Anda di halaman 1dari 19

GERAKAN INTIFADAH PERTAMA RAKYAT PALESTINA

MAKALAH
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sejarah Sosial yang diampu
oleh :
Yeni Kurniawati.S.,M.Pd

oleh :

Dikry Feisal R

1503582

Dimas Rizqi Dwi P

1501176

Ersa Isdiyanti

1503834

Helmi Rizqi Armillah

1500511

Tia Amelia

1507235

DEPARTEMEN PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Mahaesa karena atas rahmat dan karunia
Nya, kami diberi kemudahan dalam penyusunan makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Suwirta selaku dosen mata kuliah Sejarah Peradaban Islam yang telah memberikan
tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Gerakan Intifadah Pertama Rakyat Palestina. Kami menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kami berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang telah kami
buat, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya
kami memohon maaf apabila terdapat kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik
dan saran yang membangun demi perbaikan di masa mendatang.

Bandung, Juli 2016

Penulis

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...........................................................................................

KATA PENGANTAR .........................................................................................

ii

DAFTAR ISI........................................................................................................

iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...................................................................................

B. Rumusan Masalah ............................................................................................

C. Tujuan...............................................................................................................

D. Manfaat ............................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Gerakan Intifadah ...........

B. Kronologi Terjadinya Gerakan Intifadah .............

C. Gerakan Intifadah dan Jihad.............

BAB III KAJIAN TEORI


A. Setting Sosial, Budaya, dan Politik ..........

12

B. Dalam Pesrfektif Teori Sosial ..........

13

BAB IV PENUTUP
A. Simpulan............................................................................................. .............

15

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... ..

16

iii

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah


Mengkaji gerakan-gerakan rakyat Palestina tentu saja tidak bisa terlepas dari

pembicaraan bangsa Israel. Munculnya gerakan rakyat Palestina erat kaitannya akibat adanya
konflik dengan bangsa Israel. Sebenarnya, jika mau menengok ke belakang maka konflik
Palestina dan Israel telah mengalami sejarah yang begitu panjang.
Secara singkat dapat dikemukakan, bahwa pada dasarnya penjajahan orang-orang
Yahudi atas Palestina telah terjadi sejak bertahun-tahun sebelum masehi. Jatuh bangun pun
dialami oleh bangsa Yahudi, baik karena serangan bangsa Babilonia, Persia, maupun
Romawi. Sementara itu, pada era modern ini bangsa Yahudi ingin mengulang sejarah masa
lalunya, yaitu dengan mencoba menduduki wilayah Palestina dan bahkan mendirikan negara
di wilayah tersebut dengan keyakinan bahwa wilayah Palestina adalah tanah air yang
dijanjikan. Kedatangan bangsa Yahudi ke wilayah Palestina sama saja dengan datangnya
bangsa kolonial ke wilayah tersebut, karena yang terjadi adalah penaklukan dan penguasaan
atas tanah dan harta benda oleh bangsa Yahudi terhadap Palestina. Oleh karena itu, gejolak,
perlawanan, atau gerakan rakyat Palestina muncul untuk menentang bangsa Yahudi. Untuk
itu, latar belakang penulisan makalah ini adalah ingin mencoba melihat bentuk-bentuk
gerakan rakyat Palestina dan apa permasalahan yang mendasari gerakan-gerakan tersebut.
Selain itu, yang menarik bahwa penulisan ini ingin melihat lebih jauh tentang apakah jihad
adalah salah satu ide atau paham yang mendasari gerakan rakyat Palestina.

B.

Rumusan Masalah
1.

Apa yang melatar belakangi gerakan Intifadah di Palestina?

2.

Bagaimana kronologi terjadinya gerakan Intifadah?

3.

Bagaimana keterkaitan antara gerakan Intifadah dengan jihad?

C.

D.

Tujuan Penulisan
1.

Untuk mengetahui latar belakang dari gerakan Intifadah.

2.

Untuk mengetahui kronologi gerakan Intifadah.

3.

Untuk mengetahui keterkaitan antara gerakan Intifadah dan jihad.

Manfaat Penulisan
Penulisan makalah yang berjudul Gerakan Sosial Intifadah ini bermanfaat bagi
pembacanya dan untuk menambah wawasan tambahan mengenai gerakan rakyat
Palestina terhadap kekejaman bangsa Israel selama bertahun-tahun.

BAB II
KAJIAN TEORI

A.

Latar Belakang Gerakan Intifadah di Palestina


Peristiwa Perang Enam Hari yang terjadi pada tahun 1967 berdampak besar pada

bangsa Palestina, yaitu dengan dikuasainya wilayah Tepi Barat Palestina dan Jalur Gaza.
Dengan penguasaan wilayah tersebut, Israel mulai mendominasi terhadap kekuasaan warga
Palestina. Negara Israel menggunakan kekuasaannya untuk menekan Bangsa Palestina dalam
4 bentuk yaitu, ekonomi, sosial, ideologi, dan politik (Beitler, 1995, hlm.56). Akibat dari
penguasaan Palestina oleh Israel, muncul berbagai macam gerakan perlawanan oleh rakyat
Palestina yang disebut Intifadah. Intifadah berasal dari Bahasa arab yaitu, intifaah yang
berarti perlawanan. Munculnya gerakan tersebut disebabkan oleh keadaan rakyat Palestina
yang berada dalam keadaan tertekan akibat ketidakadilan yang dilakukan oleh tentara Israel.
Salah satu bentuk ketidakadilan yang dilakukan oleh tentara Israel adalah kejadian pada
tanggal 31 Mei 1987, saat itu tentara Israel melakukan inspeksi jam malam di Kemah
Pengungsian di Balata. Awalnya para wanita yang berada di kemah pengungsian tersebut
melakukan perlawanan dan akhirnya diikuti oleh para pria sehingga memaksa tentara Israel
mundur dari kemah pengungsian tersebut. Enam bulan kemudian, November 1987,
gelombang kekerasan mencuat dari Kemah Pengungsian Jibaylla dimana untuk pertama
kalinya gelombang massa yang begitu besar berusaha menerobos pagar pembatas dan
melawan dengan batu serta tongkat. Perlawanan ini dipicu oleh truk Israel yang menabrak
dua mobil van yang berisi pekerja Palestina yang mengakibatkan 4 orang Palestina
meninggal saat kejadian tersebut. Perlawanan ini akhirnya berkembang menjadi Intifada
Pertama. Intifada Pertama merupakan gerakan perlawanan melawan pendudukan Israel yang
berlangsung dari tahun 1987 dan berakhir pada tahun 1993. Gerakan Intifada awalnya hanya
terjadi di daerah pengungsian namun menyebar ke daerah-daerah paling terpencil di Tepi
Barat dan Gaza, gerakan yang identik dengan perlawanan menggunakan batu dalam melawan
militer Israel, dimana masa yang terlibat berasal dari kaum muda, tua, dan anak-anak.

Secara ringkas bagaimana gerakan intifadah ini terjadi adalah sebagai akibat dari
konflik Israel dan Palestina yang telah berlangsung lama sehingga menimbulkan kebencian
yang mendalam dari rakyat Palestina terhadap Israel sebagai akibat dari konflik tersebut.
Konflik Israel-Palestina merupakan masalah tentang pendudukan kawasan dimana didalam
kawasan tersebut terdapat situs yang dianggap suci oleh tiga agama yaitu Judaism, Islam, dan
Kristen. Permasalahan sebenarnya adalah masalah pendudukan yang dilakukan oleh Israel
yang melanggar batas wilayah daerah pengungsian masyarakat Israel yang tersebar dari
seluruh dunia. Dalam tulisan ini dijelaskan rentetan dinamika konflik antara pasukan Israel
yang berasal dari gabungan teroris Israel (Irgun, Lefi) serta warga Israel yang pernah
tergabung dalam pasukan Yahudi ketika membantu pasukan Inggris saat Perang Dunia
Kedua. Perang pun pecah antara pasukan Israel yang diperkirakan berjumlah sebanyak
100.000 orang melawan pasukan gabungan dari Negara-Negara Arab yaitu Mesir, Yordania,
dan Syria dan mendapat dukungan penuh dari Irak serta Saudi Arabia. Mulai dari perang
Enam hari hingga Perang Yom Kippur dimana pasukan gabungan Negara-Negara Arab
kalah. Dari tulisan ini dapat dilihat bahwa masalah yang mengakar dari konflik IsraelPalestina adalah isu pendudukan wilayah. Lederman (1988, hlm.230) dalam tulisannya yang
berjudul Dateline West Bank: Interpreting the Intifada, menjelaskan tentang pengertian dasar
dari Intifadah yang merupakan suatu gerakan perlawanan atau bangkitnya suatu gerakan
perlawanan di daerah yang diduduki oleh Israel yang terjadi di daerah Tepi Barat dan Jalur
Gaza.
Kata Intifadah sendiri berasal dari bahasa Arab yang berarti mengguncang. Semua
struktur masyarakat yang berada di daerah tersebut melakukan perlawanan yang sama,
perlawanan tidak hanya berfokus pada suatu titik tertentu seperti daerah perkotaan namun
hingga ke desa-desa terpencil. Menurut Lederman, dasar dari Intifada adalah perlawanan
yang dilakukan oleh para pemuda dari daerah Tepi Barat dan Jalur Gaza, perlawanan ini
didasari perasaan akan tekanan Israel dan generasi sebelum mereka tidak dapat melakukan
apa-apa dalam melawan Israel, disebutkan juga tidak ada satu grup atau badan-badan tertentu
yang mendorong terjadinya revolusi dengan skala besar di Palestina. Israel menginginkan
kepatuhan dan keteraturan sedangkan Negara-Negara Arab ingin menghindari hal-hal yang
membuat terjadinya kegelisahan yang ada disekitar perbatasan negara mereka.

PLO (Palestina Liberation Organitation) yang merupakan gabungan dari berbagai


macam organisasi pembebasan Palestina lahir sebagai organisasi yang berjuang membela
hak-hak bangsa Palestina yang ditekan karena adanya kekuasaan yang dimiliki oleh Israel.
PLO tidak ingin adanya ketidakseimbangan akan memunculkan pemimpin yang berasal dari
warga setempat dan akan menggangu pengaruh PLO. Namun, hal yang tidak disadari oleh
pihak Israel maupun Negara-Negara Arab lainnya adalah tekanan serta paksaan yang terjadi
di daerah Tepi Barat dan Jalur Gaza bisa mempengaruhi semua generasi, apalagi kaum
pemuda. Inilah yang membuat banyak pihak terkejut saat Intifada pecah pada Desember
1987. Intifada berbeda dengan gerakan perlawanan yang dilakukan oleh rakyat Palestina
sebelumnya.
Menurut Eitan.Y.Alimi dalam bukunya yang berjudul Israeli Politics And the First
Palestinian Intifada, kemunculan Intifadah dipaparkan dalam berbagai macam dugaan, yang
pertama, ketidakpuasan masyarakat Palestina terhadap peran Negara-Negara Arab atas
konflik Israel Palestina. Lalu, kedua berasal dari masalah internal, tewasnya empat orang
Palestina oleh truk militer Israel di Erez Military Checkpoint pada tanggal 8 Desember 1987.
Ketiga, Intifada adalah Strategi aktivis grassroots di Gaza, yang dengan cepat menggerakkan
massa melakukan perlawanan setelah PLO terusir dari Libanon pada tahun 1982,
menunjukkan PLO sudah susah untuk diharapkan. Kemudian, yang keempat adalah Strategi
dari aktivis lokal Palestina menggunakan Intifadah untuk menangkap perhatian dunia
internasional.
Sedangkan dalam buku yang ditulis oleh Ramzy Baroud berjudul A Second Palestinian
Intifada A Cronicle of People Struggle, yang merupakan sebuah catatan pengalamannya
mengalami secara langsung Intifadah Pertama. Melalui pengalamannya Ramzy menceritakan
berbagai macam peristiwa yang dialaminya baik sebelum dan sesudah Intifadah terjadi.
Melalui buku ini dijelaskan bahwa Intifada menjadi peristiwa yang memberikan pengaruh
besar dalam masyarakat baik dalam aspek sosial maupun pengaruhnya terhadap isu relasi
Palestina dan Israel itu sendiri. November 1981 gelombang protes terjadi disekitar Jalur
Gaza, protes ini diikuti oleh orang-orang Palestina dari berbagai profesi mulai dari pengacara,
dokter, dan profesi-profesinya. Protes ini terjadi karena hukum finansial baru yang
diterapkan Israel, namun dalam beberapa jam saja protes ini segera dapat dihentikan. Lalu

beberapa bulan kemudian pada bulan Maret 1982 gelombang kekerasan terjadi di seputaran
Gaza, di Jerusalam Timur Enam warga Palestina.

B.

Kronologi Terjadinya Gerakan Intifadah


Setelah berbagai strategi yang dilakukan oleh rakyat Palestina selama 40 tahun

lamanya, mereka akhirnya mengubah strategi untuk melawan orang-orang Yahudi Israel
dengan melancarkan Intifadah yang dimulai pada tahun 1987 dan berakhir pada tahun 1993
(Shahily, 2004, hlm. 41).
Gerakan ini terbentuk pada tanggal 8 dan 9 Desember 1987 di kemah pengungsian
Jabalya Gaza yang diawali dengan perundingan antara rakyat Palestina dengan Majelis
penguburan korban konflik Palestina-Israel. Demonstrasi secara besar-besaran dilakukan
oleh rakyat Palestina untuk menentang tentara Israel, kibaran bendera, simbol keranda dan
nyanyian slogan untuk membantah Israel dilakukan sepanjang demontrasi yang belum
pernah dilakukan sebelumnya. Terjadi perubahan secara jelas dalam gerakan kali ini karena
rakyat Palestina bertindak sendiri tanpa adanya bantuan dari pihak lain dan perubahan
pendekatan PLO. Sebelumnya perjuangan Palestina melawan Israel dibantu oleh negara Arab
namun negara Arab merasa takut kepada ancaman Israel. Dengan gerakan ini pula rakyat
Palestina dapat terlihat rasa kebersamaannya (Shahily, 2004, hlm. 45).
Gerakan ini merebak begitu cepat, bermula dari Jabalya kemudian menyebar ke Khan
Yunis, al-Bourej, Nusierat, Maazi, lalu seterusnya ke Rafah di Selatan. Setelah menyebar ke
seluruh penjuru Gaza, Intifadah pun mulai menyebar ke Tebing Barat melalui Balata
kemudian ke Kalandia. Intifadah berkembang dan meluas dengan cepat namun tidak merata.
(Shahily, 2004, hlm. 46)
Sebenarnya gerakan ini bukanlah merupakan gerakan bersenjata, namun lebih kepada
demonstrasi, mogok ekonomi, lemparan batu, bom tangan buatan sendiri, tongkat besi, dan
pengibaran bendera Palestina. Hal tersebut membuat tentara Israel geram, sehingga mereka
melakukan berbagai upaya untuk dapat meredam gerakan rakyat Palestina tersebut dengan
berbagai cara, seperti diantaranya menggunakan gas air mata, peluru karet, pukulan, hingga
ancaman penangkapan masal. Meski demikian rakyat Palestina tidak pantang mundur.
Kebangkitan rakyat Palestina kali ini menunjukkan betapa kuat pertahanan rakyat Palestina

dalam upaya mengusir kekuasaan Israel dari tanah air mereka. Kebangkitan rakyat Palestina
kali ini menjadi penggerak bagi penduduk Palestina di bawah kepemimpinan mereka sendiri
untuk menentang penguasaan Israel. Perjuangan mereka untuk mendapatkan kembali
negaranya merupakan langkah yang panjang, dan Intifadah merupakan langkah awal untuk
mencapai hal tersebut (Shahily, 2004, hlm. 48).
Selain gerakan sporadis yang dilakukan rakyat Palestina yang cenderung tidak
terorganisir terdapat kelompok terorganisir yang terlibat dalam gerakan intifadah, bahkan ada
kelompok yang terbentuk ketika gerakan intifadah masih beralngsung. Semua kelompok
meskipun mempunyai nama yang berbeda namun mempunyai tujuan yang sama yaitu
membebaskan rakyat Palestina dari belenggu kekuasaan Israel.
Berikut beberapa kelompok terorganisir yang terlibat dalam gerakan Intifadah di
Palestina:
1.

Hamas
Hamas secara resmi didirikan pada tahun 1988 di Jalur Gaza oleh Syekh Ahmad Yasin,

aktivis Ikhwanul Muslimin di Palestina, ditandai dikeluarkannya piagam pada tahun 1988.
Pendirian Hamas dimaksudkan untuk terlibat secara aktif dalam mengkoordinasikan aksi
intifadhah atau aksi perlawanan terhadap Israel, di daerah pendudukannya untuk mengakhiri
penjajahan Palestina oleh Zionis Israel. Hamas dapat tergolong ke dalam konesp jihad. Ia
merupakan bagian dari gerakan Kebangkitan Islam (an nahdhah al islamiyah) yang meyakini
bahwa kemerdekaaan merupakan gerbang utama bagi kemerdekaan rakyat Pelestina. Hamas
berusaha keras membendung merasuknya nasionalisme sekuler di kalangan bangsa Palestina.
Perjuangannya selama ini bertujuan menghancurkan negara Israel. Bagi Hamas, tanah
Palestina merupakan tanah wakaf Islam yang diperuntukkan bagi umat Islam hingga akhir
zaman. Untuk merebutnya, Hamas menempuh jihad dengan perlawanan militer, bukan
diplomasi seperti yang dilakukan PLO yang merugikan Palestina dan memperkuat posisi
Israel.
2.

Fatah
Pada tahun 1965 muncul gerakan Fatah di bawah kendali PLO. Fatah didirikan oleh

pemuda-pemuda Palestina yang di awal perjuangannya berorientasi pada Islam. Banyak di


antara mereka dipengaruhi pemikiran pergerakan Ikhwanul Muslimin. Namun, karena

suasana politik dan iming-iming kedudukan, kekuasaan, dan materi, garis perjuangan mereka
berubah haluan menjadi sekuler. Pada tahun 1967 Israel berhasil menduduki Tepi Barat.
Praktis, seluruh wilayah Palestina dikuasai penjajahan Israel. Melihat hal tersebut gerakan
Ikhwanul Muslimin bersepakat dengan Fatah untuk mendirikan sayap militer. Mereka
berlatih di Yordania yang disebut dengan Camp As-Syuyukh. Biayanya dari kantong mereka
sendiri. Kadang anggota Ikhwanul Muslimin membeli persenjataan dari pihak Fatah.
3.

Popular Front for The Liberation Palestine (PFLP)


Organisasi ini didirikan oleh George Habash pada tahun 1967. Organisasi ini

mengkombinasikan ide Marxist-Leninisme dan nasionalisme Palestina. Kelompok tersebut


berafiliasi dengan PLO pada tahun 1968 dan dalam dekade selanjutnya melakukan beberapa
aksi yang dianggap spektakuler terutama membajak pesawat. Munculnya kelompok Islam
seperti Hamas adan Palestinian Islamic Jihad dalam intifada pertama, runtuhnya Uni Sovyet
yang mendukung organisasi ini seta adanya Perjanjian Oslo telah memarginalisasikan PFLP
sampai awal 1990-an. PFLP kembali berkembang pada intafada kedua pada tahun 2000.
Organisasi ini berfokus di wilayah West Bank, Gaza, Israel, Syria, Lebanon.
4.

Popular Front for The Liberation of Palestine - General Command (PFLP - GC)
PFLP-GC memiliki markas di Damaskus, merupakan gerakan yang terpisah dari PFLP

pada tahun 1968 akibat perbedaan pandangan antara pemimpinnya George Habash dan
Ahmad Jibril yang akhirnya membuat (kelompok baru). Tidak seperti Habash, Jibril lebih
melakukan perjuangan secara militer dan menolak usaha-usaha politik dengan faksi Palestina
yang lain atau melakukan negosiasi dengan Israel. Sejak awal Intifadha kedua, PFLP-GC
menjadi pendukung utama Hamas dan sel Islamic Jihad dengan memberikan pasokan senjata.
Gerakan Palestina ini memiliki asas nasionalisme Palestina dengan sedikit pengaruh Islam
dan bertujuan untuk mencapai kesatuan dunia Arab melalui keberadaan negara Palestina.
Metode untuk mencapai tujuan tersebut yaitu dengan operasi paramiliter dan serangan nonkonvensional. Serangan yang dianggap cukup berhasil yaitu pada 27 Februari 1970 dengan
melakukan pengeboman di suatu maskapai penerbangan Swiss yang menuju Israel yang
menyebabkan 47 orang.
Intifadah rakyat Palestina yang dilakukan dengan lemparan batu dan tongkat besi
untuk melawan salah satu tentara paling modern di dunia ini berhasil menarik perhatian

internasional. Masa ini berlanjut hingga Kesepakatan Oslo tahun 1993 bertempat di Oslo
Norwegia, ketika Israel dan PLO duduk bersama di meja perundingan. Pada pertemuan ini,
Israel mengakui Yasser Arafat untuk pertama kalinya sebagai perwakilan resmi rakyat
Palestina. Salah satu isi dari Oslo Accord adalah kesempatan berdirinya negara Palestina
dalam jangka waktu 5 tahun sesuai yang tertulis dalam artikel 1 Perjanjian Oslo (Oslo
Accord): The aim of the Israeli-Palestinian negotiations within the current Middle East
peace process is among other things, establish a Palestinian Interim Self-Government
Authority. The elected Council, for the Palestinian people in the West Bank and the Gaza
Strip. For a transitional period not exceeding five years, leading to a permanent settlement
based on Security Council Resolutions 242 and 338 (Adam dkk, 2009, hlm. 37).

C.

Gerakan Intifadah dan Jihad


Jihad adalah sebuah istilah yang diperdebatkan dan multitafsir. Jihad memiliki makna

yang beragam, biasanya dimaknai dengan perang suci ( the holy war) dan ada juga yang
mengartikan suatu upaya yang sungguh-sungguh untuk mendekatkan diri kepada Allah
SWT. Jihad dalam arti perang suci oleh sebagian pakar dipandang sebagai suatu makna
yang terpengaruh oleh konsep Kristen (Perang Salib). Menurut Nassarudin Umar (dlm. AlBanna, hlm. XIV), istilah jihad berbeda dengan qital (perang). Jihad dapat dimaknai sebagai
segala usaha yang sungguh-sungguh untuk melayani maksud Tuhan untuk menyebarkan
sesuatu yang bernilai etik yang tinggi, seperti perwujudan nilai-nilai keadilan, kemanusiaan,
dan perdamaian. Arti jihad sering disebutkan adalah usaha yang dilakukan kaum muslim
dalam membela dan mempertahankan agama, harga diri dan kehormatan. Dengan demikian,
perlawanan terhadap agresor yang menjajah negeri-negeri muslim adalah salah satu bentuk
jihad. Dalam konteks ini, ulama menyerukan fatwa wajibnya berjihad melawan penjajah.
Jihad jelas bertentangan dengan segala tindakan yang mengarah pada tindakan kekerasan
apalagi terorisme. Karena tidak ada ayat dalam Alquran yang mengajarkan terorisme. Bahkan
Islam sangat melarang terhadap perilaku yang menyakiti dan meneror orang lain. Definisi
umum terorisme yang populer adalah setiap tindakan kekerasan politik yang tidak memiliki
justifikasi moral dan hukum, apakah tindakan kekerasan itu dilakukan oleh suatu kelompok
revolusioner atau pemerintah (negara). Terorisme sebagai kekerasan politik sepenuhnya

bertentangan dengan istilah kemanusiaan dalam Islam. Islam menganjurkan umatnya untuk
berjuang mewujudkan perdamaian, keadilan, dan kehormatan. Tetapi perjuangan itu haruslah
tidak dilakukan dengan cara-cara kekerasan atau terorisme.
Sisi lain, jihad juga mengandung pengertian setiap usaha sungguh-sungguh yang
dilakukan dalam amal perbuatan baik apa saja (fi sabilillah), yang diniatkan sebagai ibadah
kepada Allah SWT. Sementara itu, orang yang meniggal dalam setiap usaha baik (ibadah)
ini dapat disebut telah syahid, sebagaimana mereka yang tewas dalam jihad membela diri
dari musuh-musuh muslim dan Islam. Perlu dibedakan pula pengertian jihad dan perang
suci. Tujuan jihad yang utama bukanlah untuk memaksa orang kafir memeluk Islam, seperti
sering dikemukakan dalam banyak literatur Barat. Tujuan pokoknya, secara historis, lebih
sering dilakukan atas dasar politik, seperti perluasan wilayah Islam atau pembelaan diri
Muslimin terhadap serangan dari luar. Jihad dapat dipandang sebagai suatu bentuk
propaganda keagamaan yang dapat dilancarkan baik secara persuasif ataupun secara
kekerasan. Pada intinya, jihad sering diekspresikan dalam pengertian mengerahkan segenap
upaya. Tetapi, juga tidak bisa dibantah bahwa dalam ayat-ayat tertentu konsepsi jihad
sinonim dengan perang dan pertempuran.
Munculnya perlawanan rakyat Palestina terhadap perlakuan Israel bukan sesuatu hal
yang baru. Dilatarbelakangi oleh bangsa Israel yang merupakan kaum yang hidup berpindahpindah dari suatu wilayah ke wilayah tertentu. Awalnya bangsa Israel merupakan bangsa
yang maju dan memiliki tanah air dengan kehidupannya yang makmur. Namun kekuasaan
Kerajaan Yahudi kemudian runtuh setelah dikuasai oleh raja dari Babilonia, Nebukadnezar.
Pada tahun 135 M, Romawi dapat kembali menghancurkan Yerusalem dan memusnahkan apa
saja yang ada di Yerusalem, tak ketinggalan sisa-sisa orang Yahudi pun dihabisi dengan cara
dibunuh. Namun, sebagian mereka ada yang dapat melarikan diri, baik ke Mesir, ke arah Utara
Afrika, Sepanyol, serta Eropa (Mayhadi,dkk [ed]. hlm.10). Setelah berakhirnya masa keemasan

kaum Yahudi, kemudian mereka terasingkan, tidak memiliki tanah air serta hidup terpecahpecah, menyebar diantara bangsa-bangsa lain di dunia dan dianggap sebagai parasit, karena
sikap buruknya yang tinggi hati, selalu merasa lebih baik dari bangsa lain dan meyakini
bahwa Tuhan telah berpihak pada kaum Yahudi. Mereka meyakini bahwa Palestina adalah
tanah yang telah dijanjikan Tuhan dan mereka berhak atas tanah tersebut.

10

Dengan

mendeklarasikan berdirinya negara Israel, mereka mencoba kembali ke Palestina dan


mengumpulkan kembali bangsa yang telah tercerai berai. Tercatat pada 14 Mei 1948,
diumumkan secara resmi berdirinya negara Israel dengan berpijak pada legitimasi resolusi
PBB No. 181. Beberapa saat dari pengumumam itu, pemerintah Amerika Serikat menyatakan
pengakuannya terhadap negara Israel, yang kemudian disusul pengakuan dari Uni Soviet.
Tahun 1967, pasukan Israel menyerbu Tepi Barat dan Jalur Gaza, dua tempat pertahanan
terakhir rakyat Palestina. Sejak itu, rakyat Palestina selalu ditekan oleh pasukan militer Israel.
Sejak tahun 1948, Palestina telah berubah menjadi negara jajahan Israel. Bagi kaum
muslim Palestina, hidup di sana bagaikan hidup di dalam penjara. Perlakuan biadab Yahudi
dari mulai pemukulan, penembakan hingga pembantaian sadis mudah didapati di jalan-jalan.
Kemudian muncul gerakan-gerakan perlawanan yang dilakukan oleh rakyat Palestina.
Perlawanan rakyat Palestina dalam kacamata Islam tentu saja bagian dari jihad yang
dilakuakan dengan peperangan. Jihad yang semacam ini mendapat legitimasi atau
pembenaran menurut Islam manakala kaum Muslim atau negeri mereka diserang oleh orangorang atau negara kafir. Dalam kondisi seperti ini, Allah SWT telah mewajibkan kaum
Muslim untuk membalas tindakan penyerang dan mengusirnya dari tanah kaum Muslim:
Perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kalian, tetapi janganlah kalian
melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui
batas. (QS al-Baqarah [2]: 190).

11

BAB III
ANALISIS
A.

Kondisi Sosial, Budaya, Politik


Masyarakat Palestina merupakan keturunan dari orang arab yang mayoritas menganut

agama Islam.Mata pencaharian masyarakat Palestina ada yang sebagai petani, pedagang,
nelayan. Sebelum orang Yahudi datang ke Palestina dan memproklamirkan negara Israel
masyarakat Palestina hidup dengan damai serta dapat beribadah dengan bebas meskipun
berada dibawah kekuasaan Inggris. Tahun 1948 merupakan awal bencana berkepanjagan
bagi bangsa Palestina karena pada tahun ini diproklamirkan berdirinya negara Israel. Bangsa
Palestina sedikit demi sedikit mulai terusir dari tanah airnya sendiri sebagai akibat dari
pencaplokan wilayah yang dilakukan Israel. Terlebih setelah bangsa arab kalah dalam Perang
Enam Hari tahun 1967 melawan Israel terjadi pengusiran besar-besaran bangsa Palestina dari
tanahnya sendiri. Bangsa Palestina dipaksa untuk mengungsi dan hidup di kemah-kemah
pengungsian. Di kemah-kemah pengungsian tersebut banyak anak-anak berkerumunan di
jalan-jalan tak beraspal, tidak ada sistem pembuangan kotoran sehingga bau busuk begitu
menyengat.
Bagi bangsa Palestina yang tidak mengungsi dan hidup berada dibawah kekuasaan
Israel mereka hanya mejadi warga kelas dua karena minimnya fasilitas hidup yang diperoleh.
Contohnya seperti tidak ada pasokan listrik dan air bersih bagi perkampungan orang
Palestina. Bangsa Palestina menjadi budak ditanah mereka sendiri sebagai akibat dari
berbagai kebijakan tidak adil yang dikeluarkan pemerintah Israel. Orang Palestina tidak bisa
mempunyai pekerjaan yang mapan seperti menjadi pegawai negeri, mereka hanya bekerja
untuk pekerjaan kasar seperti menjadi buruh dipertambangan. Dikancah internasional Israel
mempunyai pengaruh politik yang kuat, terbukti dengan tidak adanya sanksi tegas dari PBB
menyikapi tindakan sewenang-wenang Israel terhadap rakyat Palestina. Kemudian
perlawanan damai dalam bentuk lobi-lobi diplomatik yang dilakukan oleh Liga Bangsa Arab
dan PLO bisa dibilang tidak pernah berhasil. Dari upaya yang dilakukan LBB dan POL tidak
ada hasil yang secara signifikan menguntungkan rakyat Palestina. Ini semakin membuktikan
bahwa keadaan politik Israel benar-benar kuat.

12

B.

Dalam Perspektif Teori Sosial


Gerakan sosial adalah gerakan yang dilakukan sekelompok invidu yang terorganisir

untuk merubah (pro perubahan) atau mempertahankan (konservatif) unsur tertentu dari
masyarakat yang lebih luas. Dalam definisi lain, gerakan sosial adalah sebuah kolektivitas
yang dilakukan kegiatan dengan kadar kesinambungan tertentu guna menunjang atau
menolak perubahan yang terjadi di dalam masyarakat atau kelompok yang mencakup
kolektivitas itu sendiri. Berdasarkan definisi tersebut, gerakan Intifadah dapat dikategorikan
sebagai gerakan sosial yang dilakukan oleh rakyat Palestina dalam usaha menumpas
penyiksaan yang dilakukan oleh bangsa Israel. Perlawanan yang dilakukan oleh Palestina
berlangsung sangat panjang dan menghadapi tantangan-tangan yang tidak mudah. Ada
berbagai macam penyebab yang melatar belakangi Intifadah berlangsung. Berdasarka
penyebab gerakan sosial menurut Michael Addas, dapat disimpulkan bahwa penyebab
munculnya gerakan ini adalah adanya ketidakpuasan yang timbul dari pengalaman pribadi
dan dendam partisipan yang dirasakan oleh Palestina, dan adanya pemerasan, pertikaian dan
deprivasi relatif yang merupakan kesenjangan antara ekspetasi dan kenyataan yang dihadapi
rakyat Palestina pada masa itu.
Secara garis besar, penyebaab dari munculnya gerakan sosial ini melingkupi rasa
ketidakpuasan banyak orang, frustasi kolektif dan adanya persamaan nasib. Hal ini yang
kemudian mendasari keyakinan bahwa jika rakyat Palestina saling bekerjasama dan bersatu,
mereka dapat mengatasi persoalan bersama. Berdasarkan jenis gerakan sosial, Intifadah
termasuk pada gerakan protes yang berbentuk gerakan revolusioner dengan tujuan ingin
merubah secara menyeluruh atau radikal. Istilah radikal disini tidak selalu dikaitkan dengan
bentuk kekerasan. Selain itu, Intifadah juga dapat digolongkan dalam gerakan regresif dan
gerakan religius yang berbentuk aksi-aksi sosial.
Jika dikaitkan dengan teori-teori sosial yang ada, Intifadah memiliki perspektif yang
luas. Adanya ketidakpuasan dan rasa frustrasi yang mendasari munculnya gerakan-gerakan
rakyat Palestina terhadap tindakan Israel yang menduduki wilayahnya, merupakan ide yang
melandasi bahwa Teori Deprivasi Relatif dari Ted Robert Gurr mempengaruhi gerakan
rakyat Palestina. Ide dasar dari teori ini adalah menolak bahwa orang memberontak sebagai
respon terhadap ketidakadilan, kekejaman, dan deprivasi relatif didefinisikan sebagai hasil

13

dari proses perubahan harapan dan kemampuan untuk memenuhi harapan itu dengan pola
perubahan. Jika dikaitkan dengan konsep gerakan sosial, Intifadah merupakan suatu gerakan
kepribumian yang berusaha mengusir kekuasaan asing dan mencoba kembali mewujudkan
kekuasaan yang dipegang pribumi atau biasa disebut dengan istilah Nativisme.

14

BAB IV
PENUTUP
A.

Simpulan
Gerakan intifadah pertama rakyat Palestina merupakan serangkaian gerakan

perlawanan yang dilakukan rakyat Palestina pada tahun 1987 hingga 1993 untuk merebut
kembali tanah Palestina dari cengkeraman kekuasaan Israel. Gerakan ini didorong oleh rasa
tertindas dan kebencian yang dirasakan oleh para penduduk Palestina sebagai akibat dari
pendudukan wilayah Palestina oleh Israel terlebih sejak peristiwa pengusiran paksa oleh
Israel setelah perang enam hari. Gerakan perlawanan ini dilakukan dalam berbagai bentuk
seperti demonstrasi, mogok ekonomi, dan lemparan batu. Gerakan ini cenderung bersifat
sporadis dan tidak terorganisir, namun ada beberapa kelompok terorganisir rakyat Palestina
yang juga ikut terlibat dalam gerakan intifadah ini. Karena rakyat Palestina mayoritas
beragama Islam, gerakan ini sering dikaitkan dengan jihad melawan kaum penjajah.
Keadaan rakyat Palestina selama dibawah kekuasan Isreal sangat memprihatinkan.
Mereka dipaksa untuk tingggal di kemah pengungsia yang tidak layak untuk ditempati.
Rakyat Palestina kehilangan rumah mereka, pekerjaan, sanak keluarga, mereka menjadi
budak ditanah mereka sendiri. Gerakan intifadah rakyat Palestina merupakan sebuah gerakan
sosial karena merupakan sebuah kolektivitas yang dilakukan kegiatan dengan kadar
kesinambungan tertentu guna menunjang atau menolak perubahan yang terjadi di dalam
masyarakat atau kelompok yang mencakup kolektivitas itu sendiri. Gerakan intifadah juga
merupakan gerakan yang dilakukan sekelompok invidu yang terorganisir untuk merubah (pro
perubahan) unsur tertentu dari masyarakat yang lebih luas.
B.

Saran
Gerakan Intifadah di Palestina alangkah baiknya menjadi renungan bagi kita semua

bahwa yang namanya penjajahan diatas dunia memang harus dihapuskan. Akar penyebab
dari Gerakan Intifadah yang merupakan konflik antara Israel dan Palestina berasal dari aksi
pendudukan wilayah Palestina oleh Israel. Konflik berkepanjangan ini tidak akan pernah
terjadi jika saja Israel tidak melakukan ekspansi militer ke wilayah Palestina. Pihak
pemerintah dunia yang diwakili PBB bisa medorong dengan tindakan yang nyata untuk
kedamaian di wilayah Palestina

15

DAFTAR PUSTAKA

Adam, dkk. 2009. Civil Resistance and Power Politics: The Experience of Non-violent
Action from Gandhi to the Present. Oxford: University Press.
Al-Banna, G. (2006). Jihad. Jakarta: Mata Air Publishing.
Alimi,E.Y. (2007). Israeli politics and the first palestinian intifada. New York:
Routledge.
Baroud, R. (2006). A second palestinian intifada a cronicle of people struggle. London:
Pluto Press.
Beitler, R.M. (1995). The Intifada: Palestinian Adaptation to Israeli Counterinsurgency
Tactics.
Terrorism & Political Violence 7.2
Lederman,J. (1988). Dateline west bank: interpreting the intifada, Foreign Policy, No. 72
Autumn.
Mayhadi,dkk (ed). (2006). Sejarah yahudi dan zionisme. Yogyakarta: Anti Bumi Intara.

16

Anda mungkin juga menyukai