Sunan Kudus adalah salah satu penyebar agama Islam di Indonesia yang tergabung dalam
walisongo, yang lahir pada 9 September 1400M/ 808 Hijriah. Nama lengkapnya adalah
Sayyid Ja’far Shadiq Azmatkhan. Ia putra pasangan Sunan Ngudung dan Syarifah (adik
Sunan Bonang), anak Nyi Ageng Maloka. Disebutkan bahwa Sunan Ngudung adalah salah
seorang putra Sultan di Mesir yang berkelana hingga di Jawa. Ja’far Shodiq atau yang
dikenal sunan kudus ini memiliki kepribadian yang tekun dan disiplin dalam meraih suatu
keinginan. Salah satu keinginan Raden Ja’far Shodiq adalah berdakwah menyebarkan agama
Islam di tengah-tengah masyarakat yang masih beragama Hindu dan Budha. Setelah selesai
berguru dengan Kyai Telingsing, Raden juga berguru dengan Sunan Ampel selama beberapa
tahun di Surabaya. Sunan Kudus wafat pada 5 Mei 1550 M yang dimakamkan di Masjid
Menara Kudus yang terletak di Desa Kauman, Kudus, Jawa Tengah.
Mengambil ibrah dari strategi dan peran Sunan Kudus untuk masa kini dan masa yang
akan datang dalam menghadapi era global :
1. la adalah sosok yang dikenal sangat toleran, sebab sangat menghormati perbedaan
yang ada, tidak memaksakana kehendaknya semata.
2. Sunan Kudus bukan sekedar ahli ibadah melainkan juga ahli ilmu. Mereka para ahli
ilmu ini ditinggikan derajatnya oleh Allah SWT ketimbang yang sekedar ahli ibadah.
3. Sunan kudus dikenal sangat gagah berani utamanya dalam menegakkan kebenaran.
4. la adalah sosok yang kharismatik, dihormati dan disegani semua orang.
5. Sunan Kudus bukan sekedar orang yang shaleh, ia juga seorang SENIMAN. Jadi
selain BERDAKWAH, ia banyak mengembangkan arsitektur bangunan. Ini terlihat
dari salah satu warisannya yakni Masjid Menara Kudus.