Anda di halaman 1dari 6

MENGUNGKAP KESESATAN

JAMAAH ISLAMIYAH
MAJELIS MUJAHIDIN DAN ABU BAKAR BAASYIS
Pada tahun 1982 Abu Bakar Baasyrdan Abdullah Sungkar melarikan diri ke Malaysia setelah
lepas dari penjara di Indonesia terkait dengan aksi aksi kekerasan melawan pemerintah yang
syah dan berbagai kegiatan yang melanggar hukum lainnya untuk mendirikan negara islam di
Indonesia. Setalah berada di negeri Jiran (Malaysia), Abu Bakar Baasyir dan Abdullah Sungkar
mendirikan organisasi perlawanan yang diberi nama Jamaah Islamiyah (JI) bersama dengan
Ridwan Isamudin alias Hambali yang tertangkap dalam kasus Bom Bali I, Muhammad Iqbal
(meninggal dalam kasus Bom Bali I) dan Faiz Abu Bakar Bafana yang saat ini berada di
Quantamo.
Jamaah Islamiyah pada awal berdirinya diprakarsai dan sekaligus dipimpin oleh Abdullah
Sungkar, organisasi tersebut sebagai bagian dari jaringan Al Qaedah pimpinan Osama Bin
Laden karena pada awal berdirinya Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Baasyir bertemu dengan
Osama bin Laden di Afganistan untuk meminta persetujuan dan dukungan dalam rangka
pengembangan sayap Al Qaedah di Asia Tenggara. Agar organisasi tersebut tidak diketahui
sebagai jaringan Al Qaedah maka kemudian organisasi yang didirikan pada tahun 1992
tersebut diberi nama Jamaah Islamiyah (JI).
Setelah berdiri pada tahun 1992 Jamaah Islamiyah (JI) kemudian mengumandangkan suatu
perjuangan Jihad untuk membentuk Republik Islam yang wilayahnya mencakup Thailand
Selatan, Malaysia, Singapura, Indonesia, Brunai Darussalam dan Filipina Selatan.
Tahun 1998 pasca meninggalnya Abdullah Sungkar, Abu Bakar Baasyir memimpin Jamaah
Islamiyah dan bersamaan dengan itu Orde Baru dibawah pimpinan Soeharto runtuh, kondisi

tersebut dimanfaat kan oleh Abu Bakar Baasyir untuk kembali masuk ke Indonesia sehingga
pusat gerakan Jamaah Islamiyah yang semula ada di Malaysia berpindah ke Indonesia dan
berpusat di Pontren Ngruki Sukaharjo Jawa Tengah, sejak tahun 2000.
Setelah Pontren Ngruki Sukaharjo Jawa Tengah dijadikan Sentral kegiatan Jamaah Islamiyah
bersamaan dengan itu Al Mumin berbagai aksi teror terjadi di berbagai belahan dunia termasuk
Indonesia seperti serangan terhadap WTC dan Pentagon tanggal 11 September 2001, Bom Bali
12 Okober 2002, Bom Makasar, Bom Natal 2000, Bom Kuningan, Bom Bali 2, dan lain lain.
Munculnya aksi aksi terorisme tersebut sebagai dampak dari extrisme Ideologi motivasi teroris
Yang dimotori oleh Abu Bakar Baasyir didasarkan pada sikap radikalisme agama yaitu
membangun komunitas eksklusif sebagai modal dan identitas kelompok Vis a Vis dunia
sekitarnya yang dianggap dekaden dan dianggap sebagai dunia iblis yang harus dimusnahkan.
Abu Bakar Baasyir dan kelompoknya menyakini dirinya paling benar dan paling dekat dengan
pintu Tuhan, berperang melawan kafir adalah kewajiban, membunuh kafir adalah Jihad, orang
orang di luar kelompoknya adalah kafir, dan harta harta orang-orang di luar kelompoknya Syah
hukumnya untuk dirampas, inilah doktrin ajaran sesat yang diyakini dan dikembangkan oleh Abu
Bakar Baasyir dan kelompoknya sampai saat ini. Kelompok ini berkeyakinan bahwa kematian
dengan memperujangkan doktrin doktrin sesat adalah Take Off menuju rumah primordial dan
rumah surgawi yang kekal abadi dan menjadi tujuan hakiki. Sikap radikal tersebut setiap saat
bisa melahirkan bencan sosial yang mereka wujudkan dalam aksi aksi teror seperti Bom Bali I,
Bom Bali II, Bom Kuningan, Bom Natal 2000, Bom Mariot dll maupun sebagai aktivitas yang
terus dilakukan sampai saat ini.

Sejak Abu Bakar Baasyir kembali ke Indonesia tahun1998 pimpinan Jamaah Islamiyah Asia
tenggara tersebut terus aktif membangun jaringan di berbagi wilayah dengan pemusatan
pengkderan di Pontren Al-Mumin Ngruki Sukaharjo Jawa Tengah.
Beberapa nama kader Abu Bakar Baasyir yang kemudian melakukan aksi teror di tanah lain
Bom Natal tahun 2000 (Medan, Batam, Pekan Baru, Jakarta, Mojokerto, Mataram, Pangandaran,
Ciamis, Sukabumi, dan Antapani Bandung), peledakan Bom tahun 2001 (di Atrium senen
Jakarta) dengan pelaku Hambali, Imam Samudra, Abas alias Usman, Agung alias Salahudin dll.
Pada tahun 2002 ( Bom Bali I, Bom Manado, Sulawesi Utara, Bom Semarang) tahun 2003 (Bom
Hotel JW Marriot Jakarta, temuan Bom rakitan milik DR Azhari dan Nurudin M. Top di
Bandung, Bom Sulawesi), Tahun 2004 (Bom Sukabumi, Kunningan Jakarta dan Temanggung
Jawa Tengah). Semetara tahun 2005 mereka melakukan kembali pengeboman kembali di Bali
( Bom Bali II), Palu Sulawesi Tengah, Poso,Wonosobo Jawa Tengah. Beberapa jaringan teroris
Abu Bakar Baasyir baik yang sudah tertangkap maupun yang belum tertangkap dan saat ini
bertempat tinggal di Jawa Barat dan Banten. Meskipun sebagian kader dan jaringan teroris
tersebut saat ini sebagian telah di tangkap dan bahkan di jatuhi hukuman mati namun sampai saat
ini pengkaderan terus mereka bengun di berbagai wilayah di Indonesia.
Dalam rangka menghilangkan kesan ekstrimis dan terorisme berkaitan dengan aksi aksi teror
dan konsep Jihad sesaatnya maka setelah mesuk kembali ke Indonesia tahun 1998, Abu Bakar
Baasyir membangun jaringan dan mendirikan organisasi yang di beri nama Majelis
Mujahidin Indonesia (MMI). Organisasi Majelis Mujahidin Islam ini merupakan kelanjutan
dari Jamaah Islamiyah yang telah dimodifikasi oleh Abu Bakar Baasyir dengan budaya ke
Indonesiaan dengan sasaran agar masyarakat tidak memberikan stigma negatif

terhadap

Majelis Mujahidin Indonesia padahal organisasi tersebut tidak lain sebagai kelanjutan dari

aliran sesat dan Radikal Jamaah Islamiyah yang saat ini telah diketahui kesesatannya oleh
umat Islam Indonesia Khususnya dan dunia pada umumnya.
Reaksi pro dan kontrak dari masyarakat namun Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) yang
dideklarasikan di Jogjakarta pada tanggal 7 Agustus 2000 dan berkantor pusat di Jl Veteran No.
17 Yogyakarta saat ini terus aktif melakukan konsolidasi dan membangun jaringan di seluruh
wilayah indonesia serta telah behasil membentuk Lajnah Perwakilan Wilayah (LPW),
Lajnah Perwakilan Daerah(LPD), Lajnah Perwakilan Kecamatan(LPK) di berbagai
daerah di Indonesia di Jawa Barat khususnya, selain membentuk suktur kepengurusan MMI di
berbagai daerah dalam rangka mengawal agenda perjuangan Jamaah Islamiyah atau
Majelis Mujahidin Indonesia yang memiliki agenda tersembunyi dalam tingkat terbatas untuk
membentuk Negara Islam Indonesia telah menyiapkan Laskar Pemberontakan yang diberi
nama Laskar Mujahidin Majelis Mujahidin(LM3).
Laskar Mujahidin Majelis Mujahidin merupakan konsep embrio kelaskaran yang
dipersiapkan untuk melakukan berbagai aksi dalam rangka terwujudnya agenda politik
Jamaah Islamiyah atau Majelis Mujahidin Indonesia yaitu secara khusus terbentuknya
Negara Islam Indonesia dan secara lebih luas terbentuk Republik Islam Asia Tenggara
Dalam rangka menjalankan agenda tersembunyi tersebut, Abu Bakar Baasyir dan jaringannya
terus aktif melakukan perekrutan kader dan melakukan sosialisasi kepada masyarakat melalui
kegiatan sosial seperti aktif terlibat dalam penanggulangan bencana alam yang terjadi di berbagai
wilayah di tanah air, kegiatan agama dengan pembaiatan, tabligh akbar dan lain lain, dimana
paska pembebasan Abu Bakar Baasyir bulan Agustus 2006 sampai dengan Februari 2007 Abu
Bakar Baasyir telah melakukan kegiatan di wilayah Jawa Barat untuk tujuan tersebut sebanyak
21 kali.

Pemilihan Jawa Barat sebagi lumbung padi yang dalam pemikiran Abu Bakar Baasyir
merupakan wilayah paling subur di Indonesia dalam rangka perkembangan agenda politik yang
dikemas dengan kedok memperjuangankan Membela Agama Islam walaupun sejatinya adalah
sesaat dan menyesatkan bukan tak beralasan mengingat komunitas masyarakat Jawa Barat dan
Banten mayoritas beragama Islam dan di samping mereka berpendidikan rendah sosial
ekonominya rata rata rendah sehingga dengan kondisi tersebut sangat mudah di jejali dengan
doktrin doktrin tertentu untuk membuat seseoarang berfikir segaris dan berbagai keterbatasan
itu pula merupakan peluang bagi Abu Bakar Baasyir untuk mencipakan kader kader radikal
baru yang setia mengawalnya.
Kini para ulama di Indonesia umumnya di Jawa Barat khususnya dan juga umat islam di Jawa
Barat mulai menyadari aksi petualangan pemimpin Pontren Al-Mumin Ngkuri Sukoharjo Jawa
Tengah yang sekaligus mengangkat dirinya sebagai Amir Majelis Mujahidin Indonesia
merupakan akal picik seorang Abu Bakar Baasyir untuk mengacak acak Umat Islam dan
Kesatuan Republik Indonesia kedalam petualangan panjang yang justru akan membuat
kehancuran bagi umat Islam dan negara Indonesia melalui konsep Jihad Pembentukan Negara
Islam Indonesia baik yang dilakukan secara santun dengan menggunakan wadah yang dulu
yang diberi nama Jamaah Islamiyah sekarang untuk mengelabuhi masyarakat dan umat
Islam dirubah menjadi Majelis Mujahidin Indonesia (MMI)
Konsep dan methoda Abu Bakar Baasyir yang demikian memang bukan sesuatu yang aneh
mengingat sebenarnya Abu Bakar Baasyir adalah seoarang kader komunis militan yang telah
dididik dan dipersiapkan untuk menghancurkan umat Islam Indonesia yang merupakan
komunitas negara berpenduduk muslim terbesar di dunia karena diperlukan sifat arif dan kejelian
dari umat Islam di Indonesia umumnya dan Jawa Barat khususnya agar tidak dijadikan kelinci

percobaan sebuah rekayasa Abu Bakar Baasyir melalui kader kadernya untuk berbuat
kerusakan dimuka bumi karena sejatinya adalah Rahmatan lil Alamin.

Anda mungkin juga menyukai