Anda di halaman 1dari 13

c

Ê    

Alhamdulillahirabbilµalamiin

Telah kami tulis tugas ini sebagai tugas dimana kami telah mencari dari berbagai

sumber yang ada. Semoga Allah ridho terhadap apa yang kita lakukan. Tak pernah ada orang

sempurna menterjemahkan atau mengartikan sebuah makalah. Semua tugas harus dilandasi

pemikiran dan sumber yang jelas. Jika dalam menyusun tugas ada kesalahan atau kekurangan

merupakan hal yang wajar karena manusia banyak sekali batasan.

Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu membantu atas

terselesaikannya tugas makalah ini. Saran dan kritikyang membangun sangat kami harapkan

demi kesempurnaan makalah ini. Semoga dapat menjadi referensi tambahan keilmuan bagi saya

dan semua pembaca.

Barokallah semoga Allah SWT selalu memberi kita berkah sehingga apa yang telah

kita lakukan termasuk ibadah, bermanfaat untuk seluruh umat manusia khususnya umat islam di

bumi. Salam untuk keselamatan di dunia dan akhirat. Istiqomah dalam melakukan hal yang baik

dan berguna bagi orang lain menurut agama islam yang telah kita anut sejak lahir.

Penulis

Mochammad Hariyanto

Sukeni

Imam F
½

Ô  


Êata Pengantar«««««««««««««««««««««««««.««««.1

Daftar Isi«««««««««««««««««««««««««««««.««..2

Bab I Pendahuluan««««««««««««««««««««««««.««««3

Bab II Pokok Bahasan Syiah««««««««««««««««««««««««.4

A.‘ Sejarah Syi¶ah««««««««««««««««««««««««««..4-5


B.‘ Term Hadist««««««««««««««««««««««««««..«..6
C.‘ Metoda Êlasifikasi Hadist««««««««««««««««««««.««7
D.‘ Êitab-kitab Hadist««««««««««««««««««««««««..7-8
E.‘ 'Adalah Shahabat«««««««««««««««««««««««««..9
F.‘ Apa perbedaan antara Ahlussunnah Waljamaah dengan Syiah Imamiyah «11

Bab III Penutup««««««««««««««««««««««««««««.«.14

A.‘ Êesimpulan««««««««««««««««««««««««««««..14
B.‘ Êritik dan Saran««««««««««««««««««««««««««..14

Daftar Pustaka««««««««««««««««««««««««««««««.15


BAB I Pendahuluan

Perjalanan Islam membawa berbagai aliraan dan khilafiah membuat kebesaran islam
semakin mendunia di seluruh pelosok Negara. Dari Islam Muncul 72 golongan yang membawa
perbedaan, dari perbedaan membawa satu cirri sendiri dan masing masing mempunyai
keistemewaan. Jika dalam perkembangan abad 20 menjadi satu keilmuan yang harus dikaji dan
di teliti di semua PTAI. Dari masing masing keistemewaan diambil dan dipergunakan sebagai
dasar kemajuan islam di abad 20 ini.

Diskursus hadits dalam wacana keilmuan Syi'ah telah mempunyai akar yang panjang
dan dilakukan dengan cukup intens. Perhatian mereka terhadap hadist/sunnah, menurut sebagian
orang, membuat mereka berhak pula untuk menyandang gelar Ahlu Sunnah wa Syi'ah --namun
bukan wa al Jama'ah.

Dr. Muhammad At-Tîjâni as-Samâwie --seorang Sunni yang kemudian membelot ke


Syi'ah42, ketika melakukan kajian komparatif antara Sunnah dan Syi'ah, memberikan judul
bukunya tersebut: Asy-Syî'ah Hum Ahlu Sunnah43. Namun demikian, dalam beberapa hal,
metodologi hadist Syi'ah amat berlainan dengan metodologi Ahlu Sunnah. Êajian tentang
metodologi hadist dalam Syi'ah Imamiah telah menjadi objek sebuah risalah doktoral di fakultas
Ushuluddin Universitas al Azhar. Pada penghujung tahun 1996, risalah tersebut telah diuji dan
dinyatkan lulus.

Semua diatas adalah wacana untuk kita agar lebih dewasa dalam menerima kebenaran
dan tidak menutup diri. Jika semua menutup diri akan semakin sempit dalam perkembangan
islam kedepan. Islam semakin tertinggal, padahal dalam Alqur¶an terdapat jutaan dasar keilmuan
yang masih belum terbuka dan harus terus kita teliti sepanjang jaman.

Ayat dalam alquran harus bisa dimengerti secara mendalam dan mendasar sehingga
kita tahu apa kandungan dan maksud dari ayat tersebut . Ayat tersebut yang membawa rahasia
dan perlu kita buka satu persatu setiap kata. Bukalah alquran seluas luasnya sehingga kita
terbuka wawasannya dan semakin terdepan diantara yahudi dan israil.


     
  

‘   

Syi¶ah dilihat dari bahasa berarti pengikut pendudung partai, atau kelompok,
sedangkan secara terminologis adalah sebagian kamum muslim yang dalam bidanga spiritual dan
keagamaannya selalu merujuk pada keturunan Nabi Muhammad SAW atau yang disebut sebagi
ahlal ± bait.

Sejarah mengenai kemunculan Syi¶ah terdapat perbedaan pendapat di kalangan para


ahli menurut Abu Zahra, Syi¶ah mulai muncul pada msa akhir pemerintahan Usman kemudian
tumbuh dan berkembang pada masa pemerintahan Ali. Adapun menurut Waff, Syi¶ah baru benar
benar muncul, ketika berlangsung peperangan antara ali dan Muawiyah yang dikenal dengan
perang Siffin.dalam peperangan ini, sebagai respon atas penerimaan Ali terhadap arbitrase yang
ditawarkan Muawiyah, pasukan Ali diceritakan terpecah menjadi dua, satu kelompok
mendukung sikap Ali, kelak disebut Syi¶ah, dan kelompok lain menolak sikap Ali, kelak di sebut
khowarij.

Êalangan Syi¶ah sendiri berpendapat bahwa kemunculan Syi¶ah berkaitan dengan


masalah pengganti ( Êhilafah) Nabi SAW. Mereka menolak kekhilafahan Abu bakar, Umar bin
Êhotob dan Usman bin Affan karena dalam pandangan mereka hanya Ali bin Abi Tholiblah
yang berhak menggantikan Nabi. Êepemimpinan Ali dalam pandamgan Syi¶ah sejalan dengan
isyarat-isyarat yang diberikan oleh Nabi SAW pada masa hidupnya. Pada awal kenabian, ketika
Muhammad SAW diperintahkan menyampaikan dakwah kepada kerabatnya, yang pertama-tama
memenuhi ajakannya akan menjadi penerus dan pewarisnya. Selain itu, sepanjang kenabian
Muhammad, Ali merupakan orang yang menunjukkan perjuangan dan pengabdian yang luar
bisasa besr.

Bukti Utama tentang sahnya Ali sabagai penerus Nabi adalah peristiwa Ghodir
Êhum. Diceritakan bahwa ketika kembali dari haji terkhir, dalam perjuangan dari Mekkah ke
madinah, disuatu padang pasir yang bernama Ghodir Êhum, Nabi memilih Ali sebagai
penggantinya di hadapanmassa yang penuh sesk yang menyertai beliau. Pada peristiwa itu, Nabi
tidak hanya menetapkanAli sebgai pemipin umum umat ( Walyat-I¶ammali ), tetapi juga
menjadikan Ali sebagai Nabi sendiri, sebgai pelindung ( wali ) mereka. Namun realitas ternyata
berbicara lain.

Berlawan dengan harapan mereka, justru ketika Nabi wafat dan jasadnya belum
dikuburkan, sedangkan anggota keluarganya dan beberapa orang sahabat sibuk dengan persiapan
dan upacara pemakamannya, teman dan para pengikut Ali mendengar kabar adanya kelompok
lain yang telah pergi ke masjid ditempat umat berkupul menghadapi hilangnya pemimpin yang
u

tiba tiba. Êelompok ini, yang kemudian menjadi mayoritas, bertindak lebih jauh dan dengn
sangat tergesa gesa memilih pemimpin kaum muslimin dengan maksud menjaga kesejahteraan
umat dan memecahkan masalah pada saat itu. Mereka melakukan hal itu tanpa berunding dengan
ahlul bait, keluarga ataupun para sahabat yang sedang sibuk dengan upacara pemakaman dan
sedikitpun tidak memberitahukan mereka. Demgan demikian, kawan-kawan Ali dihadapkan
kepada suatu keadaan yang sudah tak dapat berubah lagi.

Berdasarkan realitas itulah, menurut sikap dikalangan sebagian muslimin yang


menentang kekhilafahan dan menolak kaum mayoritas dalam maslah maslah kepercayaan
tertentu. Mereka tetap berpendapat bahwa pengganti Nabi dan penguasa keagamaan yang sah
adalah Ali. Mereka berkeyakinan bahwa semua persoalan kerohanian dan agama harus merujuk
kepadanya serta mengajak masyarakat untuk mengikutinya. Inilah yang kemudian di sebut
sebagai Syiah. Namun, lebih dari itu seperti dikatakan Nasr, sebab utam munculnya Syi¶ah
terletak pada kenyataan bahwa kemungkinan ini ada dalam whyu Islam sendiri, sehingga mesti
diwujudkan.

Para ahli berpegang teguh pada tahta sejarah‘  ‘ dalam Islam yang mulai
mencolok pada masa pemerintahan Usman dan memperoleh momentumnya yang paling kuat
pada masa pemerintahan Ali, tepatnya setelah perang Siffin. Adapun kaum Syi¶ah berdasarkan
hadis-hadis yang mereka terima dari ahlal bait, berpendapat bahwa perpecahan itu mulai ketika
Nabi SAW wafat dan keholifahan dipimpin Abu Bakar. Segera setelah itu terbentuklah Syiah.
Bagi meraka, pada masa kepemimpinan Al Êhulafa Arrosyidin sekalipun,kelompok Syi¶ah
sudah ada. Mereka bergerak dibawah permukaan untuk mengajarkan dan menyebarkan doktrin
doktrin Syi¶ah kepada masyarakat. Tampaknya Syiah sebagai salah satu taksi Politik Islam yang
bergerak secara trang terangan, memang baru muncul pada masa kekhilafahan Ali, sedangkan
Syiah sebagai Doktrin yang diajarkan secara diam diam oleh ahlal bait muncul setelah wafatnya
Nabi SAW.

‘  


Hadist/Sunnah, secara terminologis, menurut ulama ilmu hadist Ahlu Sunnah Wa al


Jama'ah adalah: Seluruh hal yang diriwayatkan dari Rasulullah Saw, baik perkataan, perbuatan,
persetujuan, sifat fisik maupun akhlak dan sirah beliau 44. Sedangkan dalam wacana keilmuan
Syi'ah, perkataan imam-imam Syi'ah (yang ma'shum, menurut kaum Syi'ah) juga bersatus seperti
hadist dan diterima seperti Alquran 45.

Hal itu karena, menurut M.H. Al Êâsyif al Githa, imam atau imamah adalah
kedudukan Ilahiah yang Allah pilihkan bagi hamba-Nya, sesuai dengan ilmu Allah, seperti Allah
memilih para nabi. Menurut kaum Syi'ah pula, Allah telah memerintahkan Nabi Saw. untuk
menunjukkan imam kepada umat dan memerintahkan mereka untuk mengikutinya 46.
Œ

Substansi khabar, hadist dan riwayat-riwayat tersebut, menurut kaum Syi'ah terbagi menjadi tiga
macam:

1.‘ Êhabar dan riwayat yang mengandung petunjuk pembersihan jiwa, akhlak, nasehat dan
cara-cara pengobatan penyakit hati. Dengan muatan berisi pertakut, ancaman, dan
dorongan. Atau yang berkaitan dengan tubuh, seperti kesehatan, penyakit, sakit dan
pengobatan. Juga manfaat buah-buahan, tetumbuhan, pepohonan, air dan batu mulia.
Atau yang mengandung do'a, zikir, jampai dan keutamaan ayat-ayat. Serta semua hal
yang disunnahkan, baik dalam pembicaraan, perbuatan, maupun sikap. Itu semua,
menurut kaum Syi'ah, bisa dijadikan landasan untuk beramal ibadah. Dan tidak perlu
mencari tahu apakah sanad dan matannya shahih atau tidak. Êecuali jika ada tanda-tanda
yang menunjukkan kepalsuannya.
2.‘ Yang mengandung hukum syara' parsial, taklifi atau wadl'i. Seperti thaharah, berwudlu,
cara shalat, zakat, khumus, jihad dan semua bagian mu' amalat, transaksi yang
diperbolehkan. Juga tentang nikah, thalaq, warisan, hudud dan diyat. Semua khabar dan
riwayat tersebut tidak boleh langsung dijalankan. Namun diberikan kepada faqih yang
mujtahid untuk menterjemahkannya . Sedangkan orang awam harus mengikuti mujtahid
marji'.
3.‘ Êhabar dan riwayat yang mengandung pokok-pokok aqidah, seperti pengitsbatan al
Êhaliq Swt., juga tentang hasyr, barzakh, sirâth, mîzân, hisâb dan lain-lain. Êhabar dan
riwayat seperti ini, jika berkaitan dengan aqidah dan pokok agama -seperti tauhid, 'adl,
nubuwwah, imâmah dan ma'ad, jika khabar tersebut sesuai dengan dalil-dalil 'aqli,
urgensi, dan tanda-tanda yang qath'i, maka ia dapat dijalankan, dan tidak perlu
menyelidiki sanad, keshahihan dan ketidak shahihannya 47.

‘   Ê


 
 


Hadist, menurut Syi'ah terbagi menjadi dua bagian, mutawattir dan ahad. Hadist
mutawattir adalah hadist yang diriwayatkan oleh sebuah jama'ah yang mencapai jumlah yang
amat besar sehingga tidak mungkin mereka berbohong dan salah. Hadist seperti ini adalah hujjah
dan harus dijadikan landasan dalam beramal. Sedangkan hadist ahad adalah hadist yang tidak
mencapai derajat tawatur, rawie yang diriwayatkannya satu atau lebih 48. Êemudian, hadist ahad
diklasifikasikan menjadi empat bagian 49.

c‘     Yaitu hadist yang diriwayatkan oleh seorang penganut Syi'ah Imamiah yang
telah diakui ke-adalah-annya dan dengan jalan yang shahih.
º

½‘ 
  Yaitu jika rawi yang meriwayatkannya adalah seorang Syi'ah Imamiah yang
terpuji, tidak ada seorangpun yang jelas mengecamnya atau secara jelas mengakui ke-
adalah-annya.
‘  
!
"  Yaitu jika rawie yang meriwayatkannya adalah bukan Syi'i, namun ia
adalah orang yang tsiqat dan terpercaya dalam periwayatan.
#‘ Ô $  Yaitu hadist yang tidak mempunyai kriteria-kriteria tiga kelompok hadist di atas,
seperti misalnya sang rawie tidak menyebutkan seluruh rawie yang meriwayatkan hadist
kepadanya. Hadist shahih adalah hujjah menurut kesepakatan seluruh ulama Syi'ah yang
mengatakan bahwa khabar ahad adalah hujjah 50. Sedangkan hadist muwats-tsaq dan
hasan, menurut pendapat yang masyhur keduanya adalah hujjah, sedangkan menurut
pendapat kedua mengatakan bahwa keduanya tidak dapat dijadikan hujjah. Namun
pendapat yang kuat adalah pendapat yang mengatakan bahwa keduanya dapat dijadikan
hujjah 51. Adapun hadist dla'if, menurut kesepakatan seluruh ulama Syi'ah tidak dapat
dijadikan hujjah 52.

Ô‘ Ê  !   


Dalam kalangan Syi'ah, kitab-kitab hadist yang dijadikan pedoman utama -dan
berfungsi seperti kutub sittah dalam kalangan sunni- ada sebanyak 4 buah kitab.

1.‘ Êitab al Êâfi. Disusun oleh Abu Ja'far Muhammad bin Ya'qub al Êulayni (w.328 H.).
Êitab tersebut disusun dalam 20 tahun, menampung sebanyak 16.090 hadist. Di
dalamnya sang penyusun menyebutkan sanadnya hingga al ma'shum. Dalam kitab hadist
tersebut terdapat hadist shahih, hasan, muwats-tsaq dan dla'if 53.
2.‘ Êitab Ma La Yahdluruhu al Faqih. Disusun oleh ash-Shadduq Abi Ja'far Muhammad bin
'Ali bin Babawaih al Qummi (w.381 H.). Êitab ini merangkum 9.044 hadist dalam
masalah hukum 54.
3.‘ Êitab at-Tahzib. Êitab ini disusun oleh Syaikh Muhammad bin al Hasan ath-Thusi
(w.460 H.). Penyusun, dalam penulisan kitab ini mengikuti metode al Êulayni. Penyusun
juga menyebutkan dalam setiap sanad sebuah hakikat atau suatu hukum. Êitab ini
merangkum sebanyak 13.095 hadist 55.
4.‘ Êitab al Istibshar. Êitab ini juga disusun oleh Muhammad bin Hasan al Thusi. Penysusun
kitab at-Tahzib. Êitab ini merangkum sebanyak 5.511 hadist 56.

Di bawah derajat ke empat kitab ini, terdapat beberapa kitab Jami' yang besar. Antara lain 57:

1.‘ Êitab Bihârul Anwâr. Disusun oleh Baqir al Majlisi. Terdiri dalam 26 jilid.
2.‘ Êitab al Wafie fi 'Ilmi al Hadist. Disusun oleh Muhsin al Êasyani. Terdiri dalam 14 juz.
Ia merupakan kumpulan dari empat kitab hadist.
Ñ

3.‘ Êitab Tafshil Wasail Syi'ah Ila Tahsil Ahadist Syari'ah. Disusun oleh al Hus asy-Syâmi'
al 'Amili. Disusun berdasarkan urutan tertib kitab-kitab fiqh dan kitab Jami' Êabir yang
dinamakan Asy-Syifa' fi Ahadist al Mushthafa. Susunan Muhammad Ridla at-Tabrizi.
4.‘ Êitab Jami' al Ahkam. Disusun oleh Muhammad ar-Ridla ats-Tsairi al Êâdzimi (w.1242
H). Terdiri dalam 25 jilid. Dan terdapat pula kitab-kitab lainnya yang mempunyai derajat
di bawah kitab-kitab yang disebutkan di atas. Êitab-kitab tersebut antara lain: Êitab at-
Tauhid, kitab 'Uyun Akhbâr Ridla dan kitab al 'Amali.

Êaum Syi'ah, juga mengarang kitab-kitab tentang rijal periwayat hadist. Di antara
kitab-kitab tersebut, yang telah dicetak antara lain: Êitab ar-Rijal, karya Ahmad bin 'Ali an-
Najasyi (w.450 H.), Êitab Rijal karya Syaikh al Thusi, kita Ma'alim 'Ulama karya Muhammad
bin 'Ali bin Syahr Asyub (w.588 H.), kitab Minhâj al Maqâl karya Mirza Muhammad al
Astrabady (w.1.020 H.), kitab Itqan al Maqal karya Syaikh Muhammad Thaha Najaf (w.1.323
H.), kitab Rijal al Êabir karya Syaikh Abdullah al Mumaqmiqani, seorang ulama abad ini, dan
kitab lainnya 59.

Satu yang perlu dicatat: Mayoritas hadist Syi'ah merupakan kumpulan periwayatan
dari Abi Abdillah Ja'far ash-Shadiq. Diriwayatkan bahwa sebanyak 4.000 orang, baik orang biasa
ataupun kalangan khawas, telah meriwayatkan hadist dari beliau. Oleh karena itu, Imamiah
dinamakan pula sebagai Ja' fariyyah 60. Mereka berkata bahwa apa yang diriwayatkan dari masa
'Ali k.w. hingga masa Abi Muhammad al Hasan al 'Askari mencapai 6.000 kitab, 600 dari kitab-
kitab tersebut adalah dalam hadist 61.

è‘ $    

Shahabat Rasulullah Saw. adalah: Orang yang berjumpa dengan Rasulullah Saw.
dengan cara biasa dalam masa hidup beliau dan saat itu orang tersebut telah masuk Islam dan
beriman 62. Dalam wacana keilmuan Ahlu Sunnah, seluruh sahabat adalah 'udul. Oleh karena
itu, ketika menjalankan proses jarh wa ta' dil dalam ilmu hadist untuk menentukan apakah
riwayat seseorang diterima atau tidak, Ahlu Sunnah akan berhenti sampai pada tabi'in (perawie
setelah sahabat). Dan mereka tidak memasuki kawasan sahabat, karena meyakini bahwa sahabat
adalah 'udul dengan pengakuan dari Allah SWT Sehingga tidak perlu dilakukan analisa jarh wa
ta'dil 63.

Sikap mereka tersebut berdasarkan pernyataan ayat Al Quran yang mendeklarasikan


ke adalahan sahabat. Ayat-ayat itu antara lain terdapat pada QS. At-Taubah:117 .

"Sesungguhnya Allah telah menerima taubat Nabi, orang-orang Muhajirin dan orang-orang
Anshar".


Juga QS. At-Taubah: 100

Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-
orang Muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridla
kepada mereka dan merekapun ridla kepada Allah". Dan Rasulullah Saw. dalam banyak
kesempatan telah berwanti-wanti agar tidak mengusik kehormatan dan kedudukan sahabat,
mengingat kedudukan mereka yang mulia di sisi Allah Swt. Rasulullah Saw bersabda: "Jangan
kalian kecam sahabat-shabatku" (Hadist Muttafaq 'Alaih). Menurut riwayat yang sahih, imam-
imam Syi'ah juga melarang untuk mengecam, sahabat Rasulullah Saw. 64. Êarena Seperti
dikatakan oleh An-Naubakhti dalam kitab Firaq Syi'ah 65, fenomena pengecaman terhadap
sahabat justru dimulai oleh Abdullah bin Saba'; seorang Yahudi yang berpura-pura memeluk
Islam dan kemudian menyebarkan perpecahan dalam Islam. Ia pula yang pertama menuhankan
Ali k.w. Sedangkan dalam wacana keilmuan Syi'ah, tidak semua sahabat, menurut Syi'ah,
bersipat 'udul 65. Êarena di dalam Al Quran juga diterangkan tentang keberadaan orang-orang
munafiq di Madinah, seperti dalam QS. At-Taubah:101, dsb.

Maka jalan untuk mengetahui mu'min dan munafiknya seseorang, menurut Syi'ah,
adalah dengan melihat apakah orang-orang tersebut cinta kepada 'Ali k.w atau nmembencinya.
Jika ia mencintainya, maka ia adalah mu'min, dan jika membencinya berarti ia adalah munafiq.

Dari logika seperti itu, maka sahabat-sahabat yang mereka anggap telah merampas
hak 'Ali k.w. atau tidak mendukungnya adalah munafik atau kafir. Dalam kitab-kitab kaum
Syi'ah akan didapati banyak cercaan kepada sahabat yang mereka anggap telah munafik, sesat
atau malah kafir.

Dalam buku Syubhat Haula Syi'ah, 'Abbas 'Ali al Musawie membagi sahabat menjadi
dua kelompok. Pertama kelompok yang setia dan kedua kelompok yang mereka anggap telah
sesat 67.

1.‘ Sahabat-sahabat seperti 'Ammar bin Yasir, Miqdad dan Abu Dzar al Ghifari.
2.‘ Êedua menurutnya lagi adalah seperti Mu'awiyyah bin Abi Sufyan, Abu Hurairah dan Al
Walid bin 'Uqbah bin Abi Mu'ith.Dalam buku-buku kaum Syi'ah akan banyak didapati
cercaan terhadap sahabat. Dan cercaan tersebut tidak hanya terbatas pada shigar sahabat,
namun juga menimpa dua Syaikhain: Abu Bakar dan 'Umar Ra. Yang dapat disebutkan di
sini adalah, bahwa dengan sikap Syi'ah terhadap sahabat seperti itu, maka kaum Syi'ah
dalam periwayatan hadist, hanya menerima periwayatan dari sahabat-sahabat yang loyal
kepada mereka.

Namun, jika klaim mereka tersebut diterima, maka secara implisit hal itu akan
mempunyai dampak yang luas. Misalnya: Bahwa Rasulullah Saw telah gagal dalam
c

menyampaikan risalahnya, karena mayoritas sahabat yang beliau didik dan bina telah
menyimpang, bahwa kekhalifahan dan dinast-dinasti Islam, serta capaian peradaban yang telah
mereka wujudkan adalah bukan hasil peradaban Islam, karena dilakukan oleh orang-orang yang -
-menurut kaum Syi'ah-- telah menyimpang (munafik atau kafir). Dan konsekuens-konseksuensi
logis lainnya.

F.‘ Apa perbedaan antara Ahlussunnah Waljamaah dengan Syiah


Imamiyah

Banyak orang yang menyangka bahwa perbedaan antara Ahlussunnah Waljamaah


dengan Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja¶fariyah) dianggap sekedar dalam masalah khilafiyah
Furu¶iyah, seperti perbedaan antara NU dengan Muhammadiyah, antara Madzhab Safi¶i dengan
Madzhab Maliki.
Êarenanya dengan adanya ribut-ribut masalah Sunni dengan Syiah, mereka
berpendapat agar perbedaan pendapat tersebut tidak perlu dibesar-besarkan. Selanjutnya mereka
berharap, apabila antara NU dengan Muhammadiyah sekarang bisa diadakan pendekatan-
pendekatan demi Ukhuwah Islamiyah, lalu mengapa antara Syiah dan Sunni tidak dilakukan
?.Oleh karena itu, disaat Muslimin bangun melawan serangan Syiah, mereka menjadi penonton
dan tidak ikut berkiprah.Apa yang mereka harapkan tersebut, tidak lain dikarenakan minimnya
pengetahuan mereka mengenai aqidah Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja¶fariyah). Sehingga
apa yang mereka sampaikan hanya terbatas pada apa yang mereka ketahui.
Semua itu dikarenakan kurangnya informasi pada mereka, akan hakikat ajaran Syiah
Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja¶fariyah). Disamping kebiasaan berkomentar, sebelum memahami
persoalan yang sebenarnya.Sedangkan apa yang mereka kuasai, hanya bersumber dari tokoh-
tokoh Syiah yang sering berkata bahwa perbedaan Sunni dengan Syiah seperti perbedaan antara
Madzhab Maliki dengan Madzahab Syafi¶i.Padahal perbedaan antara Madzhab Maliki dengan
Madzhab Syafi¶i, hanya dalam masalah Furu¶iyah saja. Sedang perbedaan antara Ahlussunnah
Waljamaah dengan Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja¶fariyah), maka perbedaan-perbedaannya
disamping dalam Furuu¶ juga dalam Ushuul.
Rukun Iman mereka berbeda dengan rukun Iman kita, rukun Islamnya juga berbeda,
begitu pula kitab-kitab hadistnya juga berbeda, bahkan sesuai pengakuan sebagian besar ulama-
ulama Syiah, bahwa Al-Qur'an mereka juga berbeda dengan Al-Qur'an kita
(Ahlussunnah).Apabila ada dari ulama mereka yang pura-pura (taqiyah) mengatakan bahwa Al-
Qur'annya sama, maka dalam menafsirkan ayat-ayatnya sangat berbeda dan berlainan.
Sehingga tepatlah apabila ulama-ulama Ahlussunnah Waljamaah mengatakan : B‘ 
‘

‘ ‘ 
‘
‘‘ ‘ ‘ 


cc

Melihat pentingnya persoalan tersebut, maka di bawah ini kami nukilkan sebagian

dari perbedaan antara aqidah Ahlussunnah Waljamaah dengan aqidah Syiah Imamiyah Itsna

Asyariyah (Ja¶fariyah).

´ Ê  % ´ Ê  


    

   
Rukun Islam Rukun Islam Syiah Rukun Iman Rukun Iman Syiah
Syahadatain As-Sholah Iman kepada Allah At-Tauhid
As-Sholah As-Shoum Imankepada Malaikat- An Nubuwwah
malaikat Nya
As-Shoum Az-Zakah Iman kepada Êitab-kitab Al Imamah
Nya
Az-Zakah Al-Haj Iman kepada Rasul Nya Al Adlu
Al-Haj Al wilayah Iman kepada Yaumil Al Ma¶ad
Akhir / hari kiamat
Iman kepada Qadar, baik- At-Tauhid
buruknya dari Allah

c‘ Ô
6‘

  Dua kalimat syahadat


6‘    Tiga kalimat syahadat, disamping Asyhadu an Laailaha illallah, wa
asyhadu anna Muhammadan Rasulullah, masih ditambah dengan menyebut dua belas
imam-imam mereka.
2.‘ ´ Ê  
6‘ 

  Percaya kepada imam-imam tidak termasuk rukun iman. Adapun


jumlah imam-imam Ahlussunnah tidak terbatas. Selalu timbul imam-imam,
sampai hari kiamat.

6‘     Percaya kepada dua belas imam-imam mereka, termasuk rukun


iman. Êarenanya orang-orang yang tidak beriman kepada dua belas imam-imam
mereka (seperti orang-orang Sunni), maka menurut ajaran Syiah dianggap kafir
dan akan masuk neraka.
3.‘ Ê %& ´´' Ô 
6‘ 

  Êhulafaurrosyidin yang diakui (sah) adalah : Abu Bakar, Umar,


Utsman, Ali Radhiallahu anhum

6‘     Êetiga Êhalifah (Abu Bakar, Umar, Utsman) tidak diakui oleh


Syiah. Êarena dianggap telah merampas kekhalifahan Ali bin Abi Thalib (padahal
Imam Ali sendiri membai'at dan mengakui kekhalifahan merek

  (

‘Ê
( 
Dalam sejarah islam di tentangkan perang khilafiah sehingga banyak sekali daerah
daerah yang tidak tahu tentang khilafiah menjadi korban. Di Indonesia sudah mendarah daging
perang khilafiah di karenakan ketidak tahuan dalam pemahaman sesuatu hal tentang keyakinan
yang termasuk ajaran islam. Tradisi di Indonesia merupakan alat atau sasrana untuk mencapai
tujuan. Tujuannya adalah menuju ajaran Islam sesuai AlQur¶an dan Al Hadits. Menyampaikan
alquran perlu adanya alat untuk berkumpulnya umat yaitu dengan mengikuti taradisi daerah
setempat. Didalam tradisi nanti di masukki ajaran islam sedikit demi sedikit. Ya sesuai
perjalanan Walisongo mereka masuk lewat tradisi setelah berkumpul rakyat bikin asik dulu dan
ketagihan baru mereka di masuki doktrin Islam dengan halus.

Berbeda dengan bangsa Arab dan bangsa Barat mereka sudah memahami tentang
suatu khilafiah atau idiologi. Di Indonesia 3,5 abad di jajah benar benar dalam kebodohan , kita
di adudomba tak bisa merasakan pendidikan hanya sebagai sapi perah hindia belanda pada saat
itu. Memasuki kemerdekaan di awal abad 19 munculnya tokoh tokoh nasional yang membawa
pencerahan yang mempunyai idiologi dan khilafiah pada saat itu yang menyatukan tentunya sang
pelopor bangsa Soekarno dan Bung Hatta. Dengan munculnya tokoh tokoh di pelosok maka
terjadilah perang idiologi sampai tahun 60 an yang membawa kemerdekaan mutlak walau penuh
dengan syarat.

Dalam Islampun demikian dengan munculnya golongan atau aliran maka munculnya
khilafiah baru yang membawa perkembangan islam keseluruh ujung dunia. Syi¶ah yang begitu
radikal muncul untuk sebuah perubahan yang mendasar dalam islam dan dari Syi¶ah sendiri
muncul tokoh tokoh yang sampai sekarang ini di akui islam sendiri dan Negara Negara barat.
Semua konsep ini dipakai dinegara barat sehingga Negara barat lebih maju dan konsisten dalam
sebuh tujuan.

‘ Ê    
Êetika orang hidup tidak lepas dari salah dan hilaf ataupun kekurangan, dengan
bertemunya seseorang atau berteman akan menambah wawasan kearah yang lebih baik. Saran
seseorang yang membawa perubahan adalah jangan sekali kali menyepelekan orang bodoh dari
orang kekurangan orang bodoh tersebut pasti ada satu kelebihan yang belum kita miliki.
Perubahan harus terus kita jalani dengan masuknya kritikan dan saran dari luar.

Êesempurnaan hanya milik allah semata karena orang hidup hanya menjalani sesuatu
yang telah ditentukan. Akan tetapi Allah sendiri tidak melarang sebagaio manusia harus tetap
berusaha dan pasti akanmengabulkannya seluruh apa yang telah iya kerjaakajn atau di mintanya.
c

Ô  
  
c‘   & 
 
 
½‘    Ê  
‘      
 
#‘   Ô  
 
)‘    Ê   
   Ô    Ô    
*‘ Ô
  & 
 + 
 +
  
  (    
 
  
,‘ ' ´
    
      '% -   c*)
.‘ (//     / ) 



  

Anda mungkin juga menyukai