Anda di halaman 1dari 15

KAJIAN TASAWUF ABU MANSUR AL-HALLAJ

SEJARAH AL-HALLAJ

Dalam Khasanah pemikiran islam muncul berbagai corak pemikiran


tentangkeislaman.sejak timbulnya klasifikasi ilmu pengetahuan dalam tradisi keilmuan islam
mulai abad IV, memunculkan berbagai macam variasi wacana dan tindakana oleh pemikir-
pemikir islam, Mujtahid. Sehingga pada masa awal kemunculanya sering menimbulkan berbagai
gesekan dan pertarungan wacana yang tidak sehat, dikarenakan belum terbiasanya masyarakat
muslim waktu itu. Masa sebelumnya umat islam terbiasa dengan kehidupan dan budaya
keberagaman yang paternalistic, tokoh-tokoh yang memang masih memiliki kedekatan keilmuan
dengan sumber aslinya atau legislator ajaran (nabi), sehingga keraguan-keraguan dan
[robabilitas kesalahan masih bisa terjaga.

Salah satu pemikiran yang paling rawan dalam konflik adalah pemikiran-pemikiran
tasawuf. Setelah abad IV hu\ijrah bsetelah kemapaman ilmu fiqh dan dalam perkembanganya
ada kelompok-kelompok tertentu yang menyalahgunakan hokum legal formal ini, munculah
pemikiran-pemikiran tasawuf yang memiliki corak dan ajaran yang berbeda-beda sebagai
counter dari gejala tersebut.

Pembahasan tentang ilmu tasawuf memang suatu pembahasan yang membutuhkan


pendalaman yang lebih cermat dan hati-hati. Ilmu ini berbeda dengan ilmu-ilmu eksak yang lebih
menitikberatkan pembahasanya pada hal hal yang bersifat materi atau fisik, pembahasan tasawuf
adalah pembahasan yang banyak berkutat dengan hal-hal yang metafisik. Sehingga dibutuhkan
penguasaan metodologi dan pengalaman langsung untuk memudahkan kita menjelaskan apa
yang sebenarnya dialami tokoh-tokohnya saat menuangkan gagasan dan tindakannya sebagai
manifestasi keyakinanya.

Dalam makalah simple ini akan menguraikan sedikit tentang pemikiran dan ajaran
tasawuf versi al hallaj yang sangat controversial, wahdatu al wujud. Pembahasan kita
meliputibiografi dan corak ajaran beliau.

1
Istilah "sufi" atau "tasawuf" tentu sangat dikenal di kalangan kita, terlebih lagi di
kalangan masyarakat awam, istilah ini sangat diagungkan dan selalu diidentikkan dengan
kewalian, kezuhudan dan kesucian jiwa. Bahkan mayoritas orang awam beranggapan bahwa
seseorang tidak akan bisa mencapai hakikat takwa tanpa melalui jalan tasawuf.

Opini ini diperkuat dengan melihat penampilan lahir yang selalu ditampakkan oleh
orang-orang yang mengaku sebagai ahli tasawuf, berupa pakaian lusuh dan usang, biji-bijian
tasbih yang selalu di tangan dan bibir yang selalu bergerak melafazkan zikir, yang semua ini
semakin menambah keyakinan orang-orang awam bahwasanya merekalah orang-orang yang
benar-benar telah mencapai derajat wali (kekasih) Allah.

Dalam dunia tasawuf, para sufi seringkali dianggap sebagai orang shalih yang jiwanya
telah mencapai suatu tingkat keruhanian berada di atas orang-orang biasa. Mereka tahu apa yang
orang biasa tidak tahu, mereka merasakan apa yang orang biasa tidak merasakannya.
Karena didorong maksud baik untuk berbagi kebahagiaan yang mereka rasakan dalam
pengalaman keruhanian atau biasa disebut sebagai pengalaman sufistik, para sufi itu berusaha
menjelaskan pengalaman batin yang mereka rasakan, namun. seringkali tak terwadahi oleh kata-
kata dan tak terpahami oleh masyarakat biasa. Biasanya para sufi itu menjelaskan banyak sekali
menggunakan simbolisme, metafora-metafora. Oleh karena itu mereka tidak bisa dipahami hanya
dari segi zahiriyahnya saja. Maka terjadilah kesalahpahaman yang meresahkan, suatu keadaan
yang tak diinginkan oleh para tokoh agama yang diakui dan merasa mempunyai otoritas untuk
merumuskan, menafsirkan dan menjaga kemurnian atau ortodoksi ajaran agama.Kejadian seperti
inilah yang dialami antara lain oleh Al Hallaj, salah seorang tokoh yang paling kontroversial
dalam sejarah tasawuf. Ia harus mengakhiri hidupnya di atas tiang gantungan dengan pesetujuan
khalifah al-muqtadir billah dan gurunya, hazrat junayd . Ini hanya kisah ringkas dari dari kata
Anal Haqq dan sufi Mansur Al Hallaj yang menjadi tumbal dari pernyataan Anal Haqq.

Fenomena dalam dunia tasawuf penuh dengan lika-liku yang terkadang tidak bisa
dipandang dengan cara lahiriyah saja. Butuh pemahaman rohaniyah yang memang menjadi
subyek akan tercapainya tujuan dalam tasawuf.

2
Bagi kaum sufi, berkonsentrasi melalui ruhaniyah (Tajribah Ruhiyah) untuk mencapai
penyucian hatinya (Tazkiyatun An-Nafs) secara kontinue. Secara praktis, dalam dunia kesufian,
revolusi kesufian ini lazim ditempuh melalui pelatiha spiritual yang terformulasikan dalam
maqamat ruhiyah. Yakni kedudukan seorang hamba di hadapan allah Swt. yang digapai
bermacam-macam, melalui ibadah, mujahadah, riyadlah, serta hanya mempersembahkan jiwa
ragasnya hanya kepada allah.

Kisah tentang Al-Hallaj tidak lekang dipendengaran. Seputar issue tentangnya masih
banyak didiskusikan, apakan ia kafir dengan ucapannya ataukah itu hanya luapan ruhaninya saja
yang sudah merasa “menemukan” tuhan. Sehingga dengan begitu sah-sah saja ia
memanifestasikannya melalui ucapan sebab,tidak mampu memendam ma’rifa-tnya kepada allah.
Akan tetapi, konsekuensi dari ucapannya yang dengan lantang mengatakan Anal Haqq
mengantarkannya ke tiang gantung dan sampai disanalah akhir dari prjalanan hidupnya.
Bagi sebagian ulama islam, kematian ini dijustifikasi dengan alasan bid'ah, sebab Islam tidak
menerima pandangan bahwa seorang manusia bisa bersatu dengan Allah dan karena Kebenaran
(Al-Haqq) adalah salah satu nama Allah, maka ini berarti bahwa al-Hallaj menyatakan
ketuhanannya sendiri.

Kaum sufi sejaman dengan al-Hallaj juga terkejut oleh pernyataannya, karena mereka
yakin bahwa seorang sufi semestinya tidak boleh mengungkapkan segenap pengalaman
batiniahnya kepada orang lain. Mereka berpandangan bahwa al-Hallaj tidak mampu
menyembunyikan berbagai misteri atau rahasia Ilahi, dan eksekusi atas dirinya adalah akibat dari
kemurkaan Allah lantaran ia telah mengungkapkan segenap kerahasiaan tersebut.

Tragis! Begitulah kesan yang nyaris sepenuhnya tepat untuk melukiskan tragedi kematian Abu
Mansur al-Hallaj (244-309 H/957-922 M), sang sufi besar yang kontroversial itu. Tubuhnya yang
renta diseret, disalib, tangan dan kakinya dipotong, lalu dibakar dan abunya dibuang ke laut.

3
1. Fenomena Al Hallaj Dalam Sejarah Tasawuf

Dalam dunia tasawuf, para sufi seringkali dianggap sebagai orang shalih yang jiwanya
telah mencapai suatu tingkat keruhanian berada di atas orang-orang biasa. Mereka tahu apa yang
orang biasa tidak tahu, mereka merasakan apa yang orang biasa tidak merasakannya. Karena
didorong maksud baik untuk berbagi kebahagiaan yang mereka rasakan dalam pengalaman
keruhanian atau biasa disebut sebagai pengalaman sufistik, para sufi itu berusaha menjelaskan
pengalaman batin yang mereka rasakan, namun seringkali tak terwadahi oleh kata-kata dan tak
terpahami oleh masyarakat biasa.

Biasanya para sufi itu menjelaskan banyak sekali menggunakan simbolisme, metafora-
metafora. Oleh karena itu mereka tidak bisa dipahami hanya dari segi zahiriyahnya saja. Maka
terjadilah kesalah pahaman yang meresahkan, suatu keadaan yang tak diinginkan oleh para tokoh
agama yang diakui dan merasa mempunyai otoritas untuk merumuskan, menafsirkan dan
menjaga kemurnian atau ortodoksi ajaran agama.

Kejadian seperti inilah yang dialami antara lain oleh Al Hallaj, salah seorang tokoh yang
paling kontroversial dalam sejarah tasawuf. Al Hallaj yang nama lengkapnya adalah Abu Al
Mughits Al Husein bin Mansur bin Muhammad Al Baidhawi dilahirkan pada tahun 244 H/ 858
M di Tur, salah satu desa dekat Al Baida di Persia. Kakeknya adalah seorang penyembah api,
pemeluk agama Majusi sebelum dia memeluk agama Islam.

Sejak kecil ia sudah banyak bergaul dengan para sufi terkenal, diantaranya adalah Sahl
bin Abdullah Al Tusturi, Amr Al Maliki dan Junaid Al Bagdadi. Ia suka mengembara ke
berbagai negeri untuk menambah pengetahuan dalam ilmu tasawuf, sehinga pandangan
ketasawufannya berbeda dengan para sufi lainnya, dan akhirnya menjadi buah bibir para ulama
pada waktu itu.

Berabad-abad lampau al-Hallaj dibantai. Konon dialah Syekh sufi pertama yang martir
dalam dunia Tasawuf. Perkaranya lantaran lelaki yang hidup di abad ke-9 ini ingin
"mewujudkan" Allah kepada semua orang. Suatu hari dia ditanya, "Apa yang ada di dalam
jubahmu ?". Dijawabnya tegas, "Allah !" Kekhawatiran secara syariat (hukum fiqh) tentang
menjadi kafir akibat ucapan seperti itu membuat al-Hallaj dihujat dan dijatuhi hukuman mati.

4
Ia terkenal karena berkata: “Akulah Kebenaran”, ucapan yang membuatnya dieksekusi
secara brutal.

Bagi sebagian ulama Islam, kematian ini dijustifikasi dengan alasan bid’ah, sebab Islam
tidak menerima pandangan bahwa seorang manusia bisa bersatu dengan Allah dan karena
Kebenaran Al-Haqq adalah salah satu nama Allah, maka ini berarti bahwa al-Hallaj menyatakan
ketuhanannya sendiri. Kaum sufi sejaman dengan al-Hallaj juga terkejut oleh pernyataannya,
karena mereka yakin bahwa seorang sufi semestinya tidak boleh mengungkapkan segenap
pengalaman batiniahnya kepada orang lain.

Mereka berpandangan bahwa al-Hallaj tidak mampu menyembunyikan berbagai misteri


atau rahasia Ilahi, dan eksekusi atas dirinya adalah akibat dari kemurkaan Allah lantaran ia telah
mengungkapkan segenap kerahasiaan tersebut.

2.Karomah Al-Hallaj

Beliau memiliki begitu banyak karomah semasa hidupnya. Suatu hari Al-Hallaj melewati
sebuah gudang kapas dan melihat seonggok buah kapas. Ketika jarinya menunjuk pada
onggokan buah kapas itu, biji-bijinya pun terpisah dari serat kapas.Beliau juga dijuluki Hallaj Al
Asrar karena mampu membaca pikiran orang dan menjawab pertanyaan mereka sebelum
ditanyakan kepadanya.

Saat menunaikan ibadah haji yang ke dua kalinya, al-Hallaj pergi ke sebuah gunung
untuk mengasingkan diri bersama beberapa orang pengikutnya. Sesudah makan malam, al-Hallaj
mengaakan dia ingin makan manisan. Semua muridnya kebingungan lantaran semua perbekalan
telah habis. al-Hallaj tersenyum dan berjalan menembus kegelapan malam. Beberapa menit
kemudian al-Hallaj kembali sambil membawa makanan berupa kue-kue hangat yang belum
pernah dilihat sebelumnya.

Al-Hallaj kemudian meminta semua muridnya makan bersama. Seorang murid Al-Hallaj
penasaran dan ingin tahu dari mana Al-Hallaj memperoleh makanan tersebut dan
menyembunyikan kue bagiannya. Ketika mereka kembali dari dari pengasingan diri, sang murid
ini mencari seseorang yang mengetahui asal kue itu. Akhirnya salah seorang warga kota Zabib,
sebuah kota yang jauh dari situ mengetahui bahwa kue itu berasala dari kotanya. Sang murid

5
yang keheranan ini pun sadar bahwa al-Hallaj mempeoleh kue itu secara ajaib. "Tak ada seorang
pun dan hanya jin saja yang sanggup menempuh jarak yang jauh dalam waktu singkat", katanya.
Pada kesempatan lain, Al-Hallaj mengarungi padang pasir bersama sekelompok orang dalam
perjalanan menuju mekkah. Di suatu tempat sahabat-sahabatnya menginginkan buah ara. al-
Hallaj pun mengambil senampan penuh buah ara dari udara. Kemudian mereka meminta Hlawa,
al-Hallaj membawa senampan penuh halwa hangat dan berlapis gula serta memberikannya
kepada mereka. Usai memakannya, mereka mengatakan bahwa kue itu khas suatu daerah di
baghdad, irak. Mereka pun bertanya bagaimana al-Hallaj mendapatkannya dari negeri yang amat
jauh tersebut. al-Hallaj pun menjawab bahwa baghdad dan padang pasir adalah sama dan tidak
ada jarak diantaranya. Kemudian mereka pun meminta kurma, al-Hallaj sejenak berdiri dan
menyuruh mereka untuk menggerakan tubuh mereka seperti sedang menggoyang-goyang pohon
kurma. Ketika mereka melakukannya makan kurma-kurma segar pun berjatuhan dari lengan baju
mereka.

3. Pandangan Orang Sufi terhadap ANAL HAQQ

Memang, banyak di antara ulama yang tidak bisa menerima ajaran tasawuf yang
diajarkan oleh Al Hallaj ini, tetapi tidak sedikit pula para ulama yang sependapat dan
membelanya. Kebanyakan Ulama fiqih mengkafirkannya. Dengan alasan bahwasanya
mengatakan bahwa diri manusia bersatu dengan Tuhan adalah syirik yang amat besar. Oleh
karena itu Ibn At-Taymiyah, Ibn Al-Qayyim, Ibn An-Nadim dan lain-lain berpendapat bahwa
hukuman mati yang ditimpakan kepada Al Halaj memang patut diterimanya. Tetapi, ulama-
ulama fiqih yang lain seperti Ibnu Syuraih seorang ulama yang sangat terkemuka dari mazhab
Malik, memberikan komentar: "Ilmuku tidak mendalam tentang dirinya, karena itu saya tidak
bisa berkata apa-apa".

Pembela-pembela Al Hallaj menjernihkan ajarannya dari apa yang dituduhkan orang


kepadanya. Syaikh Abdurrahman As-Saqqaf salah seorang Syaikh tarikat Alawiyah, mengatakan
bahwa dia sebelumnya menyangka pada diri Al Hallaj ada keretakan karena sikapnya, seperti
keretakan pada kaca, tetapi setelah sampai pada maqam Al-Qutbiyyah. Dia melihat bahwa Al
Hallaj telah mencapai tingkat bila diandaikan buah dia telah matang. Al Hujwiri mengatakan, Al
Hallaj sepanjang hidupnya memakai jubah ketakwaan, senantiasa menegakkan shalat dan

6
berzikir memuji Tuhan dan puasa terus menerus serta menyampaikan ujaran-ujaran yang tinggi
dan bagus tentang tauhid. Tetapi ahli-ahli ilmu kalam menolaknya atas dasar bahwa kata-katanya
bernafaskan pantheisme, namun apa yang dituduhkan itu cuma terletak pada ungkapan bukan
pada maknanya. Imam Al Gazali ketika ditanyai bagaimana pendapatnya tentang perkataan
"ANAL HAQQ". Beliau menjawab," Perkataan demikian yang keluar dari mulutnya adalah
karena sangat cintanya kepada Allah. Apabila cinta sudah demikian mendalamnya, tidak ada lagi
rasa berpisah antara diri seseorang dengan seseorang yang dicintainya". Sehingga beliau, Rumi
dan Fariduddin Al-Attar memberinya julukan "Syahidul Haq" (seorang syahid yang benar). Pada
hari ketika Al Hallaj akan dieksekusi, para sufi waktu itupun banyak yang berbeda pendapat
tentang vonis mati yang dijatuhkan kepadanya. Diantara mereka ada sufi yang bisa memahami
perasaan Al Hallaj sebagai seorang sufi. Namun ada juga sufi lain yang berpendapat bahwa Al-
Hallaj memang pantas mendapat hukuman itu. Karena Al-Hallaj telah mengumumkan salah satu
rahasia kaum sufi. Asy Syibli berkata,"Aku dan Husein ibn Mansur Al Hallaj adalah sama.
Hanya saja ia menampakkan sedang aku menyimpannya. Al Junaid pernah juga berkata kepada
Asy Syibli," Kami menata rapi ilmu tasawuf ini, lalu kami simpan di ruang bawah tanah.
Sedangkan Al Hallaj datang membawa ilmu tasawuf dan mengemukakan kepada khalayak
manusia. Setidak-tidaknya, bisa dijadikan tiga kelompok besar dari kalangan Ulama, baik
fuqaha’ maupun Sufi terhadap pandangan-pandangan Al-Hallaj. Mereka ada yang langsung
kontra dan mengkafirkan . ada pula yang secara moderat tidak berkomentar; dan ada yang
langsung menerima dan mendukungnya. Dari kalangan Mutakallimin yang mengkafirkan: Al-
Jubba’i, al-Qazwiny, Nashiruddin ath-Thusy dan pengukutnya, Al-Baqillany, Ibnu Kamal, al-
Qaaly, Dari kalangan Sufi antara lain, Amr al-Makky dan kalangan Salaf, diantaranya juga para
Sufi mutakhir, selain Ahmad ar-Rifai’y dan Abdul Karim al-Jily, keduanya tidak berkomentar.
Mereka yang mendukung pandangan Al-Hallaj, dari kalangan Fuqaha’ antara lain: At-Tusytary,
Al-Amily, Ad-Dilnajawy, Ibnu Maqil, an-Nabulisy, Al-Maqdisy, Al-Yafi’y, Asy-Sya’rany dan
Al-Bahtimy. Dari kalanga Mutakallimin, Ibnu Khafif, Al-Ghazaly dan Ar-Razy.Dari kalangan
Filosuf pendukungnya adalah Ibnu Thufail. Sedangkan dari kalangan Sufi antara lain as-
Suhrawardy al-Maqtul, Ibnu Atha’ As-Sulamy dan Al-Kalabadzy.

7
Kelompok yang tidak berkomentar, dari kalangan Fuqaha’ antara lain: Ibnu Bahlul, Ibnu
Suraij, Ibnu Hajar dan As-Suyuthy.Dari kalangan Sufi antara lain, Al-Hushry, Al-Hujwiry, Abu
Sa’id al-Harawy, Al-Jilany, Al-Baqly, Al-Aththar, Ibnu Araby, Jalaluddin ar-Ruumy, Ahmad Ar-
Rifa’y, dan Al-Jiily.

4. Ajaran al Hallaj

Inti ajaran al-Hallaj adalah Hulul yaitu Ketuhanan lahut yang menjelma ke dalam diri
insan nasut. Dalam pandangan Hallaj hidup kebatinan insan yang suci akan naik tingkat
hidupnya dari satu maqam ke maqam lain. Misalnya: muslim, mu’min, salihin, muqarrabin.
Sehingga ketika mencapai tingkat muqarrabin, menurut dia, sampailah di puncak sehingga
bersatu dengan Tuhan. Sifat persatuan itu antara lain diibaratkan bagai persatuan khamar dengan
air. Konsep ini bermuara pada Ana al-Haqq, karena kebenaran itu salah satu asma Allah SWT.
Al-Haqq sendiri dalam ilmu tasawuf berarti Tuhan. Inilah penggalan syairnya:

‘Telah bercampur roh-Mu dan rohku Laksana bercampurnya khamar dengan air yang
jernih Bila menyentuh akan-Mu sesuatu, tersentuhlah Aku Sebab itu, Engkau adalah Aku, dalam
segala hal’.

Kemudian Nur Muhammad atau hakikat al Muhammadiyah, merupakan pancaran


pertama dari zat Tuhan, bersifat qadim dan sehakikat dengan zat Tuhan. Dari Nur Muhammad
inilah melimpahnya alam semesta ini. Dengan demikian ada dua pengertian tentang Muhammad,
sebagai insan adalah Rasulullah yang bersifat baru (huduts), akan tetapi hakikat
keMuhammadannya adalah berupa Nur Allah yang qadim dan azali. Tabiat kemanusiaannya
yang bersifat baru disebut nasut, sedangkan tabiat ketuhanannya yang bersifat qadim disebut
lahut.

Terakhir adalah Wihdat al adyan, yaitu kesatuan semua agama. Islam, Kristen, Yahudi
dan lain-lain hanyalah perbedaan nama, tapi hakikatnya satu. Semua agama adalah agama Allah
dan menuju Allah. Orang memilih suatu agama atau lahir dalam satu agama, bukanlah atas
kehendaknya, tapi dikehendiki untuknya. Cara beribadah boleh berbeda, namun hakikatnya satu.

8
Selain itu, menurut kabar beliau juga pernah menfatwakan bahwasanya naik haji yang
lahir pergi ke Mekkah itu tidak perlu dikerjakan. Sebab itu hanya melelahkan saja. Hal itu bisa
diganti dengan haji yang lain, yaitu haji rohani dengan membersihkan diri dan jiwa, kemudian
tafakkur mengingat Tuhan dalam khalwat, sehingga ka’bah itu sendirilah yang datang ke dalam
khalwatnya mendatanginya.

Karena paham dan fatwanya itu, Ibnu Daud Al Isfahani seorang ulama fiqih terkemuka
mengeluarkan fatwa bahwa ajaran Al Hallaj adalah sesat. Atas dasar fatwa itu Al Hallaj
dipenjarakan. Kemudian pada tahun 309 H/ 921 M, diadakanlah persidangan para ulama di masa
khalifah Al Muktadirbillah (kekuasaan Bani Abbas) dia dijatuhi hukuman mati yang
dilaksanakan pada tanggal 18 Zulkaidah 309 H.

5. Kotroversi Pemikiran al-Hallaf

Pemikiran Al-Hallaj berpangkal dari keyakinan bahwa Tuhan dapat ditemukan dalam
kalbu masing-masing. Pemikiran tersebut mengantarkannya untuk merumuskan berbagai paham,
diantaranya: kesatuan manusia dengan Tuhan (hulul), penciptaan alam melalui cahaya
Muhammad (Nur Muhammad), dan kesatuan segala agama (wahdatul adyan). Al Hallaj percaya
bahwa Tuhan dapat mengambil tempat (hulul) dalam tubuh manusia yang telah membersihkan
sifat kemanusiaannya. Pengalaman ini membuatnya mengeluarkan ucapan Ana Al Haq (Akulah
Sang Kebenaran). Pernyataan tersebut menjadi salah satu pokok tuduhan bahwa Al Hallaj telah
mengaku sebagai Tuhan.

Pemikiran Al Hallaj merupakan tema unik bagi dunia tasawuf masa itu. Sebagian besar
kaum sufi menolak pemikiran tersebut. Namun, pengaruh pemikirannya tetap tak terbendung.
Pemikiran-pemikiran serupa lahir kembali di berbagai wilayah di masa selanjutnya. Bahkan,
gagasan kesatuan manusia dengan Tuhan dalam paham hulul, juga mempengaruhi dunia tasawuf
di Nusantara. Paham manunggaling kawula-gusti, sekaligus pengusungnya (Syekh Siti Jenar),
memiliki banyak kemiripan dengan pemikiran dan kehidupan Al Hallaj.

Memang, banyak di antara ulama yang tidak bisa menerima ajaran tasawuf yang
diajarkan oleh Al Hallaj ini, tetapi tidak sedikit pula para ulama yang sependapat dan
membelanya. Kebanyakan Ulama fiqih mengkafirkannya. Dengan alasan bahwasanya
mengatakan bahwa diri manusia bersatu dengan Tuhan adalah syirik yang amat besar.

9
Oleh karena itu Ibn at Taymiyah, Ibn al Qayyim, Ibn an Nadim dan lain-lain berpendapat
bahwa hukuman mati yang ditimpakan kepada Al Halaj memang patut diterimanya. Tetapi
ulama-ulama fiqih yang lain seperti Ibnu Syuraih seorang ulama yang sangat terkemuka dari
mazhab Malik, memberikan komentar: "Ilmuku tidak mendalam tentang dirinya, karena itu saya
tidak bisa berkata apa-apa".

Pembela-pembela Al Hallaj menjernihkan ajarannya dari apa yang dituduhkan orang


kepadanya. Syaikh Abdurrahman As Saqqaf salah seorang Syaikh tarikat Alawiyah, mengatakan
bahwa dia sebelumnya menyangka pada diri Al Hallaj ada keretakan karena sikapnya, seperti
keretakan pada kaca, tetapi setelah sampai pada maqam al qutbiyyah dia melihat bahwa Al
Hallaj telah mencapai tingkat bila diandaikan buah dia telah matang.

Al Hujwiri mengatakan, Al Hallaj sepanjang hidupnya memakai jubah ketakwaan,


senantiasa menegakkan shalat dan berzikir memuji Tuhan dan puasa terus menerus serta
menyampaikan ujaran-ujaran yang tinggi dan bagus tentang tauhid. Tetapi ahli-ahli ilmu kalam
menolaknya atas dasar bahwa kata-katanya bernafaskan pantheisme, namun apa yang dituduhkan
itu cuma terletak pada ungkapan bukan pada maknanya.

Imam Al Gazali ketika ditanyai bagaimana pendapatnya tentang perkataan "ana al haq".
Beliau menjawab," Perkataan demikian yang keluar dari mulutnya adalah karena sangat cintanya
kepada Allah. Apabila cinta sudah demikian mendalamnya, tidak ada lagi rasa berpisah antara
diri seseorang dengan seseorang yang dicintainya".

Pada hari ketika Al Hallaj akan dieksekusi, para sufi waktu itupun banyak yang berbeda
pendapat tentang vonis mati yang dijatuhkan kepadanya. Diantara mereka ada sufi yang bisa
memahami perasaan Al Hallaj sebagai seorang sufi. Namun ada juga sufi lain yang berpendapat
bahwa Al-Hallaj memang pantas mendapat hukuman itu. Karena Al-Hallaj telah mengumumkan
salah satu rahasia kaum sufi.

10
Asy Syibli berkata,"Aku dan Husein ibn Mansur Al Hallaj adalah sama. Hanya saja ia
menampakkan sedang aku menyimpannya. Al Junaid pernah juga berkata kepada Asy
Syibli,"Kami menata rapi ilmu tasawuf ini, lalu kami simpan di ruang bawah tanah. Sedangkan
Al Hallaj datang membawa ilmu tasawuf dan mengemukakan kepada khalayak manusia.

6. Saat-saat Kematian al-Hallaj

Ibnu Taymiyah tentu mengkafirkan Al-Hallaj, dan termasuk juga mengkafirkan Ibnu Araby,
dengan tuduhan keduanya adalah penganut Wahdatul Wujud atau pantheisme.
Padahal dalam seluruh pandangan Al-Hallaj tak satu pun kata atau kalimat yang menggunakan
Wahdatul Wujud . Wahdatul Wujud atau yang disebut pantheisme hanyalah penafsiran keliru
secara filosufis atas wacana-wacana Al-Hallaj. Bahkan yang lebih benar adalah Wahdatusy
Syuhud (Kesatuan Penyaksian). Sebab yang manunggal itu adalah penyaksiannya, bukan
DzatNya dengan dzat makhluk.Para pengkritik yang kontra Al-Hallaj, menurut Kiai Abdul
Ghafur, Sufi kontemporer dewasa ini, melihat hakikat hanya dari luar saja. Sedangkan Al-Hallaj
melihatnya dari dalam. Ana al-Haq adalah kesimpulan dari konsep realitas yang dibangun Hallaj
dari negasi segala yang selain-Nya serta afirmasi Tuhan sebagai satu-satunya kebenaran. Di sini
Hallaj sebenarnya telah menerapkan kalimat la ilaha illa Allah (tiada tuhan selain Allah)
sepenuhnya dan seutuhnya. Bagi Hallaj, Tuhan adalah realitas absolut yang melahirkan realitas
relatif, yaitu semesta dan segala isinya. Proses kelahiran realitas relatif melalui tingkat-tingkat
realitas sehingga sampai pada satu titik ujung Nur Muhammad. Karena itu Nabi Muhammad saw
adalah inti realitas semesta dengan citra Tuhan, yang disebut Ibnu Arabi sebagai al-mir'ah al-
muhammadiyyah (cermin berupa Muhammad).Sebagai realitas relatif, semesta yang berasal dari
Tuhan mengemban citra (shurah) Tuhan dalam dirinya sehingga ia berfungsi sebagai tanda (ayat)
Tuhan. Dalam diri manusia, Tuhan meletakkan citranya. Karena itu Ia akan selalu hadir dan
"menampakkan diri" (tajalli) ketika manusia mengusahakannya. Hallaj--dalam perjalanan
spiritualnya telah sampai pada tingkat merasakan kehadiran Tuhan dalam dirinya. "Bila kau tak
mengenali-Nya, kenalilah ayat-ayat-Nya. Dan Akulah tanda penampakan-Nya (tajalli). Ana al-
Haq, Akulah Kebenaran! Ini karena tak henti-hentinya aku merealisasikan Kebenaran itu," kata
Hallaj. Pernyataan seperti ini didasarkan Hallaj pada pengalaman menyatu (unity experience)
dirinya dengan Sang Kebenaran, setelah tidak puas dengan rumusan dan konsep tentang realitas
absolut. Ia mengumpamakan dirinya dengan seekor ngengat yang terbang mengitari api. Tapi ia

11
tidak puas dengan cahaya dan panas, sehingga ia masuk membakar diri, menyatu dengan api.
Hallaj sadar, penyatuan sepenuhnya tidak akan pernah tercapai selama dirinya masih terpenjara
dalam tubuh yang fisik-material. Maka kematian adalah jalan yang harus dilewati untuk keluar
dari penjara itu dan menyatu secara total dengan Tuhan yang sering ia sebut "Kekasih".
kasus itu sebelumnya duajukan pada khalifah muqtadir-billah, ia menolak memberi pesetujuan.
kecuali kalau fatwa itu ditandatangani oleh hazrat junayd. fatwa itu kemudian dikirim sampai
enam kali pada Junayd. Tapi kembali tanpa tanda tangan. khalifah, untuk yang ketujuh kalinya
mngirimkan fatwa itu disertai permintaan khusus agar ia menjawab iya atau tidak. menghadapi
hal itu, guru besar itu membuang gabardirnya dan mengenakan jubah keulamaannya. ia menulis
pad surat jwabannya;“Menurut hukum syari’at, mansur dapat dijatuhi hukuman mati; tetapi
menurut aajaran-ajaran rahasia kebenaran, tuhan adalah maha tahu!”

Ketika hendak dieksekusi, Al-Hallaj dengan tenang berkata, "Tuan-tuan telah


menjalankan peraturan yang pantas atas orang-orang yang tuan anggap melanggar undang-
undang. Memang, siapa yang dipandang melanggar undang-undang syariat patut dihukum."
Kemudian dia mengangkat tangannya kelangit dan berdoa, " Tuhan, maafkan orang-orang
tersebut, karena mereka tidak tahu apa yang aku alami.

Menurut para sufi, ketika itu pula terjadi banyak dialog antara para khalayak yang
menyaksikan dia digantung. Banyak orang yang ingin bertanya kepada Al-Hallaj, karena itu
adalah detik-detik terakhir Al-Hallaj. Salah satunya bertanya: "Apa itu tasawuf? Apa itu sufi?"
Lalu kata Al-Hallaj : "Kematian saya sekarang ini adalah tahap paling rendah dalam tasawuf."
Orang-orang bertanya, "Kalau begitu tahap apa yang paling tinggi dalam tasawuf ?" Al-Hallaj
menjawab, "Engkau tidak akan sanggup mengetahuinya."

Kemudian Al-Hallaj menceritakan saat-saat ketika dia mau digantung, iblis datang
menemui dia dan bertanya, "Nasibmu sebetulnya sama dengan aku, engkau berkata, Ana Al-
Haq. Engkau berkata ‘aku’. Aku juga dulu berkata ‘aku’. Aku dan kau sama-sama meng’aku’kan
diri masing-masing. Tetapi kenapa yang kau terima adalah anugerah dan ampunan Tuhan, tapi
yang aku terima adalah laknat dan kutukan, sehingga aku dikutuk Tuhan selama-lamanya?" Al-
Hallaj berkata, "Engkau berkata ‘aku’dan engkau melihat dirimu, sementara ketika aku berkata
‘aku’, aku tidak lagi melihat diriku."

12
Akhirnya Al-Hallaj dieksekusi, ketika algojo memotong kedua belah kakinya, dari
kakinya yang bersimbah darah, Al-Hallaj mengusapkan kedua tangannya dan melakukan
gerakan seperti wudhu dengan darahnya. Kata dia: "Aku ingin menemui Tuhanku dalam keadaan
berwudhu." Akhirnya kedua tangannyapun dipotong, dia digantung, lehernya ditebas.

Selama dua hari mayatnya dibiarkan ditonton orang-orang dialun-alun kota dan pada hari
yang ketiga mayatnya dibawa kesungai dan dilemparkan ke dalamnya. Sebelum kematiannya,
Al-Hallaj pernah berpesan kepada pembantunya, "Pada hari ketiga setelah aku mati, sungai di
Baghdad akan sampai pada satu titik ketika sungai itu merendam kota Baghdad. Jika sampai ini
terjadi, masukkanlah jubahku ke sungai tersebut."

Mengenai kematian Al-Hallaj tersebut, banyak orang-orang yang bertanya kepada murid-
muridnya. "Bagaimana sebenarnya ganjaran orang-orang yang menghukum Al-Hallaj?
Bukankah Al-Hallaj mati dalam kecintaan kepada Tuhan, kalau begitu orang-orang yang telah
menghukum dia akan dihukum oleh Allah nanti di Hari Pengadilan?" Murid-muridnya
mengatakan, "Tidak, Al-Hallaj mati karena kecintaan dia kepada Tuhan.

Orang-orang yang menghukum dia berlaku demikian karena pengetahuan mereka akan
agama mereka." Jadi kedua-duanya, baik Al-Hallaj maupun penghukumnya sama-sama
melakukan hal yang demikian, berdasarkan kecintaan mereka kepada Allah SWT.

Setelah kematiannya sampai sekarang, berbagai macam sebutan yang diarahkan


kepadanya. Ada yang mengatakannya sebagai pahlawan lagenda, ada yang menganggapnya
sebagai orang yang memiliki karomah dan keajaiban, ada lagi yang menyatakan sebagai orang
yang mabuk cinta kepada Tuhan, tapi ada pula yang menganggapnya seorang dukun gadungan.

13
KESIMPULAN

Dewasa ini, ilmu tasawuf kian digemari. Praktik sufisme yang dalam sejarahnya pernah
dihujat lantaran terlalu mengagungkan sang mursyid atau syekh tarekat, kini marak di berbagai
tempat. Di masa lalu itu, perilaku tasawuf bahkan sering dinilai bid’ah karena tak bersandar pada
al-Quran dan Hadist secara tesktual.

Sebagai ajaran yang menekankan aspek batin tentunya untuk saat ini sangat di perlukan,
karena inti dari ajaran tasawuf adalah membebaskan manusia dari nafsu, sikap egoisme serta
hedonisme dan sexualisentris, yang sekarang banyak melanda masyarakat kita, akibat dari efek
sekularisme.

Ajaran al hallaj yang lebih menekankan aspek esoteris, adalah sebagai tahapan awal dari jalan
seorang sufi yang secara idealnya tidak di konsumsi secara mentah-mentah. Ajaran ini memang
sangat perlu untuk di pelajari bagi mereka yang yang telah menguasai beberapa keilmuan sastra
arab untuk meningkatkan batiniyah, Karena Ungkapan-ungkapan yang digunakan lebih banyak
mengunakan kata-kata esoteris.

Sebagai penutup, tentunya untuk saat ini kita harus lebih berhati-hati dalam melakukan
penilaian terhadap suatu pemikiran dalam tasawuf, menjauhkan diri dari penilaian terhadap hal-
hal yang tidak kita pelajari secara mendalam, adalah salah satu sifat orang yang cerdas.

14
D. PENUTUP

Dengan penjelasan ini, tudingan kotor kepada sufi yang kadang-kadang dengan
mengkonfrontasikannya dengan kehidupan Nabi dan Para Sahabat adalah keliru.
Dalam argumen-argumen yang diajukan misalnya, kita bisa baca bahwa mereka mengatakan,
konsep-konsep yang diadopsi oleh para sufi itu tidak ada dalam kehidupan atau ajaran Nabi Saw
maupun Para Sahabat sesudahnya. Saya pikir, itulah kesalahpahaman. Hal itu, karena mereka
menganggap bahwa kaum sufi menyatakan kedudukan tertinggi itu adalah seperti al-Hallaj
(sesuai asumsi riwayat pertama), atau kondisi yang "mabuk" dan hilang kesadaran diri,
tenggelam dalam (manifestasi kebesaran) Allah. Kontroversi Al-Hallaj, sebenarnya terletak dari
sejumlah ungkapan-ungkapannya yang sangat rahasia dan dalam, yang tidak bisa ditangkap
secara substansial oleh mereka, khususnya para Fuqaha’ (ahli syariat). Sehingga Al-Hallaj
dituduh anti syari’at, lalu ia harus disalib. Padahal tujuan utama Al-Hallaj adalah bicara soal
hakikat kehambaan dan Ketuhanan secara lebih transparan.Terbunuhnya Al Hallaj bukan karena
ucapannya tetapi karena politik.Tetapi merupakan kesalahan Al Hallaj yang mengucapkan dan
mengajarkan konsep Wahdatul Wujud (Ana Al-Haqq) kepada murid-muridnya. Bahwa hal
tersebut adalah ilmu yang sangat pribadi dan hanya dimengerti oleh orang yang menerimanya.
Selain itu, Al Haqq merupakan sifat-sifat Allah .Setelah kematiannya sampai sekarang, berbagai
macam sebutan yang diarahkan kepadanya. Ada yang mengatakannya sebagai pahlawan lagenda,
ada yang menganggapnya sebagai orang yang memiliki karomah dan keajaiban, ada lagi yang
menyatakan sebagai orang yang mabuk cinta kepada Tuhan, tapi ada pula yang menganggapnya
seorang dukun gadungan. Wallahu a’lam.

15

Anda mungkin juga menyukai