Anda di halaman 1dari 18

POLA GERAKAN,TUJUAN DAN TEMA POKOK YANG DI USNG OLEH

HTI,IKHWANUL MUSLIM,MMI,JAULAH AL IDRISIYAH DAN ORMAS


SENADA DI INDONESIA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Kalam
Dosen pengampu : Abd.Quddus Al-Badani,QH.S.Pd.I.Amd. Kep.M.Pd

Disusun Oleh :

AKMALA SARI (202011501037)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH
PALAPA NUSANTARA LOMBOK NTB (STIT PN)
2020/2021
A. PENDAHULUAN
Sejak munculnya transisi demokrasi yang ditandai oleh tumbangnya
kekuasaan Suharto, beragam varian gerakan radikal atau Islam non-mainstream di
Indonesia muncul dan menjadi bagian penting dari Islam Indonesia. Perjalanan
waktu menunjukan keberadan Islam radikal semakin popular di ruang publik
kebangsaan. Abdurrahman Wahid dan Ulil Abshar-Abdalla jauh hari sebelum
peristiwa 11September 2001 telah memperingatkan kemungkinan besar
pergeseran gerakan Islam diIndonesia yangditandai dengan maraknya Islam
radikal atau Islamnon-mainstreamdi ruang publik Negara-bangsa.
Sementara, Islammainstream atau Islam moderat lambat laun mulai tergerus
danbergerak kekawasan pinggiran. Lebih lanjut Gus Dur menulis:“...belakangan
ini suara dari kelompok Islam garis keras tampak mendominasi wacana politik,
padahal jumlah pengikutnya tidaklah banyak disbanding pengikut Islam moderat.
Oleh karena itu, merupakan tantangan bagi Islam moderat untuk
mengambilkembali insiatif yangselama masa kritis telah terlepas...”
Pernyataan Gus Dur tersebut dalam perkembangnya bukanlah hanya sebatas
isapan jempolbelaka. Aktifitas Islam Indonesia benar-benar didominasi oleh
kelompok non-mainstream atau Islam radikal.Tidak berlebihan, jika dinyatakan
wacana public kebangsaan didominasi terminologi
“terorismeIslam”denganberbagai varian manifestonya, “umat Islam menuntut
penutupan gereja”, “sweeping gerakan anti maksiat di berbagai kota pada bulan
Ramadhan”, “konstitusionalisme Islam”, “perda
syariah”,

Salah satu arus balik reformasi yang bisa kitasaksikan dalam kurun waktu
10tahun pasca reformasi adalahmaraknya gerakan Islamradikal berkarakter
transnasionaldi berbagai daerah.Dianggap sebagai arus balik reformasi
karenagerakan inibertendensimembentukkomunalisme agamabercorak teokratikdi
atas realitasmasyarakat yang majemuksesuatu yang sangat bertentangan dengan
prinsipprinsipdemokrasi yang menjadi spiritawal gerakan reformasi.
Kemunculan kelompok
Kelompok Islam transnasional di Indonesia pasca Orde Baruini,
memangmemancing deba tterbuka di kalangan para ahli. Persoalannya, secara
praktek, hampir di semua masyarakat muslimmuncul anggapan bahwa agama
berkaitan dengan persoalan publik. Anggapan bahwa agama hanya menjadi
urusan pribadi seperti yang telah terjadi di sebagian negara di Eropa Barat,
nampaknya tidak berlaku untuk masyarakat muslim.Oleh karena itu, dengan
menguatnya fenomenaini di ranahkebangsaan kita saat ini, maka fenomena ini
telah menandai salah satu ciri dari proses transisidemokratis yang sedang berjalan
di negeri ini, dimana sebelumnya di era Orde Baru fenomena ini sangat ditabukan.

1. Berdirinya Hizbut Tahrir


Hizbut Tahrir atau Hizb ut-Tahrir (Arab: ‫ ح??زب التحرير‬Inggris: Party of
Liberation; Indonesia: Partai Pembebasan) awalnya bernama Partai Pembebasan
Islam (hizb al-tahrir al-islami)1.Hizbut Tahrir didirikan pada tahun 1953 M/1372
H olehSyaikh Taqiyuddin bin Ibrahim bin Musthafa bin Ismailbin Yusuf an-
Nabhani, yaitu seorang Qadhi pada mahkamah Isti’naf(Mahkamah Agung) di al-
Quds kelahiran ijzim, Haifa, Palestina, dan salumnus uiversitas al Azhardan Dar
al-“ulum, Kairo Mesir2disebuah Mahkamah Banding Yerussalem, di daerah
Baitul Maqdis, serta seorang politisiulung. Taqiyuddin an-Nabhani berasal dari
sebuah “keluarga ilmu”, karena kedua orang tua beliau adalah ahli syariah Islam
(faqih). Selain itu, kakek buyutnya, yakni Syaikh Yusuf bin Hasan bin Muhamad
an-Nabhani as-Syafi’iy, Abu Mahasin, adalah seorang ulama, penyair dan salah
seorang hakim pada masa Daulah
Khilafah.31http://id.wikipedia.org/wiki/Hizbut_Tahrir(07Juni 2014).2Khamami
Zada, Arif R. Arafah, Diskursus Politik Islam(Jakarta: LSIP, 2013), 82.3Tim
Hizbut Tahrir, Manifesto Hizbut tahrir untuk Indonesia: Indonesia, Khilafah dan
Penyatuan Kembali Dunia Islam(Jakarta: HTI Press, 2009), dari itu menurut
Taqiyuddin banyak umat Islam yang keliru memahami firman Allah Swt yang
Artinya: Tidak patut orang-orang mukmin keluar semuanya. Tetapi alangkah
baiknya jika keluar sebagian (saja) dari tiap-tiap golongan dari mereka, supaya
mereka menerima pelajaran tentang agama, dan untuk mereka ingatkan pada
kaumnya apabila mereka telah kembali kepada mereka, agar supaya mereka bisa

1Rosihon Anwar, dan Drs Abdul Rozak, 2003, Ilmu Kalam, Bandung:Pustaka
Setia.
hati-hati.(TQS. At-Taubah:9: 122).9b.Bahwasanya dunia Barat yang dengki dan
membenci Islam dan kaum Muslim terus menerus menyerang agama Islam.
Di satu sisi mereka mencela Islam dengan cara mengada-adakan sesuatu
yang tidak ada dalam Islam, sementara di sisi lain mereka menjelekjelekan
sebagian hukum-hukum Islam, padahal semuanya adalah hukum-hukum yang
tidak diragukan lagi kebenarannya dalam memecahkan masalah dan persoalan
hidup.8Ayat ini mereka tafsirkan bahwa hendaklah dari setiapkelompok
masyarakat ada segolongan orang yangmempelajari ilmu agama, kemudian
mereka kembaliuntuk mengajarkan ilmu tersebut kepada kaumnya.Penafsiran
seperti ini telah menjadikan usaha untukmempelajari agama itu hukumnya fardlu
kifayah. Dengandemikian jelas, mereka telah menyalahi hukum syara’,sekaligus
menyalahi makna ayat itu sendiri.Menurut hukum syara’, setiap muslim yang
balighdan berakal wajib hukumnya memahami agama, terutamaperkara-perkara
yang dibutuhkan dalam kehidupannya,karena ia diperintahkan untuk
menyesuaikan seluruh amal9Menteri Agama, al-Quran dan Terjemahnya(Jakarta:
Al-Quran Raja Fahd, 1971), 301.

Sebagai akibat menyusutnya Daulah Islamiyah karena banyaknya negeri-


negeri Islam yang melepaskan diri lalu tunduk kepada pemerintahan kufur,
apalagi disusul dengan runtuh dan lenyapnya Daulah Islamiyah, maka terciptalah
dalam benak kaum Muslim gambaran yang memustahilkan terwujudnya kembali
Daulah Islamiyah berikut terlaksananya kembali hukum Islam sebagai satu-
satunya hukum yang harus diterapkan. Inilah yang mengakibatkan mereka
bersedia menerima begitu saja hukum lain yang bukan berasal dari Allah
Swt.10Atas dasar inilah Hizbut Tahrir berdiri. Hizbut Tahrir berusaha untuk
melangsungkan kembali kehidupan Islam di kawasan negeri-negeri Arab. Dari
sanalah tujuan untuk melangsungkan kehidupan Islam di seluruh dunia Islam
secara alami akan tercapai, yaitu dengan jalan mendirikan Daulah Islamiyah di
satu atau beberapa wilayah sebagai titik sentral Islam dan sebagai benih berdirinya
Daulah Islamiyah yang besar yang akan mengembalikan kehidupan Islam, dengan

2Nurcholis Madjid, 1997, Kaki Langit Peradaban Islam, Paramadina:Jakarta.


menerapkan Islam secara sempurna di seluruh negeri-negeri Islam, serta
mengemban dakwah Islam ke seluruh dunia.Sepeninggal Syekh Taqiyuddin An-
Nabhani, tonggak kepemimpinan Hizbut Tahrir digantikan oleh Syekh Abdul
Qadim Zallum. Pandangan-pandangan kedua tokoh dapat dilihat dari buku-buku
10Abdullah, Mafahim Hizbut Tahrir(Jakarta: Hizbut Tahrir Indonesia, 2001),yang
sudah diterbutkan oleh Hizbut Tahrir melalui HTI Press. Sepeninggal
kepemimpinan kedua pada tahun 2003, Hizbut Tahrir dipimpin oleh Syekh A.
Abu Rostah secara Internasional hingg sekarang ini.
Masuknya Hizbut Tahrir ke IndonesiaMasuknya Hizbut Tahrir ke
Indonesia diperkirakan pada awal tahun 1980-an, disaat Abdurrahman al-
Bagdhadi, seorang warga negara Australia keturunan Arab, atas bantuan K.H.
Abdullah bin Nuh, pendiri pesantren Al-Ghazali Bogor, mengajaknya tinggal di
Indonesia, mulai melakukan safari dakwah dan memperkenalkan Hizbut Tahrir ke
berbagai pesantren dan kampus-kampus Indonesia. Berawal dari para aktivis
masjid kampus Al-Ghifari, IPB Bogor, kemudian dibentuklah sebuah halaqah-
halaqah (pengajian-pengajian kecil) untuk mengeksplorasi gagasan-gagasan
Hizbut Tahrir. Setelah secara bertahap melakukan pengkaderan dan pergerakan
“bawah tanah”, saat ini Hizbut Tahrir telah tersebar di 150 kota di seluruh
Indonesia. Bahkan cabang Hizbut Tahrirtelah tersebar di hampir seluruh provinsi
di Indonesia, termasuk di Papua dan bahkan “pulau dewa” Bali.Menjelang
pertengahan tahun 1990-an, ide-ide Hizbut Tahrir mulai menyebar ke berbagai
lapisan masyarakat, baik melalui dakwah para kader di mesjid, perkantoran,
pabrik, dan perumahan, maupun melalui penerbitan buku-buku, bulletin Al-Islam,
dan majalah bulanan Al-Wa`ie,
24yang membahas tema-tema khas, yang menjadi acuan dalam berbagai kegiatan
diskusi, seminar, dan bahkan aksi unjuk rasa.
3

Ketika Indonesia memasuki era reformasi; suatu momentum terbuka luas


bagi Hizbut Tahrir untuk melegalkan gerakannya. Gebrakan besar dilakukan
Hizbut Tahrir pada tahun 2002 dengan sukses menggelar Konferensi Internasional
Khilafah Islamiyah di Senayan Jakarta. Tidak kurang dari 5000 orang menghadiri

3KH. Sirajudin Abbas, 1978, I’tiqad Ahlussunah Wal Jama’ah, Jakarta:Pustaka


Tarbiyah.
acara tersebut. Sukses tersebut berlanjut dengan kegiatan aksi demo menentang
penyerangan Amerika Serikat terhadap Afghanistan. Gerakan Hizbut
Tahrirsemakin mengemuka ketika berhasil menggelar long-marchyang diikuti
12.000 kader dan simpatisan, pada Sidang Tahunan MPR 2002, menuntut
penerapan syariat Islam. Kemudian, pada tanggal 29 Februari 2004, Hizbut
Tahrirkembali menggelar long-marchdari Monas ke Bundaran Hotel Indonesia
dengan melibatkan 20.000 anggota dengan agenda penegakan syariat Islam dan
Khilafah.
Sejak diselenggarakannya konferensi internasional di Istora Senayan pada
tahun 2002 yang dihadiri oleh tokoh-tokoh Hizbut Tahrir Internasional dan
Nasional, serta tokoh-tokoh Islam dari organisasi lain, Hizbut Tahrir resmi
melakukan aktifitasnya di Indonesia secara terbuka 11Kurniawan Abdullah,
“Gerakan Politik Islam Ekstraparlementer Studi Kasus Hizbut Tahrír Indonesia”,
(Tesis, UI, tidak dipublikasikan, 2003). Mengenal “Hizbut Tahrir” di
www.hizbut-tahrir.or.id, (8 Juni2014)seperti bisa dilihat dari munculnya
organisasi ini dalam konteks Indonesia yang kemudian di kenal dengan Hizbut
Tahrir Indonesia (HTI).Lahirnya Hizbut Tahrir di Indonesialangsung
memproklamirkan diri sebagai partai politik yang berideologi Islam, namun
menolak bergabung dengan sistem politik yang ada, karena Indonesia menganut
sistem politik ciptaan kaum Kafir seperti demokrasi dan sebagainya. Di Indonesia,
perkembangan pesat HTI ini bisa dilihat dari kuantitas anggotanya dan intensitas
kegiatan HTI di ruang publik, yaitu dalam bentuk pawai, seminar (baik yang
berskala internasional, nasional, dan lokal), dialog dan diskusi publik, serta
proliferasi media di berbagai daerah di tanah air.
Para tokoh-tokoh Hizbut Tahrir Indonesia banyak yang bertempat tinggal
di Bogor sebagai upayanya dalam mensosialisasikan gerakan yang mereka usung.
Untuk kepengurusan Hizbut Tahrir Indonesia dalam lingkup nasional, Humas
Hizbut Tahrir Indonesia secara resmi dipegang teguh oleh Ismail Yusanto,
sedangkan untuk wilayah Jawa Barat dipegang oleh Muhammad
Syahabi.Aktivitas Hizbut Tahrir Indonesia Seluruh kegiatan yang dilakukan
Hizbut Tahrir Indonesia adalah kegiatan yang bersifat politik. Dimana mereka
memperhatikan urusan masyarakat sesuai dengan hukum-hukum serta
pemecahannya secaraAfadlal, etal,Islam dan Radikalismedi Indonesia (Jakarta:
LIPI Press, 2005),syar’i, karena politik adalah mengurus dan memelihara urusan
masyarakat(rakyat)banyaksesuaidengan hukum-hukum Islam dan pemecahan-
pemecahannya.Kegiatan-kegiatan yang bersifat politik ini tampak jelas di dalam
mendidik dan membina umat dengan tsaqafah(kebudayaan) Islam, meleburnya
dengan Islam, membebaskannya dari akidah-akidah yang rusak, pemikiran-
pemikiran yang salah, serta dari persepsi yang keliru, yang sekaligus
membebaskannya dari pengaruh ide-ide dan pandangan -pandangan yang kufur.
Kegiatan politik ini tampak juga dalam aspek pergolakan pemikiran dan
dalam perjuanganpolitiknya.Adapun pergolakan pemikiran tersebut dapat terlihat
dalam penentangannya terhadap ide-ide dan aturan-aturan kufur. Seperti halnya
dalam penentangannya terhadap ide yang salah, aqidah-aqidah yang rusak atau
pemahaman yang keliru dengan cara menjelaskan kerusakannya,menampakkan
kekeliruannya,yang disertai dengan menjelaskanketentuan hukum Islam dalam
masalah tersebut. Adapun perjuangan politiknya, dapat terlihat dari penentanga
nnya terhadap orang-orang kafir Imperialis untuk m emerdekakan umat dari
belenggu kekuasaannya, membebaskan umat dari tekanan dan pengaruhnya, serta
mencabut akar-akarnya yang berupa pemikiran, kebudayaan, politik, ekonomi,
maupun militer dari seluruh negeri-negeri Islam.

2. Sejarah Berdirinya Ikhwanul Muslim


Pendiri Ikhwanul Muslimin dilahirkan pada tahun 1906 di desa
Mahmudiyah, Mesir. Banna berpendidikan agama di Ar-Rosad selanjutnya di Dar
Ulum di Idmaliyah, selain melaksanakan tugas sebagai guru SD ia juga memulai
aktivitas dalam menyelenggarakan dakwah islamiyah. Dimulai dari masjid-masjid
dan dikedai kopi sebagaimana yang pernah ia lakukan semasa menjadi
mahasiswa.
Pada bulan Zul’qaidah 1928 ia didatangi oleh enam orang yang tertarik pada
kepribadian dan kesan pada pola-pola dakwahnya. Mereka adalah Abdul Hamid
yang berprofesi sebagai tukang kayu, Ahad Al-Husary yang berprofesi sebagai
tukang cukur, Fuad Ibrahim berprofesi sebagai tukang setrika, Ismail lzz yang
berprofesi sebagai tukang kebun, Zaki Al-Magribi yang berprofesi sebagai
penyewa dan montir sepeda serta Abdurrahman Hasbullah yang berprofesi
sebagai sopir. Mereka menyatakan kepada Banna tentang ketertarikan mereka dan
mereka bermaksud menyambungkan diri serta menawarkan sebagian kekayaan
mereka untuk kepentingan tersebut dengan segala senang hati, Banna menyambut
mereka kemudian mengusulkan nama Ikhwanul Muslimin.15 Alasannya karena
tujuan mereka bersatu dalam sebuah persaudaraan semata-mata untuk mengabdi
kepada Islam. 4 5
Pada tahun 1930 Banna memindahkan markas Ikhwanul Muslimin (IM) ke
ibukota Mesiir, Kairo. Sedangkan markas yang ada di Ismailyah tetap
menjalankan fungsinya secara sempurna. Sejak di kota Ismailiyah perkembangan
IM sangat pesat. Cabang-cabang mereka berhasil menembus ke beberapa kota.
Seperti Syubrakhit, Mahmudiyah, Abu Shuwair, Fort Said, Bahr Shaghir, Suez,
dan Ballah. Sejak di Ismaaliyah, IM sangat memperhatikan sekolah-sekolah yang
didirikannya. Dikota itu mereka memiliki sebuah sekolah putra yang di beri nama
“Sekolah Islam Hirak”, dan sekolah putri yang diberi nama “Sekolah Ummahat
Mukminin”.6
Mengenai sistem pendidikan dan pengajaran yang diterapkan dikalangan
IM pada periode awal ini Banna menjelaskan dengan sedikit rinci dengan sebagai
berikut. Pertama, melakukan kajian terhadap Al-Qur’an dan Hadist, kedua
mengkaji secara Islam. Ketiga, melatih anggota jamaah yang mampu berpidato
dan berdakwah sehingga pada tahun 1927 hingga 1928 jumlah da’inya lebih tujuh
puluh orang.
Pada tanggal 22 Syafar 1350 H/1931, IM mengadakan musyawarah
nasional atau muktakar pertama dikota Ismaliyah dan ada bulan Mei 1993 IM
mendirikan majalah mingguan, yang dipimpin oleh Muhibbudin Al-Khatib. Bulan
Syawal 1932 diadakan pula musyawarah nasional yang kedua dikota Fort Said,
yang dihadiri oleh pimpinan umum dan utusan cabang diberbagai wilayah. Pada
tahun 1935 bertepatan pada musim haji, IM menyelenggarakan munas yang ketiga
di Kairo. Pada Munas kali ini mereka mengeluarkan berbagai keputusan yaitu
mendirika percetakan, menerbitkan surat kabar, membentuk tim perantau dakwah,
membuat peraturan struktur kerja, manajemen kepemimpinan dan keuangan IM,
membuat peraturan haji, zakat dan shodakhoh, mengunjungi negara-negara
sahabat terutama Palestina, Suriah, dan Libanon serta menyelesaikan masalah

4 Syaikh Musthafa, fiqh Dakwah, tj. Abu Ridho, Al-Itisom, Jakarta 2000. Hal
209-212
5 Ali Abdul Halim Mahmud, Ikhwanul Muslimin, tj. Syafril, Gema Insani Perss
1997 Jakarta, hal.
6 Ibid, hal. 34-35
Palestina.7 8
Pada tahun 1941 IM mengadakan Munas ke-6 memutuskan untuk
membentuk Dewan Pendiri yang akan menjadi Majelis Syura IM, anggota IM ikut
dalam pemilihan umum untuk memilih anggota parlemen dan senat. Namun IM
menghadapi berbagai tekanan dari pemerintah seperti, memberendel majalah
mingguan IM dan majalah bulanan IM, melarang semua percetaka yang mencetak
risalah IM dan menangkap Banna dan sekertarisnya selam satu bulan. Pada tahun
1942, Banna mengajukan pencalonan untuk menjadi anggota DPR tapi digagalkan
oleh Pasya atas pemintaan Inggris.18 Tahun 1945 IM mengadakan pertemuan
besar di Kairo dan menuntut kepada pemerintah dua hal yaitu, penggusiran
Inggris dan kemerdekaan penuh untuk Mesir, persatuan lembah Nil. Febuari 1946
IM menseponsori demonskasi besar yang dilakukan mahasiswa yang dilakukan
selama dua hari menolak pemerintah Inggris yang akhirnya demonstasi ini
berubah menjadi besar yang dikenal dengan nama “Demonstrasi Jembatan Abbas”
dan pada tanggal 15 Februari 1946 An-Naqrasy Pasha mengundurkan diri. Namun
IM di fitnah oleh partai Wafd dan komunis.
Kemudian IM mensiapkan demontrasi diseluruh penjuru negri sebagai
protes atas kepergian Shidqi Pasha ke Inggris untuk berunding. Demontrasi ini
menyudutkan pemerintah Shidqi Pasha dan pada tahun 1946, IM menetapkan satu
hari yang dinamakan “ Hari Pembakaran”. Pada hari ini surat kabar, majalah dan
buku bahasa Inggris dibakar, sebagai protes mereka pada Inggris. Tapi demontrasi
ini dibalas oleh Shidqi Pasha dengan menangkap sejumlah besar anggota IM,
menutup Universitas, sekolah, ,emyita surat kabar dan majalah serta menangkap
mandataris IM. Setelah Shidqi mengundurkan diri dan digantika oleh An-
Naqrasyi kembali berkuasa namun tidak mendapatkan kepercayaan rakyat Mesir
apalagi IM. Akhirnya semua media massa IM silih berganti menyerang
pemerintah dan jalan penyelesaiannya Mesir hanya ada dalam Al-Qur’an dengan
menerapkan sistem Islma itu sendiri.
Pada tanggal 26 Juli 1947, persoalan Mesir dan Inggris diajukan ke Dewan
Keamanan PBB. IM mengirim utusan ke PBB yaitu Ir. Musthafa Mukmin serta
memberikan pidato yang mengecam keras berbagai negosiasi yang pernah

7 Ibid, hal. 37

8 DR Ali Abdul Halim Mahmud, Perangkat-perangkat Tarbiyah Ikhwanul


Muslimin, tj. Wahid Ahmadi, Era Entermedia, Solo, 2000, hal. 52-65
dilaksankan, dan menuntut pengusiran Inggris dari Mesir secara total.utusan itu
juga memimpin demonkrasi di depan gedung PBB sehingga ia diusir dan
dipulangkan ke Mesir secara diam-diam. Pada tahun yang sama DK PBB
mengeluarkan resolusi tentang pembagian Palestina

3. Berdirinya Majelis Mujahidin Indonesia (MMI)


Gerakan Islam yang sedang bangkit pasca lengsernya rezim Orde Baru tela
ditandai dengan dua tipe: Pertama yaitu struktural denga ditandai maraknya
pendirian partai-partai yang berbasis Islam, seperti: Partai Bulan Bintang (PBB),
Partai Keadilan (PK), Partai Kebangkitan Umat (PKU), Partai Nadlatul Ummat
(PNU), Partai Umat Islam (PUI), Partai Masyumi, serta partai-partai Islam lainnya
yang saat itu juga muncul dipermukaan. Kedua adalah kultural, yang ditandai
dengan mejamurnya gerakan/ormas-ormas Islam, seperti: Front Pembela Islam
(FPI), Forum Komunikasi Alussunah wal Jamaah (FKASW) yang kemudian lebih
populer dengan sebutan Laskar Jihad Ahlussunah wal Jamaah, Ikhwanul
Muslimin, Hizbut Tarir Indonesia (HTI), Himpunan Mahasiswa Muslim Antar
Kampus, serta Majelis Mujahidin Indonesia (MMI). Bangkitnya ormas-ormas
Islam tersebut juga diwarnai dengan berbagai karakter, yaitu Formalistik, militan
serta radikal.9
Sejauh menyangkut gerakan pembaharuan kontemporer di Indonesia,
Majelis Mujahidin Indonesia barangkali bisa disebut sebagai yang terpenting
dalam menyuarakan pemberlakuan syariat Islam di Indonesia. Majelis Mujahidin
Indonesia atau yang sering kita kenal dengan MMI merupakan sebuah organisasi
yang muncul dipermukaan Indonesia akibat adanya keprihatinan sebagian tokoh
Islam tentang lemahnya posisi umat Islam dalam ikut membangun Tanah Air.
Begitu juga kemunculannya tidak lain juga disebabkan oleh posisi umat Islam
yang dalam kenyataanya terus terpinggirkan, lebih-lebih selama Orde Baru
memegang kekuasaan pemerintahan. karena itulah, ketika Orde Baru jatuh telah
muncul dikalangan umat Islam diskusi-diskusi tentang bagaimana mengangkat
10
citra umat Islam sehingga menjadi umat Islam mejadi rahmatan lilalamin.
Kelahiran Majelis Mujahidin Indonesia sendiri didasarkan pada tiga alasan :

9 Anonim, Mengenal Hizbut Tahrir: PartaiPolitik Islam Ideologis (Bogor: Pustaka Thariqah Izzah,
2002), 23-25. 15 Khamami Zada, Islam Radikal: Pergolakan Ormas-Ormas Islam Garis Keras di
Indoesia (Jakarta: Teraju, 2002),
10 Afadlal, et al, Islam dan Radikalisme, 248. 30 Islam.
Pertama, alasan ideologis, artinya bahwa melaksanakan Syari'ah Islam secara
menyeluruh (kaffah) adalah kewajiban bagi setiap pribadi muslim, serta
menjalankan Syari'ah Islam secara kaffah tadi tidak mungkin terlaksana kalau
tidak dilakukan secara bersama-sama atau berjama’ah. Kedua, alasan historis,
yaitu bahwa saat ini umat Islam khususnya di Indonesia tidak memiliki
kepemimpinan umat. Selama ini yang ada hanyalah kepemimpinan kelompok
seperti kepemimpinan organisasi Islam atau partai Padahal Syariat Islam tidak
akan pernah bisa tegak jika tidak ada kepemimpinan umatnya. Ketiga, alasan
kondisional, yaitu bahwa sejak awal era reformasi proses demokratisasi dalam hal
ini kebebasan masyarakat untuk berekspresi sedang terjadi. Akan tetapi gerakan-
gerakan Islam belum memiliki wadah untuk menjalankan agenda perjuangannya
untuk menegakkan Syariat Islam.17 Keberadaan serta perkembangan Majelis
Mujahidin Indonesia yang menghendaki penegakan syari’at Islam di Indonesia
tidak bisa dipisahkan dari seorang tokoh muslim yang kemudian menjadi ketua
umum MMI, beliau adalah Abu Bakar Ba’asyir. Seorang tokoh muslim ini
dilairkan pada tanggal 12 Dzulhijjah 1356 H, bertepatan dengan 17 Agustus 1938
di desa Pekunden, Mojoagung Kabupaten Jombang Jawa Timur.18 Tokoh Islam
yang bernama lengkap Abu Bakar bin Abud Baamualim Ba’asyir tersebut
menghabiskan masa kanak-kanaknya bersama saudara-saudaranya. Pada usia tuju
tahun Abu Bakar Ba’asyir ditinggal mati oleh ayahnya hingga beliau menjadi
yatim piatu pada tahun 1945, dan yang kemudian diasuh oleh ibunya yang
11
bernama Halimah sampai beliau meuju jenjang Sekolah Menenga Atas (SMA).
Pada tahun 1959, Abu Bakar Ba’asyir melanjutkan pendidikannya di Pesantren
Gontor Ponorogo. Selama dipesantren ia banyak berkenala dengan banyak orang
serta aktif dalam organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII). Setelah selesai di
Pesantren Gontor, beliau melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi degan
megambil jurusan dakwah Universiatas Al-Irsyad, Surakarta, yang hingga
menjadikanya aktif didalam beberapa organisasi Islam, seperti: Gerakan Pemuda
Islam Indonesia (GPII) selaku sekeretaris tingkat Kecamatan, dan pada tahun
1961, menjadi ketua Pelajar Islam Indonesia (PII) ranting Pesantren Gontor.
Selanjutnya, pada tahun 1966 tampil sebagai Ketua LDMI (Lembaga Dakwah
Mahasiswa Indonesia) cabang Surakarta. Sampai jabatan yang terakhir yang
11 Al Hafni, Abdul Mun’in, Dr., Ensiklopedia: Golongan, Kelompok, Aliran, Partai dan Gerakan
Islam (Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu, 2006), 757. 18 Irfan S.Awwas, Dari Penjara ke Meja Hijau:
Menelusuri Jejak Dakwa Abu Bakar Ba’asyir, (Yogyakarta: Wihdah Press, 2003), 39.
pernah di pegang dalam organisasi Islam adalah sebagai sekretaris umum pemuda
Al Irsyad cabang Solo.19 Dari berbagai kegiatan-kegiatan serta organisaisi Islam
yang telah digeluti itulah hingga pada akhirnya Ba’asyir bersentuhan langsung
dengan sejumlah kalangan pemikir-pemikir Islam. Dalam hal ini, setidaknya
terdapat lima tokoh muslim yang nantinya menjadi sahabat Abu Bakar Ba’asyir
dan sekaligus menjadi tokoh dalam berbagai kegiatan pengajian keagamaan,
terutama di daerah Jawa tengah khususnya Solo. Mereka adalah Abdullah
Sungkar, Abdullah Baradja, Yoyo Ruswadi, Abdul Qahar Daeng Matese, dan
Hasan Basri. 12
Dari berbagai pengalaman organisasi yang telah didapatkannya
menjadikan Abu Bakar lebih berambisi untuk mendakwahkan Islam melalui
media masa, hingga pada akhirnya pada tahun 1967, beliau beserta sahabat
karibnya Abdullah Sungkar dan Hasan Basri mendirikan pemancar Radio Dakwah
Islamiyah Al Irsyad Broadcasting Comission (ABC), dan dua tahun kemudian
mendirikan Radio Dakwah Islamiyah Surakarta (RADIS). Seruan dakwah yang
dipancarkan melalui gelombang radio tersebut mendapat sambutan hangat dari
masyarakat, namun tidak lama kemudian Aparat Intelejen mulai menganggap
bahwa dakwah yang disampaikan para Muballigh anti pemerintahan, sudah
memasuki wilayah politik, mengkritik penguasa, terutama menyangkut
pemberhalaan asas Tunggal Pancasila, hingga rezim Orde Baru melarang RADIS
untuk mengudara. Kejadian tersebut bukan malah menjadikan Abu Bakar untuk
berhenti dalam berdakwah, beliau justru mendirikan sebuah Pondok Pesantren Al
Mukmin di Ngruki Solo, hingga Pesantren yang dibangunnya terkenal dalam
masyarakat sebagai pesantren yang unggul dalam menjaga akidah da semangat
perjuangan untuk menegakkan syariat Islam, sampai Abu Bakar Ba’asyir dan
Abdullah Sungkar menjadi tokoh sentral dalam pendirian pengajian keislaman.
Selain Sebagai muballigh yang memiliki pandangan dan sikap yang keras
menolak kebijakan pemerintahan, kedua tokoh tersebut juga terlibat dalam
gerakan yang berjuang dalam upaya pendirian negara Islam. Kritikan tajam
mereka lontarkan berkaitan dengan pengesahan asas tunggal, yag dinilainya
sebagai suatu bentuk rekayasa dari pihak non Isalam utuk menghancurkan
institusi Islam di negeri Ini. Akibatnya pada tanggal 21 November 1978 beliau
ditangkap oleh pemerintahan karena dakwah yang diserukan bertentangan

12 Irfan S. Awwas, Dari Penjara ke Meja Hijau: Menelusuri Jejak Dakwa Abu Bakar Ba’asyir, 40. 32
langsung dengan pemerintahan. Sikap Abu Bakar Ba’asyir terus berlanjut ketika
beliau terbebas dari penjara pada tahun 1982. Bersama sahabatnya Abdullah
Sungkar, Ba’asyir menjadikan pengajian Islam dipesantrennya sebagai sarana
efektif bagi upaya sosialisasi pemikiran politik keagamaan yang keras untuk
menentang pemeritahan Orde Baru yang dinilainya tidak berpihak pada Islam.
Dalam perkembagannya, pengajian tersebut berubah menjadi gerakan
Islam yang bercita-cita mendirikan negara Islam Indonesia, yang kemudian
dikenal dengan sebutan gerakan Usroh. Istialah Usroh awalnya adalah sebuah
kelompok pengajian ynag berpusat di Masjid Istiqomah Bandung. Pengajian ini
mengajarkan penerapan syariat Islam secara ketat. Dalam perkembangannya nama
Usroh kemudian digunakan oleh pemerintah untuk mendiskriditkan setiap
kelompok pengajian yang dinialai memiliki muatan politik yang menentang
terhadap Orde Baru. Bersamaan dengan berjalannya pengajian, sejumlah anggota
pengajian menerbitkan Tabloid islam yang diberi nama ar-Risalah. Meskipun
pada akhirnya tahun 1985, Gerakan Islam serta Tabloid yang diedarkan
diberhentikan dan dilarang oleh pemerintahan, hingga berlanjut ke penangakapan
anggota pengajian Usrah. Dalam hal ini, Abu Bakar Ba’asyir dan Abdullah
Sungkar tentu menjadi target utama pemerintah, hanya saja keduannya berhasil
melarikan diri dan menetap di Malaysia selama lima belas tahun. Setelah
pemerintahan Orde Baru runtuh tahun 1999 beliau kembali pulang ke Indonesia
dan kemudian Abu Bakar Ba’asyir bersama sejumlah sahabat seperjuangannya
mengadakan sebuah Konggres Mujahidin I yang diselenggarakan di Yogyakarta
tanggal 5-7 Jumadil Ula 1421 H, bertepatan dengan tanggal 5-7 Agustus 2000.
Dari kongres Mujahidin pertama tersebut telah mendatangkan berbagai tokoh-
tokoh Islam seperti Delier Noer, Ohan Sujana, KH Abdul Qadir Baraja,
Muhammad Thalib, Bardan Kindarto, KH Asep Mausul, Ustadz Abu Bakar
Ba’asyir dan yang lainnya. Konggres tersebut bertemakan Penegakan Syari’at
Islam, dihadiri oleh lebih dari 1800 peserta dari 24 Propinsi di Indonesia, dan
beberapa utusan luar-negeri. Konggres Mujahidin I itulah yang kemudian
mengamanatkan kepada sejumlah tokoh Islam Indonesia yang tercatat sebagai
Ahlul Halli wal Aqdi (AHWA) untuk meneruskan misi Penegakan Syari’at Islam
melalui wadah yang disebut sebagai Majelis Mujahidin.Dalam kesempatan
tersebut peserta Kongres secara aklamasi memilih Abu Bakar Baasyir sebagi
ketua umum MMI. Adapun penasehat organisasi adalah Delier Noer, Muchtar
Naim, Mawardi Noor, Ali Yafie, Alawi Muhammad, Amad Syahirul Alim dan
A.M Saifudin.13

4. Jaulah Al-Idrisiyyah 
Jaulah Al-Idrisiyyah dinisbahkan kepada nama Syekh Ahmad bin Idris al-
Fasi al-Hasani (1173 – 1253 H / 1760 - 1837 M). Sebenarnya Jaulah ini berasal
dari Jaulah Khidhiriyyah yang berasal dari Nabi Khidir As yang diberikan
kepada Syekh Abdul Aziz bin Mas'ud ad-Dabbagh Ra. Setelah Syekh Ahmad bin
Idris Ra. Jaulah ini mengalami perkembangan lebih jauh yang melahirkan
berbagai jenis Jaulah lainnya, hal ini disebabkan karena beberapa murid Syekh
Ahmad bin Idris membuat komunitas Jaulah yang dinisbahkan kepadanya dan
mengembangkan ajarannya menjadi suatu sistem ajaran yang lebih spesifik. Oleh
karenanya tidaklah heran jika Jaulah Idrisiyyah ini memiliki hubungan yang erat
dengan nama-nama Jaulah lainnya,
seperti Sanusiyyah, Mirghaniyyah, Rasyidiyyah, Khidhiriyyah, Syadziliyyah, Dan
darawiyyah, Qadiriyyah. Bahkan Syekh Muhammad bin Ali Sanusi sebagai
murid Syekh Ahmad bin Idris menguasai 40 Thariqat yang dikumpulkan dalam
sebuah masterpiece-nya 'Salsabil Mu'in fi Tharaa-iqul Arba'iin. Istilah 40 Thariqat
dari kitab ini mengilhami istilah Thariqah Mu'tabarah (diakui) di Indonesia (yang
berjumlah 40).
Sanad Jaulah Al-Idrisiyyah
Syekh Ahmad bin Idris berguru kepada Syekh Abdul Wahab at-Tazi, yang
merupakan murid Syekh Abdul Aziz az-Dabbagh, pengarang kitab Al-Ibriz.
Awrad terkenal yang diajarkan oleh Syekh Ahmad bin Idris kepada murid-
muridnya adalah berupa hizib-hizib, di antaranya adalah Hizib Sayfi yang
diperolehnya dari Syekh al-Mujaidiri, yang didapatnya dari seorang Raja Jin, dari
Sayidina Ali Karramallahu Wajhah. Selain itu Dia diajarkan seluruh awrad
Syadziliyyah dari Rasulullah Saw melalui perantara Nabi Khidir As. Namun yang
masih eksis diamalkan oleh penganut Jaulah Idrisiyyah adalah Shalawat
'Azhimiyyah, Istighfar Kabir dan Dzikir Makhshus.
Sanad Jaulah Al-Idrisiyyah terkenal sangat ringkas, karena menggunakan
jalur Nabi Khidhir As hingga Nabi Muhammad Saw. Sedangkan jalur pengajaran

13 Lihat di http://majelismujahidin.wordpress.com/2008/01/31/profil-majelis-mujahidin/#more-
4 (07 Juni 2014).
syari'at Jaulah ini menggunakan jalur Syekh Abdul Qadir al-Jailani Qs. hingga
kepada Sayidina Hasan Ra.
Jaulah Al-Idrisiyyah di Indonesia
Jaulah Idrisiyyah masuk ke sulawesi selatan melalui Syeikh Muhammad
Nur dan diteruskan oleh para pelanjutnya dan di jawa barat Jaulah ini yang dibawa
oleh Syekh al-Akbar Abdul Fattah pada tahun 1932, yang sebelumnya bernama
Jaulah Sanusiyyah. Syekh al-Akbar Abdul Fattah menerimanya dari
Syekh Ahmad Syarif as-Sanusi al-Khathabi al-Hasani di Jabal Abu Qubais,
Mekah. Saat ini kepemimpinan Jaulah Al-Idrisiyyah diteruskan oleh Syekh
Muhammad Fathurahman, MAg.
Jaulah ini menekankan aspek lahir dan batin dalam ajarannya. Penampilan
lahiriyyah ditunjukkan oleh penggunaan atribut dalam berpakaian. Kaum laki-laki
berjenggot, berghamis putih, bersurban, dan berselendang hijau. Sedangkan kaum
wanitanya mengenakan cadar hitam. Jama'ahnya menjauhi
perkara haram dan makruh seperti merokok. Adapun dalam aspek peribadatannya
senantiasa mendawamkan salat berjama'ah termasuk salat sunnahnya. Sujud
syukur setelah salat fardhu dikerjakan secara istiqamah.
Jaulah Al-Idrisiyyah lebih dikenal di Malaysia daripada di Indonesia, karena
banyak berafiliasi dengan Jaulah lain (seperti TQN). Ada Jaulah Qadiriyyah
Idrisiyyah atau Ahmadiyyah al-Idrisiyyah. Nama Ahmadiyyah diambil dari nama
depan Syekh Ahmad bin Idris. Ketika masuk ke Indonesia, karena alasan politis
nama Jaulah Sanusiyyah berganti dengan nama Idrisiyyah. Mengingat
pergerakan Sanusiyyah saat itu telah dikenal oleh para penjajah Barat.

PENUTUP
Salah satu arus balik reformasi yang bisa kitasaksikan dalam kurun waktu
10tahun pasca reformasi adalahmaraknya gerakan Islamradikal berkarakter
transnasionaldi berbagai daerah.Dianggap sebagai arus balik reformasi
karenagerakan inibertendensimembentukkomunalisme agamabercorak teokratikdi
atas realitasmasyarakat yang majemuksesuatu yang sangat bertentangan dengan
prinsipprinsipdemokrasi yang menjadi spiritawal gerakan reformasi.
Masuknya Hizbut Tahrir ke IndonesiaMasuknya Hizbut Tahrir ke
Indonesia diperkirakan pada awal tahun 1980-an, disaat Abdurrahman al-
Bagdhadi, seorang warga negara Australia keturunan Arab, atas bantuan K.H.

REFERENSI
Roshon Anwar, dan Drs Abdul Rozak, 2003, Ilmu Kalam, Bandung:Pustaka Setia.

Nurcholis Madjid, 1997, Kaki Langit Peradaban Islam, Paramadina:Jakarta.

KH. Sirajudin Abbas, 1978, I’tiqad Ahlussunah Wal Jama’ah, Jakarta:Pustaka


Tarbiyah.

Harun Nasution, 1983, Teologi Islam: Aliran-aliran Sejarah Analisa


Perbandingan, UI Press:Jakarta.

DISKUSI
1.Zaibun Irmawadi
Kapan berdirinya Hizbut Tahrir, tokoh dan tujuan berdirinya Hizbut
Tahrir?
Respon : Hizbut Tahrir didirikan pada tahun 1953 M/1372 H oleh Syaikh
Taqiyuddin bin Ibrahim bin Musthafa bin Ismailbin Yusuf an-Nabhani, yaitu
seorang Qadhi pada mahkamah Isti’naf(Mahkamah Agung) di al-Quds kelahiran
ijzim, Haifa, Palestina, dan salumnus uiversitas al Azhardan Dar al-“ulum, Kairo
Mesir2disebuah Mahkamah Banding Yerussalem, di daerah Baitul Maqdis, serta
seorang politisiulung. Taqiyuddin an-Nabhani berasal dari sebuah “keluarga
ilmu”, karena kedua orang tua beliau adalah ahli syariah Islam (faqih). Selain itu,
kakek buyutnya, yakni Syaikh Yusuf bin Hasan bin Muhamad an-Nabhani as-
Syafi’iy, Abu Mahasin. Tujuan Hizbut Tahrir untuk melangsungkan kehidupan
islam di seluruh dunia

2. Era Budi haryani


Apa latar belakang terbentuknya Hizbut Tahrir?
Respon : didirikan sebagai harokat islam yang bertujuan mengembalikan kaum
muslimin untuk kembali taat kepada hukum-hukum Allah yakni hukum islam,
memperbaiki sistem perundangan dan bukum negara yang dinilai tidak
islami/kufur agar sesuai dengan tuntunan syariat islam serta membebaskan dari
sitem hidup

3. Masruniwati
Sebutkan tokoh-tokoh Hizbut Tahrir?
Respon
1. Syaikh Taqiyuddin bin Ibrahim bin Musthafa bin Ismailbin Yusuf an-
Nabhani
2. Syaikh Abdul Qadim Zallum
3. Syaikh A. Abu Rostah

Anda mungkin juga menyukai