Anda di halaman 1dari 4

PROPOSAL PENELITIAN

Analisis Peran KH. Hasyim Asy’ari terhadap Kemerdekaan Indonesia


Oleh :
Bagus Narendra Ramdhani (XI MIPA 8 / 05)

1. Latar Belakang
Kemerdekaan Indonesia, merupakan sejarah panjang yang tidak bisa dilupakan begitu
saja. Setelah berjuang ratusan tahun melawan kolonialisme, Indonesia dengan tegas
menyatakan kemerdekaannya setelah Soekarno-Hatta membacakan naskah proklamasi
Republik Indonesia. Namun, kemerdekaan itu tidak berlangsung lama. Pada tanggal 15
September 1945, tentara Inggris datang ke Indonesia tergabung dalam AFNEI (Allied
Forces Netherland East Indies) untuk melucuti tentara Jepang yang sudah kalah perang.
Tentara Inggris membawa misi titipan untuk mengembalikan Indonesia kepada
pemerintahan Belanda sebagai jajahan Hindia Belanda.
KH. Hasyim Asy’ari, berangkat dari menjadi santri peloncong yang singgah dari satu
pesantren ke pesantren lain untuk menuntut ilmu, mendirikan sebuah pesantren,
mendirikan Nahdlatul Ulama, sampai mengeluarkan fatwa Jihad pada 11 September
1945. Fatwa Jihad inilah yang bakal menjadi pegangan semua santri di Indonesia untuk
selalu mempertahankan Kemerdekaan Indonesia.
Fatwa tersebut kemudian langsung ditindaklanjuti oleh Nahdlatul Ulama (NU) dengan
mengeluarkan fatwa Resolusi Jihad di Surabaya pada tanggal 22 Oktober 1945. Pada
Muktamar ke-16 NU di Purwokerto 29 Maret 1946, fatwa tersebut diperkuat lewat
keputusan muktamar dan NU menyerukan berjihad melawan penjajah dengan semangat
perang rakyat alam semesta. Fatwa Resolusi Jihad ini menjadi ruh dari peristiwa 10
November 1945. Fatwa itu dikeluarkan 20 Hari sebelum meletusnya peristawa yang
nantinya diperingati sebagai “Hari Pahlawan”.
Peran KH Hasyim Asy’ari dalam mempertahankan Kemerdekaan di Indonesia sudah
mulai dilupakan dan diabaikan oleh segelintir masyarakat Indonesia. Padahal perjuangan
Hasyim Asy’ari untuk menggerakkan santri sangat besar. Berdasarkan hal ini, peneliti
memilih judul ”Analisis Peran KH Hasyim Asy’ari terhadap Kemerdekaan Indonesia”
karena dirasa perlu adanya penelitian lebih lanjut.

2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran Hasyim Asy’ari dalam Kemerdekaan Republik Indonesia?
2. Bagaimana isi dari fatwa Resolusi Jihad?

3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui peran Hasyim Asy’ari dalam Kemerdekaan Republik Indonesia.
2. Untuk mengetahui isi dari fatwa Resolusi Jihad.
3. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
yakni penulisan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberisumbangasih
pengetahuan tentang peran Hasyim Asy’ari dalam Kemerdekaan Indonesia dengan
Resolusi Jihad 1945.
b. Manfaat Praktis
1. Bagi Pembaca
memberi pemahaman kepada masyarakat Indonesia agar tetap mempertahankan
Kemerdekaan Indonesia, seperti yang telah dilakukan KH. Hasyim Asy’ari.
2. Bagi Peneliti Lain
dapat menjadi refrensi pemahaman yang tepat tentang KH. Hasyim Asy’ari
dengan fatwa Resolusi Jihadnya.

4. Tinjuan Pustaka
Untuk mendukung penelitian “Analisis Peran KH. Hasyim Asy’ari dalam
Kemerdekaan Indonesia” ini, penulis menggunakan beberapa literatur yang dapat menjadi
bahan acuan pokok. Pertama penulis menggunakan e-book “KH. Hasyim Asy’ari,
Pengabdian Seorang Kyai untuk Negeri” yang ditulis oleh Ahmad Baso, K Ng H Agus
Sunyoto, Rijal Mummaziq. Kedua penulis menggunakan skripsi “Peran ulama dan santri
dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia” dari UIN Sunan Ampel.
a. Sejarah Proklamasi Indonesia
1. Peristiwa Menjelang Proklamasi Kemerdekaan RI
Dengan kalahnya Jepang terhadap Sekutu yang ditandai dengan dijatuhkannya
bom atom di Hiroshima (6 Agustus 1945) dan di Nagasaki (9 Agustus 1945),
golongan muda langsung bergerak cepat dengan mendesak Soekarno agar segera
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Lalu terjadilah peristiwa
Rengasdengklok, yaitu penculikan Soekarno-Hatta oleh golongan muda.
Golongan muda membawa Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok dengan maskud
agar tidak mudah diketahui oleh golongan tua lainnya dan juga pihak Jepang. Di
Rengasdengklok golongan muda seperti Sutan Syahrir, Wikana, Chaerul Saleh,
Sukarni selalu mendesak Soekarno dan Hatta untuk segera memproklamasikan
Indonesia. Mereka ingin mendapatkan Kemerdekaan Indonesia dengan
perjuangan sendiri tanpa ada campur tangan bangsa lain. Awalnya Soekarno
dan Hatta menolak, karena untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia
diperlukan adanya tindak lanjut dari PPKI. Tetapi karena golongan muda
selalu mendesak, akhirnya Soekarno dan Hatta mengabulkan permintaan
golongan muda dan akan segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
2. Perisiwa Proklamasi Kemerdekaan RI
Setelah dari Rengasdengklok, Soekarno-Hatta dan golongan muda tadi
kembali ke Jakarta dan segera melakukan pertemuan untuk membahas persiapan
Proklamasi kemerdekaan. Pertemuan itu dilakukan di kediaman Laksamana
Maeda. Di sana Soekarno, Hatta, Sukarni, Ahmad Soebardjo, Mbah Diro dan
B.M. Diah melakukan rapat untuk menentukan isi teks Proklamasi. Setelah
disepakati mengenai isi teks Proklamasi, kemudian ditandatangani oleh Soekarno
dan Hatta yang menjadi wakil bangsa Indonesia, sebab mereka memiliki pengaruh
yang besar bagi rakyat Indonesia. Setelah itu, Soekarno memerintahkan Sayuti
Melik untuk mengetik teks Proklamasi. Dari awal rapat yang dimulai sejak dini
hari pada 17 Agustus 1945, akhirnya baru diselesaikan pada pukul 04.00 pagi saat
teks Proklamasi selesai diketik dan ditandatangani.
Pembacaan teks Proklamasi dilakukan pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 di
kediaman Soekarno di Jl. Pegangsaan Timur No.56 Jakarta (Jl. Proklamasi) pada
pukul 10.00 pagi. Para tokoh perjuangan serta rakyat Indonesia berkumpul untuk
menyaksikan teks Proklamasi dibacakan dan melihat pengibaran bendera Merah
Putih dengan diiringi oleh lagu kebangsaan Indoneisa raya.
3. Peristiwa Pasca Proklamasi Kemerdekaan RI
Setelah Soekarno-Hatta membacakan naskah proklamasi, Indoensia resmi
menjadi suatu negara yang merdeka. Namun, kemerdekaan itu tidak berlangsung
lama. Pada tanggal 15 September 1945, tentara Inggris datang ke Indonesia
tergabung dalam AFNEI (Allied Forces Netherland East Indies) untuk melucuti
tentara Jepang yang sudah kalah perang. Tentara Inggris membawa misi titipan
untuk mengembalikan Indonesia kepada pemerintahan Belanda sebagai jajahan
Hindia Belanda. Dari situ tercetuslah perang 10 November 1945 di Surbaya yang
nantinya akan dikenang sebagai Hari Pahlawan.
b. Sejarah KH. Hasyim Asy’ari
Kiai Haji Mohammad Hasjim Asy'arie bagian belakangnya juga sering dieja
Asy'ari atau Ashari lahir di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, 14 Februari 1871 dan
meninggal di Jombang, Jawa Timur tanggal 21 Juli 1947 pada umur 76 tahun,
dimakamkan di Tebu Ireng, Jombang. Beliau adalah salah seorang Pahlawan Nasional
Indonesia yang merupakan pendiri Nahdlatul Ulama, organisasi massa Islam yang
terbesar di Indonesia. Di kalangan Nahdliyin dan ulama pesantren ia dijuluki dengan
sebutan Hadratus Syeikh yang berarti maha guru. Hadlratusysyekh KH. Hasyim
Asy’ari, juga merupakan pendiri Pesantren Tebuireng, Jombang. Ribuan santri beliau
didik, dan ratusan dari mereka menjadi ulama atau kiai, pendiri pondok pesantren,
atau menjadi tokoh-tokoh umat Islam. Beliau menggerakkan santri-santrinya agar
selalu mempertahankan kemerdekaan Indonesia. KH. Hasyim Asy’ari melakukan ini
dengan cara mengeluarkan fatwa Jihad. Fatwa Jihad ini berbunyi :
“Hukumnya memerangi orang kafir yang merintangi kemerdekaan kita
sekarang ini adalah fardlu ‘ain bagi tiap-tiap orang Islam yang
mungkin meskipun bagi orang fakir;dan hukumnya orang yang
meninggal dalam peperangan melawan NICA serta komplotannya
adalah mati syahid; hukumnya orang yang memecah persatuan kita
sekarang ini wajib dibunuh.” (Ahmad Baso, 55)

5. Metode Penelitian
a. Heuristik
Heuristik adalah metode pertama yang dilakukan dalam penelitian sejarah. Pada
tahap ini, para peneliti sejarah mencari dan menemukan sumber-sumber sejarah yang
dibutuhkan. Sumber yang bisa digunakan terbagi menjadi dua. Pertama, sumber
primer. Sumber primer bisa berasal langsung dari para pelaku sejarah, seperti naskah,
prasasti, artefak, dokumen-dokumen, foto, bangunan, catatan harian, hasil wawancara,
video, dll. Kedua, sumber sekunder. sumber sekunder bisa berasal dari pihak yang
bukan pelaku sejarah, melainkan pihak lain di luar para pelaku sejarah (peneliti
misalnya). Benda-benda yang termasuk sumber sekunder antara lain adalah laporan
penelitian, ensiklopedia, catatan lapangan peneliti, buku, dll.
b. Kritik/Verifikasi
Setelah melakukan heuristik, metode selanjutnya adalah kritik atau disebut juga
verifikasi. Ini adalah metode untuk autentikasi (membuktikan sumber sejarah yang
bersangkutan adalah asli) dan kredibilitas sumber sejarah. Ada dua macam kritik yang
dilakukan. Pertama, kritik ekstern (autentisitas) yaitu kritik terhadap keakuratan dan
keaslian sumber, seperti materi sumber sejarah (dokumen dengan tulisannya) dan para
pelaku sejarahnya. Aspek yang dikaji adalah waktu (penanggalan), bahan pembuat
sumber, dan pembuktian keaslian. Kedua, kritik intern (kredibilitas) yaitu kritik
terhadap kredibilitas sumber. Artinya, peneliti perlu menguji isi (konten) sumber, baik
secara kebendaan maupun tulisan.
c. Interpretasi
Metode penelitian sejarah yang ketiga adalah interpretasi. Di sini peneliti
melakukan penafsiran akan makna atas fakta-fakta yang ada serta hubungan antara
berbagai fakta yang harus dilandasi oleh sikap objektif. Kalaupun membutuhkan sikap
subjektif, haruslah subjektif rasional. Rekonstruksi peristiwa sejarah disampaikan
secara deskriptif dan harus menghasilkan sejarah yang benar atau mendekati
kebenaran. Ada dua cara melakukan interpretasi, yaitu analisis (menguraikan) dan
sintesis (menyatukan). Pada metode ketiga ini, peneliti dituntut untuk berimajinasi
yang terbatas. Batasan di sini adalah fakta-fakta sejarah yang ada tidak boleh
menyimpang. Selain itu peneliti harus sangat berhati-hati karena di sini sangat rentan
bagi peneliti untuk memasukkan sisi subjektifnya.
d. Historiografi
Metode terakhir adalah historiografi. Penulisan sejarah merupakan upaya peneliti
sejarah dalam melakukan rekonstruksi sumber-sumber yang telah ditemukan,
diseleksi, dan dikritisi. Pada tahap ini, peneliti perlu memperhatikan beberapa kaidah
penulisan, seperti bahasa dan format penulisan yang digunakan harus baik dan benar
menurut tata bahasa, memperhatikan konsistensi, misalnya penggunaan tanda baca,
penggunaan istilah, dan rujukan sumber, istilah dan kata-kata tertentu harus
digunakan sesuai konteks permasalahannya.

6. Daftar Pustaka
a. E-book : Analisis Peran KH. Hasyim Asy’ari dalam Kemerdekaan Indonesia
b. Skirpsi Peran ulama dan santri dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang
diambil dari UIN Sunan Ampel
c. Website : https://blog.ruangguru.com/bagaimana-melakukan-penelitian-sejarah

Anda mungkin juga menyukai