Anda di halaman 1dari 13

PENDIDIKAN ISLAM WAHABI

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas kelompok


Mata Kuliah : Sejarah Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : Dr. Kholid Mawardi, S.Ag., M.Hum.

Disusun oleh:
1. Dinda Ayu Riskiana 1817402139
2. Khikmatul Khanifah 1817402149
3. Novita Sulistiyaningsih 1817402159
4. Nurani Bunga Lestari 1817402169

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PURWOKERTO
2019
A. PENDAHULUAN
Gerakan Modernisasi dunia Islam yang dilakukan para pembaharu muslim
memiliki semangat juang yang besar dalam membangkitkan umat Islam untuk
bangkit kembali menguasai sains dan teknologi serta melakukan gerakan
pemurnian ajaran Islam yang merupakan inti dari gerakan tersebut. Gerakan
pembaruan yang dilakukan oleh para tokoh tersebut bergema di seluruh
penjuru dunia Islam. Sehingga lahirlah tatanan baru dalam dunia Islam seperti
kebangkitan dunia Islam, baik dalam bidang ilmu pengetahuan, politik,
pendidikan, dan kebangkitan melawan imperialisme barat. Salah satu gerakan
pembaharu tersebut adalah gerakan wahabiyah yang didirikan oleh
Muhammad ibn Abdul Wahab.
Gerakan wahabi atau biasa disebut salafi, mereka sering mengklaim bahwa
mereka hadir bermaksud menghidupkan kembali ajaran ulama salaf untuk
menyelamatkan umat dari berbagai badai fitnah yang melanda dunia islam
hari ini. Gerakan ini menegaskan bahwa kelompok selain mereka tidak ada
jaminan memberikan keselamatan. Tidak jarang juga mereka mengklaim
bahwa golongan yang selamat yang di nobatkan oleh Nabi Muhammad Saw.,
adalah golongan mereka.
Tentu saja konsekuensi dari klaim ini adalah menafikan kelompok yang
lain. Artinga bahwa klompok mereka yang benar selainnya adalah sesat
(itsbat ssy-syai yunafi maa adahu). Atau berkaca pada sejarah, gerakan salafi
ini sebenarnya bukan gerakan baru. Mereka bermetamorfosis dari gerakan
pemurnian ajaran Islam Wahabi yang dikerangka konsep pemikirannya oleh
Ibn Taimiyah yang kemudian dibesarkan oleh muridnya Muhammad bin
Abdul Wahab, menjadi gerakan Salafi. Metamorfosis ini jelas untuk
memperkenalkan ajaran dengan pendekatan dan nama baru yaitu Aliran
Wahabisme.

2
B. PEMBAHASAN
1. Sejarah Lahirnya Golongan Wahabi
Gerakan radikalisme yang mewarnai keberagaman islam di
Indonesia, memiiki relasi dengan perkembangan Gerakan pemikiran
salafiyah di timur tengah. Kemudian pada abad 12 H pemikiran salafiyah
mulai didominasi oleh Gerakan wahabi yang dipelopori oleh Muhammad
ibn Abd al-Wahhāb ibn Sulaiman ibn ‘Ali ibn Muhammad ibn Ahmad ibn
Rasyid ibn Barid ibn Muhammad ibn al-Masyarif al-Tamimi al-Hambali
al-Najdi (1115-1206 H /1703-1792 M) dari Najd, Semenanjung Arab.
Nama wahabi ini dibentuk oleh sebutan yang diberikan oleh lawan-
lawannya kepada Abdul Wahab1.
Wahabi muncul pada pertengahan abad 18 di Dir’iyyah yang mana
merupakan sebuah dusun terpencil yang berada di Jazirah Arab. Kata
Wahabi diambil dari nama tokoh penggagasnya yakni Muhammad bin
Abdul al Wahab yang lahir di Najd di dusun Uyyana. Sejak kecil ia sering
membaca buku-buku tentang fiqh yang membuatnya memiliki wawasan
ilmu agama. Ia juga seorang mubaligh yang fanatik2.
Kaum wahabi menyebutkan bahwa mereka mengambil ajaran
Alquran dan sunnah yang murni sesuai ajaran Nabi Muhammad SAW.
Mereka juga menyebutkan bahwa mereka adalah Muwahiddun yang
berarti mendukung ajaran yang berbasis memurnikan keesaan allah
(tauhid)3. Mereka tak penah mengklaim bahwa mereka adalah sebuah
madzhab, namun mereka mengatakan bahwa mereka menyerukan dakwa
yang sesuai dengan ajaran islam yang murni. Tujuan dari Gerakan ini
mengajak para manusia untuk kembali memurnikan ajaran-ajaran islam
melalui Alquran dan sunnah yang telah diajarkan Nabi Muhammad SAW,
sebagaimana yang telah diamalkan oleh para sahabat dan umat pada masa
awal islam.

1
Moerad Oesman, Sejarah Perkembangan Fikiran dalam Islam: Sosial, Politik, Aqidah dan Syari’
(Ujungpandang: 1981), hal. 114.
2
Ahmad, Hanafi, Pengantar Teologi Islam ( Jakarta: Pustaka al-Husna,1989).
3
Ali Mufrodi, Islam di kawasan Kebudayaan Ara (Jakarta: Logos, 1997), hal. 151.
Pada awalnya Muhammad bin Abdul al-Wahab ikut berada dalam
golongan Sunni yang bermadzhab Hanbali, dan ayahnya pun Syaikh
Abdul Wahab bin Sulaiman juga seorang sunni yang baik. Muhammad bin
Abdul Wahab berguru pada Syeikh Abdullah bin Ibrahim an-Najdy,
Syeikh Efendi ad-Daghastany, Ismail al-Ajlawy, Syeikh Abdul Latief al-
Afalaqy, dan Syeikh MuammadA al-Falaq. Diantara guru yang telah
disebukan, guru yang paling lama megajarkan ilmu pada Muhammad bin
Abdul Wahab adalah Muhammad Hayat Sindhi dan Syeikh Abdullah al-
Najdy. Dirasa belum bisa dikatakan puas dengan ilmu yang telah
dimilikinya ia pun pergi ke syiria untuk belajar lagi sambal berdagang.
Selama di syiria ia sangat senang dengan buku karya Ibnu
Taimiyah dan Ibnun Qayyim yang membawanya jauh ke perngaruh aliran
reformis . setelah itu ia pergi ke bashrah untuk melanjutkan menimba ilmu
selama empat tahun pada Syeikh Muhammad al-Majmuu’iyah. Yang mana
akhirnya Muhammad Abdul Wahab mengalami penolakan oleh
masyarakat yang ada disana karena pemikirannya dianggap meresahkan
serta berbeda dengan pemikiran masyarakat yang ada. Selain di Bashrah
ia juga menimba ilmunya di Baghdad selama lima tahun, satu tahun di
Kurdestan, dua tahun di Hamazan, kemudian ke Isfahan,lalu ke Qumm
dan Kairo sebagai penganjur aliran Ahmad bin Hanbal.
Saat itu ia memutuska untuk kembali pulang kampung ke kotanya
dan memperkenalkan pemikiran dan paham-pahamnya ke kalangan
keluarga, kerabat walaupun tidak sedikit yang menentangnya, namun ia
akhirnya memilki pengikut bahkan hingga luarUyainah. Muhammad bin
Abdul Wahab selain pemikir teori dalam beedakwah ia juga aktif dalam
mewujudkan Gerakan dakwah yang sesuai dengan pemikirannya.
Sampai ia bertemu dengan raja Abdul Aziz Ibnu Saud dan anaknya
Abdul al-Aziz yang mana Gerakan dengan motivasi keagamaan yang
dibangun gerakan Wahabi mendapat sokongan dari Kerajaan Sa’ud yang
berkuasa, penguasanya Muhammad ibn Sa’ud. Setelah berhasil
mendapatkan tempatnya, maka Wahabi berhasil mengambil posisi sebagai

4
mazhab konservatif yang diberlakukan di Kerajaan Arab Saudi4. Dengan
ini paham Wahabi mulai diterima di masyarkat karena pada dasarnya jika
seorang raja telah menerima islam maka mayarakatnya pun akan mudah
menerimanya.
Aliran Wahabi dalam penyiarannya memakai kekerasan dan
memandang orangorang yang tidak mengikuti ajaran-ajarannya sebagai
orang bid’ah yang harus diperangi sesuai dengan prinsip amar ma’ruf nahi
mungkar5. saat itu kekuatan senjatalah yang dipakai dalam penyiaran
ajarannya. Setelah kedua tokoh itu meninggal dunia para keturunannya
meneruskan sikap dan kerja sama yang telah dirintis oleh keduanya
sehingga aliran Wahabiyah dapat merata diseluruh negeri Saudi Arabia.
2. Gerakan Wahabi Di Indonesia
Gerakan salafiyah ini tidak hanya menentuh dimensi purifikasi
credo dan ritual, namun juga intelektual dan politik. Dalam konteks
masalah Mekah, aliran Wahabi adalah aliran yang mengharamkan praktik-
praktik keagamaan yang biasa dilakukan oleh kelompok tradisionalis6.
Pemikiran salafiyah telah berkembang sejak jaman kolonial
belanda. Salah satunya Gerakan salafiyah awal di Indonesia adalah di
wilayah Minangkabau7. Gerakan ini semakin berkembangan bersamaan
dengan bermunculannya tokoh Gerakan pemkian salafiyah di Timur
Tengah seperti Muhammad Abduh dan Jamaludin al-Afgani yang ide dan
gagasannya telah dianut oleh orang Indonesia yang telah meakukan haji
dan kemudian belajar tentang agama islam disana. Setelah menyelesaikan
studinya lalu mereka pulang ke Indonesia secara perorangan atau
organisasi dalam melakukan pembaharuan islam sesuai dengan aliran
salafiyah8. gerakan Salafi-Wahabi yang ingin memurnikan ajaran Islam
sesuai apa yang diperintahkan Nabi dan Al-qur’an seperti para alumnus
4
Iwan Gayo, Buku Pintar Seri Senior Plus 20 Negara Baru (Jakarta: Dipayana, 2000), hal. 432.
5
Abu Haif, “Perkembangan Islam di Arab Saudi: Studi Sejarah Islam Modern”, Jurnal Rihlah,
Vol. III, No. 1, 2015, hal. 18.
6
Edi Susanto, “Kemungkinan Munculnya Paham Islam Radikal di Pesantren”, Jurnal Tadris,
Vol. 2, No. 1, 2007, hal. 3.
7
Ibid. hal. 9-10
8
Ibid. hal. 10-13
LIPIA9. Adapun FPI dalam kesempatan lain memperlihatkan
kecenderungan mendukung pemberlakuan Syariat Islam. Gerakan Wahabi
di Indonesia menggunakan nama salafi untuk mengelabui kaum muslimin
Indonesia yang sudah akrab dengan kata salaf ataupun salafiyah. Gerakan
Wahabi menyebarkan ideologi pada kaum muslim Indonesia yaitu dengan
berbagai metode antara lain:
a. Memberikan beasiswa pada mahasiswa untuk belajar di universitas
yang ada di Arab Saudi
b. Memberikan dana bantuan pada pesantren dengan tujuan memasukkan
paham wahabi
c. Mencetak kader dengan berpola pikir wahabi
d. Membuat situs-situs tanya jawab agama
Penyebaran dan perkembangan gerakan Islam Salafi di Indonesia tidak
secepat yang ada di Timur Tengah karena kondisi masyarakat Indonesia
yang multikultural. Seiring pekembangannya, gerakan salafiyah ini banyak
mendapat pertentangan baik dalam golongan ulama keagamaan mauun
pemerintah karena dianggap berbahaya dan mengancam stabilitas
keamanan negara.Gerakan yang mereka lakukan dengan tujuan untuk
mengubah secara fundamental dalam ranah politik dan tatanan sosial
sehingga tampak ekstrem dan sering berdampak pada kekerasan sosial dan
meresahkan masyarakat. Kemauan yang kuat untuk mengubah tergambar
sebagai perwujudan kekuatan radikal. Mereka menginginkan agar ajaran-
ajaran yang diyakininya semestinya menjadi pedoman pemerintah dan
masyarakat Indonesia. Gerakan yang mereka jalankan bercita-cita
mengidealkan Indonesia menjadi tatanan negara Islam.

3. Konsep Pendidikan Islam Wahabi

9
M. Imdadun Rahmat, Arus Baru Islam Radikal: Transmisi Revivalisme Islam Timur Tengah ke
Indonesia (Jakarta: Erlangga, 2007), hal. 86-106.

6
Inti dari pendidikan Islam Wahabi lebih didasarkan atas ajaran-ajaran
Ibnu Taimiyah dan Mazhab Hambali. Prinsip-prinsip dasar ajaran tersebut
adalah:
a. Ketuhanan Yang Maha Esa
b. Kembali kepada ajaran Islam yang sejati, seperti yang diajarkan dalam
Al-Qur’an dan Hadits.
c. Tidak dapat dipisahkan dari kepercayaan tindakan, seperti shalat dan
beramal.
d. Percaya bahwa Al-Qur’an bukanlah ciptaan manusia.
e. Kepercayaan yang nyata terhadap Al-Qur’an dan Hadits.
f. Mengutuk segenap pandangan dan tindakan yang tidak benar.
g. Mendirikan negara Islam berdasarkan hukum Islam secara eksklusif.
Tujuan utama pendidikan Islam wahabi adalah memurnikan tauhid
umat yang sudah tercemar, seperti dalam memberantas bid’ah, khurafat
dan takhayul yang berkembang di tengah-tengah umat, pemujaan terhadap
orang-orang suci, mengujungi tempat-tempat keramat untuk mencari
berkah. Paham wahabi menganggap bahwa segala objek pemujaan kepada
selain Allah adalah syirik. Adapun definisi tauhid menurut Abdul Wahab
adalah pemurnian ibadah kepada Allah, seperti penghambaan diri hanya
kepada Allah secara murni dan konsekuen dengan mentaati segala
perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya dengan penuh rasa rendah
diri, cinta, harap, dan takut kepada-Nya.
Abdul Wahab juga mendefinisikan tauhid sebagai al-ibadah atau
pengabdian kepada Allah SWT. Hal ini karena setiap Rasul yang diutus,
kalimat utama yang dikumandangkan adalah seruannya hanya kepada
Allah manusia beribadah. Adapun tauhid oleh Abdul Wahab dibagi
menjadi empat bagian, yaitu:
a. Tauhid Uluhiyah (tauhid hanya kepada Allah saja yang wajib
disembah).
b. Tauhid Rububiyan (tauhid kepada Allah sebagai pencipta sesuatu).
c. Tauhid asma dan sifat (tauhid yang berhubungan dengan nama dan
sifat Allah).
d. Tauhid af’al (tauhid yang berhubungan dengan perbuatan Allah).
Jika dilihat dari substansinya, tauhid kedua sampai keempat lebih
sebagai tauhid ilmu dan keyakinan. Sedangkan tauhid pertama adalah
tauhid amali yang sesungguhnya. Menurut Abdul Wahhab, kebanyakan
manusia meyakini tauhid rububiyah, asma, sifat, dan af’al.10
Dalam masalah aqidah, pendidikan Islam wahabi melebih merujuk
kepada Al-Qur’an dan Sunnah, serta tidak menerima persoalan-persoalan
apa pun tentang aqidah yang tidak bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah.
Faham-faham dan pemikiran wahabisme diantaranya yaitu:
a. Tidak boleh taqlid dalam masalah aqidah.
b. Perayaan maulid nabi di bulan robiul awal dilarang karena termasuk
bid’ah
c. Perajaan Isra’ Mi’raj juga dilarang keras
d. Pergi untuk ziarah ke makam nabi dilarang
e. Tidak boleh membaca kitab-kitab sholawat, seperti dala’il Khairat,
Burdah, Diba’, karena didalmnya banyak memuji Nabi Muhmmad
Saw.
f. Tidak boleh menerima faham dan ajaran aqidah yang tidak bersumber
dari Al-Qur’an dan Sunnah.
g. Mengembalikan kemurnian tauhid seperti pada masa Nabi Muhammad
SAW.
h. Segala sesuatu yang membawa dan mengajak kepada kemusyrikan dan
khurofat harus ditinggalkan.11
i. Berdoa dengan tawasul dilaramg yaa
j. Membaca tahlil bersama-sama sesudah sholat, dilarang dan lain-lain.
4. Tokoh ulama wahabi
a. Muhammad bin Abdul Wahab (1115 H-1206 H/1701M-1793M)
10
Nur Umamah, Skripsi Peranan Gerakan Wahabiyah Dalam Membantu Mewujudkan
Pemerintahan Abdul Aziz di Arab Saudi, 2011, hal. 25- 27.
11
Ibid., hal. 29-30.

8
Jabatan penting di kerajaan Arab Saudi:
1) Pendiri dan pelapor gerakan wahabi/salafi
2) Mufti kerajaan Arab Saudi
Kitab hasil karyanya antara lain:
1) Risailal Aqidah
2) Kitab Al kabair
3) Kitab toharoh
4) Kitab fadhoilul al qur’an
5) Rasailul Asyahsiyah
a. Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz (1330H/1420H-1910M/1999M)
Jabatan penting di kerajaan Arab Saudi:
1) Sabagai qadhi atau hakim daerah al harraj semenjak tahun 1357-
1371H,
2) Tahun 1390H-1395 H rektor universitas islam madinah
3) Tahun 1414 H mufti umum kerajaan
Kitab hasil karyanya antara lain:
1) Al da’watu illallah
2) Al aqidatu shohihah
3) Al adilatu naqilah wal khasiyah
4) Tambihat hammat
5) Al adilatu al asyifah
b. Muhammad bin shalih al ustmaini (1347H/1421H)
Utsaimin adalah pakarnya fiqihnya kalangan wahabi salafi banyak
persoalan hukum baru yang difatwakan olehnya. Seperti haramnya
mengucapkan selamat natal, dll. Jabatan penting di kerajaan arab saudi
antara lain:
1) Imam masjid jami’ al kabir unaizah
2) Pernah mengajar di perpustakaan nasional unaizah
3) Dosen fak. Syariah dan fak. Ushuludin universitas islam imam
muhammad bin saud di qasim.
Kitab atau karya tulis syikh ustaimin:
1) Syarah muqoddimah tafsir
2) Tafsir al quran al karim
3) Syarah mathul
4) Syarah ishulul iman
5) Aqidah ahlu sunnah wal jama’ah
c. Muhammad nasirudin al bani (1333H-1420H/1914M-1999M)
Jabatan penting dikerajaan arab saudi pada tahun 1381dan dosen hadst
universitas islam madinah.
Kitab atau karya tulis di antaranya:
1) Silsilah ahadisus shohihah
2) Silsilah ahadisus dhoifah
3) Jamiut tirmidzi
4) Shohi tarhib wa targhib
5) Shohih sunan ibnu majah
6) Dhoif sunan ibnu majah
d. Sholih bin fauzan bin Abdullah fauzan (1345H)
Jabatan penting di kerajaan arab saudi:
1) Dosen institut pendidikan riyadh
2) Dosen fakultas syariah, fakultas ushuludin, mahlamah syari’ah
3) Anggota lajnah dhaimah lil buhuts wal ifta
4) Anggota haiah kibaril ulama
5) Anggota komite pengawas du’at haji
6) Imam khatib dan pengajar dimasjid
Karya tulis diantaranya adalah:
1) Al mulkhos fi syarah kitab tauhid
2) Al muntaqo min fatawil fauzan
3) At ta’liq al mukhtashor
e. Abdullah bin abdurrahman bin jibrin (1933-2009M/1353-1430H)
Jabatan penting dikerajaan arab saudi:
1) Asisten abdul aziz bin abdullah bin baz
2) Anggota tetap majelis riset dan arab saudi

10
3) Dosen syariah dan ushuludin di arab saudi
Kitab atau buku karya tulis antara lain:
1) Syarah ushulul sunnah
2) Fawaidu min syarah munar as sabil
3) Akhbar ahad
4) Khawar mudhoni12
5)

12
Alaidin Koto, “Perbedaan fatwa fiqih salafi wahabi”(Pekan Baru : 2017), hal.. 58-65.
C. KESIMPULAN
Wahabi adalah Gerakan pembaharuan dan pemurnian islam yang
dipelopori oleh Muhammad bin Abdul Wahab bin Sulaiman at-Tamimi
(115-1206 H / 1703-1792 M) dari Najd, semenanjung Arabia. Istilah
wahabi telah dikenal semasa Ibn Abdul Wahab hidup, tapi bukan atas
inisiatif dirinya melainkan berasal dari lawan-lawannya, ini berarti istilah
Wahabi merupahan bagian dari rangkaian stigma terhadap gerakannya.
Gerakan Wahabi menyebarkan ideologi pada kaum muslim
Indonesia yaitu dengan berbagai metode antara lain: a) Memberikan
beasiswa pada mahasiswa untuk belajar di universitas yang ada di Arab
Saudi, b) Memberikan dana bantuan pada pesantren dengan tujuan
memasukkan paham wahabi, c) Mencetak kader dengan berpola pikir
wahabi, d) Dan membuat situs-situs tanya jawab agama.
Maka dari itu, inti dari pendidikan Islam Wahabi lebih didasarkan atas
ajaran-ajaran Ibnu Taimiyah dan Mazhab Hambali. Prinsip-prinsip dasar
ajaran tersebut adalah: 1) Ketuhanan Yang Maha Esa, Kembali kepada
ajaran Islam yang sejati, seperti yang diajarkan dalam Al-Qur’an dan
Hadits, 2) Tidak dapat dipisahkan dari kepercayaan tindakan, seperti shalat
dan beramal. 3) Percaya bahwa Al-Qur’an bukanlah ciptaan manusia, 4)
Kepercayaan yang nyata terhadap Al-Qur’an dan Hadits, 5) Mengutuk
segenap pandangan dan tindakan yang tidak benar. 6) Mendirikan negara
Islam berdasarkan hukum Islam secara eksklusif.
Lalu tokoh-tokoh dalam ulama wahabi antara lain; Muhammad bin
Abdul Wahab (1115 H-1206 H/1701M-1793M), Muhammad bin shalih al
ustmaini (1347H/1421H), Muhammad nasirudin al bani
(1333H-1420H/1914M-1999M), Sholih bin fauzan bin Abdullah fauzan
(1345H) dan Abdullah bin abdurrahman bin jibrin (1933-2009M/1353-
1430H).

12
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Hanafi. 1989. Pengantar Teologi Islam. Jakarta: Pustaka al-Husna.

Gayo, Iwan. 2000. Buku Pintar Seri Senior Plus 20 Negara Baru, Jakarta:
Dipayana

Haif, Abu. Perkembangan Islam di Arab Saudi: Studi Sejarah Islam Modern.
Jurnal Rihlah, 2015, Vol. III, No. 1.

Mufrodi, Ali. Islam di kawasan Kebudayaan Ara. Jakarta: Logos.

Oesman, Moerad. 1981. Sejarah Perkembangan Fikiran dalam Islam: Sosial,


Politik, Aqidah dan Syari’. Ujungpandang.

Rahmat, M. Imadadun. 2007, Arus Baru Islam Radikal: Transmisi Revivalisme


Islam Timur Tengah ke Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Susanto, Edi. Kemungkinan Munculnya Paham Islam Radikal di Pesantren.


Jurnal Tadris, 2007, Vol. 2, No. 1.

Ummaah, Nur. 2011. Skripsi Peranan Gerakan Wahabiyah Dalam Membantu


Mewujudkan Pemerintahan Abdul Aziz di Arab Saudi.

Anda mungkin juga menyukai