1
Rahman, KH. Jasroni Achmad, Kiai Afif Afdhol, KH. Mukhtar, masing-masing
dari Wonosobo, KH. Achmad Badri, KH. Abdul Hamid, Kiai Kailani, KH.
Husni, masing-masing dari Kendal, KH. Achmad Zaenuri, Porwarejo, Kiai
Achmad Zaeri Kutowinangun, KH. Muhammad Sholihin, Temanggung, KH.
Abdul Ghaffar (Wuriyan), Semarang, KH. Anas Anwar, Kiai Ahmad Kalmain,
Semarang, KH. Ali Zuhri, KH. Nur Yahya Dahlan, Pati, Kiai Achmad Rafi’i,
Kiai Muhammad Syaikhun, Demak KH. Ahkamudin Halali, KH. Asiri Dasuki,
Cirebon, KH. Achmad Sathori, Karawang, KH. Zaenal Abidin, KH. Amrudin
Nasihun, KH. Achmad Rifa’i, KH. Rafi’ie, KH. Abdul Kholik, Kiai Abdullah
Fadholi, KH. Khaerudin, masing masing dari Pekalongan, H. Umar Fathoni,
Kendal, H. Abdul Jamil, Batang, KH. Nurhadi Mastur, KH. Chafidhin Mastur,
KH. Achmad Tauhidi, KH. Achmad Khaeroni, Kiai Sholihin dan Kiai Maskun,
masing-masing dari Batang.
Adapun para cendekiawan dan kaum intelektual Rifa’iyah yang hadir
antara lain : Drs. Saefudin Simon, Drs. Ahmad Fauzi dan beberapa teman dari
Jakarta, Drs. Hasyim Asy’ari, MA. Drs. Abdul Fatah, Ahmad Fanshuri, Muslihin,
Drs. Ahmad Lutfi, masing-masing dari Yogyakarta, Drs. Mukhlisin Muzari,
Cirebon, Drs. Hasan Bisyri, Pamanukan Subang, Drs. Busyrolkarim Tegal, Drs.
Nurasikhin, Drs. Makmuri Drs. Sulistianto, masing-masing dari Batang, Drs.
Khotim Muhammad, H. Zaeroni, BA, Drs. Muslimin, masing-masing dari
Pekalongan, Drs. Slamet Siswadi, Drs. Burhanudin, Kendal, Drs. Mursyidin
Romli, Pemalang, Drs. Saefudin Karihi Drs. Mustofa Ay, Semarang, Drs.
Masykur Munawar, Drs. Farid Subakti, Indramayu, Sanen, Anggota TNI AL,
Surabaya Jawa Timur.
Para ulama dan cendekiawan serta tokoh masyarakat bersidang. Walaupun
dihambat oleh oknum-oknum sarjana dan kiai dari daerah tertentu yang
dikompori oleh oknum-oknum kontra Rifa’iyah, akan tetapi akhirnya, sidang
dapat memutuskan antara lain : (1) Terbentuk Majelis Ulama Rifa’iyah, dan (2)
Ikut serta dalam Festival Istiqlal 1991 di Jakarta. Biaya ditanggung, terutama
oleh masyarakat Rifa’iyah di Jakarta, dan dibantu oleh masyarakat di Jawa
Tengah dan daerah lainnya.
FESTIVAL ISTIQLAL 1991
DI MASJID ISTIQLAL JAKARTA
15 OKTOBER – 15 NOPEMBER 1991
Dasar Pemikiran
Dalam kebudayaan kita, Festival atau perayaan sering diadakan untuk
menandai peristiwa-peristiwa penting bersejarah dan masa-masa krisis dalam
kehidupan seseorang. Dilihat sebagai proses kehidupan, Festival mengandung
dua unsur pokok: Pertama sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah atas
2
terlewatnya suatu tahap kehidupan dengan selamat. Kedua, sebagai tanda
peringatan agar waspada dalam menyo-ngsong tahap kehidupan selanjutnya yang
penuh tantangan. Dengan demikian, Festival atau upacara pada dasarnya
menghubungkan peris-tiwa masa lalu, masa kini dan masa mendatang dalam
suatu kesinam-bungan yang berarti.
Sebagai suatu bangsa yang telah menghirup udara kemerdekaan selama 46
tahun, bangsa Indonesia patut bersyukur atas rahmat dan nikmat kemerdekaan
yang telah dilimpahkan Allah. Ungkapan syukur itu telah dinyatakan oleh bangsa
Indonesia dengan jalan mengisi iklim kemerdekaan itu dengan amal saleh yang
memberi makna pada hake-kat kemanusiaan : yaitu upaya membangun suatu
tatanan masyarakat yang adil dan makmur dibawah lindungan Rabbul ‘Alamin.
Kehidupan suatu bangsa mengenal adanya tahapan-tahapan. Bangsa
Indonesia sekarang sedang berada dalam tahapan antara meny-elesaikan
pembangunan Jangka Panjang Tahap Pertama, serta bersiap siap memasuki
pembangunan Jangka Panjang Tahap Kedua. Tahap antara ini dapat dikatakan
sebagai masa yang menentukan, karena merupakan Tahap Tinggal Landas.
Peristiwa ini sudah selayaknya ditan-dai dengan suatu perayaan dan karena ini
pula merupakan ungkapan rasa syukur atas 46 tahun kemerdekaan, maka Festival
ini diseleng garakan di Masjid Istiqlal atau Masjid Kemerdekaan, sehingga
Festival ini disebut Festival Istiqlal.
Tujuan Festival
Tujuan Festival tersebut tidak lain ingin meningkatkan kwalitas dan peran
serta umat Islam Indonesia dalam proses pembangunan. Meninjau tradisi masa
lalu dengan kenyataan dan tantangan masa seka-rang. Menggali dan
mempekenalkan khazanah hasil budaya Indonesia khususnya ragam kebudayaan
Islam Indonesia, ke masya-rakat luas, baik nasional ataupun internasional. Dan
menampilkan wajah Islam di Indonesia yang ramah, penuh toleransi antar
sesamanya maupun antar agama lain, sehingga merupakan sumbangan yang
sangat besar bagi persatuan dan kesatuan bangsa dan kehidupan dunia yang lebih
aman dan damai.
Landasan Penyelenggaraan
Penyelenggaraan Festival ini berlandaskan 1) Surat Keputusan Menteri
Pariwisata Pos dan Telekomunikasi Nomor: KM.6/OT.001/ MPPT-91, Menteri
Agama Nomor: 17 Tahun 1991 dan Menteri Pendi-dikan dan Kebudayaan
Nomor: 031/P/1991 Tentang Pembentukan Panitia Nasional Festival Istiqlal
1991. 2) SK. Menparpostel Nomor: 65/OT.001/MPPT-90 tertanggal 27 Juni
1990, Tentang Pembentukan Panitia Nasional Tahun Kunjungan Indonesia 1991.
3
Dan 3) Inpres No. 3 Tahun 1989, Tentang Penerapan Tahun 1991 sebagai Tahun
Kunjungan Indonesia.
Panitia Pelaksana
Susunan Personalia Panitia Pelaksana Faestival Istiqlal: Badan Pelaksana:
Ketua Umum Pontjo Sutowo, Wakil Ketua Drs. A.D. Firous, Direktur Eksekutif:
H. Ferdi Salim. Bidang Perencanaan dan Penga-wasan, Administrasi dan
Keuangan, Bidang Khusus Daerah, Bidang Pameran, Bidang Pertunjukan,
Bidang Forum Ilmiah, Bidang Sayem-bara. Bagian Komputer/Audio Visual,
Bagian Desain Pameran, Bagian Desain Grafis dan Bagian Penulisan Buku
Katalog/Booklet. Sebagai Pendukung adalah para Gubernur dari 27 Propinsi di
seluruh Indonesia.
Pakar, Budatawan dan Seniman Pendukung
4
Para Pakar, Budayawan dan Seniman pendukung Faestival Istiqlal tersebut
yang juga sebagian sebagai penyaji utama dalam Simposium yang diadakan pada
tanggal 22-25 Oktober 1991 di gedung Indosat Jl. Merdeka Barat, Jakarta adalah
sebagai beriku:
Rifa’iyah Dalam Festival
Khusus Rifa’iyah melalui Ulumul Qur’an (LSAF) diberi kesem-patan
supaya ikut Festival Istiqlal 1991 di Jakarta. Dalam Festival itu, Rifa’iyah ikut
dalam bagian Seni Rupa Tradisional, Naskah, S imposium, Bazar, Kesenian dan
Kebudayaan Tradisional, Penyebaran Brosure, Wewan-cara, Penerangan,
Pengenalan, Pelacakan, Public Opini, Siaran Pers, Informasi, Publikasi dan
Pertemuan silaturahmi dengan MUI di ruang sidang MUI lantai dasar Masjid
Istiqlal Jakarta.
Sebagai peserta, Rifa’iyah kedudukannya disamakan dengan peserta yang
lain. Menurut Drs. Syarif Hidayat, Penanggung Jawab buku dan naskah, bahwa
semua peserta Festival adalah sebagai putra lelaki. Pembagiannya sama, tidak ada
perbedaan. Kalaupun ada, karena mereka dikirim dan atas nama Pemda, dan
memberikan sumbangan yang tidak sedikit. Menurut Syaefudin Simon, Pemda
Aceh menyumbang dana Festival Istiqlal, sebesar lebih kurang 600 juta Rupiah.
Pengunjung Bazar
Sungguh diluar dugaan kalau stand Rifa’iyah dalam Bazar Festival No. 16
itu akan dikunjungi tamu-tamu penting dari berbagai propinsi dan negara.
Masyarakat dari berbagai kalangan dan lingkungan serta tingkatan berkunjung ke
5
Stand Rifa’iyah. Menteri Parpostel, Bapak Ir. Susilo Sudarman menyempatkan
diri berkunjung ke Stand Rifa’iyah. Stand non provit itu banyak dikunjungi para
ulama, cendekiawan, ABRI pengacara, mahasiswa, pelajar, dan kaum ibu dari
berbagai majelis taklim di Indonesia, Darul Arqam yang berpusat di Malaisia,
hampir setiap hari berkunjung ke Stand Nomor 16.
Ulama, cendekiawan, dan tokoh masyarakat kita yang meluang kan waktu
berkunjung ke Stand Rifa’iyah juga banyak, antara lain: KH. Muhammad Sa’ud
dan rombongan, KH. Husni dan rombongan, Kiai Zaeri dan rombongan, Drs.
Mukhlisin dan Ibu, Kiai Faishol Abidin dan rombongan, KH. Sathori dan
rombongan, KH. Hakamudin Halali dan rombongan, KH. Khaeruddin Hasbullah
dan rombongan, KH. Zaenal Abidin dan rombongan, KH. Fadlullah dan KH. Ali
Munawir beserta rombongan, Sudardji, KH. Nur Hadi, H. Chafidzin Mastur,
Halimin Sya-rif, Ustaz Makruf Sabrawi, Drs. Saefuddin Karihi, Drs. Mustofa,
Ay. Drs. Nurrasikhin, Drs. Abdul Fatah, Ya’kub Jamal, Zahroni, BA. Kiai
Ahmad Zuhri dan rombongan, Ir. Syaefudin Simon, Budi Rahman Munawar,
Drs. Muhamad Fauzi, Kiai Ahmad Hambali, Kiai Asrori dan lainnya.
Banyak kaum ibu dari daerah baik perorangan maupun rombo-ngan seperti
MT. Kaum Ibu Kalipucang, berkunjung ke Stand Rifa’iyah dengan biaya sendiri.
Panitia terharu dan terima kasih.
Panitia Daerah
Untuk lebih memudahkan pelaksanaan mengikuti Festival Istiqlal
Rifa’iyah menggunakan Panitia Daerah Seminar Nasional dan Panitia Perwakilan
yang dibentuk setelah itu. Semua kegiatan Festival dilaku-kan sesuai dengan
keputusan Panitia lengkap. Tetapi untuk masalah yang sifatnya ringan dijalankan
menurut petunjuk kebijakan Ketua Panitia. Berhubung penyelenggaraan Festival
tersebut di Jakarta maka sebagian besar yang bekerja adalah panitia di Jakarta,
tanpa meng-urangi penghormatan terhadap partisipasi panitia daerah. Yaitu H.
Abdul Djamil, H. Umar Fathoni, Fakhrozi, BA, Fauzan H. Rahmatullah, Abdul
Kholik, Nasirin, Alimun, Marhadi, Zawazir, Sholihin, H. Abrori, Mustofa, H.
Thoha Mubarak, Samsari, Saefuddin, Muhamidun, Sambudi Muhsan, Jamhuri,
Makruf Sabrawi, H. Zaenudin, H. Hudleri, H. Nur Hasan, H. Abdul Basith,
Hadlirin, Wahidin, Zaelusi, Su’udi, Sugiharto, Razim, H. Fakhrudin, Mustofa
Syukri, H. Abukhaeri, Khaerun Latif, Zawawi, Jamal Ya’kub, Khadirin, H.
Shaleh Wanadi, Rahmat dan lain-lainnya.
Tidak kalah pentingnya peranan Panitia Kecil (Daerah) dan para sesepuh
daerah seperti KH. Muhammad Sa’ud, KH. Ali Munawir, KH. Fadlullah, KH.
Zaenal Abidin, Kiai Husni, Kiai Yahmin, Zaenal Abidin, H. Ali Nahri, H.
Chafidhin, Sodikin, Tauhidi, Drs. Slamet Siswadi, Suprayis, H. Anas Anwar, Afif
Afdhol, Aman Makmur, Jasroni Ahmad, Kartono, Kai Sholihin, Faishol Abidin,
6
Sudardji, Kiai Ahmad Zuhri, Muhammad Thoha, H. Rafi’i, H. Kusnadi, H.
Dahroni, Ustaz Faizin, Jumairi, Ahmad Ikhwandi, Rohani, Junaidi, H. Abror,
KH. Muchotib, Ustaz Mashun, Kiai Asiri, Drs. Burhanudin, Mustakhrofi, Hujaiz
KH. Sathori dan lainnya.
Penjaga Stand minggu pertama dan kedua, Drs. Mustofa Ay. Dan Drs.
Saefudin Karikhi, keduanya dari Jetis Ambarawa Semarang. Ming-gu selanjutnya
adalah Drs. Abdul Fatah dan Zahroni BA, Pekalongan serta dibantu teman-teman
di Jakarta.
Pelacakan Gambar/Foto
Ketika Festival Istiqlal berlangsung, Panitia di Jakarta mencoba melacak
jejak foto gambar KH. Ahmad Rifa’i di berbagai instansi di Jakarta, sesuai
dengan petunjuk dari seorang tamu yang berkunjung ke Stand Rifa’iyah di Bazar.
Setelah beberapa hari dilacak, gambar foto KH. Ahmad Rifa’I, akhirnya dapat
ditemukan. Foto yang dimaksud ialah gambar KH. Ahmad Rifa’i Kendal. Hanya
Panitia belum berani menun-jukkan gambar tersebut dan belum waktunya demi
kepentingan umat.
Pada awal Desember 1991 kami bertiga dengan H. Abdul Djamil dan H.
Umar Fathoni silaturahmi ke rumah Bapak Bilal di Kaliwungu Kendal dan
bertemu dengan isterinya bernama Rubi’ah keturunan dari Ibu Rumidjah isteri
Kiai Asy’ari Kaliwungu, yang merupakan kakaknya KH. Ahmad Rifa’i. Ibu
Rabi’ah isteri Bilal (Alm) mempunyai dua anak, masing-masing Khotimah
(putri) dan Ahmad Rifa’i (putra) yang tinggal bersama di Purin (Perumahan
Industri) Kendal. Busana yang dikenakan Ibu Rabi’ah persis seperti pakaian yang
dikenakan ibu-ibu Rifa’iyah di Jawa Tengah, memakai tapih dan kebaya,
berkerudung dan berbeng-kung. Ketika kami waspadakan, postur tubuh mereka
mirip sekali dengan gambar KH. Ahmad Rifa’i yang kami temukan di Jakarta.
7
putih tetapi tidak berkumis. Bidangnya luas, seluas ilmu dan amalnya. Sikap yang
tercermin menunjukkan sikap kebapak-bapakan.
Kalau kita amati figur KH. Ahmad Rifa’i dalam gambar itu seperti seorang
hakim yang bijaksana. Seorang mahaguru yang pintar dan cerdas. Mubalig ulung.
Pejuang pantang menyerah. Pahlawan tak takut mati, seluruh tubuhnya tersinari
cahaya keimanan. Waliyullah yang susah dicari bandingnya. Ulama yang penuh
kharisma. Seolah berpe-san , umat Islam harus bangkit berjuang. Kehalusan kulit
yang kuning langsat itu menunjukkan kehalusan budi pekertinya dan arif
bijaksana. “Ruhamaa’u Bainahum”, kasih sayang antara sesama mukmin, dan
“Asyiddaa’u ‘alal Kuffaar”, anti kolonialisme.
Itulah yang dapat kami rekam dari kenyataan gambar KH. Ahmad Rifa’i
yang diperoleh dari Jakarta. Secara pribadi, setelah kami melihat beberapa orang
keturunan beliau di Kaliwungu Kendal, kami yakin (ilmul yaqin) bahwa gambar
itu adalah benar gambar KH. Ahmad Rifa’i bin Muhammad bin Abu Syuja’ alias
Raden Sucowijoyo yang berasal dari Kendal Jawa Tengah.
8
dalam tempat yang cukup jauh, karena MUI di Jakarta, sedang Rifa’iyah berada
di pedesaan, namun dekat dalam hati. Alhamdulillah.
Setelah pertemuan silaturahmi dan dialog selama satu setengah jam, kami
serombongan pamit pulang. Dalam kesempatan pamitan itu kami terimakan
kenang-kenangan berharga kepada MUI yaitu satu set kitab Abyanul Hawaij (6
jilid), Kesimpulan Seminar Nasional, Kaset Video rekaman Seminar, buku
Menganal Ajaran Rifa’iyah, Kliping ko-ran dan lain sebagainya.
9
ang pada abad 19 disejajarkan urutannya dengan Syaikh Arsyad al Banjari,
Banjarmasin, Syaikh Abdurauf Sinkel dan lainnya.
8. Jam’iyah Rifa’iyah sudah dikenal oleh kalangan para ulama, para pejabat,
agamawan, cendekiawan, sejarawan, budayawan, seni-man, ilmuan,
wartawan, mahasiswa, pelajar dan masyarakat Indo-nesia. Mereka rata-rata
kagum atas karya besar dari putra bangsa terbaik, KH. Ahmad Rifa’i.
9. Jam’iyah Rifa’iyah sudah dikenal di kalangan tokoh-tokoh muslim Malaisia,
Brunei, Pilipina, Thailand, negara anggota OKI (Organi-sasi Konferensi
Islam), Singapura, Jepang, Amerika, Australia, Cina Prancis dan masyarakat
muslim internasional.
10. Banyak cendekiawan, ulama, ilmuan berbobot yang mempelajari pemikiran-
pemikiran KH. Ahmad Rifa’i yang tertuang dalam kitab-kitab karanyannya,
baik sastra, pendidikan, dakwah, budaya, agama dan keorganisasian maupun
sejarah yang kemudian diang-kat ke mass media cetak dan elektronik mapun
sebagai referensi mahasiswa dalam menyusun skripsi, tesis, disertasi dan
penelitian kajian dan seminar.
11. Menambah wawasan pemikiran para cendekiawan Rifa’iyah, baik internal
ataupun eksternal untuk menata kembali dan membangun Rifa’iyah yang
lebih maju dan modern, kini, esok dan masa yang akan datang.
12. Menimbulkan dan menyadarkan harga diri dan jati diri serta man-diri bagi
anak-anak, remaja, pemuda Rifa’iyah dalam menggapai cita-cita
melestarikan pengamalan dan pewarisan kitab-kitab yang diwasiatkan oleh
guru besar iradahnya.
13. Menganang kembali jasa-jasa KH. Ahmad Rifa’i sebagai ulama besar,
berjasa membimbing umat agar kembali kepada Al Qur’an dan Sunnah
Rasul. Demi umat dan demi kebenaran dan keadilan, ia rela diasingkan ke
tanah pembuangan.
14. Rifa’iyah ternyata mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan zaman
yang berlaku, tetapi masih terus mempertahankan ma-salah mendasar. Hal
ini diaktualisasikan dalam sebuah motto Seminar Nasional: Kesinambungan
dan Perubahannya.
15. Masyarakat kita yang selama ini melupakan Rifa’iyah, sekarang timbul lagi
semangat baru untuk kembali bersemangat membang-un Rifa’iyah
mendatang.
16. Menghargai masyarakat yang masih menyimpan kitab-kitab atau benda-
benda kuno yang ada hubungannya dengan KH. Ahmad Ri-fa’i dan
Rifa’iyah untuk dirawat secukupnya agar tidak kehilangan bukti sejarah.
17. Satu-satunya Stand yang mampu menampilkan kitab-kitab agama
peninggalan mahagurunya ialah Jam’iyah Rifa’iyah. Banyak masya-rakat
10
terheran dengan adanya kitab-kitab yang sudah ratusan tahun masih terawat
baik dan masih relevan diamalkan untuk masa sekarang ini.
18. Mendapat masukan informasi bahwa di Perpustakaan Nasional Jl. Salemba,
Jakarta Pusat, ada buku memuat dokumen perdebatan antara KH. Ahmad
Rifa’i dengan pengadilan di Bogor, Jawa Barat dengan memakai bahasa
Melayu.
19. Ada seorang tokoh menyebutkan bahwa makam KH. Ahmad Rifa’i berada
di Kampung Jawa Tondano, Kabupaten Minahasa, Manado, Sulawesi Utara
di komplek Makam Pahlawan Kiai Modjo.
20. Menurut seorang tokoh agama dari Luar Jawa mengatakan, bahwa KH.
Ahmad Rifa’i, disamping sebagai pejuang Islam dan ualama besar pada
zamannya juga termasuk seorang Waliyullah, dibukti-kan dengan karamah
Allah atas kemampuanya, dalam waktu relatif singkat, menyusun kitab-kitab
Agama tidak kurang dari 57 judul kitab, 500 Tanbih bahasa Jawa, 4 (empat)
judul kitab dan 60 Tanbih bahasa Malayu di Ambon. Padahal zaman itu
sangat sulit untuk mendapatkan kertas, tinta dan alat pembantu lainnya,
mengingat hidupnya selalu dalam pengawasan pihak kolonial Belanda.
Rasa-nya tidak akan mungkin dilakukan oleh orang biasa.
21. Menurut seorang peansiunan ABRI, bahwa melihat kenyataan hasil karya
KH. Ahmad Rifa’i yang begitu banyak jumlahnya, maka su-dah sepatutnya
Pemerintah Indonesia memberi anugerah gelar Pahlawan Nasional
kepadanya, bukan hanya di tingkat daerah, melainkan ditingkat Pusat, dalam
hal ini, Bapak Presiden RI.
22. Kata orang Madura, Setiap waktu saya akan memasuki Stand Bazar
Rifa’iyah. Hati saya berdebar dan mata saya tertuju kepada kitab Al-Qur’an
tulisan tangan kemudian melihat ke bawah yaitu kitab-kitab karangan KH.
Ahmad Rifa’i, seluruh badan saya bergetar, sehingga saking rasa terharunya
oleh ketekunan beliau, saya meneteskan air mata. Tiga kali saya ke Festival,
tiga kali juga saya hadir di Stand Rifa’iyah. Coba Anda lihat seluruh Stand
tidak ada yang seharum dan berwibawa, selain Stand ini. KH. Ahmad Rifa’i,
bahkan ulama-ulama besar hadir ruhnya dalam Stand ini. Maka ja-ngan
sembarangan prilakunya menunggu di Stand ini. Bacalah Al Fatihah satu
kali setiap membuka Stand kepada beliau agar hidup-nya diberkahi oleh
Allah dan mendapat karamatnya.
23. Benda-benda berharga peninggalan KH. Ahmad Rifa’i besar man-faatnya
digunakan untuk riset maupun keperluan rumah tangga.
24. Masyarakat di daerah yang kurang kenal dengan Rifa’iyah menjadi
faham.Yang tidak senang menjadi senang dan fitnah-fitnah, lambat laun
akan mengurang, bahkan menjadi tidak berarti.
11
25. Tergeraknya hati tokoh-tokoh Rifa’iyah segera ingin menyelesai-kan kasus
tragedi SK Kajari Demak 04 dan SK Kajati Jateng, 012 dan kaus-kasus
lainnya.
26. Akan memperlicin jalan yang ditempuh untuk mengusahakan per-mohonan
anugerah gelar Pahlawan Nasional kepada KH. Ahmad Rifa’i bin
Muhammad.
27. Demi kelangsungan dakwah Islam, sudah saatnya mendirikan lem-baga
penerjemah, yang menyalin kitab-kitab bahasa Jawa tulisan Arab pegon
dengan bahasa Indonesia tulisan latin, agar kebutuhan masyarakat, terutama
yang tidak menguasai bahasa Jawa tulisan Arab pegon.
28. Perlu adanya pembangunan sarana-sarana untuk menunjang per-kembangan
kemajuan Rifa’iyah, seperti pendidikan, pesantren, percetakan, penerbitan
yang murah dan bermutu, gedung perte-muan, perpustakaan, penelitian,
pusat informasi, laboratorium, museum, majlis dakwah, kesejahteraan umat,
kantor pusat, lemba-ga hisab dan ru’yat dan sarana lainnya.
29. Banyak masyarakat yang ingin memiliki/membeli kitab-kitab kara-ngan KH.
Ahmad Rifa’i, karena dipandang isinya faktual dan aktual untuk diamalkan,
bahkan ada yang ingin membelinya untuk kolek-si taman bacaan atau
perpustakaan pribadi.Salah seorang pegawai Bank Indonesia di Jakarta
memesan kitab sebanyak 6 (enam) judul. Karyawan Pabrik Mobil & Motor
Astra di Jakarta Utara memesan 3 (tiga) judul kitab, dan lain-lainnya.
30. Seorang A.B. LOEBIS, SH, Advokat dan Pengacara, pansiunan ha-kimm,
alamat Pejompongan Jakarta Pusat mempunyai 3000 judul buku yang
semuanya memakai bahasa asing. Tertarisk sekali ingin memiliki kitab
As’ad karangan KH. Ahmad Rifa’i dan akan diterje-mahkan ke dalam
bahasa Prancis, Jepang dan bahasa lainnya, agar kitab tersebut terkenal di
luar negeri.
31. Saudara Arifin Pramono dari LIBRARY OF CONGRESS (Amerika) ingin
memiliki, membeli 57 judul kitab karya KH. Ahmad Rifa’i un-tuk
melengkapi koleksi Perpustakaan LIBER OF CONGRESS, dan beberapa
perpustakaan di Amerika Serikat. Untuk mendapatkan kitab tersebut, ia
sampai menghubungi LSAF Jakarta. Tujuannya ia akan menerjemahkan
kitab-kitab tersebut ke bahasa Engeris dan bahasa lainnya.
Sebetulnya masih banyak hasil-hasil Festival Istiqlal yang didapa-ti oleh
Rifa’iyah, namun demikian berhubung ruang sangat terbatas, maka sampai
disinilah minta dianggap sudah memadai.
12
kemudian akan menyesal, karena tidak bisa berbuat banyak dalam mengenalkan
Rifa’iyah secara leluasa dan terbuka. Maka atas kebijakan Panitia mengambil
keputusan menyewan Stand satu Yaitu No. 16. selama penuh satu bulan di Bazar
Festival. Selain itu diperlukan dana untuk dekorasi Stand, biaya penjaga Stand,
keamanan dan perlu adanya cetak brosure 1000 lembar untuk disebarkan sebagai
publikasi kepada masyarakat pengunjung Stand. Ikut serta sebagai narasumber
dan peserta dibutuhkan biaya cukup banyak juga.
Untuk pengambilan dan pemulangan kitab-kitab dan barang-barang dari
Jakarta ke berbagai daerah di Jawa Tengah, membutuhkan dana yang cukup
banyak juga, apalagi mobil pengangkut yang dike-mudikan H. Abrori Amin,
mengalami kecelakaan cukup parah. Dana pun membengkak.
Perlu kami laporkan bahwa pendapatan dana masyarakat di Jawa Tengah
dan Jawa Barat sebesar Rp. 5,959,850 (Lima juta embilan ratus limapuluh
sembilan ribu delapan ratus limapuluh rupiah), dan Jakarta sebesar Rp.
3,861,300,- (Tiga juta delapan ratus enampuluh satu ribu tiga ratus rupiah),
jumlah Rp. 9,821,150,- (Sembilan juta delapan ratus duapuluh satu ribu seratus
limapuluh rupiah). Berarti Panitia mempu-nyai hutang Rp. 900,000 (Sembilan
ratus ribu rupiah). Hutang sebesar itu kemudian dilunasi sepenuhnya oleh
Jam’iyah Rifa’iyah Jakarta.
13
pamerkan, naskah-naskah tulisan Arab dari puluhan Al-Qur’an tulisan tangan,
Tafsir Al-Quran, Hadits dan kitab-kitab Arab karangan para ulama Indonesia
abad 15 sampai abad 20 Masehi dengan tulisan tangan berwarna tinta merah dan
hitam. Barangkali karena Rifa’iyah sudah ikut membantu meringankan beban
panitia, maka dengan senang hati, panitia menerima sepenuhnya atas pendaftaran
naskah/kitab yang akan dipamerkan di masjid Istiqlal jakarta, antara lain kitab
Asnal Maqasid dan Abyanal Hawaij, dan sisanya dipamerkan di stand Rifa’iyah
di lapangan parkir masjid Istiqlal.
Simposium Rifa’iyah
Siapa saja boleh tampil memberikan konstribusi makalah sebagai
Narasumber didalam Simposium Nasional yang berjudul. “Islam dan
Kebudayaan Indonesia.” Dulu, Kini dan Esok. Para peserta bebas meng-ikuti
simposium tersebut dengan mendaftarkan ke kantor Sekretariat Simposium
Festival Istiqlal 1991 di Jakarta. Kajian mendalam itu di mulai tanggal 21-24
Oktober 1991. Rifa’iyah mendaftarkan Narasumber, yaitu Drs. Mukhlisin
Muzari, tetapi karena terlambat, akhirnya makalah tidak dapat ditampilkan. Ada
23 makalah yang dimiliki Rifa’iyah dalam simpo-sium itu, antara lain :
1. Dr.Alfian:“Islam Peradaban Dunia Baru Tantangan Revolusi Komuni-kasi/
Informasi, Globalisasi Ekonomi dan Budaya”.
2. Soetjipto Wirosardjono, M.Sc. : “Perspektif Sosial Budaya Pembang-unan
Nasional Kita.”
3. Letjend Harsudiyono Hartas : “Peranan Islam dan Ketahanan Nasional
Dihadapkan Pada Arus Globalisasi Ekonomi dan Kultural. “
4. Ir. Muhammad Imaduddin Abdurahim Ph. D.:” Masa Depan Peradab-an
Dunia: Masalah Iptek Bioeteknologi dan Bioetika.”
5. Dr. Marwah Daud : “ Islam dan Masa Depan Peradaban Dunia. Perma-
salahan Iptek Bioeteknologidan Bioetika.”
6. Prof.Dr.H. Asri Rasad,M. Sc.Ph.D. : “Kearifan Dalam Penggunaan Ilmu
Pengetahuan.”
7. Prof. Dr. Halide : “Norma Adat Dan Agama Islam Dulu, Kini dan Esok di
Sulawesi Selatan.”
8. Dr. Ir. Murasa Sarkaniputra, : “Tradisi dan Inovasi Keislaman di Indo-nesia
Dalam Bidang Sosial dan Ekonomi.”
9. Prof. Dr. Mubyanto: “Islam Menghadapi Kemiskinan dan Kesenja-ngan.”
10. Abdul Hadi WM, : “Sastra Transendental dan Kecendrungan Sufistik Ke-
pengarangan di Indonesia.”
11. Dr. Edi Sedyawati. : “Masalah Penandaan Ke-Islaman Dalam Karya-
Karya Seni Jawa.”
12. Dr. Wiyoso Yudhoseputro, : “Ekspresi Estetik Islam di Indonesia.”
14
13. Prof.Dr.Ismail Suni:“Tradisi dan Inovasi Keislaman di Indonesia Dalam
Bidang Hukum.”
14. Prof. Dr. J.A. Katili : “Bencana Alam dan Musibah Antropogenik Dalam
Pandangan Islam.”
15. Prof. Dr. Orto Soemarwoto : “Sumbangan Islam Pada Pembangunan
Berwawasan Lingkungan.”
16. H.Endang S. Anshori, MA.: “Estetika Islami dan Kaidah Islami Tentang
Seni (Sebuah Telaah Pendahuluan).”
17. Ali Audah : “Kreativitas Kesenian Dalam Tradisi Islam.”
18. H.Syu’bah Asa: “Estetika Islam Dan Permasalahan Kesenian Masa Kini.
19. Dr.Komaruddin Hidayat: “Makna Tasawuf Dalam Perspektif Trans-pormasi
Sosial.”
20. Drs. Djohan Effendi : “Sufisme Esensi dan Masa Depan Agama.”
21. Prof. Dr. Ir. H. Ali Hasymi, MS. MA. : “Suatu Telaah Tentang Konsep
Islam dan Realita Mengenai Lingkungan Perairan.”
22. Zaen Moedjijono W.P. : “Dari Rumah Sekuler Menuju Rumah Islami.”
23. Dr. Tgk. H. Muslim Ibrahim, MA. : “Pengembaraan Kebudayaan Aceh Di
Luar Tanah Ranahnya.”
* Pameran Kitab-Kitab di Lapangan Parkir Istiqlal
Sebagaimana tersebut di atas, bahwa Rifa’iyah mendapat bagian dua
tempat stand untuk memamerkan barang-barang dan kitab-kitab yang dimiliki. Di
almari kaca dalam masjid Istiqlal lantai I, dan di lapang an Parkir stand Bazar
Istiqlal 1991.
Kitab-kitab yang dipamerkan di Bazar Istiqlal menempati kios No. 16
menghadap ke wajah masjid Istiqlal antara lain ialah :
1. Tafsir Al-Qur’an Al-‘Adhim, Tafsir Jalalain, karangan Imam Jalalud din Al
Mahali, dan Jalaluddin Al Suyuthi,
2. Tafsir Showi, karangan Al Imam Al Showi,
3. Tafsir Ibnu Katsir 4 jilid, karangan Ibnu Katsir,
4. Tafsir Ahkamul Qur’an, 25 jilid karangan Al Imam Al Qurthubi,
5 Tafsir Shofwatut Tafasir 3 jilid, karangan Syaikh Ali Ash-Shobuni.
6. Al Burhan Fi ‘Ulumil Qur’an 4 jilid karangan Imam Zarkasi
7. Al Mu’jam Al Mufrahas Li Alfadl Al-Qur’an 1 jilid karangan Syaikh
Abddul Baqi
8. Shahih Al Bukhori
9. Shahih Muslim
10. ‘Aunul Ma’bud Syarah Sunan Abu Dawud 13 jilid
11. Sunanul Kubra, karya Imam Baihaqi 11 jilid
12. Al Asybah Wannadloir 1 jilid karangan Imam Jalaludin Al Suyuthi.
13. Bughiyatul Mustarsyidin 1 jilid karangan Ba’alwi Al Hadlrami.
15
14. I’anatut Thalibin, 4 jilid karangan Syaikh Abubakar Al Syatho
15. Fathul Mu’in, karangan Syaikh Zaenudin Al Malibari
16. Hasyiyah Al Bajuri, 2 jilid, karangan Syaikh Ibrahim AL Bajuri
17. Fathul Qarib, karangan Syaikh Abu Qasim Al Ghazi
18. Fathul Wahhab, 2 jilid karangan Syaikh Zakariya Al Anshori
19. Kifayatul Akhyar 1 jilid karangan Syaikh Taqiyyudin Abu Bakar.
20. Fiqhus Sunnah, 2 jilid karangan Sayyid AL Quthub
21. Bidayatul Hidayah, karangan Imam Ghazali
22. Ihya’ Ulumiddin, 5 jilid karangan Imam Ghazali
23. Ittihafus Sadatil Muttaqin, Syarah Ihya’ ‘Ulumiddin, 10 jilid kar. Imam
Zabidi. Dan puluhan kitab lainnya.
24. Syarihul Iman 1 jilid, bab Iman dan Islam kar. KH. Ahmad Rifai
25. Taisir 1 koras, bab shalat Jum’at karangan KH. Ahmad Rifa’i.
26. Inayah 2 jilid bab Kekhalifahan, karangan KH. Ahmad Rifa’i.
27. Bayan 2 jilidbab Pendidikan, karangan KH. Ahmad Rifa’i.
28. Thariqat Besar 1jilid bab Kebenaran, karangan KH. Ahmad Rifa’i.
29. Thariqat Kecil 1 jilid bab Ridha Allah, karangan KH. Ahmad Rifa’i.
30. Husnul Mithalab 1 jilid, bab ilmu Agama kar. KH. Ahmad Rifa’i.
31. Tafriqah 2 jilid, bab Kewajiban Nanusia, karangan KH. Ahmad Rifa’i.
23. Asnal Maqashid 2 jilid bab Ilmu Agama, kar. KH. Ahmad Rifa’i.
33. Irsyad 1 jilid bab Ilmu Manfaat, karangan KH. Ahmad Rifa’i.
34. Nadzam Arja 1 jilid bab Isra’ Mi’raj, karangan KH. Ahmad Rifa’i.
35. Jam’ul Masail 1 jilid bab Ilmu Tasawuf, karangan KH. Ahmad Rifa’i.
36. Tabyinal Islah 1 jilid bab Pernikahan, karangan KH. Ahmad Rifa’i.
37. Abyanal Hawaij 6 jilid bab Ilmu Agama, karangan KH. Ahmad Rifa’i.
38. Ri’ayatul Himmat 2 jilid, Ilmu Agama, karangan KH. Ahmad Rifa’i.
39. Tasyrihatal Muhtaj 1 jilid, bab Bai’, karangan KH. Ahmad Rifa’i.
40. Tahsinah 1jilid bab Tajwid Al-Qur’an, karangan KH. Ahmad Rifa’i.
41. Tazkiyah 1 jilid bab Ilmu Menyembelih, karangan KH. Ahmad Rifa’i.
42. Munawirul Himmah, bab Talqin, karangan KH. Ahmad Rifa’i.
43. Muslihat 1 jilid bab Harta Pusaka, karangan KH. Ahmad Rifa’i.
44. Wadlihah 1 jilid bab Manasik Haji, karangan KH. Ahmad Rifa’i.
45. 500 Tanbih dan 700 Nadzam Doa, karangan KH. Ahmad Rifa’i.
Dan masih puluhan kitab karangan KH. Ahmad Rifa’i bin Muhammad
46. Buku Mengenal Ajaran Tarajumah Syaikh H. Ahmad Rifa’i Deng-an
Mazhab Syafi’i dan I’tiqad Ahlissunnah wal Jamaah, karangan H. Ahmad
Syadzirin Amin, Pekalongan.
47. Kiai Haji Ahmad Rifa’i Dalam Sorotan (berisi kleping koran, maja-lah,
tabloid dari tahun 1981 terjadi kasus Demak sampai tahun 1990 selesai
16
Seminar Nasional Mengungkap Pembaharuan Islam Abad 19 Gerakan KH.
Ahmad Rifa’i: “Kesinambungan dan Perubahannya” di Yogyakarta.
17
Anggaran Dasar Rifa’iyah
18