NIM : 1901125046
Kelas : 4B Pendidikan Biologi
Mata kuliah : IDI/Kependidikan Islam
Tugas : Biografi Ilmuwan Muslim
Memiliki nama lengkap Abbas Abu Al-Qasim Ibn Firnas Ibn Wirdas al-Tahurini. Ia lahir
pada tahun 888 M/274 H di Andalusia. Ibnu firnas adalah ilmuwan muslim yang pertama kali
menemukan pesawat terbang.
Selama ini kita mengenal Wright bersaudara, yakni Orville dan Wilbur Wright sebagai
penemu pesawat terbang sekaligus manusia pertama yang berhasil terbang. Di sejumlah buku
sejarah pun tertulis demikian.
Padahal, jauh sebelum itu, rancangan pertama pesawat terbang sudah ditemukan oleh
ilmuwan muslim asal Andalusia yang hidup sekitar abad kesembilan. Ia bernama Abbas Ibn
Firnas bin Wirdas at-Takurini al- Andalusi al-Qurthubi. Abbas ibn Firnas adalah orang
pertama yang mencoba membuat konstruksi sebuah pesawat terbang dan menerbangkannya.
Di abad ke-9 dia mendesain sebuah perangkat sayap dan secara khusus membentuk layaknya
kostum burung. Dalam percobaannya yang terkenal di Cordoba Spanyol, Firnas terbang
tinggi untuk beberapa saat sebelum kemudian jatuh ke tanah dan mematahkan tulang
belakangnya. Desain yang dibuatnya secara tidak terduga menjadi inspirasi bagi seniman
Italia Leonardo da Vinci ratusan tahun kemudian. Abbas Ibn Firnas merupakan seorang filsuf
serta penyair yang dididik dan dibina di salah satu kota di wilayah Cordoba, yakni Takurina.
Abbas kemudian menjabat sebagai penyair kerajaan di ibu kota Cordoba. Semasa hidupnya,
pria yang fokus pada ilmu falak, fisika, juga matematika ini memang tumbuh besar di
Cordoba. Kala itu, Cordoba menjadi tujuan bagi mereka yang ingin menimba berbagai ilmu
pengetahuan.
Abbas Ibn Firnas mulai mengkaji beragam ilmu pengetahuan setelah mempelajari Alquran di
Kuttab wilayah Takurina. Selanjutnya, ia belajar ilmu Islam lebih dalam di Masjid Cordoba.
Kemudian, dia mulai mengadakan diskusi, seminar, dan ceramah dalam berbagai cabang ilmu
syair, sastra, serta bahasa Arab. Meski begitu, Abbas Ibn Firnas tak hanya dikenal sebagai
ahli bahasa sekaligus penyair andal, tapi juga pakar ilmu falak, kedokteran, matematika,
hingga kimia. Kecerdasannya sudah tak perlu diragukan lagi. Ia bahkan mampu
menghubungkan satu cabang ilmu yang dikuasainya dengan cabang ilmu lainnya. Dengan
begitu setiap ilmu mempunyai keterkaitan sehingga manfaatnya pun lebih luas. Contohnya,
melalui ilmu kimia yang dipelajarinya, Abbas Ibn Firnas dapat memahami cara pembuatan
obat kebih perinci. Termasuk kaitannya dengan bidang kedokteran dan penerbangan.
Sebelum merancang pesawat terbang, Abbas Ibn Firnas sudah melakukan banyak riset serta
penelitian. Ia mengakaji pula massa benda saat dihadapkan dengan udara dan pengaruh
tekanan udara terhadap benda di ruang hampa udara. Ia terus melakukan penelitian tersebut.
Sampai akhirnya bereksperimen menerbangkan diri.
Pertama-tama, sang ilmuwan naik ke tempat tinggi untuk memulai uji cobanya. Selanjutnya,
ia mengibaskan kedua sayapnya ke udara, lalu terbang. Percobaannya berhasil, Abbas Ibn
Firnas melayang jauh bak burung.
Maka, tak heran bila ia disebut manusia pertama yang mampu terbang atau pilot pertama di
dunia. Semua orang yang melihat aksi tersebut merasa takjub. Pasalnya, tak pernah ada yang
berpikir sebelumnya kalau manusia bisa terbang. Dia membuktikan, benda padat mampu
melayang di udara. Ia membuat tubuhnya ringan lalu menolak gravitasi bumi ketika meloncat
dari tempat tinggi.
Kesuksesannya dalam menguji sekaligus menerbangkan alat buatannya pada tahun 852
menginspirasi para ilmuwan barat untuk mengembangkan pesawat. Dapat dikatakan,
berbagai teori Abbas Ibn Firnas merupakan dasar dari industri penerbangan modern saat ini.
Karya dan Penemuan Abbas Ibn Firnas
Abbas bin Firnas merupakan ilmuwan yang kaya akan karya dan penemuan penting. Ia
pernah membuat alat pendeteksi waktu, yang ia persembahkan khusus untuk Amir
Muhammad bin Abdurrahman. Alat ini diberi nama ‘al-Minqalah’. Benda yang dapat dipakai
untuk mengetahui waktu malam dan siang tanpa perlu ada tulisan atau gambar.
Ia juga merupakan orang yang pertama kali menemukan cara pembuatan kaca dari batu, dan
disebut-sebut sebagai orang yang pertama kali membuat kristal. Selain menemukan berbagai
teknologi penting dalam dunia penerbangan, Ibnu Firnas juga sukses dalam menciptakan
sebuah jam air yang berfungsi untuk menentukan waktu dan dikenal dengan sebutan ‘Al-
Maqata’.
Tidak hanya itu, dia juga berhasil menciptakan gelas berwarna. Dalam bidang astronomi,
Ibnu Firnas pun mampu menciptakan semacam rantai cincin untuk menjelaskan pola gerakan
planet dan bintang yang disebut dengan Dzatul Halqi (Astrolabe).
Abbas bin Firnas juga membuat sebuah teater yang dibangun untuk menyajikan pertunjukan
edukatif sekaligus hiburan tentang astronomi dan langit malam. Namanya al-Qubah as-
Samawiyah (planetarium).
Masa Akhir dan Penghargaan
Ibnu Firnas meninggal dunia pada tahun 264 H (887 M), sekitar 12 tahun setelah ia
melakukan uji coba terbang keduanya. Cedera yang dialaminya saat melakukan uji coba
penerbangan itu membuat kondisi kesehatannya semakin memburuk.
Sejarawan Barat, Philip K Hitti, dalam bukunya yang berjudul History of the Arabs: From the
Earliest Times to the Present mengatakan bahwa Abbas bin Firnas sebagai salah satu tokoh
besar dan manusia pertama dalam sejarah yang melakukan uji coba dalam bidang
penerbangan. “Ibn Firnas was the first man in history to make a scientific attempt at flying.”
Dia merupakan orang yang pertama kali yang meninggal karena percobaan kapal terbang
sepanjang sejarah manusia. Namanya diabadikan sebagai simbol keberanian dalam
melakukan eksperimen. Ia telah mengajarkan pada dunia bahwa manusia bisa terbang.
Sebagai bentuk penghormatan, pemerintah Libya mengeluarkan perangko bergambar Ibnu
Firnas untuk mengenang upayanya itu. Bangsa Irak juga membangun patung sang penerbang
pertama itu di sekitar lapangan terbang internasionalnya serta mengabadikan namanya
sebagai nama bandara di Utara Baghdad.
DAFTAR PUSTAKA
Frederic P. Miller, Agnes F. Vandome, McBrewster John. Abbas Ibn Firnas. Indonesia:
VDM Publishing, 2010, book. 64 pages.
Masood, Ehsan. Ilmuwan-Ilmuwan Muslim. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2013. Buku
elektronik.
Rana, Muhammad Yusuf. Abbas Ibn Firnas The First Aviator. Jakarta: Independently
Published, 2020. book.
Zaman, Nilaikan Sumbangan Tamadun Islam Pada, Bani Umayyah Di Sepanyol Dan Bani,
And Seow Han Lin. "Ail1003: Tamadun Asia Zaman Awal."
Abdullah, Suhaila. "Pembudayaan Ilmu Di Andalusia Dan Iktibarnya Untuk Pembangunan
Tamadun Di Malaysia." Jurnal Peradaban 11 (2018): 1-23.
Abqary, Ridwan. 101 Info Tentang Ilmuwan Muslim: Menambah Pengetahuan Seputar
Ilmuan Muslim. Dar! Mizan, 2010.
NAMA : DWI SRI AYU. A
NIM : 1901125057
KELAS : 4B
TUGAS : BIOGRAFI TOKOH
MATKUL : IDI
Buku tersebut membahas beberapa teorema astronomi, trigonometri, gerakan matahari, bulan,
dan planet dan topik relatif. Di tempat lain buku terkenal Al Athar Al Baqia, dia telah
mencoba menceritakan sejarah kuno yang terhubung negara dan pengetahuan geografis
terkait. Di buku ini, dia telah membahas rotasi bumi dan telah memberikan nilai yang benar
dari garis lintang dan garis bujur di berbagai tempat. Ilmiahnya yang lain
Kontribusi termasuk akurat penentuan kepadatan 18 batu yang berbeda. Dia juga menulis
Kitab Al Saidana, yang merupakan luas materia medica itu menggabungkan pengetahuan
Arab yang ada saat itu tentang subjek tersebut dengan obat India. Bukunya Kitab Al Jamahir
berurusan dengan properti dari berbagai batu mulia. Dia dulu juga seorang peramal dan
terkenal memiliki orang-orang yang tercengang dengan keakuratan prediksinya. Dia
memberikan penjelasan yang jelas tentang Angka Hindu, menguraikan prinsip posisi.
Penjumlahan dari pendekatan ,perkembangan geometris dari permainan catur, menyebabkan
pembentukan formula kompleks untuk pertama kalinya seperti: 1616
° - 1 = 18, 446, 144, 073, 709, 551, 619.
Dia telah dianggap sebagai salah satu ilmuwan terhebat Islam, dan, semua dianggap, salah
satu yang terbesar sepanjang masanya.
Sikap yang bisa di contoh dari tokoh tersebut yaitu, Semangat, kritis, cinta kebenaran, dan
pendekatan ilmiah dipadukan dengan rasa toleransi, dan antusiasmenya terhadap ilmu.
DAFTAR PUSTAKA
Sulistiyono, et.al., Matematika SMA untuk Kelas XI, (Jakarta: Gelora Aksara
Pertama, 2006), hlm. 113-132.
militer.
Ahmad Ibn Tulun dikenal dengan sosok ahli sastra, ahli syariat, dermawan serta seorang
hafidz dan Ahmad Ibn Tulun orang yang berani di medan perang. Saat Dinasti Abbasiyah Ibn
Tulun ditunjuk sebagai Gubernur Mesir, setelah menguasai mesir kemudian Ibn Tulun segera
membangun pasukan dibawah kekuasaan Ibn Tulun dan berhasil menguasai keuangan
wilayah Mesir. Awal menjadi gubernur Ibn Tulun menangani konflik dengan Ahmad bin Al-
Muddabir, Ahamd bin Al-Muddabir seorang yang mengumpulkan pajak resmi Dinasti
Abbasiyah. Ahmad bin Al-Muddabir melaporkan langsung ke Khalifah di Baghdad tidak ke
Ibn Tulun, maka Ibn Tulun merasa tidak dihormati lalu mengambil tindakan. Ibn Tulun
berhasil menundukan Ahmad bin Al-Muddabir, semanjak saat itu Ibn Tulun di hormati
orang-orang.
Ibn Tulun membangun Dinasti, yaitu Dinasti Tuluniyah di Mesir. Ibn Tulun menunjukan
kekuasaan yang dikendalikannya dengan memasang gambar wajahnya di mata uang,
Kepolisian Bea Cukai, Dinas Perdagangan, mengangkat Menteri, dan Dinas Intelejen. Ibn
Tulun dikenal sebagai pemimpin yang dapat membawa rakyatnya menuju kesejahteraan.
Pada masa Dinasti Tuluniyah wilayah Mesir mengalami kemajuan yang cukup pesat dalam
berbagai bidang kehidupan. Walaupun Dinasti Thuluniyah telah membentuk kekuasaannya
secara independen, tetapi Dinasti Thuluniyah tetap berhubungan baik dengan pemerintahan
pusat Dinasti Abbasiyah setiap tahunnya dan Dinasti Thuluniyah membayar pajak kepada
Dinasti Abbasiyah.
Personaliti, karisma kepimpinan, dan kemahirannya Ibn Tulun yaitu memanipulasi faktor
ketenteraan menjadi tunjang dalam membentuk kestabilan wilayah Mesir. Penghujahan
Shalabi dalam bukunya, menguatkan hal tersebut. Judul bukunya Mawsu‘at al-Tarikh al-
Islami wa al-Hadarah al-Islamiyyah yang menegaskan kejayaan pemerintahan Ibn Tulun
yaitu kekuatan ketenteraan yang dimilikinya. Kejayaan Ibn Tulun bukan dari secara
kebetulan tetapi lahir pada karakter keterampilan dan ketokohannya sebagai ketua negara dan
panglima perang yang ‘bitara’, dan bahkan turut dibantu oleh kepintarannya yang menguasai
bidang politik dan pentadbiran.
Hasil kejayaan Ibn Tulun yaitu Masjid Ahmad ibn Tulun dan Rumah Sakit Al-Fustat ada di
kota Al-Fustat. Rumah Sakit Al-Fustat didirikan tahun 872 M menjadi pusat pengobatan di
Mesir hingga enam abad. Rumah sakitnya terdiri dari beberapa tempat untuk pasien umum,
dan tempat khusus untuk perawatan pasien dengan gangguan kejiwaan. Al-fustat dikenal
dengan reputasi bagus karena pada zaman tersebut sudah dilengkapi dengan adanya
manajemen perawatan modern, spesifik, dan lebih maju di masanya. Di Al-Fustat ini juga
memiliki akademi kedokteran dan perpustakaan seperti literatur medis.
Masjid Ahmad Ibn Tulun didirikan pada 879 M terletak di Kairo, Bangunan Masjidnya pada
koridor Panjang terdapat pilar artistik ornamen pahatan ayat-ayat Al-quran. Koridor masjid
bentuk bangunannya seperti pada gereja di Kairo pada masa tersebut. Mihrab Masjid, pada
dinding mihrab masjid dihiasi ukiran plester semen, kayu dan pada bagian atasnya mozaik
kaca dan panel marmer pada bagian bawah mihrab. Pada bagian atas mihrab terpahat tulisan
dua kalimat syahadat menggunakan tulisan kaligrafi Kufi. Terdapat halaman yang luas
ditengah Masjid Ahmad Ibn Tulun, di bagian tengah halaman terdapat kubah besar yang di
dalamnya ada sebuah sumur yang digunakan untuk berwudhu.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Z. T., & Aslam, S. (2020). Comparative study of architecture of the great mosque at
samarra, iraq and ibn tūlūn mosque at Cairo, Egypt. Journal of Islamic Thought and
Civilization, 10(2), 290–303. https://doi.org/10.32350/jitc.102.16
Rahman, Z. A., & Jamsari, E. A. (2018). Sejarah ketenteraan Tuluniyyah di Mesir era Amir
Ahmad ibn Tulun (254-270H/868-884M). BITARA International Journal of Civilizational
Studies and Human Sciences, 1(1), 80–91.
Syauqi, A., Kastalani, A., Dhaha, A., Widuri, H., Rafiqah, J., Humaidi, M., Syarwani, M.,
Firdaus, M. S., & Djayusman, M. T. (2016). Sejarah Peradapan Islam. 342.
Considine, C. (2018). Muhammad Nabi Cinta. Jakarta: Noura Books.
Riegl, A. (2018). Problems of Style. Amerika Serikat: Princeton University Press.
Kajian, S., & Islam, P. (2003). Masjid ; lembaga Pendidikan Islam. 1, 1–9.
Nama : Ingrit Virgia Harmaini
Nim : 1901125070
Kelas : 4B
Tugas : BIOGRAFI TOKOH
Matkul : Islam dan Disiplin Ilmu
BIOGRAFI AL – KINDI
Al-Kindi, alkindus, nama lengkapnya Abu Yusuf Ya’kub ibn Ishaq ibn Shabbah ibn Imran
ibn Ismail Al-Ash’ats ibn Qais Al-Kindi (Soleh, 2013: 88), lahir di Kufah, Iraq sekarang,
tahun 801 M, pada masa khalifah harun Al_Rasyid (786-809 M) dari Dinasti Bani Abbas
(750-1258 M). Nama Al-Kindi sendiri dinisbahkan kepada marga atau suku leluhurnya, salah
satu suku besar zaman pra Islam. Menurut Faud Ahwani, Al-Kindi lahir dari keluarga
bangsawan, terpelajar, dan kaya. Ismail Al-Ash’ats ibn Qais, buyutnya, telah memeluk Islam
pada masa Nabi dan menjadi sahabat Rasul. Mereka kemudian pindah ke Kufah. Di Kufah,
ayah Al-Kindi, Ishaq ibn Shabbah, menjabat sebagai gubernur, pada masa Khalifah Al-
Mahdsi (775-785 M), Al-Hadi (785-876 M), dan Harun Al-Rasyid (786-909 M), masa
kekuasaan Bani Abbas (750-1258 M). Ayahnya meninggal saat Al-Kindi masih kecil.
Al-Kindi melewati masa kecilnya di Kufah dengan menghafal al-Qur’an, mempelajari tata
bahasa Arab, kesusastraan Arab dan ilmu hitung. Keseluruhan yang dipelajarinya di masa itu
merupakan kurikulum pelajaran wajib bagi semua anak-anak zamannya di wilaah Kufah.
Selanjutnya Al-Kindi mendalami pelajaran Fiqh dan kajian keilmuan baru yang disebut
Kalam. Akan tetapi, kecenderungan Al-Kindi lebih mengarah pada ilmu pengetahuan dan
filsafat, khususnya ketika Al-Kindi meninggalkan Kufah dan berdomisili di Bagdad (Basri,
2013). Di ibu kota pemerintahan Bani Abbas ini, Al-Kindi mencurahkan perhatiannya untuk
menerjemah dan mengkaji filsafat serta pemikiran-pemikiran rasional lainnya yang marak
saat itu.
Nama Al-Kindi menanjak setelah hidup di istana pada masa pemerintahan Al-Mu’tashim
yang menggantikan Al-Makmun pada tahun 218 H (833M), karena ia dipercaya untuk
menjadi guru pribadi putera Al-Mu’tashim, yaitu Ahmad ibn Al-Mu’tashim. Pada masa inilah
Al-Kindi berkesempatan menulis karya-karyanya, setelah pada masa Al-Makmun ia
menterjemahkan kitab-kitab Yunani ke dalam bahasa Arab. Sebagai seorang filosof yang
mempelopori mempertemukan agama dan filsafat Yunani, Al-Kindi banyak mendapat
tantangan dari para ahli agama. Ia dituduh meremehkan dan membodoh-bodohkan ulama
yang tidak mengetahui filsafat Yunani. Banyak fitnah yang dituduhkan kepada Al-Kindi,
terutama pada masa pemerintahan Al-Mutawakkil. Akhirnya Al-Kindi menyingkir dari
kemelut politik istana dan meninggal pada tahun 252 H (866M) (Azhar Basyir, 1993:80-81).
Ilmuwan Al-Battani
Muhammad Ibn Jabir Ibn Sinan Al-Battani, biasa dipanggil Al-Battani. Atau ilmuwan Barat
menyebutnya, Albategnius atau Albategni. Adalah seorang astronom dan ahli matematika
Arab yang lahir pada 858 M di Harran, negara bagian Battan atau saat ini Turki modern. Dia
sering dianggap sebagai salah satu astronom Islam terbesar. Penemuannya di bidang
astronomi dan trigonometri memainkan peran penting dalam kemajuan sains di Abad
Pertengahan.
Al-Battani dulu tinggal di antara komunitas sekte Sabian, yang merupakan pemuja bintang,
atau disebut dengan Harran. Hal tersebut menimbulkan motivasi bagi masyarakat untuk
mempelajari astrologi dan astronomi. Sabian telah menghasilkan astronom dan
matematikawan hebat, seperti ilmuwan terkenal Thabit ibn Qurra.
Ia adalah anak dari ilmuwan astronomi, Jabir Ibn San’an Al-Battani. Keluarga Al-Battani
merupakan penganut sekte Sabian yang melakukan ritual penyembahan terhadap bintang.
Namun, Al-Battani tidak mengikuti jejak nenek moyangnya. Ia memilih memeluk agama
Islam.Secara informal, Al-Battani dididik ayahnya yang juga seorang ilmuwan. Sejak kecil,
ia sudah menunjukkan ketertarikannya pada bidang keilmuan yang digeluti ayahnya.
Ketertarikan pada benda-benda yang ada di langit membuat Al-Battani kemudian menekuni
bidang astronomi tersebut.
Kemudian, Al-Battani kecil mengikuti keluarganya pindah ke Raqqah. Di tempat baru ini ia
mulai menekuni bidang astronomi, mulai dari melakukan beragam penelitian hingga
menemukan berbagai penemuan cemerlang. Sayang, tidak ada data spesifik mengenai
pendidikan formal Al-Battani. Misalnya, tidak ada data yang menyebutkan di mana Al-
Battani belajar sains (Frank N. Magill (ed), The Middle Ages: Dictionary of World
Biography, Volume 2, 1998).
Dalam literatur hanya disebutkan bahwa semasa mudanya Al-Battani belajar di Raqqah. Di
tempat barunya itu, ia tekun mempelajari teks-teks kuno, khususnya karya Ptolomeus, yang
kemudian menuntunnya untuk terus mempelajari astronomi. Bidang keilmuan yang
ditekuninya itu kelak membuatnya menjadi terkenal tidak hanya di kalangan umat Muslim,
melainkan juga di dunia Barat.
Al-Battani adalah salah satu tokoh yang memperkenalkan dan mengembangkan pertama kali
istilah Sinus, Kosinus, Tangen, dan Kotangen ke dalam ilmu pasti. Prinsip-prinsip
Trigonometri tersebut, Al-Battani gunakan saat melakukan observasi astronomi di
observatorium. Al-Battani menggunakan sinus dan cosinus sebagai pengganti hypotenause
yang banyak digunakan oleh ilmuwan Yunani. Sehingga ilmuwan dunia banyak
menyebutnya sebagai bapak trigonometri.
Penemu Hitungan Tahun Matahari
Pemikiran Al-Battani di bidang astronomi yang terkenal dan diakui dunia ialah tentang gerak
dan posisi matahari. Gerak dan posisi matahari tersebut menentukan tahun matahari dengan
jumlah hitungan 365 hari, 5 jam, 46 menit dan 24 detik. Selain itu, Al-Battani juga dianggap
mengilhami para ilmuwan untuk menciptakan jam yang kita kenal sekarang ini.
Penemuan Al-Battani ini dianggap akurat, bahkan keakuratan pengamatan yang dilakukan
Al-Battani ini membuat seorang matematikawan asal Jerman bernama Christopher Clavius
menggunakannya untuk memperbaiki kalender Julian.
Atas izin Paus Gregorius XIII, kalender lama akhirnya diubah menjadi kalender yang baru
dan mulai digunakan pada tahun 1582. Kalender inilah yang kemudian banyak digunakan
oleh masyarakat hingga saat ini (Joseph A. Angelo, JR, Encyclopedia of Space and
Astronomy, 2006).
Ia menemukan bahwa posisi diameter semu matahari tidak lagi berada pada posisi yang
dikemukakan oleh Ptolomeus. Penemuan ini sangat berbeda dengan teori yang disampaikan
oleh Ptolomeus dan astronom Yunani sebelumnya. Namun, baik Al-Battani maupun
astronom penganut Ptolomeus lainnya tidak dapat mengemukakan penjelasan di balik
perbedaan tersebut.
Joseph A. Angelo menyebut bahwa Al-Battani memperbaiki tatanan tata surya, lunar, dan
mengembangkan teori Ptolomeus dalam buku The Almagest menjadi lebih akurat.
Pengamatan akurat Al-Battani ini juga memungkinkan ia memperbaiki pengukuran
Ptolomeus tentang kemiringan sumbu. Ia juga melakukan pengamatan lebih akurat mengenai
ekuinoks (saat matahari tepat melewati garis ekuator bumi) pada awal musim gugur. Melalui
pengamatan inilah Al-Battani mampu menemukan bahwa dalam setahun ada 365,24 hari
(Joseph A. Angelo, JR, Encyclopedia of Space and Astronomy, 2006).
Kontribusi Al-Battani
Karya Al-Battani memiliki pengaruh besar pada ilmuwan seperti Tycho Brahe, Kepler,
Galileo dan Copernicus. Bukunya yang terkenal, Kitab az-Zij (Book of Astronomical tables)
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dengan nama De Motu Stellarum (On the Motion of the
Stars) oleh Plato dari Tivoli pada tahun 1116. Karyanya diterbitkan ulang pada tahun 1537
dan 1645.
Copernicus dalam bukunya De Revolutionibus Orbium Clestium mengungkapkan jasa Al-
Battani yang luar biasa, karena Al-Battani mampu menghasilkan pengukuran gerak matahari
yang lebih akurat daripada Copernicus sendiri.
Perlu juga dicatat bahwa metode trigonometri yang diperkenalkan saat itu bahkan berfungsi
sebagai dasar bagaimana sistem GPS bekerja saat ini. Kontribusi Al-Battani terhadap sains
benar-benar besar. Bahkan, NASA menamai sebuah kawah di Bulan dengan nama Kawah
Albategnius untuk menghargai jasa Al-Battani.
Al-Battani juga berkontribusi dalam menemukan bahwa titik “aphelion” matahari yang telah
bergeser sejak perhitungan yang dilakukan Ptolemeus pada abad ke-2 M, dimana penemuan
ini membuahkan penemuan penting mengenai gerak lengkung matahari.
Penelitiannya terhadap gerhana matahari dan bulan yang mana hasilnya dijadikan pedoman
observasi oleh para astronom barat abad 18 (diantaranya oleh Dunthorn) dalam menghitung
kecepatan gerak bulan. Al-Battānī juga membuktikan adanya kemungkinan gerhana matahari
cincin yang berbeda dengan pendapat Ptolemeus yang begitu populer pada saat itu. Al-
Battānī mampu menjelaskan letak koordinat sejumlah planet dan mengoreksi gerak bulan dan
planet-planet itu pada sistem tata surya. Lalu menentukan secara presisi titik nadir dan titik
zenit serta menentukan letak koordinat keduanya pada bola langit.
Selain bidang astronomi, Al-Battani juga memiliki kontribusi dalam bidang matematika
khususnya spherical trigonometry’ (‘ilm al-mutsallatsāt), ilmu yang memiliki pengaruh besar
pada perkembangan astronomi. Al-Battānī juga adalah diantara matematikawan Arab pertama
yang menggunakan persamaan trigonometri (al-juyūb, al-autār) dalam menghitung sudut
sebuah segitiga.
Namun, pengaruh Ptolemy pada semua penulis abad pertengahan sangat kuat sehingga
bahkan ilmuwan yang brilian seperti Al-Battani mungkin tidak berani mengklaim nilai jarak
yang berbeda dari Bumi ke Matahari daripada yang diberikan oleh Ptolemy. Ini terjadi
terlepas dari kenyataan bahwa Al-Battani mampu menyimpulkan nilai dari pengamatannya
sendiri yang sangat berbeda dari Ptolemy.
Khususnya pada Abad Pertengahan, penemuan asli Al-Battani di bidang Astronomi dan
Trigonometri merupakan konsekuensi besar bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Dia memiliki pengaruh besar pada para ilmuwan seperti Tyco Brahe, Kepler, Galileo dan
Copernicus, mengelola untuk menghasilkan pengukuran yang lebih akurat dari pergerakan
matahari daripada Copernicus yang mengungkapkan hutang kepada Al-Battani dalam
bukunya De Revolutionibus Orbium Clestium.
Beer and Madler, dalam karya mereka yang terkenal Der Mond (1837), merujuk pada salah
satu fitur permukaan bulan (diameter delapan puluh mil dalam Bagian Satu yang dikelilingi
oleh pegunungan setinggi sepuluh hingga empat belas ribu kaki, beberapa kawah, dan
beberapa lubang berbentuk piring) seperti Albategnius.
Ia meninggal pada tahun 929 di Qar al-Jiss (sekarang di Irak modern) dalam perjalanan
pulang dari Bagdad. Berabad-abad setelah kematian Al-Battani, ringkasan pemikirannya
yang terangkum dalam Kitab al-Zij masih digunakan sebagai pedoman pada zaman
Renaisance dan memberikan banyak pengaruh terhadap astronom dan astrolog Barat. (Joseph
A. Angelo, JR, Encyclopedia of Space and Astronomy, 2006).
Al-Battani dianggap sebagai astronom terbaik dan terkenal dari peradaban Islam pada abad
pertengahan. Salah satu karyanya yang paling populer, yakni Kitab al-Zij, kemudian pada
abad ke-12 diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Robertus Retinensis. Pada abad ke-13,
Raja Alfonso dari Spanyol kembali menterjemahkan Kitab al Zij tersebut.
Kitab al Zij, yang lebih dikenal sebagai De Scientia Stellarum atau De Motu Stellarum,
kemudian diteliti oleh sarjana orientalis Italia bernama C. A. Nallino yang mengedit dan
menerjemahkannya ke dalam bahasa Latin.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, Abdul. (2013). Al-Battani, Astronom Muslim Penentu Jumlah Hari. Diakses
pada 01 Juni 2017, dari Al-Battani, Astronom Muslim Penentu Jumlah Hari -
Tirto.ID (ampproject.org)
Setiawan, Ryan. (2020). Jabir al-Battani (w. 317 H/929 M) Karya dan Sumbangannya
Dalam Bidang Astronomi. Diakses pada 8 September 2020, dari
http://fai.umsu.ac.id/2020/09/08/jabir-al-battani-w-317-h-929-m-karya-dan-
sumbangannya-dalam-bidang-astronomi/
Mujaddid. (2019). Al-Battani: Genius Trigonometrik. Diakses pada Mei, 2019, dari
https://tajdid-id.cdn.ampproject.org/v/s/tajdid.id/2020/05/15/al-battani-genius-
trigonometrik/amp/?amp_js_v=a6&_gsa=1&usqp=mq331AQHKAFQArABIA
%3D%3D#aoh=16166411212899&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&_tf=From%20%251%24s&share=https%3A%2F
%2Ftajdid.id%2F2020%2F05%2F15%2Fal-battani-genius-trigonometrik%2F
Nama : Aidah Faiziah Permana
NIM : 1901125025
Tugas : Biografi Tokoh Al-Jazari
Matkul: IDI
BIOGRAFI AL-JAZARI
Al-Jazari adalah nama populer ilmuwan ini. Nama lengkapnya Syaikh Rais al-Amal Badi al-
Zaman Abu al-Izz ibnu Ismail ibnu al-Razzaz al-Jazari. Ini adalah nama yang lengkap dengan
gelar yang dimilikinya. Syaikh Rais al-Amal menunjukkan dirinya seorang kepala insinyur.
Badi al-Zaman artinya yang terbaik di zaman itu. Abu al-Izz artinya seorang yang sangat
dihormati. Ibnu Ismail, putera dari Ismail (nama bapaknya). Ibnu ar-Razzaz adalah nama
kakeknya. Al-Jazari menunjukkan keluarganya berasal dari Jazira.
Dia Lahir pada tahun 1136 M di Al-Jazira. Nama Al-Jazari menerangkan dirinya berasal dari
Al-Jazira. Daerah ini posisinya sangat bagus di antara sungai Tigris dan Eufrat. Al-Jazira
adalah daerah yang subur makmur. Pertaniannya maju pesat. Bagitu juga perdagangannya.
Ayahnya seorang laki-laki terhormat. Ia bekerja di istana Artuqid, Diyar Bakir. Al-Jazari
tumbuh besar di daerah tersebut. Di sanalah ia belajar berbagai berbagai ilmu pengetahuan.
Al-Jazari seorang yyang rajin menuntut ilmu. Ia punya kelebihan dalam pengamatan. Dia
berusaha memahami cara kerja bagaimana peralatan. Al-Jazari ingin menciptakan sesuatu
yang bermanfaat. Sang ayah telah memilihkan tempat tinggal yang yang terbaik. Al-Jazari
amat beruntung hidup di daerah yang aman. Tidak ada gangguan keamanan sehingga
rakyatnya hidup tenteram. Penguasa istana Artuqid juga perhatian dengan ilmu pengetahuan.
Para ilmuwan dapat bekerja dengan baik sehingga Al-Jazari dapat mengembangkan bakatnya.
Al-Jazari punya perhatian besar terhadap pengrajin. Dia senang melihat tata cara orang
membuat sesuatu. Ia bukanlah seorang anak yang sangat tertarik pada teori. Al-Jazari lebih
bersemangat dalam praktek. Dia senang mengamati cara kerja berbagai macam peralatan.
Sejak kecil ia menyadari peralatan membantu pekerjaan manusia. Di kemudian hari Al-Jazari
pun berhasil menciptakan teknologi.
Setelah dewasa Al-Jazari mengikuti krir ayahnya. Dia juga bekerja pada raja di istana Artuqid
pada raja di istana Artuqid di Diyar Bakir, Al-Jazari bertugas pada tahun 1174 M sampai
1200 M. Dia memiliki keahlian di bidang teknik. Kemampuannya dengan cepat
menimbulkan kekaguman. Istana sangat membutuhkan keahlian dirinya. Akhirnya, Raja
mengangkat Al-Jazari menjadi kepala insinyur kerajaan. Hasil kerjanya selalu memuaskan
raja sehingga posisinya sebagai ahli teknik tidak tergantikan. Sudah tiga kali pergantian raja
di istana Artuqid. Namun Al-Jazari selau aman di posisi kepala insinyur kerajaan.
Semula ia bertugas di masa raja Nuruddin Muhammad ibnu Arsian. Setelah itu ia dipercaya
lagi oleh raja Qutbuddin Sukman ibnu Muhammad. Raja berikutnya Nasiruddin Mahmud
ibnu Muhammad tetap memintanya menjadi insinyur kerajaan. Para raja mendukung Al-
Jazari mengembangkan teknik mesin. Mereka menyiapakan peralatan yang dibutuhkannnya.
Dana yang diperlukannya juga disiapkn dri kas kerajaan. Al-Jazari diberi kerterbatasan
menciptakan mesin-mesin baru. Pada awalnya dia membuat beberapa peralatan. Kemudian ia
merakitnya menjdi sesuatu yang baru, yaitu robot. Oleh sebab itu, Al-Jazari dikukuhkan
sebagai orang pertama penemu robot.
Berbagai jenis robot berhasil diciptakan Al-Jazari, Dia mempelopori era baru di mana robot
bekerja otomatis. Robot bergerak tanpa tenaga manusia. Al-Jazari membuatnya untuk
membantu manusia. Selain itu, robotnya mampu bekerja di rumah tangga dan membantu
pekerjaan dalam dan luar rumah. Robot buatannya indah dan manusia aman bersama robot
tersebut. Sekitar 50 mesin robot telah berhasil diciptakan Al-Jazari. Para ilmuwan dunia
tercengang dengan penemuannya. Dia sangat ahli mendesain robot. Al-Jazari pun mahir
merakit robot dengan cara yang unik. Dia melengkpi robot dengan peralatan yang canggih.
Al-Jazari bukanlah orang yang lekas puas. Dia terus memperbaiki robotnya sehingga menjdi
lebih baik.
Robot Wudu
Raja hendak berwudu sebelum melaksanakan salat tetapi ia khawatir merepotkan
pelayanannya. Setiap berwudu pelayan bertugas menuangkan air. Al-Jazari menyadari
kelancaran ibadahitu sangat penting. Apalagi berwudu wajib dilakukan sebelum salat. Dia
merasa terpanggil menciptakan robot. Al-Jazari berharap robotnya bisa mempermudah wudu
sebelum salat.
Al-Jazari kemudian membuat robot yang menyediakan air wudu. Robot itu memiliki dua
tangan seperti manusia. Satu tangan robot memegang teko lalu Air disimpan dalam teko
tersebut. Sementara tangan yang satunya lgi memegang handuk. Uniknya ada seekor burung
bertengger di atas teko. Nah, bagaimanakah cara kerjanya? Burung itu benar-benar sangat
terlatih. Setiap waktu salat tiba-tiba ia akan berkicau. Robot pun kemudian maju menuangkan
air dari teko. Raja pun dapat melaksanakan wudu. Selesai berwudu ropot menyidirkan
handuk. Raja pun dapat melap anggota tubuhnya. Setelah selesai robot kembali ke posisi
semula. Uniknya, lagi-lagi kicauan burung sebagai isyart gerakan penutup.
Robot Pramusaji
Kita terbiasa mencuci tangan di wastafel. Seringkali kita yang memutar kran dengan tangan
sendiri. Hanya beberapa kran yang sudah otomatis mengeluarkan air. Zaman dahulu Al-Jazari
menciptakan robot burung merak. Ini salah satu robot yang desainnya cantik. Orang juga
menyebutnya robot air mancur burung merak. Robot burung merak juga berfungsi sebagai
pelayan. Dia membantu orang mencuci tangan. Hebatnya, robot ini juga sudah otomatis. Ia
bertugas tanpa tenaga manusia. Al-Jazari benar-benar cerdas merancang robotnya. Di zaman
itu memang belum ada listrik. Namun air dijadikan sebagai penggerak robot burung merak.
Robot Gajah
Robot gajah adalah salah satu ciptaan Al-Jazari yang paling mengagumkan. Robot ini
berfungsi sebagai jam raksasa. Pada jam ini juga ada dua tiruan manusia, ular, burung, dan
lainnya. Jam gajah ini telah berfungsi sebagai siklus mekanik. Seluruh bagian robot jm
bergerak secara otomatis. Sumber tenaganya energi hidrolik dari tenaga air. Semua patung
dia tas gajh bergerak dan berbunyi setiap setengah jam.
Jam gajah tingginya 7 meter. Peralatan mesinnya tersimpan rapi di dalam tubuh gajah. Ada
tanki besar di sana sebagai sumer energi gerak. Robot gajah itu senantiasa bekerja tepat
waktu. Jam gajh ini terus dikagumi sampai sekarang. Bahkan, replica atau tiruannya dipajang
di London Science Museum.
Robot Pemusik
Sekarang sedang heboh-hebohnya robot humanoid. Kini robot dirancang semirip mungkin
dengan manusia sehingga kita merasa nyaman hidup berdampingan dengannya.
Sesungguhnya program robot humanoid telah lama ada. Inilah teknologi robot yang sudah
menyerupai manusia. Siapa lagi penciptanya kalau bukan Al-Jazari. Dia bukan hanya
membuat robot yang menjadi pelayan. Kali ini robot humanoidnya sebagai penghibur. Al-
Jazari menciptakan robot pemusik. Ada sebuah kapal yang mengapung di danau.
Di sana terdapat empat robot mirip manusia. Mereka adalah robot yang dapat bermain music
secara otomatis. Robot-robot menghibur dalam pesta minum kerajaan. Semua tamu raja
menjdi sangat takjub. Empat robot itu didesain sebagai pemain music. Setiap robot mahir
memainkan music yang indah. Robot penabuh drum mampu memainkan irama yang
beragam. Robot itu dapat bermain musik layaknya musisi sejati. Luar biasa hebatnya Al-
Jazari merakit robot pemusik sehingga mereka mampu menghasilkan irama yang merdu.
Pada robot juga bisa menjlnkn tugas sebagai penghibur.
Jam Istana
Waktu diketahui dengan adanya jam. Penemuan jam oleh Al-Jazari sangat menakjubkan
dunia. Dahulu kala jam sangat sulit. Wajar bila orang terkagum-kagum. Bahkan, sampai
sekarang jam ciptaanya tetap mengagumkan. Al-Jazari bukan hanya menbuat jam melainkan
menciptakan keunikan di setiap jamnya. Dia merancang jam air, jam lilin, jam gajah, jam
istana dan lainnya. Al-Jazari membuat jam istana yang diyakini sebagai jam terbesar. Jam itu
dinamakan jam istana karena kemegahannya.
Bentuk jam ini mewah seperti istana. Jam ini dipajang di ketinggian empat meter sehingga
siapapun dapat mengaguminya. Jam istana memiliki kerja mesin yang rumit sehingga mesin
jam istana bisa disebut komputer analog pertama. Jam istana memiliki piringan zodiak
terbuat dari emas. Ada juga dua burung perunggu di bentengnya. Lima patung musisi
mekanik berjejer di gerbangnya. Saat matahari terbit, pintu-pintu di bagin atas jam terbuka.
Apabila matahari tenggelam maka jendela-jendela bundar yang menyala. Semuanya
berfungsi dengan teratur karena ada mesin canggih yang menggerakkannya.
Jam istana menyimpan mesin tersembunyi. Pada setiap pergantian jam akan terbuka pintu
lalu keluarlah patung manekin. Setiap gerakan jam istana diatur oleh serangkaian katrol. Tiga
kali sehari secara otomatis air mengalir ke roda sendok di bagian dalam jam. Itulah yang
membuat lima musisi mulai bermain musik. Ternyata jam istana tidak sekedar berfungsi
petunjuk waktu saja. Jam ini juga berperan sebagai jam astronomi. Melalui jam ini ilmuwan
dapat mempelajari rahasia angkasa luar. Jam istana menunjukkan pergerakkan bintang-
bintang. Jam ini juga menunjukkan peredaran matahari dan bulan. Memang cukup sulit
mencari tandingan jam ciptaan Al-Jazari.
Teknologi Mesin
Al-Jazari adalah insinyur pertama yang mempelopori hemat energi. Dia memakai energi
secara efisien. Al-Jazari menggunakan energi untuk menggerakkan mesin dan robotnya. Ini
menjadi pendorong bagi ilmuwan sesudahnya mencari sumber energi alternatif. Para
ilmuwan lain meniru penggunaan tenaga air. Di kemudian hari juga ditemukan matahari
sebagai sumber energi. Kecemerlangan Al-Jazari tak terlepas dari mesin-mesin hebatnya
adalah mesin engkol. Betapa pentingnya penemuan mesin engkol ini. Bahkan, sampai
sekarang mesin engkol tetap dipakai menggerakkan mobil atau speda motor. Mesin engkol
yaitu bagian mesin yang terhubung dengan sistem roda atau batang. Mesin-mesin
membutuhkan engkol untuk menggerakkannya.
Al-Jazari pula penemu roda gigi pada mesin. Roda gigi berfungsi sebagai elemen transmisi
pada perpindahan gerak berputar. Kini industri otomotif berkembang sangat pesat.
Kemajuannya tidak terlepas dari adanya penemuan roda gigi. Entah bagaimana jadinya kalau
Al-Jazari tak menemukan roda gigi. Tentu saja kendaraan bermotor jadi tak bergerak. Al-
Jazari berjasa menemukan lima jenis mesin pompa air. Di antara mesin pompa airnya kini
dikenal dengan watermill dan water whell. Mesin ini mampu menyedot air di kedalaman
berapapun. Sedotan air itu juga berlangsung cepat tanpa membuang tenaga manusia. Cara
kerjanya juga menghemat waktu. Selagi manusia memakai pompa air, maka Al-Jazari berjasa
sebagai penemu mesinnya.
Berani Mencoba
Mesin-mesin yang diciptakannya berawal dari rasa ingin tahu. Karena itulah dia berani
mencoba. Al-Jazari tak pernah jera walaupum mengalami kegagalan. Beberapa orang
mengkritik Al-Jazari karena kuramg dalam teori. Dia juga terlalu bersemangat mencoba-coba
saja. Akibatnya jadi sering gagal. Mereka lupa walau berkli-kali gagal tapi dia terus mencoba.
Akhirnya Al-Jazari berhasil membuat robotnya. Meski pernah gagal, akhirnya dia berhasil
juga membuat robot.
Coba kalau di takut mencoba? Dia tidak menghasilkan apa-apa. Coba kalau dia seperti orang-
orang yang hebat berteori saja? Kemungkinan dia tidak kunjung berhasil menciptakan robot.
Al-Jazari mengajari kita jangan terpaku pada teori. Dia mengajak kita berani mencoba. Rajin-
rajinlah praktek, jangan takut gagal. Asalkn terus dicoba suatu saat akan berhasil juga. Kita
hendaknya mempunyai rasa ingin tahu karena dari rasa ingin tahu Al-Jazari berhasil
menciptakn teknologi.
Mendengarkan Keluhan
Kelebihan Al-Jazari adalah mau mendengarkan keluhan orang. Rakyat kesulitan dalam
mengairi lahan pertanian mereka. Di bagian ke lima bukunya tertera lima mesin pengangkut
air. Bagian ini adalah jawaban Al-Jazari untuk membantu irigasi agar pertanian dapat
berkembang pesat. Shoduf adalah nama mesin pengangkut air yang diciptakannya. Alat ini
masih dipakai sampai sekarang di kawasan Timur Tengah. Al-Jazari menciptakan Saqiya.
Mesin pengangkut air ini menggunakan tenaga hewan. Ada dua mesin silinder yang saling
berhubungan. Satu silinder diputar hewan, sedangkan satunya lagi ikut berputar mengangkut
air. Saat hewannya berputar maka mesin bergerak sehingga air dari sungai terangkat ke lahan
pertanin. Cara ini masih dapat kita lihat di sejumlah negara.
Nasiruddin Mahmud melihat pentingnya penemuan Al-Jazari. Dia pun menyuruh untuk
menulis semuanya menjadi buku. Al-Jazari mulai menulis tahun 1198 M. Dua tahun sebelum
Nasiruddin dilantik menjadi raja. Bukunya selesai 1206 M. judulnya Al-jami’ Baina al-Ilmu
wa al-Amal al-Nafiq fii Shana’ati al-Hiyal. Buku itu ada di museum Top Kapi di Istanbul,
Turki, Museum Fine Arts di Boston, Museum Louvre di Prancis, dan Oxford’s Bodleian
Library. Buku tersebut terbagi atas enam bagian. Pertama, 10 macam model jam. Kedua, 10
macam desain mesin air untuk minuman. Ketiga, 10 perangkat dispenser air untuk berwudu.
Keempat, 10 model mesin otomatis air mancur dan musik. Kelima, 5 macam mesin pompa
pengangkut air. Keenam, 5 macam mesin sebagai instrument mengukur bidang dan
mengunci.
Kebanyakan ilmuwan menulis buku dengan bahasa yang ru,it sehingga hanya kalangan elit
saj yang dapat memahaminya. Lain halnya Al-Jazari yang suka memakai bahasa-bahasa
sederhana. Tujuannya supaya mudah dipahami oleh siapa saja. Dia berusaha membuat
penjelasan cara kerja mesin. Dia berbagi infornasi cara membuat bagian demi bagian
mesinnya. Al-Jazari memberikan perincian gambar robotnya. Dia pun menjelaskan teknik
merakit mesin dan cara kerjanya. Al-Jazari berhasil menciptakan jam hidrolik tenaga air. Jam
ajaib itu sengaja dipajangnya di tempat umum sebab di masa itu jam adalah barang super
langka. Siapapun dapat berpatokan kepada jam ciptaannya.
Jam tenaga airnya berguna dalam penelitian astronomi. Ini tentu sangat membantu
mengembangkan ilmu pengetahuan. Dia membuat mesin canggih untuk kebaikan banyak
orang. Al-Jazari melakukan sesuatu yang berlainan dengan ilmuwan lain. Kebanyakan
ilmuwan di masa itu melayani kebutuhan raja, sedangkan Al-Jazari justru membantu
kebutuhan rakyat jelata. Wajar dirinya digelari Al-Hakim atau wise man (tokoh bijaksana).
Karena dia bijaksana dalam memanfaatkan kecerdasannya. Akhirnya Al-Jazari wafat 1206
M. beberapa bulan setelah menyelesaikan bukunya. Luar biasa besar jasanya bagi
perkembangan teknologi robot.
DAFTAR PUSTAKA
King, D. A. (1975). "The Book of Knowledge of Ingenious Mechanical Devices: Kitab fi
macrifat al-hiyal al-handasiya by Ibn al-Razzaz al-Jazari" by DR Hill. History of Science,
13(4), 284-289.
Davis, Adam Hart (2012). Engineers. New York. DK Publishing.
Ceccarelli, Marco. (2010). Distinguished Figures in Mechanisme and Machine Science.
London. Springer.
Sen, Zekai. Solar Energy Fundamentals and Modeling Techniques. London. Springer.
Hemdi, Yoli. (2019). Al-Jazari Penggagas Teknologi Robot. Jakarta. PT Luxima Metro
Media.
Nama : Farah Nur Azizah
Nim : 1901125064
Kelas : 4B
Tugas : Biografi Tokoh
Mata Kuliah : IDI/Kepndidikan Islam
“BIOGRAFI AL-KHAWARIZMI”
Sumber: https://birenaalhuripb.wordpress.com/2013/09/07/al-khawarizmi-ilmuwan-muslim-
penemu-konsep-algoritma/
Beliau dilahirkan di Bukhara, hidup di Khawarizm, Usbekistan pada tahun 194 H / 780 M
dan meninngal tahun 266 H / 850 M di Baghdad. Al Khawarizmi mempunyai nama asli
Muḥammad bin Mūsā al-Khawārizmī, juga dikenal sebagai Abu Abdullah Muhammad bin
Ahmad bin Yusoff dan di Barat dikenal sebagai alKhawarizmi. Tak banyak mungkin anak
muda sekarang yang tahu bahwa penemu aljabar dan angka 0 berasal dari Tokoh Islam “Al-
Khawarizmi”. Lalu konsep aljabar yang ia temukan pun di pakai di matematika Eropa. Hidup
di sekitar abad 8-9. Lahir sekitar tahun 780M di Khawarizm dan beliau wafat sekitar tahun
850M di Baghdad. Beliau menghabiskan hampir sepanjang hidupnya berprofesi sebagai
dosen di Sekolah Kehormatan di Baghdad. Dalam tulisan Toomer ”sebutan lain untuknya
diberikan oleh al-Tabari, al-Majusi, ini mengindikasikan ia adalah pengikut Zoroaster. Ini
mungkin terjadi pada orang yang berasal dari Iran.
Tetapi, kemudian di buku Al-Jabar dia menunjukkan diri sebagai seorang Muslim Ortodok,
jadi sebutan Al-Tabari ditujukan pada saat ia muda, ia beragama Majusi”. Berkat
kehebatannya, Khawarizmi terpilih sebagai ilmuwan penting di pusat keilmuwan yang paling
bergengsi pada zamannya, yakni Bait al-Hikmah atau House of Wisdom yand didirikan
khalifah Abbasiyah di metropolis intelektual dunia, Baghdad. Bait al-Hikmah merupakan
lembaga yang berfungsi sebagai pusat pendidikan tinggi. Dalam kurun dua abad, Bait al-
Hikmah ternyata berhasil melahirkan banyak pemikir dan intelektual Islam. Diantaranya
seperti Khawarizmi. Khawarizmi adalah seorang ilmuwan Islam jenis pada masa keemasan
Islam di Baghdad, pusat pemerintahan Kekhalifahan Abbasiyah. Ia sangat berjasa besar
dalam mengembangkan ilmu Aljabar dan Aritmatika. Kepribadian Al-Khawarizmi telah
diakui oleh orang Islam maupun dunia Barat. Dibuktikan dengan perkataan G.Sarton bahwa
pencapaian – pencapaian yang tertinggi telah diperoleh oleh orang – orang Timur. Dalam hal
ini Al-Khawarizmi. Tokoh lain, Wiedmann berkata “AlKhawarizmi mempunyai kepribadian
yang teguh dan seorang yang mengabdikan hidupnya untuk dunia sains”.
KARYA – KARYA AL-KHAWARIZMI
Karya pertama Al-Khawarizmi ialah “Al-Jabar”, sebuah buku yang membahas solusi
sistematik dari linear dan notasi kuadrat. Dalam buku ini diuraikan pengertian – pengertian
gemoetris. Ia juga menyumbangkan teorema segitia sama kaki yang tepat, perhitungan tinggi
serta luas segitiga dan luas jajar genjang serta lingkaran. Dengan demikian, dalam beberapa
hal Khawarizmi telah membuat Aljabar menjadi ilmu eksak. Sejatinya kitab ini berjudul al-
Kitab al-mukhtasar fi hisab algabr wa‟l-muqabala. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai
“The Compendious on Calculation by Completion and Balancing”. Biasa pula disebut Hisab
al-jabr wal-muqabala. Hingga sekarang sangat populer dan menjadi rujukan para ahli
matematika sepanjang zaman itu +-820M. Berkat kitab yang dirampungkan oleh Al-
Khawarizmi ini, dunia matematika modern mengenal istilah Aljabar. Aljabar berasal dari
bahasa Arab al-gabr yang berarti “pertemuan” atau hubungan”. Aljabar adalah salah satu
cabang matematika yang mempelajari tentang pemecahan masalah menggunakan simbol –
simbol sebagai pengganti konstanta dan variabel. Beberapa istilah pada Aljabar yaitu
variabel, konstanta dan koefisien. Aljabar juga merupakan nama sebuah struktur Aljabar
Abstrak, yaitu Aljabar dalam sebuah bidang.
Carl B. Boyer dalam karyanya bertajuk (The Arabic Hegemony: A History of
Mathematics:1968), mengungkapkan, “. Boyer lalu menambahkan, “kitab karya Khawarizmi
itu juga memperkenalkan metode dasar “mengurangi” dan “keseimbangan/balancing”, yang
mengacu pada perubahan syarat – syarat mengurangi sisi lain sebuah persamaan yaitu
pembatalan syarat – syarat seperti sisi berlawanan dari persamaan”.
Kitab Aljabar juga telah menjadi rujukan para ilmuwan sepanjang masa, baik matematikus
Islam maupun Barat. Beberapa saintis terkemuka juga telah menerbitkan buku dengan nama
Kitab alGabr wa-l-muqabala, diantaranya;Abu Hanifa al-Dinawari serta Abu Kamil Shuja
ibnu Aslam. Selain itu, Abu Muhammad al-„Adli, Abu Yusuf al-Missisi, „Abd Al-Hamid
ibnu Turk, Sind ibu „Ali, Sahl ibnu Bisr dan Sarafaddin al-Tusi juga termasuk ilmuan
Muslim yang banyak terpengaruh pemikiran luar biasa Khawarizmi. Bayangkan betapa karya
Aljabar milik Al-Khawarizmi bisa membawa impact sedemikian rupa besarnya bagi
matematika modern dan para ilmuwan terkemuka.
R Rashed dan Angela Armstrong dalam karyanya bertajuk (The Development of Arabic
Mathematics:1994), menegaskan bahwa Aljabar karya Al-Khawarizmi memiliki perbedaan
signifikan dibanding karya Diophantus, yang kerap disebut – sebut sebagai penemu Aljabar.
Dalam pandangan kedua ilmuwan itu, karya Khawarizmi jauh lebih baik di banding karya
Diophantus. “Teks karya Khawarizmi begitu berbeda, tidak hanya dari buku karya orang
Babilonia, tetapi juga dari karya Arithmatika-nya Diophantus. Ini tidak lagi menyangkut
sejumlah masalah untuk diselesaikan, namun sebuah pertunjukan yang dimulai dengan istilah
sederhana yang kombinasinya memberikan semua kemungkinan untuk persamaan dasar,
yang mulai saat ini secara eksplisit merupakan objek studi yang benar,” papar Rasheed dan
Amstrong.
Hal senada diungkapkan sejarawan sains JJ O‟Connor dan EF Robertson pada karyanya
berjudul (History of Mathematics:anonim). Menurutnya, karya matematikus Persia itu
merupakan karya yang revolusioner. “Mungkin salah satu kemajuan yang paling signifikan
yang dibuat ahli matematika Arab hingga saat ini adalah karya Khawarizmi, yakni Kitab
Aljabar” ujar O’Connor dan Robertson. Menurut keduanya, kitab Aljabar sungguh sangat
revolusioner, karena mampu beralih dari ari konsep matematika Yunani yang didasarkan
pada geometri. Dalam pandangan O‟Connor dan Robertson, Kitab Aljabar yang ditulis
Khawarizmi berisikan teori permersatu yang menyediakan angka – angka/bilangan rasional,
angka – angka irasional, besar/jarak geometri dan lain – lain. O‟Connor dan Robertson
menambahkan semua bilangan tersebut diperlakukan sebagai “objek aljabar”. Hal itu dinilai
sebagai sebuah perkembangan bagi matematika. Pasalnya, Kitab Aljabar telah membuka
jalan baru bagi konsep yang telah ada sebelumnya. “Dan ini merupakan sarana yang dapat
menjadi kendaraan bagi pembangunan masa depan. Aspek lain yang penting adalah aspek
pengenalan gagasan Aljabar yang telah disediakan matematika yang akan diterapkan untuk
dirinya sendiri dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya” papar O‟Connor dan
Robertson.
Buku yang sangat populer ini mulai diperkenalkan ke dunia Barat lewat terjemahan bahasa
Latin oleh Robert of Chester berjudul (Liber algebrae et almucabala:2007). Buku persamaan
pengurangan kuadrat acak ke salah satu dari enam jenis dasar dan menyediakan metode
Aljabar dan Geometri untuk memecahkan dasar utama. “Pengurangan angka – angka abstrak
modern dalam Aljabarnya Khawarizmi adalah retorik menyeluruh, dengan tidak ada yang
sinkopasi ditemukan pada Aritmatika Yunani atau karya Brahmagupta. Bahkan angka-angka
yang ditulis lebih banyak dalam kata – kata daripada simbol” tutur Carl B. Boyer, dalam
karyanya bertajuk (A History of Mathematics:1968).
Sumber:https://giletules.blogspot.com/2018/09/hasil-karya-al-khawarizmi.html
Dalam bukunya ini, Khawarizmi memperkenalkan kepada dunia ilmu pengetahuan angka 0
(nol) yang dalam bahasa Arab disebut sift. Sebelum Al-Khawarizmi memperkenalkan angka
0, para ilmuwan mempergunakan abakus, semacam daftar yang menunjukan satuan, puluhan,
ratusan, ribuan dan seterusnya untuk menjaga agar setiap angka tidak saling tertukar dari
tempat yang telah ditentukan dalam hitungan. Dimana hitungan seperti itu tidak mendapat
sambutan hangat dari kalangan ilmuwan Barat kala itu dan mereka lebih tertarik untuk
mempergunakan hasil penemuan Al-Khawarizmi. Dari beberapa bukunya juga Al-
Khawarizmi mewariskan beberapa istilah matematika yang masih banyak dipergunakan
hingga kini. Seperti sinus, kosinus, tangen dan kontangen.
Sumbangan al-Khawarizmi tidak hanya berakibat besar kepada matematika, tetapi juga
dalam kebahasaan. Kata Aljabar berasal dari kata al-Jabr, satu dari dua operasi dalam
matematika untuk menyelesaikan notasi kuadrat, yang tertulis dalam buku beliau. Kata
logarisme dan logaritma diambil dari kata Algorismi, Latinisasi dari nama beliau. Nama
beliau juga di serap dalam bahasa Spanyol Guarismo dan dalam bahasa Portugis, Algarismo
yang berarti digit.
Karya – karya Al-Khawarizmi sebenarnya banyak mengacu pada tulisan mengenai Aljabar
yang disusun oleh Diophantus dari Yunani. Namun, dalam meneliti buku-buku Aljabar
tersebut, AlKhawarizmi menemukan beberapa kesalahan dan permasalahan yang masih
kabur. Kesalahan dan permasalahan itu diperbaiki, dijelaskan dan dikembangkan oleh
Khawarizmi dalam karya – karya Aljabarnya. Oleh sebab itu, tidak mengherankan apabila ia
dijuluki “Bapak Aljabar.” Bahkan menurut Gandz, matematikawan Barat dalam karyanya
“The Source of Al Kawarizmi‟s Algebra,” Al Khawarizmi lebih berhak mendapat julukan
“Bapak Aljabar” dibandingkan dengan Diophantus, karena dialah orang pertama yang
mengajarkan Aljabar dalam bentuk elementer serta menerapkannya dalam hal – hal yang
berkaitan dengannya.
Di dunia Barat, Ilmu Matematika lebih banyak dipengaruhi oleh karya Al-Khawarizmi
dibanding karya para penulis pada Abad Pertengahan. Masyarakat modern saat ini bisa
dibilang berutang budi kepada Al-Khawarizmi dalam hal penggunaan bilangan Arab. Notasi
penempatan bilangan dengan basis 10, penggunaan bilangan irasional dan diperkenalkannya
konsep Aljabar modern, membuat Khawarizmi layak menjadi figur penting dalam bidang
Matematika dan Revolusi Perhitungan di Abad Pertengahan di daratan Eropa. Dengan
penyatuan Matematika Yunani, Hindu dan mungkin Babilonia, teks Aljabar merupakan salah
satu karya Islam di dunia Internasional. Seorang sejarawan Philip K. Hitti berkomentar
tentang Al-Khawarizmi, khususnya berkenaan dengan karyanya Hisab Al-Jabr Wa Al-
Muqabalah “Hingga abad ke 16M, buku ini telah digunakan sebagai buku matematika
rujukan berbagai perguruan tinggi di Eropa. Karya-karya Al-Khawarizmi juga berjasa dalam
memperkenalkan angka-angka Arab atau Algorisme ke dunia Barat”.
Dalam buku (The Britannica Guide to the 100 Most Influential Scientist:2008) Al-
Khawarizmi dinyatakan “Muslim mathematician and astronomer whose major works
introduced Hindu-Arabic numerals and the concepts of algebra into European mathematics”.
Sejarawan George Santon begitu memuja Al-Khawarizmi dengan menyebutnya sebagai salah
seorang ilmuwan terkemuka dari bangsanya dan terbesar pada zamannya dengan
meninggalkan karya-karya penting dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, khususnya
matematika dan astronomi. Beliau wafat pada tahun 846M.
Sumbangan Al-Khawarizmi dalam ilmu ukur sudut juga luar biasa. Tabel ilmu ukur
sudutnya yang berhubungan dengan fungsi sinus dan garis singgung tangen telah membantu
parah ahli matematika Eropa memahami lebih jauh tentang ilmu ini. Salah satu contohnya
adalah Adelardi dari Bath yang pada tahun 1126M menyadur temuan-temuan ilmu
pengetahuan Al-Khawarizmi ke dalam bahasa Latin. Boleh dibilang, karya-karya Al-
Khawarizmi mempengaruhi kaum pemikir dan ilmuwan lebih jauh di masa kemudian seperti
Umar Khayam, Leonardo Fibonacci dari Pisa dan Jacob dari dari Florence.
Sumber: https://hamparan.net/biografi-al-khawarizmi/
Al-Khawarizmi juga menulis tentang penanggalan Yahudi “Risala Fi Istikhraj Tarikh Al
Yahudi”. Yang menerangkan 19 tahun siklus interkalasi, hukum yang mengatur pada hari apa
dari suatu minggu bulan Tishri dimulai; memperhitungkan interval antara Era
Yahudi(penciptaan Adam) dan Era Seleucid; dan memberikan hukum tentang bujur matahari
dan bulan menggunakan kalender Yahudi. Sama dengan yang ditemukan oleh Al-Biruni dan
Maimonides.
Al-Khawarizmi juga dikenal ahli seni musik. Dalam salah satu buku matematikanya. Ia
menuliskan pula teori seni musik. Buku itu diterjemahkan oleh Adelardi pada abad ke-12
dengan judul “Liber Ysagogarum Alchorism”. Buku ini kemudian menyebarkan pengaruhnya
sampai ke Eropa dan sejarawan Philip K. Hitti menyebutnya sebagai perkenalan pertama
musik Arab ke dunia Barat atau dunia Latin
Buku kedua karya besar Al-Khawarizmi adalah tentang aritmatika. Sekarang hanya tersisa
dalam bahasa latin. Versi aslinya dalam bahasa Arab telah hilang. Penerjemahan buku ini
dilakukan pada abad ke 12 oleh Adelard of Bath. Memang pada buku ini tidak ditemukan
judulnya, tetapi orang menyebut dalam bahasa latin “Dixit Algorizmi” yang ada juga diberi
nama “Algoritmi de numero Indorum, yang berarti, Al-Khawarizmi dalam perhitungan Hindi.
Pemberian nama ini dilakukan oleh Baldassarre Boncompagni ditahun 1857.
Pada buku beliau “On the Calculation with Hindu Numerals”, yang ditulis tahun 825,
memprinsipkan kemampuan difusi angka India ke dalam perangkaan timur tengah dan
kemudian Eropa. Bukunya diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, “Algoritmi de numero
Indorum”.
Karya lain Al-Khawarizmi ialah Kitab Al-Jam wa’l-tafriq bi-hisab al-Hid (Book of
Addition and Subtraction by the Method of Calculation). Karya ini dikenal pelajaran pertama
yang ditulis dengan menggunakan sistem bilangan desimal, merupakan titik awal
pengembangan matematika dan sains. Pelajaran di Eropa mengaitkan Al-Khawarizmi dengan
„new aritmetic‟ yang akhirnya menjadi basis notasi angka, dimana penulisan angka Arab
dikenal dengan istilah „algorism‟ atau „algorithm‟. Hasil karya Al-Khawarizmi menjadi
penting karena merupakan notasi pertama menggunakan basis angka Arab dari 1 sampai 9,0
dan pola nilai-nilai penempatan. Ini dilengkapi pula dengan aturan- aturan yang diperlukan
dalam bekerja dengan menggunakan bilangan notasi Arab dan penjelasan tentang empat basis
operasi perhitungan, yaitu; penambahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Ini juga
mengakomodir bentuk – bentuk penulisan angka yang lazim digunakan, yaitu penulisan
dengan enam digit desimal dan penggunaan tanda akar. Dan masih banyak lagi karya lain
beliau seperti “The Compendious Book on Calculation by Completion and Balancing”.
Al Khawarizmi juga melebarkan karyanya di Bidang Astronomi dan Geografi, dibawah
Khalifah Ma‟mun, sebuah tim astronom yang dipimpinnya berhasil menentukan ukuran dan
bentuk bundaran bumi. Penelitian itu dilakukan di Sanjar dan Palmyra. Hasilnya hanya selisih
2,877 kaki dari ukuran garis tengah bumi yang sebenarnya. Sebuah perhitungan luar biasa
yang dapat dilakukan pada saat itu. Astronom muslim ini juga menyusun buku tentang
perhitungan waktu berdasarkan bayang – bayang matahari. Karya Al-Khawarizmi dalam
bidang Astronomi merupakan karya orisinil pertama bagi Astronomi Arab. Karya ini
mengandung tabel pergerakan matahari, bulan, lima planet, dilengkapi dengan petunjuk
penjelasan bagimana menggunakan tabel tersebut.
Buku geografinya yang mahsyur adalah Kitab Surah Al Ard tentang gambaran bumi. Buku
itu memuat daftar koordinat beberapa kota penting dan ciri – ciri geografisnya. Kitab itu
secara tidak langsung mengacu pada buku Geography yang disusun oleh Claudius
Ptolomaeus (100-178), ilmuwan Yunani. Namun beberapa kesalahan dalam buku tersebut
dikoreksi dan dibetulkan oleh Al-Khawarizmi dalam bukunya Zij As Sindhind sebelum ia
menyusun Kitab Surah Al Ard. Sinopsis buku ini dicetak untuk pertama kalinya pada tahun
1926 M dan diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman pada tahun 1932 M. Kitab Surah Al Ard
sekarang tersimpan di Perpustakaan Universitas Strasbourg. Sementara versi latinnya
disimpan di Biblioteca Nacional de Espana Madrid.
Salah satu karyanya di bidang Astronomi ialah buku yang berjudul Zij Al Sindind seperti
yang sudah disebut sebelumnya. Buku ini berisi tentang 37 simbol pada kalkulasi kalender
astronomi dan 116 tabel kalender astronomial dan data astrologial. Isi buku ini masih dipakai
dalam bidang astronomi hingga sekarang. Versi asli buku ini dalam Bahasa Arab ditulis pada
tahun 820 telah hilang, tapi versi lain dalam Bahasa Latin masih ada yang mana dari hasil
terjemahan oleh Adelard of Bath. Empat manuskrip lainnya yang berbahasa Latin tetap ada di
Bibliotheque publique (Chartes), the Bibliotheque Mazarine (Paris), the Bibliotheca Nacional
(Madrid) dan the Bodleian Library (Oxford).
Taqwiimul Buldaan adalah buku lainnya dalam bidang geografi. Dalam penulisan buku ini,
menjelaskan pendapat – pendapat Bethlumus dengan sangat detail. Dalam penulisan bukunya
ini, Al-Khawarizmi ia berpijak pada buku sebelumnya “Shuuratul Ardh”. Dengan bukunya
kali ini, AlKhawarizmi dianggap sebagai pembaharu terhadap teori – teori Bethlumus. Salah
seorang pakar sejarah asal Eropa pernah berkomentar tentang buku ini, “Buku Taqwiimul
Buldaan tidak bisa hanya dianggap hanya mengekor pada teori-teori Yunani kuno saja, tetapi
ia juga merupakan kajian baru yang independen dalam bidang geografi dan tidak kalah
pentingnya dengan kajian ataupun penulis Eropa lainnya yang mengarang geografi pada masa
itu”.
Berkenaan dengan ini, perlu diingat bahwa penelitian – penelitian yang dilakukan oleh
sejumlah peneliti mengisyaratkan bahwa Al-Khawarizmi termasuk salah seorang yang
ditugaskan oleh Khalifah Al-Ma‟mun untuk mengukur derajat kebulatan bumi.
Salah satu hal lain yang menarik ialah pendiri sekaligus CEO dari Facebook, Mark
Zuckerberg pernah berkata “Saya heran ada orang-orang yang terlalu mengidolakan saya.
Padahal saya sangat mengidolakan ilmuan muslim Al-Khawarizmi. Karena tanpa ada
algoritma dan aljabar, maka jangan pernah bermimpi ada Facebook, Whatsapp, BBM, bahkan
komputer. Kalian seharusnya bangga menjadi seorang muslim”.
TAULADAN AL-KHAWARIZMI
Salah satu tauladan yang dapat diikuti dari Al-Khawarizmi ialah rasa ingin tahu beliau yang
sangat tinggi tentang ilmu pengetahuan. Al-Khawarizmi selalu punya rasa keingin tahuan
yang besar, lalu dari rasa ingin tahu tersebut dia melahirkan karya-karya yang hebat yang
dikenal banyak orang serta bermanfaat bagi umat. Rasa ingin tahunya dalam ilmu
pengetahuan sangat luar biasa, dibuktikan dengan karya-karya serta pemikirannya yang
melegenda. Dan tidak sampai disitu saja, rasa ingin tahu beliau yang menarik ialah dia tidak
hanya menjajaki di satu bidang saja. Al-Khawarizmi terus menerus memupuk rasa ingin
tahunya banyak bidang. Mulai dari matematika, astronomi, astrologi, geografi, kesastraan
hingga bidang musik sekalipun. Keingin tahuan beliau yang besarlah yang membuat namanya
sampai sekarang begitu dikenal dan karya serta pemikirannya menjadi rujukan sepanjang
masa bagi banyak orang.
Tauladan yang lainnya ialah masalah rumit bisa diselesaikan asalkan kita mau terus
berusaha dengan sungguh-sungguh, menempatkan hati, pikiran dan tenaga. Layaknya Al-
Khawarizmi yang memecahkan permasalahan Aljabar dengan menyederhanakannya.
Pola pikir beliau yang general, walaupun fokus di bidang matematika dan sains, beliau juga
ahli musik. Sungguh kemauan menuntut ilmu yang sangat luar biasa yang bisa diambil
hikmah dari beliau. Apalagi modern saat ini di Indonesia yang mayoritas para pelajarnya
hanya terpaku oleh disiplin ilmunya masing-masing sehingga pola pikirnya tidak terlalu
berkembang dibandingkan di Negara Barat. Oleh karena itu menuntut ilmu di semua bidang
sangat diperlukan dalam pembentukan pola pikir yang maju yang bermanfaat dan berguna
bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, agama dan negara.
DAFTAR PUSTAKA
Gribbin, John.2008.The Britannica Guide to the 100 Most Influential Scientist: Running
Press
Khawarizmi, Al dan Robert of Chester.2007. Liber algebrae et almucabala: Martino Pub
Boyer, Carl B. Uta C. Merzbach.1968.The Arabic Hegemony: History of
Mathematics.:Kluwer Academic Publishers.
M Shoelhi, Gunadi, R. A.2002.Khazanah Orang Besar Islam-Dari Penakluk Jerussalem
Hingga Angka Nol.Republika.
Khawarizmi, Al.anonim. Al-Jam wa’l-tafriq bi-hisab al-Hid (Book of Addition and
Subtraction by the Method of Calculation): Running Press
Nama : Putri Aini
NIM : 1901125034
Kelas : 4B
Tugas : Biografi Tokoh Ilmuwan Muslim
Mata Kuliah : IDI/Kependidikan Islam 1
BIOGRAFI AL-MAS’UDI
Al-Mas’udi dikenal sebagai sejarawan dan ahli geografi Arab. Nama lengkapnya
adalah Abu al-Hasan Ali bin Husien Ibnu Ali al-Mas’udi. Menurut buku berjudul Al-Mas’udi
and His World, al-Mas’udi dilahirkan pada tahun 283H atau 895M di kota Baghdad. Beliau
terkenal dengan sebutan al-Mas’udi. Beliau berketurunan Arab yaitu keturunan Abdullah bin
Mas’udi seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang dihormati (Dian, 2013: 30).
Pada masa mudanya, dia sangat menguasai warisan sastra pada zamannya dan juga
berbagai ilmu pengetahuan. Namun, bidang kajiannya yang hakiki ialah pengembaraanya
yang luas di darat dan di laut yang mencakup negeri India hingga lautan Atlantik, dari laut
Merah hingga laut Caspia. Bahkan ada kemungkinan dia telah mengembara ke Cina dan
kepulauan Melayu (Husayn, 2003: 131).
Al- Mas'udi adalah seorang ahli sejarah, geografi, geologi, zoologi, ensiklopedi dalam
bidang sains Islam, sekaligus pengembara. Banyak negari yang telah dia kunjungi dan
puluhan karya yang telah dihasilkan. Al Mas'udi disebut sebagai Pilinius dari sastra Arab,
karena pengetahuan geografinya. Dalam bukunya Muruj az-Zahab wa Ma'adin al-jawahir, ia
menjelaskan bagaimana terjadinya gempa bumi. Ia juga berkisah tentang laut mati; dan
tentang kincir angin pertama, yang menurutnya mungkin sekali merupakan penemuan orang
Islam. Ia juga merumuskan teori yang dapat dikatakan sebagai dasar awal dari teori evolusi.
Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya, al-Mas’udi tertarik mempelajari sejarah
dan adat- istiadat masyarakat suatu tempat. Hal inilah yang mendorongnya untuk
mengembara dari satu negeri ke negeri lain, mulai dari Caspia, Tiberias, Damaskus, Mesir,
dan berakhir di Suriah. Dalam pengembaraannya, al-Mas’udi mempelajari ajaran Kristen dan
Yahudi, serta sejarah negara-negara Barat dan Timur ( Wahyu, 2008: 207).
Pengembaraan Intelektualnya dimulai dengan mengunjungi negeri Iran dan Kirman
(915). Ia juga bermukim di Ushtukhar, Persia dan dari sana pergi ke India, mengunjungi
Multan dan al-Manshura. Bersama para pedagang, ia melanjutkan pengembaraannya ke
Ceylon (Srilanka) dan ia ikut mengarungi laut Cina. Dalam perjalanan pulang ia mengelilingi
Samudra Hindia dan kemudian mengunjungi Oman, Zanzibar, Pesisir afrika Timur, Sudan,
dan Madagaskar.
Pada tahun 926 M ia kembali mengadakan perjalanan ke beberapa negeri seperti
Tiberias, (Suriah) dan Palestina, serta tahun 943 M ke antioch (Suriah). Ia juga mengelilingi
negeri-negeri Irak dan Arab Selatan. Sepuluh tahun terakhir hidupnya dilalui di Suriah dan
dan kemudian di Mesir.
Kemudian melanjutkan ke Persia, di sana dia tinggal selama lebih kurang setahun di
Istakhar yaitu pada tahun 305H/915M. Dan di Baghdad dia pergi ke India (916M) dan
mengunjungi kota Multan dan kota al-Mansurah (Mansura). Kemudian dia kembali ke Persia
setelah mengunjungi Kusman. Mansura pada zaman al-Mas'udi adalah kota yang paling maju
di India Barat dan menjadi ibu kota negeri bagian Sind dalam karyanya Muruj alDhahab wa
Ma'adin al-Jawahir, dia menceritakan bahwa kota tersebut terletak di tepi Sungai Indus (dekat
Hyderabad Slang) .
Nama kota itu diambil nama Mansur bin Jumhur (gubernur pemerintahan Bani
Umayyah di Sind). Ia dihuni oleh sejumlah penduduk golongan sayid (pemimpin kabilah).
Sebelum pertapakan Islam, beberapa wilayah di sekitar lembah Sungai Indus dikuasai oleh
raja-raja Hindu. Namun, setelah terjadi dakwah oleh da'i-da'i Islam, raja-raja Hindu tersebut
telah terpengaruh dengan ajaran Islam dan menganggap orang Islam sebagai lambang
perdamaian dan kehidupan yang baik.
Di India al-Mas'udi juga melakukan penelitian tentang flora dan fauna. Penelitian
dilakukan di tepi laut dekat dengan Bombay. Antara bahan-bahan penelitian Al Masudi
adalah gajah, burung merak, burung kakatua, jeruk, kelapa dan lain-lain. Kemudian al-
Mas'udi bersama-sama dengan penjelajah lainnya melanjutkan pelayaran melalui Bombay,
Deccan dan Sri Lanka serta berlayar ke Asia Tenggara, Indocina dan negeri Cina. Dalam
perjalanan pulang dia singgah di Madagaskar, Zanzibar, Oman dan sampai di Basrah. Di
Basrah ia menetap untuk beberapa waktu dan menulis karya besarnya yang berjudul Muruj
al-Dhahab.
Buku ini menceritakan tentang pengalaman pribadi dia di berbagai negara. Dalam
buku ini dia menyebutkan beberapa tempat di Asia Tenggara, termasuk di antaranya
Semenanjung Malaya, Sumatera, dan Jawa. Dalam tulisannya ia menyebutkan kekayaan dan
kejayaan kerajaan Sribuza yang tak lain adalah Sriwijaya. Digambarkan Sriwijaya adalah
sebuah kerajaan besar yang kaya raya, dengan tentara yang sangat banyak. Disebutkan kapal
yang tercepat dalam waktu dua tahun pun tidak cukup untuk mengelilingi seluruh pulau
wilayahnya. Ada kemungkinan ia sampai ke kawasan ini selama dalam pelayarannya ke
China.
Buku ini telah diterbitkan di Paris (1861-1877) dan Kairo (1303 H) sebanyak 9 jilid.
Ia merupakan karya al-Mas'udi yang terbesar telah ditemukan dan ada sampai ke hari ini. Ia
bisa dianggap sebuah ensiklopedia karena pembicaraan dimulai dari kejadian manusia hingga
ke zamannya. Al Masudi juga mengunjungi Pantai Laut Kaspia dan berkelana menyusuri
Asia Tengah dan Turkistan. Dia juga mengunjungi Tiberias, dan sini ia memperoleh kesan
relief-relief gereja Kristen.
Kemudian dia pergi ke Gujarat (303H) dan menemukan Chamur, pelabuhan Gujarat
dengan penghuni 10 ribu orang Arab dan sisanya keturunan mereka. Di sini ia mendapat
keterangan-keterangan dari orang Yahudi, Persia, India dan uskup-uskup Kristen. Setelah
meninggalkan Basrah dan Suriah dia kembali ke Fustat (Khairo Kuno). Di sini ia menyusun
karya dia yang kedua berjudul Qoran al-Zaman (cerita-cerita sejarah) yang terdiri dari 30
jilid. Dua puluh jilid antaranya ada tersimpan di perpustakaan Aya Sofia (Istanbul), tetapi
sejauh ini hanya satu jilid saja ditemukan di Aleppo dan dibawa ke Wina. Namun, isi kitab
ini, yang banyak menyentuh sejarah dan geografis dunia, telah digariskan dalam kitab Muruj
al-Dhahab. Dalam buku ini dia menggabungkan ilmu geografis dengan sejarah dan
menceritakan kehidupan masyarakat di negara-negara yang pernah dilawatinya.
Setelah bepergian begitu lama ke Timur dia meluangkan waktu menetap di Basrah
tempat ia mencatat pengalamannya dalam Muruj alDhahab wa Ma'adin al-Jawahir. Buku ini
selesai ditulis pada tahun 947M dan pada tahun 956M diselesaikan pula edisi keduanya yang
mengandung 9 jilid yang terjemahannya diterbitkan di Paris (1861-1877).
Dari Basrah dia kemudian pindah ke Fustat tempat dia menulis kitab Koran al-Zaman
yang lebih terkenal sebagai Annal (catatan sejarah) yang terdiri dari 30 jilid mengenai sejarah
umum. Karya ini selesai pada tahun 956M. Karya dia yang terakhir ditulis pada tahun
kematiannya (956M di Fustat) adalah Kitab al-Tanbih wa al-Ishraf. Dalam kitab ini dia
membuat penambahan dan melengkapi karya-karya yang sebelumnya. Berdasarkan
perjalanan pelayaran, al-Mas'udi banyak membuat penelitian dan juga membuat tulisan
tentang pengalamannya dalam berbagai ilmu.
Menurut Husayn (2003:132-133), al-Mas’udi termasuk pembaharu dalam model
tulisan sejarah sekaligus model tulisan geografi. Dalam bidang sejarah, dia mengubah tulisan
kronologis per tahun yang dilakukan oleh pendahulunya, al-Thabari. Dia tidak menuliskan
sejarah dari tahun per tahun, tetapi dalam model tulisan satu kisah bersambung, yang
memiliki kelebihan dari segi sastranya. Dia tidak memerlukan rangkaian mata rantai sumber
sejarah yang ditulisnya. Dalam tulisannya, ia jarang mencantumkan sumbersumber atau
rujukan sejarahnya. Dia seperti halnya al-Ya’qubi melakukan pengecekan penulisan sejarah
dari sudut tinjauan agama, dan menjadikannya sebagai ilmu yang berdiri sendiri. Kalau
sebelumnya al-Thabari mencurahkan perhatian kepada sejarah bangsa Arab dan bangsa
Persia kuno, al-Mas’udi memperluasnya dengan menambahkan kajian sejarah Iran, sejarah
Yunani, sejarah Romawi, sejarah Byzantium, bahkan sejarah gereja Kristen.
Dalam geografi, al-Mas’udi juga menempati barisan kedelapan, tanpa ada
tandingannya pada abad kesepuluh Miladi. Karena, dia beralih dari tradisi penulisan geografi
yang hanya diigunakan untuk kepentingan aturan pos dan perhubungan, serta penarikan
pajak. Dia menulis geografi seperti halnya bangsa Yunani, yang memasukkan peta laut,
sungai, bangsa Arab, Kurdi, Turki, dan Bulgaria, serta perpindahan India dan Negro, serta
pengaruh iklim terhadap akhlak dan adat istiadat suatu bangsa. Bahkan, dia juga menulis dan
berbicara tentang pemikiran mengenai penyatuan berbagai bangsa yang telah maju, beberapa
abad sebelum pemikiran seperti ini muncul dan berkembang menjadi teori ilmiah dan Eropa.
Dia sangat arif tentang tingginya nilai pengetahuan geografi pada zamannya. Khususnya
buku yang dia tulis, yang berjudul al-Tanbih wa alIsyraf. Adapun buku Muruj al-Dzahab,
merupakan buku yang memuat bentuk kehidupan sosial dan budayanya, pada zaman
kekhalifahan Islam yang sangat baik (Husayn, 2003: 133).
Tidak banyak para pendahulu yang mengulas sejarah Hafidh Hasan a-lMas’udi, para
ahli waris juga sangat sulit untuk dilacak karena keberadaan penyusun yang tidak
memungkinkan melacaknya sampai asal atau tempat dimana beliau berkiprah. Namun,
sekilas gambaran itu penyusun kira sudah mewakili.
Karya-Karya Hafidz Hasan Al-Mas’udi
Hafidz hasan Al-Mas’udi banyak menghasilkan karya dalam bentuk tulisan sepanjang
hidupnya diantaranya: Zakha’ir al-Ulum wa Ma Kana fi Sa’ir ad Duhur, berisi tentang
khazanah Ilmu pada Setiap Kurun. Al-Istizhar Lima Marra fi Salif al-A’mar, berisi tentang
peristiwa-peristiwa masa lalu. Buku ini dan buku di atas telah diterbitkan kembali di Najaf
pada tahun 1955.
Tarikh al-Akhbar al-Umam min al-Arab wa al’Ajam berisi tentang sejarah Bangsa
Arab dan Persia. Akhbar az-Zaman wa Man Abadahu al-Hidsan min al-Umam al-Madiyan
wa al-Ajyal al-Haliyah wa al-Mamalik al-Dasirah, berisi tentang sejarah umat manusia masa
lampau dan bangsa-bangsa sekarang serta kerajaan-kerajaan mereka. Buku yang terdiri dari
30 jilid ini tidak sampai ke tangan generasi sekarang. Yang ada sekarang adalah
ringkasannya, namun tidak diketahui pengarangnya. Beberapa manuskrip menyebutkan
bahwa ringkasan itu justru merupakan jilid pertama dari kitab itu. Meskipun demikian,
materinya termuat di dalam dua karya berikutnya.
Al-Ausat, berisi kronologi sejarah Umum. Muruj az-Zahab wa Ma’adin al-Jawahir
(Padang Rumput Emas dan Tambang Batu Permata) disusun tahun 947 M. Kitab ini terdiri
atas dua bagian besar. Pertama, berisi sejarah penciptaan alam dan manusia, sifat-sifat bumi,
laut peristiwa-peristiwa luar biasa, riwayat nabi-nabi, sejarah bangsa-bangsa kuno dengan
agama dan alirannya, serta adat istiadat dan tradisi. Al-Mas’udi banyak mengutif karya para
sejarawan sebelumnya.
Kedua, berisi sejarah Islam mulai akhir masa Khulafaur Rasyidin (empat khalifah
besar) sampai masa awal masa pemerintahan Khalifah al-Mu’ti dari bani Abbasiyah,
kehidupan para budak leleaki dan wanita, mawali (orang asing, terutama Persia), kehidupan
masyarakat umum, pembangunan (seperti istana) beserta segala perlengkapannya, kebiasaan
para pembesar, dan adat istiadat serta tradisi negeri-negeri yang dikunjunginya. Al-Mas’udi
banyak memaparkan pembagian bumi ke dalam beberapa wilayah. Menurutnya bentuk
daratan dan lautan merupakan segmen sebuah bola.
Kitab yang sekarang disebut kitab turas (Khazanah Islam Klasik) ini diterbitkan
kembali tahun 1895 di Kairo. Kitab ini diterjemahkan ke dalam bahasa Perancis oleh A.
Sprenger (London, 1841). Pada tahun 956 M Al-Mas’udi sebenarnya telah menyelesaikan
penulisan sebuah kitab yang konon cakupannya lebih luas dari kitab di atas, tetapi kitab
tersebut belum ditemukan.
At-Tanbih wa al-Israf (Indikasi dan Revisi) ditulis tahun 956 M. Kitab yang
merupakan ringkasan dan memuat beberapa revisi dari tulisannya yang lain, juga memuat
pandangan filsafat-filsafatnya tentang alam dan sejarah. Ia memaparkan pemikirannya
tentang evolusi alam, yaitu dari mineral, tanaman, hewan, sampai manusia. Sebagai contoh
terjadinya evolusi itu, ia berpendapat bahwa jerapah adalah hibrida dari unta dan macan tutul
(phanter). Pendapat ini berbeda dengan pendapat ilmuwan muslim lainnya, yaitu Al-Jahiz dan
Abu Yahya al-Qazwini, yang menyatakan bahwa jerapah adalah hibrida dari unta betina liar
dan hiena jantan. Kitab ini diedit oleh M.J de Goeje (Leiden, 1894) dan telah pula
diterjemahkan ke dalam bahasa Perancis oleh Carra de Vaux (Paris, 1897) Wahyu
(2008:208).
Mas’udi disebut sebagai “Heroditus dan Plinius”- nya orang Arab karena
memperkenalkan metode secara orisinil dalam penulisan sejarah. Ia membuat revolusi dalam
penulisan sejarah dengan memperkenalkan studi kritis pada kejadian-kejadian historis, dan
juga, tidak hanya pengelompokan peristiwa menurut tahun, tapi malahan ia kumpulkan
peristiwa-peristiwa menurut dinasti-dinastinya, sebuah cara yang kemudian diikuti dan
dijelaskan oleh Ibn Khaldun. Pengetahuan yang mendalam mengenai muncul dan jatuhnya
dinastidinasti di dunia yang banyak sekali itu dimilikinya dengan baik dan secara kritisditeliti
dalam karya-karya sejarah geografinya yang monumental seperti tertulis secara mendetail di
atas. Mas’udi sadar akan kebesarannya sebagai sejarawan. Ia berkata, “Saya belum pernah
menemui seorang sejarawan yang mengungguli sejarah dengan cara yang saya lakukan.
Sebuah perbandingan dari karya sejarah saya dengan karya-karya pendahulu saya akan
meyakinkan setiap pembaca akan benarnya pernyataan saya”. Pandangan Mas’udi sangat luas
dan dialah salah seorang yang pertama kali menggunakan anekdot dalam sejarah. Dia telah
melakukan karya-karya wisata yang ekstensif, berkelana ke segenap penjuru dunia Islam
dalam usahanya mencari data dari tangan pertama.
Al-Qadaya wa at-Tajarib, berisi tentang Peristiwa dan Pengalaman. Mazahir al-
Akhbar wa Tara’if al-asar, berisi tentang Fenomena dan Peninggalan Sejarah. As-Safwah fi
alImamah, berisi tentang Kepemimpinan.
Berikut Daftar Karya-karya Hafidz Hasan Al-Mas’udi :
1. Zakha'ir al-Ulum wa Ma Kana fi Sa'ir ad Duhur (Khazanah Ilmu pada Setiap Kurun)
2. Al-Istizhar Lima Marra fi Salif al-A'mar tentang peristiwa-peristiwa masa lalu. Buku
ini dan buku di atas telah diterbitkan kembali di Najaf pada tahun 1955.
3. Tarikh al-Akhbar al-Umam min al-Arab wa al'Ajam (sejarah Bangsa Arab dan Persia)
4. Akhbar az-Zaman wa Man Abadahu al-Hidsan min al-Umam al-Madiyan wa al-Ajyal
al-Haliyah wa al-Mamalik al-Dasirah, berisi tentang sejarah umat manusia masa
lampau dan bangsa-bangsa sekarang serta kerajaa-kerajaan mereka. Buku yang terdiri
dari 30 jilid ini tidak sampai ke tangan generasi sekarang. Yang ada sekarang adalah
ringkasannya, namun tidak diketahui pengarangnya. Beberapa manuskrip
menyebutkan bahawa ringkasan itu justru merupakan jilid pertama dari kitab itu.
Meskipun demikian, materinya termuat di dalam dua karya berikutnya.
5. Al-Ausat, berisi kronologi sejarah Umum.
6. Muruj az-Zahab wa Ma'adin al-Jawahir (Padang Rumput Emas dan Tambang Batu
Permata) disusun tahun 947 M.
7. At-Tanbih wa al-Israf (Indikasi dan Revisi) ditulis tahun 956.
8. Al-Qadaya wa at-Tajarib (Peristiwa dan Pengalaman)
9. Mazahir al-Akhbar wa Tara'if al-asar (Fenomena dan Peninggalan Sejarah)
10. As-Safwah fi al-Imamah (tentang Kepemimpinan).
Abu Hasan Ali ibn Husain al-Mas’udi adalah keturunan Abdullah ibn Mas’udi,
sahabat Nabi yang dihormati. Dia seorang Arab Mu’tazilah yang menghabiskan sepuluh
tahun terakhir hidupnya di Syria dan Mesir. Beliau meninggal dunia di Fustat (Mesir) pada
tahun 345H/956 M. Pernyataan ini sama dengan pernyataan dalam al-Dhahabi dan surat
tulisan al-Mushabi yang menyatakan al-Mas’udi meninggal dunia dalam bulan Jamadil akhir
345 M..
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Amin, Husayn. (2003). Seratus Tokoh dalam Sejarah Islam. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Murtiningsih, Wahyu. (2008). Biografi Para Imuwan Muslim. Yogyakarta: Insan Madani.
Ahmad, Jamil. (1994). Seratus Muslim Terkemuka. Jakarta: Pustaka.
Al- Mas’udi, Hafidzh Hasan. (2012). Akhlaq Mulia, terj. Achmad Sunarto. Surabaya:
AlMiftah.
Shboul, A. M. (1979). Al-Masʹūdī & His World: A Muslim Humanist and His Interest in
Non-Muslims. London: Ithaca Press.
Budi. (2020, Desember 12). Riwayat Hidup Imam al-Mas’udi. Retrieved from Laduni.id:
https://www.laduni.id/post/read/45025/profil-imam-al-masudi
Mubit, R. (2020, April 16). Ilmuwan Besar dalam Dunia Islam (10): Al-Mas’udi, Sejarawan
dan Ahli Geografi. Retrieved from alif.id: https://alif.id/read/rizal-mubit/ilmuwan-besar-
dalam-dunia-islam-10-al-masudi-sejarawan-dan-ahli-geografi-b227985p/
Nama : Dwi Rizki Adhiati
NIM : 1901125061
Kelas : 4B Pendidikan Biologi
Mata Kuliah : IDI/Kependidikan Islam 1
BIOGRAFI AL-MAWARDI
Nama lengkapnya adalah Abu al-Hasan Ali bin Muhammad bin Habib al-Mawardi al-Bashri.
Al-Mawardi dilahirkan di Basrah, Irak pada tahun 364 hijriah bersamaan pada tahun 974
masehi. Beliau dibesarkan dalam keluarga yang mempunyai perhatian besar kepada ilmu
pengetahuan. Mawardi berasal dari katama’ (air) dan ward (mawar) karena ia adalah anak
seorang penjual air mawar. Panggilan al-Mawardi diberikan kepadanya karena kecerdasan
dan kepandaiannya dalam berorasi, berdebat, berargumen dan memiliki ketajaman analisis
terhadap setiap masalah yang dihadapinya, sedangkan julukan al-Bashri dinisbatkan pada
tempat kelahirannya. (Al-mawardi & Para, 1994)
Al-Mawardi merupakan seorang pemikir Islam yang terkenal pada masanya, yaitu masa
dimana ilmu pengetahuan yang dikembangkan umat Islam mengalami puncak kejayaan. Ia
juga dikenal sebagai tokoh terkemuka Madzhab Syafi’i dan pejabat tinggi yang besar
pengaruhnya pada dinasti Abbasiyah. Selain sebagai pemikir Islam yang ahli dibidang fiqih,
sastrawan, politikus dan tokoh terkemuka, ia juga dikenal sebagai penulis yang sangat
produktif. (Amin & Belakang, 2016)
Dalam sejarah pendidikannya, ia mulai belajar sejak masa kanak-kanak tentang ilmu agama
khususnya ilmu-ilmu hadits bersama teman-teman semasanya, seperti Hasan bin Ali al-Jayili,
Muhammad bin Ma'ali al-Azdi dan Muhammad bin Udai al-Munqari. Pada awalnya Al-
Mawardi menempuh pendidikan di negeri kelahirannya sendiri, yaitu Basrah. Di kota tersebut
Al-Mawardi sempat mempelajari hadits dari beberapa ulama terkenal seperti Al- Hasan Ibnu
Ali Ibnu Muhammad Ibnu Al-Jabaly, Abu Khalifah Al-Jumhy, Muhammad Ibnu ‘Adiy Ibnu
Zuhar Al-Marzy, Muhammad Ibnu Al-Ma’aly Al-Azdy serta Ja’far bin Muhammad Ibnu Al-
Fadl Al-Baghdadi. Setelah itu ia pindah ke Baghdad dan bermukim di Darb Az-Za'farani.
Disini Al-Mawardi belajar hadits dan fiqih serta bergabung dengan halaqah Abu hamid Al-
Isfirayini untuk menyelesaikan studinya. (Pemikiran et al., 2004)
Selanjutnya, ia berpindah tempat ke kota lain untuk menyebarkan ilmunya. Kemudian,
setelah lama berkeliling ke berbagai kota, ia kembali ke Baghdad untuk mengajarkan ilmunya
dalam beberapa tahun. Dikota itu ia mengajarkan hadits, menafsirkan Al-Qur'an dan menulis
beberapa kitab. Al-Mawardi juga mendalami bidang fiqih pada syekh Abu Al-Hamid Al-
Isfirayani, sehingga Al-Mawardi tergolong sebagai penganut mazhab Syafi’i. Terlepas dari
pandangan fiqihnya, Al-Mawardi dikenal sebagai orang yang sabar, murah hati, berwibawa
dan berakhlak mulia. Hal ini diakui oleh para sahabat dan rekannya yang belum pernah
melihat Al-Mawardi menunjukkan budi pekerti yang tercela. Selain itu Al-Mawardi juga
dikenal sebagai seorang ulama yang berani menyatakan pendapatnya walaupun harus
berhadapan dengan ulama lainnya. Keberaniannya memberikan gelar malikal mulk kepada
khalifah jalaluddin Al-Buwaihi, serta menetapkan berbagai persyaratan kekhalifahan dan
pemerintahan merupakan bukti bahwa al-mawardi seorang ulama yang tidak takut
mengeluarkan pendapat dan fatwanya.
Karier Al-Mawardi selanjutnya dicapai pada masa Khalifah Al-Qo’im (1031-1074). Pada
waktu itu ia diserahi tugas sebagai duta diplomatik untuk melakukan negosiasi dalam
memecahkan berbagai persoalan dengan para tokoh pemimpin dari kalangan Bani Buwaih
Saljuk Iran. Pada masa ini pula Al-Mawardi mendapat gelar sebagai Afdhal AlQudhot
(Hakim agung). Pemberian gelar ini sempat menimbulkan protes dari para Fuqoha’ karena
mereka berpendapat bahwa tidak ada seorang pun yang boleh menyandang gelar tersebut. Hal
ini terjadi setelah mereka menetapkan fatwa tentang bolehnya Jalal Ad-Daulah Ibnu Balau
Ad-daulal Ibnu ‘adud Ad-daulah menyandang gelar al-Malik al-Mulk (Rajanya Raja) sesuai
permintaan. Menurut mereka yang boleh menyandang gelar tersebut hanyalah yang maha
kuasa yaitu Allah SWT. (Ii et al., 1994)
Al-Mawardi termasuk penulis yang produktif, cukup banyak karya tulisnya dalam berbagai
cabang ilmu, dari ilmu bahasa sampai sastra, tafsir, fiqih dan ketatanegaraan. Salah satu
bukunya yang paling terkenal, termasuk di Indonesia adalah Adab al-Duniya wa al-Din (Tata
krama kehidupan duniawi dan agamawi). Selain itu, karya-karyanya dalam bidang politik
adalah al-Ahkamu al-Sulthaniyah (Peraturan-peraturan kerajaan/pemerintahan), Siyasatu al-
Wazarati wa Siyasatu al-Maliki (Ketentuan-ketentuan kewaziran, politik raja), Tashilu al-
Nadzari wa Ta’jilu al-Dzafari fi Akhlaqi al-Maliki wa Siyasati al-Maliki, Siyasatu al-Maliki
dan Nashihatu al-Muluk. Karya lainnya adalah al-Hawi, yang digunakan sebagai buku
rujukan tentang hukum mazhab Syafi’i oleh ahli-ahli hukum, buku ini terdiri dari 8.000
halaman dan diringkas oleh al-Mawardi dalam 40 halaman berjudul al-Iqra. (Junaedi, n.d.)
Al-Mawardi wafat pada tanggal 30 bulan Rabi’ul Awal tahun 450 hijriah bersamaan 27 Mei
1058 masehi. Ketika itu beliau berumur 86 tahun, banyak para pembesar dan ulama yang
menghadiri pemakaman beliau. Jenazah Al-Mawardi dimakamkan di perkuburan Bab Harb
Kota Mansur di Baghdad, kewafatannya terpaut 11 hari dari kewafatan Qadi Abu Taib.
DAFTAR PUSTAKA
Al-mawardi, A. I., & Para, A. (1994). BIOGRAFI AL-MAWARDI Nama lengkapnya ialah Ali
bin Muhammad bin Habib Al-Mawardi Al-Basri , Nama Al-Mawardi dinisbahkan kepada air
mawar . ( ma ’ ul wardi ) kerana bapak dan datuknya adalah penjual air mawar . Gelar
Qadi Al-Qudhat disebabkan beliau seorang.
Amin, M., & Belakang, L. (2016). Pemikiran politik al-mawardi. 04(2).
Ii, B. A. B., Hidup, A. R., Mawardi, A., M, M. B. H., & Beliau, I. (1994). No Title.
Junaedi, M. L. (n.d.). M. Layen Junaedi, Drs., M.Ag., adalah dosen tetap Fakultas Tarbiyah
UNISBA 135. 135–151.
Pemikiran, A. D. A. N., Ilmi, A. A.-, Ᾱ, K. A. A., Al-mawardi, A. A. H., & Ali, H. (2004).
Suparman Sukur, Etika Religius, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2004. h. 57 51. 51–104.
Nama : Putri Syifa Angieta
NIM : 1901125020
Kelas : 4B Pendidikan Biologi
Tugas : Biografi Tokoh Muslim Pengukir Sejarah
Mata Kuliah : IDI/Kependidikan Islam
BIOGRAFI AL-RAZI
Abu Bakar Muhammad Ibn Zakariya Al Razi yang kemudian dikenal sebagai al-Razi. Di
Barat al-Razi terkenal dengan nama Rhazes. Beliau lahir di Rayy, kota tua yang dahulu
disebut Rhoge, dekat dengan Teheran, Repubik Islam Iran pada tanggal 1 sya’ban 251 H /
865 M. Beliau hidup pada masa pemerintahan Dinasti Samaniyah (204-395 H). Pada masa
mudanya, al-Rhazi terkenal sebgai pedagang intan, tempat penukaran uang (money changer),
dan sebagai pemain alat music kecapi karena memang minat awalnya adalah musik.
Kemudian di kota Ray, al-Razi belajar kedokteran di madrasah Ali ibn Rabban al-Thabari
(240 H / 855 M) dan belajar filsafat dengan al-Balkhi, yaitu seorang pengemabara yang
menguasai ilmu filsafat dan juga ilmu-ilmu kuno.
Al-Razi terkenal dengan kecerdasannya yang luar biasa dan menjadikkannya dokter yang
melebihi dokter-dokter yang lainnya pada zamannya. Pada masa itu juga al-Razi diberikan
kepercayaan oleh Gubernur Manshur ibn Ishaq ibn Ahmad ibn As’ad untuk memimpin rumah
sakit sebagai direktur. Selain menjadi dokter al-Razi juga mempelajari ilmu falak, ilmu pasti,
sastra, dan kimia. Al-Razi dikenal menguasai semua teori medis klasik dan ditambah beliau
sering melakukan eksperimen yang membuatnya menemukan unsur-unsur baru.
Selain itu beliau juga seorang filsof dan juga banyak menulis buku. Al-razi cukup murah hati
kepada pasien karena merwat mereka dengan cara yang manusiawi, memberi perawatan
tanpa menagih kepada pasien. Pada tahun-tahin terakhirnya, beliau mengalami katarak di
kedua matanya karena iritasi mata oleh senyawa yang terpapar padanya dan menjadi buta.
Beliau meninggal di Al Rayy pada 27 Oktober 925 M / 313 H pada usia 60 tahun.
Lebih dari 224 karya yang dibuat oleh Al-Razi yang berisi berbagai macam subjek, baik
dalam bentuk ensiklopedea, buku atau kitab, maupun risalah. Daalm bidang kedokteran al-
Razi menulis karya ensiklopedia yang berjudul al-Khawi al-Kabir dan al-Mansuri fi al-
Thabib (kitab kedokteran untuk Khalifah al-Mansur), di Eropa dikenal sebagai Kontinen.
Buku-bukunya dalam kedokteran, filsafat, dan kimia sudah sangat mempengaruhi peradaban,
terutama karena kemanusiaan bahkan menjadi referensi utama di Eropa sampai abad ke-16.
Dalam bidang psikologi kitab al-Razi berjudul al-Thib al-Ruhani. Dalam bidang filsafat al-
Razi menulis al-Sirah al-Falsafiyyah dan al-Ilm al-Ilahi dan Rasa’il al-Falsafiyyah. Dalam
bidang ilmu kimia kitabnya berjudul al-Asrar. Al-razi juga memiliki kitab tentang gizi dan
nutrisi yang berjudul Manafi al-Aghduya. Walaipun al-Razi terkenal di Barat karena
pemikirannya di bidang kedokteran, al-Razi juga terkenal karena pemikirannya dalam dunia
Islam kerena pemikirannya terkait agama dan filsafat berbeda dibandingkan dengan filosof
lainnya.
Seseorang bernama Richter Bernburg melakukan survey tentang karya medis al-Razi yang
sangat berpengaruh untuk anak dan cucunya. Berikut bukunya:
1. Kitab Al-Hawi, buku tentang pengobatan Yunani dan Romawi, observasi klinis dan
studi kasusnya sendiri, serta metode pengobatan selama bertahun-tahun praktik
medisnya.
2. Kitab Al Mansuri Fi al-Tibb, buku pegangan ilmu kedokteran yang ditulisnya untuk
penguasa Al Rayy Abu Salih Al Mansur Ibn Ishaq, penguasa Al Rayy sekitar tahun
903.
3. Kitab Man la Yahduruhu Al-Tabib, didesikasikan untuk orang miskin, penjelajah, dan
warga negara biasa agar tetap bisa berkonsultasi atau merujuknya untuk pengobatan
penyakit umum ketika dokter tidak tersedia.
4. Kitab Bur’ al-Sa’ah, esai singkat oleh al-Razi tentang penyakit yang menurutnya
dapat disembuhkan dalam waktu satu jam.
5. Kitab al-Tibb ar-Ruhani, buku pengobatan spiritual.
6. Kitab al-Judari wa al-Hasbah, yaitu kitab cacar dan campak
7. Kitab al-Murshid, pengantar singkat tentang prinsip-prinsip dasar kedokteran yang
digunakan untuk materi perkuliahan kepada mahasiswa.
8. Al Shakook ala Jalinoos, di buku ini beliau mengkritik beberapa teori Galen,
khususnya empat ”humor” yaitu zat cair (termasuk darah), dahak, empedu kuning,
dan empedu gelap, yang keseimbangannya dianggap sebagai kunci kesehatan dan
suhu tubuh alami.
9. Al syrah al-Falsafiah, pendekatan filsafat.
10. Kitab Sirr Al-Asrar, buku rahasi yang berisikan tentang alkimia.
Kontribusi Al-Razi
Pada bidang kedokteran al-Razi merupakan orang pertama yang menjelaskan seputar
penyakit cacar. Diagnosa beliau dipuji oleh Ensiklopedia Britanika (1911) yang menulis
bahwa pernyataan pertama yang paling akurat dan dapat dipercaya tentang wabah ditemukan
oleh dokter Persia pada abad ke-9 yaitu Rhazes (nama al-Razi di Barat). Kemudian buku al-
Razi yang berjudul Al-Judari wal-Hasbah (Cacar dan Campak) adalah buku pertama yang
membahas tentang penyakit tersebut yang kemudian diterjemahkan ke dalam Latin dan
Bahasa Eropa lainnya sebanyak belasan kali. Al-Razi juga merupakan ilmuwan pertama yang
menemukan penyakit “alergi asma”, dan ilmuwan pertama yang menulis tentang alergi dan
imunologi.
Beliau juga mengutarakan pendapatnya dalam bidang etika kedokteran. Salah satunya adalah
beliau mengkritik dokter-dokter palsu yang Nerada di jalanan dan pedagang obat yang
berkeliling kota dan desa menjual ramuan. Belaiu juga mengungkapkan pendapatnya bahwa
dokter tidak mungkin mengatahui semua jawaban untuk penyakit dan bisa mneyembuhkan
semua penyakit. Beliau juga membuat perbedaan anatara penyakit yang bisa disembuhkan
dan yang tidak bisa disembuhkan. Al-Razi juga menyarankan kepada para dokter agar terus
belajar untuk meningkatkan mutunya sebagai dokter. Beliau mengatakan bahwa tujuan
menjadi dokter adalah untuk berbuat baik, sekalipun dengan musuh dan bermanfaat bagi
masyarakat sekitar.
Al-Razi juga merupakan pelopor dalam pengobatan penyakit mental. Ketika menjadi direktur
rumah sakit di Baghdad beliau mendirikan bagian khusus utuk perawatan orang sakit jiwa.
Al-Razi memperlakukan pasiennya dengan rasa hormat, perhatian, dan empati. Jika ada
pasiennya yang hendak pulang maka setiap pasien diberi sejumlah uang untuk membantu
memenuhi kebutuhan mendesak.
Pada bidang farmasi, al-Razi membuat peralatan seperti tabung, spatula dan mortar dan juga
mengembangkan obat-obatan yang berasal dari merkuri. Al-razi juga menganjurkan madu
sebagai obat sederhana dan sebagai salah satu zat esensial yang termasuk dalam obat-obatan.
Dan sebagai seorang kimiawan, beliau merupakan orang pertama yang menghasilkan asam
sulfat dan beberapa asam lainnya. Dan menggunakan alcohol untuk fermentasi zat yang
manis.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman Badawi, Abdurrahman. (1963). Muhammad Ibn Zakariya ar-Razi (M.M. Sharif
(ed.)). Wisbaden: Otto Harrasowitz.
Adi Putra, R. (2019). Epistemologi Pemikiran Abu Bakar Muhammad Bin Zakaria Al-Razi
Tentang Kenabian. Yaqzhan, 5, 2.
Nuzula, F. (2012). Kenabian Dalam Pandangan Abu Bakar Ar-RAzi. Jurnal Pendidikan Dan
Kajian Keislaman, 5(2).
Roswantoro, A. dkk. (2015). Filsafat Islam (Zuhri (ed.)). Program Studi Filsafat Agama UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Tbakhi, A. (2007). Abu Bakr Muhammad Ibn Zakariya Al Razi (Rhazes): Philosopher,
Physician and Alchemist. Arab and Muslim Physicians and Scholars, 27(4), 305–307.
Wikipedia. (2021). Muhammad bin Zakariya ar-Razi. Id.Wikipedia.Org.
https://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_bin_Zakariya_ar-Razi#:~:text=Abu Bakar
Muhammad bin Zakaria,pada tahun 313 H%2F925.
Wink. (2009). Biografi Al Razi (865-925) - Sang Kimiawan. Www.Biografiku.Com.
https://www.biografiku.com/biografi-al-razi-865-925-sang-kimiawan/
Nama : Dhelvina Syifa Dely
NIM : 1901125004
Kelas : 4B – Pendidikan Biologi
Tugas : Biografi Ilmuwan Islam
Mata Kuliah : Islam Disiplin Ilmu
BIOGRAFI AL-ZAHRAWI
(Penemu Penyakit Hemofilia Dan Pelopor Pembedah Modern)
Ahli bedah yang terkenal hingga abad ke 21 itu memiliki nama lengkap Abu al-Qasim ibn
al-Abbas Al-Zahrawi. Beliau terlahir pada tahun 936 M di kota Al-Zahra yang merupakan
sebuah kota berjarak 9,6 km dari Cordoba , Spanyol. Alzahrawi adalah seorang pria
berketurunan Arab Ansar yang menetap di Spanyol . Di Kota Cordoba tersebutlah beliau
menimba ilmu kedokteran , mengobati masyarakat , serta mengembangkan ilmu bedah
bahakan samapai beliau wafat.
Riwayat Masa Kecil Al-Zahrawiisah masa kecil beliau banyak tidak terungkap . karena ,
tanah kelahiran beliau yaitu Al-Zahra di jarah dan di hancurkan. Sosok dan kiprah Al-
Zahrawi baru terungkap ke permukaan setelah seorang ilmuan yang berasal dari Andalusia
Abu Muhammad bin Hazm
( 993 – 1064 M ) Menempatkannya sebagai salah seorang dokjter bedah yang terkemuka di
Spanyol.
Biografinya baru muncul dalam Al – Humaydi’s Jadhwat al Muqtabis yang baru selesai
setelah enam dasa warsa wafatnya Al – Zahrawi mendedikasikan separuh abad masa
hidupnya untuk praktik dan mengajarkan ilmu kedokteran.
Hemofolia adalah penyakit yang ditemukan oleh AL-ZAHRAWI,seoorang dokter kelahiran
Cordoba,Andalusia (Spanyol) pada 936. Al-Zahrawi memang tercatat sebagai orang pertama
yang memberikan gambaran detail tentang penyakit hemofilia.
Nama lengkapnya adalah ABU AL-QASIM KHALAF ibn ABBAS Al-ZAHRAWI.Ia dikenal
sebagai dokter ahli bedah serba bisa yang hidup dimasa ketika khalifa Abdur Rahman II
sedang berkuasa di Cordova,Spanyol.Banyak penemuannya yang dijadikkan rujukkan
kedokteran Modern hingga sekarang.Orang barat mengenalnya sebagai Albucais atau
Albucasis . Al-Zahrawi adalah seorang dokter bedah yang amat fenomenal. Karya dan hasil
pemikirannya banyak diadopsi para dokter di dunia Barat. ‘’Prinsip-prinsip ilmu kedokteran
yang diajarkan Al- Zahrawi menjadi kurikulum pendidikan kedokteran di Eropa,’‘ ujar Dr
Campbell dalam History of Arab Medicine.
Dalam kitab yang diwariskannya bagi peradaban dunia itu, Al-Zahrawi secara rinci dan lugas
mengupas tentang ilmu bedah, orthopedi, opththalmologi, farmakologi, serta ilmu kedokteran
secara umum. Ia juga mengupas tentang kosmetika. Al-Zahrawi pun ternyata begitu berjasa
dalam bidang kosmetika. Sederet produk kosmetika seperti deodoran, hand lotion, pewarna
rambut yang berkembang hingga kini merupakan hasil karya Al-Zahrawi.
Popularitas Al-Zahrawi sebagai dokter bedah yang andal menyebar hingga ke seantero Eropa.
Tak heran, bila kemudian pasien dan anak muda yang ingin belajar ilmu kedokteran dari
Abulcasis berdatangan dari berbagai penjuru Eropa. Menurut Will Durant, pada masa itu
Cordoba menjadi tempat favorit bagi orang-orang Eropa yang ingin menjalani operasi bedah.
Di puncak kejayaannya, Cordoba memiliki tak kurang 50 rumah sakit yang menawarkan
pelayanan yang prima.
Meskipun memiliki pengetahuan dan kemampuan yang mumpuni dalam ilmu bedah, al-
Zahrawi selalu menolak untuk melakukan operasi berisiko atau tidak ia diketahui yang akan
menjadi stres fisik dan emosional bagi pasien. Ia percaya akan pentingnya kehidupan
manusia dan berusaha untuk memperpanjangnya selama mungkin.
Menurut Al-Zahrawi profesi dokter bedah tak bisa dilakukan sembarang orang. Pada masa
itu, dia kerap mengingatkan agar masyarakat tak melakukan operasi bedah kepada dokter
atau dukun yang mengaku-ngaku memiliki keahlian operasi bedah. Hanya dokter yang
memiliki keahlian dan bersertifikat saja yang boleh melakukan operasi bedah. Mungkin
karena itulah di era modern ini muncul istilah dokter spesialis bedah (surgeon).
Penghargaan
Kehebatan dan profesionalitas Al- Zahrawi sebagai seorang ahli bedah diakui para dokter di
Eropa. ‘’Tak diragukan lagi, Al-Zahrawi adalah kepala dari seluruh ahli bedah,’‘ ucap Pietro
Argallata. Kitab Al- Tasrif yang ditulisnya lalu diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh
Gerard of Cremona pada abad ke-12 M. Kitab itu juga dilengkapi dengan ilustrasi. Kitab itu
menjadi rujukan dan buku resmi sekolah kedokteran dan para dokter sera ahli bedah Eropa
selama lima abad lamanya pada periode abad pertengahan.
Sosok dan pemikiran Al-Zahrawi begitu dikagumi para dokter serta mahasiswa kedokteran di
Eropa. Pada abad ke-14 M, seorang ahli bedah Prancis bernama Guy de Chauliac mengutip
Al-Tasrif hampir lebih dari 200 kali. Kitab Al-Tasrif terus menjadi pegangan para dokter di
Eropa hingga terciptanya era Renaissance. Hingga abad ke- 16 M, ahli bedah berkebangsaan
Prancis, Jaques Delechamps (1513 M – 1588 M) masih menjadikan Al-Tasrif sebagai
rujukan.
Al-Zahrawi tutup usia di kota Cordoba pada tahun 1013 M – dua tahun setelah tanah
kelahirannya dijarah dan dihancurkan. Meski Corboba kini bukan lagi menjadi kota bagi
umat Islam, namun namanya masih diabadikan menjadi nama jalan kehormatan yakni ‘Calle
Albucasis’. Di jalan itu terdapat rumah nomor 6 yakni rumah tempat Al-Zahrawi tinggal.
Kini rumah itu menjadi cagar budaya yang dilindungi Badan Kepariwisataan Spanyol.
Sumber :
1. https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=XJangyUjQucC&oi=fnd&pg=PA20&dq=Biografi+Al-
zahrawi&ots=eyNWFYafOp&sig=Ss_tZhLWEu-
CQkIDokCBdrrIa10&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false
2. https://teks.co.id/biografi-al-zahrawi/
3. https://www.republika.co.id/berita/pxv1jf313/mengenal-kontribusi-alzahrawi-di-
bidang-kedokteran
4. https://blogpenemu.blogspot.com/2015/06/biografi-abu-al-qasim-al-zahrawi-
pioner.html
5. https://id.wikipedia.org/wiki/Abu_al-Qasim_al-Zahrawi
Nama : Yunita Ayu Ratnaningrum
NIM : 1901125024
Kelas : 4B
Tugas : Biografi Ilmuwan Muslim
Matkul : IDI
“BIOGRAFI AL-ZARQALI”
Al Zarqali memiliki nama lengkap Abu Ishaq Ibrahim Ibnu Yahya Zarqali. Ia lahir pada
tahun 1029 M ini dilahirkan dalam keluarga Visigoth yang memeluk Islam di suatu kampung
berdeketan dengan Toledo, yang pada masa itu merupakan ibu negeri termasyhur taifa
Toledo yang terkenal dengan hubungan baik antara penduduk Muslim dan Kristian. Oleh
masyarakat Barat Al Zarqali biasa disebut Arzachel. Di dunia Islam, ia dikenal dengan nama
al Zarqalluh atau al- Zarqallah.
Al Zarqali adalah seorang ahli matematika sekaligus astronom termasyhur dari Toledo,
Spanyol. Kontribusinya bagi pengembangan astronomi modern sungguh sangat tak ternilai. la
tak hanya menciptakan peralatan astronomi yang canggih pada zamannya, namun juga
sederet teori penting. Maka tak heran jika kemudian masyarakat astronomi modern
mengabadikan nama Al Zarqali sebagai nama salah satu kawah di bulan.
Al Zarqali mahir dalam ilmu geometri dan ilmu falak. Diketahui bahwa Al Zarqali mengajar
di Cordoba beberapa kali dan pengetahuan serta pengalamannya menjadikan ia sebagai ahli
falak terunggul pada masa itu. Ia sangat berbakat pada ilmu Geometri dan Astronomi.
Al Zarqali berhasil mengkonstruksi sebuah instrumen astronomi yang dinamakan equatorium,
sebuah instrumen penghitung bintang. Selain itu, ia juga mengembangkan instrumen lain
yang dikenal dengan Saphaea. Saphaea merupakan astrolabe universal berupa latitude-
independent. Jenis astrolabe ini tidak tergantung pada koordinat tempat tertentu, sehingga
dapat digunakan di sembarang wilayah. Astrolabe ini memiliki garis-garis untuk
memudahkan aplikasi teori spherical astronomy, di mana garis-garis tersebut adalah data-data
lintang suatu tempat.
Gambar 1. Equatorium Gambar 2. Saphaea
DAFTAR PUSTAKA
al, T. H. (2007). Zarqālī: Abū Isḥāq Ibrāhīm ibn Yaḥyā al‐Naqqāsh al‐.
kamikamu. (2021, Maret 17). BIOGRAFI AL-ZARQALI. Retrieved from
https://dakwah.kamikamu.co.id/biografi-al-zarqali/
Kennedy, E. S. (1956). Transactions of the American Philosophical Society, New Series. In
A Survey of Islamic Astronomical Tables. Philadelphia.
Rausi, F. (2019). ASTROLABE; INSTRUMEN ASTRONOMI KLASIK.
Vernet, J. (1970). Dictionary of Scientific Biography. New York: Charles Scribner's Sons.
Nama lengkap Ibnu Thufail ialah Abu Bakar ibnu Abd Al-Malik ibn
Muhammad ibnu Thufai. Ia dilahirkan di Guadix (Arab : Wadi Asy), provinsi
Granada, Spanyol pada tahun 506 H/1110 M. dalam bahasa latin Ibnu Thufail populer
dengan sebutan Abubacer. Pada masa khalifah Abu Yaquf Yusuf, Ibnu Thufail mempunyai
pengaruh
yang besar dalam pemerintahan. n, khalifah sendiri mencintai ilmu
pengetahuan dan secara khusus adalah peminat filsafat serta memberi kebebasan
berfilsafat. Sikapnya itu menjadikan pemerintahannya sebagai pemuka pemikiran
filosofis dan membuat Spanyol, seperti dikatakan R. Briffault sebagai “tempat
kelahiran kembali negeri Eropa”. Pada mulanya Ibnu Thufail aktif bekerja sebagai dokter dan
pengajar, lalu ia
beralih profesi sebagai sekretaris pribadi penguasa Granada. Pada tahun 549 H/1154
M, ia dipercaya sebagai sekretaris gubernur wilayah Ceuta dan Tengier (Maroko),
sedang gubernur itu merupakan putra Abd al- Mukmin, seorang pendiri Daulah
Muwahhidun yang berpusat di Marakesy, Maroko. Pada tahun 558 H/1163 M, ia di tarik ke
Marakesy dan diangkat sebagai
hakim sekaligus dokter untuk keluarga istana Abu Yakub Yusuf yang memerintah
pada tahun 1163-1184 M. Ibnu Thufail sempat memperkenalkan Ibnu Rusyd kepada
Abu Ya’kub Yusuf pada tahun 1169 M. Bermula dari perkenalan itu, Abu Ya’kub
Yusuf menyarankan Ibnu Rusyd lewat Ibnu Thufail agar mengulas karya-karya
Aristoteles. karya ibnu thufail
tidak banyak karya Ibnu Thufail,
bahkan hanya satu yang tersisa sampai hari ini, yaitu Rislah Hayy Ibnu Yaqzan.
Terdapat dua tulisan dengan judul Hayy Ibnu Yaqzan, yakni versi Ibnu Thufail dan
Ibnu Sina. Namun, Ibnu Sina yang lebih dulu memakai judul tersebut, kendati
versinya berbeda. Bebeda dengan versi Ibn Sina, Hayy ibn Yaqzan dalam tulisan Ibn Thufail,
dilukiskan sebagai seorang bayi laki-laki yang berada di sebuah pulau yang pernah
dihuni oleh manusia. Bayi tersebut bernama hayy ia dilahirkan karena hasil pernikahan
sah secara rahasia antara saudara perempuan seorang raja dengan anggota keluarga
istana pulau lain. Karena takut pada raja, bayi tersebut dimasukkan kedalam peti dan
dilepas terapung di laut. lalu bayi tersebut di temukan oleh seekor rusa yang kehilangan
anaknya. lalu rusa tersebut mengasuhnya sampai ia berumur cukup matang, ketika berumur
cukup matang timbul keinginan yang luar biasa untuk mencari pengetahuan yang ia tidak
ketahui dia melihat binatang,langit dan fenomena luar angkasa, lalu ia berpikir bahwa
keanekaragaman tersebut ternyata terdapat
keseragaman yang pada hakekatnya adalah satu. Akhirnya dia berpendapat bahwa di
belakang yang banyak itu terdapat asal yang satu, punya kekuatan tersembunyi, unik,
suci, dan tak dapat dilihat. Inilah yang disebutnya penyebab pertama atau pencipta
dunia ini. Dari pengamatan yang bersifat phisik yang mengunakan argumen logis dan
eksperimen objektif dia beralih sebagai pencari Tuhan melalui perenungan rohani.
Karena menurut dia alam semesta ini merupakan pencerminan Tuhan.Dalam
pencariannya tentang wujud Tuhan itu akhirnya dia berhasil yang dianggapnya itulah
objek pengetahuan tertinggi. Tujuan akhir mencari kebenaran adalah dengan jalan
pemusnahan diri atau penyerapan dalam Tuhan (fana) yang berujung pada kehidupan
mistik. Pengaruh Ibn Thufail di Dunia Islam dan Non Islam
Pengaruh Ibn Thufayl dalam masyarakat Islam maupun non-Islam adalah
dalam falsafat Islam. Walau demikian falsafat Islam tidak bisa lepas dari pengaruh
yang masuk ke dalamnya baik dari tradisi falsafat Yunani, maupun tradisi falsafat
timur, karena falsafat Yunani juga terpengaruh oleh falsafat timur. Hal ini secara
genuine dijelaskan oleh Joel L. Kraemer bahwa :
Failasuf-failasuf Yunani pra-Socrates seperti Empedokles, telah belajar
kepada Luqmân ‘sang failasuf’ (Luqmân al-Hakîm) di Syro-Palestina pada masa
Nabi Dâwud, atau Pythagoras diyakini telah belajar fisika dan metafisika pada
murid-murid Nabi Sulaymân di Mesir, dan belajar geometri pada orang-orang
Mesir. Kemudian para failasuf itu membawa tradisi ‘falsafat’ yang mereka serap
dari Timur menuju Yunani, untuk dikembangkan lebih lanjut. Walaupun demikian, terkait
karya Ibn Thufayl, Hayy ibn Yaqzhân, hampir
dapat dipastikan bahwa karya Ibn Thufayl ini tidak dipengaruhi oleh Yunani, ataupun
pengaruh falsafat Timur lainnya. Sebaliknya, ia justru memberi pengaruh besar pada
gaya penulisan falsafat melalui cerita, roman, novel.
Sumber:
http://repository.uinsu.ac.id/4718/4/BAB%20II.pdf
Ala-al Din abu al-Hasan Ali Bin Abi-Hazm al-Qarshi al-Dimashqi atau dikenal juga
dengan Ibnu Al-Nafis. Lahir dari keluarga arab pada tahun 1213 di Damaskus, dan beliau
wafat pada tanggal 17 Desember 1288. Beliau bekerja dibidang kedokteran, bedah, fisiologi,
anatomi, biologi, kajian islam dan lain sebagainya. merupakan orang yang pertama yang
akurat mendeskripsikan peredaran darah dalam tubuh manusia. Beliau juga biasa disebut
dengan Bapak Fisiologi dalam bidang Kedokteran. Beliau juga merupakan orang yang
pertama yang telah mendokumentasikan sirkuit paru-paru dan mengemukakan teori
pembuluh kapiler.
Ibnu Al-Nafis mulai belajar kedokteran pada usia 16 tahun. Pada tahun 1236 ibnu al-nafis
bersama beberapa rekannya pindah ke Mesir. Atas permintaan sultan Ayyubiyah al-kamil.
Ibnu al-nafis diangkat sebagai dokter kepala di rumah sakit al-naseri yang didirikan oleh
Saladin, Dimana ia mengajar dan mempraktikan kedokteran selama beberapa tahun. Salah
satu muridnya yang paling terkenal adalah tabib Kristen terkenal Ibnu al-quff.
Ibnu al-nafis juga menjalani sebagian besar hidupnya di Mesir, dan ia menyaksikan beberapa
peristiwa yang sangat penting seperti jatuhnya baghdad dan kebangkitan mamluk. Kemudian
dalam hidupnya, ketika ia berusia 74 tahun. Ibnu al-nafis diangkat sebagai dokter kepala di
rumah sakit al-Mansori yang baru didirikan dimana dia bekerja selama sisa hidupnya. Beliau
meninggal di Kairo setelah beberapa hari sakit. Dan ada seorang muridnya yang bernama Safi
Aboo al-fat’h membuatkan puisi tentang dia.
Kontribusi ibnu al-nafis dalam dunia kedokteran tidak hanya dalam bidang fisiologi saja.
Beliau juga dikenal sebagai dokter yang menyokong kedokteran ekperimental, postmortem
otopsi, serta dokter bedah manusia. Sejarah juga mencatat al-nafis sebagai dokter pertama
yang menjelaskan tentang konsep metabolisme. Karya ibnu-al nafis dalam bidang kedokteran
dituliskannya dalam kitab Sharh al-adwiya al-murakkaba, komentar ibnu al-nafis terhadap
kitab karya ibnu sina yang berjudul Canon of Medicine. Ia juga menulis kitab Com mentary
on Anatomy in Avicenna’s Canon pada tahun 1242 M disebuah perpustakaan Jerman.
Dalam buku ini, ibnu al-nafis memaparkan deskripsi tentang awal sistem peredaran darah
manusia. Sistem Peredaran Darah Pulmonalis Ibnu Nafis Dalam pandangan Ibnu Nafis,
peredaran darah manusia dimulai dari bilik kanan, melalui arteri pulmonalis, kemudian
mengalir ke paru-paru. Lewat vena pulmonalis, sirkulasi darah kemudian kembali ke serambi
kiri menuju bilik kiri untuk diedarkan ke seluruh tubuh.
Teori Ibn Nafis tersebut kini dikenal dengan sistem peredaran darah kecil atau sirkulasi
pulmonal. Teori yang dikemukakan Ibn Nafis tersebut berusaha membantah pendapat Galen
yang telah diakui sekian lama. Dikutip dari artikel ilmiah yang ditulis Saeed Changizi
Ashtiyani, Galen mengasumsikan bahwa darah mengalir melalui invisibel holes atau “lubang
tak terlihat” yang terdapat antara dua bagian jantung. Hipotesis tanpa dasar yang
dikemukakan dengan penuh keyakinan oleh dokter paling diakui pada Abad Pertengahan itu
bahkan telah diterima sebagai kebenaran absolut.
Selain memberi kontribusi yang begitu besar dalam bidang kedokteran, ibnu al-nafis yang
juga dikenal sebagai ilmuan serbabisa atau multitalenta turut berjasa dalam mengembangkan
ilmu keislaman. Ibnu al-nafis juga berhasil menulis sebuah metodelogi hadist yang
memperkenalkan sebuah klasifikasi ilmu hadist yang lebih rasional dan logis. Ibnu al-nafis
juga dikenal sebagai seorang sastrawan. Ia menulis Theologus Autodidactu yaitu salah satu
novel filosofis pertama dalam khazanah karya sastra Arab pertama.
Ibn al Nafis sekali lagi mencoba membantah kekeliruan teori Galen yang berkaitan dengan
pembuluh darah dalam hubungannya dengan jantung dan paru-paru. Penelitiannya berujung
pada kesimpulan bahwa darah dipompa dari bilik kanan ke paru-paru, tempat darah akan
bercampur dengan oksigen, untuk kemudian dialirkan ke bilik kiri. Dengan teori ini, Ibn
Nafis membuktikan bahwa darah disaring di dalam paru-paru, yang lebih lanjut dikenal
sebagai sistem peredaran darah pulmonal.
Teori Ibn al Nafis yang membuatnya terlihat menonjol ini adalah argumennya soal
pembedahan jantung dan paru-paru. Dari pembedahan itu, ia menjadi orang pertama pula
yang menyatakan paru-paru terdiri atas sejumlah bagian, di antaranya laring, pembuluh arteri,
dan pembuluh vena. Lokasi semua bagian itu terletak dalam jaringan yang lembut dan
berpori. Dokter berkewarganegaraan Mesir, Muhyiddn At-Tathawi, yang diutus ke Jerman
menemukan manuskrip buku tersebut di salah satu perpustakaan Jerman.
Di dalam buku ini ditegaskan secara pasti bahwa Ibnu An-Nafis telah berhasil menemukan
sirkulasi darah kecil (Pulmonary Circulation). Selanjutnya dokter Mesir ini mempelajari
manuskrip karya Ibnu An-Nafis dan membandingkannya dengan riset-riset kedokteran
modern. Hasil kajiannya dia tuangkan ke dalam sebuah buku yang diberi judul "Ad Daurah
Ad-Damawiyah Tab'an Li Al-Qurasyi. "
Kemudian, seorang ilmuwan Jerman yang berprofesi sebagai dokter dan orientalis, Mairhov
mempelajari manuskrip Ibnu An-Nafis, dia menyimpulkan pendapat yang memperkuat
kebenaran pendapat Dr. At-Tathawi, yaitu Ibnu An-Nafis adalah penemu sirkulasi darah kecil
yang pertama. Demikianlah Ibnu An-Nafis mendapatkan pengakuan secara resmi setelah
sekian lama dia tidak diakui.
DAFTAR PUSTAKA
Sasongko, Agung, (2019). Ibnu Al-Nafis Bapak Fisiologi Sirkulasi. Retrieved from
Republika: https://www.republika.co.id/berita/pwqsku313/ibnu-al-nafis-bapak-fisiologi-
sirkulasi
Ratnasari, Yuliana. (2017). Teori Peredaran Darah Ibn al-Nafis yang Terlupakan Sejarah.
Retrieved from Tirto: https://tirto.id/teori-peredaran-darah-ibn-al-nafis-yang-terlupakan-
sejarah-cqEd
Arfian, Andi. (2020). Utang Kedokteran Modern pada Ibnu Al Nafis, Bapak Fisiologi
Sirkulasi. Retrieved from KanalKalimantan: https://www.kanalkalimantan.com/utang-
kedokteran-modern-pada-ibnu-al-nafis-bapak-fisiologi-sirkulasi/
Fathurrohman, Muhamad Nurdin. (2015). Biografi Ibnu al-Nafis - Penemu Peredaran Darah
Dalam Tubuh Manusia. Retrieved from BIOGRAFI TOKOH TERNAMA: https://biografi-
tokoh-ternama.blogspot.com/2015/04/biografi-ibnu-al-nafis-penemu-peredaran-darah.html
Wikipedia. (2020). Ibnu al-Nafis. Retrieved from Wikipedia:
https://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_al-Nafis
Simbolon, Joesoef. (2013). IBNU NAFIS. Jurnal Kedokteran. 2(1):
http://repository.dharmawangsa.ac.id/497/1/jurnal%20Ibnu%20nafis.pdf
Nama: Nimas Ayu Salamah
NIM: 1901125038
Kelas/Prodi: 4B Pendidikan Biologi
Mata kuliah: IDI/Kependidikan Islam 1
Dosen pengampu: Ibu Ikah Rohilah
Tugas: Biografi Ilmuwan Islam (Ibnu Al-Baitar)
Figure 3. Salah satu halaman dalam kitab (buku) botani karya al-Baitar tentang tumbuhan di
Syiria, Palestina, dan Mesir.
(sumber: Nur, 2017)
Sebagian besar buku karya Ibnu al-Baitar berasal dari hasil penelitiannya selama beberapa
tahun terhadap berbagai jenis tumbuhan. Tak hanya berisi hasil penelitian, buku tersebut juga
di lengkapi penjelasan & komentar panjang. Di kemudian hari, karya-karya Ibnu al-Baitar
menjadi buku rujukan ilmu botani yang sangat penting. Kontribusi Ibnu al-Baitar tersebut
sangat mempengaruhi perkembangan ilmu botani & kedokteran selanjutnya, baik di Eropa
maupun Asia.
Sumbangsih utama Al-Baitar adalah Kitab Al-Jami’ li Mufradat Al-Adweya wa Al-Aghtheya
(dibawa ke Barat dan diterjemahkan menjadi The Complete [book] in Simple Medicaments
and Nutritious Items). Buku ini sangat populer dan merupakan kitab paling terkemuka
mengenai tumbuhan dan kaitannya dengan ilmu pengobatan Arab. Kitab ini menjadi rujukan
para ahli tumbuhan dan obat-obatan hingga abad 16. Ensiklopedia tumbuhan yang ada dalam
kitab ini mencakup 1.400 item, terbanyak adalah tumbuhan obat dan sayur mayur termasuk
200 tumbuhan yang sebelumnya tidak diketahui jenisnya. Kitab tersebut pun dirujuk oleh 150
penulis, kebanyakan asal Arab, dan dikutip oleh lebih dari 20 ilmuwan Yunani sebelum
diterjemahkan ke bahasa Latin serta dipublikasikan tahun 1758. (Masood, Ehsan; Yamani.,
2009)
Sebagai ilustrasi, di dalam buku tersebut Ibn al-Baitar memberikan informasi rinci kimia
tentang memproduksi air Mawar dan air Jeruk. Beliau menulis: “Shurub (sirup) beraroma
sering diekstrak dari bunga dan daun langka, dengan cara menggunakan minyak dan lemak
panas, lalu didinginkan dalam minyak kayu manis. Minyak yang digunakan juga diekstrak
dari wijen dan zaitun. Minyak atsiri diproduksi dengan menggabungkan berbagai uap kental
dalam sebuah tabung. Airnya yang wangi bisa digunakan sebagai parfum, dan jika dicampur
dengan zat-zat lain akan menghasilkan obat-obatan yang paling mahal.”
Metode Ilmiah
Ibn al-Haytham mengembangkan metode eksperimental yang ketat dari pengujian ilmiah
terkontrol untuk memverifikasi hipotesis teoritis dan memperkuat dugaan induktif. Metode
ilmiah Ibn al-Haytham sangat mirip dengan metode ilmiah modern dan terdiri dari siklus
berulang pengamatan, hipotesis, eksperimen, dan kebutuhan untuk verifikasi independent.
Gorini menulis berikut ini tentang pengenalan metode ilmiah oleh Ibn al-Haytham: “Menurut
mayoritas sejarawan, al-Haytham adalah pelopor metode ilmiah modern. Dengan bukunya, ia
mengubah arti istilah ”optic”, dan mendirikan eksperimen sebagai norma pembuktian di
lapangan. Penyelidikannya tidak didasarkan pada teori abstrak, tetapi pada bukti
eksperimental. Eksperimennya sistematis dan berulang ”.
Teori Penglihatan (Optik)
Bukunya tentang optik, yaitu Kitab Al Manazer ditulis pada masa tahanan rumahnya,
diperkirakan selesai pada 1011 M atau 1012 M dan ditulis menggunakan Bahasa Arab.
Sarjana Polandia Witelio (1230–1275) menerjemahkan karya ini ke dalam bahasa Latin
dengan judul De Perspectiva (The Perspective) atau De Aspectibus (The Aspects). Beberapa
abad kemudian, pada tahun 1572 Friedrich Risner (1533–1580) menerbitkan terjemahan
Latin dari teks ini sebagai Opticae Thesaurus, Alhazeni Arabis Libri Septem (Harta Optik,
Tujuh Buku Bahasa Arab Alhazen) di Basel, Swiss.
Gambar sampul dari buku Opticae Thesaurus, Alhazeni Arabis Libri Septem (Harta Optik,
Tujuh Buku Bahasa Arab Alhazen)
Didalam bukunya yang berjudul Kitab Al Manazer (Book of Optics), ia menulis kedalam
delapan bab, dimana tiga pertama membahas tentang penglihatan, tiga berikutnya membahas
tentang pencerminan atau refleksi, dan bab terakhir membahas tentang pembiasan. Di bab
pertama, terdapat delapan sub-bab dengan lima diantaranya membahas tentang anatomi mata.
Disitulah ia membuat gambarnya yang terkenal yaitu diagram mata (diagram of the eyes).
Gambar diagram mata (sebelah kiri) (Daneshfard et al., 2016), dan Gambar struktur mata
(gambar kanan) (Amr & Tbakhi, 2007)
Dengan menggunakan kaedah matematika dan modern fisika yang baik beliau dapat
membuat eksperimen yang teliti, Ibnu Al Haytham telah meletakkan optik pada batu asas
yang kukuh. Beliau telah menggabungkan teori dan eksperimen dalam penelitiannya. Dalam
penyelidikan, beliau telah mengkaji gerakan cahaya, ciri-ciri bayang dan gambar dan banyak
lagi fenomena optik yang penting. Beliau telah menolak teori Ptolemy dan Euclid yang
mengatakan bahawa manusia melihat benda melalui pancaran cahaya yang keluar dari
matanya. Tetapi menurut Ibnu Al Haytham, bukan mata yang memberikan cahaya tetapi
benda yang dilihat itulah yang memantulkan cahaya ke mata manusia.
Teori Hukum Pembiasan (Fenomena Atmosfera)
Selama di Spanyol, Ibnu Al Haytham melakukan beberapa penyelidikan dan percubaan
ilmiah berhubung dengan bidang optik. Penemuannya yang terkenal ialah “hukum
pembiasan”, yaitu hukum fisika yang menyatakan bahawa sudut pembiasan dalam pancaran
cahaya sama dengan sudut masuk. Menurut pengamatan Ibnu Al Haytham, beliau
berpendapat bahawa cahaya merah di kaki langit di waktu pagi (fajar) bermula ketika
matahari berada di 19 derajat di bawah kaki langit. Sementara cahaya warna merah di kaki
langit di waktu senja (Mega) akan hilang apabila matahari berada 19 derajat di bawah kaki
langit selepas jatuhnya matahari. Kepintarannya dalam matematika juga dibuktikan ketika ia
berhasil menyatakan dengan tepat ketinggian atmosfer bumi yakni 58,5 mil (Gunandi, 2002).
Dalam fisika modern, hukum ini dikenali dengan nama “hukum pembiasan Snell” yang
dinamai sesuai dengan nama ahli fisika Belanda, Willebrord van Roijen Snell.
Bidang Falsafah
Ibnu Al Haytham telah disenaraikan diantara salah seorang ahli falsafah Aristo..
Dikalangannya adalah sahabat beliau yaitu Ibnu Sina dan al-Biruni. Ia adalah seorang perintis
ilmu fenomenologi, yang berarti mengkaitkan ilmu sains dengan agama dan mengobservasi
secara langsung berdasarkan realita dari peneliti. Ibnu Al Haytham mendahului Kant lebih
tujuh abad lamanya. Teori yang dilebalkan dari Kant sebenarnya datang dari beliau yaitu:
“bahawa untuk mencapai kebenaran hendaklah dengan mengetahui pendapat-pendapat yang
berunsur kepada kenyataan yang dapat digambarkan dengan akal rasional”.
Bidang Astronomi
Beliau melanjutkan pendapat ilmuwan Yunani tentang proses pengubahan langit abstrak
menjadi benda-benda padat, yang artinya bahwa planet bukan benda abstak melaikan dapat
digambarkan wujud fisiknya dan pergerakannya tidak akan menabrak satu dengan yang
lainnya (Somadinata, 2016). Dalam karya astronominya, beliau melukis gerakan planet-
plenet, tidak hanya dalam terma eksentrik dan episiklus, tetapi juga dalam satu model fisika.
Pendapatnya banya mempengaruhi Dunia Pemikiran Barat pada zaman Johannes Kepler.
Tiga abad kemudian karya ini ditukar dalam bentuk ikhtisar oleh astronomi muslim yaitu
Nasiruddin at-Tusi.
Bidang Fisika
Dalam bidang fisika Ibnu Al Haytham telah mengkaji tentang gerakan yang membawa beliau
menemui prinsip intersia dan statik. Beliau telah mengasaskan dan menjadikan optik menjadi
satu sains baru. Banyak kajian beliau telah mendahului dan diikuti oleh Francis Bacon,
Leonardo da Vinci, dan Johannes Kepler.
Bidang Matematika
Dalam geometri, Ibn al-Haytham mengembangkan geometri analitik dengan menetapkan
keterkaitan antara aljabar dan geometri. Ibn al-Haytham juga menemukan rumus untuk
menjumlahkan 100 bilangan asli pertama.
Kontribusinya pada teori bilangan termasuk karyanya tentang bilangan sempurna. Dalam
Analisis dan Sintesisnya, Ibn al-Haytham adalah orang pertama yang menyadari bahwa setiap
bilangan sempurna genap adalah dari bentuk 2n-1 (2n-1) di mana 2n-1 adalah bilangan prima,
tetapi ia tidak berhasil membuktikan hasil ini. Itu dibuktikan kemudian pada abad ke-18 oleh
Euler (Amr & Tbakhi, 2007).
DAFTAR PUSTAKA
Gunandi, R. A. (2002). Dari Penakluk Jerusalem Hingga Angka Nol. Jakarta: Penerbit
Republika.
Somadinata, Y. (2016). 1000+ Kejayaan Sains Muslim. Jakarta: Elex Media Computindo.
Amr, S. S., & Tbakhi, A. (2007). Arab and Muslim Physicians and Scholars. Ann Saudi Med,
27(4), 220–221.
https://www.researchgate.net/profile/Samir_Amr/publication/45260630_Abu_Bakr_Muham
mad_Ibn_Zakariya_Al_Razi_Rhazes_Philosopher_physician_and_alchemist/links/00463517
a10aa60aa9000000.pdf
Daneshfard, B., Dalfardi, B., & Nezhad, G. S. M. (2016). Ibn al-Haytham (965–1039 AD),
The original portrayal of the modern theory of vision. Journal of Medical Biography, 24(2),
227–231. https://doi.org/10.1177/0967772014529050
Ishaq, U. M. (2017). TINJAUAN BIOGRAFI-BIBLIOGRAFI IBN AL-HAYTHAM Usep
Muhamad Ishaq. 5, 89–90.
Saifuddin, M. (2015). IBNU AL-HAYTHAM DAN PEMIKIRANNYA DALAM BIDANG
SAINS (965-1040). Undergraduate Thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya, 32–36.
Nama: Nabilla Sinta Dewi
NIM: 1901125030
Kelas: 4 B
Tugas: Biografi Tokoh
Matkul: IDI
BIOGRAFI IBNU BATUTAH
DAFTAR PUSTAKA
Adab, F. et al. (2018) 1325 M.
Battutah ibn Abdullah. 2009. Rihlah Ibnu Battutah. Jakarta: Al-Kautsar
Martha, S. (2016) ‘Ibnu Battutah dan Perkembangan Ilmu Geografi di Indonesia’, Forum
Geografi, 5(2), p. 62. doi: 10.23917/forgeo.v5i2.4681.
Nazaroni, N. (2015) ‘Semiotika Jihad Fi Sabilillah ’Ibnu Battutah’Dalam Film Journey To
Mecca’. Available at: http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/26730.
) ‘رحلة ابن بطوطة تحفة النظار في غرائب األمصار وعجائب األسفار1987( ’ابن بطوطة, p. 799.
Nama : Nur Rizky Fadilah
NIM : 1901125013
Kelas : 4B
Tugas : Biografi Tokoh Islam
Matkul : IDI/Kependdikan Islam
IBNU HAZM
Ibnu Hazm adalah seorang ahli fikih, sejarawan juga imam Ahlus Sunnah di Andalusia
(Spanyol) islam. Beliau memiliki keluasan akan ilmu pengetahuannya dan kepakaran dalam
bahasa Arab. Ibnu Hazm juga pendukung dan ahli fikih yang terkemuka dari Mahzhab
Zhahiri. Dan sudah menghasilkan karya tulis ada 400 judul meski hanya 40 saja yg di
temukan, ada hukum islam, sejarah, etika, akidah dll. Ibn Hazm (Ibn Hazm) adalah nama
yang ditulis di berbagai karangan keilmuannya , sehingga Ibn Hazm (Ibn Hazm) dikenal luas
dengan nama ini. Imam Ibn Hazm tinggal di Cordova bersama ayahnya. Ayahnya adalah
seorang menteri dari Khalifah Mansour Khalifah Muhammad bin Abi Amir (Muhammad bin
Abi Amir) dan masih menjadi menteri pemerintahan putranya Al-Muzhaffar. Ayahnya adalah
orang yang mengendalikan operasi pemerintahan kedua. Imam Ibn Hazm sendiri kemudian
menjabat sebagai pendeta dari khalifah Abdul Rahman bin Hisam bin Abdul Jabar bin
Nashir, yang dijuluki "Mustaz Bill". Ia kemudian secara sukarela meninggalkan jabatan
menteri dan melanjutkan karya ilmiahnya.
Ibnu Hazm lahir pada tanggal 7 November 994 M di Cordoba. Lahir dengan nama Abu
Muhammad Ali bin Ahmad bin Said bin Hazm dan nama panggilan dan kunyahnya itu Abu
Muhammad, Nasab melalui jalur ayahnya yaitu bin Ahmad bin Sa’id bin Hazm dan dikenal
dengan nama Ibnu Hazm, beliau dari keluarga bangsawan Arab makanya ia dan keluarganya
mempunyai kedudukan yang cukup sejak sampai di Andalusia . Beliau aktif dan hijrah di
wilayah Andalusia pada zaman abad pertengahan.
Masa kecil Ibnu Hazm mampu menghafal Al-Qur’an dan syair di usia yg sangat muda, juga
belajar sastra Al-Qur’an dan hukum-hukumnya serta kandungan dari Al-Qur’an. Ibnu Hazm
juga belajar menulis dan melatih kaligrafinya. Dalam keilmuannya beliau mendapatkan
pujian dari beberapa ulama seperti Sa’id Al-Andalusi berkata “penduduk Andalusia sepakat
bahwa Ibnu Hazm adalah sumber ilmu-ilmu keislaman dan yang paling luas
pengetahuannya.” Bahkan Imam Al-Ghazali juga berkata” Aku menemukan sebuah buku
tentang asma Allah yang di karang oleh Muhammad bin Hazm, sebagai bukti akan
keagungannya dalam menghafal dan alu pemikirannya. Pada awalnya Ibnu Hazm tidak
memusatkan pada ilmu fikih tetapi dia hanya mempelajari ilmu hadits, kesustraan Arab,
sejarah dan cabang ilmu falsafah. Kemudian di tahun 408 H baru ia memusatkan
pemikirannya di cabang ilmu fikih dan tidak meninggalkan ilmu sebelumnya. Ibnu Hazm
belajar fikih madzhab Maliki karena banyak masyarakat Andalusia dan Afrika Utara
menganutnya. Al –Muwatta sbg kitab fikih standar untuk madzhab Maliki, Ibn Hazm tidak
hanya mempelajari Kitab ikhtilaf imam Malik, menurutnya meskipun ia menyukai tetapi ada
yang lebih di senangi yaitu kebenaran. Hasil pemahaman Ibnu Hazm mendorong untuk
mendalami kitab fikih yg dikarang Imam Syafi’I dan murid-muridnya.
Karya-karya keilmuan Ibnu Hazm yang sudah di karang olehnya sudah mencapai 80.000
halaman dan 400 jilid dan yang masih ada juga menjadi referensi diantaranya adalah:
1. Al-Fashl fi Al-Milal wal Ahwa Wan-Nihal ( tentang teologi )
2. Al-Muhalla fi Syarh Al-Muhalla (fiqih)
3. Al-Ihkam fi Ushul Al-Ahkam ( ilmu ushul)
4. Jawami’ As-Sirah An-Nabawiyah (tentang sirah Nabi Muhammad SAW)
5. Jamharat Ansab Al-Arab (tentang silsilah/Genealogi bangsa arab)
Dalam bidang hadis berhasil mengumpulkan dan juga menghafal diantaranya Syarh Hadits
al- Muwatta, al-Jami fi Shahih al-Hadits dan al-nasikh wa al-Mansukh. Adapaun dalam ilmu
fikih yaitu seperti al-Ikham fi Ushul al-Ahkam dan al-Muhalla. Ibn Hazm juga mempelajari
ajaran agama lain yang jarang dilakukan ulama, Ibnu Hazm menguasai mazhab yang terdapat
di kalangan Islam seperti bidang teologi,politik, dsb.
Ibnu Hazm wafat di usia 70 pada tanggal 28 Sya’ban 456 Hijriyyah/15 Agustus 1064
Miladiyyah di Al-Andalus, tempat wafatnya di Mantha Lisha.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, A. (2018). Biografi Ibnu Hazm. biografiimam.
Bahruddin, M. (2013). Madzhab Rasionalis Literalis: Kajian atas Pemikiran Ibn Hazm.
UINYogyakarta.
Mushlihin. (2012). Biografi Ibnu Hazm. Refrensi Makalah.
Sucipto, G. A. (2018). Hukum Aqiqah Menurut Pandangan Ibnu Hazm dan Imam Nawawi.
uin.palembang.
Zuhri. (2016). IBNU HAZM AL-ANDALUSI DAN KHILAFAH. ejournal.uin-suka.ac.id.
Nama : Nadia Putri Febrianti
NIM : 1901125012
Kelas : 4B Pendidikan Biologi
Tugas : Biografi Tokoh Islam
Matkul : IDI/Kependdikan Islam
Tiga karya diatas (terutama Muqaddimah) menjadikan Ibnu Khaldun sebagai salah satu
ilmuan dunia, yang pemikirannya terus mengembara dan berpengaruh hingga kini.
Ibnu Khaldun mengemukakan suatu bahasan tentang filsafat politik, yakni dalam pengkajian
tentang bentuk negara, berbagai Lembaga kenegaraan dan karakter kekuasaan dinasti –
dinasti dan negara – negara islam.
PERAN POLITIS ASHABIYAH
Menurut Khaldun, suatu suku mungkin dapat membentuk dan memelihara suatu negara
apabila suku itu memiliki sejumlah karakteristik sosial – politik tertentu, yang dperoleh ibnu
Khaldun disebut Ashabah.
Ashabiyah adalah kekuatan penggerak negara dan merupakan landasan tegaknya suatu negara
atau dinasti. Bilamana dinasti atau negara tersebut telah mapan, ia akan berupaya
menghancurkan ashabiyah. Ashabiyah mempunyai peran besar dalam perluasan negara
setelah sebelumnya landasan tegak negara tersebut.
Ashabiyah ini merupakan alat perjuangan, alat penyerang dan bertahan. Dimasa awal
terbentuknya sebuah negara, ashabiyah di anggap sebagai faktor esensial bagi kelanjutan
negara. Pada masa ini masyarakat harus membangun Lembaga – Lembaga yang perlu bagi
budaya peradaban, termasuk kelas penguasa baru.
Negara yang terbentuk didasari pada ashabiyah, biasanya berumur tiga generasi, yakni sekitar
120 tahun. Satu generasi di hitung umur yang biasa bagi seseorang yaitu 40 tahun. Ketiga
generasi ini yaitu :
1. Generasi pertama, hidup dalam keadaan primitif yang keras dan jauh dari kemewahan
dan kehidupan kota, masih tinggal di perdesaan dan padang pasir.
2. Generasi kedua, berhasil meraih kekuasaan dan mendirikan negara, sehingga generasi
ini beralih dari kehidupan primitif yang keras ke kehidupan kota yang penuh dengan
kemewahan.
3. Generasi ketiga, negara mengalami kehancuran, sebab generasi ini tenggelam dalam
kemewahan, penakut dan kehilangan makna kehormatan, keperwiraan dan
keberanian.
DAFTAR PUSTAKA
Enan, Abdullah Muhammad. 2013. Biografi Ibnu Khaldun. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta
Huda, C. (2013). Pemikiran Ekonomi Bapak Ekonomi Islam; Ibnu Khaldun. Economica:
Jurnal Ekonomi Islam, 4(1), 103–124. https://doi.org/10.21580/economica.2013.4.1.774
Mansur, M. (2007). Model Kekuasaan Politik Ibnu Khaldun (Sebuah Pelajaran Berharga bagi
Bangsa Indonesia). Unisia, 30(66), 377–383. https://doi.org/10.20885/unisia.vol30.iss66.art5
Nizar, S. (2003). Konsep Negara dalam Pemikiran Politik Ibnu Khaldun. Demokrasi, 2(1),
95–108.
Samsinas, S. (2009). Ibnu Khaldun: Kajian Tokoh Sejarah Dan Ilmu-Ilmu Sosial. HUNAFA:
Jurnal Studia Islamika, 6(3), 329. https://doi.org/10.24239/jsi.v6i3.143.329-346
Nama : Rasda Nanda Ariwanti
NIM : 1901125079
Kelas/Prodi : 4B/Pendidikan Biologi
DAFTAR PUSTAKA
Ii, B. A. B., Hidup, A. R., Rusyd, I., & Ya, A. (n.d.). Bab Ii Biografi Ibn Rusyd.
Mahmud, A. (2020). Jejak Pemikiran Al-Ghazali Dan Ibnu Rusyd Dalam Perkembangan
Teologi Islam. Sulesana: Jurnal Wawasan Keislaman, 13(2), 183–198.
Menurut, K., Rusyd, I., Hukum, P. D., & Indonesia, K. (2011). Kepailitan Indonesia Dian
Asriani Lubis Jurusan Ekonomi Islam Prodi Perbankan Syari ’ Ah S1 Fakultas Syari ’ Ah
Dan Ilmu Hukum Universitas Islam Negeri.
Mubit, R. (2016). Pembelaan Ibnu Rusyd Terhadap Pemikiran Filosof. Jurnal Miyah, 9(01),
132–150.
No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康関連指標に関する共分散構
造 分 析 Title. (2013). Integration of Climate Protection and Cultural Heritage: Aspects in
Policy and Development Plans. Free and Hanseatic City of Hamburg, 26(4), 1–37.
Nama : Weni Eka Rahayu
NIM : 1901125029
Kelas : 4B Pendidikan Biologi
Mata Kuliah : IDI / Kependidikan Islam 1
Nama lengkap Ibnu thufail ialah Abu bakar Muhammad Ibnu ‘Abd
al-Malik Ibnu Muhammad Ibnu Thufail. Ia dilahirkan di Guadix, Provinsi Ganada, Spanyol
pada tahun 506 H/1110 M. Ia meninggal di Kota Marrakesh, Maroko tahun 581 H/1185 M.
Ibnu Thufail dikenal sebagai filsuf muslim yang gemar menuangkan kefilsafatannya melalui
kisah-kisah yang ajaib dan penuh dengan kebenaran. Keturunan Ibnu Thufail termasuk
keluarga suku Arab yang terkemuka, yaitu suku Qais (Sulaiman, 2016).
Sebagai keturunan suku Qaisy, ia dengan mudah mendapatkan fasilitas belajar. Hal ini
mengantarkannya menjadi ilmuwan dalam banyak bidang, seperti kedokteran, kesusastraan,
matematika, dan filsafat. Thufail memulai karirnya sebagai dokter praktik di Ganada. Melalui
ketenarannya di jabatan itu, ia diangkat menjadi sekretaris gubernur di provinsi itu pada tahun
549 H/1154 M.
Thufail menduduki jabatan dokter tinggi dan menjadi qadhi di pengadilan serta wazir
Khalifah Muwahhid Abu Ya’qub Yusuf (558 – 580 H / 1163 – 1184 M). Khalifah ini
berminat pada filsafat dan memberi kebebasan berfilsafat. Ibnu Thufail sempat
memperkenalkan Ibnu Rusyd kepada Abu Ya’kub Yusuf pada tahun 1169 M. Bermula dari
perkenalan itu, Abu Ya’kub Yusuf menyarankan Ibnu Rusyd lewat Ibnu Thufail agar
mengulas karya-karya Aristoteles.
Kemudian ia mengundurkan diri dari jabatannya sebagai dokter pemerintah pada tahun 578 H
/ 1182 M, dikarenakan usianya yang sudah uzur. Kedudukannya itu digantikan oleh Ibnu
Rusd atas permintaan dari Ibnu Thufail. Tapi dia tetap mendapatkan penghargaan dari Abu
Yaqub (Siregar, 2017).
Ibnu Thufail kemudian menyampaikan bahwa tujuan filsafat ialah memperoleh kebahagiaan
dengan jalan dapat berhubungan dengan Akal Fa’al melalui akal (pemikiran). Ada dua jalan
untuk memperoleh kebahagiaan tersebut. Pertama jalan tasawuf batini yang dibela Al-
Ghazali, tetapi tidak memuaskan Ibnu Thufail. Kedua, jalan pemikiran dan perenungan yang
ditempuh oleh Al-Farabi beserta murid-muridnya, dan yang hendak diperjelas oleh Ibnu
Thufail. Dalam hubungan kedua hal ini, Ibnu Thufail berusaha menurut caranya sendiri
dalam memecahkan persoalan “hubungan” atau dengan perkataan lain, hubungan manusia
dengan Akal Fa’al dan dengan Allah (Mas’udi, 2015).
Menurut Ali Audah, novel “Hayy Ibn Yaqzhan” ini sudah diterjemahkan ke dalam beberapa
bahasa: Ibrani, Latin, Inggris, Perancis, Spanyol, Jerman, Rusia, Belanda dan lain-lain.
Dalamabad ke-14, Moses Narbone menerjemahkannya ke dalam bahasa Ibrani dengan
diberikomentar. Abad ke-15 Giovanni vico dolla Mirandola menerjemahkannya ke dalam
bahasa Latin melalui bahasa Ibrani. Yang terkenal adalah terjemahan langsung dari bahasa
Arab ke dalam bahasa Latin, dilakukan oleh Edward Pockoke dengan judul “Philosophus
Autodidaktus (1671). Adapun, dalam bahasa Indonesia yang pertama kali membicarakan
Hayy Ibn Yaqzhan adalah M. Natsir (dimuat kembali dalam kumpulan karangan M. Natsir:
Capita Selecta), Filsafat Ibn Thufail Roman Filsafat “Hayy Bin Yaqzhan” (Junaidi, 2011).
Penyebaran kisah Hayy bin Yaqzan ke dalam berbagai bahasa di benua Eropa merupakan
refleksi diterimanya roman filsafat tersebut oleh kalangan pemikir Eropa. Sesuai dengan
perkembangan zaman, pemikiran yang disadur oleh para peneliti pada kisah Hayy bin
Yaqzan pada tahap awal berkisar pada permasalahan Teologi, terutama penggunaan akal
sebagai alat untuk berpikir secara independen dalam permasalahan-permasalahan ketuhanan,
penciptaan alam semesta, hukum alam.
Abdul Karim al-Yafie ketika memberikan gambaran singkat dalam mukadimah pada kisah
Hayy bin Yaqzan mengatakan bahwa roman filsafat ini termasuk kedalam genre Utopian
Literature dengan ciri khas fiksi spekulatif dan ilmiah, kemudian menambahkan bahwa kata
Utopia lebih dekat disadur dari bahasa Arab Tuba yang bermakna kebahagiaan atau
kesejahteraan dibanding dengan bahasa Yunani yang bermakna “Tiada Tempat”. Kisah Hayy
termasuk ke dalam kategori kisah-kisah seperti Republic oleh Plato, al-Madinah al-Fadilah
oleh al-Farabi, dan Tadbir al-Mutawahhid oleh Ibnu Bajah.
Pada tahun 1671 penerjemahan kisah Hayy bin Yaqzan dari bahasa Arab ke dalam bahasa
Latin diterbitkan kembali oleh sarajana Oxford Edward Pococke yang juga anak orientalis
Oxford terkenal saat itu, di tahun yang sama John Locke (1704 M) seorang filsuf Inggris
yang sangat berkontribusi terhadap pemikir-pemikir di Era Pencerahan Eropa mulai menulis
draft pertama karyanya yang berjudul An Essay Concerning Human Understanding.
Membahas dasar pengetahuan dan pemahaman manusia, dengan menjelaskan bahwa akal
manusia pada saat lahir sebagai batu tulis yang kosong dan seiring dengan berjalannya waktu
akan terisi dengan pengalaman, gagasan ini kemudian berkembang dengan istilah Tabula
Rasa (Abbas, 2016).
Apabila dikaji sangat banyak pemikir-pemikir Eropa yang terpengaruh baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam menjadikan kisah Hayy bin Yaqzan sebagai referensi, ini
membuktikan bahwa hasil-hasil karya pemikir eropa setelah Ibnu Tufail banyak mengadopsi
pemikiran-pemikiran yang tersirat dalam kisah Hayy bin Yaqzan. Hanya saja sangat sedikit
dari mereka yang mengakui bahwa karya-karya tersebut sedikit banyaknya berinteraksi
langsung dengan roman filsafat Hayy bin Yaqzan.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, I. M. Y. (2016). Studi analisis pemikiran ekonomi islam ibnu tufail pada kisah “Hayy
Bin Yaqzan". Thesis.
Junaidi, M. (2011). Ibnu Thufail. Tokoh Muslim, 52–65. http://muslims-
figure.blogspot.com/2011/01/ibnu-thufail.html
Mas’udi. (2015). Pemikiran Filsafat Ibnu Thufail (Khazanah Pemikiran Filsafat dari Timur
Asrar al-Hikmat al-Masyriqiyyah). FIKRAH: Jurnal Ilmu Aqidah Dan Studi Keagamaan,
3(2), 411–430.
Siregar, S. (2017). Filsafat Hayy Ibn Yaqzan: Dialektika Akal Dan Wahyu Menurut Ibn
Thufail. 1–16.
Sulaiman, A. (2016). BUKU MENGENAL FILSAFAT ISLAM new.pdf.
Nama : Firyal Andhara
NIM : 1901125009
Kelas : 4B Pendidikan Biologi
Tugas : Biografi Tokoh Muslim
Mata Kuliah : IDI/Kependidikan Islam
DAFTAR PUSTAKA
Abdel-Halim, R. E. (2005). Contributions of Ibn Zuhr (Avenzoar) to the Progress of Surgery :
a study and translations from his book. National Library of Medicine.
Britannica, T. E. (2021). Ibn Zuhr Spanish Muslim Physician. Encyclopaedia Britannica.
Cambra, L. M. (2015). Abu L - 'Ala' Zuhr, The Quack of Al-Andalus. International Journal
of Humanities Social Sciences and Education, Vol 2.
Henry A. Azar, M. R. (2002). Ibn Zuhr (Avenzoar's). Vol 19:2.
W.Tschanz, D. (2021). Ibn Zuhr. Aspetar Sports Mediacine Journal.
https://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_Zuhri
https://republika.co.id/berita/40429/ibnu-zuhr-dokter-terhebat-dari-zaman-keemasan
https://biografi.kamikamu.co.id/abu-marwan-ibnu-zuhr-bapak-ilmu-bedah-eksperimental-
dan-ahli-parasitologi-pertama-di-dunia/
Imam Al-Ghazali merupakan figur yang tidak asing dalam dunia pemikiran Islam,
karena begitu banyak orang menemukan namanya dalam berbagai literatur, baik klasik
maupun modern. 1 Pemikir besar dalam dunia Islam abad ke 5 H, yang terkenal dengan
julukan hujjatul al-Islam (bukti kebenaran Islam). Imam Al-Ghazali nama lengkapnya
adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Ta‟us Ath-Thusi Asy- Syafi‟i Al-Ghazal.
Versi lain menyebutkan bahwa nama lengkap beliau dengan gelarnya adalah Syaikh al-ajal
al-imam al-zahid, al-said al muwafaq Hujjatul Islam. Secara singkat, beliau sering disebut al-
Ghazali atau Abu Hamid. Beliau dilahirkan tahun 450H/1058M di Ghazalah, sebuah desa di
Pinggiran Kota Thus, kawasan Kurasan Iran. Beliau wafat di Tabristan wilayah propinsi Thus
pada hari senin tanggal 14 Jumadil Akhir 505 H bertepatan dengan 01 Desember 1111 M.
Imam Al-Ghazali lahir dari keluarga yang taat beragama dan hidup sederhana.
Ayahnya seorang pemintal dan penjual wol yang hasilnya digunakan untuk mencukupi
kebutuhan hidupnya dan para fuqaha serta orang-orang yang membutuhkan pertolongannya,
dan juga seorang pengamal tasawuf yang hidup sederhana. Ia sering mengunjungi para
fuqaha, memberi nasihat, duduk bersamanya, sehingga apabila dia mendengar nasehat para
ulama ia terkagum menangis dan memohon kepada Allah SWT agar dikaruniai anak yang
seperti ulama tersebut. Ketika ayahnya menjelang wafat, ia berwasiat Imam Al-Ghazali dan
saudaranya, Ahmad diserahkan kepada temannya yang dikenal dengan ahli tasawuf dan orang
baik, untuk dididik dan diajari agar menjadi orang yang teguh dan pemberi nasehat.
Pendidikan dimulai dengan belajar al-Qur’an kepada ayahnya sendiri. Setelah ayahnya
meninggal, dia dan kakaknya dititipkan kepada Ahmad bin Muhammad ar-Razikani, seorang
tokoh sufi yang masih merupakan kerabat dari ayahnya sendiri. Dalam bimbingan Ahmad bin
Muhammad ar-Razikani, al-Ghazali mempelajari ilmu fikih serta riwayat hidup para wali dan
kehidupan spiritual mereka. Selain itu dia mempelajari syair-syair mahabbah (cinta) kepada
Allah, al-Qur’an dan hadis.
Diantara guru-gurunya pada waktu itu adalah Ahmad Ibnu Muhammad Al Radzikani.
Kemudian pada masa mudanya ia belajar di Nisyapur juga di Khurasan, yang pada saat itu
merupakan salah satu pusat ilmu pengetahuan yang penting di dunia Islam. Ia kemudian
menjadi murid Imam Al Haramain Al Juwaini yang merupakan guru besar di Madrasah An-
Nizhfirniyah Nisyapur. Al Ghazali belajar teologi, hukum Islam, filsafat, logika, sufisme dan
ilmu-ilmu alam.
Berdasarkan kecerdasan dan kemauannya yang luar biasa, Al Juwaini kemudian
memberinya gelar Bahrum Mughriq (laut yang menenggelamkan).Al Ghazali kemudian
meninggalkan Naisabur setelah Imam Al Juwaini meninggal dunia pada tahun 478 H (1085
M). Kemudian ia berkunjung kepada Nizhdm al- Mar di kota Mu’askar. Ia mendapat
penghormatan dan penghargaan yang besar, sehingga ia tinggal di kota itu selama 6 tahun.
Pada tahun 1090 M ia diangkat menjadi guru di sebuah Nizhfimiyah, Baghdad. Pekerjaan itu
dilakukan dengan sangat berhasil. Selama di Baghdad, selain mengajar, ia juga memberikan
bantahan-bantahan terhadap pikiran-pikiran golongan bathiniyyah, islamiyah golongan
filsafat dan lain-lain. Setelah mengajar diberbagai tempat, seperti di Baghdad, Syam dan
Naisabur, akhlaknyaia kembali ke kota kelahirannya di Thus pada tahun 1105 M.
Meskipun Imam Al-Ghazali tergolong sukses dalam kehidupannya di Baghdad semua
itu tidak mendatangkan ketenangan dan kebahagiaan bahkan membuatnya gelisah dan
menderita, ia bertanya apakah jalan yang ditempuhnya sudah benar atau belum? Perasaannya
itu muncul setelah mempelajari ilmu kalam (teologi) Imam Al-Ghazali ragu, mana diantara
aliran-aliran yang betul-betul benar, kegelisahan intelektual dan rasa kepenasarannya
dilukiskan dalam bukunya al-Munqidz min al-Dalal. Dalam bukunya itu Imam Al-Ghazali
ingin mencari kebenaran yang sebenarnya dan dimulai dengan tidak percaya dengan
pengetahun yang dimulai dengan panca indera sering kali salah atau berdusta. Ia kemudin
mencari kebenaran dengan sandaran akal, tetapi akal juga tidak dapat memuaskan hatinya.
Hal ini diungkapkan dalam bukunya Tahafut al-Falasifah yang isinya berupa tanggapan dan
sanggahan terhadap para filosof.
Imam Al-Ghazali adalah seorang ulama, guru besar, sufi dan pemikir yang produktif,
menulis di dunia Islam. Jumlah kitab yang ditulisnya sampai kini belum disepakati secara
definitif oleh para penulis sejarahnya. Sebagian para peneliti mengatakan bahwa Imam Al-
Ghazali menulis hampir 100 buku yang meliputi: berbagai disiplin ilmu pengetahuan, seperti:
ilmu kalam, tasawuf, filsafat, akhlaq, dan otobiografi, karangannya ditulis dalam bahasa Arab
dan Persia. Karya-karya tulis yang ditinggalkan beliau menunjukkan keistimewaannya
sebagai seorang pengarang yang produktif.
Secara rinci buku yang benar-benar disebut sebagai karangan Imam Al-Ghazali diatanra lain
sebgai berikut:
1. Al-Ta‟liqat fi Furu‟ al-Madzhab,
2. Al-Mankhul fi al-Usul
3. Al-Basit fi al-Furu
4. Al-Wasit
5. Al-Wajiz
6. Khulasat al-Mukhtasar wa Naqawat al-Mu‟tasar
7. Al-Muntakhal fi ‟Ilm al-Jidal
8. Ma‟akhiz al-Khilaf
9. Lubab al-Nazr,
10. Tahsin al-Ma‟akhiz (fi Ilm al-Khilaf)
11. Kitab al-Mabadi wa al-Ghayat
12. Kitab Syifa al-Galil fi al-Qiyas wa al-Ta‟lil
13. Fatwa al-Ghazali
14. Fatwa
15. Gayat al-Gaur fi Dirayat al-Daur
16. Maqasid al-Falasifah
17. Tahafut al-Falasifah
18. Mi‟yar al-Ilm fi Fann al-Mantiq
19. Mi‟yar al-Uqul
20. Mahk al-Nazr fi al-Mantiq,
21. Mizan al-Amal
22. Kitab al-Mustazhiri fi al-Radd ‟ala al-Batiniyyah
23. Kitab Hujjat al-Haqq
24. Qawasim al-Batiniyyah
25. Al-Iqtisad fi al-I‟tiqad
26. Al-Risalah al-Qudsiyyah fi Qawa‟id al-Aqa‟id
27. Al-Ma‟arif al-Aqliyyah wa Lubab al-Hikmah al-Illahiyyah
28. Ihya‟ Ulum al-Din
29. Kitab fi Mas‟alat Kulli Mujtahid Musib
Dan masih banyak lagi karyanya, dari karangan-karangan Imam Al-Ghazali tersebut banyak
mempengaruhi terhadap para penulis ternama sesudahnya, seperti: Jalaluddin Runni, syeikh
al-Ashari, Ibnu Rusyd dan Syah Waliyullah yang mencerminkan gagasan rasional Imam Al-
Ghazali pada karya mereka. Penyair utama Persia seperti: Attar, Sa‟adi, Hafiz, dan al-Iraqi,
juga diilhami oleh Imam Al-Ghazali. Imam Al-Ghazali lah penyebab utama perembesan
aliran tasawuf kedalam puisi Persia dan mengarahkannya kejalan yang benar. Karya besarnya
ihya‟ ulum ad-Din dibaca luas oleh kaum muslimin, Yahudi, Nasrani dan mempengaruhi
Thomas Aquinus.
DAFTAR PUSTAKA
Sirajuddin, Filsafat Islam, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007) , hlm. 155
Sholihin, Epistemologi Ilmu dalam Pandangan Imam Al-Ghazali, (Jakarta: Pustaka Setia,
2001)
Muhammad Syafii Antonio, Ensiklopedia Peradaban Islam Baghdad (Jakarta: Tazkia
Publishing, 2012), hal. 168
http://repository.uin-suska.ac.id/5829/3/BAB%20II.pdf. Diakses Pada tanggal 1 April 2020.
http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005-mustabsyir-442-
BAB2_310-7.pdf. Diakses Pada tanggal 1 April 2020.
http://idr.uin-antasari.ac.id/8558/6/BAB%20III.pdf. Diakses Pada tanggal 1 April 2020.
http://digilib.uinsby.ac.id/6890/6/Bab%203.pdf. Diakses Pada tanggal 1 April 2020.
Setelah belajar kepada Imam Malik, pada tahun 195 H. beliau pergi ke Baghdad untuk
menuntut ilmu dan mengambil pendapat-pendapat dari murid-murid Imam Abu Hanifah,
dengan cara bermunazarah dan berdebat dengan mereka, selama dua tahun beliau berada di
Baghdad kemudian beliau ke Makkah, dilanjutkan ke Yaman, beliau berguru pada Matrak bin
Mazindan, di Irak beliau berguru kepada Muhammad bin Hasan. Diantara guru-guru beliau
ada yang beraliran tradisional atau aliran hadits. Seperti Imam Malik dan ada pula yang
mengikuti paham Mu’tazilah dan Syiah. Pengalaman yang diperoleh Imam Syafi’i dari
berbagai aliran Fiqh tersebut membawanya ke dalam cakrawala berpikir yang luas, beliau
mengetahui letak keturunan dan kelemahan, luas dan semptinya pandangan masing-masing
madzhab tersebut, dengan bekal itulah beliau melangkah untuk mengajukan berbagai kritik
dan kemudian mengambill jalan keluarnya sendiri.
Mula-mula beliau berbeda pendapat dengan gurunya Imam Malik. Perbedaan ini berkembang
sedemikian rupa sehingga ia menulis buku Khilaf Malik yang sebagian besar berisi kritik
terhadap pendapat (Fiqh) madzhab gurunya itu. Beliau juga terjun dalam perdebatan-
perdebatan sengit dengan Madzhab Hanafi dan banyak mengeluarkan koreksi terhadapnya.
Dari kritik-kritik Imam Syafi’i terhadap kedua madzhab tersebut akhirnya ia muncul dengan
madzhab baru yang merupakan sintesa antara fiqh ahli hadits dan fiqh ahli ra’yu yang benar-
benar orisinil. Namun demikian yang paling menentukan orisinalitas Madzhab Syafi’i ini
adalah kehidupan empat tahunnya di Mesir.
Murid-murid Imam Syafi’i
Diketahui bahwa guru-guru Imam Syafi’i amatlah banyak, begitu pula murid murid atau
penuntut ilmu yang ingin belajar kepada Syafi’i. Beberapa diantaranya yaitu (Febriansyah,
2017):
a. Al-Hasan al-Sabah al-Za’faranib.
b. Al-Husain ibn Ali al-Karabisic.
c. Abu Thur al-Kulbid.
d. Ahmad ibn Muhammad al-Asy’ari.
e. Imam Ahmad ibn Hanbal
f. Abu Ja’far at-Thabari
g. Abu Hanifah al-Asnawi
h. Dan masih banyak lagi.
Murid-murid Imam Syafi’i dari kalangan perempuan tercatat antara lain saudara perempuan
al-Muzani. Mereka adalah para cendekiawan besar dalam bidang pemikiran Islam dengan
sejumlah besar bukunya baik dalam Fiqih maupun lainnya. Di antara para muridnya yang
termasyhur sekali ialah Ahmad ibn Hambal yang mana beliau telah memberi jawaban
kepada pertanyaan tentang Imam Syafi’i dengan katanya: Allah Ta’ala telah memberi
kesenangan dan kemudahan kepada kami melalui Imam Syafi’i. Kami telah mempelajari
pendapat kaum-kaum dan kami telah menyalin kitab-kitab mereka tetapi apabila Imam
Syafi’i datang kami belajar kepadanya, kami dapati bahwa Imam Syafi’i lebih alim dari
orang-orang lain. Kami senantiasa mengikuti Imam Syafi’i malam dan siang apa yang kami
dapati darinya adalah kesemuanya baik, mudah-mudahan Allah melimpahkan rahmat-Nya
atas beliau.
Pemikiran dan Karya Imam Syafi’i
Sebagaimana Imam Malik di mana pemikiran beliau banyak dipengaruhi oleh tingkat
kehidupan sosial masyarakat dimana beliau tinggal. Maka demikian pula Imam Syafi’i,
ketika beliau berada di Hijaz, masyarakat disana berpegangteguh dengan sunnah dan hadits
sehingga tidak banyak timbul problem kemasyarakatan dan penyelesaian masalah dengan
bersumber dari al-Qur’an serta sunnah, maka wajar sekali jika aliran Imam Syafi’i cenderung
kepada aliran ahli hadits, karena memang beliau belajar dari Imam Malik, akan tetapi setelah
beliau mengembara ke Baghdad (Irak) dan menetap untuk beberapa tahun lamanya serta
mempelajari Fiqh dari Abu Hanifah dan Madzhab ahli ra’yu, maka mulailah beliau condong
kepada aliran rasional (Rohidin, 2004).
Apalagi beliau menyaksikan sendiri tingkat kebudayaan di Irak sebagai daerah keruwetannya
yang para ahli Fiqh. Sehingga seringkali beliau tidak menemukan ketegasan jawabannya
dalam al-Qur’an maupun as-Sunnah. Keadaan ini lalu mendorong beliau untuk melakukan
ijtihad dan menggunakan rasio.
Tempat yang paling menentukan keorisinilitas madzhab beliau adalah kehidupannya selama
empat tahun di Mesir. Memang banyak kota dimana Imam Syafi’i mengembangkan dan
mengambil ilmu, seperti Yaman, Persia, baghdad dan kota-kota lainnya, tetapi di Mesirlah
sampai beliau meinggal dunia. Banyak digunakan untuk menulis karya-karyanya, bahkan
untuk merivisi buku-buku yang telah ditulisnya, juga meletakkan dasar-dasar madzhab
barunya yang dikenal dengan Qaul Jadid nya.
Dengan perpaduan pemikiran beliau akibat pengaruh dari corak pendidikan dan
pengalamannya dari berbagai negara, disinilah Imam Syafi’i mengkompromikannya,
mengkombinasikan serta mendiskusikan Fiqih di negara Hijaz yang menjadikan beliau
terkenal dengan ahli ra’yu.
Karya-karya Imam Syafi’i, menurut Imam Abu Muhammad bin Husain bin Muhammad al-
Muzani, yang merupakan salah seorang murid Imam Syafi’i mengatakan bahwa Imam
Syafi’i telah mengarang kitab sebanyak 113 kitab, baik kitab dalam ilmu Ushul al-Fiqh, dan
lain-lain, sebagai pegangan dan pengetahuan yang bisa kita nikmati sampai sekarang.
Beberapa diantaranya adalah :
a. Ar-Risalah = Kitab ini disusun berkaitan dengan kaidah-kaidah ushul fiqh yang
didalamnya diterangkan mengenai pokok-pokok pegangan Imam Syafi’i dalam
mengistinbathkan suatu hukum.
b. Al-Umm = Kitab induk ini berisikan hasil-hasil ijtihad Imam Syafi’i yang telah
dikondisikan dalam bentuk juz dan jilid yang membahas masalah taharah, ibadah,
amaliyah, sampai pada masalah peradilan seperti jinayah, muamalat, munakahat dan
lain-lain.
c. Ikhtilaf al-Hadits = Di dalamnya mengungkap perbedaan para ulama dalam
persepsinya tentang hadits mulai dari Sanad sampai Perawi yang dapat dipegangi,
termasuk analisisnya tentang hadits yang menurutnyadapat dipegangi sebagai hujjah.
Fiqh Imam Syafi’i
Ilmu fiqih yang dibawa oleh Imam Syafi’i adalah merupakan perkembangan fiqih dalam
sejarah perundangan Islam. Oleh karena itu, beliau mengumpulkan atau menyatukan ilmu
fiqih antara ahli-ahli akal dan pikir dengan ilmu fiqih ahli-ahli akal dan hadits. Ilmu fiqih
Imam Syafi’i merupakan ikatan sunnah dengan qiyas, dan pemikiran dengan beberapa cara-
cara atau peraturan untuk memahami al-Qur’an dan Hadits. Juga beliau menerapkan kaidah-
kaidah pengeluaran hukum dan kesimpulannya, oleh karena itulah beliau berhak dianggap
sebagai penulis ilmu Ushul Fiqih (Chalil, 1995).
Menurut yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa Imam Syafi’i mulai menyusun madzhab
fiqihnya setelah beliau mempelajari ilmu fiqih di Madinah dan fiqih orang-orang Irak.
Madzhab Syafi’i mulai berkembag di Mesir, yang terkenal dengan qaul jadid nya, yang
diajarkan oleh beliau di Masjid ‘Amr ibn Ash. Perkembangan ini semakin bertambah sejak
banyaknya para ulama dan para cendekiawan yang mengikuti pelajarannya. Seperti
Muhammad ibn Abdullah ibn Abdul Hakim, Ismail ibn Yahya al-Buwaithy, ar-Rabi, al-Jizi,
Asyhab Ibnu Qasim dan Ibn Mawaz.
Oleh karena itu, terdesaklah madzhab yang telah dianut sebelumnya, yaitu mazhab Hanafi
dan mazhab Maliki. Walaupun pada tahun 197 H beliau telah mengajarkan qaul qadim nya di
Baghdad, namun perkembangan madzhab Syafi’i barulah setelah beliau meninggal dunia
yang dikembangkan oleh Hasan ibn Muhammad al-Za’farani (wafat 260 H.).
Wafatnya Imam Syafi’i
Imam Syafi’i dengan tenang menghembuskan nafasnya yang terakhir sesudah shalat Isya’,
malam Jum’at bulan Rajab tahun 204 H./819 M. Dengan disaksikan muridnya yaitu Rabi al-
Jizi (Febriansyah, 2017).
DAFTAR PUSTAKA
Asy-Syurbasi, A. (2017). Sejarah dan Biografi Empat Imam Mazhab. Surabaya: Amzah.
Chalil, M. (1995). Biografi Empat Serangkai Imam Mazhab. Jakarta: Bulan Bintang.
http://repository.uin-suska.ac.id/7355/3/BAB II.pdf
Febriansyah, F. (2017). BIOGRAFI IMAM SYAFI’I DAN IMAM HANAFI. Jurnal
Pendidikan Islam, 1, 14–23.
Hidayat, R. (2018). Pemikiran Pendidikan Islam Imam As - Syafi ’ i dan Implikasinya
Terhadap Pendidikan Islam di Indonesia. Almufida, III(1), 107–131.
Rohidin. (2004). Historisitas Pemikiran Hukum Imam Asy-Syafi’i. Jurnal Hukum IUS QUIA
IUSTUM, 11(27), 97–105. https://doi.org/10.20885/iustum.vol11.iss27.art9
Nama : Dhanti Cynthia Prameswari
NIM : 1901125077
Kelas : 4B
Tugas : Biografi Tokoh Islam – Jabir Ibn Hayyan
Mata Kuliah : Ilmu Disiplin Islam (IDI)
Ayahnya, Hayyan Al-Attar adalah seorang ahli syi’ah yang juga sebagai penjual obat-obatan.
Hayyan berasal dari Syam yang kemudian pindah ke Thus, sebuah kota kecil yang berjarak
27 km dari Utara Masyhad yang dikenal sebagai kota transit bagi para pedagang baik dari
Baghdad, Turkistan, ataupun Cina. Sedangkan ilmuwan Barat menyebut nama Jabir sebagai
“Geber”. Jabir dikenal sebagai Sufi3 yang tekun beri’tikaf di sebuah ruangan khusus di dalam
rumahnya.
Sebagian sumber menyebut Jabir sebagai bagian dari kalangan Shabi`in, dan Jabir juga
dikatakan sebagai seorang Syi’ah. Kenyataan ini merujuk kepada kedekatannya dengan salah
seorang imam keenam Syi’ah yaitu Ja’far Ash-Shadiq yang bukan hanya sebagai pendiri
madzhab hukum Syi’ah dua belas Imam atau lebih dikenal dengan madzhab Ja’fari, tetapi
juga menjadi tokoh penting dalam pengetahuan esoteris. Kedekatan ini juga tercermin dalam
tulisantulisannya, seperti terdapat pada Mukhtâr Rasâ`il.
Jabir telah pula mendatangi guru lainnya seperti Udha Al-Himar yang kala itu masih
merupakan rekan seangkatan dari Khalid Barmaki, dan Yahya. Jabir sempat pula
menunjukkan beberapa tulisnya kepada para gurunya itu. Karena kecintaannya kepada ilmu
pengetahuan, Jabir banyak bergaul dengan kalangan orang-orang yang juga mencintai
pengetahuan. Karena itu, dapat dipahami bila kemudian Jabir juga menjalin hubungan baik
dengan para pembesar istana. Dengan dilandasi kesamaan kepentingan keilmuan, Jabir
bergaul baik dengan keluarga Barmak dan khalifah Harun alRasyid. Hubungan baik ini terus
berlangsung sampai kemudian, terjadi fitnah terhadap keluarga Barmak. Dengan kejadian
fitnah tersebut, Jabir juga kemudian mengambil langkah antisipatif menjauh dari Baghdad
dan berpindah ke Thusi.
Sebagaimana halnya ilmuwan Muslim abad pertengahan, Jabir tidak hanya mampu
mendalami satu bidang ilmu pengetahuan tertentu, tetapi mereka juga mampu menguasai
bidang keilmuwan lainnya dan sangat beragam. Selain ahli dalam bidang ilmu kimia, beliau
juga ahli dalam ilmu yang lain seperti kedokteran, filsafat dan fisika. Hanya saja dari sekian
banyak ilmu yang digelutinya, tampaknya ilmu kimia lebih melekat dan menonjol pada tokoh
intelektual muslim ini. Karya-karya ilmu kimianya telah diterjemahkan ke dalam berbagai
bahasa di Eropa, termasuk bahasa Latin, dan kemudian diserap oleh ilmu kimia modern.
Eropa kemudian mulai mengenali istilahistilah teknik seperti realiger (sulfit merah dari
arsenik), tutia (seng oksida), alkali, antimoni, alembic, dan aludel.Demikian juga Salamoniak
(sejenis substansi baru kimia) telah diperkenalkan Jabir yang sebelumnya tidak pernah
dikenal oleh orang-orang Yunani.
Jabir mengedepankan metode eksperimen (manhaj tajribiy), yang bila ditelaah berdasarkan
metode-metode analisis filsafat, merupakan salah satu metode epistemologi yang cukup
penting. Terlihat dalam berbagai pandangan Jabir, metode eksperimen merupakan metode
epistemologis yang penting di samping metode lainnya. Metode eksperimen ini,
sesungguhnya bukan merupakan hal yang asing dalam khazanah kajian filsafat. Anton
Bakker (2004) membedakan metode eksperimen ini dari metode empiris secara tersendiri.6
David Hume (1711- 1776) yang disebut-sebut oleh Bakker sebagai pelopor metode ini,
berada jauh di belakang masa kehidupan Jabir bin Hayyan. Karenanya, Jabir dapat dianggap
sebagai pelopor sesungguhnya dari metode eksperimen.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Jakfar Muhammad Ibnu Muhammad al-Hasan Nasir ad-Din al-Tusi al-Muhaqqiq atau
yang biasa dikenal dengan nama Nasiruddin ath-Tusi / Nasir al-Din al-Tusi beliau merupakan
ilmuwan yang terkenal si jenius yang serba bisa dari Persia. Al-Tusi lahir pada 18 Februari
1201 Masehi di Tus sebuah kota di Korasan yang terletak di dekat Mashed, Persia yang
sekarang warga dunia mengenal letaknya di sebelah timur laut Iran. Beliau lahir pada awal
abad dan beliau dapat menyaksikan dunia Islam itu menaklukan China bagian timur hingga
Eropa bagian barat. Beliau bergabung dengan bangsa Mongol yang menaklukan Baghdad.
Al-Tusi adalah seorang ilmuwan muslim yang mempunyai kemampuan yang hebat tidak
hanya dalam satu bidang saja tetapi pada berbagai bidang ilmu pengetahuan, karya
ensiklopedik beliau melingkupi berbagai macam cabang ilmu pengetahuan seperti, astronomi,
matematika, sains, optik, geografi, obat-obatan, filsafat, logika, bidang musik, mineralogi,
fisika, metafisika, teologi (ilmu yang sifatnya multi dimensi), dan ilmu etika.
Beliau mempunyai kekuatan yang luar biasa dalam menyatukan, memperluas atau
mengembangkan temuan-temuan sebelumnya yang sudah ada. Jadi temuan sebelumnya itu
hasilnya bisa menjadi lebih sempurna untuk digunakan dalam ilmu pengetahuan, contohnya
seperti ia menulis tentang risalah lengkap trigonometri yang berhubungan dengan bola.
Hampir 150 risalah yang ada dihubungkan dengan keberadaan Al-Tusi dalam bidang
geometri. Tulisan karya Al-Tusi sendiri berjumlah sekitar 165 judul meliputi seluruh bidang
yang sudah tertulis diatas.
Beliau terlahir dikeluarga twelver shi’I atau syiah keduabelas, Ayahnya sendiri Muhammad
Ibn al Hasan merupakan seorang ahli hukum dari Twelever Imam School (Sekte utama
Muslim Syiah) sekaligus menjadi tempat dimana Al-Tusi mengemban ilmu untuk pertama
kali. Terlepas dari Al-Tusi belajar beliau juga diajarkan berbagai ilmu oleh pamannya, inilah
yang membentuk Al-Tusi menjadi sosok hebat yang menguasi berbagai bidang ilmu
pengetahuan, pamannya mengajarkan berbagai topik pengetahuan seperti logika, fisika dan
metafisika. Tidak hanya belajar dari paman nya Al-Tusi juga memperdalam ilmu lain dari
guru lain terkait bidang matematika terkhusus pada aljabar dan geometri.
Al-Tusi telah kehilangan sosok ayahnya pada saat usianya masih sangat belia hal ini yang
mendorong ia untuk belajar. Untuk memenuhi keinginan sang ayah beliau mengambil
berbagai pembelajaran serta beasiswa dan dijalankannya dengan sangat serius. Ia melakukan
berbagai perjalanan jauh semata-mata untuk mengemban ilmunya, selain dari ilmu
pengetahuan general ia juga turut menghadiri ceramah ulama terkenal untuk memperoleh
pengetahuan agama.
Guru matematika pertama al-Tusi adalah Kamal al-Diin Hasib saat masih di Tusi, Lalu pada
tahun 1214 saat usia al-Tusi masih 13 tahun, Genghis Khan (pemimpin bangsa Mongol),
menyerah untuk menaklukkan Tiongkok dan memulai perkembangan pesat menuju Barat.
Tak lama kemudian, al-Tusi akan dapat melihat efek penaklukan ini di wilayahnya, tetapi
sebelum itu, dia akan dapat mempelajari topik yang lebih maju. Kemudian ia memutuskan
untuk pergi ke Nishapur yang merupakan daerah pusat pembelajaran. Disana al-Tusi
mempelajari ilmu filsafat, kedokteran dan matematika beliau bertemu dengan Farid al-Din
'Attar, guru sufi legendaris yang terbunuh oleh penjajah dari Mongol.
Pada saat di Mawsil beliau belajar matematika serta ilmu astronomi dengan Kamal al-Din
Yunus. Beliau melakukan Kemudian, ia berinteraksi dengan Qaysari. Nampaknya ilmu
kebatinan yang disebarkan oleh para guru sufi tidak menarik pikirannya. Ketika ada
kesempatan, ia memilah-milah sendiri. Buku pegangan filsafat tasawuf muncul dalam bentuk
sebuah buku pegangan kecil yang disebut "Awsaf al-ashraf”
Sekitar tahun 1236, beliau berada di Alamut, pusat pemerintahan Nizari Ismaili. Prestasi
ilmiah al-Tusi dalam penyusunan Akhlaq-i Nasiri tahun 633/1235 seakan membuka jalan
bagi beliau, yang merupakan suatu kehormatan dan kesempatan besar bagi para ulama
berbakatnya, Apalagi karena Alamut masih berdiri tegak.Kursi Ismaili juga perpustakaan
terpenting di Negara Bagian Ismaili. Di Alamut, selain mengajar, mengedit, mendiktekan,
dan menulis karya ilmiah, Tusi dipromosikan menjadi kepala dakwah (da'i al-du'at) di Ismaili
da'wat. Melalui kunjungan konstan dan komunikasi tak henti-hentinya dengan ulama, Tusi
memelihara kontak dengan akademisi di luar lingkaran Ismaili dan disebut "ulama" (al-
muhaqiq) pertama kali semenjak hidupnya.
Meskipun di bawah pemerintahan Mongol, kesetiaan atau persuasif al-Tusi kepada komunitas
tertentu tidak dapat di prioritaskan, prosesnya sendiri menjadi antusiasme ilmiah bagi Tutsi
untuk menulis dari perspektif Ismaili dan Dua Belas Syiah. Kompilasi Ismaili yang paling
terkenal adalah Rawda-yi taslim, Sayr wa suluk, Tawalla wa tabarra, Akhlaq-i Muhtashimi
dan Matlub al-mu'minin. Tajrid al-i'tiqad, al-Risala fi'l-imama dan Fusul-i Nasiriyya adalah
karyanya khusus untuk dua belas Syiah.
Al-Tusi menyaksikan jatuhnya khalifah "Abbasiyah" dan mendapat kepercayaan dari
pemimpin Mongolia, Helgu. Ia diberi kewenangan penuh untuk mengelola keuangan yayasan
keagamaan (wakaf). Selama periode ini, al-Tusi terutama berkutat pada memerangi
barbarisme bangsa Mongol, menyelamatkan nyawa para cendikiawan yang tidak bersalah,
dan mendirikan salah satu pusat pembelajaran terpenting di Maragha, Iran barat laut.
Kompilasi Musari'at al-musari, Awsaf al-ashraf dan Talkis al-muhassal adalah karya ulama
al-Tusi dalam beberapa tahun terakhir hidupnya.
Selain dari kegiatan beliau menulis, Al-Tusi juga telah banyak menerjemahkan dan
memberikan kritikan serta penyuntingan karya yunani ke Bahasa Persia. Kumpulan
terjemahan ini dinamakan kitab al-Mutawassitat Bain al-Handasa wal Hai’a (buku-buku
pengetahuan antara geometri dan astronomi).
DAFTAR PUSTAKA
Setiawan, Rudi H. 2020. Mengenal Ilmuwan Muslim Nasir Ad-Din Tusi. Di unduh pada
23/03/21. https://oif.umsu.ac.id/2020/05/mengenal-ilmuwan-muslim-nasir-ad-din-tusi/
Merchant, Aziz. 2018. Nasir al-Din al-Tusi and Astronomy. Lifelong Learning Articles. The
Institute Of Ismaili Studies. Ms. 596
“Nasir al-Din Tusi (1201—1274),” by S. J. Badakhchani. The Internet Encyclopedia of
Philosophy, ISSN 2161-0002, https://iep.utm.edu/tusi/ , 23 March 2021
Britannica, T. Editors of Encyclopaedia (2021, February 14). Naṣīr al-Dīn al-Ṭūsī.
Encyclopedia Britannica. https://www.britannica.com/biography/Nasir-al-Din-al-Tusi
Veselovsky, I. N. 1973. Copernicus and nasir al-Din al-Tusi. Journal for the History of
Astronomy, 4(2), 128.
Andani, K. 2020. Metaphysics of Muhammad: The Nur Muhammad from Imam Ja ‘far al-
Sadiq (d. 148/765) to Nasir al-Din al-Tusi (d. 672/1274). Journal of Sufi Studies, 8(2), 99-
175.
Nama : Nina ayu mukti
Nim : 1901125050
Kelas : 4B
Tugas : Biografi Tokoh islam
Matkul : IDI(
DAFTAR PUSTAKA
Aan Wulandari U. (n.d.). Piri Reis Laksamana Yang Gagah Berani (Hari (ed.)). Tiga
Serangkai Pusaka Mandiri.
Geologi, K., Dalam, L., & Sains, A. D. A. N. (2010). KONSEP GEOLOGI LAUT DALAM
AL-QURAN DAN SAINS ; Jurusan Tafsir-Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. 19–20.
Gregory C. McIntosh. (2000). The Piri Reis Map Of 1513. Library of Congress Cataloging in
Publication Data.
Soucek, S. (2013). Piri Reis His uniqueness among cartographers and hydrographers of the
Renaissance. Comite Francasis De Cartographie, 216, 135–144.
Yilmaz, I. (2010). The Kitab-I Bahriye (Book of Navigation) of Piri Reis. Cartographic
Journal, 47(3), 278–283. https://doi.org/10.1179/000870410X12708074472152
Nama : Rizky Auliah Sulistyani
Nim : 1901125045
Kelas : 4B Pendidikan Biologi
Tugas : Biografi tokoh
Matkul : IDI / Kependidikan islam
Matematika
Filsafat
Dalam bidang filsafat, ia mampu menghasilkan sebuah karya bertajuk Dorrat al-taj fi gorrat
al-dabbaj. Karya Qutb al-Din Al-Shirazi yang paling terkenal adalah Durrat al-Taj li-ghurratt
al-Dubaj ditulis dalam bahasa Persia sekitar AD 1306 (705 H). Kitab itu merupakan sebuah
ensiklopedia filsafat yang ditulis untuk Rostam Dabbaj, penguasa tanah Gilan di Iran.
Pengobatan
Pada bidang pengobatan, ia menghasilkan kitab Al-Tohfa al-sa'diya jufa, sebuah komentar
lengkap terhadap Canon of Avicenna yang ditulis dalam bahasa Arab. Adapula Resala fi’l-
Baras, sebuah risalah pengobatan dalam penyakit kusta atau lepra dalam bahasa Arab. Selain
itu, ia juga menghasilkan Resala fi bayan al-hajat ela’l-tebb wa adab al-atebba wa wasaya-
hom.
Bidang Lainnya
Dalam bidang agama, sufi, teologi, retorika, dan lainnya, Shirazi menghasilkan karya Al-
Entesaf, serta Fath al-Mannan fi tafsir al-Qor'an, sebuah komentar/tafsir Alquran yang ditulis
dalam empat puluh jilid berbahasa Arab. Tak hanya itu, dalam bidang teologi dia juga
membuat karya bertajuk Hasia bar Hekmat al-'ayn, sebuah komentar dari Hekmat al-Iayn
yang dtulis Najm-al-Din 'Ali Dabiran Katebi.
Klasifikasi Quthb Al Din Al Syirazi
Menurut (Hariyati & Fistiyanti, 2017) klasifikasi ilmu yang telah dikemukakannya dalam
Durrat al-Taj.Dalam Durrat al-Taj, Quthb Al-Din Al-Syirazi membagi pengetahuan menjadi
dua jenis yakni:
1. Filosofis (al-hikmi) dan
2. Non filosofis (ghair al-hikmi). kategori kedua dibagi menjadi yang religius dan yang non
religius.
• Konsep kunci dalam klasifikasi Quthb Al-Din Al-Syirazi adalah hikmah (filosofi atau
filsafat). Perbedaan antara bentuk hikmah dan bentuk bukan hikmah pengetahuan merupakan
basis dasar klasifikasinya. Karena itu, beberapa penjelasan atas pandangan Quthb Al-Din
AlSyirazi mengenai hikmah, sangat diperlukan jika kita hendak memahami landasan filosofis
klasifikasinya.
• Menurut Quthb Al-Din Al-Syirazi, pandangan bahwa hikmah (kebijaksanaan) merupakan
bentuk pengetahuan tertinggi dan termulia dianut oleh segenap kaum Muslim. Dalam Durrat
al-Taj, dia mengutip ayatayat Al-Qur’an untuk memperlihatkan bahwa kepercayaan kaum
Muslim pada keunggulan hikmah memperoleh dukungan eksplisit dan kuat dalam wahyu
Islam. Tetapi, kita sama-sama mengetahui bahwa definisi hikmah maupun perbedaan dari
sesuatu yang bukan hikmah masih menjadi perdebatan di kalangan kaum Muslimin karena
tidak ada ayat Al-Qur’an maupun hadist Nabi yang memberikan jawaban eksplisit untuk
persoalan ini. Karena alasan tersebut, Quthb Al-Din Al-Syirazi menjelaskan bahwa dalam
pemahamannya tentang hikmah dia mengikuti tradisi ahl ma’rifah (arti harfiah: orang-orang
yang mempunyai pengetahuan yang benar).
Sosial-Politik pada masa Qutb al-Din al-Shirazi (Iran abad 13M)
Saat al-Shirazi hidup, keinginan untuk kembali ke masa lalu atau zaman keemasan
nabi mulai di bunyikan. Tapi pada kenyataannya, bertolak belakang. Harapan kepada penerus
Ismaili untuk mengembalikan politik ke tataran seperti zaman nabi malah digantikan dengan
rezim militer yang suram. Banyak yang berpandangan pesimis apakah pemerintahan dan
masyarakat yang adil dapat terbentuk? Ternyata tidak. Kekhalifahan mulai runtuh pada masa
kehidupan as-Shirazi.
As-Shirazi hidup disaat kondisi sosial politik Iran sedang dalam masa kacau. Baghdad
ditaklukan oleh bangsa Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan. Termasuk juga pemimpin
Baghdad waktu itu yakni Al-Mu’tasim juga di bunuh oleh raja Mongol tersebut. Setelah
sekitar tiga puluh emat hari, sudah banyak penduduk muslimin terbunuh. Setelahnya, Hulagu
Khan membentuk kerajaan Ilkhaniyah di Tabriz dan Maragha. Ia juga ditunjuk oleh
saudaranya yaitu Mongke Khan untuk mengembalikan kekuasaan Mongol yang lepas
sepeninggal Chinggis. Atas kepercayaan saudaranya, kemudian ia berhasil menguasai
beberapa wilayah seperti Persia, Irak, Causasus, dan Asia kecil. Sebelum ia menguasai
Baghdad, ia sudah terlebih dahulu menguasai Syiah Ismailiyah di daerah Persia Utara pada
tahun 1256.
Kekuasaan bangsa Mongol atas Baghdad menimbulkan banyak kerugian. Seperti
kehancuran peradaban total, bangunan- bangunan mewah, sekolah-sekolah, perpustakaan
sebagai penyimpanan buku-buku berharga juga dihancurkan. Selain dari pada itu, banyak
tokoh muslim seperti ahli agama dan penduduk di Baghdad juga dibunuh. Sehingga, saat
itulah dunia muslim mulai mengalami kekosongan kekuasaan. Sehingga, dengan mudahnya
penguasa Mongol masuk dan menggantikan kekuasaan atas dunia Islam.
Bahkan ketika al-Shirazi bertemu dengan al-Tusi (gurunya). Al-Tusi adalah seorang
Syiah yang telah melayani para pemimpin Ismaili. Meskipun ia membenci kekhalifahan dan
memainkan peran dalam kehancurannya, tetapi selama hidupnya ia memberikan kontribusi
dengan menulis etika nasirea sebelum invasi Mongol. Dia masih bisa membayangkan
kemungkinan adanya aturan yang adil. Di sisi lain, Al-Shirazi masih muda ketika Mongol
menyerbu tanah Islam dan Baghdad. Sebagian besar kehidupan dihabiskan di istana Mongol
dengan pekerjaan melayani raja-raja kafir. Ketidaksanggupan masyarakat muslim ketika itu
untuk melawan para raja dari Mongol menyebabkan mereka hanya melakukan apapun serta
tunduk pada perintah raja Mongol. Karena kerajaan Mongol terkenal sebagai kerajaan terkuat
dan belum ada yang menandingi di dunia ini.
Pada saat itulah karya al-Shirazi tentang “The Pearly Crown” ditulis. Ia telah
melayani orang-orang Mongol selama hampir setengah abad dengan kondisi peperangan.
Pada saat itu, mungkin ada harapan bahwa raja-raja Mongol akan menjadi muslim.
Jelas bahwa al-Shirazi menganggap kehidupan politik sebagai wilayah monarkhi
absolut. Artinya, pemerintah berada di luar pengaruh individu atau akal. Politik adalah bagian
dari korpus filosofis, karena selalu begitu. Tapi, ketika al-Farabi telah melangkah lebih jauh
dengan memasukkan dimensi metafisika ke dalam politik - sebuah langkah yang berani
dalam membentuk nuansa politis yang baru. Sebaliknya, al-Shirazi masih berkutat pada
dimensi etik dengan mengurangi unsur politik dan memberikan perintah etis tehadap raja.
Definisi politik yang pada awalnya diartikan sebagai, diskusi tentang topik-topik seperti
klasifikasi negara, struktur pemerintahan dan negara, dan sejenisnya. Tetapi, di tangan al-
Shirazi politik menjadi sesuatu yang berbeda. Kemudian politik hanya diartikan sebagai
cabang etika yang berlaku bagi mereka yang menjalankan kerajaan. Titik tekan pemikiran
politiknya memang terletak pada etika yang ditunjukkan dalam perubahan definisi filsafat
politik dari pengantar bukunya “The Pearly Crown”. Di mana politik dikatakan studi tentang
kerjasama manusia dalam masyarakat.
Selain itu, karakteristik filsafat politik al-Shirazi juga menarik. Ia menggunakan
metode logis untuk menampilkan politiknya; dialektika daripada demonstrasi. Tujuan
penulisan risalah tentang politik bukanlah untuk menyimpulkan kebenaran dari asosiasi
politik manusia, tetapi untuk membujuk raja untuk memerintah dengan cara yang terbaik
(Islamiyati, 2020).
DAFTAR PUSTAKA
Harahap, R. M., Muhammad, S., Dasytaqi, S., & Dasytaki, G. M. (2019). Pengaruh Filsafat
Iluminasi Dalam Pemikiran Pendidikan Islam. Penelitian Medan Agama, 10(1), 90–114.
Hariyati, M., & Fistiyanti, I. (2017). Sejarah Klasifikasi Ilmu-Ilmu Keislaman dan
Perkembangannya dalam Ilmu Perpustakaan. Pustakaloka Jurnal Kajian Informasi Dan
Perpustakaan STAIN Ponorogo, 9(1), 147–164.
Islamiyati, R. (2020). Filsafat Politik Perspektif Qutb al-Din Al-Shirazi Rosi Islamiyati.
Indonesian Journal of Islamic Theology and Philosophy, 2(1), 1–18.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.24042/ ijitp.v2i1.3904
Khazanah. (2009, juni 29). Qotb al-Din Shirazi, Ilmuwan Muslim Terkemuka Abad 13M.
Retrieved from Republika.co.id: https://www.republika.co.id/berita/59100/qotb-aldin-shirazi-
ilmuwan-muslim-terkemuka-di-abad-13-m
wikiwand. (n.d.). Quthbuddin asy-Syirazi. Retrieved from wikiwand.com:
https://www.wikiwand.com/id/Quthbuddin_asy-Syirazi
Nama : Alif Fitriyah
NIM : 1901125049
Kelas : 4B
Matkul : IDI
A. BIOGRAFI
Nama Sutayta Al Mahamli terdengar sangat asing bagi kita, namun beliau adalah sosok
ilmuwan muslim perempuan dalam matematika yang merupakan sosok yang luar biasa.
Sutayta berasal dari Baghdad, beliau juga tergolong pakar ilmuwan matematika pada abad ke
10. Sutayta dilahirkan di Irak lebih tepatnya di daerah Bagdad. Sutayta memiliki ayah yang
sangat luas ilmunya dan tinggi pendidikannya. Ayahnya bernama Abu Abdullah Al Hussein
yang mana beliau adalah seorang hakim, namun selain menjadi hakim ayahnya Sutayta juga
menulis beberapa buku dan kitab.
Buku dan kitab ayahnya adalah shalat Al Idayn dan kitab Fiqih. Selain itu keluarga Sutayta
juga berpendidikan semua termasuk pamannya yang bernama Abu Hussein Mohammed,
beliau juga seorang hakim dan ilmunya dalam bidang hadis sangatlah mahir tidak diragukan
lagi. Sutayta juga mempunyai anak yang bernama Abu Muhamed Hussein bin Ismail Al
Mahamli, putranya juga seorang hakim yang mana putranya yang dikenal setiap mengambil
kebijakan-kebijakan diputuskan dengan bijak oleh putra Sutayta.
Sejak kecil Sutayta sering diajari ilmu-ilmu pendidikan oleh ayahnya, bagi ayahnya
pendidikan adalah hak segala manusia dan itu sangat penting. Jadi tidak ada keheranan jika
sedari kecil Sutayta sudah bisa menguasai beberapa cabang ilmu pendidikan terkhusus
Matematika. Ayahnya selalu mendorong Sutayta untuk berpengetahuan luas seperti ayahnya
dan pamannya yang seorang hakim dan ahli hadis, sehingga nasab ilmu yang ada di dalam
diri Sutayta adalah orang berpendidikan semua.
Semenjak kecil ayahnya juga selalu mendatangkan guru untuk Sutayta, karena Sutayta sendiri
juga sangat tertarik dalam belajar. Di antara guru yang pernah mengajar sekaligus menjadi
guru panutan Sutayta adalah Abu Hamza bin Qasim, Omar bin Abdul Aziz Al Hashimi,
Ismail bin Abbas Al Warraq, dan Abdul Al Ghofir bin Salamah Al Homsi. Pada tahun 987 M
Sutayta meninggal dunia, meskipun sudah meninggal Sutayta tetap abadi dengan peninggalan
ilmu-ilmu yang telah dikembangkan dan diajarkannya.
B. PEMIKIRAN
Sutayta Al-Mahamali sangat menyukai belajar, dan selalu mengeksplor serta menggali
kemampuannya. Kegigihan dan keinginnanya untuk belajar ini yang menjadikan beliau sosok
yang sangat berbakat, yang tidak hanya menguasai artmatka saja, tetapi juga Sastra Arab dan
Hadis. Tidak hanya itu, Sutayta juga selalu memperdalam keilmuannya dengan mempelajaari
banyak ilmu lain, Sutayta tidak mengkhususkan diri hanya pada satu mata pelajaran tetapi
unggul dalam banyak bidang seperti Sastra Arab, Hadis dan Fikih serta Matematika.
Dikatakan bahwa beliau adalah ahli dalam Hisab (Aritmatika) dan Faraidh (Perhitungan
Waris), keduanya merupakan cabang praktis Matematika yang dikembangkan pada masanya.
Beliau menemukan solusi persamaan yang telah dikutip oleh ahli matematika lain, yang
terkait dengan aljabar. Meskipun persamaan ini sedikit, mereka menunjukkan bahwa
keterampilannya dalam Matematika melampaui bakat sederhana untuk melakukan
perhitungan (Salim, 2010).
D. Bidang astronomi
Sejak tahun 1079, Umar Khayyam mulai menerbitkan hasil penelitiannya berupa tabel
astronomi yang dikenal sebagai Zij Malik Syah.
E. Bidang matematika
Umar Khayyam menghasilkan sebuah karya, seperti al-Jabr (Algebra). Di kemudian hari,
karya ini diedit dan diterjemahkan dalam bahasa Perancis. Al-Jabr dianggap sebagai sebuah
sumbangan terbesar Umar Khayyam bagi negerinya dan perkembangan ilmu matematika.
Umar Khayyam adalah orang pertama yang mengklasifikasikan persamaan tingkat satu
(persamaan linier) dan memikirkan pemecahan masalah persamaan pangkat tiga secara
ilmiah. Selain itu, Umar Khayyam juga telah memperkenalkan sebuah persamaan parsial
untuk ilmu aljabar dan geometri. Ia membuktikan bahwa suatu masalah geometri tertentu
dapat diselesaikan dengan sejumlah fungsi aljabar. Pada abad 16 dan 17, persamaan semacam
ini justru lebih banyak digunakan oleh para ahli matematika Eropa. Hal ini merupakan bukti
bahwa Umar Khayyam dan pengikutnya, Nashiruddin al-Thusi, telah berhasil mendahului
para ahli matematika Barat.
Karya Khayyam lainnya adalah Jawami al-Hisab. Karya ini memuat referensi paling awal
tentang Segitiga Pascal dan menguji balik postulat V yang menyangkut teori garis sejajar,
suatu hal mengenai geometri Euclides yang sangat mendasar.
Pada 15 Maret 1079 M, Sultan Jalaluddin Maliksyah Saljuqi (1072-1092) memberlakukan
kalender yang telah diperbaiki Umar Khayyam. Ia menggunakan hasil penelitiannya dalam
bidang matematika dan astronomi. Penelitian ini menghasilkan penghitungan kalender
Muslim menjadi lebih relevan. Selain itu, ia juga terkenal karena menemukan metode
memecahkan persamaan kubik dengan memotong sebuah parabola dengan sebuah lingkaran.
F. Karya-karya Umar Khayyam
a. Rubaiyat (kuatrain) atau lebih dikenal dengan Rubaiyat Umar Khayyam
Kitab ini berisi banyak karya-karya puisi klasik dari Umar Khayyam yang begitu indah
bahasanya.
b. Risala fi taksim al-da'ira
Adalah sebuah risalah yang menerangkan bagian Quadrant Lingkaran. Berisi klasifikasi
lengkap linear, kuadrat, dan persamaan kubik dengan akar positif, klasifikasi persamaan
kubik, solusi dari persamaan x3 + 200x = 20 x 2 + 2000 oleh perpotongan lingkaran dan
hiperbola sama sisi dan perkiraan solusi numerik dari persamaan. Umar Khayyam juga
menemukan solusi numerik perkiraan dari persamaan ini. Risalah ini telah diterjemahkan ke
dalam berbagai bahasa.
c. Risala fil Barahin 'ala al-jabr masail wal-muqabala (Bukti Masalah Aljabar)
Adalah risalah dari solusi dari persamaan kubik, klasifikasi linear, kuadrat, dan kubik
persamaan dengan koefisien positif dan solusi dari setiap jenis persamaan kubik dengan
persimpangan lingkaran, parabola, dan hiperbola sama sisi.
d. Risala fi Sharhi Ma ashkala min musadarat
Adalah sebuah risalah yang berisi komentar-komentar pada teori garis paralel dan teori rasio,
risalah ini terdiri dari tiga bab dan pengantar, tiga bagian dari risalah yang dihususkan untuk
postulat pada garis paralel, teori rasio, dan teori rasio senyawa.
e. Mushkilat al-Hisab (Masalah Sulit aritmatika)
Dalam risalah ini, Umar Khayyam menerangkan dengan bukti metode India ekstraksi persegi
dan kubus akar dan perluasan metode ini untuk basis Quadrat persegi, Quadrat kubus, dan
sebagainya.
f. Nawruz-nama (Kitab Tahun Baru, dalam bahasa Persia)
Risalah tentang kalender dan terutama pada reformasi kalender Iran Surya Kalender dan pada
upacara festival Tahun Baru di Iran pra-Islam. Risalah ini ditulis setelah penghancuran
observatorium astronomi Umar Khayyam di Isfahan dan tujuannya adalah untuk menarik
perhatian terhadap reformasi kalender dan meminta penguasa untuk mengembalikan
observatorium.
g. Al-Zij Malik-Shahi (tabel astronomi untuk Malik Shah)
Risalah ini berisi hasil pengamatan sendiri di observatorium yang didirikannya.
h. Mizan al-hikam fi ihtiyali ma'rifati miqdaray al-dahab wa al-Fidda fi jismin
murakkabin minhuma (Cara Cerdik untuk menentukan emas dan perak dalam
tubuh)
Risalah ini berisi tentang menentukan jumlah emas dan perak dalam paduan dengan berat di
udara dan air.
i. Fi al-Qistas al-Mustaqim (pada keseimbangan yang tepat)
Risalah ini adalah risalah yang berisi tentang keseimbangan skala hidrostatik dengan berat
bergerak yang ditemukan oleh Umar Khayyam.
j. Al-qawl 'ala al-adjnas allati bil-arba'a (Penalaran pada jenis oleh liter)
Ini adalah risalah tentang musikologi, mungkin sebuah fragmen dari naskah yang disebutkan
dalam risalah Khayyam pada geometri . Umar Khayyam menerapkan teori aritmatika,
khususnya teori rasio sepadan dalam teks ini.
k. Kisah hidupnya telah difilmkan dengan judul Omar Khayyam (1957), digambarkan
juga dalam film The Kepper: The Legend of Omar Khayyam. Ditokohkan dalam
novel Samarcande oleh Amin Maalouf. Dan tak hanya itu, namanya juga diabadikan
dalam pemberian nama pada sebuah kawah bulan yaitu kawah bulan Omar Khayyam
(1970) dan nama untuk Asteroid 2095 Omar Khayyam (1980).
Sumber materi:
https://id.wikipedia.org/wiki/Umar_Khayy%C4%81m, diakses pada Senin 29 Maret 2021
pukul 17.04 WIB
https://www.republika.co.id/berita/qcvprc366/mengenal-umar-khayyam-dari-nishapur,
diakses pada Senin, 29 Maret 2021 pukul 17.17 WIB
http://serunaihati.blogspot.com/2012/11/biografi-umar-khayyam-ahli-matematika.html,
diakses pada Senin, 29 Maret 2021 pukul 17.30 WIB
Seyed-Gohrab, A. A. (2008). Mehdi Aminrazavi, The Wine of Wisdom: The Life, Poetry and
Philosophy of Omar Khayyam (Oxford: Oneworld, 2005). Pp. 404. $34.95 cloth.
International Journal of Middle East Studies, 40(1), 163–164.
https://doi.org/10.1017/s0020743807080300
Sumber gambar:
https://besolacee.wordpress.com/2014/11/12/biografi-umar-khayyam-ahli-matematika-dan-
sastra/, diakses pada Senin 29 Maret 2021 pukul 18.14 WIB