pernah memfasilitasi perkembangan JT di Pakistan.
Sayangnya, JT juga pernah terlibat usaha kudeta militer di Pakistan pada tahun 1995. Di samping
itu, beberapa anggotanya juga terlibat dalam organisasi Harakat ul-Mujahideen, sebuah kelompok
Islam garis keras di Pakistan.
Sekarang ini bahkan diyakini bahwa sebagian besar pendukung Taliban di Afganistan, juga
merupakan konstituen JT.
Pengikut Jamaah Tabligh tersebar di lima benua terdiri dari 215 negara. Adapun pusat Jamaah
Tabligh berada di perkampungan Nidzammudin, Delhi, India. Mereka memiliki masjid sebagai pusat
tabligh yang dikelilingi oleh 4 kuburan wali. Dari Niszamudin inilah gerakan Jamaah Tabligh
dikendalikan.
Meski pusat gerakan di India, namun negara lainnya seperti Banglades dan Pakistan tidak kurang
pentingnya dalam gerakan Jamaah Tabligh. Sehingga poros India-Pakistan-Bangladesh, menjadi
semacam base camp bagi para aktivis jamaah tabligh. Setiap orang disarankan meluangkan empat
bulan khuruj-nya ke tiga negara di Asia Selatan tersebut. Sebab ketiga negara tersebut, India-
Pakistan-Bangladesh bisa diibaratkan sebagai centre of excellence sebagaimana Universitas Al-
Azhar, Madinah, Harvard, Oxford, atau MIT bagi ilmu-ilmu.
Pentingnya ketiga tempat ini, terlihat dari antusiasnya anggota jamaah Tabligh dalam menghadiri
acara ijtima’ yang diadakan setiap tahun. Pada tahun 1998 telah diadakan konferensi internasional
tahunan di Raiwind dekat Lahore dan di Tongi dekat Dhaka, Banglades, yang telah dihadiri lebih dari
satu juta kaum muslimin dari 94 negara. Konferensi internasional Jamaah Tabligh tahunan ini
merupakan berkumpulnya umat Islam terbesar kedua setelah haji di Mekkah, 'the second biggest
muslims gathering after hajj'.
Konferensi internasional tahunan jamaah tabligh ini juga diadakan di Amerika Utara dan Eropa.
Konferensi tersebut bisa mendatangkan 10.000 muslim, dari seluruh negara-negara di Amerika Utara
dan Eropa, mungkin salah satu perkumpulan terbesar muslim di Barat.
Untuk mengadakan acara Internasional tersebut atau ijtima’ dana didapatkan dari para donatur
jamaah tabligh. Para donatur tersebut pada umumnya adalah para pedagang yang juga anggota
jamaah tabligh. Para donatur menyumbang seikhlasnya, namun karena pada umumnya para donatur
adalah wiraswastawan, maka kebutuhan untuk ijtima’ selalu tertutupi.
Dalam menjalankan organisasi jamaah tabligh, mempunyai beberapa kantor perwakilan yang
menjadi koordinator dakwah disetiap wilayah. Seperti disebutkan di atas kantor utama Jamaah
Tabligh, yang dikenal dengan nama Markaz di Nizamudin, New Delhi, India. Kantor utama di Eropa
adalah di Dewsbury, Inggris. Asia Timur berpusat di Jakarta, Indonesia. Untuk Afrika berpusat di
Derbun, Afrika Selatan.
Meski tersebar di berbagai negara dan memiliki anggota ratusan ribu, namun jamaah tabligh secara
administratif tidak mencatat setiap anggotanya. Keanggotaan lebih ditentukan melalui ikatan
emosional. Keanggotaan terkontrol bila ada acara-acara ritual mingguan, bulanan atau
ketika khuruj. Demikian juga dengan struktur organisasi, nyaris dibilang tak mempunyai struktur,
yang ada hanya amir dan para pembantunya yang tidak terstruktur.
Jamaah Tabligh di Indonesia meski tak sepopuler organisasi masyarakat seperti Muhammadiyah
atau NU, namun Jamaah Tabligh terbilang mempunyai anggota yang cukup banyak. Anggota
Jamaah Tabligh di Indonesia sangat bervariasi, mulai dari artis sampai dengan tentara, kalangan
profesional dll. Pusat markaz jamaah tabligh di Indonesia berada di Jakarta, khususnya di masjid
Masjid Kebon Jeruk di Jl Hayam Wuruk, Jakarta Kota.
Di masjid yang sudah berusia lebih dua abad ini, kita akan menjumpai ratusan jamaah yang hampir
seluruhnya berjenggot. Mereka juga menggunakan surban, pakaian takwa dan peci putih, yang biasa
dipakai umat Islam di Indonesia. Tapi kita juga akan mendapati jamaah yang memakai surban
dengan baju panjang sampai lutut, untaian tasbih atau tongkat di tangan, janggut berjenggot, dahi
hitam, dan aroma minyak cendana, khas jamaah dari Asia Timur.
Pada acara ijtima’ internasional rombongan jamaah tabligh dari Indonesiapun turut hadir.
Rombongan dari Indonesia datang berasal dari berbagai profesi, antara lain pimpinan pondok
pesantren, pengusaha muda, eksekutif muda, artis, pedagang kaki lima, pegawai negeri, dan bupati.
Artis Gito Rollies adalah salah seorang di antaranya. Acara ijtima’ untuk skala Indonesia juga pernah
dilakukan di Medan, Lampung, dan Jakarta.
Acara ijtima’ jamaah tabligh untuk skala Asia Tenggara, baru-baru ini (2004) dilakukan di di Pondok
Pesantren (Ponpes) Al-Fatah Desa Temboro, Kecamatan Keras, Magetan. Acara yang dihadiri oleh
sekitar 20.000 anggota Jamaah Tabligh -- ini terbilang istimewa, sebab calon wakil presiden Yusuf
Kalla turut hadir dalam acara pembukaan tersebut. Acara ijtima’ ini merupakan awal dari
acara khuruj yang menjadi program Jamaah Tabligh.
Sebanyak 20.000 anggota Jamaah Tabligh siap khuruj ke berbagai pelosok di Indonesia. Anggota
jamaah sebanyak 20.000 orang – yang juga dihadiri, dari negera-negara ASEAN, Saudi Arabia,
Pakistan, India dan beberapa negara muslim lainnya -- tersebut akan dipecah dalam rombongan,
masing-masing rombongan terdiri atas 7 hingga 12 orang. Tempat yang akan dikunjungi Papua,
Maluku, Sulawesi, Kalimantan dan Sumatera. Mereka semua dibekali dengan surat jalan dan
identitas diri. Kemudian setelah tiba di tempat yang dituju, mereka harus melapor ke pihak
keamanan.
Jumlah Anggota
Jumlah anggota Jamaah Tabligh dibagi pada tiga kategori. Pertama, anggota aktif, yang dimaksud
dengan anggota aktif, adalah mereka yang selalu berdakwah (membaca Riyadhus Shalihin atau
kitab yang dijadikan referensi oleh Jamaah Tabligh, setelah shalat dhuhur atau Asar di berbagai
masjid) dan juga pada umumnya anggota aktif selalu memakai pakaian yang dianggap sunnah
seperti pakaian putih dengan sorban dan berjenggot dan juga selalu rutin menghadiri pengajian
mingguan setiap Jum’at malam. Jumlah anggota aktif ini tidak terlalu banyak ada sekitar 7.500
orang diseluruh Indonesia. Jumlah anggota aktif ini juga terkait dengan pekerjaan, pada umumnya
anggota aktif adalah para pedagang atau wiraswastawan.
Kategori kedua adalah anggota yang setengah aktif, mereka adalah anggota Jamaah Tabligh yang
kadang-kadang mau berdakwah (membaca Riyadhus Shalihin atau kitab yang dijadikan referensi
oleh Jamaah Tabligh, setelah shalat dhuhur atau Asar di berbagai masjid), mereka juga kadang-
kadang memakai pakaian putih dan sorban dan juga kadang-kadang mengahadiri pengajian Jum’at
malam. Jumlah anggota kategori kedua ada sekitar 10.000 orang di seluruh Indonesia. Anggota
kategori kedua, pada umumnya menjadi pegawai, sehingga mempunyai waktu yang terbatas.
Kategori ketiga, anggota tidak aktif atau masih pada tahap belajar. Karakter anggota ini, tidak pernah
mau berdakwah kecuali kalau diajak oleh anggota aktif. Pada umumnya belum begitu paham dasar-
dasar Islam. Tidak pernah berpakaian putih (gamis) dan bersorban dan pada umumnya malu kalau
menyatakan diri sebagai anggota Jamaah Tabligh. Keterkaitannya dengan Jamaah Tabligh jika
diajak khuruj dan mempunyai waktu mereka pada umumnya ikut serta khuruj. Kategori ketiga tidak
mempunyai kaitan dengan status pekerjaan. Jumlah anggota non aktif ini sekitar 15.000 orang.
Mereka sangat fakir dan miskin dari ilmu karena mereka sangat menjauhi ilmu.
Kebencian dan kedengkian mereka yang sangat dalam kepada imam-imam Ahlus
Sunnah wal Jama’ah seperti Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, Ibnul Qayyim,
Muhammad bin Abdul Wahhab dan lain-lain.
Bahkan salah seorang amir dari firqah tabligh ini pernah berkata dengan sangat
marah sekali, “Kalau seandaiya aku mempunyai kekuatan sedikit saja, pasti akan
aku bakar kitab-kitab Ibnu Taimiyyah dan Ibnul Qayyim dan Ibnu Abdul Wahab.
Dan aku tidak akan tinggalkan sedikitpun juga dari kitab-kitab mereka yang ada
di permukaan bumi ini.” (Dari kitab al-Qaulul Baligh fit Tahdzir min Jama’atit
Tabligh hal. 44-45 oleh Syaikh Hamud bin Abdulah bin Hamud at-Tuwaijiriy).
Karena menurut Jama’ah Tabligh hawa nafsu ini akan menghalangi manusia dari
kebaikan seperti khuruj bersama mereka.
Yang pada hakikatnya amal-amal di atas diwajibkan dan sangat disukai di dalam
agama. Akan tetapi Jama’ah Tabligh telah melalaikan beberapa kewajiban untuk
menegakkan amal-amal di atas di antaranya:
Ilmu
Mereka beramal dengan kebodohan tanpa ilmu kecuali ilmu fadhaa-il (keutamaan
keutamaan amal) sebagaimana akan datang keterangannya pada dasar yang
ketiga.
Mengikuti Sunnah
Mereka meninggalkan mengikuti Sunnah Nabi shallallahu ’alaihi wasallam dengan
berpegang kepada bid’ah, taqlid dan ta’ashshub madzhabiyyah.
Melalaikan mempelajari rukun-rukun, kewajiban-kewajiban dan hukum-hukum
dari amal-amal di atas
Oleh karena itu, kita lihat mereka tidak mengerti cara shalat
Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam. Adapun masjid, maka mereka mangajak ke
masjid-masjid tempat mereka berkumpul.
Ketiga: Ilmu.
Di dalam dasar yang keempat ini, mereka sangat berlebihan menghormati atau
memuliakan kaum muslimin dengan meninggalkan nahi munkar dan nasihat dan
dengan cara yang dibuat-buat.
Kalima: Mengikhlaskan niat agar jauh dari riya’ dan sum’ah (memperdengarkan
amal kebaikan).
Akan tetapi, mereka meninggalkan Sunnah dan mengikuti-mengikuti cara-cara
ikhlas di dalam tashawwuf.
Keenam: Khuruj. Menurut Jama’ah Tabligh makna khuruj keluar di jalan Allah
berdakwah yang merupakan jihad yang paling besar. Mereka membatasi dakwah
hanya dengan khuruj berjama’ah bersama mereka selama tiga hari dan
seterusnya. Khuruj ini mempunyai kedudukan dan keutamaan yang besar di dalam
bid’ah mereka melebihi shalat, sedekah, puasa, dan haji dan lain-lain.
Keutamaan khuruj ini pernah saya dengar langsung dari salah seorang amir
mereka di Pekanbaru pada tahun 1995 di Masjid Agung An-Nur selepas shalat
maghrib. Ketika amir itu telah selesai dari ceramah bid’ahnya dan mengajak
kaum muslimin mengerjakan bid’ah yang lain yaitu khuruj, saya tanyakan mana
dalilnya dari Al-Kitab dan Sunnah tentang keutamaan khuruj yang saudara
katakan tadi? Amir itu sangat terkejut dan mengingkari apa yang telah dia
katakan di atas.
Kemudian saya meminta kepada Jama’ah Tabligh yang hadir di masjid itu untuk
menjadi saksi bahwa amir mereka betul-betul telah mengucapkannya. Besar
harapan saya bahwa mereka akan membenarkan apa yang saya katakan dan
menjadi saksi di dalam kebenaran bukan menjadi saksi palsu.
Akan tetapi harapan saya hilang ketika mereka semuanya mengingkari saya dan
membenarkan amir mereka. Tidak ada saksi bagi saya kecuali Allah Yang Maha
Mendengar dan Maha Melihat kemudian seorang ikhwan kita yang duduk di
samping saya. Lalu saya pun meninggalkan masjid sambil berkata bahwa mereka
ini semuanya pembohong!
Aqidah dan amalan khuruj mereka berasal dari mimpinya pendiri Jama’ah Tabligh
yaitu Muhammad Ilyas. Dia bermimpi menafsirkan ayat Al-Qur’an surat Ali
Imaran ayat 110 yang artinya:
”Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah.”
Berkata Muhammad Ilyas di dalam mimpinya itu ada yang mengatakan
kepadanya tentang ayat di atas: ”Sesungguhnya engkau (diperintah) untuk
keluar kepada manusia seperti para Nabi.”
Tidak syak lagi bagi ahli ilmu bahwa tafsir Muhammad Ilyas atas jalan mimpi
mengikuti cara-cara shufiyyah adalah tafsir yang sangat batil dan rusak.
Tafsir syaithaniyyah yang mewahyukan kepada Muhammad Ilyas yang akibatnya
timbulnya bid’ah khuruj yang menyelisihi manhaj para Shahabat. Terang-terangan
atau tersembunyi tafsir Muhammad Ilyas ini menujukkan bahwa dia mendapat
wahyu dan diperintah oleh Allah seperti perintah Allah kepada Nabi dan Rasul.
Yang pada hakikatnya, syaithanlah yang mewahyukan kepada dia dan kaum shufi
yang lainnya demi membuat bid’ah besar.
Bid’ahnya Jama’ah Tabligh adalah mereka bermanhaj dengan manhaj shufi di
dalam aqidah, dakwah, ibadah, akhlaq dan adab dan lain-lain. Baik orang-
perorangnya, amir-amirnya dan guru-gurunya.
Bid’ahnya Jama’ah Tabligh, amir dan sebagian dari guru-guru mereka dibai’at
atas empat macam tarekat shufiyyah yaitu:
1. Naqsyabandiyyah
2. Qaadiriyyah
3. Jisytiyyah
4. Sahruwiyyah
Beliau telah melalui waktu yang sangat panjang bersama pendiri JT yaitu
Muhammad Ilyas dan Putra Muhammad Ilyas yaitu Muhammad Yusuf, beliau
berkata :
Beliau adalah suami saudarinya Muhammad Ilyas (Ipar). beliau bukan hanya
mantan Amir JT, tetapi sudah menjadi kholifahnya JT pada kurun waktu pertama.
beliau, dalam waktu yang lama memimpin JT bersama Muhammad Ilyas Al-
Kandahlawi, beliau berkata :
beliau berkata :
“Sungguh benar orang yang mengatakan bahwa Yahudinya Ummat Islam adalah
Syi’ah sedangkan Yahudinya Ahlusunnah adalah orang yang taklid kepada Hanafi
seperti JT, yang mereka menjadi penolong-penolong kejahilan dan taklid, mereka
adalah penyembah-penyembah tokoh – tokoh mereka dan mereka
menganggungkan tokoh-tokoh mereka, mereka telah menyuburkan kebid’ahan
didalam muslimin, mereka mewajibkan kepada muslimin perkara yang tidak
diwajibkan oleh Alloh subhanawataala mereka telah membuat syariat dengan
suatu syariat yang tidak disyariatkan oleh Alloh subhanawataala dan
rosulnyaNya .
Rosululloh shallallahu alaihi wasallam telah bersabda : “Barangsiapa mencintai
ahli Bid’ah sungguh dia telah menolong menghancurkan Islam.”
Termasuk prinsipnya JT adalah menolah semua nash dari Al-Qur’an dan As-
Sunnah yang menjelaskan wajibnya mengingkari thoghut dan perintah untuk
melarang dari kemungkaran dengan penolakan yang pasti.”
” Telah muncul pada abad ke 14 ini dinegeri – negeri Muslimin, mulai dari timur
samapi barat, gerakan dakwah yang pelakunya menampakkan
keikhlasan,sabar,sanggup menahan beban didalam berdakwah. mereka kerahkan
seluruha jiwa dan raganya demi pelaksanaan dakwah, yaitu dakwahnya suatu
kaum yang menamakan dirinya ahli tabglih (Jama’ah Tabligh). mereka
meletakkan 6 rukun sebagai dasar dakwah mereka (gerakan dakwah mereka
disebut Khuruj). Khuruj bagi JT merupakan pondasi dasar dakwa mereka (artinya
JT tidaka akan berkembang tanpa khuruj, pent). kedudukan khuruj ini seperti 2
kalimat syahadat di kalangan ahli istiqomah.
Barang siapa yang mau menerima dan menyibukkan diri dengan khuruj, mereka
akan dicintai dan dimulaikan dan dimintakan ampun (oleh orang-oran JT).
sedangkan kesesatan dan bid’ah dalah bagi siapa saja yang tidak mau khuruj
dengan JT walaupun orang tersebut telah melaksanakan seluruj kewajiban,
fardhu-fardhu dan sunnah-sunnah. dengan khuruj ini, ukuran orang-orang JT
mencintai dan membenci (memusuhi).
ب ِ ُ ُأنوولللئع ن
١٥٩:ك ُينللنعننهننم ُٱلللـَّنه ُنوينللنعننهننم ُٱل لللععننوُنن ُ﴿البقرة س ُعفىِ ُٱللعكلت ع ل
ت ُنوٱللهنندلى ُعمنن ُبنلععد ُنماَّ ُبنيلنلنه ُعللنلاَّ ع
إعلن ُٱللعذينن ُينلكتننموُنن ُنماَ ُنأنَنزللنناَّ ُعمنن ُٱللبنييلن ع
Jamaah Tabligh saat ini dipandang sebagai kelompok dakwah Islam terbesar di dunia.
Berawal dari inisiatif Syekh Maulana Ilyas al-Kandahlawi di India pada 1925 dan
menyebar di negara-negara Asia Selatan, mereka kini dipandang sebagai kelompok
dakwah terdepan dan paling banyak pengikutnya di dunia. Di Indonesia, jemaah ini
juga mengalami perkembangan pesat.
Kehadiran mereka di ruang publik ditandai dengan pakaian yang khas: jubah panjang,
celana cingkrang, dan berjenggot. Tampilannya mirip anggota Salafi-Wahabi. Bedanya,
mereka biasa mengenakan serban dan membawa tasbih, sedangkan kaum Salafi-
Wahabi tidak mengenakannya bahkan menganggap keduanya sebagai bidah.
Perempuan di kelompok ini biasanya mengenakan pakaian dan jilbab panjang hitam
serta bercadar.
Keanggotaan kelompok tersebut meliputi hampir semua negara muslim dari Maroko
hingga negara-negara di Asia Tenggara, kendati keanggotaan itu sepertinya tak
tercatat secara rapi. Sepengetahuan saya, mereka juga tak memiliki kartu anggota.
Sifat keanggotaannya cair. Mereka anti-politik, anti-khilafiyah, dan tak mau
menyalahkan kelompok Islam lain, tapi merangkul semua golongan. Mereka juga tak
menegaskan konsep jihad dan nahi mungkar. Hal-hal inilah yang sering disebut-sebut
sebagai kekuatan penting kelompok tersebut sehingga cepat menyebar dan mudah
diterima masyarakat muslim, termasuk di Indonesia.
Namun, di balik kekuatan jemaah ini, sesungguhnya ada hal-hal yang perlu dicatat.
Catatan pertama adalah kurangnya sikap tegas mereka terhadap kelompok-kelompok
Islam garis keras atau musuh-musuh bangsa yang lain. Ini berawal dari sikap mereka
yang ingin merangkul semua lapisan umat Islam. Mereka berupaya sama sekali tak
mencaci siapa pun, kendati belakangan mereka juga terpaksa membalas caci maki
kelompok Salafi (Wahabi) di Tanah Air dan Timur Tengah yang begitu agresif
menyerang mereka. Itu sebabnya mereka juga menabukan pembicaraan masalah
khilafiyah.
Ini sesungguhnya bisa membahayakan mereka sendiri dan juga umat Islam pada
umumnya. Sebab, kelompok kekerasan dan teror itu akan menggunakan segala cara
untuk menyusup ke kelompok-kelompok anti-kekerasan sebagaimana banyak terjadi
di Pakistan dan Afganistan. Akibatnya, kelompok ini rawan untuk disusupi.
Dalam kontestasi gerakan keislaman, sikap ini bisa berakibat fatal. Mereka mungkin
jarang menjadi sasaran kelompok teror karena memang tak memusuhinya. Namun
sikap itu membuat mereka dianggap menoleransi gerakan radikal.
Di tengah kontestasi hebat antara kelompok politik Islam yang memiliki komitmen
kebangsaan dan yang berorientasi trans-nasional, posisi jemaah ini tentu kurang
produktif bagi penguatan nasionalisme. Ini yang sedikit membedakan mereka dari
kelompok-kelompok keislaman Tanah Air yang memang sejak awal telah menyertai
perjuangan kemerdekaan bangsa ini dari penjajahan.
Ibnu Burdah
Dosen UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta