Anda di halaman 1dari 175

Nama : Putri Ayu Ridhaillahi 

NIM : 1901125046
Kelas : 4B  Pendidikan Biologi
Mata kuliah : IDI/Kependidikan Islam
Tugas : Biografi Ilmuwan Muslim

“Biografi Abbas Ibn Firnas”

Memiliki nama lengkap Abbas Abu Al-Qasim Ibn Firnas Ibn Wirdas al-Tahurini. Ia lahir
pada tahun 888 M/274 H di Andalusia. Ibnu firnas adalah ilmuwan muslim yang pertama kali
menemukan pesawat terbang.
Selama ini kita mengenal Wright bersaudara, yakni Orville dan Wilbur Wright sebagai
penemu pesawat terbang sekaligus manusia pertama yang berhasil terbang. Di sejumlah buku
sejarah pun tertulis demikian.
Padahal, jauh sebelum itu, rancangan pertama pesawat terbang sudah ditemukan oleh
ilmuwan muslim asal Andalusia yang hidup sekitar abad kesembilan. Ia bernama Abbas Ibn
Firnas bin Wirdas at-Takurini al- Andalusi al-Qurthubi. Abbas ibn Firnas adalah orang
pertama yang mencoba membuat konstruksi sebuah pesawat terbang dan menerbangkannya.
Di abad ke-9 dia mendesain sebuah perangkat sayap dan secara khusus membentuk layaknya
kostum burung. Dalam percobaannya yang terkenal di Cordoba Spanyol, Firnas terbang
tinggi untuk beberapa saat sebelum kemudian jatuh ke tanah dan mematahkan tulang
belakangnya. Desain yang dibuatnya secara tidak terduga menjadi inspirasi bagi seniman
Italia Leonardo da Vinci ratusan tahun kemudian. Abbas Ibn Firnas merupakan seorang filsuf
serta penyair yang dididik dan dibina di salah satu kota di wilayah Cordoba, yakni Takurina.
Abbas kemudian menjabat sebagai penyair kerajaan di ibu kota Cordoba. Semasa hidupnya,
pria yang fokus pada ilmu falak, fisika, juga matematika ini memang tumbuh besar di
Cordoba. Kala itu, Cordoba menjadi tujuan bagi mereka yang ingin menimba berbagai ilmu
pengetahuan.
Abbas Ibn Firnas mulai mengkaji beragam ilmu pengetahuan setelah mempelajari Alquran di
Kuttab wilayah Takurina. Selanjutnya, ia belajar ilmu Islam lebih dalam di Masjid Cordoba.
Kemudian, dia mulai mengadakan diskusi, seminar, dan ceramah dalam berbagai cabang ilmu
syair, sastra, serta bahasa Arab. Meski begitu, Abbas Ibn Firnas tak hanya dikenal sebagai
ahli bahasa sekaligus penyair andal, tapi juga pakar ilmu falak, kedokteran, matematika,
hingga kimia. Kecerdasannya sudah tak perlu diragukan lagi. Ia bahkan mampu
menghubungkan satu cabang ilmu yang dikuasainya dengan cabang ilmu lainnya. Dengan
begitu setiap ilmu mempunyai keterkaitan sehingga manfaatnya pun lebih luas. Contohnya,
melalui ilmu kimia yang dipelajarinya, Abbas Ibn Firnas dapat memahami cara pembuatan
obat kebih perinci. Termasuk kaitannya dengan bidang kedokteran dan penerbangan.
Sebelum merancang pesawat terbang, Abbas Ibn Firnas sudah melakukan banyak riset serta
penelitian. Ia mengakaji pula massa benda saat dihadapkan dengan udara dan pengaruh
tekanan udara terhadap benda di ruang hampa udara. Ia terus melakukan penelitian tersebut.
Sampai akhirnya bereksperimen menerbangkan diri.

Pertama-tama, sang ilmuwan naik ke tempat tinggi untuk memulai uji cobanya. Selanjutnya,
ia mengibaskan kedua sayapnya ke udara, lalu terbang. Percobaannya berhasil, Abbas Ibn
Firnas melayang jauh bak burung.
Maka, tak heran bila ia disebut manusia pertama yang mampu terbang atau pilot pertama di
dunia. Semua orang yang melihat aksi tersebut merasa takjub. Pasalnya, tak pernah ada yang
berpikir sebelumnya kalau manusia bisa terbang. Dia membuktikan, benda padat mampu
melayang di udara. Ia membuat tubuhnya ringan lalu menolak gravitasi bumi ketika meloncat
dari tempat tinggi.
Kesuksesannya dalam menguji sekaligus menerbangkan alat buatannya pada tahun 852
menginspirasi para ilmuwan barat untuk mengembangkan pesawat. Dapat dikatakan,
berbagai teori Abbas Ibn Firnas merupakan dasar dari industri penerbangan modern saat ini.
Karya dan Penemuan Abbas Ibn Firnas
Abbas bin Firnas merupakan ilmuwan yang kaya akan karya dan penemuan penting. Ia
pernah membuat alat pendeteksi waktu, yang ia persembahkan khusus untuk Amir
Muhammad bin Abdurrahman. Alat ini diberi nama ‘al-Minqalah’. Benda yang dapat dipakai
untuk mengetahui waktu malam dan siang tanpa perlu ada tulisan atau gambar.
Ia juga merupakan orang yang pertama kali menemukan cara pembuatan kaca dari batu, dan
disebut-sebut sebagai orang yang pertama kali membuat kristal. Selain menemukan berbagai
teknologi penting dalam dunia penerbangan, Ibnu Firnas juga sukses dalam menciptakan
sebuah jam air yang berfungsi untuk menentukan waktu dan dikenal dengan sebutan ‘Al-
Maqata’.
Tidak hanya itu, dia juga berhasil menciptakan gelas berwarna. Dalam bidang astronomi,
Ibnu Firnas pun mampu menciptakan semacam rantai cincin untuk menjelaskan pola gerakan
planet dan bintang yang disebut dengan Dzatul Halqi (Astrolabe).
Abbas bin Firnas juga membuat sebuah teater yang dibangun untuk menyajikan pertunjukan
edukatif sekaligus hiburan tentang astronomi dan langit malam. Namanya al-Qubah as-
Samawiyah (planetarium).
Masa Akhir dan Penghargaan
Ibnu Firnas meninggal dunia pada tahun 264 H (887 M), sekitar 12 tahun setelah ia
melakukan uji coba terbang keduanya. Cedera yang dialaminya saat melakukan uji coba
penerbangan itu membuat kondisi kesehatannya semakin memburuk.
Sejarawan Barat, Philip K Hitti, dalam bukunya yang berjudul History of the Arabs: From the
Earliest Times to the Present mengatakan bahwa Abbas bin Firnas sebagai salah satu tokoh
besar dan manusia pertama dalam sejarah yang melakukan uji coba dalam bidang
penerbangan. “Ibn Firnas was the first man in history to make a scientific attempt at flying.”
Dia merupakan orang yang pertama kali yang meninggal karena percobaan kapal terbang
sepanjang sejarah manusia. Namanya diabadikan sebagai simbol keberanian dalam
melakukan eksperimen. Ia telah mengajarkan pada dunia bahwa manusia bisa terbang.
Sebagai bentuk penghormatan, pemerintah Libya mengeluarkan perangko bergambar Ibnu
Firnas untuk mengenang upayanya itu. Bangsa Irak juga membangun patung sang penerbang
pertama itu di sekitar lapangan terbang internasionalnya serta mengabadikan namanya
sebagai nama bandara di Utara Baghdad.
DAFTAR PUSTAKA
Frederic P. Miller, Agnes F. Vandome, McBrewster John. Abbas Ibn Firnas. Indonesia:
VDM Publishing, 2010, book. 64 pages.
Masood, Ehsan. Ilmuwan-Ilmuwan Muslim. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2013. Buku
elektronik.
Rana, Muhammad Yusuf. Abbas Ibn Firnas The First Aviator. Jakarta: Independently
Published, 2020. book.
 Zaman, Nilaikan Sumbangan Tamadun Islam Pada, Bani Umayyah Di Sepanyol Dan Bani,
And Seow Han Lin. "Ail1003: Tamadun Asia Zaman Awal."
Abdullah, Suhaila. "Pembudayaan Ilmu Di Andalusia Dan Iktibarnya Untuk Pembangunan
Tamadun Di Malaysia." Jurnal Peradaban 11 (2018): 1-23.
Abqary, Ridwan. 101 Info Tentang Ilmuwan Muslim: Menambah Pengetahuan Seputar
Ilmuan Muslim. Dar! Mizan, 2010.
NAMA : DWI SRI AYU. A
NIM  : 1901125057
KELAS : 4B
TUGAS : BIOGRAFI TOKOH
MATKUL : IDI

NAMA : Abu Raihan         


Al-Biruni
Abu Raihan      Muhammad 
Ibn Ahmad Al-Biruni
LAHIR            : 04 September 973
WAFAT          : 13 Desember 1048
BIDANG         : Kedokteran
                           Astronomi
                           Matematika
                           Fisika
                      
                           Sejarah
KARYA         : Kitab Al-Saydala
                         Al-Athar Al-Baqia
                         A’rikh Al-Hind
                         The Mas’udi Canon
                         
Dia mencatat pengamatan perjalanannya melalui India dalam karyanya buku terkenal Kitab
Al Hind yang memberikan akun grafis kondisi sejarah dan sosial anak benua. Pada Di akhir
buku ini dia menyebutkan telah menerjemahkan dua Buku-buku Sansekerta ke dalam bahasa
Arab, salah satunya disebut Sakaya, yang membahas dengan penciptaan benda dan tipenya,
dan yang kedua, Patanjal menghadapi apa yang terjadi setelah roh meninggalkan tubuh.
Dia mengembangkan metode untuk triseksi sudut dan lainnya masalah yang tidak bisa
diselesaikan dengan penggaris dan kompas sendirian. Al-Biruni berdiskusi, berabad-abad
sebelum sisanya dunia, pertanyaan apakah bumi berputar di sekitar porosnya atau tidak. Dia
adalah orang pertama yang melakukan eksperimen terkait fenomena astronomi. Metode
ilmiahnya, digabungkan dengan metode ilmuwan Muslim lainnya, seperti Ibn Al Haitham,
meletakkan dasar awal sains modern. Dia memastikan bahwa dibandingkan dengan
kecepatan suara kecepatan cahaya sangat besar. Ia menjelaskan cara kerja mata air alami dan
sumur artesis dengan prinsip hidrostatis mengkomunikasikan kapal. Kembar "Siam". Dia
mengamati bunga itu memiliki 3,4,5,6, atau 18 kelopak bunga, tapi tidak pernah 7 atau 9. Al
Biruni menulis karyanya yang terkenal buku Qanun-iMasoodi (Al Qanun Al Masudi, fi Al
Hai'a wa Al Nujum). 

Buku tersebut membahas beberapa teorema astronomi, trigonometri, gerakan matahari, bulan,
dan planet dan topik relatif. Di tempat lain buku terkenal Al Athar Al Baqia, dia telah
mencoba menceritakan sejarah kuno yang terhubung negara dan pengetahuan geografis
terkait. Di buku ini, dia telah membahas rotasi bumi dan telah memberikan nilai yang benar
dari garis lintang dan garis bujur di berbagai tempat. Ilmiahnya yang lain
Kontribusi termasuk akurat penentuan kepadatan 18 batu yang berbeda. Dia juga menulis
Kitab Al Saidana, yang merupakan luas materia medica itu menggabungkan pengetahuan
Arab yang ada saat itu tentang subjek tersebut dengan obat India. Bukunya Kitab Al Jamahir
berurusan dengan properti dari berbagai batu mulia. Dia dulu juga seorang peramal dan
terkenal memiliki orang-orang yang tercengang dengan keakuratan prediksinya. Dia
memberikan penjelasan yang jelas tentang Angka Hindu, menguraikan prinsip posisi.
Penjumlahan dari pendekatan ,perkembangan geometris dari permainan catur, menyebabkan
pembentukan formula kompleks untuk pertama kalinya seperti: 1616
° - 1 = 18, 446, 144, 073, 709, 551, 619.
Dia telah dianggap sebagai salah satu ilmuwan terhebat Islam, dan, semua dianggap, salah
satu yang terbesar sepanjang masanya.
Sikap yang bisa di contoh dari tokoh tersebut yaitu, Semangat, kritis, cinta kebenaran, dan
pendekatan ilmiah dipadukan dengan rasa toleransi, dan antusiasmenya terhadap ilmu.
DAFTAR PUSTAKA

Sitorus, J. (1990). Pengantar Sejarah Matematika dan Pembaharuan Pengajaran Matematika


di Sekolah. 
Bandung: Tarsito. Sukardjono. (2011). Hakekat dan Sejarah Matematika. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka. 
Wahyudin dan Kartasmita, Bana G. (2014). Sejarah dan Filsafat Matematika. Tangerang
Selatan: Universitas Terbuka.
Raza,  S.  Jabir.  al-Biruni on  Eclipses, Journal  Proceedings  of  the  India History Congress
Vol. 56, 1995.
Sadykov, Kh. U. Abu Raihan Al-Biruni, Jakarta: Suara Bebas, 200.
Said, Hakim, dan A. Zahid, Al-Biruni His Times, Life, and Works, Pakistan: Hamdard
Academy, 1981.
Schwartz, Randy K. Al-Qibla and the New Spherical Trigonometry: The Examples of al-
Bīrūnī and al-Marrākushī, Makalah dipresentasikan di Tenth Maghrebian Colloquium Pada
History of Arabic Mathematics 

(COMHISMA10), Tunis, Tunisia, May 31, 2010. 


Trabulsy, Husain Ali M. ‚Investigation of Some Astronomical Phenomena In Medieval
Arabic Chronicles,‛ Thesis. Dhurham University, 1993.
Nama : Annisa
NIM   : 1901125042
Kelas  : 4B – Pendidikan Biologi
Tugas : Biografi ilmuwan islam
Matkul  : Islam Disiplin Ilmu
 
BIOGRAFI ABUL WAFA AL-BUZJANI

                  Abul Wafa Muhammad Ibn Muhammad Ibn Yahya Ibn


Ismail al-Buzjani, merupakan satu di antara sekian banyak ilmuwan Muslim yang turut
mewarnai khazanah pengetahuan masa lalu. Dia tercatat sebagai seorang ahli di bidang ilmu
matematika dan astronomi. Kota kecil bernama Buzjan, Nishapur, adalah tempat kelahiran
ilmuwan besar ini, tepatnya tahun 940 M. Sejak masih kecil, kecerdasannya sudah mulai
nampak dan hal tersebut ditunjang dengan minatnya yang besar di bidang ilmu alam. Masa
sekolahnya dihabiskan di kota kelahirannya itu. 
                  Setelah berhasil menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah, Abul Wafa
lantas memutuskan untuk meneruskan ke jenjang lebih tinggi di ibukota Baghdad tahun 959
M. Di sana, dia pun belajar ilmu matematika. Sejarah mencatat, di kota inilah Abul Wafa
kemudian menghabiskan masa hidupnya. Tradisi dan iklim keilmuan Baghdad benar-benar
amat kondusif bagi perkembangan pemikiran Abul Wafa. Berkat bimbingan sejumlah
ilmuwan terkemuka masa itu, tak berapa lama dia pun menjelma menjadi seorang pemuda
yang memiliki otak cemerlang. Dia pun lantas banyak membantu para ilmuwan serta pula
secara pribadi mengembangkan beberapa teori penting di bidang matematika, utamanya
geometri dan trigonometri. 
                Di bidang ilmu geometri, Abul Wafa memberikan kontribusi signifikan
bagipemecahan soal-soal geometri dengan menggunakan kompas; konstruksi ekuivalen untuk
semua bidang, polyhedral umum; konstruksi hexagon setengah sisi dari segitiga sama kaki;
konstruksi parabola dari titik dan solusi geometri bagi persamaan. Konstruksi bangunan
trigonometri versi Abul Wafa hingga kini diakui sangat besar kemanfaatannya. Dia adalah
yang pertama menunjukkan adanya teori relatif segitiga parabola. Tak hanya itu, dia juga
mengembangkan metode baru tentang konstruksi segi empat serta perbaikan nilai sinus 30
dengan memakai delapan desimal. Abul Wafa pun mengembangkan hubungan sinus dan
formula 2 sin2 (a/2) = 1 - cos a dan juga sin a = 2 sin (a/2) cos (a/2). Di samping itu, Abul
Wafa membuat studi khusus menyangkut teori tangen dan tabel penghitungan tangen. Dia
memperkenalkan secan dan cosecan untuk pertama kalinya, berhasil mengetahui relasi antara
garis-garis trigonometri yang mana berguna untuk memetakannya serta pula meletakkan
dasar bagi keberlanjutan studi teori conic. Abul Wafa bukan cuma ahli matematika, namun
juga piawai dalam bidang ilmu astronomi.
                           Beberapa tahun dihabiskannya untuk mempelajari perbedaan pergerakan
bulan dan menemukan "variasi". Dia pun tercatat sebagai salah satu dari penerjemah bahasa
Arab dan komentator karya-karya Yunani. Banyak buku dan karya ilmiah telah dihasilkannya
dan mencakup banyak bidang ilmu. Namun tak banyak karyanya yang tertinggal hingga saat
ini. Sejumlah karyanya hilang, sedang yang masih ada, sudah dimodifikasi. Kontribusinya
dalam bentuk karya ilmiah antara lain dalam bentuk kitab Ilm al-Hisab (Buku Praktis
Aritmatika), Al-Kitab Al-Kamil (Buku Lengkap), dan Kitab al-Handsa (Geometri Terapan).
Abul Wafa pun banyak menuangkan karya tulisnya di jurnal ilmiah Euclid, Diophantos dan
al-Khawarizmi, tetapi sayangnya banyak yang telah hilang. Kendati demikian,
sumbangsihnya bagi teori trigonometri amatlah signifikan terutama pengembangan pada
rumus tangen, penemuan awal terhadap rumus secan dan cosecan. Maka dari itu, sejumlah
besar rumus trigomometri tak bisa dilepaskan dari nama Abul Wafa. Seperti disebutkan
dalam Alquran maupun hadis, agama Islam menganjurkan kepada umatnya untuk senantiasa
belajar dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Inilah yang dihayati oleh sang ilmuwan
Muslim, Abul Wafa Muhammad hingga segenap kehidupannya dia abdikan demi kemajuan
ilmu. Dia meninggal di Baghdad tahun 997 M.
DAFTAR PUSTAKA

 Susiknan   Azhari, Ilmu   Falak   Perjumpaan   Khazanah   Islam   dan   Sains  


Modern (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2007 ), hlm. 72

 Republika.co.id,     “Al     Buzjani,     Peletak     Dasar     Rumus     Trigonometri”    


dalam http://rumahislam.com/tokoh/3-ilmuwan-muslim/2-al-buzjani.html, diakses 4
April 2021

 Sulistiyono, et.al.,  Matematika  SMA  untuk  Kelas  XI, (Jakarta:  Gelora  Aksara 
Pertama, 2006), hlm. 113-132.

 E-book/ pdf, Algebra 2 and Trigonometry dan E-book/pdf, 103 Trigonometry

 Hermanjoyo. (2015). Abul Wafa, Matematikawan Muslim dibalik Trigonometri.


Diakses 4 April 2021, dari Kompasiana:
https://www.kompasiana.com/hj_sriyanto/564f9cafad7e61330f104921/abul-wafa-
matematikawan-muslim-dibalik-trigonometri

 Wikipedia. (2019). Matematikawan Islam abad pertengahan. Ensiklopedia Bebas:


http://id.m.wikipedia.org/wiki/Matematika_Islam_abad_pertengahan
 Diakses 4 April 2021
Nama : Dina Wibianti Rahayu
NIM : 1901125017
Kelas : 4B-Pendidikan Biologi
Mata Kuliah :IDI/Kependidikan
Islam 

Biografi Ahmad Ibn Tulun


Ahmad Ibn Tulun lahir di  Baghdad  pada bulan Ramadhan 220 H atau September 835.
Ayahnya, Tulun,  salah satu budak dari Orang Turk yang termasuk sebuah hadiah yang
dikirim oleh gubernur Bukhara sekitar tahun 815 sampai 816. Namun beberapa lama setelah
kelahirannya, sang ayah meninggal dunia, sekian lama meninggal sang ibu menikah kembali
dengan Bagha Al-Ashghar. Bagha Al-Ashghar salah satu panglima militer Dinasti Abbasiyah
berasal dari daerah Turki. Pernikahan dengan Bagha Al-Ashghar tak berlangsung lama
dikarenakan Bagha meninggal Dunia. Ibu Ahmad ibn Tulun menikah kembali dengan
pembesar militer yang bernama Bakbak (Bayik Bek). Ahmad Ibn Tulun dibesarkan
dikeluarga militer dan tradisi Turki maka Ahmad Ibn Tulun ini aktif dalam dunia

militer.  
Ahmad Ibn Tulun dikenal dengan sosok ahli sastra, ahli syariat, dermawan serta seorang
hafidz dan Ahmad Ibn Tulun orang yang berani di medan perang. Saat Dinasti Abbasiyah Ibn
Tulun ditunjuk sebagai Gubernur Mesir, setelah menguasai mesir kemudian Ibn Tulun segera
membangun pasukan dibawah kekuasaan Ibn Tulun dan berhasil menguasai keuangan
wilayah Mesir. Awal menjadi gubernur Ibn Tulun menangani konflik dengan Ahmad bin Al-
Muddabir, Ahamd bin Al-Muddabir seorang yang mengumpulkan pajak resmi Dinasti
Abbasiyah. Ahmad bin Al-Muddabir melaporkan langsung ke Khalifah di Baghdad tidak ke
Ibn Tulun, maka Ibn Tulun merasa tidak dihormati lalu mengambil tindakan. Ibn Tulun
berhasil menundukan Ahmad bin Al-Muddabir, semanjak saat itu Ibn Tulun di hormati
orang-orang. 
Ibn Tulun membangun Dinasti, yaitu Dinasti Tuluniyah di Mesir. Ibn Tulun menunjukan
kekuasaan yang dikendalikannya dengan memasang gambar wajahnya di mata uang,
Kepolisian Bea Cukai, Dinas Perdagangan, mengangkat Menteri, dan Dinas Intelejen. Ibn
Tulun dikenal sebagai pemimpin yang dapat membawa rakyatnya menuju kesejahteraan.
Pada masa Dinasti Tuluniyah wilayah Mesir mengalami kemajuan yang cukup pesat dalam
berbagai bidang kehidupan. Walaupun Dinasti Thuluniyah telah membentuk kekuasaannya
secara independen, tetapi Dinasti Thuluniyah tetap berhubungan baik dengan pemerintahan
pusat Dinasti Abbasiyah setiap tahunnya dan Dinasti Thuluniyah membayar pajak kepada
Dinasti Abbasiyah. 
Personaliti, karisma kepimpinan, dan kemahirannya Ibn Tulun yaitu memanipulasi faktor
ketenteraan menjadi tunjang dalam membentuk kestabilan wilayah Mesir. Penghujahan
Shalabi dalam bukunya, menguatkan hal tersebut. Judul bukunya Mawsu‘at al-Tarikh al-
Islami wa al-Hadarah al-Islamiyyah yang menegaskan kejayaan pemerintahan Ibn Tulun
yaitu kekuatan ketenteraan yang dimilikinya. Kejayaan Ibn Tulun bukan dari secara
kebetulan tetapi lahir pada karakter keterampilan dan ketokohannya sebagai ketua negara dan
panglima perang yang ‘bitara’, dan bahkan turut dibantu oleh kepintarannya yang menguasai
bidang politik dan pentadbiran.
Hasil kejayaan Ibn Tulun yaitu Masjid Ahmad ibn Tulun dan Rumah Sakit Al-Fustat ada di
kota Al-Fustat. Rumah Sakit Al-Fustat didirikan tahun 872 M menjadi pusat pengobatan di
Mesir hingga enam abad. Rumah sakitnya terdiri dari beberapa tempat untuk pasien umum,
dan tempat khusus untuk perawatan pasien dengan gangguan kejiwaan. Al-fustat dikenal
dengan reputasi bagus karena pada zaman tersebut sudah dilengkapi dengan adanya
manajemen perawatan modern, spesifik, dan lebih maju di masanya. Di Al-Fustat ini juga
memiliki akademi kedokteran dan perpustakaan seperti literatur medis. 

Masjid Ahmad Ibn Tulun didirikan pada 879 M terletak di Kairo, Bangunan Masjidnya pada
koridor Panjang terdapat pilar artistik ornamen pahatan ayat-ayat Al-quran. Koridor masjid
bentuk bangunannya seperti pada gereja di Kairo pada masa tersebut. Mihrab Masjid, pada
dinding mihrab masjid dihiasi ukiran plester semen, kayu dan pada bagian atasnya mozaik
kaca dan panel marmer pada bagian bawah mihrab. Pada bagian atas mihrab terpahat tulisan
dua kalimat syahadat menggunakan tulisan kaligrafi Kufi. Terdapat halaman yang luas
ditengah Masjid Ahmad Ibn Tulun, di bagian tengah halaman terdapat kubah besar yang di
dalamnya ada sebuah sumur yang digunakan untuk berwudhu. 
DAFTAR PUSTAKA 
Ahmad, Z. T., & Aslam, S. (2020). Comparative study of architecture of the great mosque at
samarra, iraq and ibn tūlūn mosque at Cairo, Egypt. Journal of Islamic Thought and
Civilization, 10(2), 290–303. https://doi.org/10.32350/jitc.102.16
Rahman, Z. A., & Jamsari, E. A. (2018). Sejarah ketenteraan Tuluniyyah di Mesir era Amir
Ahmad ibn Tulun (254-270H/868-884M). BITARA International Journal of Civilizational
Studies and Human Sciences, 1(1), 80–91.
Syauqi, A., Kastalani, A., Dhaha, A., Widuri, H., Rafiqah, J., Humaidi, M., Syarwani, M.,
Firdaus, M. S., & Djayusman, M. T. (2016). Sejarah Peradapan Islam. 342.
Considine, C. (2018). Muhammad Nabi Cinta. Jakarta: Noura Books.
Riegl, A. (2018). Problems of Style. Amerika Serikat: Princeton University Press.
Kajian, S., & Islam, P. (2003). Masjid ; lembaga Pendidikan Islam. 1, 1–9.
Nama : Ingrit Virgia Harmaini
Nim : 1901125070
Kelas : 4B
Tugas : BIOGRAFI TOKOH 
Matkul : Islam dan Disiplin Ilmu 

BIOGRAFI AL – KINDI

Al-Kindi, alkindus, nama lengkapnya Abu Yusuf Ya’kub ibn Ishaq ibn Shabbah ibn Imran
ibn Ismail Al-Ash’ats ibn Qais Al-Kindi (Soleh, 2013: 88), lahir di Kufah, Iraq sekarang,
tahun 801 M, pada masa khalifah harun Al_Rasyid (786-809 M) dari Dinasti Bani Abbas
(750-1258 M). Nama Al-Kindi sendiri dinisbahkan kepada marga atau suku leluhurnya, salah
satu suku besar zaman pra Islam. Menurut Faud Ahwani, Al-Kindi lahir dari keluarga
bangsawan, terpelajar, dan kaya. Ismail Al-Ash’ats ibn Qais, buyutnya, telah memeluk Islam
pada masa Nabi dan menjadi sahabat Rasul. Mereka kemudian pindah ke Kufah. Di Kufah,
ayah Al-Kindi, Ishaq ibn Shabbah, menjabat sebagai gubernur, pada masa Khalifah Al-
Mahdsi (775-785 M), Al-Hadi (785-876 M), dan Harun Al-Rasyid (786-909 M), masa
kekuasaan Bani Abbas (750-1258 M). Ayahnya meninggal saat Al-Kindi masih kecil.
Al-Kindi melewati masa kecilnya di Kufah dengan menghafal al-Qur’an, mempelajari tata
bahasa Arab, kesusastraan Arab dan ilmu hitung. Keseluruhan yang dipelajarinya di masa itu
merupakan kurikulum pelajaran wajib bagi semua anak-anak zamannya di wilaah Kufah.
Selanjutnya Al-Kindi mendalami pelajaran Fiqh dan kajian keilmuan baru yang disebut
Kalam. Akan tetapi, kecenderungan Al-Kindi lebih mengarah pada ilmu pengetahuan dan
filsafat, khususnya ketika Al-Kindi meninggalkan Kufah dan berdomisili di Bagdad (Basri,
2013). Di ibu kota pemerintahan Bani Abbas ini, Al-Kindi mencurahkan perhatiannya untuk
menerjemah dan mengkaji filsafat serta pemikiran-pemikiran rasional lainnya yang marak
saat itu. 
Nama Al-Kindi menanjak setelah hidup di istana pada masa pemerintahan Al-Mu’tashim
yang menggantikan Al-Makmun pada tahun 218 H (833M), karena ia dipercaya untuk
menjadi guru pribadi putera Al-Mu’tashim, yaitu Ahmad ibn Al-Mu’tashim. Pada masa inilah
Al-Kindi berkesempatan menulis karya-karyanya, setelah pada masa Al-Makmun ia
menterjemahkan kitab-kitab Yunani ke dalam bahasa Arab. Sebagai seorang filosof yang
mempelopori mempertemukan agama dan filsafat Yunani, Al-Kindi banyak mendapat
tantangan dari para ahli agama. Ia dituduh meremehkan dan membodoh-bodohkan ulama
yang tidak mengetahui filsafat Yunani. Banyak fitnah yang dituduhkan kepada Al-Kindi,
terutama pada masa pemerintahan Al-Mutawakkil. Akhirnya Al-Kindi menyingkir dari
kemelut politik istana dan meninggal pada tahun 252 H (866M) (Azhar Basyir, 1993:80-81).

Karier dan Karya-karyanya


Karier Al - Kindi
Banyak hal yang dilakukan oleh Al-Kindi, apa yang Ia lakukan berprestasi besar sehingga
banyak pula gelar yang dialamatkan kepadanya. Kariernya antara lain ialah :
1. Ia membuat sebuah studi seksama tentang pengetahuan Yunani, Persia dan India di
basrah dan Baghdad. 
2. Sebagai seorang ilmuan filsafat, kedokteran dan ilmu-ilmu spesifik.
3. Sebagai pengawas bait al - hikmah untuk menerjemagkan dan menyunting karya –
karya Yunani pada masa kekuasaan al – ma’mun di istana Abbasiyah.
4. Ia sebagai astrolog dan seorang tutor bagi salah satu pengeran istana.
5. Al – Kindi seorang penulis dan ilmuan ensiklopedi. Tulisan -tulisan orisinalnya
berjumlah 275 termasuk buku – buku filsafat, logika, fisika, politik, psikologi, etika,
matematika, astronomi, kedokteran, music, optik, fenomenologi, sejarah peradaban,
teologi dan bidang -bidang lainnya.
Karya – karya Al – Kindi : 
1. Kitab kimya Al – ‘Itr (book of the chemistry of perfume)
2. Kitab fi Isti’mal Al–Adad Al-Hindi ( on the usue of the Indian Numerals)
3. Risala fi-illa Al-failali I-Madd wa I-Fazr (treatise on the efficient cause of the flow
and Ebb)
4. Kitab As-Shu’aat (book of the rays) 
5. Risalah fi illat Nafts ad-Damm, tentang hemoptesis (batuk darah dari saluran
pernapasan)
6. Risalah fi Taqrib Watar ad-Da‟irah tentang perhitungan yang mendekati dari daftar
tali busur-tali busur sebuah lingkaran
7. Risalatuhu fi Madkhal al-Mantiq bi Istifa al-Qawl fihi, sebuah pengantar lengkap
logika.

Pemikiran Filsafat Al-Kindi 


Bangunan pemikiran filsafat Al-Kindi merupakan refleksi doktrin-doktrin yang diperolehnya
dari sumber-sumber Yunani klasik dan warisan Neo-Platonis yang dipadukan dengan
keyakinan agama yang dianutnya. Oleh karena itu, basis pemikiran filsafat yang mendasari
keseluruhan pemikiran Al-Kindi ditemukan dalam risalah Fi al-Hudud al-Asyya. Dalam
risalah tersebut, Al-Kindi melakukan peringkasan atas defenisi-defenisi dari literatur Yunani
dalam bentuk yang sederhana.
Filsafat, menurut Al-Kindi adalah batas mengetahui hakikat suatu sejarah batas kemampusn
manusia. Tujuan filsafat dalam teori adalah mengetahui kebenaran, dan dalam praktik adalah
mengamalkan kebenaran/kebajikan. Filsafat yang paling luhur dan mulia adalah filsafat
pertama (Tuhan), yang merupakan sebaba (‘illah) bagi setiap kebenaran/realitas. Oleh karena
itu, filosof yang paling sempurna dan mulia harus mampu mencapai pengetahuan yang mulia
itu. Mengetahui ‘illah itu lebih mulia dari mengetahui akibat/ma’mul-nya, karena kita hanya
mengetahui sesuatu dengan sempurna bila mengetahui ‘illah-nya.Pengetahuan tentang ‘illah
pertama merupakan pengetahuan yang tersimpul mengenai semua aspek lain dari filsafat.
Dalam upaya perpaduan agama dan filsafat yang dilakukan Al-Kindi didasari pada keyakinan
bahwa kitab suci al-Qur’an telah mewartakan argumentasi-argumentasi yang meyakinkan
seputar ihwal kebenaran yang tidak akan pernah bertentangan dengan doktrin yang dihasilkan
filsafat. Hanya saja, proses pemaduan agama dan filsafat tidak mungkin terlaksana tanpa
mengakui keberadaan alat kerja agama dan filsafat yang sama. Bagi Al-Kindi, fakta bahwa
filsafat bersandar pada kemampuan akal (rasionalitas) tidak berbeda dengan fakta bahwa
doktrin agama jga memerlukan akal sebagai alat untuk memahami ajaranya.
PEMIKIRAN DAN PENGARUH Al - KINDI
Pemikiran Al-Kindi Tentang Metafisika
Al-Kindi dalam persoalan metafisika dimulai dengan penetapan unsur-unsur yang menyusun
materi fisikal. Keseluruhan benda yang dapat ditangkap indera merupakan juz’iyah
(partikular) dari wujud benda dan menurut Al-Kindi yang penting untuk dibicarakan filsafat
bukanlah aspek partikular benda-benda itu, akan tetapi hakikat yang terdapat dalam benda.
Menurut Al-Kindi Tuhan tidak mempunyai hakikat dalam arti aniah atau mahiah. Tuhan
bukan seperti benda-benda fisik yang dapat ditangkap indera. Tuhan tidak tersusun dari
materi dan bentuk (dari matter dan form). Tuhan juga tidak memiliki aspek mahiah. Karena
Tuhan tidak merupakan genus atau species. Tuhan hanya satu, dan tidak ada yang serupa
dengan Tuhan (Nasution, 1973). Tuhan dalam pemikiran Al-Kindi adalah al-Haqq al-Awwal
dan al-Haqq alWahid , Yang benar Tunggal dan Ia semata-mata satu. Hanya Ialah yang satu,
selain dari Tuhan semuanya mengandung arti banyak. Al-Kindi menyatakan bahwa alam dan
hukum-hukum yang berlaku di dalamnya, tidak akan mengkin berjalan se-teratur yang
terlihat, tanpa ada yang mengedalikannya. Wujud pengendali alam yang menjaganya tetap
berada dalam keteraturan tentulah wujud yang maha dan tidak akan mungkin sama dengan
yang dikendalikannya. Jika alam dan hukumhukum alam adalah baharu, maka pengendali
tidaklah baharu. Jika alam dan hukum-hukum alam merupakan hasil penciptaan, maka
pengendali bukanlah wujud yang diciptakan. Sesuatu yang mengendalikan mesti berbeda
dengan yang dikendalikannya. Sebab bila antara pengendali dengan yang dikendalikan sama,
maka yang akan lahir adalah sebuah ketidak-teraturan. Pengendali yang menjaga keteraturan
ini, hanya dapat diketahui melalui pelacakan jejak-jejaknya saja.
Pemikiran Al-Kindi Tentang Jiwa dan Akal
Menurut Al-Kindi, jiwa atau roh tidak tersusun, tetapi mempunyai arti penting, sempurna,
dan mulia. Substansinya berasal dari substansi Tuhan dan hubungannya dengan manusia
sama dengan hubungan cahaya dengan matahari. Karena pada hakikatnya bersifat Ilahi dan
spiritual, maka jiwa berbeda dengan tubuh dan bahkan bertentangan dengannya. jiwa itu
kekal dan tidak hancur bersama hancurnya badan. Jiwa tidak hancur karena substansinya dari
Tuhan. Ketika jiwa berada dalam badan, ia tidak memperoleh kesenangan yang sebenarnya
dan pengetahuannya tidak sempurna. Baru setelah ia berpisah dengan badan, ia akan
memperoleh kesenangan yang sebenarnya dalam bentuk pengetahuan yang sempurna. Setelah
berpisah dengan badan, jiwa pergi ke Alam Kebenaran atau Alam Akal (al-‘alam a-haq,
al-‘alam al-aql) didalam lingkungan cahaya Tuhan, dekat dengan Tuhan, dan dapat melihat
Tuhan.
Pemikiran tentang jiwa dalam filsafat Al-Kindi banyak dipengaruhi oleh ide-ide Aristoteles,
Plato dan Plotinus. Al-Kindi mendefenisikan jiwa sebagai; “Kesempurnaan awal bagi fisik
yang bersifat alamiah, mekanistik, dan memiliki kehidupan yang energik, atau kesempatan
fisik alami yang mempunyai alat dan mengalami kehidupan”. Defenisi ini merupakan
defenisi yang digagas Aristoteles.
Menurut Al-Kindi, jiwa manusia itu mempunyai 3 (tiga) daya, yaitu; 
(a) daya berpikir (al-quwwah al-aqliyah)
(b) daya marah (al-quwwah algadhabiyah)
(c) daya syahwat (al-quwwah al-syahwaniyah)
Oleh karena itu, bahwa persoalan akal dalam filsafat Al-Kindi dibicarakan bersamaan dengan
pembicaraan jiwa. Akal sebagai agen pengetahuan yang mengontrol proses pembentukan
pengetahuan melalui bantuan pengalaman iiderawi, bagi Al-Kindi merupakan potensi yang
ada dalam jiwa dan berkemungkinan untuk bergerak dari potensialitas menuju aktualitas.
Pengaruhnya 
Menurut Al-Kindi filsafat adalah pengetahuan yang benar. Sedang agama menerangkan
tentang apa yang benar. Jelas ada perbedaan antara filsafat dan agama. Keduanya bertujuan
untuk menerangkan apa yang benar dan yang baik. Agama disamping menerangkan wahyu
juga mempergunakan akal, dan filsafat mempergunakan akal. Wahyu tidak bertentangan
dengan filsafat, hanya argumentasi yang dikemukakan wahyu lebih meyakinkan daripada
argumen filsafat.
Tuhan menurut Al-KIndi adalah pencipta alam, bukan penggerak pertama. Tuhan itu Esa,
Azali, Unik. Ia tidak tersusun dari materidan bentuk, tidak bertubuh dan bergerak. Ia
hanyalah keesaan belaka, selain Tuhan semuanya mengandung arti banyak. Sebagaimana
telah diketahui, Al-Kindi banyak mempelajari filsafat Yunani, maka dalam pemikirannya
banyak kelihatan unsur-unsur filsafat Yunani itu. Unsur - unsur yang terdapat dalam
pemikiran filsafat Al-Kindi : 
1. Aliran Pitagoras tentang matematika sebagai jalan ke arah filsafat.
2. Pikiran-pikiran Aristoteles dalam soal-soal fisika dan metafisika, meskipun Al-Kindi
tidak sependapat dengan Aristoteles tentang qadimnya alam.
3. Pikiran-pikiran Plato dalam soal kejiwaan.
4. pikiran-pikiran Plato dan Aristoteles bersama-sama dalam soal etika.
5. Wahyu dan Iman (ajaran-ajaran agama) dalam soal-soal yang berhubungan dengan
Tuhan dan Sifat-sifatNya.
6. Pikiran-pikiran aliran Mutazilah dalam penghargaan kekuatan akal dan dalam
menawilkan ayat-ayat Quran.
Oleh karena pemikiran Al-Kindi banyak mendapat pengaruh filsafat Yunani, maka sebagian
penulis berpendapat bahwa al-Kindi mengambil alih seluruh filsafat Yunani. Tetapi bila
pemikirannya dipelajari dengan seksama, tampak bahwa pada mulanya Al-Kindi mendapat
pengaruh pikiran filsafat Yunani, tetapi akhirnya Ia mempunyai kepribadian sendiri. Dari
beberapa pemikiran filsafat yang ditekuni, akhirnya Al-Kindi berkesimpulan bahwa filsafat
Ketuhananlah yang mendapat derajat atau kedudukan yang paling tinggi dibandingkan
dengan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA 
(Filsuf et al., n.d.)“BAHASAN III SEJARAH PERKEMBANGAN PEMIKIRAN
FILSAFAT DALAM ISLAM Kata Filsafat Berasal Dari Bahasa Arab.” 1993, 1–16.
Biografi, A. n.d. “Latar Belakang Keintelektualan Al-Kindi,” 13–30.
Filsuf, Mengenal, D I Dunia, Timur Islam, A L Kindi M, Sekilas Al-kindi, Arabia Selatan
Ayahnya, Ibn Ishaq, Khalifah Abbasiyah, and Harun Al-rasyid. n.d. “Mengenal Filsuf Di
Dunia Timur Islam ; Al – Kindi (801-873 m) 1.”
Madani, Abubakar. 2015. “Pemikiran Filsafat Al-Kindi.” Lentera IXX (2): 106–17.
Sulaiman, Asep. 2016. “BUKU MENGENAL FILSAFAT ISLAM New.Pdf.”
(“BAHASAN III SEJARAH PERKEMBANGAN PEMIKIRAN FILSAFAT DALAM
ISLAM Kata Filsafat Berasal Dari Bahasa Arab” 1993)(Biografi, n.d.)(Madani 2015)
(Sulaiman 2016)
Nama : Ulfa Mardianti Mahmud
NIM : 1901125041
Kelas : 4B-Pendidikan Biologi
Mata Kuliah: Islam dan Disiplin Ilmu
Tugas mencari Biografi Ilmuwan 

Ilmuwan Al-Battani 

Muhammad Ibn Jabir Ibn Sinan Al-Battani, biasa dipanggil Al-Battani. Atau ilmuwan Barat
menyebutnya, Albategnius atau Albategni.  Adalah seorang astronom dan ahli matematika
Arab yang lahir pada 858 M di Harran, negara bagian Battan atau saat ini Turki modern. Dia
sering dianggap sebagai salah satu astronom Islam terbesar. Penemuannya di bidang
astronomi dan trigonometri memainkan peran penting dalam kemajuan sains di Abad
Pertengahan.
Al-Battani dulu tinggal di antara komunitas sekte Sabian, yang merupakan pemuja bintang,
atau disebut dengan Harran. Hal tersebut menimbulkan motivasi bagi masyarakat untuk
mempelajari astrologi dan astronomi. Sabian telah menghasilkan astronom dan
matematikawan hebat, seperti ilmuwan terkenal Thabit ibn Qurra.

Ia adalah anak dari ilmuwan astronomi, Jabir Ibn San’an Al-Battani. Keluarga Al-Battani
merupakan penganut sekte Sabian yang melakukan ritual penyembahan terhadap bintang.   
Namun, Al-Battani tidak mengikuti jejak nenek moyangnya. Ia memilih memeluk agama
Islam.Secara informal, Al-Battani dididik ayahnya yang juga seorang ilmuwan. Sejak kecil,
ia sudah menunjukkan ketertarikannya pada bidang keilmuan yang digeluti ayahnya.
Ketertarikan pada benda-benda yang ada di langit membuat Al-Battani kemudian menekuni
bidang astronomi tersebut.
Kemudian, Al-Battani kecil mengikuti keluarganya pindah ke Raqqah. Di tempat baru ini ia
mulai menekuni bidang astronomi, mulai dari melakukan beragam penelitian hingga
menemukan berbagai penemuan cemerlang. Sayang, tidak ada data spesifik mengenai
pendidikan formal Al-Battani. Misalnya, tidak ada data yang menyebutkan di mana Al-
Battani belajar sains (Frank N. Magill (ed), The Middle Ages: Dictionary of World
Biography, Volume 2, 1998).
Dalam literatur hanya disebutkan bahwa semasa mudanya Al-Battani belajar di Raqqah. Di
tempat barunya itu, ia tekun mempelajari teks-teks kuno, khususnya karya Ptolomeus, yang
kemudian menuntunnya untuk terus mempelajari astronomi. Bidang keilmuan yang
ditekuninya itu kelak membuatnya menjadi terkenal tidak hanya di kalangan umat Muslim,
melainkan juga di dunia Barat.
Al-Battani adalah salah satu tokoh yang memperkenalkan dan mengembangkan pertama kali
istilah Sinus, Kosinus, Tangen, dan Kotangen ke dalam ilmu pasti. Prinsip-prinsip
Trigonometri tersebut, Al-Battani gunakan saat melakukan observasi astronomi di
observatorium. Al-Battani menggunakan sinus dan cosinus sebagai pengganti hypotenause
yang banyak digunakan oleh ilmuwan Yunani. Sehingga ilmuwan dunia banyak
menyebutnya sebagai bapak trigonometri.
Penemu Hitungan Tahun Matahari
Pemikiran Al-Battani di bidang astronomi yang  terkenal dan diakui dunia ialah tentang gerak
dan posisi matahari. Gerak dan posisi matahari tersebut menentukan tahun matahari dengan
jumlah hitungan 365 hari, 5 jam, 46 menit dan 24 detik. Selain itu, Al-Battani juga dianggap
mengilhami para ilmuwan untuk menciptakan jam yang kita kenal sekarang ini.

Penemuan Al-Battani ini dianggap akurat, bahkan keakuratan pengamatan yang dilakukan
Al-Battani ini membuat seorang matematikawan asal Jerman bernama Christopher Clavius
menggunakannya untuk memperbaiki kalender Julian.
Atas izin Paus Gregorius XIII, kalender lama akhirnya diubah menjadi kalender yang baru
dan mulai digunakan pada tahun 1582. Kalender inilah yang kemudian banyak digunakan
oleh masyarakat hingga saat ini (Joseph A. Angelo, JR, Encyclopedia of Space and
Astronomy, 2006).

Penemu yang Brilian    


Al Battani juga menentukan secara akurat kemiringan ekliptik, panjangnya musim, dan orbit
matahari. Al-Battani pun bahkan berhasil menemukan orbit bulan dan planet. Al-Battani
menetapkan teori baru, untuk menentukan sebuah kondisi kemungkinan terlihatnya bulan
baru. Selain itu, buku Al-Battani tentang astronomi yang paling terkenal adalah Kitab Al Zij,
yang sudah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa di dunia. Ilmuwan Barat juga
memasukkan Al-Battani ke dalam kelompok 20 astronom dunia. Selain itu, Al-Battani juga
menemukan hukum segitiga sama sisi.
Al-Battani bahkan bisa memecahkan berbagai persoalan hitungan ala Yunani, dengan cara
menggunakan ilmu ukur untuk mengetahui detil ukuranya.
Al-Battani juga ahli dalam bidang Ilmu falak. Al-Battani sudah menggunakan metode dan
alat teropong yang jauh lebih maju, daripada yang dimiliki Yunani. Hitungan yang
dipergunakan juga jauh lebih maju daripada yang dipergunakan orang Yunani, termasuk
hitungannya dalam berbagai segitiga yang juga belum dikenal oleh mereka.

Pengikut dan Penyempurna Teori Ptolomeus


Seperti Astronom Arab lainnya, Al-Battani mengikuti tulisan-tulisan Ptolomeus dan
mengabdikan dirinya untuk mengembangkan karya Ptolomeus, The Almagest. Saat
mempelajari The Almagest inilah Al-Battani menemukan penemuan besar, yaitu titik
Aphelium. Titik Aphelium adalah titik terjauh bumi saat mengitari matahari setiap tahunnya.

Ia menemukan bahwa posisi diameter semu matahari tidak lagi berada pada posisi yang
dikemukakan oleh Ptolomeus. Penemuan ini sangat berbeda dengan teori yang disampaikan
oleh Ptolomeus dan astronom Yunani sebelumnya. Namun, baik Al-Battani maupun
astronom penganut Ptolomeus lainnya tidak dapat mengemukakan penjelasan di balik
perbedaan tersebut.
Joseph A. Angelo menyebut bahwa Al-Battani memperbaiki tatanan tata surya, lunar, dan
mengembangkan teori Ptolomeus dalam buku The Almagest menjadi lebih akurat.
Pengamatan akurat Al-Battani ini juga memungkinkan ia memperbaiki pengukuran
Ptolomeus tentang kemiringan sumbu. Ia juga melakukan pengamatan lebih akurat mengenai
ekuinoks (saat matahari tepat melewati garis ekuator bumi) pada awal musim gugur. Melalui
pengamatan inilah Al-Battani mampu menemukan bahwa dalam setahun ada 365,24 hari
(Joseph A. Angelo, JR, Encyclopedia of Space and Astronomy, 2006).

Kontribusi Al-Battani
Karya Al-Battani memiliki pengaruh besar pada ilmuwan seperti Tycho Brahe, Kepler,
Galileo dan Copernicus. Bukunya yang terkenal, Kitab az-Zij (Book of Astronomical tables)
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dengan nama De Motu Stellarum (On the Motion of the
Stars) oleh Plato dari Tivoli pada tahun 1116. Karyanya diterbitkan ulang pada tahun 1537
dan 1645.
Copernicus dalam bukunya De Revolutionibus Orbium Clestium mengungkapkan jasa Al-
Battani yang luar biasa, karena Al-Battani mampu menghasilkan pengukuran gerak matahari
yang lebih akurat daripada Copernicus sendiri.

Perlu juga dicatat bahwa metode trigonometri yang diperkenalkan saat itu bahkan berfungsi
sebagai dasar bagaimana sistem GPS bekerja saat ini. Kontribusi Al-Battani terhadap sains
benar-benar besar. Bahkan, NASA menamai sebuah kawah di Bulan dengan nama Kawah
Albategnius untuk menghargai jasa Al-Battani.
Al-Battani juga berkontribusi dalam menemukan bahwa titik “aphelion” matahari yang telah
bergeser sejak perhitungan yang dilakukan Ptolemeus pada abad ke-2 M, dimana penemuan
ini membuahkan penemuan penting mengenai gerak lengkung matahari.

Penelitiannya terhadap gerhana matahari dan bulan yang mana hasilnya dijadikan pedoman
observasi oleh para astronom barat abad 18 (diantaranya oleh Dunthorn) dalam menghitung
kecepatan gerak bulan. Al-Battānī juga membuktikan adanya kemungkinan gerhana matahari
cincin yang berbeda dengan pendapat Ptolemeus yang begitu populer pada saat itu. Al-
Battānī mampu menjelaskan letak koordinat sejumlah planet dan mengoreksi gerak bulan dan
planet-planet itu pada sistem tata surya. Lalu menentukan secara presisi titik nadir dan titik
zenit serta menentukan letak koordinat keduanya pada bola langit.

Selain bidang astronomi, Al-Battani juga memiliki kontribusi dalam bidang matematika
khususnya spherical trigonometry’ (‘ilm al-mutsallatsāt), ilmu yang memiliki pengaruh besar
pada perkembangan astronomi. Al-Battānī juga adalah diantara matematikawan Arab pertama
yang menggunakan persamaan trigonometri (al-juyūb, al-autār) dalam menghitung sudut
sebuah segitiga.

Namun, pengaruh Ptolemy pada semua penulis abad pertengahan sangat kuat sehingga
bahkan ilmuwan yang brilian seperti Al-Battani mungkin tidak berani mengklaim nilai jarak
yang berbeda dari Bumi ke Matahari daripada yang diberikan oleh Ptolemy. Ini terjadi
terlepas dari kenyataan bahwa Al-Battani mampu menyimpulkan nilai dari pengamatannya
sendiri yang sangat berbeda dari Ptolemy.
Khususnya pada Abad Pertengahan, penemuan asli Al-Battani di bidang Astronomi dan
Trigonometri merupakan konsekuensi besar bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Dia memiliki pengaruh besar pada para ilmuwan seperti Tyco Brahe, Kepler, Galileo dan
Copernicus, mengelola untuk menghasilkan pengukuran yang lebih akurat dari pergerakan
matahari daripada Copernicus yang mengungkapkan hutang kepada Al-Battani dalam
bukunya De Revolutionibus Orbium Clestium.
Beer and Madler, dalam karya mereka yang terkenal Der Mond (1837), merujuk pada salah
satu fitur permukaan bulan (diameter delapan puluh mil dalam Bagian Satu yang dikelilingi
oleh pegunungan setinggi sepuluh hingga empat belas ribu kaki, beberapa kawah, dan
beberapa lubang berbentuk piring) seperti Albategnius.

Ia meninggal pada tahun 929 di Qar al-Jiss (sekarang di Irak modern) dalam perjalanan
pulang dari Bagdad. Berabad-abad setelah kematian Al-Battani, ringkasan pemikirannya
yang terangkum dalam Kitab al-Zij masih digunakan sebagai pedoman pada zaman
Renaisance dan memberikan banyak pengaruh terhadap astronom dan astrolog Barat. (Joseph
A. Angelo, JR, Encyclopedia of Space and Astronomy, 2006).
Al-Battani dianggap sebagai astronom terbaik dan terkenal dari peradaban Islam pada abad
pertengahan. Salah satu karyanya yang paling populer, yakni Kitab al-Zij, kemudian pada
abad ke-12 diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Robertus Retinensis. Pada abad ke-13,
Raja Alfonso dari Spanyol kembali menterjemahkan Kitab al Zij tersebut.

Kitab al Zij, yang lebih dikenal sebagai De Scientia Stellarum atau De Motu Stellarum,
kemudian diteliti oleh sarjana orientalis Italia bernama C. A. Nallino yang mengedit dan
menerjemahkannya ke dalam bahasa Latin.
DAFTAR PUSTAKA 

 Ihsan Nurul. (2013). Ilmuwan Al-Battani, Qultum Media, (Jakarta : Indonesia)

 Aziz, Abdul. (2013). Al-Battani, Astronom Muslim Penentu Jumlah Hari. Diakses
pada 01 Juni 2017, dari  Al-Battani, Astronom Muslim Penentu Jumlah Hari -
Tirto.ID (ampproject.org)

 Lifestyle Hijab. (2021). Mengenal Al-Battani, Ahli Astronomi Jauh Sebelum


Teleskop Ditemukan. Diakses pada 10 Februari 2021, dari https://m-kumparan-
com.cdn.ampproject.org/v/s/m.kumparan.com/amp/hijab-lifestyle/mengenal-al-
battani-ahli-astronomi-jauh-sebelum-teleskop-ditemukan-1v9G9yLrOT3?
amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQHKAFQArABIA%3D
%3D#aoh=16165680933313&amp_ct=1616568108736&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&amp_tf=From%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F
%2Fkumparan.com%2Fhijab-lifestyle%2Fmengenal-al-battani-ahli-astronomi-jauh-
sebelum-teleskop-ditemukan-1v9G9yLrOT3

 Setiawan, Ryan. (2020). Jabir al-Battani (w. 317 H/929 M) Karya dan Sumbangannya
Dalam Bidang Astronomi. Diakses pada 8 September 2020, dari
http://fai.umsu.ac.id/2020/09/08/jabir-al-battani-w-317-h-929-m-karya-dan-
sumbangannya-dalam-bidang-astronomi/

 Mujaddid. (2019). Al-Battani: Genius Trigonometrik. Diakses pada Mei, 2019, dari
https://tajdid-id.cdn.ampproject.org/v/s/tajdid.id/2020/05/15/al-battani-genius-
trigonometrik/amp/?amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQHKAFQArABIA
%3D%3D#aoh=16166411212899&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&amp_tf=From%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F
%2Ftajdid.id%2F2020%2F05%2F15%2Fal-battani-genius-trigonometrik%2F 
Nama : Aidah Faiziah Permana
NIM : 1901125025
Tugas : Biografi Tokoh Al-Jazari
Matkul: IDI
BIOGRAFI AL-JAZARI

Al-Jazari adalah nama populer ilmuwan ini. Nama lengkapnya Syaikh Rais al-Amal Badi al-
Zaman Abu al-Izz ibnu Ismail ibnu al-Razzaz al-Jazari. Ini adalah nama yang lengkap dengan
gelar yang dimilikinya. Syaikh Rais al-Amal menunjukkan dirinya seorang kepala insinyur.
Badi al-Zaman artinya yang terbaik di zaman itu. Abu al-Izz artinya seorang yang sangat
dihormati. Ibnu Ismail, putera dari Ismail (nama bapaknya). Ibnu ar-Razzaz adalah nama
kakeknya. Al-Jazari menunjukkan keluarganya berasal dari Jazira.
Dia Lahir pada tahun 1136 M di Al-Jazira. Nama Al-Jazari menerangkan dirinya berasal dari
Al-Jazira. Daerah ini posisinya sangat bagus di antara sungai Tigris dan Eufrat. Al-Jazira
adalah daerah yang subur makmur. Pertaniannya maju pesat. Bagitu juga perdagangannya.
Ayahnya seorang laki-laki terhormat. Ia bekerja di istana Artuqid, Diyar Bakir. Al-Jazari
tumbuh besar di daerah tersebut. Di sanalah ia belajar berbagai berbagai ilmu pengetahuan.
Al-Jazari seorang yyang rajin menuntut ilmu. Ia punya kelebihan dalam pengamatan. Dia
berusaha memahami cara kerja bagaimana peralatan. Al-Jazari ingin menciptakan sesuatu
yang bermanfaat. Sang ayah telah memilihkan tempat tinggal yang yang terbaik. Al-Jazari
amat beruntung hidup di daerah yang aman. Tidak ada gangguan keamanan sehingga
rakyatnya hidup tenteram. Penguasa istana Artuqid juga perhatian dengan ilmu pengetahuan.
Para ilmuwan dapat bekerja dengan baik sehingga Al-Jazari dapat mengembangkan bakatnya.
Al-Jazari punya perhatian besar terhadap pengrajin. Dia senang melihat tata cara orang
membuat sesuatu. Ia bukanlah seorang anak yang sangat tertarik pada teori. Al-Jazari lebih
bersemangat dalam praktek. Dia senang mengamati cara kerja berbagai macam peralatan.
Sejak kecil ia menyadari peralatan membantu pekerjaan manusia. Di kemudian hari Al-Jazari
pun berhasil menciptakan teknologi.
Setelah dewasa Al-Jazari mengikuti krir ayahnya. Dia juga bekerja pada raja di istana Artuqid
pada raja di istana Artuqid di Diyar Bakir, Al-Jazari bertugas pada tahun 1174 M sampai
1200 M. Dia memiliki keahlian di bidang teknik. Kemampuannya dengan cepat
menimbulkan kekaguman. Istana sangat membutuhkan keahlian dirinya. Akhirnya, Raja
mengangkat Al-Jazari menjadi kepala insinyur kerajaan. Hasil kerjanya selalu memuaskan
raja sehingga posisinya sebagai ahli teknik tidak tergantikan. Sudah tiga kali pergantian raja
di istana Artuqid. Namun Al-Jazari selau aman di posisi kepala insinyur kerajaan.
Semula ia bertugas di masa raja Nuruddin Muhammad ibnu Arsian. Setelah itu ia dipercaya
lagi oleh raja Qutbuddin Sukman ibnu Muhammad. Raja berikutnya Nasiruddin Mahmud
ibnu Muhammad tetap memintanya menjadi insinyur kerajaan. Para raja mendukung Al-
Jazari mengembangkan teknik mesin. Mereka menyiapakan peralatan yang dibutuhkannnya.
Dana yang diperlukannya juga disiapkn dri kas kerajaan. Al-Jazari diberi kerterbatasan
menciptakan mesin-mesin baru. Pada awalnya dia membuat beberapa peralatan. Kemudian ia
merakitnya menjdi sesuatu yang baru, yaitu robot. Oleh sebab itu, Al-Jazari dikukuhkan
sebagai orang pertama penemu robot.
Berbagai jenis robot berhasil diciptakan Al-Jazari, Dia mempelopori era baru di mana robot
bekerja otomatis. Robot bergerak tanpa tenaga manusia. Al-Jazari membuatnya untuk
membantu manusia. Selain itu, robotnya mampu bekerja di rumah tangga dan membantu
pekerjaan dalam dan luar rumah. Robot buatannya indah dan manusia aman bersama robot
tersebut. Sekitar 50 mesin robot telah berhasil diciptakan Al-Jazari. Para ilmuwan dunia
tercengang dengan penemuannya. Dia sangat ahli mendesain robot. Al-Jazari pun mahir
merakit robot dengan cara yang unik. Dia melengkpi robot dengan peralatan yang canggih.
Al-Jazari bukanlah orang yang lekas puas. Dia terus memperbaiki robotnya sehingga menjdi
lebih baik.

Robot Wudu
Raja hendak berwudu sebelum melaksanakan salat tetapi ia khawatir merepotkan
pelayanannya. Setiap berwudu pelayan bertugas menuangkan air. Al-Jazari menyadari
kelancaran ibadahitu sangat penting. Apalagi berwudu wajib dilakukan sebelum salat. Dia
merasa terpanggil menciptakan robot. Al-Jazari berharap robotnya bisa mempermudah wudu
sebelum salat. 
Al-Jazari kemudian membuat robot yang menyediakan air wudu. Robot itu memiliki dua
tangan seperti manusia. Satu tangan robot memegang teko lalu Air disimpan dalam teko
tersebut. Sementara tangan yang satunya lgi memegang handuk. Uniknya ada seekor burung
bertengger di atas teko. Nah, bagaimanakah cara kerjanya? Burung itu benar-benar sangat
terlatih. Setiap waktu salat tiba-tiba ia akan berkicau. Robot pun kemudian maju menuangkan
air dari teko. Raja pun dapat melaksanakan wudu. Selesai berwudu ropot menyidirkan
handuk. Raja pun dapat melap anggota tubuhnya. Setelah selesai robot kembali ke posisi
semula. Uniknya, lagi-lagi kicauan burung sebagai isyart gerakan penutup.

Robot Pramusaji

Sekarang manusia modern ingin memiliki robot pelayan. Orang-orang membayangkan


pelayan bukan lagi manusia. Padahal Al-Jazari sudah terlebih dulu menciptakan robot
pramusaji. Robot pramusaji bertugas menghidangkan minuman. Robot ini memiliki
penampung air yang bisa dialirkan ke wadah itu ke cangkir. Begitulah cara robot pramusaji
melayani kebutuhan minuman.
Dunia terkagum-kagum dengan robot ciptaan Al-Jazari. Apalagi robot yang diciptakan sudah
berwujud seperti manusia. Bagian luar robot sudah berwujud manusia tetapi sesungguhnya di
dalamnya ada rangkaian mesin canggih. Robot-robot itu sudah berfungsi menggantikan
pekerjaan manusia. Sayangnya robot itu masih terbatas jumlahnya karena belum diproduksi
untuk industri.
Robot Burung Merak

Kita terbiasa mencuci tangan di wastafel. Seringkali kita yang memutar kran dengan tangan
sendiri. Hanya beberapa kran yang sudah otomatis mengeluarkan air. Zaman dahulu Al-Jazari
menciptakan robot burung merak. Ini salah satu robot yang desainnya cantik. Orang juga
menyebutnya robot air mancur burung merak. Robot burung merak juga berfungsi sebagai
pelayan. Dia membantu orang mencuci tangan. Hebatnya, robot ini juga sudah otomatis. Ia
bertugas tanpa tenaga manusia. Al-Jazari benar-benar cerdas merancang robotnya. Di zaman
itu memang belum ada listrik. Namun air dijadikan sebagai penggerak robot burung merak.

Robot Gajah

Robot gajah adalah salah satu ciptaan Al-Jazari yang paling mengagumkan. Robot ini
berfungsi sebagai jam raksasa. Pada jam ini juga ada dua tiruan manusia, ular, burung, dan
lainnya. Jam gajah ini telah berfungsi sebagai siklus mekanik. Seluruh bagian robot jm
bergerak secara otomatis. Sumber tenaganya energi hidrolik dari tenaga air. Semua patung
dia tas gajh bergerak dan berbunyi setiap setengah jam.
Jam gajah tingginya 7 meter. Peralatan mesinnya tersimpan rapi di dalam tubuh gajah. Ada
tanki besar di sana sebagai sumer energi gerak. Robot gajah itu senantiasa bekerja tepat
waktu. Jam gajh ini terus dikagumi sampai sekarang. Bahkan, replica atau tiruannya dipajang
di London Science Museum.

Robot Pemusik

Sekarang sedang heboh-hebohnya robot humanoid. Kini robot dirancang semirip mungkin
dengan manusia sehingga kita merasa nyaman hidup berdampingan dengannya.
Sesungguhnya program robot humanoid telah lama ada. Inilah teknologi robot yang sudah
menyerupai manusia. Siapa lagi penciptanya kalau bukan Al-Jazari. Dia bukan hanya
membuat robot yang menjadi pelayan. Kali ini robot humanoidnya sebagai penghibur. Al-
Jazari menciptakan robot pemusik. Ada sebuah kapal yang mengapung di danau. 
Di sana terdapat empat robot mirip manusia. Mereka adalah robot yang dapat bermain music
secara otomatis. Robot-robot menghibur dalam pesta minum kerajaan. Semua tamu raja
menjdi sangat takjub. Empat robot itu didesain sebagai pemain music. Setiap robot mahir
memainkan music yang indah. Robot penabuh drum mampu memainkan irama yang
beragam. Robot itu dapat bermain musik layaknya musisi sejati. Luar biasa hebatnya Al-
Jazari merakit robot pemusik sehingga mereka mampu menghasilkan irama yang merdu.
Pada robot juga bisa menjlnkn tugas sebagai penghibur.
Jam Istana

     
Waktu diketahui dengan adanya jam. Penemuan jam oleh Al-Jazari sangat menakjubkan
dunia. Dahulu kala jam sangat sulit. Wajar bila orang terkagum-kagum. Bahkan, sampai
sekarang jam ciptaanya tetap mengagumkan. Al-Jazari bukan hanya menbuat jam melainkan
menciptakan keunikan di setiap jamnya. Dia merancang jam air, jam lilin, jam gajah, jam
istana dan lainnya. Al-Jazari membuat jam istana yang diyakini sebagai jam terbesar. Jam itu
dinamakan jam istana karena kemegahannya. 
Bentuk jam ini mewah seperti istana. Jam ini dipajang di ketinggian empat meter sehingga
siapapun dapat mengaguminya. Jam istana memiliki kerja mesin yang rumit sehingga mesin
jam istana bisa disebut komputer analog pertama. Jam istana memiliki piringan zodiak
terbuat dari emas. Ada juga dua burung perunggu di bentengnya. Lima patung musisi
mekanik berjejer di gerbangnya. Saat matahari terbit, pintu-pintu di bagin atas jam terbuka.
Apabila matahari tenggelam maka jendela-jendela bundar yang menyala. Semuanya
berfungsi dengan teratur karena ada mesin canggih yang menggerakkannya.
Jam istana menyimpan mesin tersembunyi. Pada setiap pergantian jam akan terbuka pintu
lalu keluarlah patung manekin. Setiap gerakan jam istana diatur oleh serangkaian katrol. Tiga
kali sehari secara otomatis air mengalir ke roda sendok di bagian dalam jam. Itulah yang
membuat lima musisi mulai bermain musik. Ternyata jam istana tidak sekedar berfungsi
petunjuk waktu saja. Jam ini juga berperan sebagai jam astronomi. Melalui jam ini ilmuwan
dapat mempelajari rahasia angkasa luar. Jam istana menunjukkan pergerakkan bintang-
bintang. Jam ini juga menunjukkan peredaran matahari dan bulan. Memang cukup sulit
mencari tandingan jam ciptaan Al-Jazari.
Teknologi Mesin

   
Al-Jazari adalah insinyur pertama yang mempelopori hemat energi. Dia memakai energi
secara efisien. Al-Jazari menggunakan energi untuk menggerakkan mesin dan robotnya. Ini
menjadi pendorong bagi ilmuwan sesudahnya mencari sumber energi alternatif. Para
ilmuwan lain meniru penggunaan tenaga air. Di kemudian hari juga ditemukan matahari
sebagai sumber energi. Kecemerlangan Al-Jazari tak terlepas dari mesin-mesin hebatnya
adalah mesin engkol. Betapa pentingnya penemuan mesin engkol ini. Bahkan, sampai
sekarang mesin engkol tetap dipakai menggerakkan mobil atau speda motor. Mesin engkol
yaitu bagian mesin yang terhubung dengan sistem roda atau batang. Mesin-mesin
membutuhkan engkol untuk menggerakkannya.
Al-Jazari pula penemu roda gigi pada mesin. Roda gigi berfungsi sebagai elemen transmisi
pada perpindahan gerak berputar. Kini industri otomotif berkembang sangat pesat.
Kemajuannya tidak terlepas dari adanya penemuan roda gigi. Entah bagaimana jadinya kalau
Al-Jazari tak menemukan roda gigi. Tentu saja kendaraan bermotor jadi tak bergerak. Al-
Jazari berjasa menemukan lima jenis mesin pompa air. Di antara mesin pompa airnya kini
dikenal dengan watermill dan water whell. Mesin ini mampu menyedot air di kedalaman
berapapun. Sedotan air itu juga berlangsung cepat tanpa membuang tenaga manusia. Cara
kerjanya juga menghemat waktu. Selagi manusia memakai pompa air, maka Al-Jazari berjasa
sebagai penemu mesinnya.

Berani Mencoba
Mesin-mesin yang diciptakannya berawal dari rasa ingin tahu. Karena itulah dia berani
mencoba. Al-Jazari tak pernah jera walaupum mengalami kegagalan. Beberapa orang
mengkritik Al-Jazari karena kuramg dalam teori. Dia juga terlalu bersemangat mencoba-coba
saja. Akibatnya jadi sering gagal. Mereka lupa walau berkli-kali gagal tapi dia terus mencoba.
Akhirnya Al-Jazari berhasil membuat robotnya. Meski pernah gagal, akhirnya dia berhasil
juga membuat robot.
Coba kalau di takut mencoba? Dia tidak menghasilkan apa-apa. Coba kalau dia seperti orang-
orang yang hebat berteori saja? Kemungkinan dia tidak kunjung berhasil menciptakan robot.
Al-Jazari mengajari kita jangan terpaku pada teori. Dia mengajak kita berani mencoba. Rajin-
rajinlah praktek, jangan takut gagal. Asalkn terus dicoba suatu saat akan berhasil juga. Kita
hendaknya mempunyai rasa ingin tahu karena dari rasa ingin tahu Al-Jazari berhasil
menciptakn teknologi.

Mendengarkan Keluhan
Kelebihan Al-Jazari adalah mau mendengarkan keluhan orang. Rakyat kesulitan dalam
mengairi lahan pertanian mereka. Di bagian ke lima bukunya tertera lima mesin pengangkut
air. Bagian ini adalah jawaban Al-Jazari untuk membantu irigasi agar pertanian dapat
berkembang pesat. Shoduf adalah nama mesin pengangkut air yang diciptakannya. Alat ini
masih dipakai sampai sekarang di kawasan Timur Tengah. Al-Jazari menciptakan Saqiya.
Mesin pengangkut air ini menggunakan tenaga hewan. Ada dua mesin silinder yang saling
berhubungan. Satu silinder diputar hewan, sedangkan satunya lagi ikut berputar mengangkut
air. Saat hewannya berputar maka mesin bergerak sehingga air dari sungai terangkat ke lahan
pertanin. Cara ini masih dapat kita lihat di sejumlah negara.
Nasiruddin Mahmud melihat pentingnya penemuan Al-Jazari. Dia pun menyuruh untuk
menulis semuanya menjadi buku. Al-Jazari mulai menulis tahun 1198 M. Dua tahun sebelum
Nasiruddin dilantik menjadi raja. Bukunya selesai 1206 M. judulnya Al-jami’ Baina al-Ilmu
wa al-Amal al-Nafiq fii Shana’ati al-Hiyal. Buku itu ada di museum Top Kapi di Istanbul,
Turki, Museum Fine Arts di Boston, Museum Louvre di Prancis, dan Oxford’s Bodleian
Library. Buku tersebut terbagi atas enam bagian. Pertama, 10 macam model jam. Kedua, 10
macam desain mesin air untuk minuman. Ketiga, 10 perangkat dispenser air untuk berwudu.
Keempat, 10 model mesin otomatis air mancur dan musik. Kelima, 5 macam mesin pompa
pengangkut air. Keenam, 5 macam mesin sebagai instrument mengukur bidang dan
mengunci.
Kebanyakan ilmuwan menulis buku dengan bahasa yang ru,it sehingga hanya kalangan elit
saj yang dapat memahaminya. Lain halnya Al-Jazari yang suka memakai bahasa-bahasa
sederhana. Tujuannya supaya mudah dipahami oleh siapa saja. Dia berusaha membuat
penjelasan cara kerja mesin. Dia berbagi infornasi cara membuat bagian demi bagian
mesinnya. Al-Jazari memberikan perincian gambar robotnya. Dia pun menjelaskan teknik
merakit mesin dan cara kerjanya. Al-Jazari berhasil menciptakan jam hidrolik tenaga air. Jam
ajaib itu sengaja dipajangnya di tempat umum sebab di masa itu jam adalah barang super
langka. Siapapun dapat berpatokan kepada jam ciptaannya. 
Jam tenaga airnya berguna dalam penelitian astronomi. Ini tentu sangat membantu
mengembangkan ilmu pengetahuan. Dia membuat mesin canggih untuk kebaikan banyak
orang. Al-Jazari melakukan sesuatu yang berlainan dengan ilmuwan lain. Kebanyakan
ilmuwan di masa itu melayani kebutuhan raja, sedangkan Al-Jazari justru membantu
kebutuhan rakyat jelata. Wajar dirinya digelari Al-Hakim atau wise man (tokoh bijaksana).
Karena dia bijaksana dalam memanfaatkan kecerdasannya. Akhirnya Al-Jazari wafat 1206
M. beberapa bulan setelah menyelesaikan bukunya. Luar biasa besar jasanya bagi
perkembangan teknologi robot.
DAFTAR PUSTAKA 
King, D. A. (1975). "The Book of Knowledge of Ingenious Mechanical Devices: Kitab fi
macrifat al-hiyal al-handasiya by Ibn al-Razzaz al-Jazari" by DR Hill. History of Science,
13(4), 284-289.
Davis, Adam Hart (2012). Engineers. New York. DK Publishing.
Ceccarelli, Marco. (2010). Distinguished Figures in Mechanisme and Machine Science.
London. Springer.
Sen, Zekai. Solar Energy Fundamentals and Modeling Techniques. London. Springer.
Hemdi, Yoli. (2019). Al-Jazari Penggagas Teknologi Robot. Jakarta. PT Luxima Metro
Media.
Nama           :  Farah Nur Azizah
Nim              : 1901125064
Kelas            : 4B
Tugas           : Biografi Tokoh
Mata Kuliah : IDI/Kepndidikan Islam

“BIOGRAFI AL-KHAWARIZMI”

Sumber: https://birenaalhuripb.wordpress.com/2013/09/07/al-khawarizmi-ilmuwan-muslim-
penemu-konsep-algoritma/  
   Beliau dilahirkan di Bukhara, hidup di Khawarizm, Usbekistan pada tahun 194 H / 780 M
dan meninngal tahun 266 H / 850 M di Baghdad.  Al Khawarizmi mempunyai nama asli
Muḥammad bin Mūsā al-Khawārizmī, juga dikenal sebagai Abu Abdullah Muhammad bin
Ahmad bin Yusoff dan di Barat dikenal sebagai alKhawarizmi. Tak banyak mungkin anak
muda sekarang yang tahu bahwa penemu aljabar dan angka 0 berasal dari Tokoh Islam “Al-
Khawarizmi”. Lalu konsep aljabar yang ia temukan pun di pakai di matematika Eropa. Hidup
di sekitar abad 8-9. Lahir sekitar tahun 780M di Khawarizm dan beliau wafat sekitar tahun
850M di Baghdad. Beliau menghabiskan hampir sepanjang hidupnya berprofesi sebagai
dosen di Sekolah Kehormatan di Baghdad. Dalam tulisan Toomer ”sebutan lain untuknya
diberikan oleh al-Tabari, al-Majusi, ini mengindikasikan ia adalah pengikut Zoroaster. Ini
mungkin terjadi pada orang yang berasal dari Iran. 
   Tetapi, kemudian di buku Al-Jabar dia menunjukkan diri sebagai seorang Muslim Ortodok,
jadi sebutan Al-Tabari ditujukan pada saat ia muda, ia beragama Majusi”. Berkat
kehebatannya, Khawarizmi terpilih sebagai ilmuwan penting di pusat keilmuwan yang paling
bergengsi pada zamannya, yakni Bait al-Hikmah atau House of Wisdom yand didirikan
khalifah Abbasiyah di metropolis intelektual dunia, Baghdad. Bait al-Hikmah merupakan
lembaga yang berfungsi sebagai pusat pendidikan tinggi. Dalam kurun dua abad, Bait al-
Hikmah ternyata berhasil melahirkan banyak pemikir dan intelektual Islam. Diantaranya
seperti Khawarizmi. Khawarizmi adalah seorang ilmuwan Islam jenis pada masa keemasan
Islam di Baghdad, pusat pemerintahan Kekhalifahan Abbasiyah. Ia sangat berjasa besar
dalam mengembangkan ilmu Aljabar dan Aritmatika. Kepribadian Al-Khawarizmi telah
diakui oleh orang Islam maupun dunia Barat. Dibuktikan dengan perkataan G.Sarton bahwa
pencapaian – pencapaian yang tertinggi telah diperoleh oleh orang – orang Timur. Dalam hal
ini Al-Khawarizmi. Tokoh lain, Wiedmann berkata “AlKhawarizmi mempunyai kepribadian
yang teguh dan seorang yang mengabdikan hidupnya untuk dunia sains”.
KARYA – KARYA AL-KHAWARIZMI
    Karya pertama Al-Khawarizmi ialah “Al-Jabar”, sebuah buku yang membahas solusi
sistematik dari linear dan notasi kuadrat. Dalam buku ini diuraikan pengertian – pengertian
gemoetris. Ia juga menyumbangkan teorema segitia sama kaki yang tepat, perhitungan tinggi
serta luas segitiga dan luas jajar genjang serta lingkaran. Dengan demikian, dalam beberapa
hal Khawarizmi telah membuat Aljabar menjadi ilmu eksak. Sejatinya kitab ini berjudul al-
Kitab al-mukhtasar fi hisab algabr wa‟l-muqabala. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai
“The Compendious on Calculation by Completion and Balancing”. Biasa pula disebut Hisab
al-jabr wal-muqabala. Hingga sekarang sangat populer dan menjadi rujukan para ahli
matematika sepanjang zaman itu +-820M. Berkat kitab yang dirampungkan oleh Al-
Khawarizmi ini, dunia matematika modern mengenal istilah Aljabar. Aljabar berasal dari
bahasa Arab al-gabr yang berarti “pertemuan” atau hubungan”. Aljabar adalah salah satu
cabang matematika yang mempelajari tentang pemecahan masalah menggunakan simbol –
simbol sebagai pengganti konstanta dan variabel. Beberapa istilah pada Aljabar yaitu
variabel, konstanta dan koefisien. Aljabar juga merupakan nama sebuah struktur Aljabar
Abstrak, yaitu Aljabar dalam sebuah bidang. 
   Carl B. Boyer dalam karyanya bertajuk (The Arabic Hegemony: A History of
Mathematics:1968), mengungkapkan, “. Boyer lalu menambahkan, “kitab karya Khawarizmi
itu juga memperkenalkan metode dasar “mengurangi” dan “keseimbangan/balancing”, yang
mengacu pada perubahan syarat – syarat mengurangi sisi lain sebuah persamaan yaitu
pembatalan syarat – syarat seperti sisi berlawanan dari persamaan”. 
   Kitab Aljabar juga telah menjadi rujukan para ilmuwan sepanjang masa, baik matematikus
Islam maupun Barat. Beberapa saintis terkemuka juga telah menerbitkan buku dengan nama
Kitab alGabr wa-l-muqabala, diantaranya;Abu Hanifa al-Dinawari serta Abu Kamil Shuja
ibnu Aslam. Selain itu, Abu Muhammad al-„Adli, Abu Yusuf al-Missisi, „Abd Al-Hamid
ibnu Turk, Sind ibu „Ali, Sahl ibnu Bisr dan Sarafaddin al-Tusi juga termasuk ilmuan
Muslim yang banyak terpengaruh pemikiran luar biasa Khawarizmi. Bayangkan betapa karya
Aljabar milik Al-Khawarizmi bisa membawa impact sedemikian rupa besarnya bagi
matematika modern dan para ilmuwan terkemuka. 
   R Rashed dan Angela Armstrong dalam karyanya bertajuk (The Development of Arabic
Mathematics:1994), menegaskan bahwa Aljabar karya Al-Khawarizmi memiliki perbedaan
signifikan dibanding karya Diophantus, yang kerap disebut – sebut sebagai penemu Aljabar.
Dalam pandangan kedua ilmuwan itu, karya Khawarizmi jauh lebih baik di banding karya
Diophantus. “Teks karya Khawarizmi begitu berbeda, tidak hanya dari buku karya orang
Babilonia, tetapi juga dari karya Arithmatika-nya Diophantus. Ini tidak lagi menyangkut
sejumlah masalah untuk diselesaikan, namun sebuah pertunjukan yang dimulai dengan istilah
sederhana yang kombinasinya memberikan semua kemungkinan untuk persamaan dasar,
yang mulai saat ini secara eksplisit merupakan objek studi yang benar,” papar Rasheed dan
Amstrong.
   Hal senada diungkapkan sejarawan sains JJ O‟Connor dan EF Robertson pada karyanya
berjudul (History of Mathematics:anonim). Menurutnya, karya matematikus Persia itu
merupakan karya yang revolusioner. “Mungkin salah satu kemajuan yang paling signifikan
yang dibuat ahli matematika Arab hingga saat ini adalah karya Khawarizmi, yakni Kitab
Aljabar” ujar O’Connor dan Robertson. Menurut keduanya, kitab Aljabar sungguh sangat
revolusioner, karena mampu beralih dari ari konsep matematika Yunani yang didasarkan
pada geometri. Dalam pandangan O‟Connor dan Robertson, Kitab Aljabar yang ditulis
Khawarizmi berisikan teori permersatu yang menyediakan angka – angka/bilangan rasional,
angka – angka irasional, besar/jarak geometri dan lain – lain. O‟Connor dan Robertson
menambahkan semua bilangan tersebut diperlakukan sebagai “objek aljabar”. Hal itu dinilai
sebagai sebuah perkembangan bagi matematika. Pasalnya, Kitab Aljabar telah membuka
jalan baru bagi konsep yang telah ada sebelumnya. “Dan ini merupakan sarana yang dapat
menjadi kendaraan bagi pembangunan masa depan. Aspek lain yang penting adalah aspek
pengenalan gagasan Aljabar yang telah disediakan matematika yang akan diterapkan untuk
dirinya sendiri dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya” papar O‟Connor dan
Robertson.
   Buku yang sangat populer ini mulai diperkenalkan ke dunia Barat lewat terjemahan bahasa
Latin oleh Robert of Chester berjudul (Liber algebrae et almucabala:2007). Buku persamaan
pengurangan kuadrat acak ke salah satu dari enam jenis dasar dan menyediakan metode
Aljabar dan Geometri untuk memecahkan dasar utama. “Pengurangan angka – angka abstrak
modern dalam Aljabarnya Khawarizmi adalah retorik menyeluruh, dengan tidak ada yang
sinkopasi ditemukan pada Aritmatika Yunani atau karya Brahmagupta. Bahkan angka-angka
yang ditulis lebih banyak dalam kata – kata daripada simbol” tutur Carl B. Boyer, dalam
karyanya bertajuk (A History of Mathematics:1968).

Sumber:https://giletules.blogspot.com/2018/09/hasil-karya-al-khawarizmi.html 

Dalam bukunya ini, Khawarizmi memperkenalkan kepada dunia ilmu pengetahuan angka 0
(nol) yang dalam bahasa Arab disebut sift. Sebelum Al-Khawarizmi memperkenalkan angka
0, para ilmuwan mempergunakan abakus, semacam daftar yang menunjukan satuan, puluhan,
ratusan, ribuan dan seterusnya untuk menjaga agar setiap angka tidak saling tertukar dari
tempat yang telah ditentukan dalam hitungan. Dimana hitungan seperti itu tidak mendapat
sambutan hangat dari kalangan ilmuwan Barat kala itu dan mereka lebih tertarik untuk
mempergunakan hasil penemuan Al-Khawarizmi. Dari beberapa bukunya juga Al-
Khawarizmi mewariskan beberapa istilah matematika yang masih banyak dipergunakan
hingga kini. Seperti sinus, kosinus, tangen dan kontangen. 
   Sumbangan al-Khawarizmi tidak hanya berakibat besar kepada matematika, tetapi juga
dalam kebahasaan. Kata Aljabar berasal dari kata al-Jabr, satu dari dua operasi dalam
matematika untuk menyelesaikan notasi kuadrat, yang tertulis dalam buku beliau. Kata
logarisme dan logaritma diambil dari kata Algorismi, Latinisasi dari nama beliau. Nama
beliau juga di serap dalam bahasa Spanyol Guarismo dan dalam bahasa Portugis, Algarismo
yang berarti digit.
   Karya – karya Al-Khawarizmi sebenarnya banyak mengacu pada tulisan mengenai Aljabar
yang disusun oleh Diophantus dari Yunani. Namun, dalam meneliti buku-buku Aljabar
tersebut, AlKhawarizmi menemukan beberapa kesalahan dan permasalahan yang masih
kabur. Kesalahan dan permasalahan itu diperbaiki, dijelaskan dan dikembangkan oleh
Khawarizmi dalam karya – karya Aljabarnya. Oleh sebab itu, tidak mengherankan apabila ia
dijuluki “Bapak Aljabar.” Bahkan menurut Gandz, matematikawan Barat dalam karyanya
“The Source of Al Kawarizmi‟s Algebra,” Al Khawarizmi lebih berhak mendapat julukan
“Bapak Aljabar” dibandingkan dengan Diophantus, karena dialah orang pertama yang
mengajarkan Aljabar dalam bentuk elementer serta menerapkannya dalam hal – hal yang
berkaitan dengannya. 
   Di dunia Barat, Ilmu Matematika lebih banyak dipengaruhi oleh karya Al-Khawarizmi
dibanding karya para penulis pada Abad Pertengahan. Masyarakat modern saat ini bisa
dibilang berutang budi kepada Al-Khawarizmi dalam hal penggunaan bilangan Arab. Notasi
penempatan bilangan dengan basis 10, penggunaan bilangan irasional dan diperkenalkannya
konsep Aljabar modern, membuat Khawarizmi layak menjadi figur penting dalam bidang
Matematika dan Revolusi Perhitungan di Abad Pertengahan di daratan Eropa. Dengan
penyatuan Matematika Yunani, Hindu dan mungkin Babilonia, teks Aljabar merupakan salah
satu karya Islam di dunia Internasional. Seorang sejarawan Philip K. Hitti berkomentar
tentang Al-Khawarizmi, khususnya berkenaan dengan karyanya Hisab Al-Jabr Wa Al-
Muqabalah “Hingga abad ke 16M, buku ini telah digunakan sebagai buku matematika
rujukan berbagai perguruan tinggi di Eropa. Karya-karya Al-Khawarizmi juga berjasa dalam
memperkenalkan angka-angka Arab atau Algorisme ke dunia Barat”. 
   Dalam buku (The Britannica Guide to the 100 Most Influential Scientist:2008) Al-
Khawarizmi dinyatakan “Muslim mathematician and astronomer whose major works
introduced Hindu-Arabic numerals and the concepts of algebra into European mathematics”.
Sejarawan George Santon begitu memuja Al-Khawarizmi dengan menyebutnya sebagai salah
seorang ilmuwan terkemuka dari bangsanya dan terbesar pada zamannya dengan
meninggalkan karya-karya penting dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, khususnya
matematika dan astronomi. Beliau wafat pada tahun 846M. 
   Sumbangan Al-Khawarizmi dalam ilmu ukur sudut juga luar biasa. Tabel ilmu ukur
sudutnya yang berhubungan dengan fungsi sinus dan garis singgung tangen telah membantu
parah ahli matematika Eropa memahami lebih jauh tentang ilmu ini. Salah satu contohnya
adalah Adelardi dari Bath yang pada tahun 1126M menyadur temuan-temuan ilmu
pengetahuan Al-Khawarizmi ke dalam bahasa Latin. Boleh dibilang, karya-karya Al-
Khawarizmi mempengaruhi kaum pemikir dan ilmuwan lebih jauh di masa kemudian seperti
Umar Khayam, Leonardo Fibonacci dari Pisa dan Jacob dari dari Florence. 
Sumber: https://hamparan.net/biografi-al-khawarizmi/ 
Al-Khawarizmi juga menulis tentang penanggalan Yahudi “Risala Fi Istikhraj Tarikh Al
Yahudi”. Yang menerangkan 19 tahun siklus interkalasi, hukum yang mengatur pada hari apa
dari suatu minggu bulan Tishri dimulai; memperhitungkan interval antara Era
Yahudi(penciptaan Adam) dan Era Seleucid; dan memberikan hukum tentang bujur matahari
dan bulan menggunakan kalender Yahudi. Sama dengan yang ditemukan oleh Al-Biruni dan
Maimonides.
   Al-Khawarizmi juga dikenal ahli seni musik. Dalam salah satu buku matematikanya. Ia
menuliskan pula teori seni musik. Buku itu diterjemahkan oleh Adelardi pada abad ke-12
dengan judul “Liber Ysagogarum Alchorism”. Buku ini kemudian menyebarkan pengaruhnya
sampai ke Eropa dan sejarawan Philip K. Hitti menyebutnya sebagai perkenalan pertama
musik Arab ke dunia Barat atau dunia Latin 
   Buku kedua karya besar Al-Khawarizmi adalah tentang aritmatika. Sekarang hanya tersisa
dalam bahasa latin. Versi aslinya dalam bahasa Arab telah hilang. Penerjemahan buku ini
dilakukan pada abad ke 12 oleh Adelard of Bath. Memang pada buku ini tidak ditemukan
judulnya, tetapi orang menyebut dalam bahasa latin “Dixit Algorizmi” yang ada juga diberi
nama “Algoritmi de numero Indorum, yang berarti, Al-Khawarizmi dalam perhitungan Hindi.
Pemberian nama ini dilakukan oleh Baldassarre Boncompagni ditahun 1857. 
   Pada buku beliau “On the Calculation with Hindu Numerals”, yang ditulis tahun 825,
memprinsipkan kemampuan difusi angka India ke dalam perangkaan timur tengah dan
kemudian Eropa. Bukunya diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, “Algoritmi de numero
Indorum”. 
   Karya lain Al-Khawarizmi ialah Kitab Al-Jam wa’l-tafriq bi-hisab al-Hid (Book of
Addition and Subtraction by the Method of Calculation). Karya ini dikenal pelajaran pertama
yang ditulis dengan menggunakan sistem bilangan desimal, merupakan titik awal
pengembangan matematika dan sains. Pelajaran di Eropa mengaitkan Al-Khawarizmi dengan
„new aritmetic‟ yang akhirnya menjadi basis notasi angka, dimana penulisan angka Arab
dikenal dengan istilah „algorism‟ atau „algorithm‟. Hasil karya Al-Khawarizmi menjadi
penting karena merupakan notasi pertama menggunakan basis angka Arab dari 1 sampai 9,0
dan pola nilai-nilai penempatan. Ini dilengkapi pula dengan aturan- aturan yang diperlukan
dalam bekerja dengan menggunakan bilangan notasi Arab dan penjelasan tentang empat basis
operasi perhitungan, yaitu; penambahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Ini juga
mengakomodir bentuk – bentuk penulisan angka yang lazim digunakan, yaitu penulisan
dengan enam digit desimal dan penggunaan tanda akar. Dan masih banyak lagi karya lain
beliau seperti “The Compendious Book on Calculation by Completion and Balancing”. 
   Al Khawarizmi juga melebarkan karyanya di Bidang Astronomi dan Geografi, dibawah
Khalifah Ma‟mun, sebuah tim astronom yang dipimpinnya berhasil menentukan ukuran dan
bentuk bundaran bumi. Penelitian itu dilakukan di Sanjar dan Palmyra. Hasilnya hanya selisih
2,877 kaki dari ukuran garis tengah bumi yang sebenarnya. Sebuah perhitungan luar biasa
yang dapat dilakukan pada saat itu. Astronom muslim ini juga menyusun buku tentang
perhitungan waktu berdasarkan bayang – bayang matahari. Karya Al-Khawarizmi dalam
bidang Astronomi merupakan karya orisinil pertama bagi Astronomi Arab. Karya ini
mengandung tabel pergerakan matahari, bulan, lima planet, dilengkapi dengan petunjuk
penjelasan bagimana menggunakan tabel tersebut. 
   Buku geografinya yang mahsyur adalah Kitab Surah Al Ard tentang gambaran bumi. Buku
itu memuat daftar koordinat beberapa kota penting dan ciri – ciri geografisnya. Kitab itu
secara tidak langsung mengacu pada buku Geography yang disusun oleh Claudius
Ptolomaeus (100-178), ilmuwan Yunani. Namun beberapa kesalahan dalam buku tersebut
dikoreksi dan dibetulkan oleh Al-Khawarizmi dalam bukunya Zij As Sindhind sebelum ia
menyusun Kitab Surah Al Ard. Sinopsis buku ini dicetak untuk pertama kalinya pada tahun
1926 M dan diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman pada tahun 1932 M. Kitab Surah Al Ard
sekarang tersimpan di Perpustakaan Universitas Strasbourg. Sementara versi latinnya
disimpan di Biblioteca Nacional de Espana Madrid. 
   Salah satu karyanya di bidang Astronomi ialah buku yang berjudul Zij Al Sindind seperti
yang sudah disebut sebelumnya. Buku ini berisi tentang 37 simbol pada kalkulasi kalender
astronomi dan 116 tabel kalender astronomial dan data astrologial. Isi buku ini masih dipakai
dalam bidang astronomi hingga sekarang. Versi asli buku ini dalam Bahasa Arab ditulis pada
tahun 820 telah hilang, tapi versi lain dalam Bahasa Latin masih ada yang mana dari hasil
terjemahan oleh Adelard of Bath. Empat manuskrip lainnya yang berbahasa Latin tetap ada di
Bibliotheque publique (Chartes), the Bibliotheque Mazarine (Paris), the Bibliotheca Nacional
(Madrid) dan the Bodleian Library (Oxford). 
   Taqwiimul Buldaan adalah buku lainnya dalam bidang geografi. Dalam penulisan buku ini,
menjelaskan pendapat – pendapat Bethlumus dengan sangat detail. Dalam penulisan bukunya
ini, Al-Khawarizmi ia berpijak pada buku sebelumnya “Shuuratul Ardh”. Dengan bukunya
kali ini, AlKhawarizmi dianggap sebagai pembaharu terhadap teori – teori Bethlumus. Salah
seorang pakar sejarah asal Eropa pernah berkomentar tentang buku ini, “Buku Taqwiimul
Buldaan tidak bisa hanya dianggap hanya mengekor pada teori-teori Yunani kuno saja, tetapi
ia juga merupakan kajian baru yang independen dalam bidang geografi dan tidak kalah
pentingnya dengan kajian ataupun penulis Eropa lainnya yang mengarang geografi pada masa
itu”.
   Berkenaan dengan ini, perlu diingat bahwa penelitian – penelitian yang dilakukan oleh
sejumlah peneliti mengisyaratkan bahwa Al-Khawarizmi termasuk salah seorang yang
ditugaskan oleh Khalifah Al-Ma‟mun untuk mengukur derajat kebulatan bumi. 
   Salah satu hal lain yang menarik ialah pendiri sekaligus CEO dari Facebook, Mark
Zuckerberg pernah berkata “Saya heran ada orang-orang yang terlalu mengidolakan saya.
Padahal saya sangat mengidolakan ilmuan muslim Al-Khawarizmi. Karena tanpa ada
algoritma dan aljabar, maka jangan pernah bermimpi ada Facebook, Whatsapp, BBM, bahkan
komputer. Kalian seharusnya bangga menjadi seorang muslim”. 
TAULADAN AL-KHAWARIZMI
   Salah satu tauladan yang dapat diikuti dari Al-Khawarizmi ialah rasa ingin tahu beliau yang
sangat tinggi tentang ilmu pengetahuan. Al-Khawarizmi selalu punya rasa keingin tahuan
yang besar, lalu dari rasa ingin tahu tersebut dia melahirkan karya-karya yang hebat yang
dikenal banyak orang serta bermanfaat bagi umat. Rasa ingin tahunya dalam ilmu
pengetahuan sangat luar biasa, dibuktikan dengan karya-karya serta pemikirannya yang
melegenda. Dan tidak sampai disitu saja, rasa ingin tahu beliau yang menarik ialah dia tidak
hanya menjajaki di satu bidang saja. Al-Khawarizmi terus menerus memupuk rasa ingin
tahunya banyak bidang. Mulai dari matematika, astronomi, astrologi, geografi, kesastraan
hingga bidang musik sekalipun. Keingin tahuan beliau yang besarlah yang membuat namanya
sampai sekarang begitu dikenal dan karya serta pemikirannya menjadi rujukan sepanjang
masa bagi banyak orang. 
   Tauladan yang lainnya ialah masalah rumit bisa diselesaikan asalkan kita mau terus
berusaha dengan sungguh-sungguh, menempatkan hati, pikiran dan tenaga. Layaknya Al-
Khawarizmi yang memecahkan permasalahan Aljabar dengan menyederhanakannya. 
   Pola pikir beliau yang general, walaupun fokus di bidang matematika dan sains, beliau juga
ahli musik. Sungguh kemauan menuntut ilmu yang sangat luar biasa yang bisa diambil
hikmah dari beliau. Apalagi modern saat ini di Indonesia yang mayoritas para pelajarnya
hanya terpaku oleh disiplin ilmunya masing-masing sehingga pola pikirnya tidak terlalu
berkembang dibandingkan di Negara Barat. Oleh karena itu menuntut ilmu di semua bidang
sangat diperlukan dalam pembentukan pola pikir yang maju yang bermanfaat dan berguna
bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, agama dan negara.
DAFTAR PUSTAKA 
Gribbin, John.2008.The Britannica Guide to the 100 Most Influential Scientist:       Running
Press
Khawarizmi, Al dan Robert of Chester.2007. Liber algebrae et almucabala: Martino Pub
Boyer, Carl B. Uta C. Merzbach.1968.The Arabic Hegemony: History of
Mathematics.:Kluwer Academic Publishers. 
M Shoelhi, Gunadi, R. A.2002.Khazanah Orang Besar Islam-Dari Penakluk Jerussalem
Hingga Angka Nol.Republika. 
Khawarizmi, Al.anonim. Al-Jam wa’l-tafriq bi-hisab al-Hid (Book of Addition and
Subtraction by the Method of Calculation): Running Press 
Nama : Putri Aini
NIM : 1901125034
Kelas : 4B
Tugas : Biografi Tokoh Ilmuwan Muslim
Mata Kuliah : IDI/Kependidikan Islam 1
BIOGRAFI AL-MAS’UDI

Al-Mas’udi dikenal sebagai sejarawan dan ahli geografi Arab. Nama lengkapnya
adalah Abu al-Hasan Ali bin Husien Ibnu Ali al-Mas’udi. Menurut buku berjudul Al-Mas’udi
and His World, al-Mas’udi dilahirkan pada tahun 283H atau 895M di kota Baghdad. Beliau
terkenal dengan sebutan al-Mas’udi. Beliau berketurunan Arab yaitu keturunan Abdullah bin
Mas’udi seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang dihormati (Dian, 2013: 30).
Pada masa mudanya, dia sangat menguasai warisan sastra pada zamannya dan juga
berbagai ilmu pengetahuan. Namun, bidang kajiannya yang hakiki ialah pengembaraanya
yang luas di darat dan di laut yang mencakup negeri India hingga lautan Atlantik, dari laut
Merah hingga laut Caspia. Bahkan ada kemungkinan dia telah mengembara ke Cina dan
kepulauan Melayu (Husayn, 2003: 131). 
Al- Mas'udi adalah seorang ahli sejarah, geografi, geologi, zoologi, ensiklopedi dalam
bidang sains Islam, sekaligus pengembara. Banyak negari yang telah dia kunjungi dan
puluhan karya yang telah dihasilkan. Al Mas'udi disebut sebagai Pilinius dari sastra Arab,
karena pengetahuan geografinya. Dalam bukunya Muruj az-Zahab wa Ma'adin al-jawahir, ia
menjelaskan bagaimana terjadinya gempa bumi. Ia juga berkisah tentang laut mati; dan
tentang kincir angin pertama, yang menurutnya mungkin sekali merupakan penemuan orang
Islam. Ia juga merumuskan teori yang dapat dikatakan sebagai dasar awal dari teori evolusi. 
Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya, al-Mas’udi tertarik mempelajari sejarah
dan adat- istiadat masyarakat suatu tempat. Hal inilah yang mendorongnya untuk
mengembara dari satu negeri ke negeri lain, mulai dari Caspia, Tiberias, Damaskus, Mesir,
dan berakhir di Suriah. Dalam pengembaraannya, al-Mas’udi mempelajari ajaran Kristen dan
Yahudi, serta sejarah negara-negara Barat dan Timur ( Wahyu, 2008: 207). 
Pengembaraan Intelektualnya dimulai dengan mengunjungi negeri Iran dan Kirman
(915). Ia juga bermukim di Ushtukhar, Persia dan dari sana pergi ke India, mengunjungi
Multan dan al-Manshura. Bersama para pedagang, ia melanjutkan pengembaraannya ke
Ceylon (Srilanka) dan ia ikut mengarungi laut Cina. Dalam perjalanan pulang ia mengelilingi
Samudra Hindia dan kemudian mengunjungi Oman, Zanzibar, Pesisir afrika Timur, Sudan,
dan Madagaskar.
Pada tahun 926 M ia kembali mengadakan perjalanan ke beberapa negeri seperti
Tiberias, (Suriah) dan Palestina, serta tahun 943 M ke antioch (Suriah). Ia juga mengelilingi
negeri-negeri Irak dan Arab Selatan. Sepuluh tahun terakhir hidupnya dilalui di Suriah dan
dan kemudian di Mesir.
Kemudian melanjutkan ke Persia, di sana dia tinggal selama lebih kurang setahun di
Istakhar yaitu pada tahun 305H/915M. Dan di Baghdad dia pergi ke India (916M) dan
mengunjungi kota Multan dan kota al-Mansurah (Mansura). Kemudian dia kembali ke Persia
setelah mengunjungi Kusman. Mansura pada zaman al-Mas'udi adalah kota yang paling maju
di India Barat dan menjadi ibu kota negeri bagian Sind dalam karyanya Muruj alDhahab wa
Ma'adin al-Jawahir, dia menceritakan bahwa kota tersebut terletak di tepi Sungai Indus (dekat
Hyderabad Slang) .
Nama kota itu diambil nama Mansur bin Jumhur (gubernur pemerintahan Bani
Umayyah di Sind). Ia dihuni oleh sejumlah penduduk golongan sayid (pemimpin kabilah).
Sebelum pertapakan Islam, beberapa wilayah di sekitar lembah Sungai Indus dikuasai oleh
raja-raja Hindu. Namun, setelah terjadi dakwah oleh da'i-da'i Islam, raja-raja Hindu tersebut
telah terpengaruh dengan ajaran Islam dan menganggap orang Islam sebagai lambang
perdamaian dan kehidupan yang baik.
Di India al-Mas'udi juga melakukan penelitian tentang flora dan fauna. Penelitian
dilakukan di tepi laut dekat dengan Bombay. Antara bahan-bahan penelitian Al Masudi
adalah gajah, burung merak, burung kakatua, jeruk, kelapa dan lain-lain. Kemudian al-
Mas'udi bersama-sama dengan penjelajah lainnya melanjutkan pelayaran melalui Bombay,
Deccan dan Sri Lanka serta berlayar ke Asia Tenggara, Indocina dan negeri Cina. Dalam
perjalanan pulang dia singgah di Madagaskar, Zanzibar, Oman dan sampai di Basrah. Di
Basrah ia menetap untuk beberapa waktu dan menulis karya besarnya yang berjudul Muruj
al-Dhahab.
Buku ini menceritakan tentang pengalaman pribadi dia di berbagai negara. Dalam
buku ini dia menyebutkan beberapa tempat di Asia Tenggara, termasuk di antaranya
Semenanjung Malaya, Sumatera, dan Jawa. Dalam tulisannya ia menyebutkan kekayaan dan
kejayaan kerajaan Sribuza yang tak lain adalah Sriwijaya. Digambarkan Sriwijaya adalah
sebuah kerajaan besar yang kaya raya, dengan tentara yang sangat banyak. Disebutkan kapal
yang tercepat dalam waktu dua tahun pun tidak cukup untuk mengelilingi seluruh pulau
wilayahnya. Ada kemungkinan ia sampai ke kawasan ini selama dalam pelayarannya ke
China.
Buku ini telah diterbitkan di Paris (1861-1877) dan Kairo (1303 H) sebanyak 9 jilid.
Ia merupakan karya al-Mas'udi yang terbesar telah ditemukan dan ada sampai ke hari ini. Ia
bisa dianggap sebuah ensiklopedia karena pembicaraan dimulai dari kejadian manusia hingga
ke zamannya. Al Masudi juga mengunjungi Pantai Laut Kaspia dan berkelana menyusuri
Asia Tengah dan Turkistan. Dia juga mengunjungi Tiberias, dan sini ia memperoleh kesan
relief-relief gereja Kristen.
Kemudian dia pergi ke Gujarat (303H) dan menemukan Chamur, pelabuhan Gujarat
dengan penghuni 10 ribu orang Arab dan sisanya keturunan mereka. Di sini ia mendapat
keterangan-keterangan dari orang Yahudi, Persia, India dan uskup-uskup Kristen. Setelah
meninggalkan Basrah dan Suriah dia kembali ke Fustat (Khairo Kuno). Di sini ia menyusun
karya dia yang kedua berjudul Qoran al-Zaman (cerita-cerita sejarah) yang terdiri dari 30
jilid. Dua puluh jilid antaranya ada tersimpan di perpustakaan Aya Sofia (Istanbul), tetapi
sejauh ini hanya satu jilid saja ditemukan di Aleppo dan dibawa ke Wina. Namun, isi kitab
ini, yang banyak menyentuh sejarah dan geografis dunia, telah digariskan dalam kitab Muruj
al-Dhahab. Dalam buku ini dia menggabungkan ilmu geografis dengan sejarah dan
menceritakan kehidupan masyarakat di negara-negara yang pernah dilawatinya.
Setelah bepergian begitu lama ke Timur dia meluangkan waktu menetap di Basrah
tempat ia mencatat pengalamannya dalam Muruj alDhahab wa Ma'adin al-Jawahir. Buku ini
selesai ditulis pada tahun 947M dan pada tahun 956M diselesaikan pula edisi keduanya yang
mengandung 9 jilid yang terjemahannya diterbitkan di Paris (1861-1877).
Dari Basrah dia kemudian pindah ke Fustat tempat dia menulis kitab Koran al-Zaman
yang lebih terkenal sebagai Annal (catatan sejarah) yang terdiri dari 30 jilid mengenai sejarah
umum. Karya ini selesai pada tahun 956M. Karya dia yang terakhir ditulis pada tahun
kematiannya (956M di Fustat) adalah Kitab al-Tanbih wa al-Ishraf. Dalam kitab ini dia
membuat penambahan dan melengkapi karya-karya yang sebelumnya. Berdasarkan
perjalanan pelayaran, al-Mas'udi banyak membuat penelitian dan juga membuat tulisan
tentang pengalamannya dalam berbagai ilmu.
Menurut Husayn (2003:132-133), al-Mas’udi termasuk pembaharu dalam model
tulisan sejarah sekaligus model tulisan geografi. Dalam bidang sejarah, dia mengubah tulisan
kronologis per tahun yang dilakukan oleh pendahulunya, al-Thabari. Dia tidak menuliskan
sejarah dari tahun per tahun, tetapi dalam model tulisan satu kisah bersambung, yang
memiliki kelebihan dari segi sastranya. Dia tidak memerlukan rangkaian mata rantai sumber
sejarah yang ditulisnya. Dalam tulisannya, ia jarang mencantumkan sumbersumber atau
rujukan sejarahnya. Dia seperti halnya al-Ya’qubi melakukan pengecekan penulisan sejarah
dari sudut tinjauan agama, dan menjadikannya sebagai ilmu yang berdiri sendiri. Kalau
sebelumnya al-Thabari mencurahkan perhatian kepada sejarah bangsa Arab dan bangsa
Persia kuno, al-Mas’udi memperluasnya dengan menambahkan kajian sejarah Iran, sejarah
Yunani, sejarah Romawi, sejarah Byzantium, bahkan sejarah gereja Kristen. 
Dalam geografi, al-Mas’udi juga menempati barisan kedelapan, tanpa ada
tandingannya pada abad kesepuluh Miladi. Karena, dia beralih dari tradisi penulisan geografi
yang hanya diigunakan untuk kepentingan aturan pos dan perhubungan, serta penarikan
pajak. Dia menulis geografi seperti halnya bangsa Yunani, yang memasukkan peta laut,
sungai, bangsa Arab, Kurdi, Turki, dan Bulgaria, serta perpindahan India dan Negro, serta
pengaruh iklim terhadap akhlak dan adat istiadat suatu bangsa. Bahkan, dia juga menulis dan
berbicara tentang pemikiran mengenai penyatuan berbagai bangsa yang telah maju, beberapa
abad sebelum pemikiran seperti ini muncul dan berkembang menjadi teori ilmiah dan Eropa.
Dia sangat arif tentang tingginya nilai pengetahuan geografi pada zamannya. Khususnya
buku yang dia tulis, yang berjudul al-Tanbih wa alIsyraf. Adapun buku Muruj al-Dzahab,
merupakan buku yang memuat bentuk kehidupan sosial dan budayanya, pada zaman
kekhalifahan Islam yang sangat baik (Husayn, 2003: 133). 
Tidak banyak para pendahulu yang mengulas sejarah Hafidh Hasan a-lMas’udi, para
ahli waris juga sangat sulit untuk dilacak karena keberadaan penyusun yang tidak
memungkinkan melacaknya sampai asal atau tempat dimana beliau berkiprah. Namun,
sekilas gambaran itu penyusun kira sudah mewakili. 
Karya-Karya Hafidz Hasan Al-Mas’udi
Hafidz hasan Al-Mas’udi banyak menghasilkan karya dalam bentuk tulisan sepanjang
hidupnya diantaranya: Zakha’ir al-Ulum wa Ma Kana fi Sa’ir ad Duhur, berisi tentang
khazanah Ilmu pada Setiap Kurun. Al-Istizhar Lima Marra fi Salif al-A’mar, berisi tentang
peristiwa-peristiwa masa lalu. Buku ini dan buku di atas telah diterbitkan kembali di Najaf
pada tahun 1955. 
Tarikh al-Akhbar al-Umam min al-Arab wa al’Ajam berisi tentang sejarah Bangsa
Arab dan Persia. Akhbar az-Zaman wa Man Abadahu al-Hidsan min al-Umam al-Madiyan
wa al-Ajyal al-Haliyah wa al-Mamalik al-Dasirah, berisi tentang sejarah umat manusia masa
lampau dan bangsa-bangsa sekarang serta kerajaan-kerajaan mereka. Buku yang terdiri dari
30 jilid ini tidak sampai ke tangan generasi sekarang. Yang ada sekarang adalah
ringkasannya, namun tidak diketahui pengarangnya. Beberapa manuskrip menyebutkan
bahwa ringkasan itu justru merupakan jilid pertama dari kitab itu. Meskipun demikian,
materinya termuat di dalam dua karya berikutnya.
Al-Ausat, berisi kronologi sejarah Umum. Muruj az-Zahab wa Ma’adin al-Jawahir
(Padang Rumput Emas dan Tambang Batu Permata) disusun tahun 947 M. Kitab ini terdiri
atas dua bagian besar. Pertama, berisi sejarah penciptaan alam dan manusia, sifat-sifat bumi,
laut peristiwa-peristiwa luar biasa, riwayat nabi-nabi, sejarah bangsa-bangsa kuno dengan
agama dan alirannya, serta adat istiadat dan tradisi. Al-Mas’udi banyak mengutif karya para
sejarawan sebelumnya.
Kedua, berisi sejarah Islam mulai akhir masa Khulafaur Rasyidin (empat khalifah
besar) sampai masa awal masa pemerintahan Khalifah al-Mu’ti dari bani Abbasiyah,
kehidupan para budak leleaki dan wanita, mawali (orang asing, terutama Persia), kehidupan
masyarakat umum, pembangunan (seperti istana) beserta segala perlengkapannya, kebiasaan
para pembesar, dan adat istiadat serta tradisi negeri-negeri yang dikunjunginya. Al-Mas’udi
banyak memaparkan pembagian bumi ke dalam beberapa wilayah. Menurutnya bentuk
daratan dan lautan merupakan segmen sebuah bola. 
Kitab yang sekarang disebut kitab turas (Khazanah Islam Klasik) ini diterbitkan
kembali tahun 1895 di Kairo. Kitab ini diterjemahkan ke dalam bahasa Perancis oleh A.
Sprenger (London, 1841). Pada tahun 956 M Al-Mas’udi sebenarnya telah menyelesaikan
penulisan sebuah kitab yang konon cakupannya lebih luas dari kitab di atas, tetapi kitab
tersebut belum ditemukan. 
At-Tanbih wa al-Israf (Indikasi dan Revisi) ditulis tahun 956 M. Kitab yang
merupakan ringkasan dan memuat beberapa revisi dari tulisannya yang lain, juga memuat
pandangan filsafat-filsafatnya tentang alam dan sejarah. Ia memaparkan pemikirannya
tentang evolusi alam, yaitu dari mineral, tanaman, hewan, sampai manusia. Sebagai contoh
terjadinya evolusi itu, ia berpendapat bahwa jerapah adalah hibrida dari unta dan macan tutul
(phanter). Pendapat ini berbeda dengan pendapat ilmuwan muslim lainnya, yaitu Al-Jahiz dan
Abu Yahya al-Qazwini, yang menyatakan bahwa jerapah adalah hibrida dari unta betina liar
dan hiena jantan. Kitab ini diedit oleh M.J de Goeje (Leiden, 1894) dan telah pula
diterjemahkan ke dalam bahasa Perancis oleh Carra de Vaux (Paris, 1897) Wahyu
(2008:208). 
Mas’udi disebut sebagai “Heroditus dan Plinius”- nya orang Arab karena
memperkenalkan metode secara orisinil dalam penulisan sejarah. Ia membuat revolusi dalam
penulisan sejarah dengan memperkenalkan studi kritis pada kejadian-kejadian historis, dan
juga, tidak hanya pengelompokan peristiwa menurut tahun, tapi malahan ia kumpulkan
peristiwa-peristiwa menurut dinasti-dinastinya, sebuah cara yang kemudian diikuti dan
dijelaskan oleh Ibn Khaldun. Pengetahuan yang mendalam mengenai muncul dan jatuhnya
dinastidinasti di dunia yang banyak sekali itu dimilikinya dengan baik dan secara kritisditeliti
dalam karya-karya sejarah geografinya yang monumental seperti tertulis secara mendetail di
atas. Mas’udi sadar akan kebesarannya sebagai sejarawan. Ia berkata, “Saya belum pernah
menemui seorang sejarawan yang mengungguli sejarah dengan cara yang saya lakukan.
Sebuah perbandingan dari karya sejarah saya dengan karya-karya pendahulu saya akan
meyakinkan setiap pembaca akan benarnya pernyataan saya”. Pandangan Mas’udi sangat luas
dan dialah salah seorang yang pertama kali menggunakan anekdot dalam sejarah. Dia telah
melakukan karya-karya wisata yang ekstensif, berkelana ke segenap penjuru dunia Islam
dalam usahanya mencari data dari tangan pertama.
Al-Qadaya wa at-Tajarib, berisi tentang Peristiwa dan Pengalaman. Mazahir al-
Akhbar wa Tara’if al-asar, berisi tentang Fenomena dan Peninggalan Sejarah. As-Safwah fi
alImamah, berisi tentang Kepemimpinan. 
Berikut Daftar Karya-karya Hafidz Hasan Al-Mas’udi :
1. Zakha'ir al-Ulum wa Ma Kana fi Sa'ir ad Duhur (Khazanah Ilmu pada Setiap Kurun)
2. Al-Istizhar Lima Marra fi Salif al-A'mar tentang peristiwa-peristiwa masa lalu. Buku
ini dan buku di atas telah diterbitkan kembali di Najaf pada tahun 1955.
3. Tarikh al-Akhbar al-Umam min al-Arab wa al'Ajam (sejarah Bangsa Arab dan Persia)
4. Akhbar az-Zaman wa Man Abadahu al-Hidsan min al-Umam al-Madiyan wa al-Ajyal
al-Haliyah wa al-Mamalik al-Dasirah, berisi tentang sejarah umat manusia masa
lampau dan bangsa-bangsa sekarang serta kerajaa-kerajaan mereka. Buku yang terdiri
dari 30 jilid ini tidak sampai ke tangan generasi sekarang. Yang ada sekarang adalah
ringkasannya, namun tidak diketahui pengarangnya. Beberapa manuskrip
menyebutkan bahawa ringkasan itu justru merupakan jilid pertama dari kitab itu.
Meskipun demikian, materinya termuat di dalam dua karya berikutnya.
5. Al-Ausat, berisi kronologi sejarah Umum.
6. Muruj az-Zahab wa Ma'adin al-Jawahir (Padang Rumput Emas dan Tambang Batu
Permata) disusun tahun 947 M.
7. At-Tanbih wa al-Israf (Indikasi dan Revisi) ditulis tahun 956.
8. Al-Qadaya wa at-Tajarib (Peristiwa dan Pengalaman)
9. Mazahir al-Akhbar wa Tara'if al-asar (Fenomena dan Peninggalan Sejarah)
10. As-Safwah fi al-Imamah (tentang Kepemimpinan).

Abu Hasan Ali ibn Husain al-Mas’udi adalah keturunan Abdullah ibn Mas’udi,
sahabat Nabi yang dihormati. Dia seorang Arab Mu’tazilah yang menghabiskan sepuluh
tahun terakhir hidupnya di Syria dan Mesir. Beliau meninggal dunia di Fustat (Mesir) pada
tahun 345H/956 M. Pernyataan ini sama dengan pernyataan dalam al-Dhahabi dan surat
tulisan al-Mushabi yang menyatakan al-Mas’udi meninggal dunia dalam bulan Jamadil akhir
345 M.. 
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Amin, Husayn. (2003). Seratus Tokoh dalam Sejarah Islam. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Murtiningsih, Wahyu. (2008). Biografi Para Imuwan Muslim. Yogyakarta: Insan Madani.
Ahmad, Jamil. (1994). Seratus Muslim Terkemuka. Jakarta: Pustaka.
Al- Mas’udi, Hafidzh Hasan. (2012). Akhlaq Mulia, terj. Achmad Sunarto. Surabaya:
AlMiftah. 
Shboul, A. M. (1979). Al-Masʹūdī & His World: A Muslim Humanist and His Interest in
Non-Muslims. London: Ithaca Press.
Budi. (2020, Desember 12). Riwayat Hidup Imam al-Mas’udi. Retrieved from Laduni.id:
https://www.laduni.id/post/read/45025/profil-imam-al-masudi
Mubit, R. (2020, April 16). Ilmuwan Besar dalam Dunia Islam (10): Al-Mas’udi, Sejarawan
dan Ahli Geografi. Retrieved from alif.id: https://alif.id/read/rizal-mubit/ilmuwan-besar-
dalam-dunia-islam-10-al-masudi-sejarawan-dan-ahli-geografi-b227985p/
Nama : Dwi Rizki Adhiati
NIM : 1901125061
Kelas : 4B Pendidikan Biologi
Mata Kuliah : IDI/Kependidikan Islam 1

BIOGRAFI AL-MAWARDI

Nama lengkapnya adalah Abu al-Hasan Ali bin Muhammad bin Habib al-Mawardi al-Bashri.
Al-Mawardi dilahirkan di Basrah, Irak pada tahun 364 hijriah bersamaan pada tahun 974
masehi. Beliau dibesarkan dalam keluarga yang mempunyai perhatian besar kepada ilmu
pengetahuan. Mawardi berasal dari katama’ (air) dan ward (mawar) karena ia adalah anak
seorang penjual air mawar. Panggilan al-Mawardi diberikan kepadanya karena kecerdasan
dan kepandaiannya dalam berorasi, berdebat, berargumen dan memiliki ketajaman analisis
terhadap setiap masalah yang dihadapinya, sedangkan julukan al-Bashri dinisbatkan pada
tempat kelahirannya. (Al-mawardi & Para, 1994)
Al-Mawardi merupakan seorang pemikir Islam yang terkenal pada masanya, yaitu masa
dimana ilmu pengetahuan yang dikembangkan umat Islam mengalami puncak kejayaan. Ia
juga dikenal sebagai tokoh terkemuka Madzhab Syafi’i dan pejabat tinggi yang besar
pengaruhnya pada dinasti Abbasiyah. Selain sebagai pemikir Islam yang ahli dibidang fiqih,
sastrawan, politikus dan tokoh terkemuka, ia juga dikenal sebagai penulis yang sangat
produktif. (Amin & Belakang, 2016)
Dalam sejarah pendidikannya, ia mulai belajar sejak masa kanak-kanak tentang ilmu agama
khususnya ilmu-ilmu hadits bersama teman-teman semasanya, seperti Hasan bin Ali al-Jayili,
Muhammad bin Ma'ali al-Azdi dan Muhammad bin Udai al-Munqari. Pada awalnya Al-
Mawardi menempuh pendidikan di negeri kelahirannya sendiri, yaitu Basrah. Di kota tersebut
Al-Mawardi sempat mempelajari hadits dari beberapa ulama terkenal seperti Al- Hasan Ibnu
Ali Ibnu Muhammad Ibnu Al-Jabaly, Abu Khalifah Al-Jumhy, Muhammad Ibnu ‘Adiy Ibnu
Zuhar Al-Marzy, Muhammad Ibnu Al-Ma’aly Al-Azdy serta Ja’far bin Muhammad Ibnu Al-
Fadl Al-Baghdadi. Setelah itu ia pindah ke Baghdad dan bermukim di Darb Az-Za'farani.
Disini Al-Mawardi belajar hadits dan fiqih serta bergabung dengan halaqah Abu hamid Al-
Isfirayini untuk menyelesaikan studinya. (Pemikiran et al., 2004)
Selanjutnya, ia berpindah tempat ke kota lain untuk menyebarkan ilmunya. Kemudian,
setelah lama berkeliling ke berbagai kota, ia kembali ke Baghdad untuk mengajarkan ilmunya
dalam beberapa tahun. Dikota itu ia mengajarkan hadits, menafsirkan Al-Qur'an dan menulis
beberapa kitab. Al-Mawardi juga mendalami bidang fiqih pada syekh Abu Al-Hamid Al-
Isfirayani, sehingga Al-Mawardi tergolong sebagai penganut mazhab Syafi’i. Terlepas dari
pandangan fiqihnya, Al-Mawardi dikenal sebagai orang yang sabar, murah hati, berwibawa
dan berakhlak mulia. Hal ini diakui oleh para sahabat dan rekannya yang belum pernah
melihat Al-Mawardi menunjukkan budi pekerti yang tercela. Selain itu Al-Mawardi juga
dikenal sebagai seorang ulama yang berani menyatakan pendapatnya walaupun harus
berhadapan dengan ulama lainnya. Keberaniannya memberikan gelar malikal mulk kepada
khalifah jalaluddin Al-Buwaihi, serta menetapkan berbagai persyaratan kekhalifahan dan
pemerintahan merupakan bukti bahwa al-mawardi seorang ulama yang tidak takut
mengeluarkan pendapat dan fatwanya. 
Karier Al-Mawardi selanjutnya dicapai pada masa Khalifah Al-Qo’im (1031-1074). Pada
waktu itu ia diserahi tugas sebagai duta diplomatik untuk melakukan negosiasi dalam
memecahkan berbagai persoalan dengan para tokoh pemimpin dari kalangan Bani Buwaih
Saljuk Iran. Pada masa ini pula Al-Mawardi mendapat gelar sebagai Afdhal AlQudhot
(Hakim agung). Pemberian gelar ini sempat menimbulkan protes dari para Fuqoha’ karena
mereka berpendapat bahwa tidak ada seorang pun yang boleh menyandang gelar tersebut. Hal
ini terjadi setelah mereka menetapkan fatwa tentang bolehnya Jalal Ad-Daulah Ibnu Balau
Ad-daulal Ibnu ‘adud Ad-daulah menyandang gelar al-Malik al-Mulk (Rajanya Raja) sesuai
permintaan. Menurut mereka yang boleh menyandang gelar tersebut hanyalah yang maha
kuasa yaitu Allah SWT. (Ii et al., 1994)
Al-Mawardi termasuk penulis yang produktif, cukup banyak karya tulisnya dalam berbagai
cabang ilmu, dari ilmu bahasa sampai sastra, tafsir, fiqih dan ketatanegaraan. Salah satu
bukunya yang paling terkenal, termasuk di Indonesia adalah Adab al-Duniya wa al-Din (Tata
krama kehidupan duniawi dan agamawi). Selain itu, karya-karyanya dalam bidang politik
adalah al-Ahkamu al-Sulthaniyah (Peraturan-peraturan kerajaan/pemerintahan), Siyasatu al-
Wazarati wa Siyasatu al-Maliki (Ketentuan-ketentuan kewaziran, politik raja), Tashilu al-
Nadzari wa Ta’jilu al-Dzafari fi Akhlaqi al-Maliki wa Siyasati al-Maliki, Siyasatu al-Maliki
dan Nashihatu al-Muluk. Karya lainnya adalah al-Hawi, yang digunakan sebagai buku
rujukan tentang hukum mazhab Syafi’i oleh ahli-ahli hukum, buku ini terdiri dari 8.000
halaman dan diringkas oleh al-Mawardi dalam 40 halaman berjudul al-Iqra. (Junaedi, n.d.)
Al-Mawardi wafat pada tanggal 30 bulan Rabi’ul Awal tahun 450 hijriah bersamaan 27 Mei
1058 masehi. Ketika itu beliau berumur 86 tahun, banyak para pembesar dan ulama yang
menghadiri pemakaman beliau. Jenazah Al-Mawardi dimakamkan di perkuburan Bab Harb
Kota Mansur di Baghdad, kewafatannya terpaut 11 hari dari kewafatan Qadi Abu Taib.  
DAFTAR PUSTAKA
Al-mawardi, A. I., & Para, A. (1994). BIOGRAFI AL-MAWARDI Nama lengkapnya ialah Ali
bin Muhammad bin Habib Al-Mawardi Al-Basri , Nama Al-Mawardi dinisbahkan kepada air
mawar . ( ma ’ ul wardi ) kerana bapak dan datuknya adalah penjual air mawar . Gelar
Qadi Al-Qudhat disebabkan beliau seorang.
Amin, M., & Belakang, L. (2016). Pemikiran politik al-mawardi. 04(2).
Ii, B. A. B., Hidup, A. R., Mawardi, A., M, M. B. H., & Beliau, I. (1994). No Title.
Junaedi, M. L. (n.d.). M. Layen Junaedi, Drs., M.Ag., adalah dosen tetap Fakultas Tarbiyah
UNISBA 135. 135–151.
Pemikiran, A. D. A. N., Ilmi, A. A.-, Ᾱ, K. A. A., Al-mawardi, A. A. H., & Ali, H. (2004).
Suparman Sukur, Etika Religius, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2004. h. 57 51. 51–104.
Nama : Putri Syifa Angieta
NIM : 1901125020
Kelas : 4B Pendidikan Biologi
Tugas : Biografi Tokoh Muslim Pengukir Sejarah
Mata Kuliah : IDI/Kependidikan Islam

BIOGRAFI AL-RAZI

Abu Bakar Muhammad Ibn Zakariya Al Razi yang kemudian dikenal sebagai al-Razi. Di
Barat al-Razi terkenal dengan nama Rhazes. Beliau lahir di Rayy, kota tua yang dahulu
disebut Rhoge, dekat dengan Teheran, Repubik Islam Iran pada tanggal 1 sya’ban 251 H /
865 M. Beliau hidup pada masa pemerintahan Dinasti Samaniyah (204-395 H). Pada masa
mudanya, al-Rhazi terkenal sebgai pedagang intan, tempat penukaran uang (money changer),
dan sebagai pemain alat music kecapi karena memang minat awalnya adalah musik.
Kemudian di kota Ray, al-Razi belajar kedokteran di madrasah Ali ibn Rabban al-Thabari
(240 H / 855 M) dan belajar filsafat dengan al-Balkhi, yaitu seorang pengemabara yang
menguasai ilmu filsafat dan juga ilmu-ilmu kuno.
Al-Razi terkenal dengan kecerdasannya yang luar biasa dan menjadikkannya dokter yang
melebihi dokter-dokter yang lainnya pada zamannya. Pada masa itu juga al-Razi diberikan
kepercayaan oleh Gubernur Manshur ibn Ishaq ibn Ahmad ibn As’ad untuk memimpin rumah
sakit sebagai direktur. Selain menjadi dokter al-Razi juga mempelajari ilmu falak, ilmu pasti,
sastra, dan kimia. Al-Razi dikenal menguasai semua teori medis klasik dan ditambah beliau
sering melakukan eksperimen yang membuatnya menemukan unsur-unsur baru. 
Selain itu beliau juga seorang filsof dan juga banyak menulis buku. Al-razi cukup murah hati
kepada pasien karena merwat mereka dengan cara yang manusiawi, memberi perawatan
tanpa menagih kepada pasien. Pada tahun-tahin terakhirnya, beliau mengalami katarak di
kedua matanya karena iritasi mata oleh senyawa yang terpapar padanya dan menjadi buta.
Beliau meninggal di Al Rayy pada 27 Oktober 925 M / 313 H pada usia 60 tahun.
Lebih dari 224 karya yang dibuat oleh Al-Razi yang berisi berbagai macam subjek, baik
dalam bentuk ensiklopedea, buku atau kitab, maupun risalah. Daalm bidang kedokteran al-
Razi menulis karya ensiklopedia yang berjudul al-Khawi al-Kabir dan al-Mansuri fi al-
Thabib (kitab kedokteran untuk Khalifah al-Mansur), di Eropa dikenal sebagai Kontinen.
Buku-bukunya dalam kedokteran, filsafat, dan kimia sudah sangat mempengaruhi peradaban,
terutama karena kemanusiaan bahkan menjadi referensi utama di Eropa sampai abad ke-16.
Dalam bidang psikologi kitab al-Razi berjudul al-Thib al-Ruhani. Dalam bidang filsafat al-
Razi menulis al-Sirah al-Falsafiyyah dan al-Ilm al-Ilahi dan Rasa’il al-Falsafiyyah. Dalam
bidang ilmu kimia kitabnya berjudul al-Asrar. Al-razi juga memiliki kitab tentang gizi dan
nutrisi yang berjudul Manafi al-Aghduya. Walaipun al-Razi terkenal di Barat karena
pemikirannya di bidang kedokteran, al-Razi juga terkenal karena pemikirannya dalam dunia
Islam kerena pemikirannya terkait agama dan filsafat berbeda dibandingkan dengan filosof
lainnya. 
Seseorang bernama Richter Bernburg melakukan survey tentang karya medis al-Razi yang
sangat berpengaruh untuk anak dan cucunya. Berikut bukunya:
1. Kitab Al-Hawi, buku tentang pengobatan Yunani dan Romawi, observasi klinis dan
studi kasusnya sendiri, serta metode pengobatan selama bertahun-tahun praktik
medisnya.
2. Kitab Al Mansuri Fi al-Tibb, buku pegangan ilmu kedokteran yang ditulisnya untuk
penguasa Al Rayy Abu Salih Al Mansur Ibn Ishaq, penguasa Al Rayy sekitar tahun
903.
3. Kitab Man la Yahduruhu Al-Tabib, didesikasikan untuk orang miskin, penjelajah, dan
warga negara biasa agar tetap bisa berkonsultasi atau merujuknya untuk pengobatan
penyakit umum ketika dokter tidak tersedia.
4. Kitab Bur’ al-Sa’ah, esai singkat oleh al-Razi tentang penyakit yang menurutnya
dapat disembuhkan dalam waktu satu jam.
5. Kitab al-Tibb ar-Ruhani, buku pengobatan spiritual.
6. Kitab al-Judari wa al-Hasbah, yaitu kitab cacar dan campak
7. Kitab al-Murshid, pengantar singkat tentang prinsip-prinsip dasar kedokteran yang
digunakan untuk materi perkuliahan kepada mahasiswa.
8. Al Shakook ala Jalinoos, di buku ini beliau mengkritik beberapa teori Galen,
khususnya empat ”humor” yaitu zat cair (termasuk darah), dahak, empedu kuning,
dan empedu gelap, yang keseimbangannya dianggap sebagai kunci kesehatan dan
suhu tubuh alami.
9. Al syrah al-Falsafiah, pendekatan filsafat.
10. Kitab Sirr Al-Asrar, buku rahasi yang berisikan tentang alkimia.
Kontribusi Al-Razi
Pada bidang kedokteran al-Razi merupakan orang pertama yang menjelaskan seputar
penyakit cacar. Diagnosa beliau dipuji oleh Ensiklopedia Britanika (1911) yang menulis
bahwa pernyataan pertama yang paling akurat dan dapat dipercaya tentang wabah ditemukan
oleh dokter Persia pada abad ke-9 yaitu Rhazes (nama al-Razi di Barat). Kemudian buku al-
Razi yang berjudul Al-Judari wal-Hasbah (Cacar dan Campak) adalah buku pertama yang
membahas tentang penyakit tersebut yang kemudian diterjemahkan ke dalam Latin dan
Bahasa Eropa lainnya sebanyak belasan kali. Al-Razi juga merupakan ilmuwan pertama yang
menemukan penyakit “alergi asma”, dan ilmuwan pertama yang menulis tentang alergi dan
imunologi. 
Beliau juga mengutarakan pendapatnya dalam bidang etika kedokteran. Salah satunya adalah
beliau mengkritik dokter-dokter palsu yang Nerada di jalanan dan pedagang obat yang
berkeliling kota dan desa menjual ramuan. Belaiu juga mengungkapkan pendapatnya bahwa
dokter tidak mungkin mengatahui semua jawaban untuk penyakit dan bisa mneyembuhkan
semua penyakit. Beliau juga membuat perbedaan anatara penyakit yang bisa disembuhkan
dan yang tidak bisa disembuhkan. Al-Razi juga menyarankan kepada para dokter agar terus
belajar untuk meningkatkan mutunya sebagai dokter. Beliau mengatakan bahwa tujuan
menjadi dokter adalah untuk berbuat baik, sekalipun dengan musuh dan bermanfaat bagi
masyarakat sekitar.
Al-Razi juga merupakan pelopor dalam pengobatan penyakit mental. Ketika menjadi direktur
rumah sakit di Baghdad beliau mendirikan bagian khusus utuk perawatan orang sakit jiwa.
Al-Razi memperlakukan pasiennya dengan rasa hormat, perhatian, dan empati. Jika ada
pasiennya yang hendak pulang maka setiap pasien diberi sejumlah uang untuk membantu
memenuhi kebutuhan mendesak. 
Pada bidang farmasi, al-Razi membuat peralatan seperti tabung, spatula dan mortar dan juga
mengembangkan obat-obatan yang berasal dari merkuri. Al-razi juga menganjurkan madu
sebagai obat sederhana dan sebagai salah satu zat esensial yang termasuk dalam obat-obatan.
Dan sebagai seorang kimiawan, beliau merupakan orang pertama yang menghasilkan asam
sulfat dan beberapa asam lainnya. Dan menggunakan alcohol untuk fermentasi zat yang
manis. 

DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman Badawi, Abdurrahman. (1963). Muhammad Ibn Zakariya ar-Razi (M.M. Sharif
(ed.)). Wisbaden: Otto Harrasowitz.
Adi Putra, R. (2019). Epistemologi Pemikiran Abu Bakar Muhammad Bin Zakaria Al-Razi
Tentang Kenabian. Yaqzhan, 5, 2.
Nuzula, F. (2012). Kenabian Dalam Pandangan Abu Bakar Ar-RAzi. Jurnal Pendidikan Dan
Kajian Keislaman, 5(2).
Roswantoro, A. dkk. (2015). Filsafat Islam (Zuhri (ed.)). Program Studi Filsafat Agama UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Tbakhi, A. (2007). Abu Bakr Muhammad Ibn Zakariya Al Razi (Rhazes): Philosopher,
Physician and Alchemist. Arab and Muslim Physicians and Scholars, 27(4), 305–307.
Wikipedia. (2021). Muhammad bin Zakariya ar-Razi. Id.Wikipedia.Org.
https://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_bin_Zakariya_ar-Razi#:~:text=Abu Bakar
Muhammad bin Zakaria,pada tahun 313 H%2F925.
Wink. (2009). Biografi Al Razi (865-925) - Sang Kimiawan. Www.Biografiku.Com.
https://www.biografiku.com/biografi-al-razi-865-925-sang-kimiawan/
Nama : Dhelvina Syifa Dely
NIM : 1901125004
Kelas : 4B – Pendidikan Biologi
Tugas : Biografi Ilmuwan Islam
Mata Kuliah : Islam Disiplin Ilmu

BIOGRAFI AL-ZAHRAWI
(Penemu Penyakit Hemofilia Dan Pelopor Pembedah Modern)

Ahli bedah yang terkenal hingga abad ke 21 itu memiliki nama lengkap Abu al-Qasim ibn
al-Abbas Al-Zahrawi. Beliau terlahir pada tahun 936 M di kota Al-Zahra yang merupakan
sebuah kota berjarak 9,6 km dari Cordoba , Spanyol. Alzahrawi adalah seorang pria
berketurunan Arab Ansar yang menetap di Spanyol . Di Kota Cordoba tersebutlah beliau
menimba ilmu kedokteran , mengobati masyarakat , serta mengembangkan ilmu bedah
bahakan samapai beliau wafat.
Riwayat Masa Kecil Al-Zahrawiisah masa kecil beliau banyak tidak terungkap . karena ,
tanah kelahiran beliau yaitu Al-Zahra di jarah dan di hancurkan. Sosok dan kiprah Al-
Zahrawi baru terungkap ke permukaan setelah seorang ilmuan yang berasal dari Andalusia
Abu Muhammad bin Hazm
( 993 – 1064 M ) Menempatkannya sebagai salah seorang dokjter bedah yang terkemuka di
Spanyol.
Biografinya baru muncul dalam Al – Humaydi’s Jadhwat al Muqtabis yang baru selesai
setelah enam dasa warsa wafatnya Al – Zahrawi mendedikasikan separuh abad masa
hidupnya untuk praktik dan mengajarkan ilmu kedokteran.
Hemofolia adalah penyakit yang ditemukan oleh AL-ZAHRAWI,seoorang dokter kelahiran
Cordoba,Andalusia (Spanyol) pada 936. Al-Zahrawi memang tercatat sebagai orang pertama
yang memberikan gambaran detail tentang penyakit hemofilia.
Nama lengkapnya adalah ABU AL-QASIM KHALAF ibn ABBAS Al-ZAHRAWI.Ia dikenal
sebagai dokter ahli bedah serba bisa yang hidup dimasa ketika khalifa Abdur Rahman II
sedang berkuasa di Cordova,Spanyol.Banyak penemuannya yang dijadikkan rujukkan
kedokteran Modern hingga sekarang.Orang barat mengenalnya sebagai Albucais atau
Albucasis . Al-Zahrawi adalah seorang dokter bedah yang amat fenomenal. Karya dan hasil
pemikirannya banyak diadopsi para dokter di dunia Barat. ‘’Prinsip-prinsip ilmu kedokteran
yang diajarkan Al- Zahrawi menjadi kurikulum pendidikan kedokteran di Eropa,’‘ ujar Dr
Campbell dalam History of Arab Medicine.

Karier Al-Zahrawi begitu pesat sejak menjadi Dokter


Bedah dan Guru dibeberapa sekolah kedokteran. Al-Zahrawi tidak hanya sekedar dokter
bedah.Ia juga seoorang ilmuwan yang menemukan berbagai alat bedah yang menjadi
prototipe peralatan bedah modern.
Berbagai penemuannya dalam sebuah karya ensiklopedi monumental yang berjudul At-
Tasrifliman’Arjaza’an at-Ta’lif. Al-Tasrif berisi berbagai topik mengenai kedokteran,
termasuk di antaranya tentang gigi dan kelahiran anak. Buku ini diterjemahkan ke bahasa
Latin oleh Gerardo dari Cremona pada abad ke-12, dan selama lima abad Eropa Pertengahan,
buku ini menjadi sumber utama dalam pengetahuan bidang kedokteran di Eropa.

Dalam kitab yang diwariskannya bagi peradaban dunia itu, Al-Zahrawi secara rinci dan lugas
mengupas tentang ilmu bedah, orthopedi, opththalmologi, farmakologi, serta ilmu kedokteran
secara umum. Ia juga mengupas tentang kosmetika. Al-Zahrawi pun ternyata begitu berjasa
dalam bidang kosmetika. Sederet produk kosmetika seperti deodoran, hand lotion, pewarna
rambut yang berkembang hingga kini merupakan hasil karya Al-Zahrawi.

Popularitas Al-Zahrawi sebagai dokter bedah yang andal menyebar hingga ke seantero Eropa.
Tak heran, bila kemudian pasien dan anak muda yang ingin belajar ilmu kedokteran dari
Abulcasis berdatangan dari berbagai penjuru Eropa. Menurut Will Durant, pada masa itu
Cordoba menjadi tempat favorit bagi orang-orang Eropa yang ingin menjalani operasi bedah.
Di puncak kejayaannya, Cordoba memiliki tak kurang 50 rumah sakit yang menawarkan
pelayanan yang prima.

Meskipun memiliki pengetahuan dan kemampuan yang mumpuni dalam ilmu bedah, al-
Zahrawi selalu menolak untuk melakukan operasi berisiko atau tidak ia diketahui yang akan
menjadi stres fisik dan emosional bagi pasien. Ia percaya akan pentingnya kehidupan
manusia dan berusaha untuk memperpanjangnya selama mungkin.

Dalam menjalankan praktik kedokterannya, Al-Zahrawi menankan pentingnya observasi


tertutup dalam kasus-kasus individual. Hal itu dilakukan untuk tercapainya diagnosis yang
akurat serta kemungkinan pelayanan yang terbaik. Al-Zahrawi pun selalu mengingatkan agar
para dokter untuk berpegang pada norma dan kode etik kedokteran, yakni tak menggunakan
profesi dokter hanya untuk meraup keuntungan materi.

Menurut Al-Zahrawi profesi dokter bedah tak bisa dilakukan sembarang orang. Pada masa
itu, dia kerap mengingatkan agar masyarakat tak melakukan operasi bedah kepada dokter
atau dukun yang mengaku-ngaku memiliki keahlian operasi bedah. Hanya dokter yang
memiliki keahlian dan bersertifikat saja yang boleh melakukan operasi bedah. Mungkin
karena itulah di era modern ini muncul istilah dokter spesialis bedah (surgeon).
Penghargaan
Kehebatan dan profesionalitas Al- Zahrawi sebagai seorang ahli bedah diakui para dokter di
Eropa. ‘’Tak diragukan lagi, Al-Zahrawi adalah kepala dari seluruh ahli bedah,’‘ ucap Pietro
Argallata. Kitab Al- Tasrif yang ditulisnya lalu diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh
Gerard of Cremona pada abad ke-12 M. Kitab itu juga dilengkapi dengan ilustrasi. Kitab itu
menjadi rujukan dan buku resmi sekolah kedokteran dan para dokter sera ahli bedah Eropa
selama lima abad lamanya pada periode abad pertengahan. 
Sosok dan pemikiran Al-Zahrawi begitu dikagumi para dokter serta mahasiswa kedokteran di
Eropa. Pada abad ke-14 M, seorang ahli bedah Prancis bernama Guy de Chauliac mengutip
Al-Tasrif hampir lebih dari 200 kali. Kitab Al-Tasrif terus menjadi pegangan para dokter di
Eropa hingga terciptanya era Renaissance. Hingga abad ke- 16 M, ahli bedah berkebangsaan
Prancis, Jaques Delechamps (1513 M – 1588 M) masih menjadikan Al-Tasrif sebagai
rujukan. 
Al-Zahrawi tutup usia di kota Cordoba pada tahun 1013 M – dua tahun setelah tanah
kelahirannya dijarah dan dihancurkan. Meski Corboba kini bukan lagi menjadi kota bagi
umat Islam, namun namanya masih diabadikan menjadi nama jalan kehormatan yakni ‘Calle
Albucasis’. Di jalan itu terdapat rumah nomor 6 yakni rumah tempat Al-Zahrawi tinggal.
Kini rumah itu menjadi cagar budaya yang dilindungi Badan Kepariwisataan Spanyol. 

Sumber :
1. https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=XJangyUjQucC&oi=fnd&pg=PA20&dq=Biografi+Al-
zahrawi&ots=eyNWFYafOp&sig=Ss_tZhLWEu-
CQkIDokCBdrrIa10&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false 
2. https://teks.co.id/biografi-al-zahrawi/ 

3. https://www.republika.co.id/berita/pxv1jf313/mengenal-kontribusi-alzahrawi-di-
bidang-kedokteran 
4. https://blogpenemu.blogspot.com/2015/06/biografi-abu-al-qasim-al-zahrawi-
pioner.html 
5. https://id.wikipedia.org/wiki/Abu_al-Qasim_al-Zahrawi 
Nama : Yunita Ayu Ratnaningrum
NIM : 1901125024
Kelas : 4B
Tugas : Biografi Ilmuwan Muslim
Matkul : IDI

“BIOGRAFI AL-ZARQALI”
Al Zarqali memiliki nama lengkap Abu Ishaq Ibrahim Ibnu Yahya Zarqali. Ia lahir pada
tahun 1029 M ini dilahirkan dalam keluarga Visigoth yang memeluk Islam di suatu kampung
berdeketan dengan Toledo, yang pada masa itu merupakan ibu negeri termasyhur taifa
Toledo yang terkenal dengan hubungan baik antara penduduk Muslim dan Kristian. Oleh
masyarakat Barat Al Zarqali biasa disebut Arzachel. Di dunia Islam, ia dikenal dengan nama
al Zarqalluh atau al- Zarqallah.
Al Zarqali adalah seorang ahli matematika sekaligus astronom termasyhur dari Toledo,
Spanyol. Kontribusinya bagi pengembangan astronomi modern sungguh sangat tak ternilai. la
tak hanya menciptakan peralatan astronomi yang canggih pada zamannya, namun juga
sederet teori penting. Maka tak heran jika kemudian masyarakat astronomi modern
mengabadikan nama Al Zarqali sebagai nama salah satu kawah di bulan.
Al Zarqali mahir dalam ilmu geometri dan ilmu falak. Diketahui bahwa Al Zarqali mengajar
di Cordoba beberapa kali dan pengetahuan serta pengalamannya menjadikan ia sebagai ahli
falak terunggul pada masa itu. Ia sangat berbakat pada ilmu Geometri dan Astronomi.
Al Zarqali berhasil mengkonstruksi sebuah instrumen astronomi yang dinamakan equatorium,
sebuah instrumen penghitung bintang. Selain itu, ia juga mengembangkan instrumen lain
yang dikenal dengan Saphaea. Saphaea merupakan astrolabe universal berupa latitude-
independent. Jenis astrolabe ini tidak tergantung pada koordinat tempat tertentu, sehingga
dapat digunakan di sembarang wilayah. Astrolabe ini memiliki garis-garis untuk
memudahkan aplikasi teori spherical astronomy, di mana garis-garis tersebut adalah data-data
lintang suatu tempat.
Gambar 1. Equatorium Gambar 2. Saphaea

DAFTAR PUSTAKA
al, T. H. (2007). Zarqālī: Abū Isḥāq Ibrāhīm ibn Yaḥyā al‐Naqqāsh al‐.
kamikamu. (2021, Maret 17). BIOGRAFI AL-ZARQALI. Retrieved from
https://dakwah.kamikamu.co.id/biografi-al-zarqali/
Kennedy, E. S. (1956). Transactions of the American Philosophical Society, New Series. In
A Survey of Islamic Astronomical Tables. Philadelphia.
Rausi, F. (2019). ASTROLABE; INSTRUMEN ASTRONOMI KLASIK.
Vernet, J. (1970). Dictionary of Scientific Biography. New York: Charles Scribner's Sons.

Nama : Sultan Sumajirana


Nim : 1901125073
Kelas : 4B Pendidikan Biologi
Tugas : Biografi filusuf
Matkul: ID/Kependidikan Islam

BIOGRAFI IBNU THUFAIL

Nama lengkap Ibnu Thufail ialah Abu Bakar ibnu Abd Al-Malik ibn
Muhammad ibnu Thufai. Ia dilahirkan di Guadix (Arab : Wadi Asy), provinsi
Granada, Spanyol pada tahun 506 H/1110 M. dalam bahasa latin Ibnu Thufail populer
dengan sebutan Abubacer. Pada masa khalifah Abu Yaquf Yusuf, Ibnu Thufail mempunyai
pengaruh
yang besar dalam pemerintahan. n, khalifah sendiri mencintai ilmu
pengetahuan dan secara khusus adalah peminat filsafat serta memberi kebebasan
berfilsafat. Sikapnya itu menjadikan pemerintahannya sebagai pemuka pemikiran
filosofis dan membuat Spanyol, seperti dikatakan R. Briffault sebagai “tempat
kelahiran kembali negeri Eropa”. Pada mulanya Ibnu Thufail aktif bekerja sebagai dokter dan
pengajar, lalu ia
beralih profesi sebagai sekretaris pribadi penguasa Granada. Pada tahun 549 H/1154
M, ia dipercaya sebagai sekretaris gubernur wilayah Ceuta dan Tengier (Maroko),
sedang gubernur itu merupakan putra Abd al- Mukmin, seorang pendiri Daulah
Muwahhidun yang berpusat di Marakesy, Maroko. Pada tahun 558 H/1163 M, ia di tarik ke
Marakesy dan diangkat sebagai
hakim sekaligus dokter untuk keluarga istana Abu Yakub Yusuf yang memerintah
pada tahun 1163-1184 M. Ibnu Thufail sempat memperkenalkan Ibnu Rusyd kepada
Abu Ya’kub Yusuf pada tahun 1169 M. Bermula dari perkenalan itu, Abu Ya’kub
Yusuf menyarankan Ibnu Rusyd lewat Ibnu Thufail agar mengulas karya-karya
Aristoteles. karya ibnu thufail
tidak banyak karya Ibnu Thufail,
bahkan hanya satu yang tersisa sampai hari ini, yaitu Rislah Hayy Ibnu Yaqzan.
Terdapat dua tulisan dengan judul Hayy Ibnu Yaqzan, yakni versi Ibnu Thufail dan
Ibnu Sina. Namun, Ibnu Sina yang lebih dulu memakai judul tersebut, kendati
versinya berbeda. Bebeda dengan versi Ibn Sina, Hayy ibn Yaqzan dalam tulisan Ibn Thufail,
dilukiskan sebagai seorang bayi laki-laki yang berada di sebuah pulau yang pernah
dihuni oleh manusia. Bayi tersebut bernama hayy ia dilahirkan karena hasil pernikahan
sah secara rahasia antara saudara perempuan seorang raja dengan anggota keluarga
istana pulau lain. Karena takut pada raja, bayi tersebut dimasukkan kedalam peti dan
dilepas terapung di laut. lalu bayi tersebut di temukan oleh seekor rusa yang kehilangan
anaknya. lalu rusa tersebut mengasuhnya sampai ia berumur cukup matang, ketika berumur
cukup matang timbul keinginan yang luar biasa untuk mencari pengetahuan yang ia tidak
ketahui dia melihat binatang,langit dan fenomena luar angkasa, lalu ia berpikir bahwa
keanekaragaman tersebut ternyata terdapat
keseragaman yang pada hakekatnya adalah satu. Akhirnya dia berpendapat bahwa di
belakang yang banyak itu terdapat asal yang satu, punya kekuatan tersembunyi, unik,
suci, dan tak dapat dilihat. Inilah yang disebutnya penyebab pertama atau pencipta
dunia ini. Dari pengamatan yang bersifat phisik yang mengunakan argumen logis dan
eksperimen objektif dia beralih sebagai pencari Tuhan melalui perenungan rohani.
Karena menurut dia alam semesta ini merupakan pencerminan Tuhan.Dalam
pencariannya tentang wujud Tuhan itu akhirnya dia berhasil yang dianggapnya itulah
objek pengetahuan tertinggi. Tujuan akhir mencari kebenaran adalah dengan jalan
pemusnahan diri atau penyerapan dalam Tuhan (fana) yang berujung pada kehidupan
mistik. Pengaruh Ibn Thufail di Dunia Islam dan Non Islam
Pengaruh Ibn Thufayl dalam masyarakat Islam maupun non-Islam adalah
dalam falsafat Islam. Walau demikian falsafat Islam tidak bisa lepas dari pengaruh
yang masuk ke dalamnya baik dari tradisi falsafat Yunani, maupun tradisi falsafat
timur, karena falsafat Yunani juga terpengaruh oleh falsafat timur. Hal ini secara
genuine dijelaskan oleh Joel L. Kraemer bahwa :
Failasuf-failasuf Yunani pra-Socrates seperti Empedokles, telah belajar
kepada Luqmân ‘sang failasuf’ (Luqmân al-Hakîm) di Syro-Palestina pada masa
Nabi Dâwud, atau Pythagoras diyakini telah belajar fisika dan metafisika pada
murid-murid Nabi Sulaymân di Mesir, dan belajar geometri pada orang-orang
Mesir. Kemudian para failasuf itu membawa tradisi ‘falsafat’ yang mereka serap
dari Timur menuju Yunani, untuk dikembangkan lebih lanjut. Walaupun demikian, terkait
karya Ibn Thufayl, Hayy ibn Yaqzhân, hampir
dapat dipastikan bahwa karya Ibn Thufayl ini tidak dipengaruhi oleh Yunani, ataupun
pengaruh falsafat Timur lainnya. Sebaliknya, ia justru memberi pengaruh besar pada
gaya penulisan falsafat melalui cerita, roman, novel.

Sumber:
http://repository.uinsu.ac.id/4718/4/BAB%20II.pdf

Nama : Indah Novianti


NIM : 1901125003
Kelas : 4B Pendidikan Biologi
Tugas : Biografi Ilmuan Muslim
Mata Kuliah : IDI/Kependidikan Islam

BIOGRAFI ḤASAN IBN AL-HAYTHAM


Abu Ali Muhammad al-Hassan ibnu Al Haytham atau Ibnu Al Haytham (Basra, 965 - Kairo
1039), dikenal dalam kalangan cerdik pandai di Barat dengan nama Alhazen, adalah seorang
ilmuwan Islam yang ahli dalam bidang sains, falak, matematika, geometri, pengobatan, dan
filsafat. Ia banyak pula melakukan penyelidikan mengenai cahaya, dan telah memberikan
ilham kepada ahli sains barat seperti Boger, Bacon, dan Kepler dalam menciptakan
mikroskop serta teleskop. Namun namanya mulai masyhur di Mesir, saat pemerintahan Islam

dipimpin oleh Khalifah Al-Hakim (996-1020). 


Walaupun tokoh ini lebih dikenali dalam bidang sains dan pengobatan tetapi dia juga
memiliki kemahiran yang tinggi dalam bidang agama, falsafah, dan sebagainya. Salah
seorang daripada tokoh tersebut ialah Ibnu Al Haytham atau nama sebenarnya Abu Ali
Muhammad al-Hassan ibnu Al Haytham.29 
A. Riwayat Hidup Ibnu Al Haytham 
Abu Ali Muhammad bin al-Hasan bin Al Haytham al-Basri Al-Misri. Beliau lebih dikenali
dengan nama samaran Ibnu Al Haytham. Di dunia Barat beliau telah dikenali dengan
beberapa nama seperti Alhazen, Avennathan, dan Avenetan, tetapi lebih terkenal dengan
panggilan sebagai Alhazen. Dilahirkan pada 354 H bersamaan dengan 965 M, di negeri
Basrah, Iraq. Beliau dibesarkan di bandar Basrah dan Baghdad, dua kota yang menjadi pusat
ilmu pengetahuan Abbasiyah pada masa itu. 
Di dua kota inilah beliau memulai pendidikan awalnya sebelum dilantik menjadi pegawai
pemerintah di bandar kelahirannya. Setelah beberapa lama mengabdi pada pihak pemerintah
di sana, beliau mengambil keputusan merantau ke Ahwaz dan Baghdad. Di perantauan beliau
telah melanjutkan pengajian dan menumpukan perhatian pada dunia tulis menulis. 
Kecerdasan intelektual Ibnu Al Haytham terbukti ketika beliau masih menjadi seorang pelajar
dengan kecenderungan beliau terhadap berbagai bidang ilmu. Beliau tidak pernah bosan
menimba ilmu pengetahuan, baik agama mahupun umum seperti ilmu matematika, fisika,
astronomi, kedokteran, filsafat, mantik dan lain-lain lagi. Beliau adalah salah seorang tokoh
cendakiawan sains yang terkenal dan termasyhur atas ketinggian ilmunya di tanah Arab dan
di benua Eropa pada zamannya. 
Kemasyhurannya sebagai ilmuwan menyebabkan pemerintah Bani Fatimiyah di Mesir waktu
itu, yakni Pemerintah Khalifah Al-Hakim bin Amirillah (386-411 H / 996-1021 M)
mengundangnya ke Mesir. Maksud undangan Dinasti Fatimiyah itu adalah memanfaatkan
ilmu yang dimiliki oleh Ibnu Al Haytham. Beliau diharapkan mampu mengatasi banjir
Sungai Nil yang kerap kali melanda negeri itu setiap tahun. Sayangnya, beliau tidak dapat
mewujudkan rancangan yang dibuatnya kerana kurangnya peralatan canggih yang ada pada
masa itu. Untuk melindungi dirinya dari kemurkaan pemerintah, beliau kemudian
meninggalkan pekerjaan itu dengan berpura-pura hilang ingatan. Sehingga pada tahun 1021
saat Sultan Al- Hakim bin Amirillah wafat dan dari sejarah itulah Ibnu Al Haytham kembali
normal dan aktif dalam kegiatan ilmu.
 Ibnu Al Haytham datang berlindung dan mengabdikan diri di Universiti al-Azhar, dan terus
menyambung usaha ilmiahnnya dalam bidang saintifik. Beliau juga turut menterjemahkan
buku-buku matematika dan falak ke bahasa Arab, terutama dari bahasa Latin. Sebelum itu
beliau telah pergi ke Andalusia (Spanyol), kiblat ilmu pengetahuan Eropa pada masa itu. Di
sana beliau mempelajari optik sampai namanya menjadi terkenal dalam bidang tersebut. Pada
tahun terakhir menjelang wafatnya beliau, beliau kembali ke Kaherah (Mesir). Ibnu Al
Haytham meninggal dunia di Kaherah pada tahun 1039M katika usianya 74 tahun. (Iii et al.,
n.d.)
B. Perjalanan Ibnu Al Haytham dalam Menempuh Pendidikannya
 Sejarah mencatat salah satu peletak dasar ilmu fisika optik adalah sarjana Islam Ibnu Al
Haytham atau yang dikenal di Barat dengan sebutan Alhazen, Avennathan atau Avenetan.
Ilmuwan besar yang punya nama lengkap Abu Ali al-Hasan ibnu Al Haytham al-Basri al-
Misri tersebut lahir di Basrah, Irak pada tahun 965 M. Beliau mengecao pendidikan di Basrah
dan Baghdadpenguasaan matematikanya oleh Max Mayerhof, seorang sejarawan dianggap
mengungguli Euclides dan Ptolemeus. 
Setelah selesai di kedua kota tersebut, Ibnu Haytham meneruskan pendidikannya di Mesir
dan bekerja di bawah pemerintahan khalifah al-Hakim (996 – 1020 M) dari daulah
Fathimiyah. Ia pun mengunjungi Spanyol untuk melengkapi beberapa karya ilmiahnya.
Layaknya sarjana Islam lainnya, Ibnu Haytham atau Alhazen tidak hanya menguasai fisika,
ilmu optik, namun juga filsafat, matematika dan obat – obatan atau farmakologi. Tidak
kurang 200 karya ilmiah mengenai berbagai bidang itu dihasilkan Ibnun Haytham sepanjang
hidupnya. 
Sejak kecil Ibnu Al Haytham yang berotak encer menempuh pendidikan di tanah
kelahirannya. Ia merintis kariernya sebagai pegawai pemerintah di Basrah. Namun ia ternyata
tak betah berlama-lama berkarir di dunia birokrasi. Ibnu Al Haytham yang lebih tertarik
untuk menimba ilmu akhirnya memutuskan untuk berhenti sebagai pegawai pemerintah.
 Ibnu Al Haytham dibesarkan dalam keluarga yang akrab dengan dunia ilmu pengetahuan.
Kecintaan pada ilmu pengetahuan membawanya hijrah ke Mesir untuk melanjutkan
pendidikan di Universitas Al-Azhar. Ia pun lalu memilih merantau ke Ahwaz dan pusat
intelektual dunia saat itu, yakni kota Baghdad. Di kedua kota itu ia menimba beragam ilmu.
Ghirah keilmuannya yang tinggi membawanya terdampar hingga ke Mesir. Sebenarnya Ibnu
Al Haytham hijrah ke Kairo atas undangan Khalifah Fatimiyah ke-6 Abu Ali Mansur Tariqul
Hakim atau yang lebih dikenal dengan Al-hakiim bi Amirullah. Karena sudah tersohor
sebagai insinyur yang hebat, Kalifah meminta Ibnu Al Haytham untuk menanggulangi banjir
sungai Nil yang selalu terjadi. Sebelumnya Ibnu Al Haytham sangat percaya diri dengan
mengatakan bahwa ia mampu mengatur dan menanggulangi banjir tersebut. Setelah
mendapat perintah untuk memulai operasi penanggulangan banjir, ia mulai menyadari bahwa
kalkulasi matematika dan perencanaan teknis yang diajukannya tidak mampu untuk
menanggulangi banjir tersebut. Khawatir akan mendapat murka dan hukuman mati dari
kalifah, Ibnu Al Haytham menderita tekanan mental yang sangat berat, dan memutuskan
menarik diri dari dunia engineering. 
Ia pernah sezaman dengan para ilmuwan muslim kenamaan lainnya, yaitu Abu al-Wafa’
Buzjani Naisaburi, Abudur- Rahman ash-Shufi ar-Razi, dan Abu Sahl Kuhestani Tabristani.
Pernah dikenal sebagai sufi dan memiliki kesetiaan terhadap syariat. Pada masa akhirnya
sempat menetap di Maroko. Sarjana muslim yang cukup disegani di Timur maupun Barat.
Dia pernah menyumbang ilmunya sejak abad 11 sampai 20. Ahli sejarah di Harvard
University, George Sarton (penulis A history of Science ) menyebut al Haytham sebagai The
Greatest Muslim Physicist and One of The Greatest Student of Optics of All Times
(Fisikawan Muslim terbesar dan salah seorang Ilmuwan Optik terbesar Sepanjang Zaman),
meskipun dia memberi konstribusi besar dalam bidang matematika dan astronomi, dalam
bidang fisikalah ia mencapai prestasi yang mencolok. Dia adalah seorang pengamat eksak,
seorang peneliti, juga ahli teori.
C. Sumbangan Ilmu dan Pengaruh
 Sewaktu dalam tahanan, Ibn al-Haytham telah memberi sumbangan penting dalam bidang
optik (Sulaiman Fayyad, 1998:36). Menurut Yazid Abdul Manap (2011:148) dan Diyan
Yulianto dan M. Saifullah Rohman (2011:37), Ibn al-Haytham adalah ilmuwan yang pertama
menjelaskan konsep operasi kamera yang berasal daripada perkataan camera obscura (kamar
gelap) berdasarkan pengalamannya ketika ditahan di rumahnya itu. Penemuan tersebut
diperincikan dalam karya agung yang ditulis oleh Ibn al-Haytham iaitu Kitab al-Manazir.
Selain itu, Ibn al-Haytham juga merekodkan penemuan tentang kelajuan cahaya, pantulan
dan pembiasan cahaya, gerhana dan pergerakan cahaya di dalam Kitab al-Manazir tersebut
(Yazid Abdul Manap, 2011:148). Oleh kerana kebanyakan kajian beliau dilakukan dengan
menggunakan kaedah saintifik, Endress (2003) menyebut Ibn al-Haytham sebagai ahli sains
yang sejati kerana kajian-kajian itu disempurnakan dengan demonstrasi atau secara
eksperimen. (Pemikiran & Ibn, 2014)
Sehubungan dengan itu, menurut Mohaini Mohamed (2000), kepakaran Ibn al-Haytham
dalam bidang optik membantu ahli perubatan dan juga ahli fizik. Dalam hal ini, Roshdi
Rashed (1996:335) mengistilahkan sumbangan ini sebagai sintesis Ibn al-Haytham terhadap
sains optik dan anatomi mata. Ibn al-Haytham memperincikan perkara-perkara tersebut
dalam empat jilid pertama Kitab al-Manazir. Manakala, dalam jilid kelima dan keenam, Ibn
al-Haytham menumpukan penelitiannya kepada optik geometri (Mohaini Mohamed,
2000:55). Menurut Abdul Rahman Omar (1995:96) pula, Kitab al-Manazir turut
membincangkan teori paling asas dalam hukum fizik iaitu momentum (quwwat al-harakah).
Kajian ini telah membawa kepada penemuan hukum pergerakan pertama (first law of motion)
dalam mekanik (Nader el-Bizri, 2006:344). 
Beberapa abad selepas Ibn al-Haytham meninggal dunia, karya agungnya tidak menjadi
rujukan oleh mana-mana pengkaji berkaitan bidang optik. Sehinggalah seorang ilmuwan
bernama Kamal al-Din Abu al-Hasan al-Farisi (1267 M–1320 M) menghuraikan Kitab al
Manazir dalam kitabnya Tanqih al-Manazir (Penyemakan Semula Optik) (Abdelhamid I.
Sabra, 1989:lxvii-lxviii). Selain itu, Ibn al Haytham tidak mempunyai pengaruh yang besar
sewaktu zamannya. Walau bagaimanapun, antara pelajar yang berguru dengannya seperti
yang diriwayatkan oleh al-Bayhaqi adalah Surkhab. Manakala menurut Ibn Abi Usaybi'ah
(1198 M–1270 M), pelajarnya adalah al Mubasysyir ibn Fatik dan Ishaq ibn Yunus. Ibn al-
Haytham seorang guru yang penuh dengan etika yang tidak suka dibayar untuk mendapat
ilmu daripadanya (Abdul Ghafur Chaudhri, 1969:112). 
Selain menyumbang dalam bidang optik dan geometri, Ibn al-Haytham pernah menulis
karya-karya dalam bidang ilmu kalam, akhlak, mantik, astronomi, muzik, politik dan sastera
(Abdelhamid I. Sabra, 2003). Menurut Ibn Abi Usaybi'ah, terdapat hampir 200 buah buku,
risalah dan makalah yang pernah dihasilkan oleh Ibn al-Haytham semasa hayatnya
(Muhammad Saud, 1990:4).
D. Teori-teori dan Hasil Temuan Ibnu Al Haytham 
Banyak sekali teori-teori ilmiah yang telah ditemukan oleh Ibnu Al Haytham, diantaranya: 
1. Teori Hukum Pembiasan (Fenomena Atmosfera) 
Selama di Spanyol, Ibnu Al Haytham melakukan beberapa penyelidikan dan percubaan
ilmiah berhubung dengan bidang optik. Penemuannya yang terkenal ialah “hukum
pembiasan”, yaitu hukum fisika yang menyatakan bahawa sudut pembiasan dalam pancaran
cahaya sama dengan sudut masuk. Menurut pengamatan Ibnu Al Haytham, beliau
berpendapat bahawa cahaya merah di kaki langit di waktu pagi (fajar) bermula ketika
matahari berada di 19 derajat di bawah kaki langit. Sementara cahaya warna merah di kaki
langit di waktu senja (Mega) akan hilang apabila matahari berada 19 derajat di bawah kaki
langit selepas jatuhnya matahari. Dalam fisika modern, hukum ini dikenali dengan nama
“hukum pembiasan Snell” yang dinamai sesuai dengan nama ahli fisika Belanda, Willebrord
van Roijen Snell. 
2. Teori Penglihatan (Optik) 
Dengan menggunakan kaedah matematika dan modern fisika yang baik beliau dapat
membuat eksperimen yang teliti, Ibnu Al Haytham telah meletakkan optik pada batu asas
yang kukuh. Beliau telah menggabungkan teori dan eksperimen dalam penelitiannya. Dalam
penyelidikan, beliau telah mengkaji gerakan cahaya, ciri-ciri bayang dan gambar dan banyak
lagi fenomena optik yang penting. Beliau telah menolak teori Ptolemy dan Euclid yang
mengatakan bahawa manusia melihat benda melalui pancaran cahaya yang keluar dari
matanya. Tetapi menurut Ibnu Al Haytham, bukan mata yang memberikan cahaya tetapi
benda yang dilihat itulah yang memantulkan cahaya ke mata manusia. 
3. Cermin Kanta Cekung Dan Kanta Cembung
 Ibnu Al Haytham telan menggunakan mesin lathe (larik) untuk membuat cermin kanta
cekung dan kanta cembung untuk penyelidikannya. Dengan ini beliau telah mengkaji tentang
cermin sfera dan cermin parabolik. Beliau mengkaji Aberasi Sfera dan memehami bahawa
dalam cermin parabola kesemua cahaya dapat tertumpu pada satu titik.
4. Teori Biasan Cahaya 
Teori ini agak mengkagumkan, beliau telah menggunakan segi empat halatuju pada
permukaan biasan beberapa abad sebelum Isaac Newton memperkenalkannya di dunia Barat.
Beliau juga percaya kepada prinsip masa tersingkat bagi rentasan cahaya 
5. Ahli Bidang Falsafah
 Ibnu Al Haytham telah disenaraikan diantara salah seorang ahli falsafah Aristo.
Dikalangannya adalah sahabat beliau yaitu Ibnu Sina dan al-Biruni. Ibnu Al Haytham
mendahului Kant lebih tujuh abad lamanya. Teori yang dilebalkan dari Kant sebenarnya
datang dari beliau yaitu: “bahawa untuk mencapai kebenaran hendaklah dengan mengetahui
pendapat-pendapat yang berunsur kepada kenyataan yang dapat digambarkan dengan akal
rasional”. 
6. Bidang Astronomi
 Beliau melanjutkan pendapat ilmuwan Yunani tentang proses pengubahan langit abstrak
menjadi benda-benda padat. Dalam karya astronominya, beliau melukis gerakan planet-
plenet, tidak hanya dalam terma eksentrik dan episiklus, tetapi juga dalam satu model fisika.
Pendapatnya banya mempengaruhi Dunia Pemikiran Barat pada zaman Johannes Kepler.
Tiga abad kemudian karya ini ditukar dalam bentuk ikhtisar oleh astronomi muslim yaitu
Nasiruddin at-Tusi. 
7. Bidang Fisika Dalam bidang fisika Ibnu Al Haytham telah mengkaji tentang gerakan
yang membawa beliau menemui prinsip intersia dan statik. Beliau telah mengasaskan
dan menjadikan optik menjadi satu sains baru. Banyak kajian beliau telah mendahului
dan diikuti oleh Francis Bacon, Leonardo da Vinci, dan Johannes Kepler.(García
Reyes, 2013)
Sedangkan beberapa hasil temuannya yang mendunia, diantaranya adalah: 
1. 200 Judul Buku 
Ibnu Al Haytham merupakan ilmuwan yang produktif dan memiliki banyak karya penulisan
dalam berbagai cabang ilmu. Beliau telah menulis tidak kurang daripada 200 judul buku,
namun hanya sedikit yang terselamat. Di antaranya ialah: Maqalah fi Istikhraj Samt al-Qiblah
(penyusunan kota), Maqalah fi hayat al-Alam (astronomi), Kitab fi al-Minasit (kamus optik),
Fi al-Maraya al-Muhriqah bi al-Dawair (cermin yang membakar), Maqalah fi Daw al-Qamar
(cahaya dan gerakan langit), Zawahir al-hasaq (gejala senja), Fi Kayfiyat al izlal, Fi al-Asar
Allazi al-Qamar, Fi ad-Dawar, Fi al-Makan, fi al-Mulumar, Fi Misahat al-Mujassamah al-
Mukafi, Fi Irtifa al-Quth, semua itu adalah tentang kajian ilmu fisika dan astronomi. Karya-
karya tersebut adalah berhubung dengan ilmu fisika dan matematik, yaitu di antara ilmu yang
sangat dikuasainya, hampir keseluruhannya telah diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa
Eropa. 
2. Empat Risalah tentang Cahaya dan Pengukuran 
Ibnu al Haytham juga pernah menulis empat buah risalah tentang ilmu cahaya dan ilmu ukur.
Risalah-risalah tersebut telah diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman dan telah tersebar
dengan meluas di Eropa sejak tahun 1907M. 
3. Al-Manadzir 
Al-Manadzir adalah satu daripada karya Ibnu Al Haytham yang teragung tentang bidang
kajian optik dan buku tersebut pernah menjadi rujukan kepada para ahli kaji optik selepasnya.
Karya ini diterjemahkan oleh Witelo pada tahun 1270M dan kemudiannya diterbitkan oleh F.
Risner pada tahun 1572M dengan nama Thesaurus Opticae
E. Ibnu Al Haytham Mempraktikkan Akhlak yang Mulia 
Ibn al-Haytham mengakhiri Kitab al-Manazir dengan menyatakan: “Walaupun semua yang
saya tahu tentang ilmu ini ada dalam buku saya, ilmu saya terbatas dan mungkin terdapat
kesilapan dalam kajian saya. Hanya Allah yang Maha Mengetahui (wallahu a‘lam).”
(Mohammad 2003). 
Setelah menyempurnakan penulisan berkaitan penyelidikannya, Ibn al-Haytham mengakui
keterbatasan ilmu yang ada pada dirinya. Sifat rendah hati atau tawaduk‘ ini menunjukkan
bahawa segala maklumat saintifik yang diperoleh bukanlah kebenaran yang bersifat mutlak,
sebaliknya semua kebenaran yang mutlak datang daripada Allah SWT (Mohd Yusof 2009). 
Selain itu, Ibn al-Haytham juga sentiasa memulakan penulisannya dengan ungkapan
basmalah (bismillah al-rahman al-rahim) serta ungkapan mengagungkan Allah SWT (Abdul
Ghafur 1969). Malah, beliau juga mengakhiri karyanya dengan pujipujian kepada Allah SWT
dan selawat kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan sahabat baginda sebagaimana
petikan berikut: “Segala puji bagi Allah yang Maha Esa, selawat dan sejahtera ke atas Nabi
Muhammad, keluarga dan sahabat baginda.” (Ibn alHaytham 1984). 
Oleh itu, mempraktikkan akhlak juga menjadi fungsi penting dalam fungsi penyelidikan
saintifik Ibn al-Haytham. Hal ini kerana akhlak merupakan hasil akhir untuk memperindah
jiwa manusia dan menyediakan diri untuk kehidupan yang berkekalan (Abdelhamid 1994)
melalui penyelidikan. (Alias & Pinang, 2013)
KESIMPULAN
Simpulan Dari tinjauan terhadap riwayat hidup dan karya-karya Ibn al-Haytham di atas,
jelaslah bahwa Ibn al-Haytham bukan semata-mata seorang saintis dan ahli matematika.
Tetapi sesungguhnya dia adalah seorang filsuf yang memiliki keahlian mendalam dalam
bidang sains dan matematika. Kajian ini juga menolak kecenderungan pandangan bahwa Ibn
al Haytham cenderung sekular, menepikan pertanyaan-pertanyaan metafisis, positivis dan
lain-lain. Justru ia adalah seorang saintis yang menempatkan hal hal metafisis sebagai sumber
pengetahuan yang tertinggi dan tujuan tertinggi dari sains. (Ikhsan & Hadi, 2018)
SARAN
Diharapkan agar penelitian terhadap aspek-aspek pemikiran filsafat dan keagamaan Ibn al-
Haytham mulai dikembangkan sehingga dapat menambah khazanah pemikiran Islām
terutama terhadap Ibn al-Haytham yang selama ini dianggap sebatas seorang saintis dan ahli
matematika semata-mata.
DAFTAR PUSTAKA
Alias, M. S., & Pinang, P. (2013). Pola Penyelidikan Saintifik Dari Perspektif Ibn Al-
Haytham. 6(April 2014), 113–130.
García Reyes, L. E. (2013). PEMIKIRAN-PEMIKIRAN IBNU AL HAYTHAM. Journal of
Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Iii, B. A. B., Ibnu, B., Haytham, A. L., & Ali, A. (n.d.). BAB III BIOGRAFI IBNU AL
HAYTHAM Abu Ali Muhammad al-Hassan ibnu Al Haytham (. 32–36.
Ikhsan, K. N., & Hadi, S. (2018). Implementasi dan Pengembangan Kurikulum 2013. In
Jurnal Edukasi (Ekonomi, Pendidikan dan Akuntansi) (Vol. 6, Nomor 1, hal. 193).
https://doi.org/10.25157/je.v6i1.1682
Pemikiran, T., & Ibn, S. (2014). Tasawur pemikiran saintifik Ibn Al-Haytham. Sains
Humanika, 2(1), 179–187.
Nama : Saomi Kurniah
NIM : 1901125033
Kelas : 4B Pendidikan Biologi
Tugas : Biografi Tokoh Ilmuan Islam
Matkul : Islam dan Disiplin Ilmu

Biografi Ibnu Al-Nafis 

 Ala-al Din abu al-Hasan Ali Bin Abi-Hazm al-Qarshi al-Dimashqi atau dikenal juga
dengan Ibnu Al-Nafis. Lahir dari keluarga arab pada tahun 1213 di Damaskus, dan beliau
wafat pada tanggal 17 Desember 1288. Beliau bekerja dibidang kedokteran, bedah, fisiologi,
anatomi, biologi, kajian islam dan lain sebagainya. merupakan orang yang pertama yang
akurat mendeskripsikan peredaran darah dalam tubuh manusia. Beliau juga biasa disebut
dengan Bapak Fisiologi dalam bidang Kedokteran. Beliau juga merupakan orang yang
pertama yang telah mendokumentasikan sirkuit paru-paru dan mengemukakan teori
pembuluh kapiler.
Ibnu Al-Nafis mulai belajar kedokteran pada usia 16 tahun. Pada tahun 1236 ibnu al-nafis
bersama beberapa rekannya pindah ke Mesir. Atas permintaan sultan Ayyubiyah al-kamil.
Ibnu al-nafis diangkat sebagai dokter kepala di rumah sakit al-naseri yang didirikan oleh
Saladin, Dimana ia mengajar dan mempraktikan kedokteran selama beberapa tahun. Salah
satu muridnya yang paling terkenal adalah tabib Kristen terkenal Ibnu al-quff. 
 
Ibnu al-nafis juga menjalani sebagian besar hidupnya di Mesir, dan ia menyaksikan beberapa
peristiwa yang sangat penting seperti jatuhnya baghdad dan kebangkitan mamluk. Kemudian
dalam hidupnya, ketika ia berusia 74 tahun. Ibnu al-nafis diangkat sebagai dokter kepala di
rumah sakit al-Mansori yang baru didirikan dimana dia bekerja selama sisa hidupnya. Beliau
meninggal di Kairo setelah beberapa hari sakit. Dan ada seorang muridnya yang bernama Safi
Aboo al-fat’h membuatkan puisi tentang dia.
Kontribusi ibnu al-nafis dalam dunia kedokteran tidak hanya dalam bidang fisiologi saja.
Beliau juga dikenal sebagai dokter yang menyokong kedokteran ekperimental, postmortem
otopsi, serta dokter bedah manusia. Sejarah juga mencatat al-nafis sebagai dokter pertama
yang menjelaskan tentang konsep metabolisme. Karya ibnu-al nafis dalam bidang kedokteran
dituliskannya dalam kitab Sharh al-adwiya al-murakkaba, komentar ibnu al-nafis terhadap
kitab karya ibnu sina yang berjudul Canon of Medicine. Ia juga menulis kitab Com mentary
on Anatomy in Avicenna’s Canon pada tahun 1242 M disebuah perpustakaan Jerman. 
Dalam buku ini, ibnu al-nafis memaparkan deskripsi tentang awal sistem peredaran darah
manusia. Sistem Peredaran Darah Pulmonalis Ibnu Nafis Dalam pandangan Ibnu Nafis,
peredaran darah manusia dimulai dari bilik kanan, melalui arteri pulmonalis, kemudian
mengalir ke paru-paru. Lewat vena pulmonalis, sirkulasi darah kemudian kembali ke serambi
kiri menuju bilik kiri untuk diedarkan ke seluruh tubuh. 
Teori Ibn Nafis tersebut kini dikenal dengan sistem peredaran darah kecil atau sirkulasi
pulmonal. Teori yang dikemukakan Ibn Nafis tersebut berusaha membantah pendapat Galen
yang telah diakui sekian lama. Dikutip dari artikel ilmiah yang ditulis Saeed Changizi
Ashtiyani, Galen mengasumsikan bahwa darah mengalir melalui invisibel holes atau “lubang
tak terlihat” yang terdapat antara dua bagian jantung. Hipotesis tanpa dasar yang
dikemukakan dengan penuh keyakinan oleh dokter paling diakui pada Abad Pertengahan itu
bahkan telah diterima sebagai kebenaran absolut. 
Selain memberi kontribusi yang begitu besar dalam bidang kedokteran, ibnu al-nafis yang
juga dikenal sebagai ilmuan serbabisa atau multitalenta turut berjasa dalam mengembangkan
ilmu keislaman. Ibnu al-nafis juga berhasil menulis sebuah metodelogi hadist yang
memperkenalkan sebuah klasifikasi ilmu hadist yang lebih rasional dan logis. Ibnu al-nafis
juga dikenal sebagai seorang sastrawan. Ia menulis Theologus Autodidactu yaitu salah satu
novel filosofis pertama dalam khazanah karya sastra Arab pertama. 
Ibn al Nafis sekali lagi mencoba membantah kekeliruan teori Galen yang berkaitan dengan
pembuluh darah dalam hubungannya dengan jantung dan paru-paru. Penelitiannya berujung
pada kesimpulan bahwa darah dipompa dari bilik kanan ke paru-paru, tempat darah akan
bercampur dengan oksigen, untuk kemudian dialirkan ke bilik kiri. Dengan teori ini, Ibn
Nafis membuktikan bahwa darah disaring di dalam paru-paru, yang lebih lanjut dikenal
sebagai sistem peredaran darah pulmonal. 
Teori Ibn al Nafis yang membuatnya terlihat menonjol ini adalah argumennya soal
pembedahan jantung dan paru-paru. Dari pembedahan itu, ia menjadi orang pertama pula
yang menyatakan paru-paru terdiri atas sejumlah bagian, di antaranya laring, pembuluh arteri,
dan pembuluh vena. Lokasi semua bagian itu terletak dalam jaringan yang lembut dan
berpori. Dokter berkewarganegaraan Mesir, Muhyiddn At-Tathawi, yang diutus ke Jerman
menemukan manuskrip buku tersebut di salah satu perpustakaan Jerman. 
Di dalam buku ini ditegaskan secara pasti bahwa Ibnu An-Nafis telah berhasil menemukan
sirkulasi darah kecil (Pulmonary Circulation). Selanjutnya dokter Mesir ini mempelajari
manuskrip karya Ibnu An-Nafis dan membandingkannya dengan riset-riset kedokteran
modern. Hasil kajiannya dia tuangkan ke dalam sebuah buku yang diberi judul "Ad Daurah
Ad-Damawiyah Tab'an Li Al-Qurasyi.  "
 
Kemudian, seorang ilmuwan Jerman yang berprofesi sebagai dokter dan orientalis, Mairhov
mempelajari manuskrip Ibnu An-Nafis, dia menyimpulkan pendapat yang memperkuat
kebenaran pendapat Dr. At-Tathawi, yaitu Ibnu An-Nafis adalah penemu sirkulasi darah kecil
yang pertama. Demikianlah Ibnu An-Nafis mendapatkan pengakuan secara resmi setelah
sekian lama dia tidak diakui.
DAFTAR PUSTAKA
Sasongko, Agung, (2019). Ibnu Al-Nafis Bapak Fisiologi Sirkulasi. Retrieved from
Republika: https://www.republika.co.id/berita/pwqsku313/ibnu-al-nafis-bapak-fisiologi-
sirkulasi 
Ratnasari, Yuliana. (2017). Teori Peredaran Darah Ibn al-Nafis yang Terlupakan Sejarah.
Retrieved from Tirto: https://tirto.id/teori-peredaran-darah-ibn-al-nafis-yang-terlupakan-
sejarah-cqEd 
Arfian, Andi. (2020). Utang Kedokteran Modern pada Ibnu Al Nafis, Bapak Fisiologi
Sirkulasi. Retrieved from KanalKalimantan: https://www.kanalkalimantan.com/utang-
kedokteran-modern-pada-ibnu-al-nafis-bapak-fisiologi-sirkulasi/ 
Fathurrohman, Muhamad Nurdin. (2015). Biografi Ibnu al-Nafis - Penemu Peredaran Darah
Dalam Tubuh Manusia. Retrieved from BIOGRAFI TOKOH TERNAMA: https://biografi-
tokoh-ternama.blogspot.com/2015/04/biografi-ibnu-al-nafis-penemu-peredaran-darah.html 
Wikipedia. (2020). Ibnu al-Nafis. Retrieved from Wikipedia:
https://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_al-Nafis 
Simbolon, Joesoef. (2013). IBNU NAFIS. Jurnal Kedokteran. 2(1):
http://repository.dharmawangsa.ac.id/497/1/jurnal%20Ibnu%20nafis.pdf 
 
Nama: Nimas Ayu Salamah
NIM: 1901125038
Kelas/Prodi: 4B Pendidikan Biologi
Mata kuliah: IDI/Kependidikan Islam 1
Dosen pengampu: Ibu Ikah Rohilah 
Tugas: Biografi Ilmuwan Islam (Ibnu Al-Baitar)

Biografi Ibnu Al-Baitar (Ahli Botani atau Ilmuwan Farmasi Islam)

Figure 1. Ibnu al-Baitar.


(sumber: Fadlurrohman, 2016)
Ibn al-Baytar al-Malaqi Diya al-Din Abu Muhammad ‘Abdllah bin Ahmad atau biasa
dipanggil Ibn al-Baytar (1197-1248) adalah seorang apoteker, ahli botani, dokter dan
ilmuwan. Kontribusi utamanya dalam ilmu pengetahuan adalah bahwa ia secara sistematis
mencatat 300 dan 400 jenis obat baru. Selain kontribusi utama itu, ada banyak kontribusi Ibn
al-Baytar lainnya, meski sifatnya sekunder, dalam bidang kedokteran dan botani. (Dallal, A.,
1993)

Riwayat Hidup dan Pendidikannya


Ibn al-Baytar lahir di kota Malaga Andalausia (kini Spanyol) pada akhir abad ke-12, yaitu
tahun 1197. Beliau belajar ilmu botani kepada seorang ahli botani Malaga, Abu al-Abbas al-
Nabati. Kelak mereka bekerja sama mengumpulkan tanaman di sekitar Spanyol. Perlu
diketahui bahwa Al-Nabati merupakan ilmuwan botani luar biasa. Beliau dikenal sebagai
mengembang awal metode ilmiah, orang pertama yang memperkenalkan teknik pengujian
secara empiris dan eksperimental, pengidentifikasi dan deskripsi berbagai materi obat, serta
pembuat laporan dan observasi untuk memverifikasi bermacam tanaman obat yang
sebelumnya ditemukan oleh orang lain. Pendekatan al-Nabati demikian inilah kelak diadopsi
oleh Ibn al-Baitar.
Setelah belajar pada al-Nabati, Ibnu al-Baytar belajar kepada Ibn Al-Rumeyya, sehingga
beliau menguasai tiga bahasa sekaligus, Spanyol, Yunani, dan Suriah. Berbekal kemampuan
berbahasa inilah, beliau mengadakan perjalanan ke beberapa negara untuk mengembangkan
ilmu yang diminatinya, botani. Dari sinilah, al-Baitar pun lantas banyak berkelana untuk
mengumpulkan beraneka ragam jenis tumbuhan.
Tetapi sebagaimana para ilmuwan lain, tidak hanya dua sosok yang mempengaruhi sl-Baytar.
Selain al-Nabati, sosok yang mempengaruhi kreativitas ilmiah Ibn al-Baytar adalah
Maimonides dan al-Ghafiqi. Penelitian dan pemikiran keduanya menginspirasinya untuk
membuat terobosan-terobosan besar dalam ilmu pengetahuan di kemudian hari. Di samping
itu, kelak juga ada banyak generasi ilmuwan setelahnya yang menimba pengaruh darinya,
baik ilmuwan Timur maupun Barat, seperti Ibn Abi Usaybi’a, Amir Daulat dan Andrea
Alpago. (Dhiya & Din, 2003)
Pada 1219, Ibn al-Baitar meninggalkan Malaga dan mengembara ke negeri-negeri Muslim di
Timur Tengah untuk mengumpulkan tanaman. Dia melakukan perjalanan dari pantai utara
Afrika sampai Anatolia. Di dalam perjalanannya, konon ia mengunjungi Konstantinopel,
Bugia, Tunisia, Tripoli, Barqa dan Adalia.
Dari tahun 1224, al-Baytar diangkat sebagai kepala ahli tanaman obat Kekhalifahan
Ayyubiyah, al-Kamil. Pada 1227 al-Kamil mengembangkan wilayah kekuasaannya ke
Damaskus (kini Suriah), dan Ibn al-Baitar menemaninya di sana. al-Kamil memberinya
kesempatan untuk mengumpulkan tanaman obat di Suriah. Tidak puas hanya di Suriah, Ibn
al-Baytar pergi ke Arabia dan Palestina untuk mengembangkan pengumpulan dan penelitian
tanaman obatnya.
Pemikiran dan Hasil Penelitian (Karya)
Figure 2. Salah satu gambar tumbuhan pada buku Ibnu al-Baitar. 
(sumber: Hemdi, 2020)

Figure 3. Salah satu halaman dalam kitab (buku) botani karya al-Baitar tentang tumbuhan di
Syiria, Palestina, dan Mesir.
(sumber: Nur, 2017)
Sebagian besar buku karya Ibnu al-Baitar berasal dari hasil penelitiannya selama beberapa
tahun terhadap berbagai jenis tumbuhan. Tak hanya berisi hasil penelitian, buku tersebut juga
di lengkapi penjelasan & komentar panjang. Di kemudian hari, karya-karya Ibnu al-Baitar
menjadi buku rujukan ilmu botani yang sangat penting. Kontribusi Ibnu al-Baitar tersebut
sangat mempengaruhi perkembangan ilmu botani & kedokteran selanjutnya, baik di Eropa
maupun Asia.
Sumbangsih utama Al-Baitar adalah Kitab Al-Jami’ li Mufradat Al-Adweya wa Al-Aghtheya
(dibawa ke Barat dan diterjemahkan menjadi The Complete [book] in Simple Medicaments
and Nutritious Items). Buku ini sangat populer dan merupakan kitab paling terkemuka
mengenai tumbuhan dan kaitannya dengan ilmu pengobatan Arab. Kitab ini menjadi rujukan
para ahli tumbuhan dan obat-obatan hingga abad 16. Ensiklopedia tumbuhan yang ada dalam
kitab ini mencakup 1.400 item, terbanyak adalah tumbuhan obat dan sayur mayur termasuk
200 tumbuhan yang sebelumnya tidak diketahui jenisnya. Kitab tersebut pun dirujuk oleh 150
penulis, kebanyakan asal Arab, dan dikutip oleh lebih dari 20 ilmuwan Yunani sebelum
diterjemahkan ke bahasa Latin serta dipublikasikan tahun 1758. (Masood, Ehsan; Yamani.,
2009)
Sebagai ilustrasi, di dalam buku tersebut Ibn al-Baitar memberikan informasi rinci kimia
tentang memproduksi air Mawar dan air Jeruk. Beliau menulis: “Shurub (sirup) beraroma
sering diekstrak dari bunga dan daun langka, dengan cara menggunakan minyak dan lemak
panas, lalu didinginkan dalam minyak kayu manis. Minyak yang digunakan juga diekstrak
dari wijen dan zaitun. Minyak atsiri diproduksi dengan menggabungkan berbagai uap kental
dalam sebuah tabung. Airnya yang wangi bisa digunakan sebagai parfum, dan jika dicampur
dengan zat-zat lain akan menghasilkan obat-obatan yang paling mahal.”

Figure 4. Figure (patung) Ibnu al-baitar.


(sumber: Dallal, 1993)
Karya fenomenal kedua al-Baitar adalah Kitab al-Mughni fi al-Adwiya al-Mufrada
(diterjemahkan di Eropa menjadi The Ultimate in Materia Medica) yakni ensiklopedia obat-
obatan. Obat bius masuk dalam daftar obat terapetik. Ditambah pula dengan 20 bab tentang
beragam khasiat tanaman yang bermanfaat bagi tubuh manusia. Pada masalah pembedahan
yang dibahas dalam kitab ini, al-Baitar banyak dikutip sebagai ahli bedah Muslim ternama,
Abul Qasim Zahrawi. Selain bahasa Arab, Baitar pun kerap memberikan nama Latin dan
Yunani kepada tumbuhan, serta memberikan transfer pengetahuan.
Tak hanya itu, ada juga Mizan al-Tabib (The Physician’s Balance), Al-Ibana wa Al-I’lam ‘ala
ma fi Al-Minhaj min Al-Khalal wa Al-Awham yang merupakan telaah kritisnya atas ilmu
farmasi sebelumnya, Minhaj al-Bayan fi ma yasta’meluhu al-Insan yang disusun oleh Abu
Ali Yahya ibn Jazla al-Baghdadi (493 H/1100 M) serta juga Al-Af’al al-Ghariba wa al-
Khawas al-’Ajiba. “Catatan-catatan Al-Baytar adalah catatan terpenting dalam dunia
tumbuhan dari seluruh periode kejayaan ahli botani, mulai dari masa Dioscorides sampai
abad ke-16,” ungkap Sarton. Catatan Al-Baytar, kata ahli sejarah ini, seperti kamus atau
ensiklopebeliau lengkap tentang tumbuh-tumbuhan.
Penemu Ramuan Herbal Kanker (Hindiba)

Figure 5. Tumbuhan Hindiba. 


(sumber: Dimas, 2012)
Al-Baitar, seorang ilmuwan Muslim abad ke-12 M yang berhasil menemukan ramuan herbal
untuk mengobati kanker bernama Hindiba. Ramuan Hindiba yang ditemukan al-Baitar itu
mengandung zat antikanker yang juga bisa menyembuhkan tumor dan ganguan-gangguan
neoplastic.
Kepala Departemen Sejarah dan Etika, Universitas Istanbul, Turki, Prof Nil Sari dalam
karyanya Hindiba: A Drug for Cancer Treatment in Muslim Heritage, telah membuktikan
khasiat dan kebenaran ramuan herbal Hindiba yang ditemukan al-Baitar itu. Beliau dan
sejumlah dokter lainnya telah melakukan pengujian secara ilmiah dan bahkan telah
mempatenkan Hindiba yang ditemukan al-Baitar. (Imam, A., 2019)
Menurut Prof Nil Sari, Hindiba telah dikenal para ahli pengobatan (pharmacologis) Muslim,
serta herbalis di dunia Islam. “Umat Muslim telah menggunakan ramuan untuk
menyembuhkan kanker jauh sebelum dokter di dunia Barat menemukannya,” ungkap Prof Nil
Sari. Setelah melakukan pengujian secara ilmiah, Prof Nil Sari menyimpulkan bahwa,
Hindiba memiliki kekuatan untuk mengobati berbagai penyakit. Hindiba dapat membersihkan
hambatan yang terdapat pada saluran-saluran kecil di dalam tubuh, khususnya dalam sistem
pencernaan. Tapi domain yang paling spektakuler adalah kekuatannya yang dapat
menyembuhkan tumor ungkapnya. (Wasito, H, Herawati, D., 2008)
Untuk melacak khasiat dan ramuan Hindiba, Prof Nil Sari pun melakukan penelitian terhadap
literatur pengobatan masa lalu. Beliau melacak dua masterpiece ilmuwan Muslim, yakni Ibnu
Sina lewat Canon of Medicine serta ensiklopedia tanaman yang ditulis al-Baitar. “Ketika
kami melihat teks lama secara lebih dekat, kami melihat adanya kebenaran yang sedikit sekali
kami ketahui tentang ramuan tanaman (herbal) di masa lalu,” ungkapnya. Dalam teks
peninggalan kejayaan Islam itu dijelaskan bahwa Hindiba dan berbagai jenis herbal lainnya
dibagi menjadi dua kelompok utama, yakni herbal yang diolah dan herbal yang tak diolah.
Menurut teks pengobatan kuno, keampuhan pengobatan kanker dengan menggunakan
Hindiba didasarkan atas pertimbangan teoritis pengobatan, yakni efek obat-obatan medis
beroperasi sesuai dengan sifat dari konstituen. Menurut Prof Nil, konstituen yang dihasilkan
dari dekomposisi akan memiliki efek yang disebut energi. Potensi kualitas panas dan dingin
dalam sifat obat akan keluar sebagai hasil dekomposisi dalam tubuh.
Komponen aktif komponen alami yang panas akan segera bereaksi. Akan tersebar melalui
jaringan secara efektif. Konstituen panas bereaksi sebelum konstituen dingin dan
membersihkan hambatan dalam saluran-saluran kecil pada bagian tubuh dan memperlancar
penyebaran konstituen dingin. Kemudian, unsur dingin itu datang dan mulai berfungsi
menjalankan fungsinya.
Dalam risalah kedokteran berbahasa Arab, peninggalan era keemasan Islam, disebutkan
bahwa semua jenis pembengkakan seperti kutil atau benjolan telah menyebabkan gangguan
pada saluran. Sedangkan kanker digambarkan sebagai massa yang keras. Diidentifikasi
sebagai pembengkakan yang keras, kanker berkembang dari kecil kemubeliaun menjadi besar
ditambah dengan rasa sakit.
Mengutip catatan Ibnu Sina dalam Canon of Medicine, Prof Nil Sari mengungkapkan, tumor
atau kanker, bila di biarkan akan semakin bertambah ukurannya. Sehingga kanker itu akan
menyebar dan merusak. Akarnya dapat menyusup di antara elemen jaringan tubuh. Prof Nil
Sari menemukan gambaran serupa tentang kanker dalam manuskrip pengobatan di era
Usmani.
Menurut Ibnu Sina, tumor digolongkan menjadi dua, yakni tumor panas dan dingin. Tumor
yang berwarna dan terasa hangat saat disentuh biasanya disebut tumor panas, sementara
tumor yang tidak berwarna dan terasa hangat disebut tumor dingin. Ibnu Sina menyebut
kanker sebagai bentuk tumor yang berada di antara tumor dingin.
Khasiat Hindiba diteliti Prof Prof Nil Sari dengan menyajikan data yang mendalam mengenai
latar belakang teori percobaan invivo dan invitro dengan sari herbal dari Turki. Ia memulai
dari filsafat Turki Usmani, yang berakar dari pengobatan Islam. Dalam karya beliau ini,
disebutkan bahwa obat Cichorium intybus L dan Crocus sativus L diidentifikasi sebagai
alternatif tanaman yang identik satu sama lain yang merupakan komponen aktif untuk
pengobatan kanker.
Prof Nil Sari dan rekannya Dr Hanzade Dogan mencampurkan C intybus L dan kunyit
(saffron) dari Safranbolu, seperti yang dijelaskan teks pengobatan lama. “Yang lebih menarik
adalah hasil penelitian laboratorium kami yang menunjuk kan bahwa dari ekstrak C intybus L
yang ditemukan menjadi paling aktif pada kanker usus besar,” ujar Prof Nil Sari.
Menurut beliau, Hindiba terbukti sangat efektif mengobati kanker. Sayangnya, kata beliau,
pada zaman dahulu, Hindiba lebih banyak disarankan sebagai obat untuk perawatan tumor.
Hal itu terungkap dalam kitab Ibnu al-Baitar. Menurut al-Baitar, jika ramuan Hindiba
dipanaskan, dan busanya diambil dan disaring kemudian diminum akan bermanfaat untuk
menyembuhkan tumor. (Hemdi Y., 2020)
Pakar pengobatan di era Kesultanan Turki Usmani, Mehmed Mumin, mengungkapkan bahwa
Hindiba bisa mengobati tumor dalam organ internal. Namun, lebih sering dianjurkan untuk
perawatan tumor pada tenggorokan. Jika kayu manis di campurkan pada jus Hindiba (khusus
yang diolah dengan baik) dapat digunakan untuk obat kumur-kumur serta bermanfaat pula
untuk perawatan tumor, sakit dan radang tenggorokan.
Kontribusi Al-Baitar tersebut merupakan hasil observasi, penelitian serta pengklasifikasian
selama bertahun-tahun. Dan karyanya tersebut dikemudian hari amat mempengaruhi
perkembangan ilmu botani dan kedokteran baik di Eropa maupun Asia. Meski karyanya yang
lain yakni kitab Al-Jami baru diterjemahkan dan dipublikasikan ke dalam bahasa asing,
namun banyak ilmuwan telah lama mempelajari bahasan-bahasan dalam kitab ini dan
memanfaatkannya bagi kepentingan umat manusia.
Wafat
Ibnu al-Baitar meninggal di Damaskus pada tahun 1248. Dunia mengenangnya sebagai
seorang yang paling berjasa dalam bidang ilmu tumbuh-tumbuhan, dan berpengaruh penting
dalam perkembangan ilmu botani.
DAFTAR PUSTAKA
Dallal, A. (1993). Pervez Hoodbhoy. Islam and Science: Religious Orthodoxy and the Battle
for Rationality. London: Zed Books
Masood, Ehsan; Yamani. (2009).  Ilmuwan-ilmuwan Muslim: Pelopor Hebat Di Bidang
Sains Modern. Alih Bahasa Fahmy Yamani. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Imam, A. (2019). Ibn Al-Baitar: Doctor of Natural Medicine: Ali Gator
Hemdi Y. (2020). Al-Baitar: Ahli Farmasi yang Terpuji. Jawa Barat: Luxima
Wasito, H, Herawati, D. (2008). Etika Farmasi dalam Islam. Yogyakarta: Graha Ilmu
Dhiya, A., & Din, A. (2003). Biography Ibn Al Baitar (Abu Muhammad Abdallah Ibn Ahmad
Ibn A1 Baitar). 12(1).
Nama : Afifah Marwah
NIM : 1901125062
Kelas : 4B – Pendidikan Biologi
Tugas : Biografi Tokoh Ilmuwan Muslim Pengukir Sejarah
Matkul : IDI / Kependidikan Islam 1

BIOGRAFI IBNU AL-HAYTHAM


Abu Ali Muhammad al-Hassan Ibnu al-Haytham (‫ابوعلی‬،‫ )الهيتم بن حسن بن حسن‬atau Ibnu al-
Haytham, dikenal di kalangan cendikiawan di Barat dengan nama Alhazen atau Alhacen,
adalah seorang ilmuwan Islam yang ahli di berbagai bidang antara lain: sains, astronomi,
matematika, fisika, geometri, pengobatan, dan filsafat. Ia banyak pula melakukan
penyelidikan mengenai cahaya, dan telah memberikan ilham kepada ahli sains barat seperti
Boger, Bacon, dan Kepler dalam menciptakan mikroskop serta teleskop. Namun namanya
mulai masyhur di Mesir, saat pemerintahan Islam dipimpin oleh Khalifah Al-Hakim (996-
1020) (Saifuddin, 2015).  Sayangnya, hanya sedikit detail yang diketahui tentang kehidupan
Ibn al-Haytham. Informasi biografi yang dikutip seringkali saling bertentangan, tergantung
pada sejarawan yang melaporkannya. Sebagian besar informasi berasal dari tulisan Ibnu al-
Qifti (1172–1248 M) dan Ibnu Abi Usaibi’a (1203–1270 M), dua sejarawan Muslim
terkemuka pada masa itu.
1. Biografi dan Riwayat Hidup Ibnu Al-Haytham
Ibnu al-Haytham dengan nama asli Abu Ali Muhammad al-Hassan Ibnu al-Haytham lahir di
Kota Basra, Selatan Iraq pada 345 H/965 M. Ia dikenal sebagai sebutan Alhazen, Alhacen,
Avennathan atau Avenetan di dunia Barat. Beliau dibesarkan di kota Basrah. Setelah cukup
dewasa di kota Basrah, kemudian Ibnu al-Haytham menuju Baghdad. Meskipun tidak ada
catatan langsung mengenai tahun kepergiannya ke Baghdad, tetapi di dalam ʿUyūn al-Anbāʾ
disebutkan bahwa di kota Basrah, Ibn al-Haytham pernah ditunjuk menjadi seorang pegawai
pemerintahan (Ishaq, 2017). Kemungkinan kepergiannya ke Baghdad adalah karena
kecintaannya terhadap ilmu, di Baghdad terdapat perpustakaan terbesar pada masanya, yaitu
Perpustakaan Bayt al-Hikmah. Basrah dan Baghdad merupakan dua kota yang menjadi pusat
ilmu pengetahuan Abbasiyah pada masa itu. Kemasyhurannya sebagai ilmuwan
menyebabkan pemerintah Bani Fatimiyah di Mesir waktu itu, yaitu Pemerintah Khalifah Al-
Hakim bin Amirillah (386-411H/996-1021M) mengundangnya ke Mesir (Saifuddin, 2015).
Maksud dari undangan tersebut adalah meminta bantuan Ibnu al-Haytham untuk mengatasi
banjir Sungai Nil yang kerap melanda Mesir setiap tahunnya (Amr & Tbakhi, 2007).
Sayangnya, karena kekurangan teknologi pada masa itu, ia gagal menyelesaikan masalah
banjir tersebut. Ia berecana untuk mengatasi banjir dengan membuat bendungan (dam) pada
bagian selatan kota Aswan, namun rencana tersebut gagal. Mengetahui kekejaman dari
kepemimpinan Mesir saat itu, ia sangat takut akan dibunuh oleh pemerintah, ia berpura-pura
memiliki penyakit jiwa. Ia dilepas dari segala kehormatannya dan ditahan sebagai tahanan
rumah selama sekitar 10 tahun lamanya hingga Khalifah Al-Hakim bin Amirillah wafat pada
1021 M. Setelah dibebaskan dari tahanan rumah, ia tinggal dibangunan dekat dengan Masjid
Azhar, Kairo dan mengajar sains, terutama fisika dan matematika. Ia mencari uang dengan
cara menjual buku-buku teks buatannya . 
2. Karya-karya Ibnu Al-Haytham
Ibn al-Haytham adalah seorang penulis yang produktif. Dia menulis lebih dari 200 karya
tentang berbagai subjek, di mana setidaknya 96 karya ilmiahnya diketahui, dan kira-kira 50 di
antaranya masih ada hingga saat ini. Hampir setengah dari karyanya yang masih hidup adalah
tentang matematika, 23 di antaranya tentang astronomi, dan 14 di antaranya tentang optik,
dengan beberapa tentang ilmu sains lainnya. Tidak semua karyanya sudah dipelajari, tetapi
beberapa ini adalah karyanya yang penting:
a. Kitab Al Manazer (Book of Optics)
b. Risalah fi al-Dawa’ (Treatise on Light)
c. Mizan al-Hikmah (Balance of Wisdom)
d. Maqalah fi al-Qarastun (Treatise on Centers ofGravity)
e. Risalah fi al-Makan (Treatise on the Place)
f. Al-Shukuk al Batlamyus (Doubts concerningPtolemy)
g. On the Configuration of the World
h. The model of the Motion of the Seven Planets

Metode Ilmiah 
Ibn al-Haytham mengembangkan metode eksperimental yang ketat dari pengujian ilmiah
terkontrol untuk memverifikasi hipotesis teoritis dan memperkuat dugaan induktif. Metode
ilmiah Ibn al-Haytham sangat mirip dengan metode ilmiah modern dan terdiri dari siklus
berulang pengamatan, hipotesis, eksperimen, dan kebutuhan untuk verifikasi independent.
Gorini menulis berikut ini tentang pengenalan metode ilmiah oleh Ibn al-Haytham: “Menurut
mayoritas sejarawan, al-Haytham adalah pelopor metode ilmiah modern. Dengan bukunya, ia
mengubah arti istilah ”optic”, dan mendirikan eksperimen sebagai norma pembuktian di
lapangan. Penyelidikannya tidak didasarkan pada teori abstrak, tetapi pada bukti
eksperimental. Eksperimennya sistematis dan berulang ”.
Teori Penglihatan (Optik)
Bukunya tentang optik, yaitu Kitab Al Manazer ditulis pada masa tahanan rumahnya,
diperkirakan selesai pada 1011 M atau 1012 M dan ditulis menggunakan Bahasa Arab.
Sarjana Polandia Witelio (1230–1275) menerjemahkan karya ini ke dalam bahasa Latin
dengan judul De Perspectiva (The Perspective) atau De Aspectibus (The Aspects). Beberapa
abad kemudian, pada tahun 1572 Friedrich Risner (1533–1580) menerbitkan terjemahan
Latin dari teks ini sebagai Opticae Thesaurus, Alhazeni Arabis Libri Septem (Harta Optik,
Tujuh Buku Bahasa Arab Alhazen) di Basel, Swiss.

Gambar sampul dari buku Opticae Thesaurus, Alhazeni Arabis Libri Septem (Harta Optik,
Tujuh Buku Bahasa Arab Alhazen)
Didalam bukunya yang berjudul Kitab Al Manazer (Book of Optics), ia menulis kedalam
delapan bab, dimana tiga pertama membahas tentang penglihatan, tiga berikutnya membahas
tentang pencerminan atau refleksi, dan bab terakhir membahas tentang pembiasan. Di bab
pertama, terdapat delapan sub-bab dengan lima diantaranya membahas tentang anatomi mata.
Disitulah ia membuat gambarnya yang terkenal yaitu diagram mata (diagram of the eyes).
     
Gambar diagram mata (sebelah kiri) (Daneshfard et al., 2016), dan Gambar struktur mata
(gambar kanan) (Amr & Tbakhi, 2007)
Dengan menggunakan kaedah matematika dan modern fisika yang baik beliau dapat
membuat eksperimen yang teliti, Ibnu Al Haytham telah meletakkan optik pada batu asas
yang kukuh. Beliau telah menggabungkan teori dan eksperimen dalam penelitiannya. Dalam
penyelidikan, beliau telah mengkaji gerakan cahaya, ciri-ciri bayang dan gambar dan banyak
lagi fenomena optik yang penting. Beliau telah menolak teori Ptolemy dan Euclid yang
mengatakan bahawa manusia melihat benda melalui pancaran cahaya yang keluar dari
matanya. Tetapi menurut Ibnu Al Haytham, bukan mata yang memberikan cahaya tetapi
benda yang dilihat itulah yang memantulkan cahaya ke mata manusia.
 Teori Hukum Pembiasan (Fenomena Atmosfera)
Selama di Spanyol, Ibnu Al Haytham melakukan beberapa penyelidikan dan percubaan
ilmiah berhubung dengan bidang optik. Penemuannya yang terkenal ialah “hukum
pembiasan”, yaitu hukum fisika yang menyatakan bahawa sudut pembiasan dalam pancaran
cahaya sama dengan sudut masuk. Menurut pengamatan Ibnu Al Haytham, beliau
berpendapat bahawa cahaya merah di kaki langit di waktu pagi (fajar) bermula ketika
matahari berada di 19 derajat di bawah kaki langit. Sementara cahaya warna merah di kaki
langit di waktu senja (Mega) akan hilang apabila matahari berada 19 derajat di bawah kaki
langit selepas jatuhnya matahari. Kepintarannya dalam matematika juga dibuktikan ketika ia
berhasil menyatakan dengan tepat ketinggian atmosfer bumi yakni 58,5 mil (Gunandi, 2002).
Dalam fisika modern, hukum ini dikenali dengan nama “hukum pembiasan Snell” yang
dinamai sesuai dengan nama ahli fisika Belanda, Willebrord van Roijen Snell.
Bidang Falsafah
Ibnu Al Haytham telah disenaraikan diantara salah seorang ahli falsafah Aristo..
Dikalangannya adalah sahabat beliau yaitu Ibnu Sina dan al-Biruni. Ia adalah seorang perintis
ilmu fenomenologi, yang berarti mengkaitkan ilmu sains dengan agama dan mengobservasi
secara langsung berdasarkan realita dari peneliti. Ibnu Al Haytham mendahului Kant lebih
tujuh abad lamanya. Teori yang dilebalkan dari Kant sebenarnya datang dari beliau yaitu:
“bahawa untuk mencapai kebenaran hendaklah dengan mengetahui pendapat-pendapat yang
berunsur kepada kenyataan yang dapat digambarkan dengan akal rasional”.
Bidang Astronomi
Beliau melanjutkan pendapat ilmuwan Yunani tentang proses pengubahan langit abstrak
menjadi benda-benda padat, yang artinya bahwa planet bukan benda abstak melaikan dapat
digambarkan wujud fisiknya dan pergerakannya tidak akan menabrak satu dengan yang
lainnya (Somadinata, 2016). Dalam karya astronominya, beliau melukis gerakan planet-
plenet, tidak hanya dalam terma eksentrik dan episiklus, tetapi juga dalam satu model fisika.
Pendapatnya banya mempengaruhi Dunia Pemikiran Barat pada zaman Johannes Kepler.
Tiga abad kemudian karya ini ditukar dalam bentuk ikhtisar oleh astronomi muslim yaitu
Nasiruddin at-Tusi.
Bidang Fisika
Dalam bidang fisika Ibnu Al Haytham telah mengkaji tentang gerakan yang membawa beliau
menemui prinsip intersia dan statik. Beliau telah mengasaskan dan menjadikan optik menjadi
satu sains baru. Banyak kajian beliau telah mendahului dan diikuti oleh Francis Bacon,
Leonardo da Vinci, dan Johannes Kepler.

Bidang Matematika
Dalam geometri, Ibn al-Haytham mengembangkan geometri analitik dengan menetapkan
keterkaitan antara aljabar dan geometri. Ibn al-Haytham juga menemukan rumus untuk
menjumlahkan 100 bilangan asli pertama.
Kontribusinya pada teori bilangan termasuk karyanya tentang bilangan sempurna. Dalam
Analisis dan Sintesisnya, Ibn al-Haytham adalah orang pertama yang menyadari bahwa setiap
bilangan sempurna genap adalah dari bentuk 2n-1 (2n-1) di mana 2n-1 adalah bilangan prima,
tetapi ia tidak berhasil membuktikan hasil ini. Itu dibuktikan kemudian pada abad ke-18 oleh
Euler (Amr & Tbakhi, 2007).
DAFTAR PUSTAKA
Gunandi, R. A. (2002). Dari Penakluk Jerusalem Hingga Angka Nol. Jakarta: Penerbit
Republika.
Somadinata, Y. (2016). 1000+ Kejayaan Sains Muslim. Jakarta: Elex Media Computindo.

Amr, S. S., & Tbakhi, A. (2007). Arab and Muslim Physicians and Scholars. Ann Saudi Med,
27(4), 220–221.
https://www.researchgate.net/profile/Samir_Amr/publication/45260630_Abu_Bakr_Muham
mad_Ibn_Zakariya_Al_Razi_Rhazes_Philosopher_physician_and_alchemist/links/00463517
a10aa60aa9000000.pdf
Daneshfard, B., Dalfardi, B., & Nezhad, G. S. M. (2016). Ibn al-Haytham (965–1039 AD),
The original portrayal of the modern theory of vision. Journal of Medical Biography, 24(2),
227–231. https://doi.org/10.1177/0967772014529050
Ishaq, U. M. (2017). TINJAUAN BIOGRAFI-BIBLIOGRAFI IBN AL-HAYTHAM Usep
Muhamad Ishaq. 5, 89–90.
Saifuddin, M. (2015). IBNU AL-HAYTHAM DAN PEMIKIRANNYA DALAM BIDANG
SAINS (965-1040). Undergraduate Thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya, 32–36.
Nama: Nabilla Sinta Dewi
NIM: 1901125030
Kelas: 4 B
Tugas: Biografi Tokoh
Matkul: IDI
BIOGRAFI IBNU BATUTAH

Sosok Ibnu Battutah


Muhammad Abu Abdullah bin Muhammad Al Lawati Al Tanjawi Ibn Batutah atau yang
biasa kita kenal sebagai Ibnu Batutah ialah seorang penjelajah Muslim asal Maroko. Dia lahir
di suatu tempat yang bernama Tangier pada tanggal 24 Februari 1304 M atau sekitar 17
Rajab 703 H. ia dikenal sebagai sosok petualang pemberani yang lahir dalam lingkungan
keluarga hakim dan juga keluarga ahli fiqh di Tangier. Dan ia dilahirkan pada zaman Dinasti
Mariniah. Bani Mariniah dikenal pula sebagai bangsa Barbar. Dan sewaktu ia muda, ia
termasuk ke dalam golongan anak yang cerdas hal ini dikarenakan ia memiliki banyak
pengetahuan agama karena ia senang mempelajari ilmu agama, ia pun banyak mendapat
pembelajaran ilmu sastra Islam. Akan tetapi, ia memilih jalan hidupnya sendiri untuk menjadi
seorang petualang (1987 ,‫)ابن بطوطة‬.
Ia melakukan petualangan yang terbilang cukup lama yaitu selama 29 tahun. Ia
menjelajah banyak negara baik negara Eropa, Afrika, Amerika bahkan Aisa dan Indonesia di
dalamnya. Sejak tahun 1325 dia memiliki kesukaan yaitu mengembara. Hal ini dimulai nya
dengan berjalan zke tanah suci Mekkah seorang diri dan dengan berniat beribadah haji. Saat
itu niat nya memang hanyalah untuk berhaji. Dia berangkat seorang diri untuk melakukan
perjalanan darat sejauh 4.828 kilometer ke Makkah dari rumahnya di Tangier, Maroko.
Beberapa keluarganya tidak pernah dia lihat karena wabah melanda tanah kelahirannya
sebelum dia kembali. Dia melakukan perjalanan dengan berjalan kaki, berkuda, dan berlayar
lebih dari 120. 700 kilometer dan melewati lebih dari 40 negara modern (Nazaroni, 2015).
Dan setelah melakukan ibadah hajinya maka tujuan lainnya pun muncul. Yaitu untuk
memperluas pendidikan serta pengetahuannya tentang Islam, sehingga ia memutuskan untuk
bertualang. Hal yang ia lakukan ketika mengembara tidak hanya menikmati waktu sendiri,
tetapi ia mencari ilmu baru yang belum ia dapatkan sebelumnya. Seperti contohnya, ia belajar
dari sejumalah sarjana terkenal yang berasal dari Mesir dan Suriah. Ibnu battutah terkenal
akan luasnya wawasan berpikir nya hal ini disebabkan karena seringnya ia berdiskusi,
bergaul, dan belajar dari para ilmuwan dan para ahli. Karirnya sebagai hakum pun terus
menanjak berkat pengetahuan keislamannya yang luas dan dengan keluasan ilmunya itulah
maka ia menjadi hakim tamu yang disegani serta dihormati (Martha, 2016).
Dan selama menjadi hakim di pengadilan, ia menyadari bahwasannya ia masih belum banyak
melakukan hal yang meiliki kepentingan dakwah. Kainginannya untuk meyiarkan agama
Islam inilah yang tampaknya membuat Ibnu Battutah melenceng dari apa yang telah ia jalani.
Yang pada awalnya ia adalah seorang hakim maka ia memutar haluan sehingga
menjadikannya seorang pengembara.
Perubahan perjalan hidupnya ini dimulai semenjak ia berpetualang ke Mesir melewati Tunis
dan Tropoli dengan melalu jalur darat. Dan petualangan tadi menyita perhatian dari Ibnu
Battutah. Dan disanalah ia mulai belajar kondisi geografi setempat dengan berbagai rintangan
alam yang dilewatinya.  Dan ia merasakan bahwa jiwa pengembara nya lebih cocok baginya
disbanding profesinya, terutama ketika ia masih muda. Baru sekita Ibnu Battutah berusa 50
tahun barulah ia berhenti sebagai pelancong geografi (Martha, 2016).
Ia memiliki semboyan yang berbunyi, “tak akan melewati daerah untuk kedua kalinya”. Hal
ini bermaksud bahwa ia tak akan mengulangi kembali kunjungannya ke daerah yang sama
atau yang pernah ia datangi. Perjalanan geografi Ibnu Battutah akhirnya berhenti pada tahun
2357 dan ia kembali menekuni profesinya sebagai hakim Islam selama 12 tahun dan sampai
akhirnya ia wafat pada tahun 1369/1377.
Kunjungan Ibnu Battutah di Samudra Pasai, Indonesia
Ibnu Battutah pertama kali mengunjungi Indonesia dan menjejakkan kakinya di tanah
Nusantara pada tahun 1345. Ia melalui jalur laut dan terlebih dahulu mengunjungi Pantai
Malabar dan menghabiskan dua tahun sebleumnya di Pulau-pulau Maldives. Kunjungan
kedua Ibnu Battutah pada tahun 1346. Hal ini bertujuan untuk menyiapkan perjalanannya ke
Sailan/ Sri Lanka, Bengal, dan Assam. Hal ini bermula karena situasi politik yang kurang
menguntungkan saat ia di Pulau Maldives.
Ketika ia memutuskan untuk merangkum misinya ke Cina melalui Indonesia
(Sumatra) dan juga Malaysia. Menurut suatu sumber, ketika ia berada di Sumatra Ibnu
Battutah mendapatkan sebuah hadiah berupa kapal tang diberikan oleh Sultan Malik Dhahir.
Dan dengan kapalnya tersebut ia melanjutkan perjalanannya menuju Cina. Tetapi dalam suatu
sumber lain dikatakan bahwa hadiah yang ia dapatkan adalah seorang gadis dan dua orang
pemuda yang nantinya akan membantu Ibnu Battutah dalam perjalanan geografinya. Banyak
bagian dunia lain yang pada akhirnya berhasil dikunjungi oleh Ibnu Battutah dan apabila
digabungkan keseluruhan perjalanan geografinya makan akan didapatkan lebih dari 120.000
kilometer jarak tempuh.

Sumbangan Ibnu Battutah terhadap Perkembangan Ilmu Geografi dan Kartografi


Perjalanan geografi Ibnu Battutah ketika ia melewati wilayah Indonesia (Samudra
Pasai) secara tidak langsung memberikan sumbangsih bagi bangsa Indonesia khususnya
dalam kemajuan ilmu geografi. Melalu bukunya yaitu Rihlah Ibnu Battutah menjadikan
masyarakat Indonesia memiliki ilmu yang lebih meningkat terkait ilmu geografi.
Bahwasannya di dalam buku tersebut dijelaskan secara mendetail perjalanan dari Ibnu
Battutah semisal ketika ia melewati gurun pasir, sehingga hal-hal seperti inilah yang
memberikan ilmu baru terhadap masyarakat. Dan terlebih lagi karena di Indonesia pun tidak
memiliki gurun pasir. Bahkan suatu sumber barat menyatakan bahwa Ibnu Battutah
melampaui perjalanan yang dilakukan oleh Marco Polo. 
Perjalanannya yang amat jauh serta meluas tersebut sangat menguntungkan bagi ilmu
geografi dan juga Islam. Dan hal ini pula termasuk ke dalam salah satu cara untuk
mensyiarkan agama Islam. Daerah-daerah yang ia kunjungi di antaranya adalah Mesir,
Tunisia, Libya, Suriah, Irak, Iran, Arab Saudi, Yaman, Tanzania, Turki, Bulgaria, India,
Afghanistan, Sri Lanka, Indonesia, dan Cina. Ibnu Battutah selalu menjadikan Mekkah sebagi
pusat dalam rangka pertemanan. Motivasi Battutah untuk memilih Mekkah sebagai pusat dari
perjalanan agar ia dapat mengunjungi tanah suci tidak terbatas (Adab et al., 2018).
Meskipun tidak dituliskan secara merinci keadaan geografis ketika dalam
perjalananan. Tetapi Ibnu Battutah menyampaikan kondisi geografis lingkungan alam baik
secara tersirat maupun tersurat. Dan dia menuliskan semua kisahnya dalam sebuah buku yang
berjudul Rihlah Ibnu Battutah. Setelah pulang ke kampung halaman pada 1354, atas anjuran
Sultan Abu Inan Faris, penguasa Maroko dari Bani Marin, Ibnu Batutah meriwayatkan
petualangan-petualangannya kepada Ibnu Juzay, seorang alim yang pernah ia jumpai di
Granada. Riwayat yang disusun oleh Ibnu Juzay inilah satu-satunya sumber informasi tentang
petualangan-petualangan Ibnu Batutah. Judul lengkap dari naskah yang disusun oleh Ibnu
Juzay ini adalah Hadiah Bagi Para Pemerhati Negeri-Negeri Asing dan Pengalaman-
Pengalaman Ajaib (bahasa Arab: ‫تحفة النظار في غرائب األمصار وعجائب األسفار‬, Tuḥfatun Nuẓẓār fī
Gharāʾibil Amṣār wa ʿAjāʾibil Asfār), namun sering kali hanya disebut Lawatan (bahasa
Arab: ‫الرحلة‬, Ar-Rihlah).  Ar-Rihlah sebenarnya adalah sebutan bagi salah satu ragam baku
dari karya tulis dalam sastra Arab. 
Tidak ada indikasi bahwa Ibnu Batutah mencatat sendiri pengalaman-pengalaman selama dua
puluh sembilan tahun bertualang. Manakala meriwayatkan kembali petualangan-
petualangannya untuk dicatat oleh Ibnu Juzay, Ibnu Batutah hanya mengandalkan ingatannya,
dibantu naskah-naskah yang dihasilkan oleh para musafir terdahulu. Ibnu Juzay tidak
menyebutkan sumber-sumber rujukannya, dan menyajikan sejumlah keterangan yang dikutip
dari naskah-naskah lain seakan-akan ia dengar langsung dari mulut Ibnu Batutah. Manakala
menuliskan uraian tentang Damaskus, Mekah, Madinah, dan beberapa tempat lain di Timur
Tengah, ia jelas-jelas menyalin ayat-ayat dari catatan musafir Andalusia, Ibnu Jubair, yang
ditulis lebih dari 150 tahun sebelumnya. Demikian pula sebagian besar uraian Ibnu Juzay
tentang tempat-tempat di Palestina sebenarnya disalin dari catatan perjalanan seorang musafir
abad ke-13 yang bernama Muhammad Al-Abdari.

Akhir Hayat Ibnu Battutah


Abad ke-14, masa Ibnu Battuta hidup, merupakan masa yang cukup makmur. Setidaknya,
dalam tiga dasawarsa pertama di dunia Afrika dan Asia-Eropa. Namun, paruh kedua abad itu
bertolak belakang, yakni banyak diwarnai musibah besar dan kekacauan ekonomi. Wabah
yang terjadi bukan hanya pes (Black death) yang menelan hingga 200 juta korban jiwa dan
memuncak di Eropa. Wabah pes ini mengurangi hasil panen dan populasi secara drastis di
Eropa, Timur Tengah, dan barangkali dampaknya sampai ke India dan Cina. 
Pada masa mencekam itulah Ibnu Battuta justru sampai pada tahap akhir perjalanannya.
Hampir semua negeri yang pernah dijelajahinya kemudian menjadi runtuh (misalnya Dinasti
Yuan di Cina, Kerajaan Ilkhanids di Persia), memburuk (Kesultanan Delhi, Byzantium), atau
mengalami pelbagai gejolak politik (Kerajaan Kipchak Khan dan Chagatay Khan, serta
Kesultanan Mamluk, KerajaanMali, dan Granada).Pulang dari perjalanannya, ia kembali ke
kampung halamannya. Di sana, Ibnu Battuta menghabiskan tahun-tahun terakhirnya di tengah
situasi politik yang cukup bergemuruh, yakni ancaman perpecahan negeri Marinid. Pasukan
Sultan Abu 'Inan menyerbu Ifriqiya dan Tunis pada 1357. Namun, ia terpaksa mundur
beberapa bulan kemudian. Sepeninggalan Sultan Abu 'Inan, tidak ada raja dari Negeri
Marinid yang cakap. Dan ia wafat pada 1368 atau 1369 (pada usia 64 atau 65 tahun) Maroko
pada Zaman Bani Marin.
Tidak ada satu sejarawan pun yang yakin di mana persis letak makamnya. Ibnu Battuta
mengembuskan napas terakhirnya pada 1368 Masehi atau 700 Hijriyah. Tidak ada satu
sejarawan pun yang yakin di mana persis letak makamnya. Di Tangier sendiri, hingga kini
ada sebuah tugu makam yang dianggap sebagai peninggalan Ibn Battutatetapi keasliannya
cukup meragukan.Di Tangier sendiri, hingga kini ada sebuah tugu makam yang dianggap
sebagai peninggalan Ibn Battutatetapi keasliannya cukup meragukan.

DAFTAR PUSTAKA
Adab, F. et al. (2018) 1325 M.
Battutah ibn Abdullah. 2009. Rihlah Ibnu Battutah. Jakarta: Al-Kautsar
Martha, S. (2016) ‘Ibnu Battutah dan Perkembangan Ilmu Geografi di Indonesia’, Forum
Geografi, 5(2), p. 62. doi: 10.23917/forgeo.v5i2.4681.
Nazaroni, N. (2015) ‘Semiotika Jihad Fi Sabilillah ’Ibnu Battutah’Dalam Film Journey To
Mecca’. Available at: http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/26730.
‫) ‘رحلة ابن بطوطة تحفة النظار في غرائب األمصار وعجائب األسفار‬1987( ‫’ابن بطوطة‬, p. 799.
Nama : Nur Rizky Fadilah
NIM : 1901125013
Kelas : 4B 
Tugas : Biografi Tokoh Islam
Matkul : IDI/Kependdikan Islam

IBNU HAZM
Ibnu Hazm adalah seorang ahli fikih, sejarawan juga imam Ahlus Sunnah di Andalusia
(Spanyol) islam. Beliau memiliki keluasan akan ilmu pengetahuannya dan kepakaran dalam
bahasa Arab. Ibnu Hazm juga pendukung dan ahli fikih yang terkemuka dari Mahzhab
Zhahiri. Dan sudah menghasilkan karya tulis ada 400 judul meski hanya 40 saja yg di
temukan, ada hukum islam, sejarah, etika, akidah dll. Ibn Hazm (Ibn Hazm) adalah nama
yang ditulis di berbagai karangan keilmuannya , sehingga Ibn Hazm (Ibn Hazm) dikenal luas
dengan nama ini. Imam Ibn Hazm tinggal di Cordova bersama ayahnya. Ayahnya adalah
seorang menteri dari Khalifah Mansour Khalifah Muhammad bin Abi Amir (Muhammad bin
Abi Amir) dan masih menjadi menteri pemerintahan putranya Al-Muzhaffar. Ayahnya adalah
orang yang mengendalikan operasi pemerintahan kedua. Imam Ibn Hazm sendiri kemudian
menjabat sebagai pendeta dari khalifah Abdul Rahman bin Hisam bin Abdul Jabar bin
Nashir, yang dijuluki "Mustaz Bill". Ia kemudian secara sukarela meninggalkan jabatan
menteri dan melanjutkan karya ilmiahnya.
Ibnu Hazm lahir pada tanggal 7 November 994 M di Cordoba. Lahir dengan nama Abu
Muhammad Ali bin Ahmad bin Said bin Hazm dan nama panggilan dan kunyahnya itu Abu
Muhammad, Nasab melalui jalur ayahnya yaitu bin Ahmad bin Sa’id bin Hazm dan dikenal
dengan nama Ibnu Hazm, beliau dari keluarga bangsawan Arab makanya ia dan keluarganya
mempunyai kedudukan yang cukup sejak sampai di Andalusia . Beliau aktif dan hijrah di
wilayah Andalusia pada zaman abad pertengahan.
Masa kecil Ibnu Hazm mampu menghafal Al-Qur’an dan syair di usia yg sangat muda, juga
belajar sastra Al-Qur’an dan hukum-hukumnya serta kandungan dari Al-Qur’an. Ibnu Hazm
juga belajar menulis dan melatih kaligrafinya. Dalam keilmuannya beliau mendapatkan
pujian dari beberapa ulama seperti Sa’id Al-Andalusi berkata “penduduk Andalusia sepakat
bahwa Ibnu Hazm adalah sumber ilmu-ilmu keislaman dan yang paling luas
pengetahuannya.” Bahkan Imam Al-Ghazali juga berkata” Aku menemukan sebuah buku
tentang asma Allah yang di karang oleh Muhammad bin Hazm, sebagai bukti akan
keagungannya dalam menghafal dan alu pemikirannya. Pada awalnya Ibnu Hazm tidak
memusatkan pada ilmu fikih tetapi dia hanya mempelajari ilmu hadits, kesustraan Arab,
sejarah dan cabang ilmu falsafah. Kemudian di tahun 408 H baru ia memusatkan
pemikirannya di cabang ilmu fikih dan tidak meninggalkan ilmu sebelumnya. Ibnu Hazm
belajar fikih madzhab Maliki karena banyak masyarakat Andalusia dan Afrika Utara
menganutnya. Al –Muwatta sbg kitab fikih standar untuk madzhab Maliki, Ibn Hazm tidak
hanya mempelajari Kitab ikhtilaf imam Malik, menurutnya meskipun ia menyukai tetapi ada
yang lebih di senangi yaitu kebenaran. Hasil pemahaman Ibnu Hazm mendorong untuk
mendalami kitab fikih yg dikarang Imam Syafi’I dan murid-muridnya.
Karya-karya keilmuan Ibnu Hazm yang sudah di karang olehnya sudah mencapai 80.000
halaman dan 400 jilid dan yang masih ada juga menjadi referensi diantaranya adalah:
1. Al-Fashl fi Al-Milal wal Ahwa Wan-Nihal ( tentang teologi )
2. Al-Muhalla fi Syarh Al-Muhalla (fiqih)
3. Al-Ihkam fi Ushul Al-Ahkam ( ilmu ushul)
4. Jawami’ As-Sirah An-Nabawiyah (tentang sirah Nabi Muhammad SAW)
5. Jamharat Ansab Al-Arab (tentang silsilah/Genealogi bangsa arab)
Dalam bidang hadis berhasil mengumpulkan dan juga menghafal diantaranya Syarh Hadits
al- Muwatta, al-Jami fi Shahih al-Hadits dan al-nasikh wa al-Mansukh. Adapaun dalam ilmu
fikih yaitu seperti al-Ikham fi Ushul al-Ahkam dan al-Muhalla. Ibn Hazm juga mempelajari
ajaran agama lain yang jarang dilakukan ulama, Ibnu Hazm menguasai mazhab yang terdapat
di kalangan Islam seperti bidang teologi,politik, dsb. 
Ibnu Hazm wafat di usia 70 pada tanggal 28 Sya’ban 456 Hijriyyah/15 Agustus 1064
Miladiyyah di Al-Andalus, tempat wafatnya di Mantha Lisha.

DAFTAR PUSTAKA
Ali, A. (2018). Biografi Ibnu Hazm. biografiimam.
Bahruddin, M. (2013). Madzhab Rasionalis Literalis: Kajian atas Pemikiran Ibn Hazm.
UINYogyakarta.
Mushlihin. (2012). Biografi Ibnu Hazm. Refrensi Makalah.
Sucipto, G. A. (2018). Hukum Aqiqah Menurut Pandangan Ibnu Hazm dan Imam Nawawi.
uin.palembang.
Zuhri. (2016). IBNU HAZM AL-ANDALUSI DAN KHILAFAH. ejournal.uin-suka.ac.id.
Nama : Nadia Putri Febrianti
NIM : 1901125012
Kelas : 4B Pendidikan Biologi
Tugas : Biografi Tokoh Islam
Matkul : IDI/Kependdikan Islam

Biografi Ibnu Khaldun


Nama lengkap Ibnu Khaldun ialah Waliyuddin Abdurrahman bin Muhammad
bin Muhammad bin Muhammad bin Hasan bin Jabir bin Muhammad bin Muhammad bin
Abdurrahman bin Khaldun. Ibnu Khaldun dilahirkan di Tunisia, Afrika Utara, pada 1
Ramadhan 732 H/27 Mei 1332 M. Beliau wafat pada usia ke-76 tahun di kairo, sebuah desa
yang terletak di sungai Nil, disekitar kota Fusthath. Beliau dikenal dengan nama Ibnu
Khaldun karena dihubungkan dengan garis keturunan kakeknya yang ke Sembilan, yaitu
Khalid bin Usman. 
Kakeknya ini merupakan orang yang pertama masuk negeri Andalusia bersama para
penakluk berkembangan bangsa arab.Silsilah kakek Khaldun yang pertama kali mengijinkan
kaki di Andalusia sebagaimana dilaporkan Ibnu Hazm, Bernama khalid dan dikenal dengan
nama Khaldun ibn Usman ibn Hani ibn al – khattab ibn Kuraib ibn Ma’adi Karib ibn al –
Haris ibn Wail ibn Hajar. Jadi, menurut silsilah ini, ibnu Khaldun merupakan salah seorang
keturunan suku arab yaman tertua. 
Ayah Ibnu Khaldun bernama Abu Abdullah Muhammad. Wafat pada tahun 749
H/1348 M akibat wabah pes yang melanda Afrika Utara dengan meninggalkan lima orang
anak. Ibnu Khaldun di tinggal ayahnya pada saat umur 18 tahun. Ayahnya ini merupakan
seorang ahli dalam bahasa dan sastra arab.
Di Andalusia, keluarga ibnu khaldun berkembang dan banyaj berkecimpung dalam
bidang politik dan akademik. Oleh karena itu, bani Khaldun terkenal sebagai keluarga yang
berpengetahuan luas, berpangkat, banyak yang menduduki jabatan – jabatan penting
kenegaraan, serta memainkan peran yang cukup menonjol, baik di bidang ilmu pengetahuan
maupun politik. (Huda, 2013)
MASA PENDIDIKAN IBNU KHALDUN
Masa Pendidikan dilalui ibnu Khaldun di Tunisia dalam jangka waktu 18 tahun, yaitu antara
tahun 1332 – 1350 M. Ibnu Khaldun mengawali Pendidikan dengan membaca dan menghafal
al – Qur’an. Pendidikan Ibnu Khaldun dimulai pada usia dini, dengan pengajaran yang ketat
dari guru pertamanya, yaitu orang tua dirinya. Kemudian barulah beliau menimba ilmu dari
guru – guru yang terkenal pada bidang nya masing – masing sesuai dengan bidangnya.
Misalnya, mempelajari Bahasa arab dengan sastranya, al-qur’an dengan tafsirannya, hadist
dengan ilmu-ilmunya, ilmu tauhid, fikih, filsafat dan ilmu berhitung.
Pada masa pendidikannya di Maroko, Ibnu Khaldun terlibat aktif dalam kegiatan ilmiah.
Banyak buku – buku dan karya – karya ilmiah yang beliau hasilkan, namun karya – karya
tersebut umumnya sangat sulit di lacak karena tidak dijelaskan dalam Muqaddimah dan
hanya terdiri dari buku – buku kecil saja. Hanya ada tiga dari karya - karya yang dianggap
sebagai karya ilmiah oleh Ibnu Khaldun yaitu Al – Ibar, Muqaddimah, dan Al-Ta’rif.
KARYA – KARYA IBNU KHALDUN
Karya – karya Ibnu Khaldun yang banyak dibahas para ahli sampai saat ini adalah Al-Ibar,
Muqaddimah, dan Al-Ta’rif. Sebenarnya kitab Muqaddimah dan Al-Ta’rif adalah bagian dari
kitab Al-Ibar yang terdiri dari tujuh jilid. Sedangkan Muqaddimah merupakan pengantar Al-
Ibar dan Al-Ta’rif merupakan bagian penutupnya. Adapun penjelasan mengenai kitab Al-Ibar
yang terdiri dari tujuh jilid besar ialah sebagai berikut :
1. Jilid Pertama disebut dengan kitab Muqaddimah
Muqaddimah ialah bagian pertama dari kitab Al-Ibar yang membahas tentang masyarakat dan
gejala – gejalanya. Seperti pemerintahan, kedaulatan, kekuasaan, otoritas, pencaharian,
penghidupan, perdagangan, keahlian, ilmu – illmu pengetahuan, dan sebab – sebab, serta
alasan – alasan untuk memilikinya.
Ibnu Khaldun menyelesaikan penulisan kitab Muqaddimah yang mengagumkan itu hanya
dalam waktu lima bulan di Benteng Salamah pada pertengahan 779 H/1377 M, untuk
kemudian direvisi dan memelitur sampulnya, serta melengkapinya dengan berbagai sejarah
bangsa – bangsa. 

2. Jilid ke dua hingga ke lima disebut dengan kitab Al-Ibar


Al-Ibar merupakan karya utama bagi Ibnu Khaldun. Adapun judul asli dari kitab Al-Ibar
yaitu kitab Al-Ibar wa Diwan al-Mubtada’wa al-Khabar fi ayyam al-Arab wa al-Ajam wa al-
Barbar wa man Asharuhum min Dzawi as-Sulthani al-Akbar.
Kitab Al-Ibar diselesaikan Ibnu Khaldun Ketika bermukim di Qal’ah ibn Salamah, daerah al-
jazair sekarang. Beliau memulai hidup baru ditengah kesunyian padang pasir tersebut dengan
menghabiskan waktu selama empat tahun (776 – 780 H) dan berkonsentrasi dalam menulis
Al-Ibar sebagai suatu karya sosio-history yang terkenal. 
3. Jilid ke enam dan ke tujuh disebut dengan kitab Al-Ta’rif
Kitab ketiga ini terdiri dari dua jilid yang berisi tentang sejarah bangsa Barbar dan suku –
suku yang termasuk didalamnya, seperti suku zanata, nawatah, masmudah, baranis, serta asal
– usul dan generasinya. Beliau menyelesaikan penulisan kitab ini pada awal tahun 797 H. kit
aini berjudul Al-Ta’rif bin ibn Khaldun, Mu’allif hadza al-kitab. 

Tiga karya diatas (terutama Muqaddimah)  menjadikan Ibnu Khaldun sebagai salah satu
ilmuan dunia, yang pemikirannya terus mengembara dan berpengaruh hingga kini. 

PEMIKIRAN POLITIK DAN SOSIOLOGI POLITIK IBNU KHALDUN

Ibnu Khaldun mengemukakan suatu bahasan tentang filsafat politik, yakni dalam pengkajian
tentang bentuk negara, berbagai Lembaga kenegaraan dan karakter kekuasaan dinasti –
dinasti dan negara – negara islam. 
PERAN POLITIS ASHABIYAH

Menurut Khaldun, suatu suku mungkin dapat membentuk dan memelihara suatu negara
apabila suku itu memiliki sejumlah karakteristik sosial – politik tertentu, yang dperoleh ibnu
Khaldun disebut Ashabah. 
Ashabiyah adalah kekuatan penggerak negara dan merupakan landasan tegaknya suatu negara
atau dinasti. Bilamana dinasti atau negara tersebut telah mapan, ia akan berupaya
menghancurkan ashabiyah. Ashabiyah mempunyai peran besar dalam perluasan negara
setelah sebelumnya landasan tegak negara tersebut. 
Ashabiyah ini merupakan alat perjuangan, alat penyerang dan bertahan. Dimasa awal
terbentuknya sebuah negara, ashabiyah di anggap sebagai faktor esensial bagi kelanjutan
negara. Pada masa ini masyarakat harus membangun Lembaga – Lembaga yang perlu bagi
budaya peradaban, termasuk kelas penguasa baru. 
Negara yang terbentuk didasari pada ashabiyah, biasanya berumur tiga generasi, yakni sekitar
120 tahun. Satu generasi di hitung umur yang biasa bagi seseorang yaitu 40 tahun. Ketiga
generasi ini yaitu :
1. Generasi pertama, hidup dalam keadaan primitif yang keras dan jauh dari kemewahan
dan kehidupan kota, masih tinggal di perdesaan dan padang pasir.
2. Generasi kedua, berhasil meraih kekuasaan dan mendirikan negara, sehingga generasi
ini beralih dari kehidupan primitif yang keras ke kehidupan kota yang penuh dengan
kemewahan.
3. Generasi ketiga, negara mengalami kehancuran, sebab generasi ini tenggelam dalam
kemewahan, penakut dan kehilangan makna kehormatan, keperwiraan dan
keberanian. 
DAFTAR PUSTAKA 
Enan, Abdullah Muhammad. 2013. Biografi Ibnu Khaldun. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta
Huda, C. (2013). Pemikiran Ekonomi Bapak Ekonomi Islam; Ibnu Khaldun. Economica:
Jurnal Ekonomi Islam, 4(1), 103–124. https://doi.org/10.21580/economica.2013.4.1.774
Mansur, M. (2007). Model Kekuasaan Politik Ibnu Khaldun (Sebuah Pelajaran Berharga bagi
Bangsa Indonesia). Unisia, 30(66), 377–383. https://doi.org/10.20885/unisia.vol30.iss66.art5
Nizar, S. (2003). Konsep Negara dalam Pemikiran Politik Ibnu Khaldun. Demokrasi, 2(1),
95–108.
Samsinas, S. (2009). Ibnu Khaldun: Kajian Tokoh Sejarah Dan Ilmu-Ilmu Sosial. HUNAFA:
Jurnal Studia Islamika, 6(3), 329. https://doi.org/10.24239/jsi.v6i3.143.329-346
Nama : Rasda Nanda Ariwanti
NIM : 1901125079
Kelas/Prodi : 4B/Pendidikan Biologi

BIOGRAFI IBNU RUSYD


Abu Ya’al al-Walid Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Rusyd (1126-1198), atau
yang lebih terkenal dengan sebutan Ibn Rusyd atau Averroes, adalah filsuf muslim Barat
terbesar di abad pertengahan. Nama lengkapnya Muhammad bin Ahmad bin Muhammad Ibn
Rusyd dengan gelar Abul Walied. Ibn Rusyd lahir pada tahun 520 H/ 1126 M di kota
Cordova ibu kota Andalusia wilayah ujung barat benua Eropa. Ia berasal dari kalangan
keluarga besar yang terkenal dengan keutamaan dan mempunyai kedudukan tinggi di
Andalusia (Spanyol). Ibn Rusyd adalah seorang filosof Islam terbesar yang di belahan barat
dunia di Eropa pada zaman pertengahan dengan sebutan “Averrois”. Keluarga Ibn Rusyd
sejak dari kakeknya, tercatat sebagai tokoh keilmuan. Kakeknya menjabat sebagai Qadhi di
Cordova dan meninggalkan karya-karya ilmiah yang berpengaruh di Spanyol, begitu pula
ayahnya. Maka Ibn Rusyd dari kecil tumbuh dalam suasana rumah tangga dan keluarga yang
besar sekali perhatiannya kepada ilmu pengetahuan. Ia mempelajari kitab Qanun karya Ibn
Sina dalam kedokterandan filsafat di kota kelahirannya sendiri.(Mubit, 2016)
Dia adalah pendiri pikiran merdeka sehingga khayalinya di atas atap gereja Syktien di
Vatikan karena ia dipandang sebagai filsuf free thinker. Dante dalam Divine Comedia-nya
menyebutnya “Sang Komentator” karena dia dianggap komentator terbesar Aristoteles.
Secara resmi, Ibn Rusyd memang diminta oleh Amir Abu Ya’la Ya’qub Yusuf untuk menulis
komentar atas berbagai karya Aristoteles, di mana untuk setiap buku dia membuat tiga
kategori komentar: rinkasan (jami’), komentar singkat (talkhis), dan komentar detail (syarh
atau tafsir). Yang terakhir disiapkan untuk mahasiswa tinkat tinggi. Akan tetapi untuk jangka
Waktu yang sangat lama, di dunia muslim, Ibn Rusyd tidak dikenal karena komentar-
komentarnya terhadap karya-karya Aristoteles, tetapi karena Tahafut at-Tahafut-nya yang
ditulisnya sebagai bantahan terhadap buku Al-Ghozali, Tahafut Al-Falasifah.
Komentarkomentarnya banyak berada di dunia Yahudi dan Kristen sehingga kebanyakan
komentar-komentarnya tidak lagi ditemukan dalam bahasa Arab, tetapi sudah dalam bentuk
terjemahan bahasa Hebrew dan Latin.(Ii et al., n.d.)
Memang Ibn Rusyd merupakan komentator besar karya-karya Aristoteles, namun perhatian
intelektualnya yang vital dalam konteks pemikiran filsafat Islam diabaikan kita telah berbuat
tidak adil terhadapnya. Sekalipun bersikap sebaliknya juga sama tidak adilnya. Akan tetapi
bagaimanapun juga, untuk memeperoleh suatu pemahaman yang benar tentang pemikiran
filosofis dan teologis Ibn Rusyd, sumber yang paling penting tentu saja Tahafut at-Tahafut. Ia
lahir di kota Cordova, ibukota Andalusia. Ibn Rusyd adalah seorang  filosof Islam terbesar
yang di belahan barat dunia di Eropa pada zaman pertengahan dengan sebutan “Averrois”.
Keluarga Ibn Rusyd sejak dari kakeknya, tercatat sebagai tokoh keilmuan. Kakeknya
menjabat sebagai Qadhi di Cordova dan meninggalkan karya-karya ilmiah yang berpengaruh
di Spanyol, begitu pula ayahnya. Maka Ibn Rusyd dari kecil tumbuh dalam suasana rumah
tangga dan keluarga yang besar sekali perhatiannya kepada ilmu pengetahuan. Ia mempelajari
kitab Qanun karya Ibn Sina dalam kedokterandan filsafat di kota kelahirannya sendiri.
Keluarga Ibn Rusyd yang besar mengutamakan ilmu pengetahuan yang merupakan salah satu
faktor yang ikut melempangkan jalan baginya menjadi ilmuan. (Menurut et al., 2011)
Ilmu-ilmu Ibnu Rusyd yaitu pada ilmu agam terdiri ilmu fiqh, ilmu kalam (theology), dan
ilmu sastera (al luqah wa adab) ada pun ilmu umunya yaitu ilmu falsafah, ilmu kedokteran,
ilmu astronomi, ilmu logika, dan ilmu matematika.(Mahmud, 2020) Kajian terhadap filusuf
muslim abad pertengahan ini diklaim sangat berpengaruh, khususnya dalam bidang
pemikiran rasional, bagaimana kemudian Ibnu Rusyd mengharmonisasikan akal dan wahyu
atau filsafat dan agama yang banyak menjadi perdebatan di kalangan teolog maupun
kalangan filusuf. Pemikiran Ibnu Rusyd yang sangat terbuka menjadikannya sangat diminati
oleh para pemikir klasik maupun kontemporer. Yang menjadikan pemikiran Ibnu Rusyd
tentang akal dan wahyu ini menjadi istimewa adalah ketika para filusuf lain cukup untuk
mengatakan bahwa akal dan wahyu tidak bertentangan, Ibnu Rusyd tidak cukup hanya
dengan kesimpulan tersebut. Ibnu Rusyd mencoba untuk mencari hubungan akal dan wahyu,
tetapi tidak cukup hanya mencari hubungan akal dan wahyu saja, Ibnu Rusyd juga mencoba
mencari jalan tengah jika di antara keduanya kemudian bertentangan paham tentang suatu
persoalan yang dibahas Bersama atau menjadi bahasan akal dan wahyu. 

DAFTAR PUSTAKA 
Ii, B. A. B., Hidup, A. R., Rusyd, I., & Ya, A. (n.d.). Bab Ii Biografi Ibn Rusyd.
Mahmud, A. (2020). Jejak Pemikiran Al-Ghazali Dan Ibnu Rusyd Dalam Perkembangan
Teologi Islam. Sulesana: Jurnal Wawasan Keislaman, 13(2), 183–198.
Menurut, K., Rusyd, I., Hukum, P. D., & Indonesia, K. (2011). Kepailitan Indonesia Dian
Asriani Lubis Jurusan Ekonomi Islam Prodi Perbankan Syari ’ Ah S1 Fakultas Syari ’ Ah
Dan Ilmu Hukum Universitas Islam Negeri.
Mubit, R. (2016). Pembelaan Ibnu Rusyd Terhadap Pemikiran Filosof. Jurnal Miyah, 9(01),
132–150.
No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康関連指標に関する共分散構
造 分 析 Title. (2013). Integration of Climate Protection and Cultural Heritage: Aspects in
Policy and Development Plans. Free and Hanseatic City of Hamburg, 26(4), 1–37.
Nama : Weni Eka Rahayu
NIM : 1901125029
Kelas : 4B Pendidikan Biologi
Mata Kuliah : IDI / Kependidikan Islam 1

BIOGRAFI IBNU SINA


Nama lengkapnya adalah Abu Ali Al-Husain Ibn Abdillah Ibn Sina. Ia dilahirkan pada bulan
Safar tahun 370 H/Agustus tahun 989 M, di Afshanah, dekat kota Kharmaitan, Kabupaten
Balkh, wilayah Afganistan, Provinsi Bukhara (sekarang masuk daerah Rusia).
Ayahnya bernama ‘Abdullah, seorang sarjana terhormat penganut Syi’ah Isma’iliyyah.
Walaupun diri Ibn  Sina menolak identitas itu. Ayahnya berasal dari Balkh Khurasan, suatu
kota yang termasyhur di kalangan orang-orang Yunani dengan nama Bakhtra. Ayahnya
tinggal di kota Balkh, tetapi berapa tahun setelah lahirnya Ibn Sina, keluarganya pindah ke
Bukhara karena ayahnya menjadi gubernur di suatu daerah di salah satu pemukiman Daulat
Samaniyah pada masa pemerintahan Amir Nur Ibn Manshur, sekarang wilayah Afghanistan
(dan juga Persia). Sedangkan ibunya bernama Astarah, berasal dari Afshana yang termasuk
wilayah Afghanistan. Ada yang menyebutkan ibunya sebagai orang yang berkebangsaan
Persia, karena pada abad ke-10 M, wilayah Afghanistan ini termasuk daerah Persia. 
A. Pendidikan dan Karir Ibnu Sina
Ibnu Sina (428 H/1037 M) adalah potret seorang yang selalu haus pada ilmu pengetahuan.
Sejak kecilnya, orang bijak ini menampakkan bakatnya yang luar biasa dan hebat dalam
memperoleh ilmu dan keahlian. Ia pun memperoleh kedudukan terhormat dikalangan teman-
temannya, karena keunggulannya dalam ilmu-ilmu dan kejuruan Islam, sehingga dijuluki
dengan gelar-gelar besar, seperti Syaikh Ra’is dan Hujjat al-Haq, yang masih dikenal di
Timur hingga kini. 
Ia bernasib baik, karena orang tuanya yang bermadzhab Ismail memperhatikannya secara
seksama dan mengajarinya. Sebagaimana kedudukan orang tuanya adalah sebagai tempat
bertemunya para ulama dari segala penjuru. Ibn Sina hafal Al-Qur’an dan menguasai nahwu,
pada tahun 10 tahun. Ia kemudian sengaja mempelajari ilmu logika dan ilmu pasti yang
diambilnya dari Abdillah Hatali. Setelah ia berhasil dalam pelajaran-pelajarannya secara baik,
ia sengaja mempelajari ilmu-ilmu alam, metafisika, yang didalamnya terdapat metafisikanya
“Aristoteles”, yang perlu dibacanya berulang kali dan dicatatanya, dari awal hingga akhir
sampai hafal tanpa memahami isinya. Akibatnya, setelah menemukan keterangan Al-Farabi
mengenai buku Aristoteles itu secara kebetulan, yang berjudul On The Intentions of the
Metaphysics. Dari buku al-Farabi itu, ia dapat mengatasi apa yang pada mulanya tertutup
baginya, yaitu yang berkaitan dengan buku Aristoteles tersebut. 
Pendidikan Ibnu Sina (428 H/1037 M) bersifat ensiklopedik mulai dari tata bahasa, geometri,
fisika, kedokteran, hukum, dan teologi. Selain itu, ia juga belajar ilmu kedokteran dari
seorang Masehi yang bernama Isa bin Yahya. Dan pada umur 16 tahun, ia telah menjadi
seorang dokter dan mampu memecahkan masalah pengobatan dengan melalui metode
eksperimen yang dilakukannya, termasuk mengobati Sultan Bukhara, Nuh bin Manshur dan
berhasil sembuh, sehingga ia diberi kesempatan untuk membaca segala buku-buku yang
ribuan banyaknya di dalam perpustakaan sultan. Dengan daya ingat yang dimilikinya ia dapat
menguasai sebagian besar isi buku-buku tersebut, walaupun usianya ketika itu baru 18 tahun.
Hal ini juga menjadi bukti bahwa kehadirannya menambah satu dokter tingkat universitas. 
Ketika berusia delapan belas tahun itu, ia memulai karirnya dengan mengikuti kiprah orang
tuanya, yaitu membantu tugas-tugas amir Nur ibn Manshur. Ia diminta menyusun kumpulan
pemikiran filsafat oleh Abu al-Husain al-‘Arudi, yaitu menyusun buku al-Majmu’. Setelah itu
ia menulis buku al-Hasil wa al-Mahsul dan al-Birr wa al-Ism atas permintaan Abu Bakar al-
Barqi al-Khawarizmi. 
Pada usianya yang 22 tahun, ayahnya wafat, dan kemudian terjadi kemelut politik di tubuh
pemerintahan Nur bin Manshur. Kedua orang putera kerajaan, yaitu Manshur dan Abdul
Malik saling berebut kekuasaan, yang dimenangkan oleh Abdul Malik. Selanjutnya dalam
pemerintahan yang belum stabil itu terjadi serbuan yang dilakuakn oleh kesultanan Mahmud
al-Ghaznawi, sehingga seluruh wilayah kerajaan Samani yang erpusat di Bukhara jatuh ke
tangan Mahmud al-Ghaznawi tersebut.
Dalam kondisi situasi politik yang begitu ricuh, Ibnu Sina (428 H/1037 M) memutuskan
untuk meninggalkan daerah asalnya. Dia pergi ke Karkan yang termasuk ibu kota al-
Khawarizm, dan di daerah tersebut Ibn Sina mendapat penghormatan dan perlakuan yang
baik. Di kota ini pula Ibn Sina banyak kenalan dengan sejumlah pakar para ilmuwan seperti,
Abu al-Khir al-Khamar, Abu Sahl’ Isa bin Yahya al-Masiti al-Jurjani, Abu Rayhan al-Biruni
san Abu Nash al-Iraqi. Setelah itu Ibnu Sina melanjutkan perjalanan ke Nasa, Abawarud,
Syaqan, Jajarin dan terus ke Jurjan. Setelah kota yang ia singgahi terakhir ini juga kurang
aman Ibn Sina memutuskan pindah ke Rayi dan bekerja pada As-Sayyidah dan puteranya
Madjid al-Daulah yang pada waktu itu terserang penyakit, dan membantu
menyembuhkannya. 
Selain kepandaiannya sebagai filsuf dan dokter, ia juga sebagai penyair. Ilmu-ilmu
pengetahuan seperti ilmu jiwa, kedokteran dan kimia, ditulisnya dalam bentuk syair.
Dikarangannya ilmu logika juga dalam bentuk syair. Kebanyakan buku-bukubya telah disalin
ke dalam bahasa Latin, ketika orang-orang Eropa diabad tengah mulai mempergunakan buku-
buku itu sebagai textbook berbagai universitas. 
B. Karakteristik Pemikiran Ibnu Sina
Dalam sejarah pemikiran fisafat abad pertengahan, sosok Ibnu Sina banyak hal diantara para
filosof Muslim, ia memperoleh penghargaan yang semakin tinggi hingga masa modern. Ia
adalah satu-satunya filosof besar Islam yang telah berhasil membangun sistem filsafat yang
lengkap dan terperinci suatu sistem yang telah mendominasi tradisi filsafat Muslim selama
beberapa abad, meskipun ada serangan-serangan dari Al-Ghazali, Fakhr al-Din al-Razi dan
sebagainya.
Karakteristik paling dasar dari pemikiran Ibnu Sina adalah pencapaian definisi metode
pemisahan dan pembedaan konsep-konsep secara tegas dan keras. Hal ini memberikan
kehalusan yang luas biasa terhadap pemikiran-pemikirannya. Tatanan itu sering memberikan
kompleksitas skolastik yang kuat dan susunan yang sulit dalam penalaran filsafatnya,
sehingga mengusik temperamen modern, tetapi dapat dipastikan bahwa tata cara ini juga
yang diperoleh dalam hampir seluruh doktrin asli para filosof islam. 
Gagasan psikologi Ibnu Sina diantaranya adalah :
1. Kecemasan pada kematian Ibnu Sina menyatakan bahwa kecemasan pada kematian
merupakan inti universal dari semua penyakit mental, seperti depresi, fobia,
kesedihan, dan sebagainya. Menurutnya, ada tiga jenis penyebab kognitif sehingga
seseorang merasa takut pada kematian. Pertama, ketidaktahuan tentang seperti apa
rasanya kematian. Kedua, ketidakpastian tentang apa yang terjadi setelah kematian.
Ketiga, mengendalikan bahwa jiwa akan lenyap setelah kematian. Pada intinya,
tingkat kecemasan tersebut berkaitan erat dengan tingkat pengetahuan seseorang
tentang gagasan kematian.
2. Relasi pikiran dengan tubuh. Ibnu Sina mengklasifikasikan keterkaitan antara pikiran
dan tubuh menjadi beberapa bagian. Pertama, ia mempercayai pikiran manusia
berkedudukan seperti cermin. Kedua, Ibnu Sina meyakini pikiran mengendalikan
tubuh terdapat hubungan di antara keduanya. Pikiran mengendalikan tubuh melalui
emosi dan kehendak (Yunadi, 2015).
Penemuan Ibnu Sina di Bidang Kedokteran antara lain : Dalam cara pengobatan, cara
merawat orang yang tercekik kerongkongannya, cara perawatan kepala yang terluka, dan
perawatan penyakit dalam. 
C. Pemikiran Ibnu Sina tentang Negara Ideal
1. Asal Mula Negara 
Menurut Ibnu Sina, manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan pergaulan dan
perkumpulan dengan orang lain. Kecenderungan manusia untuk bergaul dan memenuhi
kebutuhan hidup menjadi salah satu ciri yang membedakan antara manusia dengan makhluk
lainnya. Manusia tidak bisa hidup sendiri dalam mencapai kebutuhan dan keinginannya. 
2. Konsep Negara Ideal
Perlu diketahui sebelumnya, bahwa menurut Ibnu Sina(428 H/1037 M), negara berasal dari
keluarga (rumah tangga). Negara dan rumah tangga (keluarga) adalah merupakan saudara
kembar yang sangat berhubungan erat. Yang satu merupakan asal usul (yaitu rumah tanga
atau keluarga), sedangkan yang lainnya merupakan puncak kesempurnaannya (yaitu negara).
 Miniatur dari negara adalah rumah tangga. Negara diibaratkan sebagai sebuah keluarga
(rumah tangga). Anggota keluarga terdiri atas Ayah, Ibu, dan anak-anak. Setiap keluarga
pasti mempunyai visi atau tujuan kedepan yang ingin dicapai dan disepakati bersama. Oleh
karena itu, terdapat pembagian tugas dan kewajiban masing-masing sesuai kemampuannya.
Kita harus memupuk rasa saling menyayangi, menghormati dan tolong-menolong di
dalamnya. Setiap anggota keluarga mempunyai andil yang sama besarnya untuk mencapai
tujuan keluarga. Kesadaran akan tugas masing-masing, koordinasi dan hubungan yang baik
antar anggota keluarga akan sangat membantu. Seseorang yang dapat me-manage kehidupan
keluarganya dengan baik sudah mempunyai salah satu bekal untuk dapat mengatur negara
dengan baik pula.
Al Farabi, yang diakui oleh Ibnu Sina(w. 428 H/1037 M) sebagai gurunya telah menemukan
teori “Negara Utama” (al-Madînah al Fâdilah). Dalam hal ini, Ibnu Sina (428 H/1037 M)
mengikuti pendapat gurunya, yaitu lebih menerima pendapat Plato dengan paham
“sosialis”nya ketimbang Aristoteles. Menurutnya paham Plato lebih sesuai dengan ajaran
Islam yang lebih mementingkan masyarakat dari pada perseorangan. Merasa kurang puas
dengan teori gurunya, Ibnu Sina (428 H/1037 M) membentuk teori negara baru yaitu “Negara
Adil Makmur” yang mencakup tiga elemen penting, yaitu sebagai berikut:
a. Al-Madinah al-Fadlilah (negara kolektif). Setiap warga negara harus mengikuti dasar
negara, yaitu ; hidup gotong royong, saling membantu dan mempertahankan, serta
melindungi akan harta serta kehormatan mereka bersama. Negara mempunyai disiplin
yang keras terhadap warganya. Siapa saja yang memusuhi ideologi negara dan
menentang hukum negara, dianggap sebagai musuh negara yang harus diperangi dan
dibasmi. Hartanya dan kehormatannya halal. 
b. Al-Madînah al-Adilah (negara adil). Negara harus menjadi “negara-hukum” yang
berdasarkan “keadilan”. Maksudnya negara-hukum yang mengutamakan dan
berdasarkan keadilan. Negara ini merupakan tempat berlatih yang paling tepat untuk
semua orang yang masih jauh tertinggal atau terbelakang peradabannya, sehingga
mereka menjadi ahli dalam hukum dan keadilan. 
Para warga boleh bekerja sebagai “pelayan” (pegawai) dalam tingkat yang pertama, sambil
belajar untuk mencapai kecerdasan dan keahlian di bidang ilmu hukum. Negara yang
warganya tidak mengerti hukum negara itu akan hancur dan terbelakang.
c. Al-Madinah al-Hasanah al-Siyrah (negara moral). Negara harus berdasarkan kepada
sifat-sifat yang terpuji dan akhlak yang mulia. Dipusatkannya persoalan akhlak ini
terhadap penghormatan terhadap kedaulatan hukum. Moral yang tinggi bagi negara
yang sudah disahkan. Berhadapan dengan suatu undang-undang atau hukum yang
“baru”, maka tidak ada alasan bagi warga negara untuk tidak mentaatinya, selama
hukum itu masih berlaku. Ketaatan kepada hukum dan peraturan negara, dianggap
oleh Ibnu Sina (428 H/1037 M) sebagai puncak dari moral yang tinggi. Maka sebagai
suatu Negara Moralis, diwajibkan kepada seluruh warga negara supaya menitik
beratkan moralnya atas ketaatan kepada hukum.
Ketaatan kepada hukum dan undang-undang ini, merupakan “moral politik” yang sangat
mulia. Untuk mewujudkan negara adil makmur, rakyat harus memiliki pendidikan yang
bagus. Orang tua dan negara bertanggung jawab untuk memikirkan masa depan anak-anak.
Ibnu Sina (428 H/1037 M) berpendapat bahwa perkawinan dan rumah tangga bukan hanya
menjadi soal suami istri dan anak, akan tetapi menjadi tanggung jawab negara juga. Negara
harus mengatur persoalan persoalan tersebut.
3. Kepala Negara
Syarat-syarat kepala negara menurut Ibnu Sina (428 H/1037 M) adalah sebagai berikut:
a. Mempunyai kecerdasan akal yang mendalam
b. Memiliki akhlak mulia 
c. Memiliki keberanian
d. Memiliki visi dan misi yang jelas 
e. Mengerti hukum syari’ah secara baik yang termnifestasi dari pemikirannya, serta
disetujui secara umum (Nasution, n.d.).
D. Buku Karangan Ibnu Sina
           Ibnu Sina terkenal orang yang sangat sibuk dengan tugas pekerjaannya sehari-hari,
yang hampir memborong seluruh waktunya, perlawatan yang sering dilakukannya, belum lagi
peperangan yang sering terjadi, tetapi dia terkenal seorang yang sangat produktif. Buku-buku
karangannya meliputi hampir seluruh cabang ilmu pengetahuan, dengan memakai bahasa
yang mudah dimengerti oleh segenap lapisan masyarakat pembaca. Ibnu Sina adalah seorang
pujangga dan pengarang yang paling mengagumkan. Setiap waktu yang terluang, senantiasa
digunakannya untuk membaca dan mengarang. Jika tidak ada waktu yang senggang pada
siang hari , maka seluruh malam dipergunakannya untuk mengarang sehingga dia tak sempat
tidur. Siang hari ia pergunakan untuk menjalankan tugas pemerintahan, malam hari
digunakannya untuk mengajar dan mengarang.
           Sebagai seorang Negarawan, Dokter, Guru Besar selalu ia sediakan waktu untuk
membaca dan mengarang. Jika ia berada dalam perjalanan, maka segala kertas dan buku
dibawanya, dan kalau berhenti  disuatu tempat maka dia mulai berfikir dan terus mengarang.
Digambarkan oleh muridnya Jaujani, sewaktu Ibnu Sina menulis buku “As-Syifa”, setiap hari
Ibnu Sina menulis dengan tangannya sendiri tidak kurang dari 50 halaman kertas.
           Jumlah karangan Ibnu Sina yang telah mulai mengarang buku ketika berusia 21 tahun
sampai dengan akhir hayatnya berjumlah  276 buah. Ini adalah laporan  Fater dari Dominican
di Kairo yang telah menyelidiki sedalam-dalamnya dan menghimpun hasil penyelidikannya
itu kedalam sebuah buku yang diberi judul “Essai de Bibliographie Avicenna” yang memuat
nama-nama dari segala buku dan risalah yang pernah dikarang oleh Ibnu Sina.
Buku-buku karangan  Ibnu Sina itu antara lain :
1. Al-Majmu’ : Buku tersebut memuat himpunan berbagai ilmu pengetahuan umum,
mulai dari ilmu falsafah sampai kepada ilmu psikology dan metafisika.
2. Al-Birru Wal Istmu : Memuat tentang ilmu ethika (akhlak untuk mengetahui
perbuatan-perbuatan kebajikan dan perbuatan dosa). Buku tersebut terdiri dari 2 jilid.
3. Al-Hashil Wal Mashul : Memuat ilmu-ilmu Islam, seperti Ilmu Hukum Fiqh, Ilmu
Tafsir Al-qur’an dan Ilmu Tasauf. Buku ini terdiri dari 20 jilid.
4. Al-Qanun Fit Thib : Buku ini lebih dikenal dengan nama “Canon” terdiri dari 5 jilid,
memuat sebanyak 1 juta perkataan. Buku ini dianggap sebagai kitab sucinya ilmu
Kedokteran, menguasai dunia pengobatan Eropa selama 5 abad.
5. Al-Urjuzah Fit Thib : Buku ini memuat syair-syair tentang kedokteran. Pertama kali
disebarkan menurut teks aslinya berbahasa Arab dengan terjemahannya dalam bahasa
Latin dan kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Perancis.
6. Al-Adwiyah al Qalbiyah : Buku ini memuat petunjuk pengobatan penyakit jantung.
7. Al-Qaulandj : Buku ini memuat tentang penyakit dalam pada bahagian perut. Penyakit
ini pernah diobatinya dengan berhasil baik terhadap seorang pembesar Islam, akan
tetapi penyakit ini pulalah yang menyerangnya hingga ia meninggal dunia.
8. Majmu’ah Ibnu Sina : Buku ini berisi berbagai cara pengobatan secara tabib, nujum,
pekasih, pembungkem mulut para hakim, dan sebagainya. Naskah buku ini sekarang
tersimpan di perpustakaan Alamiyah di Cairo dekat Universitas al Azhar.
9. As-Syifa’ : Buku ini berisi tentang penemuan dan penyembuhan. Terdiri dari 18 jilid.
Naskah aslinya tersimpan di Oxford University London. Memuat  logika, fisika,
matematika, kedokteran yang berhubungan dengan penemuan teori dan penyembuhan
penyakit. 
10. Hikmah al Masyriqiyyin :  Buku ini adalah buku filsafat yang menggambarkan filsafat
timur yang berbeda dengan filsafat barat. Menurut Ibnu Sina Falsafah barat sangat
mengandalkan Rasionalistic sedangkan Falsafah Timur mengandalkan selain ratio juga suara
wahyu dari Tuhan.
11. Dansh Namihi ‘Alaii : Buku falsafah untuk Allah.  Buku tersebut ditulisnya untuk Amir
‘Alauddin dari Isfahan, yang ditulis Ibnu Sina dalam bahasa Persi yang Indah.
12. Kitabul Inshaf : Buku tentang keinsafan.
13. Kitabul Hudud : Buku tentang kesimpulan-kesimpulan. Dengan buku ini Ibnu Sina
menegaskan istilah-istilah dan pengertian-pengertian yang dipakainya di dalam ilmu falsafah.
14. Al-Isyaratu Wattambihaat : Buku tentang dalil-dalil dan peringatan-peringatan. Sesuai
namanya buku ini banyak berbicara masalah-masalah dalil-dalil dan peringatan-peringatan
mengenai prinsif Ketuhanan dan Keagamaan.
15. Kitabun Najaah : Buku tentang kebahagiaan jiwa.
16. Al-Isaghuji : Ilmu Logika Isagoji.
17. Fi-Aqsamil ‘Ulumil ‘Aqliyyah : Tentang pembagian segala ilmu akal.
18. Lisanul ‘Arabi : Bahasa Arab.
19. Macharijul Huruf  : Cara-cara mengucapkan kata-kata.
20. Arrisalatu fi Assababi Hudusil Huruf : Risalah tentang terjadinya huruf.
21. Al-qasidatul ‘Ainiyyah : Qasidah/syair tentang jiwa.
22. Ar-Risalatut Thairi : Cerita seekor burung.
23. Qishatu Salaman wa Absal : Cerita raja Salaman dan saudaranya Absal.
24. Ar-Rishalatu Hayyibin Yaqzhan : Cerita si hidup anak si bangun. Buku ini menceritakan
seorang pengembara yang sudah tua umurnya tetapi tetap kuat dan gagah, mempunyai tenaga
besar dan tahan terhadap hujan dan panas, tidak terganggu oleh pergantian musim.
25. Risalatus Siyyasati : Buku tentang ilmu politik.
26. Fi Isybatin Nubuwwat : Tentang menetapkan adanya kenabian.
27. Ar Razaq : Tentang Pembagian Rizki.
28. Tadbirul Junudi Walmamaliki : Buku Soal Pertahanan dan Angkatan Bersenjata.
29. Tadbirul Manazilu : Buku penyusunan kekeluargaan dalam politik Ketuhanan.
30. Jami’ul Bada’ : Tafsir Al-Qur”an.
E. Kata – kata Bijak Ibnu Sina
  “ Tak ada penyakit yang tak bisa disembuhkan kecuali kemalasan. Tak ada obat yang tak
berguna selain kurangnya pengetahuan” -Ibnu Sina
“ Saat kebodohan menguasai kesadaran, maka kesadaran memiliki hak untuk berbuat hal
paling bodoh” -Ibnu Sina
“ Nafs (jiwa) dala jasad itu bagai burung dalam sangkar, merindukan kebebasan di alam
lepas, menyatu lagi dengan alam ruhani. Setiap kali ia mengingat alam asalnya, ia pun
menangis rindu ingin kembali” -Ibnu Sina
“ Mereka mengajak orang-orang menuju ke surga, sementara mengajak anak yatim makan
saja mereka tidak mampu” -Ibnu Sina
“ Aku paling takut pada sapi, sebab ia punya tanduk, namun tak punya akal” -Ibnu Sina
“ Kita diuji dengan adanya suatu kelompok yang mengira bahwa Allah tidak memberi
petunjuk selain pada mereka” -Ibnu Sina
“ Orang yang bijaksana membetulkan kesilapan diri dengan melihat kesilapan orang lain” -
Ibnu Sina
“ Dokter yang bodoh adalah ajudan kematian” -Ibnu Sina
“ Ketika anak telah mendapat asuhan ibunya, maka ajarkanlah ia adab-adab Islam sebelum ia
diserang oleh nilai-nilai yang buruk”  -Ibnu Sina
“ Bilamana aku bingung, akupun pergi shalat menghadap maha pencipta, sampai dibukakan-
Nya kesulitan dan dimudahkan-Nya kesukaran” -Ibnu Sina
DAFTAR PUSTAKA 
Nasution, H. dan A. A. (n.d.). Perkembangan Modern dalam Islam. 10(1), 1–128.
Yunadi, D. (2015). Biografi dan Pemikiran Ibnu Sina. 17–34.
Abidin, Ahmad, Z. (1974). Ibnu Siena (Avicenna) Sarjana dan Filosoof Besar Dunia. Jakarta.
Bulan Bintang.
Madkour, Ibrahim. (1993). Filsafat Islam : Metode dan Penerapan. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.
Natsir, Arsyad, M. (1990). Ilmuwan Muslim Sepanjang Sejarah. Bandung : Penerbit Mizan.
Nata, Abuddin. (1993). Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasauf. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Syarif, M. M. (Eds). (1996). Para Filosof Muslim. Bandung : Penerbit Mizan. 
Pondok Pesantren Nurul Ilmi Darunnajah. 2016. Belajar Dari Ibnu Sina.
https://darunnajah.com/belajar-dari-ibnu-sina/ (diakses tanggal 25 Maret 2021).
Nama : Fahmela Afifah 
NIM : 1901125037
Kelas : 4B – Pendidikan Biologi
Tugas : Biografi Ilmuwan Muslim
Mata kuliah : IDI/Kependidikan Islam
BIOGRAFI IBNU THUFAIL

A. BIOGRAFI FILSUF MUSLIM IBNU THUFAIL

Nama lengkap Ibnu thufail ialah Abu bakar Muhammad Ibnu ‘Abd
al-Malik Ibnu Muhammad Ibnu Thufail. Ia dilahirkan di Guadix, Provinsi Ganada, Spanyol
pada tahun 506 H/1110 M. Ia meninggal di Kota Marrakesh, Maroko tahun 581 H/1185 M.
Ibnu Thufail dikenal sebagai filsuf muslim yang gemar menuangkan kefilsafatannya melalui
kisah-kisah yang ajaib dan penuh dengan kebenaran. Keturunan Ibnu Thufail termasuk
keluarga suku Arab yang terkemuka, yaitu suku Qais (Sulaiman, 2016).
Sebagai keturunan suku Qaisy, ia dengan mudah mendapatkan fasilitas belajar. Hal ini
mengantarkannya menjadi ilmuwan dalam banyak bidang, seperti kedokteran, kesusastraan,
matematika, dan filsafat. Thufail memulai karirnya sebagai dokter praktik di Ganada. Melalui
ketenarannya di jabatan itu, ia diangkat menjadi sekretaris gubernur di provinsi itu pada tahun
549 H/1154 M.
Thufail menduduki jabatan dokter tinggi dan menjadi qadhi di pengadilan serta wazir
Khalifah Muwahhid Abu Ya’qub Yusuf (558 – 580 H / 1163 – 1184 M). Khalifah ini
berminat pada filsafat dan memberi kebebasan berfilsafat. Ibnu Thufail sempat
memperkenalkan Ibnu Rusyd kepada Abu Ya’kub Yusuf pada tahun 1169 M. Bermula dari
perkenalan itu, Abu Ya’kub Yusuf menyarankan Ibnu Rusyd lewat Ibnu Thufail agar
mengulas karya-karya Aristoteles.
Kemudian ia mengundurkan diri dari jabatannya sebagai dokter pemerintah pada tahun 578 H
/ 1182 M, dikarenakan usianya yang sudah uzur. Kedudukannya itu digantikan oleh Ibnu
Rusd atas permintaan dari Ibnu Thufail. Tapi dia tetap mendapatkan penghargaan dari Abu
Yaqub (Siregar, 2017).

B. KARYA-KARYA IBNU THUFAIL


Beberapa tema sempat ditulisnya, misalnya kedokteran, astronomi,dan filsafat. Dari sekian
buah karyanya, Risalah Hayy Ibnu Yaqzhan fi Asrar al- Hikmah al-Masyriqiyah adalah yang
termahsyur. Kitab ini mempersentasekan pemikiran inti Ibnu Thufail dalam ranah filsafat.

Ibnu Thufail kemudian menyampaikan bahwa tujuan filsafat ialah memperoleh kebahagiaan
dengan jalan dapat berhubungan dengan Akal Fa’al melalui akal (pemikiran). Ada dua jalan
untuk memperoleh kebahagiaan tersebut. Pertama jalan tasawuf batini yang dibela Al-
Ghazali, tetapi tidak memuaskan Ibnu Thufail. Kedua, jalan pemikiran dan perenungan yang
ditempuh oleh Al-Farabi beserta murid-muridnya, dan yang hendak diperjelas oleh Ibnu
Thufail. Dalam hubungan kedua hal ini, Ibnu Thufail berusaha menurut caranya sendiri
dalam memecahkan persoalan “hubungan” atau dengan perkataan lain, hubungan manusia
dengan Akal Fa’al dan dengan Allah (Mas’udi, 2015).
Menurut Ali Audah, novel “Hayy Ibn Yaqzhan” ini sudah diterjemahkan ke dalam beberapa
bahasa: Ibrani, Latin, Inggris, Perancis, Spanyol, Jerman, Rusia, Belanda dan lain-lain.
Dalamabad ke-14, Moses Narbone menerjemahkannya ke dalam bahasa Ibrani dengan
diberikomentar. Abad ke-15 Giovanni vico dolla Mirandola menerjemahkannya ke dalam
bahasa Latin melalui bahasa Ibrani. Yang terkenal adalah terjemahan langsung dari bahasa
Arab ke dalam bahasa Latin, dilakukan oleh Edward Pockoke dengan judul “Philosophus
Autodidaktus (1671). Adapun, dalam bahasa Indonesia yang pertama kali membicarakan
Hayy Ibn Yaqzhan adalah M. Natsir (dimuat kembali dalam kumpulan karangan M. Natsir:
Capita Selecta), Filsafat Ibn Thufail Roman Filsafat “Hayy Bin Yaqzhan” (Junaidi, 2011).

C. PENGARUH PEMIKIRAN IBNU THUFAIL TERHADAP PEMIKIRAN


BARAT 

Penyebaran kisah Hayy bin Yaqzan ke dalam berbagai bahasa di benua Eropa merupakan
refleksi diterimanya roman filsafat tersebut oleh kalangan pemikir Eropa. Sesuai dengan
perkembangan zaman, pemikiran yang disadur oleh para peneliti pada kisah Hayy bin
Yaqzan pada tahap awal berkisar pada permasalahan Teologi, terutama penggunaan akal
sebagai alat untuk berpikir secara independen dalam permasalahan-permasalahan ketuhanan,
penciptaan alam semesta, hukum alam.
Abdul Karim al-Yafie ketika memberikan gambaran singkat dalam mukadimah pada kisah
Hayy bin Yaqzan mengatakan bahwa roman filsafat ini termasuk kedalam genre Utopian
Literature dengan ciri khas fiksi spekulatif dan ilmiah, kemudian menambahkan bahwa kata
Utopia lebih dekat disadur dari bahasa Arab Tuba yang bermakna kebahagiaan atau
kesejahteraan dibanding dengan bahasa Yunani yang bermakna “Tiada Tempat”. Kisah Hayy
termasuk ke dalam kategori kisah-kisah seperti Republic oleh Plato, al-Madinah al-Fadilah
oleh al-Farabi, dan Tadbir al-Mutawahhid oleh Ibnu Bajah.
Pada tahun 1671 penerjemahan kisah Hayy bin Yaqzan dari bahasa Arab ke dalam bahasa
Latin diterbitkan kembali oleh sarajana Oxford Edward Pococke yang juga anak orientalis
Oxford terkenal saat itu, di tahun yang sama John Locke (1704 M) seorang filsuf Inggris
yang sangat berkontribusi terhadap pemikir-pemikir di Era Pencerahan Eropa mulai menulis
draft pertama karyanya yang berjudul An Essay Concerning Human Understanding.
Membahas dasar pengetahuan dan pemahaman manusia, dengan menjelaskan bahwa akal
manusia pada saat lahir sebagai batu tulis yang kosong dan seiring dengan berjalannya waktu
akan terisi dengan pengalaman, gagasan ini kemudian berkembang dengan istilah Tabula
Rasa (Abbas, 2016).
Apabila dikaji sangat banyak pemikir-pemikir Eropa yang terpengaruh baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam menjadikan kisah Hayy bin Yaqzan sebagai referensi, ini
membuktikan bahwa hasil-hasil karya pemikir eropa setelah Ibnu Tufail banyak mengadopsi
pemikiran-pemikiran yang tersirat dalam kisah Hayy bin Yaqzan. Hanya saja sangat sedikit
dari mereka yang mengakui bahwa karya-karya tersebut sedikit banyaknya berinteraksi
langsung dengan roman filsafat Hayy bin Yaqzan.

DAFTAR PUSTAKA 
Abbas, I. M. Y. (2016). Studi analisis pemikiran ekonomi islam ibnu tufail pada kisah “Hayy
Bin Yaqzan". Thesis.
Junaidi, M. (2011). Ibnu Thufail. Tokoh Muslim, 52–65. http://muslims-
figure.blogspot.com/2011/01/ibnu-thufail.html
Mas’udi. (2015). Pemikiran Filsafat Ibnu Thufail (Khazanah Pemikiran Filsafat dari Timur
Asrar al-Hikmat al-Masyriqiyyah). FIKRAH: Jurnal Ilmu Aqidah Dan Studi Keagamaan,
3(2), 411–430.
Siregar, S. (2017). Filsafat Hayy Ibn Yaqzan: Dialektika Akal Dan Wahyu Menurut Ibn
Thufail. 1–16.
Sulaiman, A. (2016). BUKU MENGENAL FILSAFAT ISLAM new.pdf.
Nama : Firyal Andhara
NIM  : 1901125009
Kelas : 4B Pendidikan Biologi 
Tugas : Biografi Tokoh Muslim
Mata Kuliah : IDI/Kependidikan Islam

Biografi Ibnu Zuhr


                                            
Nama lengkap Abu Marwan Abd al-Malik Ibnu Zuhr. dikenal di Eropa dengan  Avenzoar,
yang lahir di Seville, Spanyol, pada tahun 1091 M. Dia dikenal sebagai dokter, apoteker, ahli
bedah, sarjana Islam, dan seorang guru. Beberapa sejarawan menyebut Ibnu Zuhr sebagai
orang Yahudi, namun Bapak Sejarah Sains, George Sarton memastikan bahwa sang dokter
adalah seorang Muslim. 
Ibnu Zuhr merupakan keturunan dari keluarga Bani Zuhr yang melahirkan lima generasi
dokter, termasuk dua di antaranya wanita. Ia menimba ilmu kedokteran di Cordoba Medical
University. Ibnu Zuhr pertama kali belajar praktik kedokteran dari ayahnya bernama Abu’l-
Ala Zuhr (wafat tahun 1131 M). Kakeknya juga adalah seorang dokter yang termasyhur di
Andalusia. Setelah merampungkan studi sastra, hukum, dan doktrin, Ibnu Zuhr mulai
mendalami ilmu kedokteran secara khusus, Ibnu Zuhr lalu mendedikasikan dirinya untuk
penguasa Dinasti Al- Murabitun penguasa Spanyol Islam setelah padamnya Kekhalifahan
Umayyah. 
Di era kekuasaan Dinasti Muwahidun, Ibnu Zuhr menulis karya-karyanya. Beliau tutup usia
pada tahun 1161 M di tanah kelahirannya, Seville. Meski begitu, ia tetap dikenang dan
namanya masih tetap abadi. Ibnu Zuhr mewariskan beberapa kitab kedokteran penting bagi
peradaban manusia modern, seperti: Kitab at-Taysirfi al-mudawat wa at-tadbir(Perawatan dan
Diet). Ini adalah ensiklopedia kedokteran yang membuktikan bakat dan keahlian Ibnu Zuhr.
Dia lalu menawarkan kepada temannya, Ibnu Rushd, untuk mengumpulkan bukunya dalam
Generalities in Medicine. Kedua buku itu saling melengkapi satu sama lain. Buku tersebut
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada 1490 M dan masih digunakan sebagai referensi
hingga abad ke-17 M. Salinan buku kompilasi antara karya Ibnu Zuhr dan Ibnu Rushd itu
masih tersimpan di banyak perpustakaan, seperti di Perpustakaan Umum Rabat,
perpustakaan-perpustakaan di Paris, Oxford di Inggris, dan Florence di Italia. Kitab al-Iktisad
fi Islah an-Nufus wa al-Ajsad (Curing souls and bodies)adalah rangkuman berbagai penyakit,
perawatannya, pencegahan, kesehatan, dan psikoterapi.
Jasa-jasa seorang Ibnu Zuhr
Ibnu Zuhr merupakan dokter pertama yang menggunakan jarum suntik untuk memberikan
makanan buatan bagi pasiennya. Sang dokter dari Spanyol itu juga merupakan orang pertama
yang berhasil mengungkapkan nilai gizi yang terkandum dalam madu. Ibnu Zuhr juga
Sebagai Perintis Ilmu Parasitologi. Beliau orang yang pertama kali meneliti dan menjelaskan
dengan komplit dan komprehensif mengenai penyakit kulit yang disebabkan oleh parasit
adalah Ibnu Zuhr. Setelah lulus dari Cordoba Medical University, tentunya Ibnu Zuhr
menyandang predikat sebagai seorang dokter. Namun, ia lebih banyak menghabiskan
waktunya untuk melakukan penelitian dan eksperimen daripada berpraktik sebagai dokter
umum. Ibnu Zuhr bertipikal dokter ilmuwan, ia berperan selaku ilmuwan yang berusaha
untuk menemukan formulasi obat untuk menyembuhkan penyakit.
Ibnu Zuhr adalah orang pertama yang menguji cobakan obat kepada binatang terlebih dahulu
sebelum digunakan untuk Manusia. Hal ini dilakukannya supaya tidak menimbulkan efek
yang berbahaya bagi manusia apabila reaksi dari obat itu ternyata tidak sesuai yang
diinginkan.
Rincian pemikiran Ibnu Zuhr tentang parasitologi, yakni mengenai jenis - jenis penyakit kulit,
faktor penyebabnya, dan juga cara pengobatannya, diterangkan dalam salah satu bukunya
yang berjudul Al-Iqtishad fi Islah al-Anfus Wa al-Afsad atau The Book of Middle of Course
Concerning The Reformation of Souls anda The Bodies.
Semasa hidupnya, Ibnu Zuhr telah banyak menghasilkan pemikiran berharga bagi ilmu
kedokteran yang kemudian diterbitkan dalam bentuk buku atau kitab. Total, jumlah kitab
yang menghimpun segenap pemikiran dan hasil penelitian Ibnu Zuhrada 9 buah. Hal itu
menunjukkan kepiawaian Ibnu Zuhr di bidangnya. Terlebih lagio, Ibnu Zuhr pernah
dipercaya menjabat sebagai mentri pada masa DInasti Muhawid di Andalusia di bawah
kepemimpinan Sultan Abd Al-Mu'min. Ibnu Zuhr meninggal dunia di tanah kelahirannya, di
Sevilla, Andalusia, pada 1161.
 

DAFTAR PUSTAKA 
Abdel-Halim, R. E. (2005). Contributions of Ibn Zuhr (Avenzoar) to the Progress of Surgery :
a study and translations from his book. National Library of Medicine.
Britannica, T. E. (2021). Ibn Zuhr Spanish Muslim Physician. Encyclopaedia Britannica.
Cambra, L. M. (2015). Abu L - 'Ala' Zuhr, The Quack of Al-Andalus. International Journal
of Humanities Social Sciences and Education, Vol 2.
Henry A. Azar, M. R. (2002). Ibn Zuhr (Avenzoar's). Vol 19:2.
W.Tschanz, D. (2021). Ibn Zuhr. Aspetar Sports Mediacine Journal.
https://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_Zuhri
https://republika.co.id/berita/40429/ibnu-zuhr-dokter-terhebat-dari-zaman-keemasan
https://biografi.kamikamu.co.id/abu-marwan-ibnu-zuhr-bapak-ilmu-bedah-eksperimental-
dan-ahli-parasitologi-pertama-di-dunia/

Nama : Ratih Kusuma Wardhani 


Nim : 1901125069
Kelas : 4B Pendidikan Biologi
Tugas : Biografi Tokoh Islam
Mata kuliah : Islam dan Disiplin Ilmu
“BIOGRAFI IMAM AL-GHAZALI”

Imam Al-Ghazali merupakan figur yang tidak asing dalam dunia pemikiran Islam,
karena begitu banyak orang menemukan namanya dalam berbagai literatur, baik klasik
maupun modern. 1 Pemikir besar dalam dunia Islam abad ke 5 H, yang terkenal dengan
julukan hujjatul al-Islam (bukti kebenaran Islam). Imam Al-Ghazali nama lengkapnya
adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Ta‟us Ath-Thusi Asy- Syafi‟i Al-Ghazal.
Versi lain menyebutkan bahwa nama lengkap beliau dengan gelarnya adalah Syaikh al-ajal
al-imam al-zahid, al-said al muwafaq Hujjatul Islam. Secara singkat, beliau sering disebut al-
Ghazali atau Abu Hamid. Beliau dilahirkan tahun 450H/1058M di Ghazalah, sebuah desa di
Pinggiran Kota Thus, kawasan Kurasan Iran. Beliau wafat di Tabristan wilayah propinsi Thus
pada hari senin tanggal 14 Jumadil Akhir 505 H bertepatan dengan 01 Desember 1111 M.
Imam Al-Ghazali lahir dari keluarga yang taat beragama dan hidup sederhana.
Ayahnya seorang pemintal dan penjual wol yang hasilnya digunakan untuk mencukupi
kebutuhan hidupnya dan para fuqaha serta orang-orang yang membutuhkan pertolongannya,
dan juga seorang pengamal tasawuf yang hidup sederhana. Ia sering mengunjungi para
fuqaha, memberi nasihat, duduk bersamanya, sehingga apabila dia mendengar nasehat para
ulama ia terkagum menangis dan memohon kepada Allah SWT agar dikaruniai anak yang
seperti ulama tersebut. Ketika ayahnya menjelang wafat, ia berwasiat Imam Al-Ghazali dan
saudaranya, Ahmad diserahkan kepada temannya yang dikenal dengan ahli tasawuf dan orang
baik, untuk dididik dan diajari agar menjadi orang yang teguh dan pemberi nasehat.
Pendidikan dimulai dengan belajar al-Qur’an kepada ayahnya sendiri. Setelah ayahnya
meninggal, dia dan kakaknya dititipkan kepada Ahmad bin Muhammad ar-Razikani, seorang
tokoh sufi yang masih merupakan kerabat dari ayahnya sendiri. Dalam bimbingan Ahmad bin
Muhammad ar-Razikani, al-Ghazali mempelajari ilmu fikih serta riwayat hidup para wali dan
kehidupan spiritual mereka. Selain itu dia mempelajari syair-syair mahabbah (cinta) kepada
Allah, al-Qur’an dan hadis.
Diantara guru-gurunya pada waktu itu adalah Ahmad Ibnu Muhammad Al Radzikani.
Kemudian pada masa mudanya ia belajar di Nisyapur juga di Khurasan, yang pada saat itu
merupakan salah satu pusat ilmu pengetahuan yang penting di dunia Islam. Ia kemudian
menjadi murid Imam Al Haramain Al Juwaini yang merupakan guru besar di Madrasah An-
Nizhfirniyah Nisyapur. Al Ghazali belajar teologi, hukum Islam, filsafat, logika, sufisme dan
ilmu-ilmu alam.
Berdasarkan kecerdasan dan kemauannya yang luar biasa, Al Juwaini kemudian
memberinya gelar Bahrum Mughriq (laut yang menenggelamkan).Al Ghazali kemudian
meninggalkan Naisabur setelah Imam Al Juwaini meninggal dunia pada tahun 478 H (1085
M). Kemudian ia berkunjung kepada Nizhdm al- Mar di kota Mu’askar. Ia mendapat
penghormatan dan penghargaan yang besar, sehingga ia tinggal di kota itu selama 6 tahun.
Pada tahun 1090 M ia diangkat menjadi guru di sebuah Nizhfimiyah, Baghdad. Pekerjaan itu
dilakukan dengan sangat berhasil. Selama di Baghdad, selain mengajar, ia juga memberikan
bantahan-bantahan terhadap pikiran-pikiran golongan bathiniyyah, islamiyah golongan
filsafat dan lain-lain. Setelah mengajar diberbagai tempat, seperti di Baghdad, Syam dan
Naisabur, akhlaknyaia kembali ke kota kelahirannya di Thus pada tahun 1105 M.
Meskipun Imam Al-Ghazali tergolong sukses dalam kehidupannya di Baghdad semua
itu tidak mendatangkan ketenangan dan kebahagiaan bahkan membuatnya gelisah dan
menderita, ia bertanya apakah jalan yang ditempuhnya sudah benar atau belum? Perasaannya
itu muncul setelah mempelajari ilmu kalam (teologi) Imam Al-Ghazali ragu, mana diantara
aliran-aliran yang betul-betul benar, kegelisahan intelektual dan rasa kepenasarannya
dilukiskan dalam bukunya al-Munqidz min al-Dalal. Dalam bukunya itu Imam Al-Ghazali
ingin mencari kebenaran yang sebenarnya dan dimulai dengan tidak percaya dengan
pengetahun yang dimulai dengan panca indera sering kali salah atau berdusta. Ia kemudin
mencari kebenaran dengan sandaran akal, tetapi akal juga tidak dapat memuaskan hatinya.
Hal ini diungkapkan dalam bukunya Tahafut al-Falasifah yang isinya berupa tanggapan dan
sanggahan terhadap para filosof. 
Imam Al-Ghazali adalah seorang ulama, guru besar, sufi dan pemikir yang produktif,
menulis di dunia Islam. Jumlah kitab yang ditulisnya sampai kini belum disepakati secara
definitif oleh para penulis sejarahnya. Sebagian para peneliti mengatakan bahwa Imam Al-
Ghazali menulis hampir 100 buku yang meliputi: berbagai disiplin ilmu pengetahuan, seperti:
ilmu kalam, tasawuf, filsafat, akhlaq, dan otobiografi, karangannya ditulis dalam bahasa Arab
dan Persia. Karya-karya tulis yang ditinggalkan beliau menunjukkan keistimewaannya
sebagai seorang pengarang yang produktif. 

Secara rinci buku yang benar-benar disebut sebagai karangan Imam Al-Ghazali diatanra lain
sebgai berikut: 
1. Al-Ta‟liqat fi Furu‟ al-Madzhab,
2. Al-Mankhul fi al-Usul 
3. Al-Basit fi al-Furu
4. Al-Wasit 
5. Al-Wajiz 
6. Khulasat al-Mukhtasar wa Naqawat al-Mu‟tasar
7. Al-Muntakhal fi ‟Ilm al-Jidal
8. Ma‟akhiz al-Khilaf
9. Lubab al-Nazr, 
10. Tahsin al-Ma‟akhiz (fi Ilm al-Khilaf)
11. Kitab al-Mabadi wa al-Ghayat
12. Kitab Syifa al-Galil fi al-Qiyas wa al-Ta‟lil
13. Fatwa al-Ghazali
14. Fatwa
15. Gayat al-Gaur fi Dirayat al-Daur
16. Maqasid al-Falasifah
17. Tahafut al-Falasifah
18. Mi‟yar al-Ilm fi Fann al-Mantiq
19. Mi‟yar al-Uqul
20. Mahk al-Nazr fi al-Mantiq,
21. Mizan al-Amal 
22. Kitab al-Mustazhiri fi al-Radd ‟ala al-Batiniyyah 
23. Kitab Hujjat al-Haqq
24. Qawasim al-Batiniyyah 
25. Al-Iqtisad fi al-I‟tiqad 
26. Al-Risalah al-Qudsiyyah fi Qawa‟id al-Aqa‟id 
27. Al-Ma‟arif al-Aqliyyah wa Lubab al-Hikmah al-Illahiyyah 
28. Ihya‟ Ulum al-Din 
29. Kitab fi Mas‟alat Kulli Mujtahid Musib 

Dan masih banyak lagi karyanya, dari karangan-karangan Imam Al-Ghazali tersebut banyak
mempengaruhi terhadap para penulis ternama sesudahnya, seperti: Jalaluddin Runni, syeikh
al-Ashari, Ibnu Rusyd dan Syah Waliyullah yang mencerminkan gagasan rasional Imam Al-
Ghazali pada karya mereka. Penyair utama Persia seperti: Attar, Sa‟adi, Hafiz, dan al-Iraqi,
juga diilhami oleh Imam Al-Ghazali. Imam Al-Ghazali lah penyebab utama perembesan
aliran tasawuf kedalam puisi Persia dan mengarahkannya kejalan yang benar. Karya besarnya
ihya‟ ulum ad-Din dibaca luas oleh kaum muslimin, Yahudi, Nasrani dan mempengaruhi
Thomas Aquinus.

DAFTAR PUSTAKA 
Sirajuddin, Filsafat Islam, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007) , hlm. 155
Sholihin, Epistemologi Ilmu dalam Pandangan Imam Al-Ghazali, (Jakarta: Pustaka Setia,
2001) 
Muhammad Syafii Antonio, Ensiklopedia Peradaban Islam Baghdad (Jakarta: Tazkia
Publishing, 2012), hal. 168
http://repository.uin-suska.ac.id/5829/3/BAB%20II.pdf. Diakses Pada tanggal 1 April 2020. 
http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005-mustabsyir-442-
BAB2_310-7.pdf. Diakses Pada tanggal 1 April 2020. 
http://idr.uin-antasari.ac.id/8558/6/BAB%20III.pdf. Diakses Pada tanggal 1 April 2020. 
http://digilib.uinsby.ac.id/6890/6/Bab%203.pdf. Diakses Pada tanggal 1 April 2020. 

Nama : Kharisma Yosi Noviana 


NIM : 1901125065
Kelas : 4B Pendidikan Biologi UHAMKA
Tugas : Membuat Biografi Tokoh Ilmuan Hebat
Matkul : Islam Disiplin Ilmu
Biografi Imam Syafi’i
IMAM SYAFI’I
Imam Syafi’i adalah salah seorang ulama yang sangat masyhur. Setiap orang yang
memperhatikannya akan tertarik untuk mengetahui lebih dalam pribadinya, perilakunya serta
peninggalannya yang telah membuat orang yang memperhatikannya menghormati,
memuliakan dan mengagungkannya Ia ulama mujtahid (ahli ijtihad) dibidang Fiqih dan salah
seorang dari empat imam madzhab yang terkenal dalam Islam. Ia hidup dimasa pemerintahan
khalifah Harun al-Rasyid, al-Amin dan al-Ma’mun dari Dinasti Abbasiyah (Chalil, 1995). 
Nama lengkap Imam Syafi’i dengan menyebut nama julukan dan silsilah dari ayahnya adalah
Muhammad bin Idris bin Abbas bin Utsman bin Syafi’i bin As-Saib bin Ubaid bin Abdu
Yazid bin Hasyim bin Al Muthalib bin Abdul Manaf bin Qusayy bin Kilab. Nama Syafi’i
diambilkan dari nama kakeknya, Syafi’i dan Qusayy bin Kilab adalah juga kakek Nabi
Muhammad SAW. Pada Abdul Manaf nasab Asy-Syafi’i bertemu dengan Rasulullah SAW
(Hidayat, 2018).
Imam Syafi’i dilahirkan pada tahun 150 H, di tengah – tengah keluarga miskin di palestina
sebuah perkampungan orang-orang Yaman, lebih tepatnya di kota Ghazzah.. Ia wafat pada
usia 55 tahun (tahun 204H), yaitu hari kamis malam jum’at setelah shalat maghrib, pada
bulan Rajab, bersamaan dengan tanggal 28 juni 819 H di Mesir (Asy-Syurbasi, 2017).
Adapun gelar beliau adalah Nashirul Hadits (pembela hadits). Beliau mendapat gelar ini
karena dikenal sebagai pembela hadits Rasulullah, dan komitmennya untuk mengikuti sunnah
(Chalil, 1995).
Ayahnya meninggal saat ia masih sangat kecil kemudian ibunya membawanya ke Makkah, di
Makkah kedua ibu dan anak ini hidup dalam keadaan miskin dan kekurangan, namun si anak
mempunyai cita-cita tinggi untuk menuntut ilmu, sedang si ibu bercita-cita agar anaknya
menjadi orang yang berpengetahuan, terutama pengetahuan agama islam. Oleh karena itu si
ibu berjanji akan berusaha sekuat tenaga untuk membiayai anaknya selama menuntut ilmu.
Imam asy-Syafi’i adalah seorang yang tekun dalam menuntut ilmu, dengan ketekunannya
itulah dalam usia yang sangat muda yaitu 9 tahun ia sudah mampu menghafal al-Qur’an, di
samping itu ia juga hafal sejumlah hadits. Diriwayatkan bahwa karena kemiskinannya, Imam
Syafi’i hampir-hampir tidak dapat menyiapkan seluruh peralatan belajar yang diperlukan,
sehingga beliau terpaksa mencari-cari kertas yang tidak terpakai atau telah dibuang, tetapi
masih dapat digunakan untuk menulis. Setelah selesai mempelajari Al-qur’an dan hadits, asy-
Syafi’i melengkapi ilmunya dengan mendalami bahasa dan sastra Arab. Untuk itu ia pergi ke
pedesaan dan bergabung dengan Bani Huzail, suku bangsa Arab yang paling fasih bahasanya.
Dari suku inilah, asy-Syafi’i mempelajari bahasa dan syair-syair Arab sehingga ia benar-
benar menguasainya dengan baik (Chalil, 1995).
Pendidikan Imam Syafi’i 
Pada waktu beliau hidup di tengah-tengah masyarakat, mula-mulabelajardengan Muslim bin
Khalid al-Zinji, kemudian beliau melanjutkan pengembarannya ke Madinah, di mana
menemui Imam Malik untuk minta ijin agar diperkenankan meriwayatkan hadits-haditsnya.
Sebelum Imam Malik mengijinkannya, Imam Syafi’i sempat ditest untuk membacakan
kitabal-Muwatta’ dihadapannya, kemudian beliau membacanya di luar kepala (Chalil, 1995;
Hidayat, 2018).

Setelah belajar kepada Imam Malik, pada tahun 195 H. beliau pergi ke Baghdad untuk
menuntut ilmu dan mengambil pendapat-pendapat dari murid-murid Imam Abu Hanifah,
dengan cara bermunazarah dan berdebat dengan mereka, selama dua tahun beliau berada di
Baghdad kemudian beliau ke Makkah, dilanjutkan ke Yaman, beliau berguru pada Matrak bin
Mazindan, di Irak beliau berguru kepada Muhammad bin Hasan. Diantara guru-guru beliau
ada yang beraliran tradisional atau aliran hadits. Seperti Imam Malik dan ada pula yang
mengikuti paham Mu’tazilah dan Syiah. Pengalaman yang diperoleh Imam Syafi’i dari
berbagai aliran Fiqh tersebut membawanya ke dalam cakrawala berpikir yang luas, beliau
mengetahui letak keturunan dan kelemahan, luas dan semptinya pandangan masing-masing
madzhab tersebut, dengan bekal itulah beliau melangkah untuk mengajukan berbagai kritik
dan kemudian mengambill jalan keluarnya sendiri.
Mula-mula beliau berbeda pendapat dengan gurunya Imam Malik. Perbedaan ini berkembang
sedemikian rupa sehingga ia menulis buku Khilaf Malik yang sebagian besar berisi kritik
terhadap pendapat (Fiqh) madzhab gurunya itu. Beliau juga terjun dalam perdebatan-
perdebatan sengit dengan Madzhab Hanafi dan banyak mengeluarkan koreksi terhadapnya.
Dari kritik-kritik Imam Syafi’i terhadap kedua madzhab tersebut akhirnya ia muncul dengan
madzhab baru yang merupakan sintesa antara fiqh ahli hadits dan fiqh ahli ra’yu yang benar-
benar orisinil. Namun demikian yang paling menentukan orisinalitas Madzhab Syafi’i ini
adalah kehidupan empat tahunnya di Mesir.
Murid-murid Imam Syafi’i
Diketahui bahwa guru-guru Imam Syafi’i amatlah banyak, begitu pula murid murid atau
penuntut ilmu yang ingin belajar kepada Syafi’i. Beberapa diantaranya yaitu (Febriansyah,
2017):
a. Al-Hasan al-Sabah al-Za’faranib. 
b. Al-Husain ibn Ali al-Karabisic.
c. Abu Thur al-Kulbid.
d. Ahmad ibn Muhammad al-Asy’ari.
e. Imam Ahmad ibn Hanbal
f. Abu Ja’far at-Thabari
g. Abu Hanifah al-Asnawi
h. Dan masih banyak lagi.
Murid-murid Imam Syafi’i dari kalangan perempuan tercatat antara lain saudara perempuan
al-Muzani. Mereka adalah para cendekiawan besar dalam bidang pemikiran Islam dengan
sejumlah besar bukunya baik dalam Fiqih maupun lainnya. Di antara para muridnya yang
termasyhur sekali ialah Ahmad ibn Hambal yang mana beliau telah memberi jawaban
kepada pertanyaan tentang Imam Syafi’i dengan katanya: Allah Ta’ala telah memberi
kesenangan dan kemudahan kepada kami melalui Imam Syafi’i. Kami telah mempelajari
pendapat kaum-kaum dan kami telah menyalin kitab-kitab mereka tetapi apabila Imam
Syafi’i datang kami belajar kepadanya, kami dapati bahwa Imam Syafi’i lebih alim dari
orang-orang lain. Kami senantiasa mengikuti Imam Syafi’i malam dan siang apa yang kami
dapati darinya adalah kesemuanya baik, mudah-mudahan Allah melimpahkan rahmat-Nya
atas beliau.
Pemikiran dan Karya Imam Syafi’i
Sebagaimana Imam Malik di mana pemikiran beliau banyak dipengaruhi oleh tingkat
kehidupan sosial masyarakat dimana beliau tinggal. Maka demikian pula Imam Syafi’i,
ketika beliau berada di Hijaz, masyarakat disana berpegangteguh dengan sunnah dan hadits
sehingga tidak banyak timbul problem kemasyarakatan dan penyelesaian masalah dengan
bersumber dari al-Qur’an serta sunnah, maka wajar sekali jika aliran Imam Syafi’i cenderung
kepada aliran ahli hadits, karena memang beliau belajar dari Imam Malik, akan tetapi setelah
beliau mengembara ke Baghdad (Irak) dan menetap untuk beberapa tahun lamanya serta
mempelajari Fiqh dari Abu Hanifah dan Madzhab ahli ra’yu, maka mulailah beliau condong
kepada aliran rasional (Rohidin, 2004).
Apalagi beliau menyaksikan sendiri tingkat kebudayaan di Irak sebagai daerah keruwetannya
yang para ahli Fiqh. Sehingga seringkali beliau tidak menemukan ketegasan jawabannya
dalam al-Qur’an maupun as-Sunnah. Keadaan ini lalu mendorong beliau untuk melakukan
ijtihad dan menggunakan rasio.
Tempat yang paling menentukan keorisinilitas madzhab beliau adalah kehidupannya selama
empat tahun di Mesir. Memang banyak kota dimana Imam Syafi’i mengembangkan dan
mengambil ilmu, seperti Yaman, Persia, baghdad dan kota-kota lainnya, tetapi di Mesirlah
sampai beliau meinggal dunia. Banyak digunakan untuk menulis karya-karyanya, bahkan
untuk merivisi buku-buku yang telah ditulisnya, juga meletakkan dasar-dasar madzhab
barunya yang dikenal dengan Qaul Jadid nya.
Dengan perpaduan pemikiran beliau akibat pengaruh dari corak pendidikan dan
pengalamannya dari berbagai negara, disinilah Imam Syafi’i mengkompromikannya,
mengkombinasikan serta mendiskusikan Fiqih di negara Hijaz yang menjadikan beliau
terkenal dengan ahli ra’yu.
Karya-karya Imam Syafi’i, menurut Imam Abu Muhammad bin Husain bin Muhammad al-
Muzani, yang merupakan  salah seorang murid Imam Syafi’i mengatakan bahwa Imam
Syafi’i telah mengarang kitab sebanyak 113 kitab, baik kitab dalam ilmu Ushul al-Fiqh, dan
lain-lain, sebagai pegangan dan pengetahuan yang bisa kita nikmati sampai sekarang.
Beberapa diantaranya adalah :
a. Ar-Risalah = Kitab ini disusun berkaitan dengan kaidah-kaidah ushul fiqh yang
didalamnya diterangkan mengenai pokok-pokok pegangan Imam Syafi’i dalam
mengistinbathkan suatu hukum.
b. Al-Umm = Kitab induk ini berisikan hasil-hasil ijtihad Imam Syafi’i yang telah
dikondisikan dalam bentuk juz dan jilid yang membahas masalah taharah, ibadah,
amaliyah, sampai pada masalah peradilan seperti jinayah, muamalat, munakahat dan
lain-lain.
c. Ikhtilaf al-Hadits = Di dalamnya mengungkap perbedaan para ulama dalam
persepsinya tentang hadits mulai dari Sanad sampai Perawi yang dapat dipegangi,
termasuk analisisnya tentang hadits yang menurutnyadapat dipegangi sebagai hujjah.
Fiqh Imam Syafi’i
Ilmu fiqih yang dibawa oleh Imam Syafi’i adalah merupakan perkembangan fiqih dalam
sejarah perundangan Islam. Oleh karena itu, beliau mengumpulkan atau menyatukan ilmu
fiqih antara ahli-ahli akal dan pikir dengan ilmu fiqih ahli-ahli akal dan hadits. Ilmu fiqih
Imam Syafi’i merupakan ikatan sunnah dengan qiyas, dan pemikiran dengan beberapa cara-
cara atau peraturan untuk memahami al-Qur’an dan Hadits. Juga beliau menerapkan kaidah-
kaidah pengeluaran hukum dan kesimpulannya, oleh karena itulah beliau berhak dianggap
sebagai penulis ilmu Ushul Fiqih (Chalil, 1995).
Menurut yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa Imam Syafi’i mulai menyusun madzhab
fiqihnya setelah beliau mempelajari ilmu fiqih di Madinah dan fiqih orang-orang Irak.
Madzhab Syafi’i mulai berkembag di Mesir, yang terkenal dengan qaul jadid nya, yang
diajarkan oleh beliau di Masjid ‘Amr ibn Ash. Perkembangan ini semakin bertambah sejak
banyaknya para ulama dan para cendekiawan yang mengikuti pelajarannya. Seperti
Muhammad ibn Abdullah ibn Abdul Hakim, Ismail ibn Yahya al-Buwaithy, ar-Rabi, al-Jizi,
Asyhab Ibnu Qasim dan Ibn Mawaz.
Oleh karena itu, terdesaklah madzhab yang telah dianut sebelumnya, yaitu mazhab Hanafi
dan mazhab Maliki. Walaupun pada tahun 197 H beliau telah mengajarkan qaul qadim nya di
Baghdad, namun perkembangan madzhab Syafi’i barulah setelah beliau meninggal dunia
yang dikembangkan oleh Hasan ibn Muhammad al-Za’farani (wafat 260 H.).
Wafatnya Imam Syafi’i
Imam Syafi’i dengan tenang menghembuskan nafasnya yang terakhir sesudah shalat Isya’,
malam Jum’at bulan Rajab tahun 204 H./819 M. Dengan disaksikan muridnya yaitu Rabi al-
Jizi (Febriansyah, 2017).
DAFTAR PUSTAKA 
Asy-Syurbasi, A. (2017). Sejarah dan Biografi Empat Imam Mazhab. Surabaya: Amzah.
Chalil, M. (1995). Biografi Empat Serangkai Imam Mazhab. Jakarta: Bulan Bintang.
http://repository.uin-suska.ac.id/7355/3/BAB II.pdf
Febriansyah, F. (2017). BIOGRAFI IMAM SYAFI’I DAN IMAM HANAFI. Jurnal
Pendidikan Islam, 1, 14–23.
Hidayat, R. (2018). Pemikiran Pendidikan Islam Imam As - Syafi ’ i dan Implikasinya
Terhadap Pendidikan Islam di Indonesia. Almufida, III(1), 107–131.
Rohidin. (2004). Historisitas Pemikiran Hukum Imam Asy-Syafi’i. Jurnal Hukum IUS QUIA
IUSTUM, 11(27), 97–105. https://doi.org/10.20885/iustum.vol11.iss27.art9
Nama : Dhanti Cynthia Prameswari
NIM : 1901125077
Kelas : 4B
Tugas : Biografi Tokoh Islam – Jabir Ibn Hayyan
Mata Kuliah : Ilmu Disiplin Islam (IDI)

A. Biografi Jabir Ibn Hayyan


Jabir bin Hayyan lahir pada sekitar 100 H atau 721 M di Khurasan. Nama lengkapnya adalah
Abû Mûsâ Jâbir bin Hayyân Al-Shûfiy Al-Azadiy. Sumber lain menyebutnya sebagai Abu
Abdullah Jabir bin Hayyan. Terkadang beberapa sejarawan menyebutnya dengan Al-Thusi
dan Al-Kufi. Sumber lain juga menyebut bahwa Jabir berasal dari kalangan Shabi`in, yang
karenanya diberi laqab Al-Harrani dan termasuk kelompok Mawali. Agaknya dapat
dipastikan bahwa keluarga Jabir berasal dari suku Azd dari Arabia Selatan, yang pada masa
kebangkitan Islam menetap di Kufah.

Ayahnya, Hayyan Al-Attar adalah seorang ahli syi’ah yang juga sebagai penjual obat-obatan.
Hayyan berasal dari Syam yang kemudian pindah ke Thus, sebuah kota kecil yang berjarak
27 km dari Utara Masyhad yang dikenal sebagai kota transit bagi para pedagang baik dari
Baghdad, Turkistan, ataupun Cina. Sedangkan ilmuwan Barat menyebut nama Jabir sebagai
“Geber”. Jabir dikenal sebagai Sufi3 yang tekun beri’tikaf di sebuah ruangan khusus di dalam
rumahnya. 

Sebagian sumber menyebut Jabir sebagai bagian dari kalangan Shabi`in, dan Jabir juga
dikatakan sebagai seorang Syi’ah. Kenyataan ini merujuk kepada kedekatannya dengan salah
seorang imam keenam Syi’ah yaitu Ja’far Ash-Shadiq yang bukan hanya sebagai pendiri
madzhab hukum Syi’ah dua belas Imam atau lebih dikenal dengan madzhab Ja’fari, tetapi
juga menjadi tokoh penting dalam pengetahuan esoteris. Kedekatan ini juga tercermin dalam
tulisantulisannya, seperti terdapat pada Mukhtâr Rasâ`il.

Jabir telah pula mendatangi guru lainnya seperti Udha Al-Himar yang kala itu masih
merupakan rekan seangkatan dari Khalid Barmaki, dan Yahya. Jabir sempat pula
menunjukkan beberapa tulisnya kepada para gurunya itu. Karena kecintaannya kepada ilmu
pengetahuan, Jabir banyak bergaul dengan kalangan orang-orang yang juga mencintai
pengetahuan. Karena itu, dapat dipahami bila kemudian Jabir juga menjalin hubungan baik
dengan para pembesar istana. Dengan dilandasi kesamaan kepentingan keilmuan, Jabir
bergaul baik dengan keluarga Barmak dan khalifah Harun alRasyid. Hubungan baik ini terus
berlangsung sampai kemudian, terjadi fitnah terhadap keluarga Barmak. Dengan kejadian
fitnah tersebut, Jabir juga kemudian mengambil langkah antisipatif menjauh dari Baghdad
dan berpindah ke Thusi.

Sebagaimana halnya ilmuwan Muslim abad pertengahan, Jabir tidak hanya mampu
mendalami satu bidang ilmu pengetahuan tertentu, tetapi mereka juga mampu menguasai
bidang keilmuwan lainnya dan sangat beragam. Selain ahli dalam bidang ilmu kimia, beliau
juga ahli dalam ilmu yang lain seperti kedokteran, filsafat dan fisika. Hanya saja dari sekian
banyak ilmu yang digelutinya, tampaknya ilmu kimia lebih melekat dan menonjol pada tokoh
intelektual muslim ini. Karya-karya ilmu kimianya telah diterjemahkan ke dalam berbagai
bahasa di Eropa, termasuk bahasa Latin, dan kemudian diserap oleh ilmu kimia modern.
Eropa kemudian mulai mengenali istilahistilah teknik seperti realiger (sulfit merah dari
arsenik), tutia (seng oksida), alkali, antimoni, alembic, dan aludel.Demikian juga Salamoniak
(sejenis substansi baru kimia) telah diperkenalkan Jabir yang sebelumnya tidak pernah
dikenal oleh orang-orang Yunani.

B. Karya Jabir Ibn Hayyan


Jabir telah meninggalkan banyak karyanya bahkan ada yang menyebutkannya tidak kurang
dari 200 judul buku. Karya-karyanya hingga kini masih tetap terpelihara dan tersimpan di
berbagai perpustakaan nasional di beberapa negara, seperti di Musium Britania Inggris
misalnya, didapati sebuah manuskrip karya Jabir yang berjudul Al-Khawâsh al-Kabîr (Inti-
inti yang Besar), sementara di Perpustakaan Nasional Paris (Prancis) terdapat satu naskah
karya Jabir dengan judul Al-Ahjâr (batu-batuan). Karya-karya Jabir kian banyak diakui oleh
para ilmuwan Barat. Hal ini terbukti dengan mulai banyaknya diterjemahkan karya-karyanya
itu ke dalam bahasa Latin yang menjadi rujukan standar selama beberapa abad. Karya-karya
Jabir menarik minat para ilmuwan Barat, seperti R. Ruska, Kupp, EJ Holmyard, M. Berthelot,
Paul Kraus, George Sarton, R. Russell, dan lain-lain, untuk menelaahnya.

Di samping karya-karya tulisnya, Jabir juga memiliki murid-murid yang turut


menyebarluaskan dan memperkokoh pemikiran Jabir bagi perkembangan kimia berikutnya.
Meskipun sulit mengidentifikasi seluruh murid-murid Jabir bin Hayyan, namun Ibnu al-
Nadim menyebutkan beberapa orang yang dinyatakannya sebagai murid dari Jabir, antara
lain: Al Kharaqiy, Ibn ‘Iyadh al-Mishriy, dan Al Ahmiimiy. Di samping itu, Al-Razi juga
menyatakan diri sebagai murid Jabir, meskipun bukan murid dari Jabir dalam pola interaksi
guru murid, namun merujuk sebagai murid dari kitab-kitab yang ditulis Jabir.

C. Aspek Religiusitas dalam pandangan Filosofis Jabir bin Hayyan


Sebagaimana lazimnya, pemikiran dan cara pandang seseorang sangat dipengaruhi oleh cara
pandangnya terhadap persoalan-persoalan mendasar kehidupan. Dengan kata lain, cara
pandang dan pemikiran seseorang terhadap suatu persoalan, termasuk pendidikan,
dipengaruhi oleh pandangan filosofis yang dianut oleh orang tersebut. Dalam aspek
ontologis, Jabir banyak menyoroti hal-hal yang berkenaan dengan pandangan ketuhanan,
alam semesta dan keberadaan manusia. Dalam hal ini, pandangan-pandangan Jabir tidak
banyak berbeda dengan pandangan para filosof setelahnya yang lebih banyak dikenal, semisal
al-Farabi, Ibnu Sina, ataupun al-Kindi. Namun, dalam aspek epistemologis, Jabir terlihat
memiliki pandangan yang spesifik dan menarik sebagai suatu pendekatan baru dalam
epistemologi pendidikan Islam. 

Jabir mengedepankan metode eksperimen (manhaj tajribiy), yang bila ditelaah berdasarkan
metode-metode analisis filsafat, merupakan salah satu metode epistemologi yang cukup
penting. Terlihat dalam berbagai pandangan Jabir, metode eksperimen merupakan metode
epistemologis yang penting di samping metode lainnya. Metode eksperimen ini,
sesungguhnya bukan merupakan hal yang asing dalam khazanah kajian filsafat. Anton
Bakker (2004) membedakan metode eksperimen ini dari metode empiris secara tersendiri.6
David Hume (1711- 1776) yang disebut-sebut oleh Bakker sebagai pelopor metode ini,
berada jauh di belakang masa kehidupan Jabir bin Hayyan. Karenanya, Jabir dapat dianggap
sebagai pelopor sesungguhnya dari metode eksperimen.
DAFTAR PUSTAKA 

Chandra, E. (2012). RELIGIUSITAS DALAM PENDIDIKAN KIMIA (ESENSI


PEMIKIRAN 
PENDIDIKAN KIMIAWAN KLASIK JABIR BIN HAYYAN). JURNAL SCIENTIAE 
EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1 , 5-7.
Mafar, F. (2012). KLASIFIKASI ILMU-ILMU KEISLAMAN ABAD. UNLIB JURNAL 
PERPUSTAKAAN , 17.
Scerri, Eric R. Philosophy of Chemistry- New Interdiscipinary Field.Journal of Chemical 
Education. Vol. 77 No.XX 2000.
Shalabi, Ahmad. History of Muslim Education. Beirut: Dar Al Kashshaf. 1954.
Turner, Howard R. Sains Islam yang Mengagumkan: Sebuah Catatan terhadap Abad   
Pertengahan (Science in Medieval Islam.Terj. Zulfahmi Andri ). Bandung: Nuansa. 2004.
Hitti, P. K. (2005). History of Arabs. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
Lāʼibrerī, Ḵ. B. (1996). A Shelflist of Islamic Medical Manuscripts at the National Library
of 
Medicine. U.S.A: U.S. Department of Health and Human Services, Public Health Service, 
National Institutes of Health, History of Medicine Division, National Library of Medicine.
Nama : Adis Novi Violina H.
NIM : 1901125074
Kelas : 4B Pendidikan Biologi
Tugas : Biografi Tokoh Ilmiah
Mata Kuliah: IDI/Kependidikan Islam

Biografi Muhammad Ibnu Al Hasan Nasiruddin Al-Tusi

Abu Jakfar Muhammad Ibnu Muhammad al-Hasan Nasir ad-Din al-Tusi al-Muhaqqiq atau
yang biasa dikenal dengan nama Nasiruddin ath-Tusi / Nasir al-Din al-Tusi beliau merupakan
ilmuwan yang terkenal si jenius yang serba bisa dari Persia. Al-Tusi lahir pada 18 Februari
1201 Masehi di Tus sebuah kota di Korasan yang terletak di dekat Mashed, Persia yang
sekarang warga dunia mengenal letaknya di sebelah timur laut Iran. Beliau lahir pada awal
abad dan beliau dapat menyaksikan dunia Islam itu menaklukan China bagian timur hingga
Eropa bagian barat. Beliau bergabung dengan bangsa Mongol yang menaklukan Baghdad. 
Al-Tusi adalah seorang ilmuwan muslim yang mempunyai kemampuan yang hebat tidak
hanya dalam satu bidang saja tetapi pada berbagai bidang ilmu pengetahuan, karya 
ensiklopedik beliau melingkupi berbagai macam cabang ilmu pengetahuan seperti, astronomi,
matematika, sains, optik, geografi, obat-obatan,  filsafat, logika, bidang musik, mineralogi,
fisika, metafisika, teologi (ilmu yang sifatnya multi dimensi), dan ilmu etika.
Beliau mempunyai kekuatan yang luar biasa dalam menyatukan, memperluas atau
mengembangkan temuan-temuan sebelumnya yang sudah ada. Jadi temuan sebelumnya itu
hasilnya bisa menjadi lebih sempurna untuk digunakan dalam ilmu pengetahuan, contohnya
seperti ia menulis tentang risalah lengkap trigonometri yang berhubungan dengan bola.
Hampir 150 risalah yang ada dihubungkan dengan keberadaan Al-Tusi dalam bidang
geometri. Tulisan karya Al-Tusi sendiri berjumlah sekitar 165 judul meliputi seluruh bidang
yang sudah tertulis diatas. 
Beliau terlahir dikeluarga twelver shi’I atau syiah keduabelas, Ayahnya sendiri Muhammad
Ibn al Hasan merupakan seorang ahli hukum dari Twelever Imam School (Sekte utama
Muslim Syiah) sekaligus menjadi tempat dimana Al-Tusi mengemban ilmu untuk pertama
kali. Terlepas dari Al-Tusi belajar beliau juga diajarkan berbagai ilmu oleh pamannya, inilah
yang membentuk Al-Tusi menjadi sosok hebat yang menguasi berbagai bidang ilmu
pengetahuan, pamannya mengajarkan berbagai topik pengetahuan seperti logika, fisika dan
metafisika. Tidak hanya belajar dari paman nya Al-Tusi juga memperdalam ilmu lain dari
guru lain terkait bidang matematika terkhusus pada aljabar dan geometri. 
Al-Tusi telah kehilangan sosok ayahnya pada saat usianya masih sangat belia hal ini yang
mendorong ia untuk belajar. Untuk memenuhi keinginan sang ayah beliau mengambil
berbagai pembelajaran serta beasiswa dan dijalankannya dengan sangat serius. Ia melakukan
berbagai perjalanan jauh semata-mata untuk mengemban ilmunya, selain dari ilmu
pengetahuan general ia juga turut menghadiri ceramah ulama terkenal untuk memperoleh
pengetahuan agama. 
Guru matematika pertama al-Tusi adalah Kamal al-Diin Hasib saat masih di Tusi, Lalu pada
tahun 1214 saat usia al-Tusi masih 13 tahun, Genghis Khan (pemimpin bangsa Mongol),
menyerah untuk menaklukkan Tiongkok dan memulai perkembangan pesat menuju Barat.
Tak lama kemudian, al-Tusi akan dapat melihat efek penaklukan ini di wilayahnya, tetapi
sebelum itu, dia akan dapat mempelajari topik yang lebih maju. Kemudian ia memutuskan
untuk pergi ke Nishapur yang merupakan daerah pusat pembelajaran. Disana al-Tusi
mempelajari ilmu filsafat, kedokteran dan matematika beliau bertemu dengan  Farid al-Din
'Attar, guru sufi legendaris yang terbunuh oleh penjajah dari Mongol. 
Pada saat di Mawsil beliau belajar matematika serta ilmu astronomi dengan Kamal al-Din
Yunus. Beliau melakukan Kemudian, ia berinteraksi dengan Qaysari. Nampaknya ilmu
kebatinan yang disebarkan oleh para guru sufi tidak menarik pikirannya. Ketika ada
kesempatan, ia memilah-milah sendiri. Buku pegangan filsafat tasawuf muncul dalam bentuk
sebuah buku pegangan kecil yang disebut "Awsaf al-ashraf” 
Sekitar tahun 1236, beliau berada di Alamut, pusat pemerintahan Nizari Ismaili. Prestasi
ilmiah al-Tusi dalam penyusunan Akhlaq-i Nasiri tahun 633/1235 seakan membuka jalan
bagi beliau, yang merupakan suatu kehormatan dan kesempatan besar bagi para ulama
berbakatnya, Apalagi karena Alamut masih berdiri tegak.Kursi Ismaili juga perpustakaan
terpenting di Negara Bagian Ismaili. Di Alamut, selain mengajar, mengedit, mendiktekan,
dan menulis karya ilmiah, Tusi dipromosikan menjadi kepala dakwah (da'i al-du'at) di Ismaili
da'wat. Melalui kunjungan konstan dan komunikasi tak henti-hentinya dengan ulama, Tusi
memelihara kontak dengan akademisi di luar lingkaran Ismaili dan disebut "ulama" (al-
muhaqiq) pertama kali semenjak hidupnya.
Meskipun di bawah pemerintahan Mongol, kesetiaan atau persuasif al-Tusi kepada komunitas
tertentu tidak dapat di prioritaskan, prosesnya sendiri menjadi antusiasme ilmiah bagi Tutsi
untuk menulis dari perspektif Ismaili dan Dua Belas Syiah. Kompilasi Ismaili yang paling
terkenal adalah Rawda-yi taslim, Sayr wa suluk, Tawalla wa tabarra, Akhlaq-i Muhtashimi
dan Matlub al-mu'minin. Tajrid al-i'tiqad, al-Risala fi'l-imama dan Fusul-i Nasiriyya adalah
karyanya khusus untuk dua belas Syiah. 
Al-Tusi menyaksikan jatuhnya khalifah "Abbasiyah" dan mendapat kepercayaan dari
pemimpin Mongolia, Helgu. Ia diberi kewenangan penuh untuk mengelola keuangan yayasan
keagamaan (wakaf). Selama periode ini, al-Tusi terutama berkutat pada memerangi
barbarisme bangsa Mongol, menyelamatkan nyawa para cendikiawan yang tidak bersalah,
dan mendirikan salah satu pusat pembelajaran terpenting di Maragha, Iran barat laut.
Kompilasi Musari'at al-musari, Awsaf al-ashraf dan Talkis al-muhassal adalah karya ulama
al-Tusi dalam beberapa tahun terakhir hidupnya.

Selain dari kegiatan beliau menulis, Al-Tusi juga telah banyak menerjemahkan dan
memberikan kritikan serta penyuntingan karya yunani ke Bahasa Persia. Kumpulan
terjemahan ini dinamakan kitab al-Mutawassitat Bain al-Handasa wal Hai’a (buku-buku
pengetahuan antara geometri dan astronomi). 
DAFTAR PUSTAKA
Setiawan, Rudi H. 2020. Mengenal Ilmuwan Muslim Nasir Ad-Din Tusi. Di unduh pada
23/03/21. https://oif.umsu.ac.id/2020/05/mengenal-ilmuwan-muslim-nasir-ad-din-tusi/
Merchant, Aziz. 2018.  Nasir al-Din al-Tusi and Astronomy. Lifelong Learning Articles. The
Institute Of Ismaili Studies. Ms. 596
“Nasir al-Din Tusi (1201—1274),” by  S. J. Badakhchani. The Internet Encyclopedia of
Philosophy, ISSN 2161-0002, https://iep.utm.edu/tusi/ , 23 March 2021
Britannica, T. Editors of Encyclopaedia (2021, February 14). Naṣīr al-Dīn al-Ṭūsī.
Encyclopedia Britannica. https://www.britannica.com/biography/Nasir-al-Din-al-Tusi
Veselovsky, I. N. 1973. Copernicus and nasir al-Din al-Tusi. Journal for the History of
Astronomy, 4(2), 128.
Andani, K. 2020. Metaphysics of Muhammad: The Nur Muhammad from Imam Ja ‘far al-
Sadiq (d. 148/765) to Nasir al-Din al-Tusi (d. 672/1274). Journal of Sufi Studies, 8(2), 99-
175.
Nama : Nina ayu mukti
Nim : 1901125050
Kelas : 4B
Tugas : Biografi Tokoh islam 
Matkul : IDI(

BIOGRAFI PIRI REIS

Piri reis merupakan seorang ilmuwan muslim, kapten kapal, geograf,serta


kartografer(pembuat peta) terkemuka Ustmaniyah Ottonom. Piri reis lahir pada tahun 1465
masehi di wilayah tepi pantai yang bernama gallipoli yang terletak di Turki. Piri reis
memiliki nama asli Ahmed Muhiddin piri Ibn hadji Ahmed yang selanjutnya dikenal dengan
piri reis kata reis atau rais sendiri memiliki arti kapten.(Aan Wulandari U., n.d.)
Piri reis tumbuh besar di lingkungan laut yang menyebabkan piri reis paham tentang seluk
beluk ilmu kelautan sejak usian nya masih kecil, selain itu piri reis memiliki seorang paman
yang bernama kemal rais yang merupakan laksamana dari pamannya lah piri reis banyak
belajar tentang kelautan,pelayaran hingga pembuatan peta. Bahkan di usia remaja piri reis
sudah pandai berlayar dan dipercayai menjadi salah satu awak kapal dari kapal pimpinan dari
sang paman.(Geologi et al., 2010)
Di tengah kesibukan piri reis dalam berlayar ia selalu menyempatkan untuk melakukan
pencatatan selama pelayaran dan ketika ia pulang ke kampung halamannya ia hanya tinggal
menyusun kisah perjalanannya yang berupa peta dan panduan penting bagi dunia pelayaran
atau navigasi.
Piri reis dikenal sebagai orang yang berjasa dalam bidang navigasi/kartografi, ia juga
menyumbang ilmu pengetahuan bidang pemetaan dan bidang kelautan bagi peradaban islam.
Pada tahun 1513 masehi piri reis menghasilkan peta dunia yang berjudul kitab I-Bahriye atau
book of navigation selanjutnya piri reis membuat kitab ke-2 nya pada tahun 1528, di mana
piri reis menggambarkan pemetaan dari laut Atlantik dan sejumlah pantai yang di wilayah
eropa. Peta itu menjadi salah satu panduan yang sangat penting bagi dunia pelayaran atau
navigasi dalam memperkaya ilmu geografi.(Yilmaz, 2010)
Seiring berjalannya waktu piri reis pernah mendapatkan perintah untuk memimpin pasukan
ottoman melawan mesir disaat kesibukan piri reis dalam memimpin pasukan nya ia tak perlu
lupa untuk membuat peta dan menuliskan informasi-informasi penting tentang wilayah yang
ia lewati bersama pasukannya yaitu dari turki menuju kairo melalui sungai Nil.(Soucek,
2013)
Setelah peperangan tersebut akhirnya mesir bergabung dengan kesultanan ottoman lalu piri
reis membagikan hasil tulisan perjalanan nya tentang keindahan sungai nil kepada salah satu
penguasa Mesir yang bernama yavuz kemudian peta Mesir itu ditambah ke dalam karyanya
yaitu I-Bahriye.
Setelah itu tahun-tahun berikutnya terjadi perang yang dahsyat antara pasukan ottoman
melawan pasukan venesia, pasukan otonom lagi-lagi berhasil mengalahkan pasukan tersebut
dengan pimpinan piri reis namun paman dari piri reis gugur dalam peperangan tersebut.
kemudian piri reis ditunjuk sebagai Laksamana kesultanan ottoman untuk menggantikan sang
paman. 
Pada tahun 1528 hingga 1529 masehi piri reis berhasil membuat peta wilayah barat daya
Atlantik wilayah itu disebut sebagai dunia baru yang terletak antara tersebut makin
melengkapi karyanya yaitu i Bahriye , kesukaan piri reis dalam menulis tidak pernah pudar
walau sibuk sebagai pimpinan ia harus terus menulis kisah perjalanannya.
Piri reis diperkirakan meninggal dunia pada tahun 1554 masehi salah satu karya terkenalnya
yaitu I-Bahriye yang sudah lengkap sekaligus telah mengharumkan kesultanan ottoman dan
dunia islam sebab karya dan navigasinya tidak hanya bermanfaat bagi pelaut muslim tetapi
para pelaut dari bangsa barat juga memakai Bahri sebagai panduan.
Ratusan tahun kemudian pada tahun 1929 masehi sekelompok sejarawan menemukan peta di
sudut ruangan museum topkapi, konstantinopel Istanbul. Peta itu ditandatangani oleh piri reis
yang bertanggal Muharram 919 H atau sekitar 9 maret hingga 7 april 1513. Sebenarnya peta
ini sempat hilang selama ratusan tahun lamanya dan hanya bagian kecilnya saja yang tersisa.
(Gregory C. McIntosh, 2000)
Disaat itu pula dunia kartografi modern dikejutkan dengan penemuan peta tersebut sebab peta
itu memiliki tingkat ke akurasian yang sangat mengejutkan dikarenakan peta tersebut berasal
dari abad ke-16 yang dimana teknologi bahkan belum maju salah satu yang paling
mengejutkan adalah telah digambarkannya antartika dengan contur yang sama persis padahal
pulau itu baru ditemukan 3 abad setelahnya peta itu dinamakan peta piri reis atau piri reis
map.
Peta piri reis/piri reis map adalah potongan peta kuno yang berasal dari abad ke-16 yang tepat
pada thn 1913 M, nah peta tersebut menggambarkan pantai timur amerika dan bagian
antartika dengan ke akuratan yang sangat menabjubkan. Peta yang disebut-sebut jauh
melampaui masa nya ini dituliskan di atas potongan kulit rusa dengan ukuran 90x65 cm. 
Peta piri reis yang ditulis dalam kulit rusa ini disebut juga sebagai peta terlengkap pertama di
dunia. Peta ini sempat menghebohkan kartografi modern dikarenakan keakuratan nya yang
begitu tepat padahal peta ini dibuat pada abad ke-16 sepertinya sangat mustahil jika membuat
peta yang tingkat ke akuratan nya sangat tepat serta detail, padahal di abad tersebut teknologi
belum maju dalam peta tersebut. Selain itu juga terdapat wilayah seperti atlantik ,pantai-
pantai afrika, serta antartica dengan proposisi yang sangat tinggi bahkan contor nya sama
dengan yang asli. 
Garis pantai antratika yang tertutup es setebal 1 mil sejak 4000tahun sebelum masehi juga
tergambar di peta piri reis khususnya wilayah yang bernama pulau “Queen Maud”padahal
saat itu antartika belum ditemukan baru setelah 3 abad kemudian ditemukan oleh seorang
kapten laut inggris yang bernama james cook di tahun 1773, wilayah afrika pada saat itu juga
belum tersentuh oleh penjajah-penjajah eropa.
Menurut beberapa sumber peta piri reis dibuat secara manual pembuatan nya dari berbagai
peta dari seluruh dunia yang berjumlah 34 buah yaitu 24 buah dari zaman alexander agung, 8
peta dari geografi muslim dan 4 peta dari pelaut portugis dan 1 peta sisa nya dari colombus
nah peta peta tersebut digabungkan dan disamakan skala nya dan peta tersebut juga
dilengkapi dengan ekologi dan budaya masing-masing yang tergambar di peta. Informasi-
informasi tersebut didapatkan piri reis dari selama perjalanan. Ada beberapa pihak yang tidak
yakin kalo peta kuno tersebut menggambarkan beberapa lokasi di dunia dengan ke akuratan
yang sangat tepat,mereka bilang mustahil membuat nya di abad ke-16 hal ini sempat
membuat peta piri reis dipertanyakan kebenaran nya.(Yilmaz, 2010)
Bahkan ada seorang pakar peta kuno bernama arloiten merrly awalnya sempat binggung
dengan peta ini menurut pendapatnya peta piri reis berada dalam posisi yang tidak tepat
begitu juga dengan data geografis yang ada di dalam nya yues grapik gramer membantu
membuat grid lalu ditransfer peta tersebut ke sebuah globe dan betapa terkejutnya bahwa
menemukan fakta bahwa peta tersebut memang benar-benar akurat.
Karena peta ini hanya sebuah potongan kertas diduga masih ada bagian-bagian peta yang
lebih besar untuk melengkapi peta tersebut, namun bagian peta itu hilang dan tidak pernah
ditemukan. Namun peta piri reis diambil dari nama pembuatnya.  

DAFTAR PUSTAKA 
Aan Wulandari U. (n.d.). Piri Reis Laksamana Yang Gagah Berani (Hari (ed.)). Tiga
Serangkai Pusaka Mandiri.
Geologi, K., Dalam, L., & Sains, A. D. A. N. (2010). KONSEP GEOLOGI LAUT DALAM
AL-QURAN DAN SAINS ; Jurusan Tafsir-Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. 19–20.
Gregory C. McIntosh. (2000). The Piri Reis Map Of 1513. Library of Congress Cataloging in
Publication Data.
Soucek, S. (2013). Piri Reis His uniqueness among cartographers and hydrographers of the
Renaissance. Comite Francasis De Cartographie, 216, 135–144.
Yilmaz, I. (2010). The Kitab-I Bahriye (Book of Navigation) of Piri Reis. Cartographic
Journal, 47(3), 278–283. https://doi.org/10.1179/000870410X12708074472152
Nama : Rizky Auliah Sulistyani
Nim : 1901125045
Kelas : 4B Pendidikan Biologi
Tugas : Biografi tokoh
Matkul : IDI / Kependidikan islam

“BIOGRAFI QUTHB AL DIN AL SYIRAZI”


Quthbuddin Mahmud bin Mas`ud bin Mushlih Asy-Syirazi (bahasa Arab: ‫قطب‬
‫يرازي‬S‫لح الش‬S‫عود بن مص‬S‫ود بن مس‬S‫دين محم‬S‫ )ال‬atau lebih dikenal dengan Quthbuddin asy-Syirazi,
lahir di Kazerun, Oktober 1236 wafat di Tabriz, Persia pada 710 H/7 Februari 1311, adalah
seorang ulama, dokter dan ilmuwan. Ia belajar kepada ayah dan pamannya, kemudian belajar
kepada Nashiruddin ath-Thusi, dan juga pergi untuk menuntut ilmu
ke Khurasan, Irak, Persia dan Mesir. Ia mempelajari ilmu hukum dan diplomasi hingga ia
diangkat sebagai hakim di salah satu kota di Persia, kemudian ia membantu kerajaan-kerajaan
disana. Ia diutus sebagai delegasi Persia ke Kesultanan Mamluk di Kairo untuk perjanjian
damai antar kedua bangsa, sehingga ia sempat tinggal disana sementara dan kembali
ke Tabriz dan wafat disana (wikiwand, n.d.). 
Ia adalah seorang pakar filsafat, tasawuf, matematika dan astronomi. Dalam
kehidupannya, ia telah menulis sekitar 15 judul buku yang di antaranya adalah Fath al-
Mannan fi Tafsir al-Qur‟an dan Syarh al-Qanun Ibn Sina. Namun, yang menjadikannya
tergolong sebagai filosof dari aliran filsafat iluminasi adalah Syarh Kabir-nya atas buku
Hikmah al-Isyraq karya Suhrawardi. Ia juga menulis buku Durrah al-Taj, dalam bahasa Arab
di Persia, untuk melengkapi karya ensiklopedis Suhrawardi (Harahap et al., 2019).
Qutb al-Din Mahmud Mas’ud al-Shirazi atau lebih dikenal dengan Al-Shirazi lahir
dari keluarga yang berlatar belakang dokter di Shiraz pada tahun 1236 M. Ketika usianya
menginjak empat belas tahun, ia mewarisi posisi ayahnya sebagai staf dokter di salah satu
rumah sakit di Shiraz. Selain sebagai staf dokter, ia juga sebagai mahasiswa yang belajar teori
medis lanjutan dan belajar ilmu agama kemudian menjadi Qadi dan menulis berbagai karya
tentang agama. Ia juga sudah dijuluki sebagai sufi sejak dini karena ayahnya merupakan
murid dari Suhrawardi.
Ketika usianya menginjak dua puluh satu tahun, kota Baghdad dan Shiraz sudah
merdeka dari Mongol dan keadaan menjadi damai. Setelahnya, ia berguru kepada al-Tusi di
daerah Maraghah. Meskipun yang menjadi fokus utama al-Shirazi ialah dunia medis dan
kedokteran, tapi di Maraghah ini ia belajar tentang filsafat dan matematika hingga tahun 1280
M. Setelahnya, ia kemudian menjadi seorang Qadi di Malatya dan Sivas dan mulai menulis
karya ilmiahnya secara serius. Tahun 1290 M, ia menghabiskan waktunya di Tabriz. Ia
menerbitkan karya-karyanya tentang astronomi dan medis (obat-obatan). Di samping karya-
karyanya tersebut, ia juga menulis tentang matematika dan agama. Tulisannya tentang tema
filsafatnya ialah komentarnya terhadap filsafat Illuminasi Suhrawardi dan ensiklopedia
filsafat Persia yang berjudul “The Pearly Crown”.
Sebenarnya tidak ada karya Al-Shirazi yang langsung mengacu pada politik. Tetapi
perbincangannya tentang politik termuat di dalam ensiklopedi filosofisnya tersebut. Sebelum
berbicara lebih lanjut tentang tulisannya yang terkait dengan politik, perlu kiranya penulis
memahami bagaimana kehidupan Al-Shirazi. Dikarenakan ia berasal dari keluarga yang
terhormat, maka ia seharusnya memiliki kedekatan dengan tokoh-tokoh besar seperti al-Tusi.
Al-Tusi merupakan seorang yang memainkan peran di dalam politik Islam dalam satu
generasi. Dia merupakan salah satu dari dua belas orang Syi’ah yang tugasnya melayani
tentara dan menjadi penasihat yang dipercaya dan telah menemani pendudukan Mongol di
Baghdad. Beliau merupakan direktur dari tahun 1259-1974 M di bawah pemerintahan
Mongol. Dan sampai kematiannya ia tetap menjadi anggota pengadilah (Qadi). Kelihatannya,
ar-Razi mengenal dunia pengadilan ketika ia menjadi murid dari al-Tusi.
Setelah meninggalkan pekuliahan, ia melanjutkan untuk meneliti dan meminta
dukungan dari pemerintahan. Setiap tulisannya di dedikasikan untuk pejabat pemerintahan,
yang umumnya seorang Wazir di istana Mongol. Dalam perjalanan karirnya ia di bayar besar
oleh pemrerintah untuk pekerjaan-pekerjaan yang seperti ini. Tetapi karena ia memiliki
saingan-saingan di dalam pengadilan, kemudian ia juga berpindah-pindah tempat untuk dapat
menyelamatkan hidupnya.
Pada tahun 1282 M, ia dikirim ke Mesir menjadi delegasi konverensi untuk hubungan
persahabatan Islam Mongol. Pengetahuan al-Shorazi tentang politik praktisnya di bentuk oleh
karakter kerajaan monarki forign.
Karya Sang Ilmuwan
Ilmuwan Muslim yang tak pernah henti menuntut ilmu itu memberikan sejumlah kontribusi
bagi dunia ilmu pengetahuan dalam beberapa bidang lainnya. Ia telah berjasa
menyumbangkan pemikirannya bagi pengembangan matematika, geografi, astronomi,
psikologi, teologi, agama, filsafat maupun bidang pengobatan.

 Matematika 

Dalam bidang matematika, ia menghasilkan sebuah karya fenomenal bertajuk Tarjoma-ye


Tahrir-e Oqlides. Ini merupakan sebuah karya dalam bidang geometri yang ditulis dalam
bahasa Persia yang dituangkan dalam 15 bab. Sebagian besar buku itu berisi terjemahan dari
karya Nasir Al-Din Tusi. Karya ini selesai dikerjakan pada November 1282 M dan
didedikasikan untuk Mo'in al-Din Solayman Parvana. Ia juga menghasilkan karya Risala fi
Harkat al-Daraja, sebuah karya dalam bidang matematika (Khazanah, 2009).

 Geografi dan Astronomi


Sedangkan dalam bidang astronomi, Shirazi menghasilkan Ektiarat e-mozaffari. Ini
merupakan risalah mengenai astronomi di Persia yang dituangkannya dalam empat bab dan
diekstraksikan dari karyanya yang lain Nehayat al-Edrak. Karya telah didedikasikan untuk
Mozaffar-al-Din Bulaq Arsalan.

 Filsafat

Dalam bidang filsafat, ia mampu menghasilkan sebuah karya bertajuk Dorrat al-taj fi gorrat
al-dabbaj. Karya Qutb al-Din Al-Shirazi yang paling terkenal adalah Durrat al-Taj li-ghurratt
al-Dubaj ditulis dalam bahasa Persia sekitar AD 1306 (705 H). Kitab itu merupakan sebuah
ensiklopedia filsafat yang ditulis untuk Rostam Dabbaj, penguasa tanah Gilan di Iran.

 Pengobatan

Pada bidang pengobatan, ia menghasilkan kitab Al-Tohfa al-sa'diya jufa, sebuah komentar
lengkap terhadap Canon of Avicenna yang ditulis dalam bahasa Arab. Adapula Resala fi’l-
Baras, sebuah risalah pengobatan dalam penyakit kusta atau lepra dalam bahasa Arab. Selain
itu, ia juga menghasilkan Resala fi bayan al-hajat ela’l-tebb wa adab al-atebba wa wasaya-
hom.

 Bidang Lainnya

Dalam bidang agama, sufi, teologi, retorika, dan lainnya, Shirazi menghasilkan karya Al-
Entesaf, serta Fath al-Mannan fi tafsir al-Qor'an, sebuah komentar/tafsir Alquran yang ditulis
dalam empat puluh jilid berbahasa Arab. Tak hanya itu, dalam bidang teologi dia juga
membuat karya bertajuk Hasia bar Hekmat al-'ayn, sebuah komentar dari Hekmat al-Iayn
yang dtulis Najm-al-Din 'Ali Dabiran Katebi.
Klasifikasi Quthb Al Din Al Syirazi
Menurut (Hariyati & Fistiyanti, 2017) klasifikasi ilmu yang telah dikemukakannya dalam
Durrat al-Taj.Dalam Durrat al-Taj, Quthb Al-Din Al-Syirazi membagi pengetahuan menjadi
dua jenis yakni:
1. Filosofis (al-hikmi) dan 
2. Non filosofis (ghair al-hikmi). kategori kedua dibagi menjadi yang religius dan yang non
religius. 
• Konsep kunci dalam klasifikasi Quthb Al-Din Al-Syirazi adalah hikmah (filosofi atau
filsafat). Perbedaan antara bentuk hikmah dan bentuk bukan hikmah pengetahuan merupakan
basis dasar klasifikasinya. Karena itu, beberapa penjelasan atas pandangan Quthb Al-Din
AlSyirazi mengenai hikmah, sangat diperlukan jika kita hendak memahami landasan filosofis
klasifikasinya. 
• Menurut Quthb Al-Din Al-Syirazi, pandangan bahwa hikmah (kebijaksanaan) merupakan
bentuk pengetahuan tertinggi dan termulia dianut oleh segenap kaum Muslim. Dalam Durrat
al-Taj, dia mengutip ayatayat Al-Qur’an untuk memperlihatkan bahwa kepercayaan kaum
Muslim pada keunggulan hikmah memperoleh dukungan eksplisit dan kuat dalam wahyu
Islam. Tetapi, kita sama-sama mengetahui bahwa definisi hikmah maupun perbedaan dari
sesuatu yang bukan hikmah masih menjadi perdebatan di kalangan kaum Muslimin karena
tidak ada ayat Al-Qur’an maupun hadist Nabi yang memberikan jawaban eksplisit untuk
persoalan ini. Karena alasan tersebut, Quthb Al-Din Al-Syirazi menjelaskan bahwa dalam
pemahamannya tentang hikmah dia mengikuti tradisi ahl ma’rifah (arti harfiah: orang-orang
yang mempunyai pengetahuan yang benar).
 
Sosial-Politik pada masa Qutb al-Din al-Shirazi (Iran abad 13M)
Saat al-Shirazi hidup, keinginan untuk kembali ke masa lalu atau zaman keemasan
nabi mulai di bunyikan. Tapi pada kenyataannya, bertolak belakang. Harapan kepada penerus
Ismaili untuk mengembalikan politik ke tataran seperti zaman nabi malah digantikan dengan
rezim militer yang suram. Banyak yang berpandangan pesimis apakah pemerintahan dan
masyarakat yang adil dapat terbentuk? Ternyata tidak. Kekhalifahan mulai runtuh pada masa
kehidupan as-Shirazi.
As-Shirazi hidup disaat kondisi sosial politik Iran sedang dalam masa kacau. Baghdad
ditaklukan oleh bangsa Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan. Termasuk juga pemimpin
Baghdad waktu itu yakni Al-Mu’tasim juga di bunuh oleh raja Mongol tersebut. Setelah
sekitar tiga puluh emat hari, sudah banyak penduduk muslimin terbunuh. Setelahnya, Hulagu
Khan membentuk kerajaan Ilkhaniyah di Tabriz dan Maragha. Ia juga ditunjuk oleh
saudaranya yaitu Mongke Khan untuk mengembalikan kekuasaan Mongol yang lepas
sepeninggal Chinggis. Atas kepercayaan saudaranya, kemudian ia berhasil menguasai
beberapa wilayah seperti Persia, Irak, Causasus, dan Asia kecil. Sebelum ia menguasai
Baghdad, ia sudah terlebih dahulu menguasai Syiah Ismailiyah di daerah Persia Utara pada
tahun 1256.
Kekuasaan bangsa Mongol atas Baghdad menimbulkan banyak kerugian. Seperti
kehancuran peradaban total, bangunan- bangunan mewah, sekolah-sekolah, perpustakaan
sebagai penyimpanan buku-buku berharga juga dihancurkan. Selain dari pada itu, banyak
tokoh muslim seperti ahli agama dan penduduk di Baghdad juga dibunuh. Sehingga, saat
itulah dunia muslim mulai mengalami kekosongan kekuasaan. Sehingga, dengan mudahnya
penguasa Mongol masuk dan menggantikan kekuasaan atas dunia Islam.
Bahkan ketika al-Shirazi bertemu dengan al-Tusi (gurunya). Al-Tusi adalah seorang
Syiah yang telah melayani para pemimpin Ismaili. Meskipun ia membenci kekhalifahan dan
memainkan peran dalam kehancurannya, tetapi selama hidupnya ia memberikan kontribusi
dengan menulis etika nasirea sebelum invasi Mongol. Dia masih bisa membayangkan
kemungkinan adanya aturan yang adil. Di sisi lain, Al-Shirazi masih muda ketika Mongol
menyerbu tanah Islam dan Baghdad. Sebagian besar kehidupan dihabiskan di istana Mongol
dengan pekerjaan melayani raja-raja kafir. Ketidaksanggupan masyarakat muslim ketika itu
untuk melawan para raja dari Mongol menyebabkan mereka hanya melakukan apapun serta
tunduk pada perintah raja Mongol. Karena kerajaan Mongol terkenal sebagai kerajaan terkuat
dan belum ada yang menandingi di dunia ini.
Pada saat itulah karya al-Shirazi tentang “The Pearly Crown” ditulis. Ia telah
melayani orang-orang Mongol selama hampir setengah abad dengan kondisi peperangan.
Pada saat itu, mungkin ada harapan bahwa raja-raja Mongol akan menjadi muslim. 
Jelas bahwa al-Shirazi menganggap kehidupan politik sebagai wilayah monarkhi
absolut. Artinya, pemerintah berada di luar pengaruh individu atau akal. Politik adalah bagian
dari korpus filosofis, karena selalu begitu. Tapi, ketika al-Farabi telah melangkah lebih jauh
dengan memasukkan dimensi metafisika ke dalam politik - sebuah langkah yang berani
dalam membentuk nuansa politis yang baru. Sebaliknya, al-Shirazi masih berkutat pada
dimensi etik dengan mengurangi unsur politik dan memberikan perintah etis tehadap raja.
Definisi politik yang pada awalnya diartikan sebagai, diskusi tentang topik-topik seperti
klasifikasi negara, struktur pemerintahan dan negara, dan sejenisnya. Tetapi, di tangan al-
Shirazi politik menjadi sesuatu yang berbeda. Kemudian politik hanya diartikan sebagai
cabang etika yang berlaku bagi mereka yang menjalankan kerajaan. Titik tekan pemikiran
politiknya memang terletak pada etika yang ditunjukkan dalam perubahan definisi filsafat
politik dari pengantar bukunya “The Pearly Crown”. Di mana politik dikatakan studi tentang
kerjasama manusia dalam masyarakat. 
Selain itu, karakteristik filsafat politik al-Shirazi juga menarik. Ia menggunakan
metode logis untuk menampilkan politiknya; dialektika daripada demonstrasi. Tujuan
penulisan risalah tentang politik bukanlah untuk menyimpulkan kebenaran dari asosiasi
politik manusia, tetapi untuk membujuk raja untuk memerintah dengan cara yang terbaik
(Islamiyati, 2020).

DAFTAR PUSTAKA 
Harahap, R. M., Muhammad, S., Dasytaqi, S., & Dasytaki, G. M. (2019). Pengaruh Filsafat
Iluminasi Dalam Pemikiran Pendidikan Islam. Penelitian Medan Agama, 10(1), 90–114.
Hariyati, M., & Fistiyanti, I. (2017). Sejarah Klasifikasi Ilmu-Ilmu Keislaman dan
Perkembangannya dalam Ilmu Perpustakaan. Pustakaloka Jurnal Kajian Informasi Dan
Perpustakaan STAIN Ponorogo, 9(1), 147–164.
Islamiyati, R. (2020). Filsafat Politik Perspektif Qutb al-Din Al-Shirazi Rosi Islamiyati.
Indonesian Journal of Islamic Theology and Philosophy, 2(1), 1–18.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.24042/ ijitp.v2i1.3904
Khazanah. (2009, juni 29). Qotb al-Din Shirazi, Ilmuwan Muslim Terkemuka Abad 13M.
Retrieved from Republika.co.id: https://www.republika.co.id/berita/59100/qotb-aldin-shirazi-
ilmuwan-muslim-terkemuka-di-abad-13-m
wikiwand. (n.d.). Quthbuddin asy-Syirazi. Retrieved from wikiwand.com:
https://www.wikiwand.com/id/Quthbuddin_asy-Syirazi
Nama : Alif Fitriyah
NIM : 1901125049
Kelas : 4B
Matkul : IDI

BIOGRAFI : “Sutayta Al-Mahamali”


Gambar 1. Sutayta Al-Mahamali
(Sumber : https://images.app.goo.gl/wtDhitjEcEN6Ljxe7)

A. BIOGRAFI 
Nama Sutayta Al Mahamli terdengar sangat asing bagi kita, namun beliau adalah sosok
ilmuwan muslim perempuan dalam matematika yang merupakan sosok yang luar biasa.
Sutayta berasal dari Baghdad, beliau juga tergolong pakar ilmuwan matematika pada abad ke
10. Sutayta dilahirkan di Irak lebih tepatnya di daerah Bagdad. Sutayta memiliki ayah yang
sangat luas ilmunya dan tinggi pendidikannya. Ayahnya bernama Abu Abdullah Al Hussein
yang mana beliau adalah seorang hakim, namun selain menjadi hakim ayahnya Sutayta juga
menulis beberapa buku dan kitab.
 Buku dan kitab ayahnya adalah shalat Al Idayn dan kitab Fiqih. Selain itu keluarga Sutayta
juga berpendidikan semua termasuk pamannya yang bernama Abu Hussein Mohammed,
beliau juga seorang hakim dan ilmunya dalam bidang hadis sangatlah mahir tidak diragukan
lagi. Sutayta juga mempunyai anak yang bernama Abu Muhamed Hussein bin Ismail Al
Mahamli, putranya juga seorang hakim yang mana putranya yang dikenal setiap mengambil
kebijakan-kebijakan diputuskan dengan bijak oleh putra Sutayta. 
Sejak kecil Sutayta sering diajari ilmu-ilmu pendidikan oleh ayahnya, bagi ayahnya
pendidikan adalah hak segala manusia dan itu sangat penting. Jadi tidak ada keheranan jika
sedari kecil Sutayta sudah bisa menguasai beberapa cabang ilmu pendidikan terkhusus
Matematika. Ayahnya selalu mendorong Sutayta untuk berpengetahuan luas seperti ayahnya
dan pamannya yang seorang hakim dan ahli hadis, sehingga nasab ilmu yang ada di dalam
diri Sutayta adalah orang berpendidikan semua. 
Semenjak kecil ayahnya juga selalu mendatangkan guru untuk Sutayta, karena Sutayta sendiri
juga sangat tertarik dalam belajar. Di antara guru yang pernah mengajar sekaligus menjadi
guru panutan Sutayta adalah Abu Hamza bin Qasim, Omar bin Abdul Aziz Al Hashimi,
Ismail bin Abbas Al Warraq, dan Abdul Al Ghofir bin Salamah Al Homsi. Pada tahun 987 M
Sutayta meninggal dunia, meskipun sudah meninggal Sutayta tetap abadi dengan peninggalan
ilmu-ilmu yang telah dikembangkan dan diajarkannya.

B. PEMIKIRAN
Sutayta Al-Mahamali sangat menyukai belajar, dan selalu mengeksplor serta menggali
kemampuannya. Kegigihan dan keinginnanya untuk belajar ini yang menjadikan beliau sosok
yang sangat berbakat, yang tidak hanya menguasai artmatka saja, tetapi juga Sastra Arab dan
Hadis. Tidak hanya itu, Sutayta juga selalu memperdalam keilmuannya dengan mempelajaari
banyak ilmu lain, Sutayta tidak mengkhususkan diri hanya pada satu mata pelajaran tetapi
unggul dalam banyak bidang seperti Sastra Arab, Hadis dan Fikih serta Matematika.
Dikatakan bahwa beliau adalah ahli dalam Hisab (Aritmatika) dan Faraidh (Perhitungan
Waris), keduanya merupakan cabang praktis Matematika yang dikembangkan pada masanya.
Beliau menemukan solusi persamaan yang telah dikutip oleh ahli matematika lain, yang
terkait dengan aljabar. Meskipun persamaan ini sedikit, mereka menunjukkan bahwa
keterampilannya dalam Matematika melampaui bakat sederhana untuk melakukan
perhitungan (Salim, 2010).

C. PENEMUAN DAN KEAHLIAN


Sutayta adalah seorang pakar matematika khususnya di bidang aritmatika sedangkan
aritmatika sendiri adalah cabang ilmu matematika yang mempelajari tentang operasi bilangan
atau orang menyebutnya dengan teori bilangan disini yang dipelajari adalah tentang
penjumalahan, penguranagan, perkalian dan pembagian. Selain bidang aritmatika Sutayta
juga mahir dalam ilmu Faroid atau bisa disebut dengan pembagian waris. Jadi di waktu itu
tidak heran jika ilmu tentang aritmatika dan ilmu faroid berkembang sangat pesat dan
memiliki kemajuan.
Sutayta dalam pakar matematikanya ia juga mendalami cabang ilmu aljabar selain itu Sutayta
juga bisa menyelesaikan permasalahan sistem persamaan dalam matematika, yang mana
dengan kemahirannya ini banyak para matematikawan yang mengutip ilmu darinya. Selain
ilmu matematika Sutayta juga mahir dalam ilmu agama, seperti Ilmu Hadis, Sastra Arab, dan
Hukum Syariah. Selama Sutayta hidup dia tidak pernah terjauhkan dengan angka sehingga
membuat dia mengabdikan dirinya dalam membangun peradaban islam di kala itu. Dengan
semua kemampuan dan kemahiran ilmu yang di miliki, Sutayta juga disegani dan di puji oleh
para sejarawan diantaranya adalah Ibnu Al Khatib Baghdadi, Ibnu Al Jazwi, dan Ibnu Katsir.
Sosok ilmuwan perempuan muslim ini sangat multitalenta karena semangat belajarnya dan
mengabdikan diri dengan ilmu-ilmunya untuk peradaban islam waktu itu. 
DAFTAR PUSTAKA 
Elmira, A. (2016). Women in Islamic civilisation: Their rights and contributions. ICR
Journal, 7(4), 476-491.
Khan, F. H. (2015, Maret). COMPARATIVE STUDY OF TWO CULTURES FOR
FEMALE MATHEMATICIANS. International Journal of Engineering, Science and
Mathematics, 4(1), 63. doi:2320-0294
Margaret, G. (2016, Januari 11). Muslim Women and Science : The Search for The 'Missing'
Actors. Early Modern Women, 197-206.
Sasongko, A. (2019, Juli 20). Sutayta Al Mahamali Membangun Peradaban Islam dari
Matematika. KHAZANAH.
Solikah, A. (2021, Januari 20). Sutayta Al-Mahamali Ilmuan Muslim Perempuan. Jurnal
Tekno dan Sains.

Nama : Natasya Mia Angelina


NIM : 1901125008
Kelas : 4B Pendidikan Biologi
Tugas : Biografi Tokoh Ilmuwan Muslim
Matkul : IDI/Kependidikan Islam
BIOGRAFI UMAR KHAYYAM

A. Latar Belakang Keluarga Umar Khayyam


Umar Khayyam (18 Mei 1048 – 4 Desember 1131) dilahirkan di Nishapur, Iran. Umar
Khayyam memiliki nama asli yaitu Ghiyātsuddin Abulfatah 'Umar bin Ibrahim Khayyāmi
Nisyābūri. Nama “Khayyam” diambil dari pekerjaan ayahnya, Ibrahim, yaitu pembuat tenda
(al-Khayyam). Ia hidup di era kekuasaan Dinasti Saljuk Abad ke-11. Umar Khayyam
menghabiskan masa kecilnya di kota Balkh (sekarang utara Afghanistan).
Latar belakang keluarga Umar Khayyam sendiri belum dapat digambarkan secara rinci. Akan
tetapi menurut pengakuan salah satu pegawai yang bernama Rahim R. Malik, salah satu
pekerja di rumah ayah Umar Khayyam, dia mengatakan bahwa ayah Umar Khayyam telah
merubah keyakinan dari agama Zoroaster menjadi agama Islam. Jadi, dapat dikatakan bahwa
Umar Khayyam adalah generasi muslim pertama dalam keluarga tersebut. Malik juga
mengatakan bahwa ayah Umar Khayyam dipanggil dengan sebutan Abul Fath yang berarti
ayahnya Fath. Hal ini dikarenakan anak laki-lakinya yang pertama bernama Fath, jadi dia
dipanggil dengan julukan tersebut.

B. Kehidupan Umar Khayyam


Sejak kecil Umar Khayyam tinggal di Nishabur, sehingga sebagian besar pendidikan
utamanya terjadi di Nishabur dan Balkh (sekarang Afganistan). Umar Khayyam dikenal
sebagai sarjana polymath dari Nishapur (Persia), ahli matematika, filosof, astronom, dan
sastra. Ia juga dikenal sebagai penulis risalah dalam bahasa Arab tentang mekanika, geografi,
musik, dan fisika. Karena keluasan, kedalaman ilmu, dan kontribusinya, Umar Khayyam
digelari sebagai matematikawan, astronom, dan penyair utama dari tradisi keilmuan Islam.
Umar Khayyam dikenal sebagai ilmuwan cerdas abad pertengahan. Ia memiliki nama besar
di bidang matematika, astronomi, dan sastra. Sehubungan dengan itu, ia mendapat
julukan “Tent Maker” dari para ilmuwan semasanya.
Sejak kecil, Khayyam sudah memperoleh pendidikan yang baik dari orang tuanya. Ia mulai
mendalami ilmu dari gurunya, Imam Muwaffaq, salah satu pendidik terkenal Khurasan. Pada
saat itu, Khurasan adalah ibu kota Kerajaan Saljuk. Umar Khayyam kemudian mengembara
ke Balkhan. Berguru pada ilmuwan kondang, Syekh Muhammad Mansuri. Ia juga menuju
Nishapur untuk mempelajari filsafat. Umar Khayyam memiliki kedekatan dengan Nizam-ul-
Muluk, pejabat di Kerajaan Saljuk. Ia juga dekat dengan Hassan-i-Sabah, pemimpin aliran
Hashshashin (Nizar Ismaili). Ketiganya sering disebut “Tiga Sahabat”.
Tanpa diduga, kecemerlangan nama Umar Khayyam menarik perhatian Sultan Malik Syah.
Pada suatu ketika, Sultan menawarkan kedudukan tinggi di istana pada Khayyam, namun
ditolaknya dengan sopan. Khayyam lebih memilih menekuni dunia ilmu pengetahuan
daripada menjadi pejabat. Akhirnya, Khayyam pun diberi fasilitas oleh Sultan. Ia diberi dana
yang besar untuk membiayai penelitian khususnya di bidang matematika dan astronomi.
Sultan juga mendirikan sebuah pusat observasi astronomi yang megah, tempat Khayyam
mempersiapkan dan menyusun sejumlah tabel astronomi di kemudian hari. Di samping itu,
Umar Khayyam juga diangkat menjadi ketua dari sekelompok sarjana yang terdiri dari
delapan orang. Kedelapan orang sarjana tersebut adalah orang-orang pilihan Sultan yang
ditunjuk untuk mengadakan sejumlah penelitian astronomi di Perguruan Tinggi Nizamiah,
Baghdad.
Para ilmuwan inilah yang kemudian berhasil melakukan modifikasi terhadap perhitungan
kalender muslim. Menurut perhitungan Khayyam, masa satu tahun adalah 365,24219858156
hari. Ia menghasilkan perhitungan yang sangat akurat hingga membuat para ilmuwan memuji
kecerdasannya. Pada akhir abad 19, para astronom menyatakan bahwa masa satu tahun
adalah 365,242196 hari. Sementara itu, hitungan terakhir untuk masa satu tahun adalah
365,242190 hari. Sebuah nilai yang tidak jauh berbeda dari perhitungan Umar Khayyam
berabad-abad sebelumnya.
C. Bidang Sastra
Sebagai seorang muslim, Umar Khayyam termasuk kelompok moderat. Ia mempunyai
pandangan yang berbeda dengan kebanyakan muslim pada waktu itu. Dengan
kemampuannya bersastra, Khayyam juga menulis sejumlah puisi yang menggambarkan kisah
hidupnya. Puisi tersebut termuat dalam karyanya yang berjudul Rubaiyat. Sulit menentukan
jumlah puisi dan sajak yang ditulis Umar Khayyam. Jumlah Quatrain atau Ruba’iyatnya lebih
dari 1.200. Banyak yang mengaku sebagai pencipta komposisi ini, tetapi tidak seorang pun
yakin siapa sebenarnya yang menulisnya. Namun, semua meyakini yang menulis Ruba’iyat
adalah Umar Khayyam.
Ia dikenal dengan Quatrain (sajak empat baris/empat berpasangan dua-dua) yang
indah, Ruba’iyat. Sajak-sajak indahnya menyentuh hati penyair-penyair Timur dan Barat.
Sayangnya, penulis dan penyair pada zamannya tidak memberikan penilaian yang jujur.
Enam abad kemudian, seorang penyair ulung dari Barat, Fitzgerald, dengan berani
menyanyikan sajak Umar Khayyam. Ia bahkan menerjemahkan bait-baitnya dalam bahasa
Inggris pada tahun 1839. Kini, karya tersebut masih tersimpan di negeri kelahirannya.
Tidak diragukan lagi, Umar Khayyam adalah penyair mistis, penulis monoteistik, dan penyair
yang rasional dan argumentatif. Dia ditentang oleh ulama ortodok dan dimusuhi oleh semua
aturan agama yang terlembaga. Baginya, institusi agama tidak berarti apa-apa. Sufisme tidak
penting, dan cinta agama yang berlebihan adalah sesuatu yang dibencinya. Dia adalah
penganut agama yang natural dan memakai pendekatan kemanusiaan dan alamiah.
Umar Khayyam menulis sebuah antologi puisi dalam bahasa Persia. Karya ini diterjemahkan
ke beberapa bahasa. Salah satu hasil terjemahan yang populer yaitu dalam bahasa Inggris dan
diterbitkan dalam lima edisi pada 1859, 1868, 1872, 1879, dan 1889. Karya ini juga
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, Jerman, dan Prancis. Beberapa orang menyebut Umar
Khayyam adalah William Shakespeare dari Timur.

D. Bidang astronomi
Sejak tahun 1079, Umar Khayyam mulai menerbitkan hasil penelitiannya berupa tabel
astronomi yang dikenal sebagai Zij Malik Syah.

E. Bidang matematika
Umar Khayyam menghasilkan sebuah karya, seperti al-Jabr (Algebra). Di kemudian hari,
karya ini diedit dan diterjemahkan dalam bahasa Perancis. Al-Jabr dianggap sebagai sebuah
sumbangan terbesar Umar Khayyam bagi negerinya dan perkembangan ilmu matematika.
Umar Khayyam adalah orang pertama yang mengklasifikasikan persamaan tingkat satu
(persamaan linier) dan memikirkan pemecahan masalah persamaan pangkat tiga secara
ilmiah. Selain itu, Umar Khayyam juga telah memperkenalkan sebuah persamaan parsial
untuk ilmu aljabar dan geometri. Ia membuktikan bahwa suatu masalah geometri tertentu
dapat diselesaikan dengan sejumlah fungsi aljabar. Pada abad 16 dan 17, persamaan semacam
ini justru lebih banyak digunakan oleh para ahli matematika Eropa. Hal ini merupakan bukti
bahwa Umar Khayyam dan pengikutnya, Nashiruddin al-Thusi, telah berhasil mendahului
para ahli matematika Barat.
Karya Khayyam lainnya adalah Jawami al-Hisab. Karya ini memuat referensi paling awal
tentang Segitiga Pascal dan menguji balik postulat V yang menyangkut teori garis sejajar,
suatu hal mengenai geometri Euclides yang sangat mendasar.
Pada 15 Maret 1079 M, Sultan Jalaluddin Maliksyah Saljuqi (1072-1092) memberlakukan
kalender yang telah diperbaiki Umar Khayyam. Ia menggunakan hasil penelitiannya dalam
bidang matematika dan astronomi. Penelitian ini menghasilkan penghitungan kalender
Muslim menjadi lebih relevan. Selain itu, ia juga terkenal karena menemukan metode
memecahkan persamaan kubik dengan memotong sebuah parabola dengan sebuah lingkaran.
F. Karya-karya Umar Khayyam
a. Rubaiyat (kuatrain) atau lebih dikenal dengan Rubaiyat Umar Khayyam
 Kitab ini berisi banyak karya-karya puisi klasik dari Umar Khayyam yang begitu indah
bahasanya.
b. Risala fi taksim al-da'ira
Adalah sebuah risalah yang menerangkan bagian Quadrant Lingkaran. Berisi klasifikasi
lengkap linear, kuadrat, dan persamaan kubik dengan akar positif, klasifikasi persamaan
kubik, solusi dari persamaan x3 + 200x = 20 x 2 + 2000 oleh perpotongan lingkaran dan
hiperbola sama sisi dan perkiraan solusi numerik dari persamaan. Umar Khayyam juga
menemukan solusi numerik perkiraan dari persamaan ini. Risalah ini telah diterjemahkan ke
dalam berbagai bahasa.
c. Risala fil Barahin 'ala al-jabr masail wal-muqabala (Bukti Masalah Aljabar)
Adalah risalah dari solusi dari persamaan kubik, klasifikasi linear, kuadrat, dan kubik
persamaan dengan koefisien positif dan solusi dari setiap jenis persamaan kubik dengan
persimpangan lingkaran, parabola, dan hiperbola sama sisi.
d. Risala fi Sharhi Ma ashkala min musadarat
Adalah sebuah risalah yang berisi komentar-komentar pada teori garis paralel dan teori rasio,
risalah ini terdiri dari tiga bab dan pengantar, tiga bagian dari risalah yang dihususkan untuk
postulat pada garis paralel, teori rasio, dan teori rasio senyawa.
e. Mushkilat al-Hisab (Masalah Sulit aritmatika)
Dalam risalah ini, Umar Khayyam menerangkan dengan bukti metode India ekstraksi persegi
dan kubus akar dan perluasan metode ini untuk basis Quadrat persegi, Quadrat kubus, dan
sebagainya.
f. Nawruz-nama (Kitab Tahun Baru, dalam bahasa Persia)
Risalah tentang kalender dan terutama pada reformasi kalender Iran Surya Kalender dan pada
upacara festival Tahun Baru di Iran pra-Islam. Risalah ini ditulis setelah penghancuran
observatorium astronomi Umar Khayyam di Isfahan dan tujuannya adalah untuk menarik
perhatian terhadap reformasi kalender dan meminta penguasa untuk mengembalikan
observatorium.
g. Al-Zij Malik-Shahi (tabel astronomi untuk Malik Shah)
Risalah ini berisi hasil pengamatan sendiri di observatorium yang didirikannya.
h. Mizan al-hikam fi ihtiyali ma'rifati miqdaray al-dahab wa al-Fidda fi jismin
murakkabin minhuma (Cara Cerdik untuk menentukan emas dan perak dalam
tubuh)
Risalah ini berisi tentang menentukan jumlah emas dan perak dalam paduan dengan berat di
udara dan air.
i. Fi al-Qistas al-Mustaqim (pada keseimbangan yang tepat)
Risalah ini adalah risalah yang berisi tentang keseimbangan skala hidrostatik dengan berat
bergerak yang ditemukan oleh Umar Khayyam.
j. Al-qawl 'ala al-adjnas allati bil-arba'a (Penalaran pada jenis oleh liter)
Ini adalah risalah tentang musikologi, mungkin sebuah fragmen dari naskah yang disebutkan
dalam risalah Khayyam pada geometri . Umar Khayyam menerapkan teori aritmatika,
khususnya teori rasio sepadan dalam teks ini.
k. Kisah hidupnya telah difilmkan dengan judul Omar Khayyam (1957), digambarkan
juga dalam film The Kepper: The Legend of Omar Khayyam. Ditokohkan dalam
novel Samarcande oleh Amin Maalouf. Dan tak hanya itu, namanya juga diabadikan
dalam pemberian nama pada sebuah kawah bulan yaitu kawah bulan Omar Khayyam
(1970) dan nama untuk Asteroid 2095 Omar Khayyam (1980).

Sumber materi:
https://id.wikipedia.org/wiki/Umar_Khayy%C4%81m, diakses pada Senin 29 Maret 2021
pukul 17.04 WIB
https://www.republika.co.id/berita/qcvprc366/mengenal-umar-khayyam-dari-nishapur,
diakses pada Senin, 29 Maret 2021 pukul 17.17 WIB
http://serunaihati.blogspot.com/2012/11/biografi-umar-khayyam-ahli-matematika.html,
diakses pada Senin, 29 Maret 2021 pukul 17.30 WIB
Seyed-Gohrab, A. A. (2008). Mehdi Aminrazavi, The Wine of Wisdom: The Life, Poetry and
Philosophy of Omar Khayyam (Oxford: Oneworld, 2005). Pp. 404. $34.95 cloth.
International Journal of Middle East Studies, 40(1), 163–164.
https://doi.org/10.1017/s0020743807080300

Sumber gambar:
https://besolacee.wordpress.com/2014/11/12/biografi-umar-khayyam-ahli-matematika-dan-
sastra/, diakses pada Senin 29 Maret 2021 pukul 18.14 WIB

Anda mungkin juga menyukai