Anda di halaman 1dari 7

Nama:Rangga pranata

Kelas:9D

PT:2023 s.d 2024

Sejarah sunan kudus

Sunan Kudus dilahirkan dengan nama Jaffar Shadiq. Beliau adalah putra dari pasangan
RadenUsman Hajji yang dikenal dengan sebutan Sunan Ngudung,yang merupakan
seorangpanglima perang Kesultanan Demak Bintoro dan Syarifah adik dari Sunan
Bonang.Diceritakan bahwa Sunan Ngudung adalah salah seorang putra Sultan di Mesir
yangberkelana hingga di Jawa.

Ja’far Shodiq belajar agama dengan ayahnya sendiri. Selain belajar dengan ayahnya, Ja’far
Shodiq juga belajar kepada Kyai Telingsing dan Sunan Ampel. Kyai Telingsing merupakanulama
China yang datang ke tanah Jawa bersama Cheng Hoo. Cheng Hoo merupakanLaksamana
Jendral dari China yang ingin menyebarkan agama Islam dan membuat talipersaudaraan
dengan orang Jawa.

Raden Ja’far Shodiq dapat mewarisi kepribadian orang China selama berguru dengan
KyaiTelingsing. Semenjak saat itu, Ja’far Shodiq memiliki kepribadian yang tekun dan disiplin
dalam meraih suatu keinginan. Salah satu keinginan Raden Ja’far Shodiq adalah berdakwah
menyebarkan agama Islam di tengah-tengah masyarakat yang masih beragama Hindu
danBudha. Setelah selesai berguru dengan Kyai Telingsing, Raden juga berguru dengan
SunanAmpel selama beberapa tahun di Surabaya.
Kisah Perjuangan Sunan Kudus

Ayah Raden Ja’far Shodiq merupakan pemimpin pasukan Majapahit. Ayah Sunan Kudus juga
menjadi Senopati Demak yang dijuluki sebagai Sunan Ngudung. Namun, Sunan Ngudunggugur
dalam pertempuran yang sengit antara pasukannya dengan Raden Husain atau AdipatiTerung
dari Majapahit. Sunan Kudus akhirnya menggantikan kedudukan ayahnya sebagaiSenopati
Demak.

Walau menjadi Senopati di Demak, Raden Ja’far Shodiq tetap melanjutkan dakwahnya didaerah
Kudus dan sekitarnya. Perjuangan Raden Ja’far Shodiq dalam dakwahnya adalah
mengutamakan sikap tenang dan cara yang halus. Cara tersebut ditempuhnya agarmasyarakat
tidak terpaksa untuk menerima ajaran-ajaran yang diberikan Ja’far Shodiq.

Ja’far Shodiq juga seorang ulama yang suka mengembara. Beliau pernah mengembara
sampaike tanah suci Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Ketika Sunan Kudus berada di
Mekkah,ada seorang penguasa mencari orang yang mampu menghilangkan wabah penyakit
pada saatitu dengan imbalan sebuah hadiah. Sayangnya banyak Ulama yang gagal untuk
menghentikan wabah tersebut. Setelah Ja’far Sodiq mendengar kabar tersebut, Beliau
menghadap penguasa itu. Tapi kedatangan beliau disambut tidak baik oleh penguasa tersebut.
Lalu Sunan Kudus ditanya penguasa tersebut.

“Bagaimana caranya kamu menghilangkan wabah penyakit ini?”

“Doa.” Ja’far Shodiq dengan singkat menjawab pertanyaan.

“Kalau hanya dengan doa saja sudah banyak Ulama ternama yang berdo’a disini. Tapi tetapsaja
gagal.”

“Memang benar disini tempat Ulama-Ulama ternama, tapi mereka mungkin masih ada yang
memiliki kekurangan sebagai seorang Ulama.” Kata Sunan Kudus.

“Hmmm, sungguh berani Tuan berkata demikian. Memangnya kamu tahu kekuranganmereka?”
Tanya penguasa itu dengan nada tinggi.

“Penyebab mereka menjadi seperti itu adalah Anda. Karena Anda telah menjanjikan
hadiahsehingga membuat mata mereka menjadi gelap dan doa mereka menjadi tidak
ikhlas.Kesimpulannya, mereka berdoa hanya mengharapkan hadiah darimu.” Kata Sunan
Kudusdengan tenang.

Sang penguasa akhirnya diam tanpa ada kata setelah mendengar jawaban itu. KemudianSunan
Kudus dipersilahkan melaksanakan niatnya. Akhirnya Sunan Kudus berdoa danmembaca
amalan-amalan ditempat tersebut. Tidak lama kemudian wabah penyakit tersebutlangsung
hilang. Bahkan warga yang sakit karena wabah tersebut tiba-tiba sembu dengancepat.
Penguasa Arab tersebut sangat senang dengan hilangnya wabah tersebut. Hadiah yang
dijanjikan akan diberikan kepada Ja’far Shodiq. Namun Ja’far Shodiq menolak hadiahtersebut.
Ja’far Shodiq hanya ingin meminta sebuah batu yang berasal dari Baitul Madqis.Dan Sunan
Kudus akhirnya mendapatkan keinginannya. Batu tersebut kemudian dibawapulang ke tanah
Jawa. Dan batu tersebut diletakkan di area imam Masjid Kudus yang sudah berdiri kokoh.

Pendidikan Sunan Kudus

Kanjeng Sunan Kudus banyak berguru kepada Sunan Kalijaga dan ia menggunakan
gayaberdakwah ala gurunya itu yang sangat toleran pada budaya setempat serta
carapenyampaian yang halus. Didekatinya masyarakat dengan memakai simbol-simbol Hindu-
Budha seperti yang nampak pada gaya arsitektur Masjid Kudus. Suatu waktu saat KSK
inginmenarik simpati masyarakat untuk mendatangi masjid guna mendengarkan
tablighakbarnya, ia tambatkan Kebo Gumarang (sapinya) di halaman masjid. Masyarakat yang
saatitu memeluk agama Hindu pun bersimpati, dan semakin bersimpati selepas mendengarkan
ceramah KSK mengenai “sapi betina” atau Al-Baqarah dalam bahasa Al-qurannya. Teknik
lainnya lagi adalah dengan mengubah cerita ketauhidan menjadi berseri, betujuan menarik rasa
penasaran masyarakat.

Cara Berdakwah

Dalam menyampaikan dakwah, Raden Ja’far Shodiq juga menerapkan strategi dakwah yang
diterapkan Sunan Muria, Sunan Kalijaga, Sunan Bonang dan Sunan Gunung Jati.

Selain mempunyai strategi yang sama, Sunan Kudus juga mempunyai strategi tersendiridalam
berdakwah, antara lain :

Mendekati Masyarakat HinduCara ini sangat sulit dilakukan karena masyarakat Hindu masih
memegang teguhkepercayaan mereka. Tapi cara ini tetap dilakukan agar Masyarakat Hindu
masuk ke agamaIslam. Sunan Kudus mengajarkan toleransi yang tinggi dalam agama Islam
kepadamasyarakat Hindu. Sehingga umat Hindu tertarik untuk masuk ke agama Islam.
Ajarantoleransi tersebut adalah menghormati sapi yang dikramatkan oleh umat Hindu. Selain
itu,Sunan Kudus juga membangun menara masjid yang hampir sama dengan bangunan
candiHindu.

• Mendekati Masyarakat Budha

Setelah Masjid dibangun, Sunan Kudus membuat sebuah tempat wudhu yang
berbentukpancuran sebanyak delapan buah. Setiap pancuran diberi arca Kebo Gumarang
yangdihormati umat Budha. Setelah umat Budha melihat arca tersebut, mereka penasaran
danmasuk ke area masjid. Setelah masuk ke masjid, mereka terpengaruh dengan
penjelasanSunan Kudus. Akhirnya mereka masuk ke agama Islam.
•Mengubah Inti Ritual Mitoni (Selametan)

Acara Selametan Mitoni merupakan acara yang sejak dulu disakralkan oleh masyarakatHindu-
Budha. Inti dari acara Mitoni adalah bersyukur atas dikaruniai seorang anak. Namun,masyarakat
Hindu-Budha dulu tidak bersyukur kepada Allah SWT, melainkan kepadapatung-patung dan arca.
Disinilah tugas Sunan Kudus untuk meluruskan inti dari acaratersebut. Sunan Kudus tidak
menghapus Selametan dalam kebiasaan masyarakat. Tapi,Sunan kudus meluruskan acara
mitoni menuju ke arah Islami.

Peninggalan-Peninggalan Sunan Kudus

• Masjid dan Menara Kudus

• Keris Cintoko

• Dua tombak Sunan Kudus

• Tembang Asmarandana

Pada tahun 1550, Sunan Kudus meninggal dunia saat menjadi Imam sholat Subuh di
MasjidMenara Kudus, dalam posisi sujud. kemudian dimakamkan di lingkungan Masjid Menara
Kudus.

Sejarah sunan kudus


Sunan Kudus adalah salah satu penyebar agama Islam di Indonesia yang tergabung
dalamwalisongo, yang lahir pada 9 September 1400M/ 808 Hijriah. Nama lengkapnya
adalahnama Sayyid Ja'far Shadiq Azmatkhan. Ia adalah putra dari pasangan Sunan Ngudung.

Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya negara-negara Islam di Nusantara.Bapaknya


yaitu Sunan Ngudung adalah putra Sultan di Palestina yang bernama SayyidFadhal Ali Murtazha
(Raja Pandita/Raden Santri) yang berhijrah fi sabilillah hingga keJawa dan sampailah di
Kekhilafahan Islam Demak dan diangkat menjadi PanglimaPerang.

Nama Ja'far Shadiq diambil dari nama datuknya yang bernama Ja'far ash-Shadiq
binMuhammad al-Baqir bin Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib yang beristerikan Fatimahaz-
Zahra binti Muhammad.

Sunan Kudus sejatinya bukanlah asli penduduk Kudus, ia berasal dan lahir di Al-Qudsnegara
Palestina. Kemudian bersama kakek, ayah dan kerabatnya berhijrah ke TanahJawa.

Nasab Sunan Kudus

Sunan Kudus adalah putra Sunan Ngudung atau Raden Usman Haji, dengan Syarifah Ruhilatau
Dewi Ruhil yang bergelar Nyai Anom Manyuran binti Nyai Ageng Melaka binti SunanAmpel.
Sunan Kudus adalah keturunan ke-24 dari Nabi Muhammad. Sunan Kudus binSunan Ngudung
bin Fadhal Ali Murtadha bin Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin JamaluddinAl-Husain bin Ahmad
Jalaluddin bin Abdillah bin Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi Ammil Faqih bin Muhammad Shahib
Mirbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-
Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin
Ali Zainal Abidin bin Al-Husain bin SayyidahFathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah.

Dakwah Sunan Kudus

Ia adalah Sunan Kudus yang bernama asli Syekh Ja’far Shodiq. Ia pula yang menjadi salah satu
dari anggota Wali Sanga sebagai penyebar Islam di Tanah Jawa. Sosok SunanKudus begitu
sentral dalam kehidupan masyarakat Kudus dan sekitarnya. Kesentralan ituterwujud
dikarenakan Sunan Kudus telah memberikan pondasi pengajaran keagamaandan kebudayaan
yang toleran.

Tak heran, jika hingga sekarang makam ia yang berdekatan dengan Menara Kudus selaluramai
diziarahi oleh masyarakat dari berbagai penjuru negeri. Selain itu, hal tersebutsebagai bukti
bahwa ajaran toleransi Sunan Kudus tak lekang oleh zaman dan justrusemakin relevan ditengah
arus radikalisme dan fundamentalisme beragama yangsemakin marak dewasa ini.

Dalam perjalanan hidupnya, Sunan Kudus banyak berguru kepada Sunan Kalijaga.
Caraberdakwahnya pun sejalan dengan pendekatan dakwah Sunan Kalijaga yang
menekankankearifan lokal dengan mengapresiasi terhadap budaya setempat.
Beberapa nilai toleransi yang diperlihatkan oleh Sunan Kudus terhadap pengikutnyayakni
dengan melarang menyembelih sapi kepada para pengikutnya. Bukan sajamelarang untuk
menyembelih, sapi yang notabene halal bagi kaum muslim jugaditempatkan di halaman masjid
kala itu.

Langkah Sunan Kudus tersebut tentu mengundang rasa simpatik masyarakat yang waktuitu
menganggap sapi sebagai hewan suci. Mereka kemudian berduyun-duyun mendatangiSunan
Kudus untuk bertanya banyak hal lain dari ajaran yang dibawa oleh ia.

Lama-kelamaan, bermula dari situ, masyarakat semakin banyak yang mendatangi


masjidsekaligus mendengarkan petuah-petuah Sunan Kudus. Islam tumbuh dengan
cepat.Mungkin akan menjadi lain ceritanya jika Sunan Kudus melawan arus mayoritas
denganmenyembelih sapi.

Selain berdakwah lewat sapi, bentuk toleransi sekaligus akulturasi Sunan Kudus jugabisa dilihat
pada pancuran atau padasan yang berjumlah delapan yang sekarangdifungsikan sebagai
tempat berwudlu. Tiap-tiap pancurannya dihiasi dengan relief arcasebagai ornamen penambah
estetika. Jumlah delapan pada pancuran mengadopsi dariajaran Budha yakni Asta Sanghika
Marga atau Delapan Jalan Utama yang menjadipegangan masyarakat saat itu dalam
kehidupannya. Pola akulturasi budaya lokal Hindu-Budha dengan Islam juga bisa dilihat dari
peninggalan Sunan Kudus berupa menara.Menara Kudus bukanlah menara yang berarsitektur
bangunan Timur Tengah, melainkanlebih mirip dengan bangunan Candi Jago atau serupa juga
dengan bangunan Pura diBali.

Menara tersebut difungsikan oleh Sunan Kudus sebagai tempat adzan dan tempat
untukmemukul bedug setiap kali datangnya bulan Ramadhan. Kini, menara yang konon
merupakan menara masjid tertua di wilayah Jawa tersebut dijadikan sebagai
landmarkKabupaten Kudus.

Strategi (akulturasi) dakwah Sunan Kudus adalah suatu hal yang melampaui
zamannya.Melampaui zaman karena dakwah dengan mengusung nilai-nilai akulturasi saat
itubelumlah ramai dipraktikkan oleh penyebar Islam di Indonesia pada umumnya.

Kini, toleransi beragama berada di titik nadir. Ironisnya, toleransi beragama tak cumamenjadi
barang mahal tetapi sudah terlalu langka. Dengan jalan menghidupkan kembaliesensi serta
spirit dakwah Sunan Kudus, kiranya masyarakat muslim bisa mengembalikanlagi wajah Islam
yang ramah dan toleran setelah sebelumnya dihinggapi oleh stigmanegatif.Ajaran Toleransi Ala
Sunan Kudus.

Karya Sunan Kudus

Pada tahun 1530, Sunan Kudus mendirikan sebuah mesjid di desa Kerjasan, Kota Kudus,yang
kini terkenal dengan nama Masjid Agung Kudus dan masih bertahan hinggasekarang. Sekarang
Masjid Agung Kudus berada di alun-alun kota Kudus Jawa Tengah.Peninggalan lain dari Sunan
Kudus adalah permintaannya kepada masyarakat untuktidak memotong hewan kurban sapi
dalam perayaan Idul Adha untuk menghormatimasyarakat penganut agama Hindu dengan
mengganti kurban sapi dengan memotongkurban kerbau, pesan untuk memotong kurban
kerbau ini masih banyak ditaati olehmasyarakat Kudus hingga saat ini.

Wafatnya Sunan Kudus

Pada tahun 1550, Sunan Kudus meninggal dunia saat menjadi Imam sholat Subuh diMasjid
Menara Kudus, dalam posisi sujud. kemudian dimakamkan di lingkungan MasjidMenara Kudus.

Keturunan Sunan Kudus

Di antara keturunan Sunan Kudus yang menjadi Ulama' dan Tokoh di Indonesia adalah:Syekh
Kholil Bangkalan Azmatkhan Ba'alawi Al-Husaini, Syekh Bahruddin AzmatkhanBa'alawi Al-
Husaini, dan Syekh Shohibul Faroji Azmatkhan Ba'alawi Al-Husaini.

Anda mungkin juga menyukai